Anda di halaman 1dari 85

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN

TERHADAP KINERJA SOSIAL


BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
PERIODE 2010-2015

FIOLISA AYU BEATRIX


NIM. S.1216.105

PROGRAM STUDI AKUNTANSI ISLAM


SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM TAZKIA
BOGOR

2016 M / 1437 H
PERNYATAAN KEASLIAN PROPOSAL SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ANALISIS


PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP KINERJA SOSIAL
BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERODE 2010-2015” beserta
seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan
penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika
keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap
menanggung sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan
adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim
dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bogor, 2016
Yang membuat pernyataan,

Fiolisa Ayu Beatrix


S.1216.105

ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN


TERHADAP KINERJA SOSIAL BANK UMUM SYARIAH DI
INDONESIA PERODE 2010-2015” yang disusun oleh :
Nama : Fiolisa Ayu Beatrix
NIM : S.1216.105
telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan dalam sidang skripsi pada
Program Studi Akuntansi Islam Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Tazkia Bogor.

Bogor, 2016
Pembimbing,

Rochania Ayu Yunanda, M. Sc (Acc)

DAFTAR ISI

iii
PERNYATAAN KEASLIAN PROPOSAL SKRIPSI........................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.......................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang............................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................8
1.3. Batasan Masalah.........................................................................................8
1.4. Tujuan Penulisan........................................................................................9
1.5. Manfaat Penulisan......................................................................................9
1.6. Sistematika Penulisan.................................................................................9
BAB II LANDASAN TEORITIS........................................................................11
2.1. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia..................................11
2.2. Kewajiban Sosial dan Kinerja Sosial Perbankan Syariah....................12
2.3. Kinerja Perbankan Syariah.....................................................................15
2.4. Penelitian Terdahulu................................................................................19
2.5. Hipotesis Penelitian...................................................................................22
2.5.1. Kinerja Keuangan Terhadap Musyarakah Mudharabah Ratio
(MMR) 22
2.5.2. Kinerja Keuangan Terhadap Zakat Ratio (ZR)..............................25
2.6. Kerangka Pemikiran.................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................29
3.1. Populasi......................................................................................................29
3.2. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data......................................29
3.3. Operasionalisasi Variabel.........................................................................29
3.3.1. Variabel Independen.........................................................................29
3.3.2. Variabel Dependen............................................................................31
3.4. Model Penelitian........................................................................................33
3.5. Metode Analisis Data................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................35

iv
DAFTAR TABEL

1.1 Jumlah Perbankan Syariah di Indonesia


1.2 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam Milyar Rupiah)

v
2.1 Penelitian Evaluasi Kinerja Bank Syariah dari segi Kinerja Keuangan
dan Kinerja Sosial....................................................................................21
3.1 Operasionalisasi Variabel
4.1 Daftar Data Penelitian yang Diteliti
4.1 Statistik Deskriptif (Dalam Presentase)
4.1 Daftar Data Penelitian yang Diteliti

vi
DAFTAR GAMBAR

1.1 Zakah Performance 2010-2015


2.1 Kerangka Pemikiran

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Corporate Financial Performance (CFP) atau kinerja keuangan
perusahaan dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan. Dengan adanya
laporan keuangan akan memberikan informasi terkait data-data keuangan kepada
pemegang saham, masyarakat atau pihak-pihak pengguna laporan keuangan.
Sehingga dengan menganalisa laporan keuangan tersebut maka dapat membantu
dalam mengevaluasi kinerja di suatu perusahaan (Junita & Khairani, 2013).
Menurut Khabibah & Mutmainah (2013) salah satu program yang
mendukung kinerja perusahaan dan juga memberikan manfaat bagi perusahaan
salah satunya dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Oleh karena itu
dengan menggunakan rasio keuangan untuk menganalisis laporan keuangan dapat
mengevaluasi kinerja sosial perusahaan. Corporate Social Performance (CSP)
atau kinerja sosial perusahaan merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan
kepada masyarakat dan lingkungan, tidak hanya terbatas kepada konsumen,
pemegang saham, dan karyawannya. CSP menjadi suatu kewajiban yang harus
dilakukan oleh perusahaan karena ketika perusahaan dianggap baik oleh
masyarakat maka hal tersebut dapat berdampak positif bagi keberlangsungan
perusahaan.
Di Indonesia, Corporate Social Responsibility (CSR) telah diatur dalam
Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT). Di dalam
UU ini dijelaskan bahwa setiap perseroan selaku subjek hukum mempunyai
tanggung jawab sosial dan lingkungan. UU ini berlaku bagi perseroan yang
usahanya berkaitan dan atau dengan alam tetapi walaupun begitu banyak
perusahaan-perusahaan lain yang melakukan kegiatan sosial untuk masyarakat
disekitarnya. Kegiatan CSR sudah banyak dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
di Indonesia dalam segala sektor. Kegiatan CSR salah satunya dengan memberi
pelayanan kepada masyarakat dan lingkungan meliputi : pemberian zakat,
perbaikan jalan, renovasi sekolah, pembangunan tempat ibadah, membuka posko
kesehatan, dan lain sebagainya. Dengan begitu, adanya CSR dapat membuat
masyarakat untuk selalu mendukung kinerja perusahaan dalam pencapaian tujuan.

11
12

Peran perbankan di Indonesia sangat penting dalam pertumbuhan


ekonomi. Dunia usaha pada saat ini tidak hanya memperhatikan catatan keuangan
semata, melainkan juga menjadikan aspek sosial dan lingkungan sebagai bagian
dari kegiatan perusahaan. Menurut UU No.21 Tahun 2008 pada dasarnya fungsi
utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana
masyarakat. Pengerahan dana dari masyarakat dan penyalurannya kembali kepada
masyarakat dalam bentuk kredit merupakan dua fungsi utama bank yang tidak
dapat dipisahkan (Henry, et.al., 1999).
Di Indonesia perbankan syariah mengalami pertumbuhan yang signifikan,
dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah Bank Umum Syariah (BUS). Tidak
hanya BUS tetapi Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Perkreditan Rakyat
Syariah (BPRS) juga bertambah setiap tahunnya. Pertumbuhan perbankan
nasional dapat dilihat melalui statistik perbankan syariah Juni 2015 dalam tabel
1.1 berikut :
Tabel 1.1 Jumlah Perbankan Syariah di Indonesia
2015
Indikator 2009 2010 2011 2012 2013 2014
*Juni
Bank Umum Syariah
- Jumlah BUS 6 11 11 11 11 12 12
- Jumlah Kantor 711 1.215 1.401 1.745 1.998 2.151 2.121
Unit Usaha Syariah
- Jumlah Bank Umum
Kovensional yang memiliki 25 23 24 24 23 22 22
UUS
- Jumlah Kantor 287 262 336 517 590 320 327
Bank Pembiyaan Rakyat
Syariah
- Jumlah Bank 138 150 155 158 163 163 161
- Jumlah Kantor 225 286 364 401 402 439 433
Total Kantor 1.223 1.763 2.101 2.663 2.990 2.910 2.881
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Juni 2015, Otoritas Jasa Keuangan

Sistem perbankan syariah selalu berkonsep pada faktor produksi dan


perilaku ekonomi yang Islami dimana sebagai sarana pendukung untuk
mewujudkan tujuan dari sistem sosial dan ekonomi Islam (Prasetiyo, 2014).
Menurut Antonio (2001) salah satu prinsip dasar perekonomian Islam adalah
13

