Anda di halaman 1dari 24

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
Jl. Sunan Ampel No. 07 Ngronggo Kediri 64127 Telp. (0354) 689282 Fax. (0354) 686564
Website: www.iainkediri.ac.id

Nama : Sonya Yuniar Wanazizah

NIM : 931408618

Program Studi : Perbankan Syariah

JUDUL PROPOSAL
A. Judul
Analisis Implementasi Sharia Compliance pada Mekanisme Pembiayaan Murabahah Berdasarkan
Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 di BPRS Lantabur Tebuireng, Jombang.
B. Konteks Penelitian
Ekonomi syariah sebagai ekonomi masa depan dan sistem ekonomi alternatif masyarakat.
Hal ini dibuktikan dengan berkembangnya ekonomi syariah yang sangat pesat di seluruh dunia,
termasuk di Indonesia. Sesuai laporan Global Islamic Economy Indicator 2020-2021, Indonesia
kini menduduki posisi keempat.1 Posisi tersebut meningkat dari posisi kelima di tahun 2019 dan
posisi kesepuluh pada tahun sebelumnya. Wujud bukti nyata perkembangan ekonomi syariah yang
dapat dilihat yaitu semakin berkembangnya lembaga keuangan syariah baik sektor bank maupun
non bank.
Lembaga keuangan syariah beroperasi berdasarkan asas-asas syariah, yang mana
bersumber pada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.2 Secara umum, lembaga
keuangan syariah memiliki fungsi yang sama dengan lembaga keuangan konvensional yaitu sama-
sama menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali
kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau kredit dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat.3 Namun pada dasarnya lembaga keuangan syariah memiliki perbedaan dengan
lembaga keuangan konvensional. Salah satu pilar penting pada pengembangan lembaga keuangan

1
DinarStandard, State of the Global Islamic Economy Report 2020/2021 (2020), 15.
2
Abdullah M Noman, “Imperatives of Financial Innovation FAOR Islamic Banks”, International Journal of Islamic
Financial Services, Vol. 4 No. 3 (2003), 1.
3
Tyagita Winaya Mukti dan Noven Suprayogi, “Apakah Bank Syariah Berbeda Dengan Bank Konvensional? (Kajian
Fenomenologi)”, Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, Vol. 6 No. 6 (Juni, 2019), 1147.

1
syariah adalah sharia compliance (kepatuhan syariah).4 Pilar tersebut sebagai pembeda utama
lembaga keuangan syariah dengan lembaga keuangan konvensional.
Abdul Aziz Nugraha Pratama menyimpulkan bahwa kepatuhan syariah ialah
pengaplikasian nilai-nilai syariah di lembaga keuangan.5 Kepatuhan syariah (sharia compliance)
sebagai bentuk ketaatan lembaga keuangan syariah dalam penerapan prinsip-prinsip syariah pada
operasionalnya. Berkaitan dengan kepatuhan syariah (sharia compliance), Majelis Ulama
Indonesia (MUI) sebagai lembaga yang berwenang dalam bidang keagamaan yang berhubungan
dengan kepentingan umat Islam Indonesia, membentuk dewan syariah berskala nasional yang
bernama Dewan Syariah Nasional (DSN). Fungsi utama dari DSN ialah mengawasi produk-
produk lembaga keuangan syariah agar sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, juga
berfungsi meneliti dan memberi fatwa bagi produk-produk yang dikembangkan lembaga keuangan
syariah. Selanjutnya, untuk mengawasi setiap operasional kegiatan lembaga keuangan syariah agar
berjalan sesuai tuntutan syariat Islam, maka dibentuklah Dewan Pengawas Syariah (DPS). DPS
ini melanjutkan perpanjangan tangan DSN dalam mengimplementasikan fatwa yang telah
diputuskan oleh DSN.6
Prinsip-prinsip syariah juga harus diterapkan dalam akad yang digunakan pada produk-
produk di lembaga keuangan syariah, salah satunya BPRS. Produk-produk di lembaga keuangan
syariah yaitu produk penghimpunan dana, produk penyaluran dana, dan produk jasa. Salah satu
produk pembiayaan/penyaluran dana di BPRS yang sangat diminati masyarakat saat ini ialah
murabahah.

Murabahah merupakan salah satu akad jual beli dalam lembaga keuangan syariah
khususnya di bank pembiayaan rakyat syariah. Muhammad Kurniawan mendefinisikan
murabahah adalah akad pembiayaan untuk pegadaan suatu barang dengan menyertakan harga
belinya (harga perolehan) kepada pembeli dan pembeli membayar secara mengangsur dengan
harga lebih sebagai laba.7 Produk murabahah menjadi salah satu produk yang paling sering
digunakan oleh masyarakat. Berikut dipaparkan data komposisi penyaluran pembiayaan oleh
BPRS dalam tiga tahun terakhir yaitu tahun 2018, 2019, dan 2020.

4
Akhirul Lutfinanda dan Andwiani Sinarasri, “Analisis Pengaruh Pengungkapan Syari’ah Compliance Terhadap
Kepatuhan Perbankan Syariah Pada Prinsip Syariah (Studi Kasus: di BPRS Kota Semarang)”, Jurnal Maksimum, Vol. 4
No. 1 (September 2013- Februari 2014), 25.
5
Abdul Aziz Nugraha Pratama, Perilaku Organisasi Penopang Kepatuhan Syariah Industri Perbankan Syariah (Salatiga:
LP2M-Press IAIN Salatiga, 2017), 10.
6
Rahmat Ilyas, “Peran Dewan Pengawas Syariah Dalam Perbankan Syariah”, Jurnal Perbankan Syariah, Vol. 2 No. 1
(April, 2021), 45-47.
7
Muhammad Kurniawan, Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Teori dan Aplikasi) (Indramayu: Penerbit Adab CV
Adanu Abimata, 2021), 139.

2
Tabel 1

Data Komposisi Pembiayaan yang Diberikan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Tahun 2018-2020

Akad 2018 2019 2020


Mudharabah 180.956.000 240.606.000 260.651.000
Musyarakah 837.915.000 1.121.004.000 1.551.953.000
Murabahah 6.940.379.000 7.457.774.000 7.648.501.000
Salam 0 0 0
Istishna 35.387.000 67.178.000 72.426.000
Ijarah 46.579.000 41.508.000 53.318.000
Qardh 185.360.000 176.856.000 222.678.000
Multijasa 857.890.000 838.394.000 871.973.000
Total 9.084.467.000 9.943.320.000 10.681.499.000
Sumber: Statistik Perbankan Syariah Februari 2021

Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang disajikan dalam statistik
perbankan syariah pada Februari 2021 sesuai tabel diatas, dapat dilihat bahwa akad/pembiayaan
murabahah yang mendominasi penyaluran pembiayaan pada bank pembiayaan rakyat syariah di
Indonesia. Fatwa tentang murabahah, salah satunya terdapat pada Fatwa DSN No. 04/DSN-
MUI/IV/2000. Pada fatwa tersebut memuat ketentuan umum murabahah dalam bank syariah,
ketentuan murabahah kepada nasabah, jaminan dalam murabahah, utang dalam murabahah,
penundaan pembayaran dalam murabahah, serta terkait bangkrut dalam murabahah.
Penelitian yang dilakukan oleh Nikmatul Mei Wulandari (2019) yang berjudul “Analisis
Sharia Compliance pada Mekanisme Pembiayaan Murabahah di Bank Jatim Cabang Syariah
Kediri” menyimpulkan bahwa mekanisme pembiayaan murabahah di Bank Jatim Cabang Syariah
Kediri tidak hanya menggunakan dasar hukum Islam, namun juga peraturan perbankan dan
kebijakan dari Bank Jatim Cabang Syariah Kediri; sharia Compliance pada mekanisme
pembiayaan murabahah di Bank Jatim Cabang Syariah Kediri belum sepenuhnya sesuai dengan
Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI), khususnya dalam hal kepemilikan objek
pembiayaan murabahah dan akad wakalah dalam pembiayaan murabahah.
Penelitian terkait kepatuhan syariah (sharia compliance) pada pembiayaan murabahah
sangat diperlukan, untuk mengetahui tingkat kepatuhan syariah serta peran dewan pengawas
syariah dalam mekanisme pembiayaan murabahah yang semakin diminati oleh masyarakat. Hal

3
ini dikarenakan kepatuhan syariah (sharia compliance) sebagai syarat utama yang harus
diwujudkan oleh lembaga keuangan yang berbasis syariah.
Salah satu lembaga keuangan syariah di Indonesia ialah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS). BPRS adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran. Di Indonesia tercatat hingga Februari 2021 terdapat 163 BPRS, salah satunya
BPRS Lantabur Tebuireng-Jombang.8 BPRS Lantabur Tebuireng telah mendapatkan
penghargaan The Most Efficient Sharia Rural Bank 2020 dan peraih golden trophy dengan urutan
ke-13 deretan BPRS. Penghargaan tersebut diberikan dalam acara “9th Infobank Sharia Finance
Institution Awards 2020” di Jakarta.9 Pembiayaan murabahah di BPRS Lantabur Tebuireng-
Jombang mengalami peningkatan sebesar Rp 3.000.209, yaitu pada Desember 2020 sebesar Rp
130.335.940 dan pada tahun sebelumnya yaitu Rp 127.335.731.
Penelitian yang dilakukan oleh Suharyati (2021) yang berjudul “Analisis Penerapan
Sharia Compliance pada Mekanisme Pembiayaan Murabahah (Studi Kasus di BJBS KCP Patrol,
Indramayu) menyimpulkan bahwa mekanisme pembiayaan murabahah di BJBS KCP Patrol
sudah sesuai dengan tahapan berdasarkan dasar hukum Islam. Untuk penerapan sharia
compliance pada mekanisme pembiayaan murabahah di BJBS KCP Patrol belum sepenuhnya
sesuai dengan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN-MUI), khususnya dalam hal kepemilikan
objek pembiayaan murabahah dan akad wakalah dalam pembiayaan murabahah.
Penulis tertarik untuk meneliti produk pembiayaan murabahah karena produk tersebut
terus mengalami kenaikan daripada produk yang lainnya. Untuk mengetahui permasalahan
kondisi perbankan tersebut, peneliti mengajukan penelitian dengan judul “Analisis
Implementasi Sharia Compliance pada Mekanisme Pembiayaan Murabahah Berdasarkan
Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 di BPRS Lantabur Tebuireng, Jombang.
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana mekanisme pembiayaan murabahah di BPRS Lantabur Tebuireng Jombang?
2. Bagaimana implementasi sharia compliance pada mekanisme pembiayaan murabahah di
BPRS Lantabur Tebuireng Jombang berdasarkan fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000?

8
Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah (Jakarta: OJK RI, Departemen Perizinan dan Informasi Perbankan,
2021), 82.
9
https://infobanknews/ini-dia-institusi-keuangan-syariah-terbaik-2020/amp diakses pada Senin, 25 Oktober 2021 pada
pukul 20.51 WIB.

4
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjelasan rumusan masalah di atas, terdapat beberapa tujuan dari penelitian
yaitu:
1. Untuk mengetahui mekanisme pembiayaan murabahah di BPRS Lantabur Tebuireng
Jombang.
2. Untuk mengetahui implementasi sharia compliance pada mekanisme pembiayaan murabahah
di BPRS Lantabur Tebuireng Jombang berdasarkan fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka diharapkan penelitian ini mempunyai manfaat
sebagai berikut:
1. Kegunaan secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan pengetahuan pembaca di bidang
perbankan syariah mengenai Implementasi Sharia Compliance pada Mekanisme Pembiayaan
Murabahah Berdasarkan Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 di BPRS Lantabur Tebuireng,
Jombang.
2. Kegunaan secara praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan menambah pengetahuan,
wawasan serta pengalaman dalam melakukan penelitian tentang perbankan syariah,
khususnya mengenai Implementasi Sharia Compliance pada Mekanisme Pembiayaan
Murabahah Berdasarkan Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 di BPRS Lantabur
Tebuireng, Jombang.
b. Bagi Perusahaan BPRS
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih detail sebagai bahan
masukan dan pertimbangan khususnya mengenai implementasi sharia compliance pada
Mekanisme Pembiayaan Murabahah Berdasarkan Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000
di BPRS Lantabur Tebuireng, Jombang.
c. Bagi Akademik
Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi kalangan akademik sebagai bahan
pertimbangan penelitian selanjutnya, memberikan informasi yang bermanfaat bagi
mahasiswa dan memperkaya khazanah keilmuan serta menambah koleksi kepustakaan
IAIN Kediri.

5
F. Telaah Pustaka
Berikut Telaah Pustaka yang dijadikan penulis:
1. Analisis Penerapan Fatwa DSN MUI No. 17/DSN-MUI/IX/2000 Pada Pembiayaan
Murabahah di BMT Agritama Srengat-Blitar oleh Siti Ma’unah (2019), mahasiswi IAIN
Kediri.
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan akad murabahah di BMT
Agritama Srengat melewati beberapa tahapan yang harus dilalui nasabah dan petugas BMT
sebelum persetujuan dalam pembiayaan. Tahapan tersebut sudah sesuai dengan teori dan
ketentuan murabahah diantaranya pengajuan berkas serta syarat-syarat pembiayaan; penelitian
berkas dan wawancara tujuan pengajuan pembiayaan; survei; lalu jika lolos survei dilakukan
penandatanganan akad di BMT oleh nasabah dan petugas BMT; foto jaminan; kemudian
realisasi pembiayaan. Fatwa DSN MUI No. 17/DSN-MUI/IX/2000 pembiayaan murabahah
di BMT Agritama Srengat diterapkan bagi nasabah yang sengaja melakukan penundaan
pembayaran maka akan dicari tau penyebab penundaan pembayaran tersebut, lalu diberikan
empat pilihan yaitu perpanjangan waktu; membayar pokoknya saja; dilakukan take over; jika
tetap tidak mau membayar maka menjual jaminan bersama-sama atas persetujuan nasabah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa persamaan penelitian sebelumnya dengan
penelitian sekarang yaitu sama-sama membahas pada pembiayaan murabahah. Selain itu,
penelitian sebelumnya dan penelitian sekarang sama-sama menggunakan jenis pendekatan
kualitatif. Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan sekarang terletak pada variabel
serta objeknya, pada penelitian sebelumnya variabel bebasnya ialah Fatwa DSN MUI No.
17/DSN-MUI/IX/2000 sedangkan penelitian sekarang variabel bebasnya ialah sharia
compliance (kepatuhan syariah). Objek yang diteliti pada penelitian sebelumnya yaitu di BMT
Agritama Srengat-Blitar, sedangkan objek penelitian sekarang yaitu Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah Lantabur Tebuireng-Jombang. Selanjutnya penelitian yang sekarang menggunakan
tinjauan Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000, sedangkan penelitian sebelumnya tidak
menggunakan tinjauan.
2. Analisis Sharia Compliance Pada Mekanisme Pembiayaan KPR (Kepemilikan Rumah) di
Bank Syariah Bukopin Kantor Cabang Sidoarjo oleh Muchammad Nuril Anwar (2018),
mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pada mekanisme pembiayaan KPR
di Bank Syariah Bukopin Kantor Cabang Sidoarjo mengantut fatwa DSN No. 04/DSN-
MUI/IV/2000 tentang ketentuan umum murabahah; fatwa DSN NO. 13/DSN-MUI/IX/2000
tentang uang muka dalam murabahah menunjukkan kesesuaian dengan prinsip-prinsip syariah
pada transaksi keuangan berupa budaya kepatuhan terhadap nilai, perilaku, dan tindakan yang

