Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Lembaga keuangan bank dan non bank sama-sama mempunyai peran

sebagai penyalur kredit kepada masyarakat. Salah satu lembaga keuangan non

bank yang memiliki peran dalam pemberian fasilitas kredit adalah koperasi.

Koperasi merupakan bentuk badan usaha yang memiliki status sebagai

badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh pemerintah, sesuai

dengan ketentuan yang tercantum dalam ketentuan Pasal 9 Undang-Undang

Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Pengertian koperasi menurut Undang-Undang No.25 Tahun 1992 adalah

badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi

dengan berlandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai

gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Pada pasal 33

ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan perekonomian Indonesia

disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan koperasi

adalah bangunan usaha yang sesuai dengan susunan perekonomian yang

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Ketatnya persaingan antar lembaga keuangan saat ini turut mendorong

lembaga keuangan di Indonesia untuk lebih giat dalam mengembangkan usahanya

baik peningkatan kualitas pelayanan maupun kualitas jasa. Tawaran menggiurkan

seperti hadiah uang atau barang sampai dengan bunga yang menarik

bukanlah suatu hal yang mengherankan, tujuan utama yaitu menarik dana

1
masyarakat sebanyak-banyaknya dan kemudian menyalurkan kembali pada

nasabah atau anggota koperasi dalam bentuk kredit atau pinjaman.

Sebagai lembaga keuangan non bank yang diusahakan oleh lembaga

keuangan berbentuk koperasi, koperasi simpan pinjam mempunyai peluang yang

cukup baik untuk mengembangkan usaha. Ini dapat terjadi apabila koperasi

simpan pinjam mampu memanfaatkan peluang, untuk kebutuhan anggota

yang bersifat rutin dan kebutuhan anggota bagi tambahan modal kerja/investasi

sebagai dampak dari berkembangnya usaha anggota yang pada umumnya

sebagai pengusaha dengan skala kecil.

Dalam perjalanannya, koperasi sangat membantu perekonomian. Begitu

banyak kemudahan yang diperoleh dari koperasi ini melalui fasilitas,

walaupun tidak dapat mengubah kehidupan dari koperasi itu sendiri (Kasmir,

2011). Namun, dalam koperasi sering kali terjadi timbul suatu masalah seperti

kredit bermasalah atau disebut kredit macet.

Kredit macet ini menggambarkan suatu situasi di mana persetujuan

pengembalian kredit mengalami risiko kegagalan bahkan cenderung menuju

ke arah dimana bank atau koperasi memperoleh rugi yang potensial. Oleh sebab

itu perlu diketahui terlebih dahulu sebab-sebab timbulnya kredit macet,

sebelum mencari alternatif pengelolaannya.

Salah satu bagian dari kredit bermasalah yaitu kredit macet, dimana kredit

macet merupakan pengembalian kredit yang tidak lancar dan adanya kendala yang

dihadapi oleh para anggota dalam membayar kewajiban mereka. Menurut Ahira

(2010), kredit macet merupakan salah satu masalah yang selalu dihadapi

2
oleh lembaga pembiayaan. Setiap lembaga pembiayaan yang memberikan

layanan kredit tidak bisa menolak terjadinya masalah ini dan harus selalu

siap menghadapinya. Kredit macet dan permasalahannya merupakan suatu risiko

dari sebuah usaha untuk mendapatkan kredit.

Koperasi KOPDIT SWASTISARI CABANG KUPANG adalah salah Satu

koperasi yang kegiatan usahanya adalah simpan pinjam. Koperasi ini

didirikan pada tanggal 1 Februari 1988. Perkembangan penyaluran kredit dan

kredit macet dari tahun 2015 - 2020 dapat dilihat dari tabel 1.1 :

Tabel 1.1

Perkembangan Penyaluran Kredit Dan Kredit Macet Dari Tahun 2015 – 2020

Jumlah Kredit Yang


Tahun Kredit Macet
Disalurkan
2015 236.279.390.984 5,6
2016 267.623.752.700 5,7
2017 306.644.020.600 6,4
2018 342.807.005.280 7,6
2019 387.083.908.800 6,3
2020 383.642.668.339 3,7
Kredit macet pada KSP KOPDIT SWASTI SARI CABANG KUPANG dari

tahun ke tahun berfluktuasi. Angka kredit macet yang cukup tinggi dialami KSP

KOPDIT SWASTI SARI CABANG KUPANG pada tahun 2018 sebanyak 7,6%

dan pada tahun-tahun berikutnya terus mengalami penurunan. Pada tahun 2020

KSP KOPDIT SWASTI SARI berhasil menekan turun angka kredit macet sebesar

3,7%

Berbagai penelitian dilakukan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

kredit macet telah banyak dilakukan diantaranya adalah penelitian yang dilakukan

oleh Ahimsa (2000) menunjukkan Suku Bunga kredit memiliki pengaruh positif

3
signifikan, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2003)

menunjukkan suku bunga kredit memiliki pengaruh negatif signifikan. Selain itu

juga ada penelitian yang dilakukan oleh sriwulan (2013) menunjukkan

Inflasi memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap kredit bermasalah,

sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Indra Marsenn (2011) menunjukkan

jumlah Kredit yang disalurkan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap

kredit macet.

Suku bunga merupakan persentase nilai harga dari penggunaan uang atau

juga sebagai imbalan sewa atas penggunaan uang dalam jangka waktu

tertentu. Imbalan sewa ini merupakan suatu kompensasi kepada pemberi pinjaman

(pihak pemilik dana) atas manfaat kedepan dari uang pinjaman tersebut

apabila diinvestasikan dan atau dilakukan nya hal-hal yang produktif

terhadap uang tersebut. Menurut Kasmir dalam buku nya yang berjudul

Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (2008: 131), bunga bank dapat

diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh pihak bank yang berdasarkan

prinsip konvensional terhadap nasabah yang membeli atau menjual produknya.

Suku bunga yang terdapat di KOPDIT SWASTISARI CABANG KUPANG

tidak berubah sejak tahu 2013 – 2020. Suku bunga koperasi bukan dilihat dari

tujuan atau jangka waktu tetapi dilihat dari saham anggota. Sebagai contoh

misalkan anggota A mempunyai saham Rp.20.000.000 lalu anggota tersebut

meminjam 2 kali lipat atau Rp.40.000.000 maka suku bunga yang di kenakan

pada anggota tersebut 1,6% menurun atau 0,96% bunga tetap. Anggota yang

terdaftar di KOPDIT SWASTISARI CABANG KUPANG mempunyai hak

4
pinjaman maksimal 5 kali lipat dari saham anggota, contohnya anggota A

mempunyai saham Rp.20.000.000 lalu anggota tersebut meminjam 5 kali lipat

atau Rp.100.000.000 maka bunga yang di kenakan pada anggota tersebut sebesar

1,8% menurun atau 1% tetap.

Jumlah Debitur merupakan jumlah anggota yang mengambil kredit kepada

Koperasi. Oleh karena itu semakin banyak debitur yang meminjam semakin

besar juga resiko kredit macet muncul, ini dikarenakan tidak semua debitur

memiliki watak yang baik dan bisa mengelola keuangannya dengan baik.