keadilan dan persaudaraan yang menyeluruh seperti keadilan sosial, keadilan


ekonomi, keadilan distribusi pendapatan, dan kebebasan individu dalam konteks
kesejahteraan sosial. Kegiatan sosial merupakan sebagai salah satu upaya dalam
meningkatkan mekanisme perekonomian Negara dan pemberdayaan masyarakat.
Sesungguhnya Islam mempunyai potensi besar untuk menciptakan kualitas
yang dapat diinjeksikan ke dalam perilaku masyarakat dan memungkinkan mereka
untuk lebih mendahulukan kepentingan-kepentingan sosial dari kepentingan
pribadi mereka (Chapra, 2000). Bank syariah juga tidak akan terlepas dari
tanggung jawab sosial dalam hal kemashlahatan umat. Karena tujuan dari bank
syariah itu sendiri seharusnya tidak hanya mendapatkan profit semata tetapi bank
syariah merupakan prototype proyek sosial yang bertujuan untuk memakmurkan
rakyat (Shalahuddin, 2003). Menurut Siddiqi (1980) dan Shahul (2001) dalam
Jumansyah & Syafei (2013) tujuan dari bank syariah itu sendiri kepatuhan
terhadap prinsip-prinsip syariah untuk mencapai fallah (kemenangan dunia dan
akhirat).
Di dalam UU No. 21 tahun 2004 tentang Perbankan Syariah, pasal 4
menyebutkan bahwa fungsi sosial dalam perbankan syariah meliputi
penghimpunan dan penyaluran dana sosial (zakat, infaq, shadaqah, dan hibah)
dan juga dana kebajikan (qard). Bank syariah juga dapat menghimpun dana sosial
yang berasal dari wakaf. Dengan adanya fungsi sosial perbankan syariah akan
mengoptimalkan dana sosial untuk pemberdayaan ekonomi rakyat. Pada tabel 1.2
menunjukkan perkembangan perbankan syariah sebagai berikut :
Tabel 1.2 Indikator Utama Perbankan Syariah (dalam Milyar Rupiah)
Juni
Indikator 2009 2010 2011 2012 2013 2014
2015
Aset 66.090 97.519 145.467 195.018 242.276 272.343 272.389
DPK 52.271 76.036 115.415 147.512 183.534 217.858 215.339
Pembiayaan 46.886 68.181 102.655 147.505 184.120 199.330 203.894
NPF 4,01% 3,02% 2,52% 2,22% 2,62% 4,33% 4,76%
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Juni 2015, Otoritas Jasa Keuangan

Tabel di atas menunjukkan perkembangan terakhir indikator utama


perbankan syariah. Pada tabel tersebut perkembangan aset perbankan syariah
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 sampai tahun 2013
14

perkembangan aset naik mencapai 24% menjadi Rp 242,2 miliar. Pada tahun 2013
sampai tahun 2014 naik mencapai 12% menjadi Rp 272,3 miliar. Jika dilihat dari
pembiayaan yang disalurkan dan Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan tersebut
mengindikasikan bahwa masyarakat Indonesia semakin tertarik dan percaya
menggunakan produk-produk perbankan syariah. Pada tabel tersebut juga terdapat
Non Performing Financing (NPF) yang mengindikasikan pembiayaan bermasalah
di perbankan syariah. Dilihat dari tabel tersebut NPF masih di bawah batas
ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia maksimal sebesar 5% (NPF
< 5%).
Penelitian Samad & Hassan (2001) dalam jurnalnya yang berjudul “The
Performance of Malaysian Islamic Bank During 1984-1997” menunjukkan bahwa
bank syariah mempunyai perbedaan dengan bank konvensional dimana bank
konvensional menggunakan bunga sebagai dasarnya sedangkan bank syariah
menggunakan bagi hasil atau profit sharing. Penelitian ini menilai bahwa
profitabilitas yang diukur menggunakan Return on Asset (ROA) dan Return of
Equity (ROE) yang menilai efisiensi manajemen. Penelitian ini juga melihat
seberapa besar bank syariah di Malaysia melakukan pembiayaan dengan bagi
hasil dengan menggunakan Mudharabah Musyarakah Ratio (MMR). Ketika biaya
yang dikeluarkan besar untuk pembiayaan bagi hasil maka bank syariah tersebut
mempunyai tanggungjawab besar terhadap kemashlahatan umat.
Hameed, et.al. (2004) meneliti tentang alternative disclosure and
performance measures for Islamic banks studi kasus Bahrain Islamic Bank (BIB)
dan Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) dengan menggunakan Islamicity
Disclosure Index dan Islamicity Performance Index. Dalam Islamicity Disclosure
Index menggunakan tiga indikator yaitu shariah compliance indicator, corporate
governance indicator dan social/environment indicator. Dalam Islamicity
Performance Index, mereka menggunakan Profit Sharing Ratio (MMR), Zakat
Performance Ratio (ZPR), Equitable Distribution Ratio (EDR), Director-
Employee Walfare Ratio, IslamicInvestment vs Non-Islamic Investment Ratio, dan
Islamic Income vs Non-Islamic Income. Dari penelitian tersebut menunjukkan
15

bahwa BIB secara umum memiliki kinerja sosial yang lebih baik dibandingkan
dengan BIMB.
Dalam penelitian Setiawan (2009) yang meneliti tentang Kesehatan
Finansial dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia menggunakan
beberapa variabel. Kinerja keuangan diukur dengan Kualitas aset (asset quality)
yaitu Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Pembiayaan Non-Performing (NPF);
Rentabilitas (earning) yaitu Net Operating Margin (NOM), Return on Assets
(ROA), Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional (REO), Diversifikasi Pendapatan
(DP), Return on Equity (ROE), Komposisi Penempatan Dana pada Surat Berharga
(IdFR); dan Likuiditas (liquidity) yaitu Besarnya Aset Jangka Pendek
Dibandingkan dengan Kewajiban Jangka Pendek (Short Term Mismatch/STM),
Kemampuan Aset Jangka Pendek, Kas dan Secondary Reserve dalam Memenuhi
Kewajiban Jangka Pendek (Short Term Mismatch Plus/STMP), Rasio Antar Bank
Pasiva (RABP).
Sedangkan kinerja sosial diukur dengan menggunakan Kontribusi
Pembangunan Ekonomi (KPE) yaitu Profit Sharing (MMR), Intensitas Fungsi
Agency (AR), Kontribusi Pembangunan Jangka Panjang (KPJP), dan Pendalaman
Fungsi Agency (PFA). Kontribusi Kepada Masyarakat (KKM) yaitu Rasio
Pembiayaan Qardh (QR), Rasio Kinerja Zakat (ZR), Rasio Pelaksanaan Fungsi
Sosial (RFS), dan Rasio Pelaksanaan Fungsi Edukasi (CSR). Kontribusi Untuk
Stakeholder (KUS) yaitu Kesejahteraan Sohibul Maal (KSM), Kesejahteraan
Mudharib (KM), Kesejahteraan Investor (KI), Kesejahteraan Pemegang Wadiah
(KPW), dan Kontribusi Pajak untuk Pemerintah (KPP). Kontribusi Peningkatan
Kapasitas SDI dan Riset (PKSR) yaitu Peningkatan Pendidikan dan Pelatihan
Pegawai (P4) dan Riset dan Pengembangan (R&D). Hasil dari penelitiannya
menunjukkan bahwa secara keseluruhan dalam periode tahun 2003-2007,
kesehatan finansial Bank Muamalat Indonesia lebih baik dari Bank Syariah
Mandiri.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Setiawan (2009) adalah
penelitian ini melihat seberapa besar pengaruh kinerja keuangan yang dilihat dari
rasio keuangan terhadap kinerja sosial Bank Umum Syariah, sedangkan penelitian
Setiawan (2009) hanya merumuskan kesehatan finansial dan kinerja sosial Bank
16

Umum Syariah tanpa melihat dari pengaruh kinerja keuangannya. Penelitian ini
mengambil beberapa variabel yang telah diteliti dari penelitian Samad & Hassan
(2001), Hameed, et.al (2004), dan Setiawan (2009) variabel kinerja keuangan
diambil dari rasio keuangan yang terdapat dalam laporan keuangan sedangkan
variabel kinerja sosial diambil dari pembiayaan dengan akad bagi hasil yaitu
Mudharabah Musyarakah Ratio (MMR) dan pembayaran zakat yaitu Zakat Ratio
(ZR). Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah diharapkan bisa mendominasi
pembiayaan yang ada di bank syariah, karena dengan sistem bagi hasil diharapkan
lebih bisa menggerakkan usaha yang bersifat produktif, sehingga tidak menutup
kemungkinan untuk dapat menciptakan lapangan kerja yang baru (Giannini,
2013). Tujuan utama bank syariah adalah bagi hasil, maka sangat penting untuk
mengidentifikasi sejauh mana bank syariah telah mencapai tujuan ini. Untuk
mengukur besarnya fungsi intermediasi bank syariah melalui penyaluran dana
dengan akad bagi hasil menggunakan proxy Mudharabah Musyarakah Ratio
(MMR). Sedangkan zakat wajib dilakukan karena menjadi salah satu fungsi sosial
dalam Islam dan bank syariah karena bank syariah merupakan bank Islam yang
mengikuti prinsip-prinsip syariah. Untuk melihat zakat performance bank syariah
dari 2010-2015 dapat dilihat pada gambar 1.1 dibawah ini :

Perkembangan Penyaluran Zakat


BUS di Indonesia
14.00% 13.09%
12.00%
10.00%
8.00%
6.00%
4.00% 3.50%
1.70% 2.31%
2.00% 0.80% 0.96%
0.00%
Penyaluran Zakat

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Gambar 1.1 Zakah Performance 2010-2015