6
dilakukan. Selain itu fatwa DSN No. 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang membolehkan bank
meminta jaminan kepada nasabah yang dibiayai diterapkan juga di Bank Syariah Bukopin
Kantor Cabang Sidoarjo.
Dari uraian tersebut menunjukkan persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang
sekarang ialah sama-sama membahas penerapan sharia compliance (kepatuhan syariah).
Selain itu, penelitian sebelumnya dan penelitian sekarang sama-sama menggunakan jenis
pendekatan kualitatif. Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian
sekarang yaitu pada pemberian analisis sharia compliance dimana pada penelitian sebelumnya
pada mekanisme pembiayaan KPR, sedangkan penelitian sekarang pada mekanisme
pembiayaan murabahah secara umum. Selanjutnya pada objek yang diteliti, yang mana pada
penelitian sebelumnya di Bank Syariah Bukopin Kantor Cabang Sidoarjo, sedangkan
penelitian yang sekarang di BPRS Lantabur Tebuireng-Jombang.
3. Implementasi Kepatuhan Syariah (Sharia Compliance) Pada Pembiayaan Akad Mudharabah
Perspektif Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (SK BMT UGT Sidogiri Malang Kota) oleh
Muhammad Yusuf Hasyim (2021), mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Berdasarkan penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengimplementasian akad mudharabah
di BMT UGT Sidogiri Malang Kota sudah sesuai dengan kepatuhan syariah, yaitu melalui
analisis yang dilakukan dewan pengawas menggunakan regulasi umum dan internal. Peneliti
tersebut menyampaikan apabila terdapat kesalahpahaman atau ketidaktahuan nasabah terkait
produk akad mudharabah, itu akibat kesalahan pihak nasabah sendiri. Hal itu dikarenakan
nasabah yang tidak mementingkan sebuah peraturan atau prosedur yang ada, dan seharusnya
sebagai nasabah memperhatikan betul hak dan kewajibannya sebagai pengelola. Dalam
pembagian hasil menunjukkan sudah sesuai dengan kepatuhan syariah jika ditinjau dari
Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pasal 236 mengenai prosentase bagi hasil usaha
dinyatakan jelas dan pasti.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang yaitu sama-sama membahas
implementasi sharia compliance dan sama-sama menggunakan jenis pendekatan kualitatif.
Untuk perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang yaitu pemberian analisis
sharia compliance dimana pada penelitian sebelumnya pada pembiayaan akad mudharabah
sedangkan penelitian sekarang pada mekanisme pembiayaan murabahah. Selanjutnya
perbedaan pada tinjauan yang digunakan, dimana penelitian sebelumnya menggunakan
perspektif Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah sedangkan penelitian yang sekarang
menggunakan Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000. Perbedaan selanjutnya pada objek yang
diteliti, pada penelitian sebelumnya di BMT UGT Sidogiri Malang Kota sedangkan penelitian
sekarang objek yang diteliti yaitu di BPRS Lantabur Tebuireng-Jombang.

7
4. “Analisis Kepatuhan Syariah Pada Bank Syariah: Studi Kasus Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah” oleh Aini Maslihatin (2020).
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa manajemen dan personaliti BPRS telah menjalankan
prinsip syariah dengan baik. Hal itu ditunjukkan pada operasional bank syariah dan praktik
akad pembiayaan telah sesuai dengan prinsip syariah, pegawai BPRS juga menjalankan prinsip
syariah secara baik. Hasil tersebut dibuktikan dengan ketercapaiannya maqashid syariah. Akad
musyarakah menunjukkan tingkat kepatuhan syariah paling tinggi.
Persamaan penelitian tersebut (sebelumnya) dengan penelitian sekarang yaitu sama-sama
membahas kepatuhan syariah (sharia compliance) dan sama-sama menggunakan pendekatan
kualitatif pada penelitiannya. Sedangkan perbedaan terletak pada pemberian analisis sharia
compliance dimana pada penelitian sebelumnya mencakup semua pembiayaan sedangkan
penelitian sekarang pada mekanisme pembiayaan murabahah. Perbedaan berikutnya terletak
pada objek yang diteliti, dimana penelitian sebelumnya pada 24 BPRS di Indonesia, sedangkan
objek yang diteliti pada penelitian yang sekarang di BPRS Lantabur Tebuireng-Jombang.
5. “Penerapan Sharia Compliance Dalam Pembiayaan Murabahah (SK BPRS Al-Madinah
Tasikmalaya) oleh Rizkha Badaniah dan Gista Rismayani (2020).
Penelitian tersebut menyimpulkan pembiayaan murabahah di BPRS Al-Madinah Tasikmalaya
dilakukan melalui beberapa tahapan diantaranya: pengajuan, pelaksanaan (penyerahan
dokumen atau persyaratan), analisis, serta tahapan monitoring dan evaluasi. Tahapan tersebut
menunjukkan kesesuaian dengan sharia compliance yang memenuhi prinsip-prinsip syariah
yaitu riba, maysir, gharar, haram, dan dzolim. Pembiayaan muarabahah di BPRS Al-Madinah
Tasikmalaya menganut prinsip-prinsip syariah pada Pasal 2 UU No. 21 Tahun 2008.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang sekarang yaitu sama-sama membahas
penerapan sharia compliance pada pembiayaan murabahah dan sama-sama menggunakan
pendekatan kualitatif. Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian sekarang
terletak pada tinjauan yang digunakan dan objek yang diteliti. Dimana pada penelitian
sebelumnya, tinjauan yang digunakan yaitu Pasal 2 UU No. 21 Tahun 2008 sedangkan
penelitian sekarang berdasarkan Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000. Selanjutnya untuk
objek yang diteliti pada penelitian sebelumnya yaitu di BPRS Al-Madinah Tasikmalaya
sedangkan penelitian sekarang objek yang diteliti yaitu BPRS Lantabur Tebuireng-Jombang.