Tabel 1.2

Jumlah debitur KOPDIT SWASTISARI CABANG KUPANG Tahun 2015-2020

Tahun Jumlah Debitur


2015 6.177 Orang
2016 6.356 Orang
2017 7.006 Orang
2018 7.274 Orang
2019 6.824 Orang
2020 6.204 Orang

Jumlah debitur pada KOPDIT SWASTISARI CABANG KUPANG

berfluktuasi. Hal ini ditunjukkan debitur tahun 2015 sebanyak 6.177 orang, tahun

2016 sebanyak 6.356 orang, tahun 2017 sebanyak 7.006 orang, tahun 2018

sebanyak 6.824 orang, tahun 2019 sebanyak 6.824 orang dan tahun 2020 sebanyak

6.204 orang.

Maka oleh karena itu untuk melihat faktor apa yang paling mempengaruhi

kredit macet dan melihat konsisten atau tidaknya hasil penelitian diatas, dalam

5
penelitian ini diambil 3 variabel yang dianggap mempengaruhi kredit macet pada

KOPDIT SWASTISARI CABANG KUPANG, yang meliputi :

1. Suku bunga pinjaman merupakan suatu beban biaya yang dikenakan

kepada debitur dalam meminjam uang. Oleh karena itu, jika bunga yang

dikenakan sangat tinggi maka akan sulit mengembalikan pinjamannya.

2. Jumlah Kredit yang disalurkan merupakan jumlah uang yang

dipinjamkan kepada debitur. Oleh karena itu, semakin besar kredit yang

disalurkan semakin besar juga resiko kredit macet yang akan timbul.

3. Jumlah Debitur merupakan jumlah anggota yang mengambil kredit

kepada Koperasi. Oleh karena itu semakin banyak debitur yang

meminjam semakin besar juga resiko kredit macet muncul, ini

dikarenakan tidak semua debitur memiliki watak yang baik dan bisa

mengelola keuangannya dengan baik.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Suku Bunga, Jumlah Kredit dan

Jumlah Debitur Terhadap Kredit Macet Pada KOPDIT SWASTISARI CABANG

KUPANG”.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah yang dapat

ditarik sebagai dasar penelitian dan mempermudah penulis dalam penulisan

proposal ini adalah :

6
1. Apakah ada pengaruh suku bunga terhadap kredit macet pada KOPDIT

SWASTI SARI CABANG KUPANG ?

2. Apakah ada pengaruh jumlah kredit yang disalurkan terhadap kredit macet

pada KOPDIT SWASTI SARI CABANG KUPANG ?

3. Apakah ada pengaruh jumlah debitur terhadap kredit macet pada KOPDIT

SWASTI SARI CABANG KUPANG ?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh suku bunga terhadap kredit

macet pada KOPDIT SWASTI SARI CABANG KUPANG

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jumlah kredit yang disalurkan

terhadap kredit macet pada KOPDIT SWASTI SARI CABANG

KUPANG

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jumlah debitur terhadap kredit

macet pada KOPDIT SWASTI SARI CABANG KUPANG

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Praktis

Sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan kebijakan masalah

pembiyaan atau kredit, menyangkut latar belakang terjadinya kredit macet.

2. Manfaat Teoritis

Sebagai wahana untuk memahami teori tentang suku bunga, jumlah kredit

yang disalurkan, jumlah debitur serta kredit macet. Selain itu juga dapat

7
menjadi referensi bagi peneliti lainnya yang ingin mengkaji variabel yang

sama dengan pendekatan dan ruang lingkup yang berbeda pada waktu

yang akan datang.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep Koperasi

Pengertian koperasi secara sederhana berawal dari kata “co” yang

berarti bersama dan “operation” (operasi) artiny bekerja. Jadi pengertian

koperasi adalah kerjasama. Menurut Tiktik Sartika P. (2009: 12)

Defenisi orgasinsasi koperasi secara nominalis yang diterima secara

internassional yang digunakan oleh Konferensi Buruh Internasional

(International Labor Organization = ILO, 1966) Suatu organisasi

koperasi adalah suatu perkumpulan dari sejumlah orang yang

bergabung secara sukarela untuk mencapai suatu tujuan yang sama

melalui pembentukan suatu organisasi yang diawasi secara demokratis,

pembagian risiko serta manfaat yang wajar dari usaha, dimana para

anggotanya berperan secara aktif.

Secara umum, koperasi dapat diartikan sebagai badan usaha yang

dimiliki serta dikelola para anggotanya. Namun, ada pengertian lain dari

koperasi menurut beberapa ahli. Salah satunya dari Bapak Koperasi,

Mohammad Hatta. Menurutnya, koperasi adalah usaha bersama guna

memperbaiki atau meningkatkan kehidupan atau taraf ekonomi

berlandaskan asas tolong menolong. Sementara itu, Arifinal Chaniago

mengartikan koperasi sebagai suatu perkumpulan yang bekerja sama dalam

menjalankan sebuah usaha secara kekeluargaan guna meningkatkan

9
kesejahteraan anggotanya. Pengelolaan sebuah koperasi, para anggotanya

dapat dengan bebas untuk keluar dan masuk dari badan usaha tersebut.  Arti

koperasi oleh Munkner adalah organisasi berasaskan tolong menolong yang

mengelola ‘urusniaga’ secara berkelompok. Tujuannya meningkatkan

urusan ekonomi, berbeda dengan asas gotong royong yang bertujuan

membangun kebutuhan sosial. Berdasarkan Undang-undang (UU) Nomor

25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, pada Pasal 1 dijelaskan, koperasi

adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum

koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasar prinsip koperasi,

sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat atas asas kekeluargaan.

Sedangkan perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut

kehidupan koperasi.

Berdasarkan pengertian koperasi secara umum dan para ahli,

pembentukan koperasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan

ekonomi dari para anggotanya. Tujuan lainnya, antara lain:

1. Membantu memperbaiki taraf hidup maupun ekonomi para

anggotanya serta masyarakat sekitar.

2. Membantu pemerintah mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil

dan makmur.

3. Meningkatkan tatanan perekonomian di Indonesia.

10
2.1.1.1 Tujuan dan Fungsi Koperasi

Menurut Undang-Undang Perkoperasian Nomor 25 Tahun 1992

pasal 3 tujuan koperasi Indonesia adalah memajukan kesejahteraan

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut

membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan

masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945. Adapun fungsi yang tertuang dalam pasal

4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 bahwa koperasi mempunyai

empat fungsi, yaitu:

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan

ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya

untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas

kehidupan manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan

ketahanan perekonomian nasioanl dengan koperasi sebagai soko

gurunya.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangakan perekonomian

nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas

kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

11
2.1.1.2 Penggolongan Koperasi

Penggolongan koperasi adalah pengelompokan koperasi ke

dalamkelompok-kelompok tertentu berdasarkan kriteria dan

karakteristik tertentu.Jenis koperasi sangat beragam tergantung dari latar

belakang dan tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan keragaman latar

belakang dan tujuan tersebut penggolongan koperasi dapat dilakukan

berdasarkan berbagai pendekatan. Pasal 16 UU No 25 tahun 1992

menjelaskan bahwa jenis koperasi didasarkan pada kesamaaan dan

kepentingan ekonomi anggotanya. Dalam penjelasan pasal tersebut

diuraikan jenis koperasi adalah koperasi Simpan Pinjam, Koperasi

Konsumen, Koperasi Produsen, Koperasi Pemasaran, dan Koperasi

Jasa.