Penelitian ini mengambil variabel kinerja keuangan diukur dengan Capital


Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Return On Asset
(ROA), Operational Efficiency Ratio (OER), dan Financing to Deposit Ratio
17

(FDR). Rasio permodalan sangat penting karena digunakan untuk kepentingan


ekspansi dan juga untuk menyerap kerugian kegiatan usaha perusahaan. Alasan
pemilihan variabel tersebut karena rasio kecukupan modal minimum (CAR) pada
peraturan BI Nomor 15/12/PBI/2013 tentang kewajiban penyediaan modal
minimum Bank Umum sebesar 8%, jika nilai CAR berada dibawah batas
minimum tersebut maka bank tersebut dalam keadaan tidak sehat. Rasio NPF
pada penelitian ini menunjukkan seberapa besar pengaruh NPF atau pembiayaan
bermasalah terhadap bagi hasilnya dan penyaluran zakat.
Rasio profitabilitas atau rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Return on Asset (ROA) dan Operational Efficiency Ratio (OER). Menurut
Pratiwi & Mahfud (2012) profitabilitas dapat dikatakan sebagai salah satu
indikator yang paling tepat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Alasan
dalam pemilihan rasio ini adalah karena ROA digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan, sedangkan OER
untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya. Keduanya merupakan rasio profitabilitas yang semakin
tinggi profitabilitas atau keuntungan yang diperoleh bank maka seharusnya bank
dapat memenuhi seluruh kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan seperti
pembiayaan, penyaluran zakat dan lainnya. Sedangkan pemilihan rasio FDR
karena FDR digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam pembayaran
hutangnya dan dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan oleh
nasabahnya.
Berdasarkan latar belakang diatas penelitian ini akan meneliti tentang
hubungan antara kinerja keuangan dan kinerja sosial perbankan syariah, karena
dengan pencapaian keduanya dapat mencapai peningkatan ekonomi dan
kemaslahatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja
keuangan diukur dengan menggunakan analisis rasio permodalan, kualitas aset,
rentabilitas dan likuiditas. Rasio permodalan yang digunakan adalah Capital
Adequacy Ratio (CAR). Rasio kualitas aset yang digunakan adalah Non
Performing Financing (NPF). Rasio rentabilitas yang digunakan adalah Return
On Asset (ROA) dan Operational Efficiency Ratio (OER). Rasio likuiditas yang
digunakan adalah Financing to Deposit Ratio (FDR). Sedangkan kinerja sosial
18

diukur menggunakan analisis Musyarakah Mudharabah Ratio (MMR) dan Zakat


Ratio (ZR).
Dalam penelitian kali ini penulis ingin menganalisis berdasarkan laporan
keuangan Bank Umum Syariah yang telah diaudit dan dipublikasikan pada situs
Bank Indonesia pada tahun 2010-2015, yaitu tentang ada atau tidaknya pengaruh
yang signifikan dari kinerja keuangan terhadap kinerja sosial Bank Umum Syariah
di Indonesia dengan mengangkat judul, “ANALISIS PENGARUH KINERJA
KEUANGAN TERHADAP KINERJA SOSIAL BANK UMUM SYARIAH
DI INDONESIA PERODE 2010-2015”.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah diatas, pokok masalah yang dibahas
dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Apakah kinerja keuangan yang diukur melalui Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF). Return On Asset (ROA),
Operational Efficiency Ratio (OER), dan Financing to Deposit Ratio (FDR)
pada Bank Umum Syariah berpengaruh terhadap Mudharabah-Musyarakah
Ratio (MMR) ?
b. Apakah kinerja keuangan yang diukur melalui Capital Adequacy Ratio
(CAR), Non Performing Financing (NPF). Return On Asset (ROA),
Operational Efficiency Ratio (OER), dan Financing to Deposit Ratio (FDR)
pada Bank umum Syariah berpengaruh terhadap Zakat Ratio (ZR) ?

1.3. Batasan Masalah


Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak terlalu luas maka penelitian
ini difokuskan dalam beberapa hal berikut ini :
a. Objek penelitian adalah Bank Umum Syariah di Indonesia
b. Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari Laporan Keuangan
Tahunan dan Laporan tahunan periode 2010-2015
c. Untuk menilai kinerja keuangan Bank Umum Syariah di Indonesia penelitian
ini berfokus pada analisis rasio permodalan, kualitas aset, rentabilitas dan
likuiditas. Rasio permodalan yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio
(CAR). Rasio kualitas aset yang digunakan adalah Non Performing Financing
19

(NPF). Rasio rentabilitas yang digunakan adalah Return On Asset (ROA) dan
Operational Efficiency Ratio (OER). Rasio likuiditas yang digunakan adalah
Financing to Deposit Ratio (FDR).
d. Untuk menilai kinerja sosial Bank Umum Syariah di Indonesia penelitian ini
berfokus pada variabel Musyarakah Mudharabah Ratio (MMR) dan Zakat
Ratio (ZR).

1.4. Tujuan Penulisan


Tujuan dari penelitian adalah :
a. Untuk mengetahui apakah kinerja keuangan yang diukur melalui Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF). Return On Asset
(ROA), Operational Efficiency Ratio (OER), dan Financing to Deposit Ratio
(FDR) pada Bank Umum Syariah berpengaruh terhadap Mudharabah-
Musyarakah Ratio (MMR).
b. Untuk mengetahui apakah kinerja keuangan yang diukur melalui Capital
Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF). Return On Asset
(ROA), Operational Efficiency Ratio (OER), dan Financing to Deposit Ratio
(FDR) pada Bank Umum Syariah berpengaruh terhadap Zakat Ratio (ZR).

1.5. Manfaat Penulisan


Manfaat penelitian adalah
a. Bagi Perbankan Syariah
Dapat memberikan saran yang berguna untuk kebijakan yang akan diambil
bagi manajemen perbankan yang berpengaruh kepada kinerja sosial
perusahaan.
b. Bagi peneliti lain
Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam penelitian selanjutnya untuk
lebih mengatasi permasalahan yang ada dalam perbankan syariah.

1.6. Sistematika Penulisan


Secara garis besar, sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari lima
bab, yaitu terdiri dari :
20

BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan ini berisi latar belakang, dimana dalam latar belakang
ini dijelaskan tentang masalah dan perkembangan masalah yang diteliti. Selain itu
penjelasan tentang tujuan penulisan, manfaat penulisan dan sistematika penulisan
tercantum dalam bab ini.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II ini penulis mengungkapkan beberapa hal yaitu tinjauan pustaka


lembaga keuangan syariah, pengertian bank syariah, kinerja keuangan bank
syariah, kinerja sosial bank syariah, penelitian terdahulu, pengembangan hipotesis
dan kerangka pemikiran.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi populasi, sumber data dan metode pengumpulan data,
definisi operasional variabel, model penelitian dan metode analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas tentang deskripsi statistik, estimasi model penelitian,


uji hipotesis, dan metode pengolahan data.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini peneliti mengungkapkan kesimpulan hasil penelitian dan


saran-saran yang dihasilkan sebagai implikasi dari penelitian yang dilakukan.
21

BAB II
LANDASAN TEORITIS

2.1. Perkembangan Perbankan Syariah di Indonesia


Perkembangan bank-bank syariah di Negara Islam sangat bepengaruh dalam
perekonomian di seluruh dunia termasuk Indonesia. Perbankan Syariah mulai
tumbuh dan dikenal oleh masyarakat Indonesia pada tahun 1991 yang ditandai
dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertma di
Indonesia. Dalam UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan Bank
Syariah. Perbankan Syariah yaitu segala sesuatu yang menyangkut bank syariah
dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta tata cara
dan proses didalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Menurut Andriansyah (2009) lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah merupakan bukti pengakuan pemerintah bahwa
pengaturan mengenai perbankan syariah yang selama ini ada belum secara
spesifik, sehingga perlu dirumuskan perundangan perbankan syariah secara
khusus. Sejumlah perundangan memang telah disusun sebelumnya, yaitu Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. UU No. 21 tahun 2008
menjelaskan tentang Perbankan Syariah dan Bank Syariah. Bank Syariah adalah
bank yang menjalankan kegiatan usahanya dengan didasarkan pada prinsip
syariah dan menurut jenisnya bank syariah terdiri dari BUS (Bank Umum
Syariah), UUS (Unit Usaha Syariah) dan BPRS (Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah).
Fungsi dan tujuan Bank Syariah dijelaskan dalam UU No. 21 Tahun 2008
Tentang Perbankan Syariah pada pasal 4 dinyatakan, bahwa selain berkewajiban
menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat, Bank
Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul-
mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau
dana sosial lainnya dan menyalurkannya pada organisasi pengelola zakat. Zakat
menjadi salah satu kewajiban yang harus dilakukan oleh bank syariah, dengan
adanya zakat mampu menolong masyarakat yang kurang mampu yang sesuai
dengan syarat mustahiq zakat. Perbankan syariah juga memiliki produk syariah
22

dengan sistem bagi hasil, dimana para nasabah dan bank syariah akan berbagi
risiko dan keuntungan. Dengan bagi hasil dan penyaluran zakat maka peran bank
syariah terhadap fungsi sosialnya semakin tinggi. Dalam firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an ditegaskan umat Islam untuk saling tolong-menolong dan
berbuat kebaikan yang terdapat dalam surat Al-Maidah ayat 2.
        