8
G. Landasan Teori
1. Teori Sharia Compliance
{Abdul Aziz Nugraha Pratama, Perilaku Organisasi Penopang Kepatuhan Syariah Industri
Perbankan Syariah (Salatiga: LP2M-Press IAIN Salatiga, 2017)}
a) Pengertian Sharia Compliance
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011 tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan
Bank Umum, mendefinisikan bahwa kepatuhan adalah nilai, perilaku, dan tindakan yang
mendukung terciptanya kepatuhan terhadap ketentuan Bank Indonesia dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, termasuk prinsip shariah bagi bank umum syariah dan unit
usaha syariah.10
Fungsi kepatuhan memiliki konsep dasar sebagai pengelola risiko dan pelaksana yang
bertugas untuk melakukan koordinasi kepada seluruh unit kerja dalam menjalankan manajemen
risiko. Fungsi kepatuhan yang utama yaitu melakukan kegiatan pengawasan secara preventif
dalam hal manajemen lembaga keuangan syariah. Untuk mewujudkan kepatuhan dalam
perbankan syariah, maka dibutuhkan upaya yang memiliki wujud karakteristik, integritas, dan
kredibilitas di bank syariah. Untuk melakukan efektivitas dalam kepatuhan syariah, maka
diperlukan beberapa upaya11:
1. Protektif, yaitu memastikan terciptanya ketaatan kebijakan, ketentuan, dan peraturan yang
berlaku melalui analisis di bidang keuangan, operasional dan kegiatan lainnya dalam
pemeriksaan maupun pengawasan.
2. Konstruktif, yaitu menjaga tingkat kehematan penggunaan sumberdaya dan efektivitas hasil
yang maksimal melalui saran perbaikan dan informasi obyektif untuk melakukan review
pada semua tingkatan manajemen.
3. Konsultatif, yaitu memberikan rekomendasi yang bermanfaat bagi seluruh manajemen
sebagai penyempurnaan kebijakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi melalui
identifikasi segala kemungkinan risiko dan penyimpangan untuk memperbaiki dan
meningkatkan efisiensi penggunaan sumberdaya dan dana, sehingga penyimpangan dapat
terdeteksi.
Menurut Ilhami (2009), kepatuhan syariah sebagai syarat mutlak yang wajib untuk
dipenuhi oleh lembaga keuangan yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.
Kepatuhan syariah adalah pemenuhan seluruh prinsip syariah dalam semua kegiatan yang

10
Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011-Tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank
Umum, 1.
11
Agus Salim Harahap dan Saparuddin Siregar, “Kepatuhan Syariah Aspek Bagi Hasil Perbankan Syariah”, Seminar
Nasional Teknologi Komputer dan Sains (SAINTEKS), (Februari, 2020), 577.

9
dilakukan sebagai wujud atas karakteristik lembaga tersebut. 12 Sedangkan Sutedi
mendefinisikan kepatuhan syariah dalam bank syariah secara konsep sesungguhnya adalah
penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah, dan tradisinya dalam transaksi keuangan dan
perbankan serta bisnis lain yang terkait.13
Abdul Aziz NP menyimpulkan bahwa kepatuhan syariah (sharia compliance) merupakan
pengaplikasian nilai-nilai syariah di lembaga keuangan. Kepatuhan syariah dalam operasional
bank syariah tidak hanya pada produk, namun juga pada sistem, teknik, dan identitas
perusahaan. Budaya perusahaan yang mencakup pakaian, dekorasi, image perusahaan juga
menjadi aspek dalam kepatuhan syariah. hal itu bertujuan untuk menciptakan suatu moralitas
dan spiritual kolektif, ketika digabungkan dengan produksi barang dan jasa akan dapat
menopang kemajuan dan pertumbuhan jalan hidup yang islami. Ketentuan yang dapat dijadikan
tolak ukur secara kualitatif dalam menilai ketaatan syariah di lembaga keuangan syariah yaitu
akad atau kontrak yang digunakan untuk pengumpulan dan penyaluran dana sesuai prinsip-
prinsip syariah dan aturan syariah yang berlaku.14
b) Tujuan Sharia Compliance
Aspek yang membedakan lembaga konvensional dan syariah yaitu pemenuhan terhadap
nilai-nilai syariah. Allah SWT berfirman dalam QS. Az-Zariyat ayat 56:
‫س اِْلَّ ِل َي ْعبُد ُْو ِن‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اْل ْن‬
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
(QS. Az-Zariyat: 56)
Dari ayat tersebut, Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW agar beristiqomah
mengajak para umatnya mengesakan Allah, sebab sesungguhnya itulah tujuan penciptaan.
Allah tidak menciptakan jin dan manusia untuk kebaikan-Nya sendiri, namun tujuan hidup
mereka ialah untuk beribadah kepada Allah.
Dalam mewujudkan kepatuhan syariah, harus menekankan peran aktif dari seluruh bagian
organisasi kepatuhan dalam lembaga, mulai dari Direktur yang membawahkan fungsi
kepatuhan di bank syariah, Kepala Unit kepatuhan dan satuan kerja kepatuhan untuk mengelola
risiko kepatuhan. Kepatuhan sebagai tanggung jawab bersama yang harus diwujudkan oleh
seluruh karyawan mulai atasan hingga bawahan. Kepatuhan berfugsi untuk merumuskan
strategi dalam mendorong terwujudnya budaya kepatuhan bank, membuat kebijakan kepatuhan
atau prinsip-prinsip kepatuhan, menetapkan sistem dan prosedur, kegiatan usaha yang

12
Agus Waluyo, “Kepatuhan Bank Syariah Terhadap Fatwa Dewan Syariah Nasional Pasca Transformasi ke Dalam
Hukum Positif”, INFERENSI: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 10 No 2 (Desember, 2016), 521.
13
Siti Asmaul Usnah, “Pandangan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Tentang Kepatuhan
Syariah di Bank Syariah”, JESTT, Vol 2 NO 2 (Februari, 2015), 151.
14
Abdul Aziz Nugraha Pratama, Perilaku Organisasi Penopang Kepatuhan Syariah Industri Perbankan Syariah, 10-11.

10
dilakukan bank, meminimalisir risiko kepatuhan bank, melakukan tindakan pencegahan agar
kebijakan atau keputusan yang diambil oleh direksi bank atau pimpinan kantor cabang bank
asing tidak menyimpang dari ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.15
c) Ketentuan Sharia Compliance
Terdapat ketentuan kepatuhan syariah (sharia compliance) yang dapat digunakan
sebagai ukuran kualitatif dalam menilai ketaatan syariah di lembaga keuangan syariah,
diantaranya:
1. Akad atau kontrak yang digunakan untuk pengumpulan dan penyaluran dana sesuai
prinsip-prinsip syariah dan aturan syariah yang berlaku.
2. Dana zakat dihitung dan dibayar serta dikelola sesuai dengan aturan dan prinsip-prinsip
syariah.
3. Seluruh transaksi dan aktivitas ekonomi dilaporkan secara wajar sesuai standar akuntansi
syariah yang berlaku.
4. Lingkungan kerja dan corporate culture sesuai dengan syariah.
5. Bisnis usaha yang dibiayai tidak bertentangan dengan syariah.
6. Terdapat Dewan Pengawas Syariah (DPS) sebagai pengarah syariah atas seluruh aktivitas
operasional bank syariah.
7. Sumber dana berasal dari sumber yang sah dan halal menurut prinsip syariah yang berlaku.
Uraian indikator dan sub-indikator dari Sharia Compliance (Kepatuhan Syariah).16
No Indikator Sub Indikator
1 Akad yang digunakan dalam Pengumpulan dana:
pengumpulan dan penyaluran  Giro (akad wadiah)
dana.  Tabungan
a. Akad wadiah atau akad lain.
b. Akad mudharabah atau akad lain
 Deposito (akad mudharabah)
Penyaluran dana:
 Jual beli (akad murabahah)
 Pembiayaan bagi hasil: mudharabah dan
musyarakah.
 Pembiayaan lain:

15
Ni Nyoman Adi Astiti dan Jefry Tarantang, “Kedudukan Sharia Compliance Perbankan Syariah di Indonesia Perspektif
Yuridis-Filosofis”, Jurnal Al-Qardh, Vol. 5 No. 2 (Desember, 2020), 125.
16
Desi Noviana Eka Putri, Skripsi: “Analisis Pengungkapan Sharia Compliance pada Pelaksanaan Good Corporate
Governance Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2017” (Lampung: UIN Raden Intan Lampung, 2019), 30-32.