Sedangkan jika dilihat dari berbagai pendekatan, jenis koperasi

dapat dibedakan berdasarkan bidang usaha, jenis anggota, jenis anggota,

jenis komoditi, dan daerah kerja.

1. Berdasarkan bidang usahanya

Penggolongan koperasi berdasarkan bidang usahanya mencerminkan

jenis jasa yang ditawarkan koperasi kepada pelanggannya.

a) Koperasi produksi yaitu koperasi yang kegiatan utamanya

memproses bahan baku menjadi barang jadi atau bsetengah jadi

barang.

b) Koperasi konsumsi yaitu koperasi yang berusaha dalam penyediaan

barang barang konsumsi yang dibutuhkan anggotanya.

12
c) Koperasi pemasaran yaitu koperasi yang dibentuk untuk membantu

anggota dalam memasarkan barang-barang yang mereka hasilkan.

d) Koperasi simpan pinjam yaitu koperasi yang bergerak dalam

penghimpunan simpanan dari anggota kemudian

meminjamkannyakembali kepada anggota yang membutuhkan.

2. Berdasarkan jenis komoditinya

Penggolongan ini didasarkan pada jenis barang dan jasa yang menjadi

obyek usaha koperasi:

a) koperasi pertambangan yaitu koperasi yang melakukan usaha

dengan menggali atau memanfaatkan sumber-sumber alam

secaralangsung tanpa atau dengan sedikit mengubah bentuk dan

sifatsumber-sumber alam tersebut.

b) Koperasi pertanian yaitu koperasi yang melakukan usaha dengan

komoditi pertanian tertentu.

c) Koperasi peternakan yaitu koperasi yang usahanya

berhubungandengan komoditi peternakan tertentu.

d) Koperasi industri dan kerajinan yaitu koperasi yang melakukan

usaha dalam bidang industri atau kerajinan tertentu.

e) Koperasi jasa yaitu koperasi mengkhususkan kegiatannnya

dalam memproduksi dan memasarkan kegiatan jasa tertentu.

f) Koperasi peranserta wanita (Koperwan)

g) koperasi pramuka (Kopram)

h) Koperasi pegawai negeri (KPN)

13
3. Berdasarkan jenis anggotanya

Penggolongan koperasi berdasarkan jenis anggota hanya terjadi

diIndonesia. Dengan dikelompokkannya koperasi ini secara tidak

langsung terjadi diskriminasi dalam penerimaan anggota. Koperasi

berdasarkan jenis anggota sebenarnya tidak dapat dikategorikan

sebagai koperasi dalam arti sebenarnaya tetapi lebih tepat disebut

sebagai konsentrasi atau persekutuan majikan (Hatta dalam

Revrisond Baswir,2000: 81). Berdasarkan anggotanya koperasi dapat

dikelompokkan sebagai berikut:

a) Koperasi karyawan (Kopkar)

b) Koperasi pedagang pasar (Koppas)

c) Koperasi pedagang pasar (Koppas)

d) Koperasi mahasiswa (Kopma)

e) Koperasi pondok pesantren (Koppontren)

4. Berdasarkan daerah kerjanya

Yang dimaksud dengan daerah kerja adalah luas sempitnya

wilayah yang

dijangkau oleh suatu badan usaha koperasi dalam melayani

kepentingan

anggotanya atau dalam melayani masyarakat. Penggolongannya

adalah sebagai berikut:

a) Koperasi primer yaitu koperasi yang beranggotakan orang-orang

yang biasanya didirikan pada lingkup kesatuan wilayah tertentu.

14
b) Koperasi sekunder atau pusat koperasi yaitu koperasi yang

beranggotakan koperasi-koperasi prime.

c) koperasi tersier atau induk koperasi yang beranggotakan koperasi -

koperasi sekunder dan berkedudukan di ibukota negara.

2.2 Kredit

2.2.1 Konsep Kredit

Pengertian kredit mempunyai banyak dimensi, dimulai dari arti

kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “Credere” yang

mempunyai arti kepercayaan. Sedangkan dalam bahasa Latin

“Creditum” yang berarti kepercayaan akan kebenaran (Iswardono dan

Sandro, 1993). Sedangkan menurut Undang-undang No. 7/1992 pasal I

butir 12, pengertian kredit disebutkan sebagai berikut : Kredit adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara

bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah

bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan (Gatot Supramono,

1996). Sedangkan menurut Teguh Pujo Mulyono (1993), kredit adalah

kapasitas untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan suatu

pinjaman dengan suatu janji pembayaran akan dilakukan atau

ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati.

Dari pengertian diatas, dapat dikatakan bahwa kredit dapat

berupa uang atau tagihan yang nilainya dapat diukur dengan satuan

15
mata uang. Kredit terbentuk atas adanya kesepakatan dan perjanjian

antara kreditur (koperasi) dengan penerima kredit/debitur (anggota

koperasi), dalam perjanjian kredit tercangkup hak dan kewajiban masani

-masing pihak, termasuk jangka waktu serta bunga yang ditetapkan

bersama. Demikian pula dengan masalah sangsi apabila debitur ingkar

janji terhadap perjanjian yang telah dibuat bersama.

2.2.2 Tujuan Kredit

Kashmir (2001:95) mengatakan bahwa ” pemberian suatu

fasilitas kredit

mempunyai tujuan tertentu”. Adapun tujuan utama dari suatu kredit

adalah:

1. Mencari keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit

tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh Bank

(dalam hal ini

koperasi) dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada

peminjam.

2. Membantu usaha peminjam

Yaitu untuk membantu usaha peminjam yang memerlukan

dana, agar dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.

3. Membantu Pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh

pihak perbankan, maka semakin baik, karena akan meningkatkan

16
pajak, membuka kesempatan kerja, meningkatkan jumlah barang

dan jasa, serta menghemat dan meningkatkan devisa negara.

2.2.3 Fungsi Kredit

Menurut Kashmir (2001:96), menjelaskan fungsi kredit yaitu

sebagai berikut:

1. Meningkatkan daya guna uang

Jika uang hanya disimpan saja tidak akan menghasilkan sesuatu

yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut

menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh

penerima kredit.

2. Meningkatkan lalu lintas dan peredaran uang

Uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari

satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga dengan

memperoleh kredit suatu daerah yang kekurangan uang akan

memperoleh uang tambahan dari daerah lainnya.

3. Meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan akan dapat digunakan oleh debitur

untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadii berguna

atau bermanfaat.

4. Meningkatkan peredaran barang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang

dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Selain itu kredit dapat

pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.

17
5. Sebagai alat stabilitas ekonomi

Adanya pemberian kredit maka akan menambah jumlah

barang yang

diperlukan oleh masyarakat dan dapat membantu dalam

kegiatan ekspor sehingga meningkatkan devisa negara.

6. Meningkatkan kegairahan usaha

Bagi penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan

kegairahan berusaha, apalagi bagi peminjam yang modalnya

pas-pasan.

7. Meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan

semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan

pendapatan. Karena jika sebuah kredit diberikan untuk

membangun perusahaan, maka perusahaan tersebut

membutuhkan tenaga kerja sehingga dapat mengurangi

pengangguran dan menambah pendapatan.

8. Meningkatkan hubungan internasional

Dengan adanya pinjaman internasional akan dapat

meningkatkan kerjasama antara penerima kredit dengan

pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan

meningkatkan kerjasama dibidang lainnya.

18
2.2.4 Jenis-Jenis Kredit

Kredit yang diberikan kepada debitur terdiri dari beberapa

jenis, dijelaskan oleh Kashmir (2001:99), secara umum jenis-jenis

kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain:

1. Dilihat dari segi kegunaan

a) Kredit investasi

Biasa digunakan untuk perluasan usaha atau membangun

proyek/pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi.

Contohnya seperti untuk membangun pabrik atau membeli

mesin-mesin.

b) Kredit modal kerja

Digunakan untuk meningkatkan kegiatan produksi dalam

operasionalnya. Contohnya seperti untuk membeli bahan

baku, membayar gaji pegawai, atau biaya-biaya lainnya

yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit

a) Kredit Produktif

Kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha, produksi atau

investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang

dan jasa. Contohnya kredit untuk membangun pabrik yang

nantinya akan menghasilkan barang.

19
b) Kredit Konsumtif

Kredit yang digunakan untuk konsumsi pribadi. Contohnya

kredit perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah

tangga dan kredit konsumtif lainnya.

c) Kredit Perdagangan

Kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan.

Biasanya untuk membeli barang dagangan yang

pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang

dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada

suplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli

barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit

ekspor dan impor.

3. Dilihat dari segi waktu

a) Kredit Jangka Pendek

Merupakan kredit yang mempunyai jangka waktu

pengembalian kurang dari satu tahun atau paling lama satu

tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

Contohnya untuk peternakan misalnya kredit peternakan

ayam.

b) Kredit Jangka Menengah

Merupakan kredit yang memiliki jangka waktu

pengembalian berkisar antara satu tahun sampai dengan

20
tiga tahun, biasanya untuk investasi. Sebagai contoh kredit

untuk pertanian seperti jeruk dan peternakan seperti kambing.

c) Kredit Jangka Panjang

Merupakan kredit yang mempunyai jangka waktu

pengembalian diatas tiga tahun atau lima tahun. Biasanya

kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan

karet, kelapa sawit atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif

seperti kredit perumahan.

4. Dilihat dari segi jaminan

a) Kredit Dengan Jaminan

Kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, jaminan dapat

berupa barang

berwujud, tidak berwujud atau jaminan orang. Jadi setiap

kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang

diberikan calon debitur.

b) Kredit tanpa jaminan

Kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang

tertentu. Kredit ini diberikan dengan menilai prospek usaha

dan karakter serta loyalitas atau nama baik calon debitur

selama ini.

21
5. Dilihat dari segi sektor usaha

a) Kredit pertanian, merupakan kredit untuk sektor perkebunan

atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa

jangka pendek atau jangka panjang.

b) Kredit peternakan, untuk jangka pendek misalnya

peternakan ayam dan jangka panjang misalnya peternakan

kambing dan sapi.

c) Kredit industri, yaitu kredit untk membiayai industri kecil,

menengah, atau besar.

d) Kredit pertambangan, digunakan untuk jenis usaha tambang

dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau

timah.

e) Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk

membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula

berupa kredit untuk para mahasiswa.

f) Kredit profesi, diberikan kepada para profesional seperti

dokter, dosen atau pengacara.

g) Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai

pembangunan atau pembelian perumahan.

22
2.2.5 Prinsip-Prinsip Perkreditan

Kredit merupakan suatu usaha yang mengandung resiko

tertentu. Untuk mengurangi atau meminimalkan tingkat resiko yang dapat

terjadi dari pemberian kredit, perlu dilakukan suatu analisa kredit yang

cermat. Siswanto Sutojo (1997) mengatakan bahwa kemampuan dan

kesediaan debitur melunasi kredit sangat dipengaruhi oleh enam faktor

intern dan ekstern yang disebut the C ‘s of credit. Hal senada dikatakan

oleh Iswardono dan Sandro (1993) yaitu untuk dapat memasarkan

kredit dengan baik dan benar perlu diperhatikan adanya prinsipprinsip

perkreditan yang dikenal dengan nama 5 C atau 6 C yang antara lain:

1. Character, sifat atau moral si calon peminjam.

2. Capacity, kemampuan melunasi si calon peminjam.

3. Capital, modal dasar si calon peminjam.

4. Collateral, agunan atau jaminan yang disediakan.

5. Condition of economy, kondisi perekonomian.

Adapun C yang keenam banyak versinya (ada yang serius

ataupun tidak) misalnya:

1. Constraint, kendala yang tidak memungkinkan usaha

tersebut dibiayai dengan alasan tertentu.

2. Connection, koneksi atau hubungan atau lobby dengan pihak

perbankan.

3. Commision, komisi, ada uang lelah kredit diberikan.

4. Commision, komisi, ada uang lelah kredit diberikan.

23
Analisa kredit tersebut dilakukan untuk menghindari atau

meminimalkan

resiko yang dapat terjadi akibat ketidakmampuan debitur untuk

mengembalikan kreditnya, karena apabila hal tersebut terjadi maka operasi

dan bank tersebut akan terganggu atau bahkan dapat menyebabkan

kebangkrutan, yang efeknya akan dirasakan oleh orang banyak.

Pembuat peraturan bank juga ingin tahu pengukuran resiko

kredit yang

akurat yang terlibat dalam derivatif sehingga persyaratan modal bisa diatur

secara optimal. Pelaku pasar ingin tahu bagaimana mengukur resiko

kredit untuk mengganti kerugian dengan tepat sehingga bisa terus

berperan. Jadi resiko kredit bukan hanya diperlukan dan digunakan oleh

bank tetapi juga pembuat peraturan bank dan pelaku pasar itu sendiri.

Apabila faktor-faktor diatas dalam analisis kredit sudah dipenuhi, maka

menurut kriteria perbankan calon debitur dapat diberi pinjaman. Analisis

kredit dan faktor-faktor tersebut dilakukan untuk meminimalkan

terjadinya kredit bermasalah, namun pada kenyataannya walaupun analisis

kredit telah dilakukan terhadap faktor-faktor tersebut kredit

bermasalah tetap ada.

24
2.2.6 Ukuran Kolektibilitas Kredit

Ukuran kolektibilitas kredit dapat dikelompokan kedalam 5

golongan, yaitu:

1. Kredit lancar, adalah kredit yang tidak mengalami tunggakan

pembayaran pinjaman baik pokok ataupun bunga.

2. Kredit dalam perhatian khusus, adalah kredit yang terdapat

tunggakan pembayaran pinjaman pokok dan atau bunga sampai

dengan 90 hari.

3. Kredit kurang lancar, adalah adalah kredit yang terdapat

tunggakan pembayaran pinjaman pokok dan atau bunga sampai

dengan 120 hari.

4. Kredit diragukan, adalah kredit yang terdapat tunggakan

pembayaran pinjaman pokok dan atau bunga sampai dengan

180 hari.