         

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa dan


janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah sesungguhnya Allah amat berat siksaNya.” (QS
Al-Maa’idah : 2)

Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan


umat-Nya yang beriman untuk senantiasa tolong menolong dalam berbuat
kebaikan, itulah yang disebut dengan al-birru (kebajikan), serta meninggalkan
segala bentuk kemungkaran, dan itulah yang dinamakan dengan at-taqwa. Dan
Alah SWT melarang mereka tolong-menolong dalam kebatilan, berbuat dosa dan
mengerjakan hal-hal yang haram.

2.2. Kewajiban Sosial dan Kinerja Sosial Perbankan Syariah


Islam selalu mengedepankan pentingnya nilai-nilai sosial yang sesuai
dengan firman Allah SWT di dalam QS Al-baqarah : 177
        
       
       
      
       
        
     
Artinya, “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta;
dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat;
dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang
yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang
bertakwa”. (QS Albaqarah : 177)
23

Dari kitab Tafsir Ibnu Katsir (2001) menjelaskan bahwa ayat ini
mencangkup sendi-sendi yang agung, kaidah-kaidah yang umum, dan aqidah yang
lurus. Penafsiran ayat ini adalah ketika pertama kali Allah SWT memerintahkan
orang-orang mukmin menghadap Baitul Maqdis dan kemudian Dia mengalihkan
ke Ka’bah, sebagian Ahlul Kitab dan kaum muslimin merasa keberatan. Maka
Allah SWT memberikan penjelasan mengenai hikmah pengalihan kiblat tersebut,
yaitu bahwa ketaatan kepada Allah, patuh pada semua perintah-Nya, menghadap
ke mana saja yang diperintahkan, dan mengikuti apa yang telah diisyaratkan,
inilah yang disebut dengan kebaikan, ketakwaan, dan keimanan yang sempurna.
Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk lebih mengutamakan orang
lain walaupun sebenarnya mereka sendiri sangat membutuhkannya. Mereka
diperintahkan untuk menginfakkan dan memberikan makanan yang dicintainya
kepada orang yang membutuhkan. Dari ayat tersebut ditegaskan bahwa keimanan
tidak akan sempurna tanpa disertai dengan melaksanakan shalat, menunaikan
zakat, dan kepedulian kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir serta
menjamin kesejahteraan bagi mereka yang membutuhkan pertolongan.
Menurut Antonio (2001) Bank Syariah memiliki fungsi sebagai pengelola
investasi dan jasa-jasa keuangan selain itu juga memiliki jasa sosial yang bisa
melalui dana pinjaman kebaikan (qard), zakat, atau dana sosial yang sesuai
dengan prinsip syariah. Konsep perbankan Islam juga mengharuskan bank Syariah
berperan dalam pengembangan sumber daya insani dan menyumbang dana bagi
pemeliharaan serta pengembangan lingkungan hidup. Perbankan Islam merupakan
sebuah lembaga perekonomian memusat umat Islam. Disamping sebagai lembaga
komersial, perbankan islam berfungsi sebagai salah satu lembaga sosial umat
Islam (Shalahuddin, 2003)
Menurut Hafidhuddin (2005) ada beberapa keunggulan yang dimiliki (built
in concept) bank syariah mendorong kebersamaan dalam menghadapi risiko usaha
dan membagi keuntungan secara adil, menjamin adanya keterbukaan. Bank Islam
dengan sistem bagi hasil, tentunya tidak bisa menyembunyikan keadaannya
karena nasabah senantiasa mengetahui keadaan banknya itu dari bagi hasil yang
diperolehnya dari waktu ke waktu. Menurutnya Bank Syariah juga tidak
24

berdampak inflasi mendorong investasi, membuka lapangan kerja baru, dan


pemerataan pendapatan. Tidak berdampak inflasi karena lebih sering memberikan
pinjaman dalam bentuk riil, seperti pengadaan barang modal atau jasa pengadaan
barang.
Dari keterangan diatas dapat dilihat bahwa bank syariah memberikan
pembiayaan kepada nasabahnya dengan mendorong kebersamaan dalam
menghadapi risiko usaha dan berbagi hasil bersama. Menurut Antonio (2001)
secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam
empat akad utama, yaitu al-musyarakah, al-mudharabah, al-muzara’ah dan al-
musaqah. Namun prinsip yang banyak dipakai adalah musyarakah dan
mudharabah, sedangkan yang lainnya digunakan khusus untuk plantion financing
atau pembiayaan pertanian oleh beberapa bank Islam.
Menurut Munir (2012) profit loss sharing pada dasarnya merupakan
pembiayaan dengan prinsip kepercayaan dan kesepakatan murni antara kedua
belah pihak atau lebih yaitu pemilik modal dalam hal ini bank syariah dengan
pemilik usaha yaitu nasabah pengelola usaha. Karakteristik sistem perbankan
syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif
sistem perbankan yang saling menguntungkan.
a. Mudharabah-Musyarkah Ratio (MMR)
Prinsip utama bank syariah adalah bagi hasil, sehingga pembiayaan bagi
hasil harus lebih diprioritaskan dibandingkan dengan pembiayaan non bagi hasil.
Menurut Setiawan (2009) dan Yuliani (2012) rasio intensitas pembiayaan profit
sharing atau Mudharabah-Musyarakah Ratio (MMR) digunakan untuk mengukur
besarnya fungsi intermediasi bank syariah melalui penyaluran dana dengan akad
profit sharing. Menurut Hameed, et.al. (2004) sasaran utama bank syariah adalah
bagi hasil, maka penting untuk mengidentifikasikan sejauh mana bank syariah
telah mencapai sasarannya. Semakin tinggi MMR maka menunjukkan komitmen
bank syariah tinggi. Dengan demikian secara umum, semakin besar hasil MMR
ini maka dapat menunjukkan bahwa kontribusi bank syariah dalam
pengembangan sektor usaha dan pembangunan ekonomi umat semakin besar
(Yuliani, 2012). Rasio ini dihitung dengan membagi jumlah pembiayaan
mudharabah dan musyarakah dengan total pembiayaan.
25

b. Zakat Ratio (ZR)


Menurut Prasetiyo (2015) Rasio kinerja zakat atau Zakah Ratio (ZR)
digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi zakat perusahaan yang
dikeluarkan oleh Bank Syariah. Zakat tersebut kemudian akan dapat dinikmati
oleh mustahiq zakat, yang merupakan representasi kelompok yang membutuhkan
dalam masyarakat. Menurut Hameed, at.al. (2004) rasio ini penting karena
merupakan perintah Allah SWT dalam ajaran agama Islam, ZR digunakan untuk
melihat kinerja bank syariah yang berbasis pada pembayaran zakat yang
dilakukan oleh bank syariah. ZR diperoleh dengan membandingkan zakat yang
dibayarkan Bank Syariah dengan laba sebelum pajak. Semakin tinggi komponen
ini akan mengindikasikan zakah performance masing-masing bank syariah
tersebut baik (Setiawan, 2010).

2.3. Kinerja Keuangan Perbankan Syariah


Kinerja keuangan perusahaan dapat dikatakan sebagai hasil yang dicapai
atas berbagai aktivitas perusahaan dalam mendayagunakan berbagai keuangan
yang tersedia, sedangkan yang dimaksud dengan kinerja keuangan bank adalah
gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik dalam aspek
penghimpunan maupun penyaluran dananya (Khabibah & Mutmainah, 2013).
Kinerja Bank dapat diukur melalui analisa dan evaluasi laporan keuangannya.
Kinerja keuangan di tahun lalu dapat menjadi dasar atau acuan dalam
memprediksi kinerja di tahun depan. Dengan rasio keuangan dapat digunakan
untuk menganalisa laporan keuangan. Tujuan dari laporan keuangan itu sendiri
harus sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Laporan keuangan harus disajikan
relevan dengan kejadian yang sebenarnya di perusahaan sehingga laporan tersebut
dapat diandalkan oleh para pengguna laporan keuangan. Firman Allah SWT
dalam Al-Qur’an pada surat Al-Israa ayat 35 dijelaskan bahwa kita harus jujur
dalam menjalankan pekerjaan.
        