11
a. Sewa beli (akad Ijarah Muntahiya Bittamlik)
b. Pinjaman dalam bentuk piutang (akad qardh)
c. Sewa-menyewa (akad Ijarah)
2 Pengelolaan dana zakat. a. Metode pengakuan dan pengukuran dana zakat.
b. Periode laporan sumber dan penggunaan dana zakat.
c. Sumber dana zakat.
d. Penyaluran dan penggunaan dana zakat.
e. Kenaikan dan penurunan dana zakat.
f. Saldo awal dan akhir dana zakat.
3 Seluruh transaksi dan aktivitas a. Neraca
ekonomi dilaporkan secara b. Laporan laba rugi.
wajar sesuai standar akuntansi c. Laporan perubahan ekuitas.
syariah yang berlaku. d. Laporan penggunaan dana kebajikan.
4 Lingkungan kerja dan Sub-indikator tidak dapat diteliti berdasarkan annual report.
corporate culture sesuai
dengan syariah.
5 Bisnis usaha yang dibiayai a. Tidak mengandung riba.
tidak bertentangan dengan b. Tidak mengandung maysir.
syariah. c. Tidak mengandung gharar.
d. Tidak mengandung haram.
e. Tidak mengandung dzalim.
6 Keberadaan Dewan Pengawas a. Nama anggota DPS.
Syariah sebagai pengarah b. CV DPS.
syariah atas keseluruhan c. Foto DPS.
kegiatan operasional bank d. Jumlah, kriteria, dan rangkap jabatan sesuai ketentuan
syariah. RI.
e. Usulan pengangkatan DPS oleh RUPS dan rekomendasi
Komite Remunerasi dan Nominasi.
f. Masa jabatan DPS.
g. Tugas dan tanggungjawab DPS.
h. Patuh terhadap periode penyampaian laporan.
i. Waktu penyampaian laporan.
j. Penyediaan waktu untuk pelaksanaan tugas dan
tanggungjawab.
k. Jumlah rapat.

12
l. Risalah rapat.
m. Pengungkapan rangkap jabatan.
n. Patuh pada larangan pemanfaatan bank syariah untuk
kepentingan pribadi.
o. Pengungkapan nilai remunerasi.
p. Patuh terhadap larangan sebagai konsultan dalam saat
bersamaan.
q. Opini DPS yang dipublish.
7 Sumber dana berasal dari Sub-indikator tidak dapat diteliti berdasarkan annual report.
sumber yang sah dan halal.

Mekanisme kepatuhan syariah memiliki dua konsep yang menjadi dasar pelaksanaan
pengawasan syariah dalam konteks pemenuhan akuntabilitas secara horizontal, dan
transendental. Pertama, konsep sharia review yang harus dilakukan DPS dalam melakukan
pengawasan terhadap kepatuhan syariah. Kedua, konsep internal sharia review bank syariah
yang merupakan salah satu fungsi internal audit.17
d) Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS)
Peran dan fungsi Dewan Pengawas Syariah pada lembaga keuangan syariah sangat
erat dalam merealisasikan kepatuhan syariah (sharia compliance). Peran dan fungsi tersebut
dituangkan dalam keputusan Dewan Pimpinan Pusat MUI tentang susunan pengurus DSN-
MUI No. Kep 98/MUI/III/200118 yaitu:
(1) Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah yang berada di
bawah pengawasannya;
(2) Mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada pimpinan
lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN;
(3) Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang
diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran;
(4) Dewan Pengawas Syariah merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan
pembahasan-pembahasan Dewan Syariah Nasional.
2. Pembiayaan Murabahah
{(Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014)}

17
Wulpiah, “Urgensi Penerapan Kepatuhan Syariah Pada Perbankan Syariah (Telaah Konseptual-Analitis)”, Asy-
Syar’iyyah: Jurnal Ilmu Syari’ah dan Perbankan Islam, Vol 2 No 1 (2017), 108-109.
18
Taufik Kurrohman, “Peran Dewan Pengawas Syariah Terhadap Syariah Compliance Pada perbankan Syariah”, Jurnal
Surya Kencana Satu, Vol 8 No 2 (Oktober, 2017), 57.

13
a. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Definisi pembiayaan menurut Kasmir samadengan kredit, namun disertai imbalan
atau bagi hasil. Danupranata (2013) mendefinisikan pembiayaan sebagai pemberian fasilitas
penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang tergolong mengalami
kekurangan dana, pembiayaan produktif yaitu jenis pembiayaan untuk peningkatan usaha
baik usaha produksi, perdagangan maupun investasi, pembiayaan konsumtif digunakan
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan saat dipakai untuk
memenuhi kebutuhan.19
Pada dasarnya, pembiayaan diberikan atas dasar kepercayaan. Dimana prestasi yang
diberikan benar-benar harus diyakini akan dikembalikan oleh penerima pembiayaan sesuai
dengan waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama. Unsur-unsur pembiayaan20
diantaranya:
a. Adanya dua pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul mal) dan penerima pembiayaan
(mudharib). Hubungan antara pemberi pembiayaan dan penerima yaitu kerjasama yang
saling menguntungkan atau yang diartikan sebagai tolong menolong.
b. Adanya kepercayaan shahibul mal kepada mudharib berdasarkan prestasi dan potensi
mudharib.
c. Adanya persetujuan, yaitu kesepakatan pihak shahibul mal dan pihak lainnya yang
berjanji membayar dari mudharib kepada shahibul mal. Janji membayar tersebut dapat
berupa tertulis, lisan atau berupa instrumen.
d. Adanya penyerahan barang, jasa atau uang dari shahibul mal kepada mudharib.
e. Adanya unsur waktu (time element), yaitu unsur esensial pembiayaan. Pembiayaan terjadi
akibat unsur waktu, baik dari sisi shahibul mal maupun mudharib.
f. Adanya unsur risiko (degree of risk) baik pihak shahibul mal maupun pihak mudharib.
Risiko pihak shahibul mal berupa risiko gagal bayar, baik akibat gagal usaha atau
ketidakmampuan membayar karena ketidaksediaan membayar. Sedangkan risiko pihak
mudharib berupa kecurangan dari pihak pembiayaan, misalnya shahibul mal yang
bermaksud mencaplok perusahaan yang diberi pembiayaan atau tanah yang dijaminkan.
Adapun tujuan-tujuan dari pembiayaan yang terbagi dari sisi mikro dan makro.21
Berikut beberapa tujuan dari pembiayaan pada sisi mikro yaitu:

19
Nurhadi, “Pembiayaan dan Kredit di Lembaga Keuangan”, Jurnal Tabarru’: Islamic Banking and Finance, (November,
2018), Vol. 1 No. 2, 17.
20
Rahmat Ilyas, “Analisis Sistem Pembiayaan pada Perbankan Syariah”, Jurnal Hukum dan Ekonomi Syari’ah, Vol. 6
No. 4, 6-7.
21
Ibid., 7-8.