5. Kredit macet, adalah kredit yang terdapat tunggakan

pembayaran pinjaman pokok dan atau bunga diatas 180 hari.

2.2.7 Kredit Macet

Kredit macet menurut (Sinungan, 1993) adalah kredit yang

tidak lancar dan telah sampai pada jatuh temponya belum juga

diselesaikan oleh nasabah yang bersangkutan. Sedangkan kredit macet

menurut (Sukardji, 1984) adalah piutang tak tertagih, piutang tak

tertagih adalah jumlah klaim perusahaan yang ada pada pelanggan yang

tidak dapat ditagih karena suatu alasan tertentu.

25
Kredit bermasalah sering dipersamakan dengan kredit macet,

padahal keduanya memiliki pengertian yang berbeda. Kredit

bermasalah adalah kredit engan kolektibilitas macet ditambah dengan

kredit-kredit yang memiliki kolektibilitas diragukan yang mempunyai

potensi menjadi macet. Kredit macet adalah kredit yang angsuran

pokok dan bunganya tidak dapat dilunasi selama lebih dari waktu

yang sudah ditentukan atau penyelesaian kredit telah diserahkan kepada

pengadilan/ BUPLN atau telah diajukan ganti rugi kepada

peerusahaan asuransi kredit, Dengan demikian kredit macet merupakan

kredit bermasalah tetapi kredit bermasalah tidak seluruhnya merupakan

kredit macet (Subarjo Joyosumarto, 1994).

Kredit macet dalam jumlah besar yang relatif besar atau bahkan

informasi yang tidak benar mengenai kredit macet yang dialami bank

tertentu, jika tidak segera diambil langkah-langkah penanggulanggan

dan penyelesaiannya akan menimbulkan kegelisahan, khususnya pada

nasabah bank yang bersangkutan dan memungkinkan terjadinya rush

(Subarjo Joyosurnarto, 1994).

2.2.7.1 Faktor-Faktor Penyebab Kredit Macet

Nasabah yang memperoleh kredit dari bank atau koperasi tidak

seluruhnya dapat dikembalikan dengan tepat waktu yang dijanjikan.

Pada kenyataannya selalu ada sebagian nasabah yang karena suatu sebab

tidak dapat mengembalikan kredit kepada bank yang telah memberikan

26
pinjaman. Pokok-pokok penyebab kredit macet secara rinci dapat

dijelaskan (Widodo 2003) sebagai berikut :

1. Faktor Internal,antara lain :

a. Kebijakan perkreditan yang ekspansif

b. Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan

c. Itikad kurang baik dari pemilik/pengurus Koperasi

d. Lemahnya system administrasi dan pengawasan kredit

e. Lemahnya system informasi kredit

2. Faktor Eksternal antara lain :

a. Menurunnya kegiatn ekonomi dan tingginya suku bunga

kredit

b. Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat

oleh debitur

c. Kegagalan usaha debitur

d. Musibah yang terjadi pada debitur atas kegiatan usahanya

Dalam penelitian ini ingin diketahui faktor-faktor yang

menyebabkan kredit macet pada KSP KOPDIT SWASTI SARI

CABANG KUPANG sedangkan faktor faktor yang diduga menyebabkan

terjadinya kredit macet antara lain:

2.2.7.1.1 Jumlah Kredit yang Disalurkan

Salah satu faktor penyebab terjadinya kredit macet adalah jumlah

Kredit yang disalurkan, Menurut Taswan (2006:73), penyaluran kredit

merupakan sejumlah nominal tertentu yang dipercayakan kepada pihak

27
lain dengan penangguhan waktu tertentu yang dalam pembayarannya akan

disertakan adanya tambahan berupa bunga sebagai kompensasi atas

risiko yang ditanggung oleh pihak yang memberikan pinjaman. Menurut

Dendawijaya (2005:23), penghasilan atau keuntungan terbesar bank

diperoleh melalui penyaluran kredit, sehingga dapat dikatakan bahwa

semakin besar kredit yang disalurkan oleh suatu bank maka akan

semakin besar pula keuntungan yang diperolehnya.

2.2.7.1.2 Jumlah Debitur

Kegiatan perkreditan tentunya tidak terlepas dari peran serta

debitur ( orag yang menerima pinjaman ). Debitur tersebut juga

merupakan salah satu unsur unsur kredit. Debitur merupakan unsur atau

pihak yang paling menentukan dalam kegiatan perkreditan, karena

apabila debitur tidak mengembalikan kredit maka bisa dipastikan

usaha bank tersebut akan mengalami kebangkrutan. Adapun pengertian

debitur menurut johan arifin dan Muhammad dalam bukunya kamus

pasar modal, akutansi, keuangan dan perbankan(2001:101) menyatakan

bahwa : “Debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas dari bank

tersebut”.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa debitur adalah

pihak yang membutuhkan dana dan memenuhi syarat sebagai nasabah

salah satu lembaga keuangan dan memperoleh fasilitas dar lembaga

keuangan atau bank tersebut dalam bentuk kredit atau pinjaman.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai penyalur kredit, koperasi

28
dalam menyeleksi calon debitur menetapkan syarat - syarat yang ketat

untuk menghindari kredit macet. penyeleksian calon debitur hanya

berdasarkan apa yang ada di lapangan. Hal ini dikarenakan adanya

perbedaan karateristik setiap debitur maka pada dasarnya ada beberapa

penyebab lain yang tidak terduga ataupun tidak bisa terprediksi

seperti usaha yang mengalami kerugian, pailit, bencana alam, dan lain -

lain. Hal ini membuktikan bahwasanya jumlah debitur yang meningkat

turut meningkatkan resiko terjadinya kredit macet, namun tidak bisa

diprediksi apakah di masa yang akan datang debitur tersebut memiliki

kemampuan untuk melunasi pinjamannya.

2.2.7.1.3 Suku Bunga

Suku bunga merupakan persentase nilai harga dari penggunaan

uang atau juga sebagai imbalan sewa atas penggunaan uang dalam

jangka waktu tertentu. Imbalan sewa ini merupakan suatu kompensasi

kepada pemberi pinjaman (pihak pemilik dana) atas manfaat kedepan

dari uang pinjaman tersebut apabila diinvestasikan dan atau dilakukan

nya hal-hal yang produktif terhadap uang tersebut. Menurut Kasmir

dalam buku nya yang berjudul Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya

(2008: 131), bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang

diberikan oleh pihak bank yang berdasarkan prinsip konvensional terhadap

nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga bank juga dapat

diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada para nasabah

(nasabah yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh

29
nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman). Dalam

kegiatan perbankan terdapat dua macam bunga yang diberikan kepada

nasabah, yaitu sebagai berikut:

1. Bunga simpanan

Bunga simpanan merupakan bunga yang diberikan

sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang

menyimpan uangnya di bank. Bunga simpanan merupakan

harga yang harus dibayar bank kepada nasabahnya. Contohnya

yaitu bunga tabungan, jasa giro, dan bunga deposito.

2. Bunga pinjaman

Yaitu bunga yang diberikan kepada para peminjam atau

harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank.

Contoh yaitu bunga kredit. Kedua macam bunga ini merupakan

komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank.

Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus

dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman

merupakan pendapatan yang diterima dari nasabah. Baik

bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing

saling mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh

seandainya bunga simpanan tinggi, maka secara otomatis

bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian

pula sebaliknya.

30
Menurut teori klasik, bunga adalah harga dari

(penggunaan) loanable funds,yaitu dana yang tersedia untuk

dipinjamkan atau diinvestasikan. Teori ini beranggapan bahwa

bunga adalah harga yang terjadi dipasar dana investasi.

Semakin tinggi tingkat suku bunga, maka semakin tinggi

keinginan masyarakat untuk menyimpan dana nya di bank.

Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi, maka

masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan atau

mengurangi pengeluaran untuk konsumsi dan menambah

jumlah tabungan. Dalam teori Keynes, tingkat suku bunga

ditentukan oleh besar kecilnya permintaan dan penawaran

uang. Menurut teori ini ada tiga motif mengapa orang

menghendaki memegang uang tunai, yaitu untuk transaksi,

berjaga-jaga, dan spekulasi. Dari ketiga motif inilah maka

terjadi permintaan akan uang, yang diberi nama liquidity

preference. Menurut Keynes motif memegang uang tunai

akan menjamin likuid nya orang tersebut. Keinginan untuk

tetap likuid inilah yang membuat orang bersedia membayar

balas jasa dengan harga tertentu untuk penggunaan uang.

Pembayaran balas jasa akan penggunaan uang tersebut

merupakan tingkat suku bunga.

Teori Keynes khususnya menekankan adanya

hubungan langsung antara kesediaan orang membayar harga

31
uang (tingkat suku bunga) dengan unsur permintaan akan

uang untuk tujuan spekulasi. Permintaan akan uang besar

apabila apabila tingkat bunga rendah, dan permintaan akan

uang akan relatif kecil apabila tingkat suku bunga tinggi.

Keynes berpendapat bahwa orang bisa berspekulasi

mengenai perubahan tingkat suku bunga diwaktu

mendatang (perubahan harga pasar obligasi di waktu

mendatang) dengan membeli obligasi atau menjual obligasi

yang dimilikinya dengan harapan memperoleh keuntungan.

a) Fungsi Suku Bunga

Suku bunga mempunyai fungsi yang penting dalam

perekonomian, yaitu:

1. Merupakan alat penting yang berpengaruh terhadap

besarnya jumlah tabungan dan investasi masyarakat.

2. Membantu mengalirkan tabungan ke arah investasi

untuk mendukung pertumbuhan perekonomian.

3. Merupakan alat yang dapat digunakan pemerintah

dalam mengendalikan dan menyeimbangkan jumlah

uang beredar dari permintaan dan penawaran uang di

perekonomian suatu negara.

b) Faktor-faktor Yang Menpengaruhi Suku Bunga

Seperti yang telah dijelaskan diatas, bahwa untuk

mengetahui seberapa besar kecilnya suku bunga

32
simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh

keduanya, artinya baik bunga simpanan maupun bunga

pinjaman saling mempengaruhi satu sama lain, disamping

faktor-faktor luar lainnya, seperti jangka waktu, jaminan,

target laba dan kebijakan pemerintah. Menurut Kasmir

(2008: 131), faktor-faktor utama yang mempengaruhi

besar kecilnya penetapan suku

bunga adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan dana

Apabila bank mengalami kekurangan dana,

sementara permohonan pinjaman meningkat, maka

yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat

terpenuhi adalah dengan menaikkan suku bunga

simpanan. Dengan naiknya suku bunga

simpanan maka akan menarik nasabah untuk

menyimpan dana nya di bank dan kebutuhan dana

dapat terpenuhi. Namun apabila dana simpanan banyak

sementara permohonan pinjaman sedikit maka bank

akan menurunkan Bunga simpanan sehingga

mengurangi minat nasabah untuk menyimpan dana

nya, atau dengan cara menurunkan bunga kredit

sehingga dapat meningkatkan permohonan kredit.

33
2. Persaingan

Dalam memperebutkan dana simpanan, maka

disamping faktor promosi, yang paling utama bagi

pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam

arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16% pertahun,

maka jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya

bunga simpanan dinaikkan diatas bunga pesaing,

misalnya 16,5%. Namun untuk bunga pinjaman harus

berada dibawah bunga pesaing.

3. Kebijakan Pemerintah

Dalam kondisi tertentu pemerintah dapat

menentukan batas maksimal atau minimal suku

bunga, baik bunga simpanan maupun bunga

pinjaman. Dengan ketentuan batas minimal atau

maksimal tidak boleh melebihi batas yang sudah

ditetapkan oleh pemerintah.

4. Target laba yang diinginkan

Target laba yang diinginkan merupakan besarnya

keuntungan jumlah laba yang diinginkan oleh bank.

Jika laba yang diinginkan besar, maka bunga pinjaman

ikut besar dan demikian pula sebaliknya. Oleh

karena itu pihak bank harus hati - hati dalam

34
menentukan persentase laba atau keuntungan yang

diinginkan.

5. Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman maka akan

semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya

kemungkinan resiko di masa mendatang dan

demikian pula sebaliknya.

2.2.7.1.4 Teknik Penyelesaian Kredit Macet

Untuk mengatasi kredit macet pihak bank perlu melakukan

penyelamatan sehingga tidak akan menimbulkan kerugian.

Penyelamatan dapat Dilakukan dengan memberikan keringanan berupa

jangka waktu pembayaran atau Jumlah angsuran terutama bagi kredit

terkena musibah atau dengan melakukan penyitaan bagi kredit yang

sengaja lalai untuk membayar. Penyelamatan terhadap kredit macet

dilakukan dengan beberapa metode (dendawijaya, 2001) yaitu :

1. Rescheduling

Rescheduling (penjadwalan kembali) merupakan upaya

pertama dari pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang

diberikannya kepada debitur. Cara ini dilakukan jika ternyata

pihak debitur (berdasarkan penelitian dan penghitungan yang

dilakukan (account officer bank) tidak mampu untuk memenuhi

kewajibannya dalam hal pembayaran kembali angsuran pokok

35
maupun bunga kredit. Dalam hal ini penjadwalan kembali

dilakukan sebagian atau seluruh kewajiban debitur.

2. Reconditioning

Reconditioning merupakan usaha pihak bank untuk

menyelamatkan kredit yang diberikannya dengan cara mengubah

sebagian atau seluruh kondisi (persyaratan) yang semula

disepakati bersama pihak debitur dan dituangkan dalam

perjanjian kredit (PK). Perubahan kondisi kredit dibuat dengan

memperhatikan masalahmasalah yang dihadapi oleh debitur

dalam pelaksanaan proyek atau bisnis tersebut.

3. Restructuring

Restructuring atau restrukturisasi adalah usaha

penyelamatan kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan

cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian

kredit. Pembiayaan suatu proyek atau bisnis tidak seluruhnya

berasal dari modal (dana) sendiri, tetapi sebagian besar

dibiayai dengan kredit yang diperoleh bank.