   
“Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan
neraca yang benar. Itulah yang lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”
(QS. Al-Israa :35)
26

Dalam Tafsir Ibnu Katsir (2001) dijelaskan bahwa kita harus menyempurnakan
takaran tanpa melakukan kecurangan. Menurut para mujahid maksud dari kata-
kata tersebut adalah keadilan dan tidak ada penyimpangan karena itu adalah yang
terbaik bagi kalian dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Dalam peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/1/PBI/2007 tentang penilaian
tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah. Penilaian tingkat
kesehatan bank mencangkup penilaian terhadap faktor-faktor permodalan
(capital), kualitas aset (asset quality), manajemen (management), rentabilitas
(earning), likuiditas (liquidity) dan sensivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to
market risk). Bagi perbankan hasil akhir dari penilaian kondisi bank tersebut dapat
digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu
yang akan datang.
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang dimaksudkan
untuk mengukur kemampuan kinerja keuangan masing-masing Bank Umum
Syariah di Indonesia. Penilaian kuantitatif dari faktor rasio permodalan, kualitas
aset, rentabilitas dan likuiditas. Rasio permodalan yang digunakan adalah Capital
Adequacy Ratio (CAR). Rasio kualitas aset yang digunakan adalah Non
Performing Financing (NPF). Rasio rentabilitas yang digunakan adalah Return
On Asset (ROA) dan Operational Efficiency Ratio (OER). Rasio likuiditas yang
digunakan adalah Financing to Deposit Ratio (FDR).
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Menurut Pratiwi & Mahfud (2012) Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah
rasio yang berkaitan dengan faktor permodalan bank untuk mengukur kecukupan
modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko.
CAR merupakan presentase dari kebutuhan modal minimum yang disediakan oleh
bank syariah. CAR merupakan rasio yang menunjukkan sejauh mana kemampuan
permodalan suatu bank untuk mampu menyerap risiko kegagalan kredit yang
mungkin terjadi sehingga makin tinggi angka rasio ini, maka menunjukkan bank
tersebut semakin sehat begitu pula dengan sebaliknya (Mahardian, 2008).
Perhitungan penyediaan modal minimum atau kecukupan modal bank didasarkan
pada rasio perbandingan antara modal yang dimiliki bank syariah dan jumlah
27

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Menurut Purnomo & Santoso


(2015) semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya keuangan
yang dapat digunakan untuk mengantisipasi potensi kerugian dari aktivitas
pembiayaan yang dilakukan.
b. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) merupakan pembiayaan produktif dengan
kualitas pembiyaan kurang lancar, diragukan dan macet. Rasio keuangan ini
berkaitan dengan pembiayaan yang bermasalah. Menurut Setiawan (2009) NPF
merupakan rasio penunjang dalam mengukur kulitas aset bank syariah. Tujuan
dari rasio ini adalah untuk mengukur tingkat permasalahan Pembiayaan yang
dihadapi oleh bank.
Ranianti & Ratnawati (2014) salah satu resiko usaha bank dalam peraturan
Bank Indonesia adalah resiko kredit yang didefinisikan sebagai resiko yang timbul
akibat kegagalan counterparty (klien) memenuhi kewajiban. Resiko kredit
merupakan resiko yang dapat dihadapi oleh bank karena menyalurkan dananya
dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat. Pembiayaan yang bermasalah dalam
jumlah besar dapat memberikan dampak yang buruk bagi bank dan ekonomi
Negara. Rasio ini akan menggambarkan tingkat pengembalian yang diterima oleh
bank dari deposan (Fajrianti, 2014).
Menurut Pratiwi & Mahfud (2012) NPF adalah perbandingan antara total
pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang di berikan kepada debitur.
Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin
buruk. Semakin tinggi NPF menunjukkan bahwa kinerja bank syariah semakin
buruk dan profitabilitasnya rendah. Menurut Nofianti, et.al. (2015) jika NPF
tinggi, maka profitabilitas menurun dan tingkat bagi hasil menurun dan jika NPF
turun, maka profitabilitas naik dan tingkat bagi hasil naik.
c. Return On Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang terpenting untuk megetahui
profitabilitas suatu perusahaan. Menurut Nofianti, et.al. (2015) ROA merupakan
salah satu rasio profitabilitas yang digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total aset
yang dimilikinya. ROA dihitung dengan perbandingan laba bersih setelah pajak
28

dengan total aset. Semakin kecil rasio ini maka semakin kurangnya kemampuan
manajemen bank dalam mengelola aktiva untuk meningkatkan pendapatan atau
menekan biaya (Setiawan, 2009).

d. Operational Efficiency Ratio (OER)


Opertional Efficiency Ratio (OER) atau Biaya Operasional per Pendapatan
Operasional (BOPO) digunakan untuk mengukur efisiensi kegiatan operasional
bank syariah. Menurut Nofianti et.al (2015) BOPO digunakan untuk mengukur
perbandingan biaya operasi atau biaya intermediasi terhadap pendapatan operasi
yang diperoleh oleh Bank. OER didapatkan dari pembagian biaya opersional
dengan pendapatan operasional. Biaya operasional adalah beban operasional
termasuk kekurangan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
sedangkan pendapatan operasional adalah pendapatan operasional setelah bagi
hasil (Setiawan, 2009). Menurut Mahardian (2008) semakin meningkat rasio ini
mencerminkan kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional
dan meningkatkan pendapatan operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian
karena bank tersebut kurang efisien dalam mengelola usahanya.

e. Financing to Deposit Ratio (FDR)


Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan bank syariah dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan pembiayaan
yang diberikan sebagai sumber likuiditas bank syariah. FDR analog dengan Loan
to Deposit Ratio (LDR) pada bank konvensioanal adalah perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil
dihimpun oleh bank (Pratiwi & Mahfud, 2012). Menurut Nofianti et.al (2015)
FDR merupakan rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga yang
menggambarkan sejauhmana simpanan digunakan untuk pemberian pembiayaan
yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas perbankan syariah
dengan membandingkan jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah deposit
yang dimiliki.
Menurut Widyanto (2012) rasio FDR yang tinggi menggambarkan bank
yang kurang likuid dan menunjukkan bahwa dana deposito masyarakat yang
29

ditanamkan pada pinjaman semakin besar. Semakin tinggi FDR maka laba yang
dihasilkan bank syariah semakin tinggi atau meningkat dengan asumsi bank
syariah tersebut dapat menyalurkan dananya dengan efektif. Dengan tingginya
laba bank syariah maka kinerjanya pun akan meningkat.

2.4. Penelitian Terdahulu


Penelitian mengenai hubungan kinerja sosial dan kinerja keuangan
perbankan syariah telah banyak dilakukan dengan menggunakan berbagai macam
variabel. Muammar (2010) meneliti tentang analisis pegaruh kinerja keuangan
terhadap kemampuan zakat pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah
pada tahun 2005-2009. Variabel profitabilitas yang digunakan adalah Return On
Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE), sedangkan variabel dependennya
menggunakan zakat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara kinerja keuangan jika dilihat dari profitabilitas (ROA dan ROE)
dengan kemampuan zakat pada bank syariah.
Yuliani (2011) dalam penelitiannya tentang analisis pengaruh kinerja
keuangan terhadap kinerja sosial Bank Umum Syariah di Indonesia tahun 2006-
2010. Kinerja keuangan diukur dengan menggunkan variabel Size, Return on
Asset (ROA), dan Leverage, sedangkan kinerja sosial diukur dengan
menggunakan Mudharabah Musyarakah Ratio (MMR) dan Qordh Ratio (QR).
Hasil penelitian model pertama menunjukkan bahwa secara parsial Size dan ROA
berpengaruh terhadap MMR. Size berpengaruh positif dan ROA berpengaruh
negatif terhadap MMR. Sedangkan untuk model kedua menunjukkan bahwa
secara parsial Size, ROA, dan Leverage berpengaruh terhadap QR. Size
berpengaruh positif sedangkan ROA dan Leverage berpengaruh negatif terhadap
QR.
Soana (2011) dalam jurnalnya tentang hubungan antara Corporate Social
Performance (CSP) dan Corporate Financial Performance (CFP). Penelitian ini
menggunakan variabel ethical rating, market ratio dan accounting ratio yang
meneliti Bank Italia menunjukkan bahwa penelitian tersebut tidak menunjukkan
bukti yang signifikan hubungan antara kinerja sosial dengan kinerja keuangan di
bank tersebut.
30