14
a. Sebagai upaya memaksimalkan harta, tiap usaha yang dibuka memiliki tujuan utama
untuk menghasilkan laba.
b. Upaya untuk meminimalkan risiko, usaha yang dilakukan bermaksud menghasilkan laba
yang maksimal maka pemilik usaha harus mampu meminamlisir risiko yang akan
muncul.
c. Pendayagunaan sumber ekonomi. Sumber daya ekonomi dapat berkembang melalui
mixing antara sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya modal.
d. Menyalurkan kelebihan dana. Dalam kehidupan masyarakat terdapat pihak yang
kelebihan dana ada yang kekurangan dana.
Sedangkan tujuan pembiayaan di sisi makro diantaranya:
a. Peningkatan ekonomi umat, masyarakat yang tidak dapat diakses secara ekonomi, adanya
pembiayaan mereka dapat melakukan akses ekonomi.
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha.
c. Meningkatkan produktivitas, pembiayaan dapat memberikan peluang bagi masyarakat
usaha agar mampu meningkatkan daya produksinya.
d. Membuka lapangan kerja baru, dibukanya sektor-sektor usaha melalui dana pembiayaan
dapat menyerap tenaga kerja baru.
e. Terjadinya distribusi pendapatan, masyarakat usaha produktif dapat melakukan aktivitas
kerja.
Muhamad mendefinisikan ba’i al-murabahah sebagai jual beli dengan harga asli
ditambah keuntungan yang telah disepakati antara pihak bank syariah dengan nasabah. Bank
menyebutkan harga barang pada nasabah kemudian bank menambahkan laba dalam jumlah
sesuai kesepakatan bersama.22 Murabahah merupakan produk pembiayaan di bank syariah
yang dilakukan dengan bentuk transaksi jual-beli (bai’ atau sale). Pada perjanjian
murabahah, bank membiayai pembelian barang atau aset yang dibutuhkan nasabah dengan
melakukan pembelian terlebih dahulu dari pemasok barang, setelah kepemilikan barang
tersebut secara yuridis berada di tangan bank kemudian bank menjualnya kepada nasabah
dengan menambah suatu margin atau keuntungan yang mana nasabah hrus diberitahu dahulu
harga beli dari pemasok dan menyepakati besaran margin atau keuntungan yang
ditambahkan ke dalam harga beli bank tersebut.23

22
Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah (Depok: Rajawali Pers, 2017), 29.
23
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya (Jakarta: Prenadamedia Group,
2014), 191.

15
Tabel 2
Perbandingan Karakteristik Pokok Pembiayaan Murabahah dalam Literatur
Klasik dan Praktik di Indonesia
Karakteristik Pokok Praktik Pokok Praktik di Indonesia
Tujuan transaksi Kegiatan jual beli Pembiayaan dalam rangka
penyediaan fasilitas/barang.
Tahapan transaksi Dua tahap Satu tahap.
Proses transaksi Penjual membeli barang dari Bank selaku penjual dapat
produsen. mewakilkan kepada nasabah
Ppenjual menjual barang ke untuk membeli barang dari
pembeli. produsen untuk dijual
kembali kepada nasabah
tersebut.
Status kepemilikan barang Barang telah dimiliki penjual Barang belum jelas dimiliki
pada saat akad saat akad penjualan dengan penjual pada saat akad
pembeli dilakukan. penjualan dengan pembeli
dilakukan.
Perhitungan tingkat margin Perhitungan laba Perhitungan menggunakan
mengggunakan biaya benchmark atas rate yang
transaksi riil. berlaku dalam pasar uang.
Perhitungan laba merupakan Perhitungan laba
lumpsum dan wholesale. menggunakan presentase per
annum dan dihitung
berdasarkan baki debet
(outstanding) pembiayaan.
Sifat pemesanan barang oleh Tidak tertulis Tertulis dan mengikat
nasabah Dua pendapat
Mengikat dan tidak mengikat
Pengungkapan harga pokok Harus transparan Harus transparan
dan margin
Tenor Sangat pendek Jangka paanjang (1-5 tahun)
Cara pembayaran transaksi Cash and carry Dengan cicilan (ta’jil)
jual beli

16
Kolateral Tanpa kolateral Ada kolateral/jaminan
tambahan
Sumber: Buchori (2004)
b. Rukun dan Syarat Transaksi Murabahah
Mengenai rukun dan syarat murabahah pada dasarnya sama dengan jual beli biasa, seperti
para pihak yang melakukan akad cakap bertindak hukum, barang yang diperjualbelikan
merupakan barang yang halal, ada secara hakiki, dan dapat diserahterimakan.24 Rukun akad
murabahah yang harus dipenuhi dalam transaksi, yaitu :
a. Pelaku akad, yaitu bai’ (penjual) adalah pihak yang memiliki barang untuk dijual, dan
musytari (pembeli) adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli barang.
b. Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan).
c. Tsaman, yaitu harga.
d. Shighah, yaitu ijab dan qabul.25
Namun, untuk sahnya akad murabahah, ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi, yaitu:
a. Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah dimiliki (hak kepemilikan
telah berada ditangan si penjual).26 Artinya, keuntungan dan resiko barang tersebut ada
pada penjual sebagai konsekuensi dari kepemilikan yang timbul dari akad yang sah.
b. Mengetahui harga pertama (harga pembelian)
Pembeli kedua hendaknya mengetahui harga pembelian, karena hal itu adalah syaratt
sahnya jual beli. Syarat ini meliputi semua transaksi yang terkait dengan murabahhah,
seperti pelimpahan wewenang (tauliyah), kerja sama (isyra’) dan kerugian (whadi’ah),
karena semua transaksi ini berdasar pada harga pertama yang merupakan modal, jika tidak
mengetahuinya maka jual beli tersebut tidak sah hingga di tempat transaksi, jika tidak
diketahui hingga keduannya meninggalkan tempat tersebut, maka gugurlah transaksi itu.
c. Keuntungan diketahui karena keuntungan merupakan bagian dari harga
Mengetahui jumlah keuntungan adalah keharusan, karena ia merupakan bagian dari harga
(tsaman), sedangkan mengetahui harga adalah syarat syahnya jual-beli.
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah
pembelian.
e. Kontrak harus bebas dari riba
Seperti membeli barang yang ditakar atau ditimbang dengan barang yang sejenis dengan
takaran yang sama, maka tidak boleh menjualnya dengan sistem murabahah.

24
Rozalinda, Fikih Ekonomi Syariah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016), 84.
25
Anwar Abbas, Lembaga Keuangan Syariah (Bandung: CV Pustaka Setia, 2012), 150-151.
26
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2016), 137.