4. Kombinasi 3-R

Dalam rangka penyelamatan kredit bermasalh (rescue

program) bila dianggap perlu bank dapat melakukan berbagai

kombinasi dari tindakan rescheduling, reconditioning, dan

restructuring tersebut diatas, yakni:

36
a) rescheduling dan reconditioning

b) rescheduling dan restructuring

c) restructuring dan reconditioning

5. Eksekusi

Jika semua usaha penyelamatan seperti diuraikan diatas

sudah dicoba namun nasabah masih juga tidak mampu memenuhi

kewajibannya terhadap bank, maka jalan terakhir adalah bank

melakukan eksekusi melalui berbagai cara, antara lain:

a) Menyerahkan kewajiban kepada BUPN (Badan Urusan

Piutang Negara)

b) Menyerahkan perkara ke pengadilan negeri (perkara

perdata)

2.3 Penelitian Terdahulu


Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
.
1. Ahimsa (2000) Analisis Faktor - faktor Mengemukakan
yang Berpengaruh terhadap bahwa jangka
Kredit Macet Pada BPR waktu kredit,
BKK Dawe, Kudus tingkat bunga
kredit, dan
kolektibilitas
secara sendiri –
sendiri maupun
secara bersama -
sama berpengaruh
terhadap jumlah

37
kredit macet
dengan alpha (α =
5%)
2. Widodo (2003) Analisis persepsi nasabah Mengemukakan
terhadap faktor - faktor bahwa dari
yang mempengaruhi Kredit beberapa faktor
Macet Pada PT. BPR yang diuji, yaitu
Karticentra Artha Mrangen tingkat suku
kabupaten Demak bunga,
kolektibilitas,
Jangka waktu
pinjaman, dan
stabilitas penjualan
nasabah secara
nyata
mempengaruhi
kredit macet secara
parsial.
3. Indra Marsen S (2011) Analisis Faktor-Faktor yang Hasil kesimpulan
Mempengaruhi Kredit menunjukkan
Bermasalah Pada PT. Bank bahwa Tingkat
Perkreditan Rakyat suku bunga kredit
Bumiasih NBP 34 memiliki pengaruh
Pematangsiantar yang positif,Inflasi
memiliki pengaruh
yang positif,
Jumlah kredit
yang disalurkan
memiliki pengaruh
yang negatif, dan
Jumlah debitur

38
memiliki pengaruh
yang positif
terhadap
kreditbermasalah
pada PT. BPR
Siantar
Bumiasih.PT. BPR
Siantar Bumiasih
4. Rifatul (2013) Analisis Faktor yang Secara parsial,
Mempengaruhi Non Inflasi berpengaruh
Performing Loan di positif dan
Sumatera utara signifikan terhadap
NPL sedangkan
PDRB Perkapita
Riil dan LDR
berpengaruh
negatif dan
signifikan terhadap
NPL. Sebesar
85,8% variasi
variabel
independen dalam
penelitian ini
dapat
Menjelaskan
variabel NPL pada
perbankan di
Sulawesi Selatan,
sedangkan sisanya
sebesar 14,2%,
dijelaskan oleh

39
variabel lain yang
tidak dimasukkan
dalam model
estimasi

2.4 Kerangka Konseptual

Berdasarkan pada teori teori-teori ekonomi yang ada dan

pengalaman di lapangan serta dengan didukung penelitian terdahulu

maka dikembangkan suatu model variabel yang berpengaruh terhadap

terjadinya kredit macet.

Variabel penelitian :

Jumlah kreditiyang

Disalurkan

(X1)

Kredit Macet
Jumlah Debitur
(Y)
(X2)

Suku Bunga Kredit

(X3)

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

2.5 Hipotesis Penelitian

40
Hipotesis adalah suatu pernyataan mengenai konsep-konsep

yang dapat dinilai benar atau salah untuk diujikan secara empiris (C.

William E, Mory, 1996). Sedangkan menurut Suprapto (1993),

dikatakan bahwa hipotesis adalah Suatu proposisi atau anggapan yang

dapat benar namun juga dapat salah dan sering digunakan sebagai

dasar pembuat keputusan/pemecahan persoalan ataupun untuk penelitian

lebih lanjut. Jadi hipotesis merupakan suatu rumusan yang menyatakan

adanya hubungan tertentu antar dua variabel atau lebih Hipotesis ini

bersifat sementara dalam arti dapat diganti dengan hipotesis yang lain

yang lebih tepat dan lebih benar berdasarkan pengujian. Berdasarkan

teori dan penelitian terdahulu maka hipotesis yang dikemukakan dalam

penelitian ini adalah:

H1 : Jumlah kredit yang disalurkan memiliki pengaruh Negatif

terhadap

kredit macet pada KSP KOPDIT SWASTI SARI CABANG

KUPANG

H2 : Jumlah debitur memiliki pengaruh yang positif terhadap

kredit

macet pada KSP KOPDIT SWASTI SARI CABANG KUPANG

H3 : Suku bunga kredit memiliki pengaruh yang positif terhadap

kredit

macet pada KSP KOPDIT SWASTI SARI CABANG KUPANG

41
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di KSP KOPDIT SWASTI SARI

CABANG KUPANG. Waktu penelitian yaitu bulan Maret – Mei 2021.

3.2 Jenis Data

1. Jenis Data Menurut Sumber

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data

sekunder yang ada di KSP KODPIT SWASTI SARI CABANG

KUPANG yaitu laporan keuangan yang diterbitkan dari KSP KOPDIT

SWASTI SARI CABANG KUPANG.

2. Jenis Data Menurut Sifat

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data kuantitatif

yaitu data laporan keuangan yang terdiri dari laporan keuangan dan

statistik tahunan mulai dari tahun 2015 – 2020.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik dokumentasi yaitu membaca dan mengutip data – data secara

relevan dengan variabel penelitian dari semua laporan keuangan dan

statistik bulanan KSP KOPDIT SWASTI SARI CABANG KUPANG yang

berhubungan dengan Jumlah kredit yang disalurkan, jumlah debitur dan

suku bunga dalam tahun 2015 – 2020.

42
3.4 Defenisi Operasional

3.4.1 Variabel Dependen

1. Kredit macet adalah kegagalan nasabah KSP KOPDIT SWASTI SARI

CABANG KUPANG dalam memenuhi kewajibannya untuk

melunasi kredit yang diterimanya (angsuran pokok) beserta bunga

yang sudah disepakati dan sudah diperjanjikan bersama.

3.4.2 Variabel Independen

1. Jumlah Kredit yang disalurkan adalah jumlah / total pinjaman kredit

yang di pinjamkan KSP KOPDIT SWASTI SARI CABANG

KUPANG kepada debitur.

2. Jumlah Debitur adalah jumlah orang yang meminjam uang /

mengambil kredit dari KSP KOPDIT SWASTI SARI CABANG

KUPANG

3. Suku bunga Kredit adalah biaya kredit yang harus dibayar

bersama angsuran oleh debitur KSP KOPDIT SWASTI SARI

CABANG KUPANG

3.5 Teknik Analisa Data

Analisis data yang digunakan adalah analisis data kuantitatif, yaitu

bentuk analisa yang menggunakan angka-angka dan perhitungan

dengan menggunakan metode statistik. Untuk itu data tersebut

dikelompokkan dan diklasifikasikan dengan menggunakan tabel-tabel

tertentu untuk mempermudah dalam menganalisis data dengan

43
menggunakan program SPSS For Windows. Teknis analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.5.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif yaitu teknis analisis data yang digunakan

untuk analisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan

data yang telah dikumpulkan yang dilihat dari nilai rata-rata (mean),

median dan standar deviasi. Dalam penelitian ini analisis deskriptif

akan menggambarkan nilai rata-rata (mean), median, dan standard

deviasi darikredit yang disalurkan, jumlah debitur, tingkat suku bunga.