Mosaid & Boutti (2012) meneliti juga tentang relationship between


Corporate Social Responsibility and Financial Performance in Islmic Bank. CSR
diukur dengan CSR Disclosure Index (CSRDI) dan CFP diukur dengan Return on
Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Penelitian ini mengambil sampel 8
Bank Islam dari tahun 2009 sampai 2010. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa tidak ada hubungan statistik yang signifikan diantara ROA dan ROE
dengan CSRDI.
Penelitian Khabibah & Mutmainah (2013) yang meneliti tentang analisis
hubungan corporate social responsibility dan corporate financial performance
pada bank syariah di Indonesia. Kinerja keuangan diukur dengan menggunakan
Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), Capital Adequency Ratio
(CAR), dan Net Profit Margin (NPM). Sedangkan CSR diukur dengan Islamic
Social Reporting (ISR) yang terdiri dari finance dan investment, product,
employees, society, environment, management, governance. Hasil penelitian
menujukkan bahwa CSR tidak berhubungan dengan solvabilitas pada tahun
berikutnya dan profitabilitas tidak selamanya berhubungan dengan CSR pada
tahun berikutnya.
Syukron (2015) yang meneliti tentang tanggungjawab sosial dan kinerja
keuangan dan pengaruh kinerja sosial terhadap kinerja keuangan Bank Umum
Syariah di Indonesia. Kinerja keuangan diukur menggunakan Return on Asset
(ROA), Return on Equity (ROE), dan Financing to Deposit Ratio (FDR). Kinerja
sosial diukur dengan menggunakan Islamic Sosial Reporting Index (ISRI) yang
terdiri dari investasi dan keuangan, produk dan jasa, tenaga kerja, sosial, dan
lingkungan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa CSR tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA, ROE dan FDR. Perbedaan penelitian-penelitian
terdahulu dengan penelitian ini adalah perbedaan variabel yang digunakan untuk
mengukur kinerja keuangan dan kinerja sosial pada BUS di Indonesia.

2.5. Hipotesis Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk memberi gambaran tentang praktek
tanggungjawab sosial yang dilakukan Bank Umum Syariah di Indonesia dan
untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan analisis rasio
31

permodalan, kualitas aset, rentabilitas dan likuiditas terhadap kinerja sosial


perusahaan. Rasio keuangan merupakan variabel yang banyak digunakan dalam
penelitian untuk melihat kinerja sosial perusahaan.
Semakin besar Corporate Financial Performance (CFP) perusahaan maka
semakin besar pula sumber daya parusahaan. Semakin besarnya sumber daya yang
dimiliki perusahaan dapat mengindikasikan semakin besarnya tanggung jawab
perusahaan dalam mengelola sumber daya tersebut bukan hanya bagi kepentingan
perusahaan tapi juga kepentingan stakeholder (Khabibah & Mutmainah, 2013).
Selain itu, semakin tinggi CFP perusahaan maka semakin besar kemampuan
perusahaan dalam melakukan kinerja sosial. Maka dapat dikatakan ketika CFP
tinggi maka CSP juga tinggi.
Dalam hipotesis penelitian ini CFP menggunakan analisis rasio
permodalan, kualitas aset, rentabilitas dan likuiditas. Rasio permodalan yang
digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio kualitas aset yang
digunakan adalah Non Performing Financing (NPF). Rasio rentabilitas yang
digunakan adalah Return On Asset (ROA) dan Operational Efficiency Ratio
(OER). Rasio likuiditas yang digunakan adalah Financing to Deposit Ratio
(FDR). Sedangkan kinerja sosial diukur menggunakan analisis kontribusi kepada
pembangunan ekonomi dan masyarakat yaitu dengan menggunakan Musyarakah
Mudharabah Ratio (MMR) dan Zakat Ratio (ZR).

2.5.1. Kinerja Keuangan Terhadap Musyarakah Mudharabah Ratio (MMR)


Pada penelitian Soana (2011) yang meneliti hubungan CSP dan CFP
sebagian besar datanya dari Bank Italia, menyimpulkan bahwa tidak menunjukkan
bukti yang signifikan hubungan antara CSP dan CFP. Dari satu sudut pandang,
meyakinkan bahwa tidak ada korelasi negatif antara kinerja sosial dan kinerja
keuangan. Penafsirannya Bank Italia telah berhasil mengarahkan investasi dan
biaya ethis tanpa harus menanggung pengorbanan apapun dalam hal kinerja
keuangan. Namun dari sudut pandang lain, mereka juga menemukan bukti bahwa
Bank melakukan investasi di CSR tidak menyebabkan keuntungan finansial.
Penelitian mereka mencoba untuk memberikan kotribusi awal untuk mengetahui
tentang hubungan CSP dan CFP. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang
32

diakukan Mosaid & Boutti (2012) penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan statistik yang signifikan diantara ROA dan ROE dengan CSRDI.
Penelitian Khabibah & Mutmainnah (2013) CAR memiliki hubungan
negatif dengan CSR pada tahun berikutnya. Semakin tinggi CAR sebuah
perusahaan semakin rendah tingkat CSR. Penelitian ini juga didukung dengan
penelitian Yuliani (2012) dimana Leverage yang menandakan solvabilitas bank
tidak berpengaruh terhadap MMR. Patila (2014) meneliti pengaruh CAR terhadap
pembiayaan musyarakah yang menunjukkan hasil bahwa CAR berpengaruh
negatif namun tidak signifikan terhadap pembiayaan musyarakah.
Purnomo & Santoso (2015) menganalisis tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi pembiayaan berbasis margin salah satu faktornya menggunakan
CAR sebagai ukuran. Hasilnya menunjukkan bahwa CAR berpengaruh negatif
terhadap pembiayaan berbasis margin. Sedangkan menurut penelitian Giannini
(2013) menunjukkan bahwa CAR berpengaruh positif terhadap pembiayaan
mudharabah. Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya
keuangan yang dapat digunakan untuk mengantisipasi potensi kerugian dari
aktivitas pembiayaan. Maka ketika CAR bank syariah tinggi pembiayaan bagi
hasil juga akan meningkat dan sebaliknya jika CAR rendah maka bagi hasil juga
akan rendah. Maka hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut :
H 1a: Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap
Mudharabah-Musyarakah Ratio (MMR)

Pada penelitian Patila (2014) menunjukkan bahwa NPF berpengaruh


negatif tidak signifikan terhadap pembiayaan musyarakah. Penelitian Giannini
(2013) dan Wahab (2014) menunjukkan NPF tidak berpengaruh terhadap
pembiayaan mudharabah. Sedangkan pada penelitian Purnomo dan Santoso
(2015) NPF berpengaruh positif terhadap pembiayaan berbasis margin. Penelitian
Purnomo dan Santoso (2015) didukung oleh penelitian Fajrianti (2014) yang
hasilnya menunjukkan bahwa NPF berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan.
NPF merupakan tingkat pembiayaan bermasalah yang terdapat di bank syariah,
semakin tinggi tingkat NPF maka semakin rendah profitabilitas dan bagi hasil
juga menurun sebaiknya jika NPF rendah maka profitabilitas bank akan
33

meningkat dan tingkat bagi hasil akan tinggi. Maka hipotesis yang terbentuk
adalah sebagai berikut :
H 1b: Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif terhadap
Mudharabah-Musyarakah Ratio (MMR)

Penelitian Sulistyawati (2015) menunjukkan bahwa CSR disclosure


berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Penelitian ini didukung oleh
penelitian Puspasari & Mawardi (2014) bahwa MMR berpengaruh signifikan
terhadap laba bersih. Semakin tinggi pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah
maka akan meningkatkan laba bersih bank. Kedua penelitian tersebut berbeda
dengan penelitian Fajrianti (2014), Syukron (2014), Rahmi & Anggraini (2013),
Khabibah & Mutmainah (2012), Mosaid & Boutti (2012), Yuliani (2012), dan
Soana (2011).