17
f. Transaksi pertama harus sah secara syara’ (rukun yang ditetapkan)
Apabila transaksi pertama tidak sah, maka tidak boleh dilakukan jual beli secara
murabahah, karena murabahah adalah jual beli dengan harga pertama disertai tambahan
keuntungan dan hak milik jual beli yang tidak sah ditetapkan dengan nilai barang atau
dengan barang yang semisal bukan dengan harga, karena tidak benarnya penamaan.27
g. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika
pembelian dilakukan secara hutang.28
c) Mekanisme Transaksi Murabahah

BANK 2 PEMASOK
3

1 6

NASABAH 5
Mekanisme:
1. Pembuatan akad jual-beli barang antara bank dan nasabah sekaligus merupakan pemesanan
barang oleh nasabah kepada bank.
2. Pembuatan akad jual-beli yang diikuti pelaksanaan pembayaran harga barang oleh bank.
3. Penjualan dan penyerahan hak kepemilikan barang oleh pemasok kepaada bank.
4. Penjualan barang + mark-up/margin dan penyerahan hak kepemilikan oleh bank kepada
nasabah.
5. Pengiriman barang secara fisik oleh pemasok kepada nasabah.
6. Pelunasan harga barang oleh nasabah kepada bank secara cicilan atau secara sekaligus pada
akhir waktu pelunasan.
d) Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Murabahah
Pertama: Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syariah
1. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat Islam.
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati
kualifikasinya.

27
Bagya Agung Prabowo, Aspek Hukum Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah (Yogyakarta: UII Press,
2012), 32-33.
28
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum (Jakarta: Bank Indonesia dan Tazkia Institute,
1999), 146.

18
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian
ini harus sah dan bebas riba.
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika
pembelian dilakukan secara utang.
6. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual
senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu
secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperluakan.
7. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu
tertentu yang telah disepakati.
8. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank
dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
9. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak
ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip,
menjadi milik bank.
Kedua: ketentuan Murabahah kepada Nasabah29
1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset
kepada bank.
2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang
dipesannya secara sah dengan pedagang.
3. Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima
(membeli)-nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hukum
perjanjian tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual
beli.
4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat
menandatangani kesepakatan awal pemesanan.
5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar
dari uang muka tersebut.
6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat
meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah.
7. Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka:
a. Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa
harga;

29
Dewan Syariah Nasional MUI, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah (Jakarta: Erlangga), 65.

19
b. Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank maksimal sebesar
kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut; dan jika uang
muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.
Ketiga: Jaminan dalam Murabahah
1. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya.
2. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang.
Keempat: Utang dalam Murabahah
1. Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada
kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang
tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau
kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan utangnya kepada bank.
2. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib
segera melunasi seluruh angsurannya.
3. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus
menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat
pembayaran angsuran atau meinta kerugian itu diperhitungkan.
Kelima: Penundaan Pembayaran dalam Murabahah:
1. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian
utangnya.
2. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak
tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan
Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.
Keenam: Bangkrut dalam Murabahah:
Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan utangnya, bank harus
menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.
3. Penerapan Sharia Compliance Pada Produk Pembiayaan Murabahah
{ M. Ruslianor Maika, dkk, CIFET 2019: Proceedings of The 1st Conference on Islamic
Finance and Technology (Sidoarjo: EAI, 2020)}
Sharia compliance adalah ketaatan bank syariah dalam beroperasi sesuai prinsip-
prinsip syariah Islam khususnya terkait muamalah secara islami. Ketaatan tersebut
tercerminkan dari produk-produk yang ditawarkan yang bebas riba dan menggunakan prinsip
bagi hasil. Sharia compliance juga merupakan bentuk pemenuhan keseluruhan prinsip-prinsip

20
syariah dalam operasional lembaga keuangan syariah yang menunjukkan integritas,
karakteristik, dan kredibilitas di bank syariah.30
H. Metode Penelitian
a. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif yaitu penelitian yang prinsipnya untuk memahami obyek yang diteliti secara
mendalam.31 Pada pendekatan kualitatif, peneliti membuat gambaran secara kompleks, menggali
informasi dengan detail, lalu menguraikannya dalam bentuk kata-kata. Penelitian ini tergolong
penelitian deskriptif, yaitu mendeskripsikan suatu obyek, fenomena, atau setting sosial dalam
bentuk tulisan yang bersifat naratif.32
b. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di BPRS Lantabur Tebuireng Jombang. Lembaga tersebut
berlokasi di JL. A. Yani Ruko Citra Niaga, Kec. Jombang, Kab. Jombang, Jawa Timur 61415.
c. Kehadiran Peneliti
Pada penelitian ini, peneliti sebagai instrumen serta pengumpul data. Untuk pengumpulan
data terutama menggunakan teknik observasi, dimana peneliti sebagai pengamat penuh tehadap
objek yang diteliti yaitu dengan mengamati fenomena-fenomena sesuai kenyataan yang terjadi
saat itu. Selain itu, kehadiran peneliti di lokasi penelitian statusnya diketahui oleh informan atau
subjek penelitian. Prosedur yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitian di lembaga
yaitu:
 Mengajukan surat izin observasi ke fakultas.
 Menyerahkan surat izin observasi ke lembaga BPRS Lantabur Tebuireng Jombang.
 Mendapatkan konfirmasi diterima untuk observasi.
 Melakukan observasi di BPRS Lantabur Tebuireng Jombang.
d. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a) Data Primer: data diperoleh melalui kuesioner, kelompok fokus, panel atau juga data yang
diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan narasumber atau informan.33 Pada penelitian
ini, data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan atau lembaga BPRS
Lnatabur Tebuireng Jombang untuk mendapatkan informasi terkait sharia compliance pada
produk pembiayaan murabahah.

30
M. Ruslianor Maika, dkk, CIFET 2019: Proceedings of The 1st Conference on Islamic Finance and Technology
(Sidoarjo: EAI, 2020), 210.
31
Ajat Rukajat, Pendekatan Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2018), 4.
32
Albi Anggito & Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualitatif (Sukabumi: CV Jejak, 2018), 11.
33
Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi (Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS, 2015), 89.

21
b) Data Sekunder: data yang diperoleh dari catatan, buku, majalah berupa laporan keuangan
publikasi perusahaan, laporan pemerintah, artikel, buku-buku sebagai teori, majalah dan
sebagainya. Pada penelitian ini, data sekunder diperoleh dari instansi terkait yang sudah ada
di BPRS Lantabur Tebuireng-Jombang seperti struktur organisasi, sejarah perusahaan dan
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan kepatuhan syariah pembiayaan murabahah
berdasarkan Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 serta didukung oleh studi kepustakaan,
yaitu dengan mendalami literatur-literatur terkait masalah pada penelitian.
e. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui wawancara, observasi serta
dokumentasi. Wawancara yaitu melalui tanya jawab secara langsung dengan narasumber. Pada
penelitian ini, peneliti mengumpulkan informasi terkait sharia compliance pada mekanisme
pembiayaan murabahah kepada beberapa pegawai BPRS Lantabur Tebuireng Jombang. Observasi
yaitu mengamati dan mencatat secara sistematis fenomena-fenomena yang tampak pada objek
penelitian. Dalam teknik ini, peneliti mengumpulkan data melalui melihat, mengamati lebih dekat
serta melibatkan diri secara langsung pada aktivitas mekanisme pembiayaan murabahah yang
dilakukan oleh pihak bank kepada nasabah atau calon nasabah. Dokumentasi yaitu teknik
pengumpulan data melalui dokumen-dokumen terkait yang menjadi data sekunder.
f. Analisis Data
Mudjirahardjo berpendapat bahwa analisis data adalah suatu kegiatan untuk mengatur,
mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya, sehingga
diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang akan dijawab. Analisis data
berlangsung bersamaan dengan kegiatan pengumpulan data, dimana terdapat empat alur
tahapannya yaitu:
a. Reduksi Data
Data yang diperoleh ditulis dalam bentuk laporan atau data yang terperinci. Setelah itu
direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, dan fokus pada hal-hal yang penting. Hasil
data mengikhtiarkan dan memilah sesuai satuan konsep, tema, dan kategori tertentu dapat
menggambarkan yang lebih tajam terkait hasil pengamatan serta mempermudah peneliti
dalam mencari kembali data sebagai tambahan atas data yang diperoleh sebelumnya, jika
membutuhkan.
b. Penyajian Data
Data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan pokok permasalahan dan disajikan dalam
bentuk matriks, hal ini bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam melihat pola-pola
hubungan satu data dengan data yang lainnya.