3.5.2 Uji asumsi klasik

1. Multikolinearitas

Multikolinearitas (Ghozali, 2002) menunjukkan adanya hubungan

linier yang nyata antara beberapa atau semua variabel penjelas dalam

suatu model regresi. Uji mulikolinearitas disini akan dilakukan dengan

cara meregres variabel penjelas terhadap variabel penjelas lainnya

dengan menggunakan matrik korelasi. Petunjuk pengambilan keputusan

adalah sebagai berikut:

a) Apabila nilai VIF adalah < 10, maka tidak terjadi

multikolinearitas.

2. Autokorelasi

Autokorelasi dapat diartikan sebagai korelasi yang terjadi di

antara anggota - anggota dari serangkaian observasi yang

berderetan waktu (apabila datanya time series) atau korelasi

44
antara tempat berdekatan (apabila cross sectional). Adapun uji

yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya penyimpangan

asumsi klasik ini adalah uji Durbin Watson (D-W stat) dengan

ketentuan sebagai berikut (Sujianto, 2009:80) :

1. 1,65 < DW < 2,35 maka tidak ada autokorelasi.

2. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 maka tidak dapat

disimpulkan.

3. DW < 1,21 atau DW > 2,79 maka terjadi autokorelasi.

3. Heteroskedastisitas

Heteroskedasitas merupakan keadaan di mana semua gangguan

yang muncul dalam fungsi regresi populasi tidak memiliki varians

yag sama . Akibat dari pelanggaran uji ini menyebabkan varian

estimasi koefisien regresi tidak minimal lagi. Pengujian

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji White

Heteroscedastisity. Hipotesis yang diuji adalah:

H0 : γ = 0, tidak terdapat heteroskedastisitas

H1 : γ ≠ 0, terdapat heteroskedastisitas

Wilayah kritik penolakan H0 adalah probabilitas obs*R-squared <

a, sedangkan wilayah penerimaan H0 adalah probabilitas obs*R-

squared > a. Jika H0 ditolak maka varians dari error term untuk

setiap pengamatan berbeda untuk setiap variabel bebas, sebaliknya

jika H0 diterima maka varians dari error term untuk setiap

pengamatan sama untuk seluruh variabel bebas.

45
3.5.3 Analisis Regresi Linear Berganda

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis regresi linear berganda dengan menggunakan softwareprogram

SPSS For windows yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan uji

asumsi dasar dan klasik yang meliputi,uji multikolinearitas, uji

autokorelasi dan uji Heterosekdesitas. Analisis regresi linear berganda

ini dilakukan guna mengetahui arah hubungan variabel

dependen (Y) dengan variabel independen (X1,X2,X3,x4). Adapun

persamaan regresi linear berganda pada penelitian ini adalah:

Y = a0+ a1X1+ a2X2+ a3X3 + a3X4

Di mana:

Y = kredit macet

X1= Kredit yanag disalurkan

X2= jumlah Debitur

X3 = Suku Bunga

a 0 = konstanta

a 1, a2, a3, = koefisien regresi

3.5.4 Uji Hipotesis

1. Uji F

Uji F dikenal dengan uji serentak atau uji simultan, yaitu uji untuk

melihat bagaimana pengaruh semua variabel bebas secara simultan

(bersama-sama) terhadap variabel terikatnya. Atau uji untuk

mengetahui apakah model regresi yang dibuat signifikan atau tidak

46
signifikan. Jika signifikan maka model bisa digunakan untuk prediksi

atau peramalan. Jika tidak signifikan maka model tidak bisa dijadikan

prediksi atau peramalan. Dasar pengambilan keputusan uji F

didasarkan pada dua perbandingan, yaitu perbandingan antara nilai F

hitung dengan F tabel dan perbandingan antara nilai F-statisticdengan taraf

signifikansi 5%. Dasar pengambilan keputusan yang didasarkan pada

F hitung dan F tabel yaitu sebagai berikut:

a) Jika F hitung < F tabel maka H0 diterima, yang berarti variabel

bebas secara bersama-sama (simultan) tidak berpengaruh terhadap

variabel terikatnya.

b) Jika nilai F hitung > F tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel

bebas secara bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel

terikatnya. Sedangkan dasar pengambilan keputusan yang

didasarkan pada perbandingan nilai F-statisticdengan taraf signifikansi

5% adalah sebagai berikut:

a. Jika nilai statistik F < 0,05 maka H0 ditolak, yang berarti

variabel-variabel bebas secara bersama-sama (simultan)

berpengaruh terhadap variabel terikatnya.

b. Jika nilai statistik F > 0,05 maka H0 diterima, berarti

variabel-variabel bebas secara bersama-sama (simultan)

tidak berpengaruh terhadap variabel terikatnya.

47
2. Uji Statistik T

Uji statistik T atau dikenal dengan uji parsial, yaitu pengujian

yang dilakukan untuk melihat bagaimana pengaruh variabel bebas

secara parsial (individu) terhadap variabel terikatnya. Uji ini dilakukan

dengan membandingkan t hitung dengan t tabel atau dengan melihat

kolom signifikansi pada masing - masing t hitung. Pengujian yang

didasarkan pada perbandingan antara nilai t hitung dengan t tabel

adalah sebagai berikut:

a. Jika t hitung < t tabel maka H0 diterima, yang berarti variabel

bebas secara parsial (individu) tidak berpengaruh terhadap variabel

terikatnya.

b. Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak, yang berarti variabel bebas

secara parsial (individu) berpengaruh terhadap variabel terikatnya.

Sedangkan pengujian yang didasarkan pada perbandingan nilai probability

dengan taraf signifikansi 5% adalah sebagai berikut:

a) Jika nilai probability < 0,05 maka H0 ditolak, yang berarti

variabel bebas secara parsial (individu) berpengaruh terhadap

variabel terikatnya.

b) Jika nilai probability > 0,05 maka H0 diterima, yang berarti

variabel bebas secara parsial (individu) tidak berpengaruh terhadap

variabel terikatnya.

48
3. Uji R Square

Analisis determinasi (R square) berfungsi untuk mengukur seberapa

besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Koefisien

determinasi pada dasarnya adalah untuk memeriksa apakah model

regresi yang terestimasi cukup baik atau tidak. Nilai koefisien

determinasi R square berkisar antara 0 dan 1. Jika nilai koefisien

determinasi R square semakin mendekati 1 maka semakin baik model

regresi atau kemampuan model yang digunakan sebagai model

prediktif semakin kuat dan dapat dibenarkan, yang berarti variabel-

variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variabel terikat. Demikian sebaliknya, jika nilai

koefisien determinasi R square semakin mendekati nol berarti

kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan variabel-

variabel terikat adalah bebas.

49

Anda mungkin juga menyukai