Penelitian Adzimatinur et.al (2016), Fajrianti (2014), Syukron (2014),


Khabibah & Mutmainah (2012), Mosaid & Boutti (2012), dan Yuliani (2012)
menunjukkan bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap CSR atau MMR maupun
sebaliknya CSR atau MMR tidak berpengaruh terhadap ROA. Sedangkan
penelitian Rahmi & Anggraini (2013) dan Soana (2011) menunjukkan bahwa
CSR berpengaruh negatif terhadap ROA. Semakin rendah ROA pada bank syariah
maka semakin kurangnya kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva
untuk meningkatkan pendapatan atau menekan biayanya. Dengan ROA yang
tinggi bank syariah akan meningkatkan pembiayaan dengan akad bagi hasilnya
dan sebaliknya jika ROA rendah maka tingkat pembiayaan dengan akad bagi hasil
akan menurun. Maka hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut :
H 1c: Return On Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap Mudharabah-
Musyarakah Ratio (MMR)

Dalam penelitian Puspasari & Mawardi (2014) menunjukkan bahwa MMR


berpengaruh positif signifikan terhadap laba bersih. Sedangkan penelitian
Syukron (2014), dan Khabibah & Mutmainah (2012) menunjukkan bahwa
profitabilitas tidak berpengaruh terhadap CSR. Dalam penelitian Patila (2014)
menunjukkan bahwa OER berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap
pembiayaan musyarakah. Semakin tinggi OER maka biaya operasional yang
34

dikeluarkan bank syariah tinggi dan akan menurunkan pendapatan operasionalnya.


Ketika pendapatan operasionalnya rendah maka bagi hasil akan turun sebaliknya
jika pendapatan operasionalnya tinggi tingkat bagi hasil juga akan meningkat.
Maka hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut :

H 1d: Operational Efficiency Ratio (OER) berpengaruh negatif terhadap


Mudharabah-Musyarakah Ratio (MMR)

Penelitian Syukron (2014) menunjukkan bahwa FDR tidak berpengaruh


terhadap kinerja sosial bank syariah atau CSR. Pada penelitian Giannini (2013)
menunjukkan bahwa FDR berpengaruh negatif dengan pembiayaan mudharabah.
Sedangkan menurut penelitian Trisnadi (2015) berpengaruh positif terhadap
pembiayaan mudharabah pada BUS, dimana setiap FDR meningkat maka akan
diikuti oleh naiknya pembiayaan mudharabah. Semakin tinggi FDR maka laba
yang dihasilkan bank syariah semakin tinggi atau meningkat. Laba yang tinggi
akan meningkatkan pembiayaan bagi hasil sebaliknya laba rendah maka bagi hasil
akan rendah. Maka hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut :
H 1e: Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif terhadap
Mudharabah-Musyarakah Ratio (MMR)

2.5.2. Kinerja Keuangan Terhadap Zakat Ratio (ZR)


Zakat merupakan salah satu kegiatan sosial yang dilakukan oleh Bank
Umum Syariah. Dalam penelitian Fauzi (2014) variabel zakat berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja perbankan, semakin tinggi nilai zakat perbakan
maka akan mempengaruhi total pendapatan dalam kinerja perbankan. Sedangkan
dalam penelitian Desiskawati (2015) menunjukkan bahwa zakat performance
ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pengungkapan Islamic
Social Reporting (ISR). Hal ini mengindikasikan bahwa zakat performance ratio
tidak mempengaruhi pengungkapan ISR bank syariah. Berdasarkan penelitiannya
bahwa zakat yang dikeluarkan masih relatif kecil sehingga dana yang digunakan
sebagian besar didominasi oleh zakat dari luar bank syariah dan dana sosial
lainnya.
35

Pada penelitian Nurdiani et.al. (2016) CAR tidak berpengaruh signifikan


terhadap pembayaran zakat Bank Umum Syariah. Hal ini bertentangan dengan
penelitian Ikhwan (2000) yang menunjukkan bahwa modal mempunyai pengaruh
positif terhadap kemampuan zakat perusahaan. Semakin tinggi CAR maka akan
semakin tinggi sumber daya keuangan di bank syariah. Maka ketika CAR tinggi
penyaluran zakat juga akan meningkat sebaliknya jika CAR rendah maka
penyluran zakat akan berkurang. Maka hipotesis yang terbentuk adalah sebagai
berikut :
H 2a: Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap Zakat
Ratio (ZR)

Penelitian Maulida (2015) NPF menunjukkan pengaruh terhadap zakat.


Sedangkan menurut penelitian Nurdiani et.al. (2016) NPF tidak berpengaruh
signifikan terhadap pembayaran zakat. Pada penelitian Ikhwan (2000)
menunjukkan bahwa simpanan mempunyai pengaruh negatif terhadap
kemampuan zakat. Semakin tinggi tingkat NPF maka semakin rendah
profitabilitas dan penyaluran zakat akan menurun sebaliknya jika NPF rendah
profitabilitas akan meningkat dan penyaluran zakat juga tinggi. Maka hipotesis
yang terbentuk adalah sebagai berikut :
H 2b: Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif terhadap Zakat
Ratio (ZR)
Pada penelitian Nurdiani et.al. (2016) dan Rokhmana ROA tidak
berpengaruh signifikan terhadap pembayaran zakat BUS. Penelitian ini berbeda
dengan penelitian Ikhwan (2000), Zaitun (2001), Muammar (2010), Fauzi (2014)
dan Maulida (2015) penelitian mereka membuktikan bahwa ROA berpengaruh
terhadap zakat. Dalam penelitian Muammar (2010) menunjukkan bahwa rasio
profitabilitas yang diukur dengan ROA secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap kemampuan zakat. Sama halnya dengan penelitian Zaitun (2001) ROA
atau profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap zakat. Sedangkan dalam
penelitian Firmansyah & Rusydiana (2013) menunjukkan bahwa ROA
berpengaruh negatif signifikan terhadap zakat. Semakin tinggi ROA maka
penyaluran zakat bank syariah juga tinggi sebaliknya jika ROA rendah maka
36

penyaluran zakat akan menurun. Maka hipotesis yang terbentuk adalah sebagai
berikut :
H 2c: Return On Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap Zakat Ratio
(ZR)

Dalam penelitian Nurdiani et.al (2016) menunjukkan bahwa BOPO tidak


berpengaruh signifikan terhadap pembayaran zakat. Sedangkan penelitian
Maulida (2015) menunjukkan bahwa BOPO berpengaruh terhadap zakat.
Penelitian tersebut didukung oleh penelitian Ikhwan (2000), Zaitun (2001), dan
Fauzi (2014) bahwa profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap zakat. Semakin
tinggi OER maka biaya operasional yang dikeluarkan bank syariah tinggi dan
akan menurunkan pendapatan operasionalnya. Ketika OER tinggi maka
pendapatan operasional rendah dan penyaluran zakat akan menurun sebaliknya
jika OER rendah maka pendapatan operasional akan tinggi dan penyaluran zakat
akan meningkat. Maka hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut :
H 2d : Operational Efficiency Ratio (OER) berpengaruh negatif terhadap
Zakat Ratio (ZR)

Pada penelitian Maulida (2015) FDR menunjukkan pengaruh terhadap


zakat bank syariah. Sedangkan menurut penelitian Zaitun (2001) dan Nurdiani
et.al. (2016) FDR tidak berpengaruh signifikan terhadap pembayaran zakat BUS.
Semakin tinggi FDR maka laba yang dihasilkan bank syariah semakin tinggi atau
meningkat. Laba yang meningkat akan menjadikan penyaluran zakat akan
meningkat juga sebaliknya jika FDR rendah maka laba akan turun dan penyaluran
zakat juga akan turun. Maka hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut :

H 2e: Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif terhadap Zakat


Ratio (ZR)

2.6. Kerangka Pemikiran


Penelitian ini melihat bagaimana pengaruh kinerja keuangan terhadap
kinerja sosial BUS. Kinerja keuangan diukur dengan menggunakan analisis rasio
permodalan, kualitas aset, rentabilitas dan likuiditas. Rasio permodalan yang
digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio kualitas aset yang
37

digunakan adalah Non Performing Financing (NPF). Rasio rentabilitas yang


digunakan adalah Return On Asset (ROA) dan Operational Efficiency Ratio
(OER). Rasio likuiditas yang digunakan adalah Financing to Deposit Ratio
(FDR). Sedangkan kinerja sosial diukur menggunakan analisis Musyarakah
Mudharabah Ratio (MMR) dan Zakat Ratio (ZR). Berdasarkan atas landasan
teoritis diatas maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

CAR

NPF
MMR
ROA &
ZR
OER

FDR

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah (BUS) yang
terdaftar di Bank Indonesia. Berdasarkan data statistik perbankan syariah yang
dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Juni 2015 terdapat sebanyak 11 BUS
di Indonesia baik Devisa maupun Non Devisa. Dari jumlah populasi tersebut,
penelitian ini menggunakan seluruh BUS yang ada di Indonesia. Kriteria yang
diambil untuk penelitian ini adalah BUS di Indonesia yang beroperasi secara terus
menerus selama periode penelitian yaitu tahun 2010-2015.