22
c. Penyimpulan dan Verifikasi
Penyimpulan merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan reduksi dan penyajian data. Setelah
reduksi dan penyajian data akan disimpulkan sementara, namun kesimpulan pada tahap awal
ini biasanya kurang jelas, sedangkan pada tahap-tahap selanjutnya akan lebih tegas serta
memiliki dasar yang kuat. Kesimpulan yang sementara perlu diverifikasi, teknik yang dapat
digunakan dalam memverifikasi yaitu triangulasi sumber data dan metode, diskusi teman
sejawat, dan pengecekan anggota.
d. Kesimpulan Akhir
Kesimpulan akhir dapat diperoleh melalui kesimpulan sementara yang telah diverifikasi.
Kesimpulan akhir ini diharap dapat diperoleh setelah pengumpulan data selesai.
I. Daftar Pustaka
Abbas, Anwar. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: CV Pustaka Setia, 2012.

Abdullah M Noman, “Imperatives of Financial Innovation FAOR Islamic Banks”, International


Journal of Islamic Financial Services, Vol. 4 No. 3 (2003).

Agus Salim Harahap dan Saparuddin Siregar, “Kepatuhan Syariah Aspek Bagi Hasil Perbankan
Syariah”, Seminar Nasional Teknologi Komputer dan Sains (SAINTEKS), (Februari, 2020).

Agus Waluyo, “Kepatuhan Bank Syariah Terhadap Fatwa Dewan Syariah Nasional Pasca
Transformasi ke Dalam Hukum Positif”, INFERENSI: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan,
Vol 10 No 2 (Desember, 2016).

Akhirul Lutfinanda dan Andwiani Sinarasri, “Analisis Pengaruh Pengungkapan Syari’ah Compliance
Terhadap Kepatuhan Perbankan Syariah Pada Prinsip Syariah (Studi Kasus: di BPRS Kota
Semarang)”, Jurnal Maksimum, Vol. 4 No. 1 (September 2013- Februari 2014).

Antonio, Muhammad Syafi’i. Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum. Jakarta: Bank Indonesia dan
Tazkia Institute, 1999.

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011-Tentang Pelaksanaan Fungsi


Kepatuhan Bank Umum.

Desi Noviana Eka Putri, Skripsi: “Analisis Pengungkapan Sharia Compliance pada Pelaksanaan
Good Corporate Governance Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2017” (Lampung:
UIN Raden Intan Lampung, 2019).

DinarStandard, State of the Global Islamic Economy Report 2020/2021. 2020.

https://infobanknews/ini-dia-institusi-keuangan-syariah-terbaik-2020/amp diakses pada Senin, 25


Oktober 2021 pada pukul 20.51 WIB.

Keuangan, Otoritas Jasa. Statistik Perbankan Syariah. Jakarta: OJK RI, Departemen Perizinan dan
Informasi Perbankan, 2021.

Kurniawan, Muhammad. Bank & Lembaga Keuangan Syariah (Teori dan Aplikasi). Indramayu:
Penerbit Adab CV Adanu Abimata, 2021.

23
Maika, M. Ruslianor dkk. CIFET 2019: Proceedings of The 1st Conference on Islamic Finance and
Technology. Sidoarjo: EAI, 2020.

Mardani. Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana, 2016.

Muhamad. Manajemen Dana Bank Syariah. Depok: Rajawali Pers, 2017.

MUI, Dewan Syariah Nasional. Himpunan Fatwa Keuangan Syariah. Jakarta: Erlangga.

Ni Nyoman Adi Astiti dan Jefry Tarantang, “Kedudukan Sharia Compliance Perbankan Syariah di
Indonesia Perspektif Yuridis-Filosofis”, Jurnal Al-Qardh, Vol. 5 No. 2 (Desember, 2020).

Nurhadi, “Pembiayaan dan Kredit di Lembaga Keuangan”, Jurnal Tabarru’: Islamic Banking and
Finance, (November, 2018), Vol. 1 No. 2.

Prabowo, Bagya Agung. Aspek Hukum Pembiayaan Murabahah pada Perbankan Syariah.
Yogyakarta: UII Press, 2012.

Pratama, Abdul Aziz Nugraha. Perilaku Organisasi Penopang Kepatuhan Syariah Industri
Perbankan Syariah. Salatiga: LP2M-Press IAIN Salatiga, 2017.

Rahmat Ilyas, “Analisis Sistem Pembiayaan pada Perbankan Syariah”, Jurnal Hukum dan Ekonomi
Syari’ah, Vol. 6 No. 4.

Rahmat Ilyas, “Peran Dewan Pengawas Syariah Dalam Perbankan Syariah”, Jurnal Perbankan
Syariah, Vol. 2 No. 1 (April, 2021).

Rozalinda. Fikih Ekonomi Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016.

Rukajat, Ajat. Pendekatan Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Penerbit Deepublish, 2018.

Setiawan, Albi Anggito & Johan. Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV Jejak, 2018.

Siti Asmaul Usnah, “Pandangan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Tentang Kepatuhan Syariah di Bank Syariah”, JESTT, Vol 2 NO 2 (Februari, 2015).

Sjahdeini, Sutan Remy. Perbankan Syariah: Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya. Jakarta:
Prenadamedia Group, 2014.

Sujarweni, Wiratna. Metodologi Penelitian Bisnis & Ekonomi. Yogyakarta:


PUSTAKABARUPRESS, 2015.

Taufik Kurrohman, “Peran Dewan Pengawas Syariah Terhadap Syariah Compliance Pada perbankan
Syariah”, Jurnal Surya Kencana Satu, Vol 8 No 2 (Oktober, 2017).

Tyagita Winaya Mukti dan Noven Suprayogi, “Apakah Bank Syariah Berbeda Dengan Bank
Konvensional? (Kajian Fenomenologi)”, Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, Vol. 6
No. 6 (Juni, 2019).

Wulpiah, “Urgensi Penerapan Kepatuhan Syariah Pada Perbankan Syariah (Telaah Konseptual-
Analitis)”, Asy-Syar’iyyah: Jurnal Ilmu Syari’ah dan Perbankan Islam, Vol 2 No 1 (2017).

24

Anda mungkin juga menyukai