3.2. Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yang berupa angka-angka yang
menunjukkan jumlah atau banyaknya sesuatu seperti laporan keuangan dengan
pengujian hipotesis. Data yang digunakan dalam peneitian ini adalah data
sekunder yang berupa laporan keuangan bank syariah yaitu laporan keuangan
Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2010-2015. Penelitian ini juga
menjelaskan pengaruh antara satu variabel dengan variabel yang lain.

3.3. Operasionalisasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel dependen dan lima
variabel independen. Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan
adalah variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing
(NPF), Return On Asset (ROA), Operational Efficiency Ratio (OER), dan
Financing to Deposit Ratio (FDR) sedangkan variabel dependen yang digunakan
adalah dengan diukur menggunakan variabel Musyarakah Mudharabah Ratio
(MMR) dan Zakat Ratio (ZR).

3.3.1. Variabel Independen


Dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan adalah variabel
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Return On

35
36

Asset (ROA), Operational Efficiency Ratio (OER), dan Financing to Deposit


Ratio (FDR).
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan presentase dari kebutuhan modal
minimum yang disediakan oleh bank syariah. Perhitungan penyediaan modal
minimum atau kecukupan modal bank didasarkan pada rasio perbandingan antara
modal yang dimiliki bank syariah dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR).
Total Modal
CAR = x100%
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

b. Non Performing Financing (NPF)


Non Performing Financing (NPF) merupakan pembiayaan produktif dengan
kualitas pembiyaan kurang lancar, diragukan dan macet. Rasio keuangan ini
berkaitan dengan pembiayaan yang bermasalah. Semakin tinggi NPF
menunjukkan bahwa kinerja bank syariah semakin buruk dan profitabilitasnya
rendah.
Total Pembiayaan Bermasalah
NPF =
Total Seluruh Pembiay aan

c. Return On Asset (ROA)


Variabel independen rasio rentabilitas pada model kedua adalah Return On
Asset (ROA) dihitung dengan perbandingan laba bersih setelah pajak dengan total
aset. Semakin kecil rasio ini maka semakin kurangnya kemampuan manajemen
bank dalam mengelola aktiva ntuk meningkatkan pendapatan atau menekan biaya.
Laba sebelum pajak
ROA =
Total aset

d. Operational Efficiency Ratio (OER)


Variabel independen rasio rentabilitas pada model ketiga adalah Opertional
Efficiency Ratio (OER) digunakan untuk mengukur efisiensi kegiatan operasional
bank syariah. OER didapatkan dari pembagian biaya operasional dengan
pendapatan operasional. Biaya operasional adalah beban operasional termasuk
kekurangan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) sedangkan
37

pendapatan operasional adalah pendapatan operasional setelah bagi hasil


(Setiawan, 2009).
Biaya Operasional
OER =
Pendapatan Operasional

e. Financing to Deposit Ratio (FDR)


Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur seberapa jauh kemampuan bank syariah dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan pembiayaan
yang diberikan sebagai sumber likuiditas bank syariah. Semakin tinggi FDR maka
laba yang dihasilkan bank syariah semakin tinggi atau meningkat dengan asumsi
bank syariah tersebut dapat menyalurkan dananya dengan efektif (Widyanto,
2012). Dengan tingginya laba bank syariah maka kinerjanya pun akan meningkat.

Total Financing
FDR =
Total Deposite

3.3.2. Variabel Dependen


Variabel dependen yang digunakan adalah dengan diukur menggunakan
variabel Musyarakah Mudharabah Ratio (MMR) dan Zakat Ratio (ZR).
a. Mudharabah-Musyarakah Ratio (MMR)
Rasio intensitas pembiayaan atau Mudharabah-Musyarakah Ratio (MMR)
digunakan untuk mengukur besarnya fungsi bank syariah dalam penyaluran dana
dengan akad bagi hasil. Menurut Hameed, et.al (2004) sasaran utama bank syariah
adalah bagi hasil, maka penting untuk mengidentifikasikan sejauh mana bank
syariah telah mencapai sasarannya. Semakin tinggi MMR maka menunjukkan
komitmen bank syariah tinggi.

Pembiayaan Mudharabah+ Musyarakah


MMR =
Total Pembiayaan

b. Zakat Ratio (ZR)


Variabel dependen dari Kontribusi Kepada masyarakat pada model
pertama adalah dengan menggunakan Zakat Ratio (ZR). Menurut Prasetiyo (2015)
Rasio kinerja zakat atau Zakah Ratio (ZR) digunakan untuk mengukur besarnya
kontribusi zakat perusahaan yang dikeluarkan oleh Bank Syariah. ZR diperoleh
38

dengan membandingkan zakat yang dibayarkan Bank Syariah dengan laba


sebelum pajak. Semakin tinggi komponen ini akan mengindikasikan zakah
performance masing-masing bank syariah tersebut baik (Setiawan,2009).
Penyaluran Zakat perusahaan
ZR =
Laba sebelum pajak

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel


Variabel Indikator/Rumus Tujuan Skala
Mengukur
Capital Total Modal kebutuhan modal
x 100%
Adequacy ATMR minimum yang Rasio
Ratio (CAR) disediakan oleh bank
syariah.
Mengukur tingkat
Non
permasalahan
Performing Total Pembiayaan Bermasalah
pembiayaan yang Rasio
Financing Total Seluruh Pembiayaan
dihadapi oleh bank.
(NPF)

Mengukur
Return On Laba sebelum pajak keberhasilan
Rasio
Asset (ROA) Total aset manajemen dalam
menghasilkan laba.
Operational Mengukur efisiensi
Biaya Operasional
Efficiency kegiatan operasional Rasio
Pendapatan Operasional
Ratio (OER) bank syariah.
Financing to Total Financing Mengukur seberapa Rasio
Total Deposite
Deposit jauh kemampuan
Ratio (FDR) bank syariah dalam
membayar kembali
penarikan dana yang
dilakukan oleh
deposan dengan
mengandalkan
39

pembiayaan yang
diberikan sebagai
sumber likuiditas
bank syariah.
Mudharabah Mengukur besarnya
- Pembiayaan MM fungsi bank syariah
Musyarakah Total Pembiayaan dalam penyaluran Rasio
Ratio dana dengan akad
(MMR) bagi hasil.
Mengukur besarnya
Zakat Ratio Penyaluran Zakat perusahaan kontribusi zakat
Rasio
(ZR) Laba sebelum pajak perusahaan bank
syariah.

3.4. Model Penelitian


Penelitian ini menjelaskan pengaruh antar variabel. Untuk menguji
hipotesis, penelitian ini melakukan pengujian kuantitatif, yang dimaksudkan untuk
mengukur seberapa besar pengaruh antara variabel independen yaitu rasio
keuangan terhadap variabel dependennya yaitu rasio kontribusi pembangunan
ekonomi dan masyarakat dilakukan dengan metode statistik yaitu analisis regresi.
Analisis regresi digunakan untuk menentukan variabel dependen berdasarkan nilai
variabel independen, dan juga untuk memprediksi perubahan variabel dependen
untuk setiap perubahan variabel independen. Persamaan regresi liniernya terdiri
dari :
Model 1 : Pengaruh CAR, NPF, ROA, OER, dan FDR terhadap MMR
MMR (Y 1 )=∝0 +∝1 CAR ¿-∝2 NPF ¿ +∝3 ROA ¿-∝4 OER¿ +∝5 FDR¿ +ε

Dimana :
MMR (Y 1 ) = Mudharabah-Musyarakah Ratio
∝0= Konstanta
∝1 CAR = Capital Adequacy Ratio (CAR)
∝2 NPF = Non Performing Financing (NPF)
40

∝3 ROA = Return On Asset (ROA)


∝4 OER = Operational Efficiency Ratio (OER)
∝5 FDR = Financing to Deposit Ratio (FDR)
t = Tahun
ε = Faktor-faktor lain yang mempengaruhi variabel Y 1

Model 2 : Pengaruh CAR, NPF, ROA, OER, dan FDR terhadap ZR


ZR (Y ¿¿ 2)¿ =∝0 +∝1 CAR ¿-∝2 NPF ¿+ ∝3 ROA ¿- ∝4 OER¿ +∝5 FDR¿ +ε

Dimana :
ZR (Y ¿¿ 2)¿ = Zakat Ratio
∝0 = Konstanta
∝1 CAR = Capital Adequacy Ratio (CAR)
∝2 NPF = Non Performing Financing (NPF)
∝3 ROA = Return On Asset (ROA)
∝4 OER = Operational Efficiency Ratio (OER)
∝5 FDR = Financing to Deposit Ratio (FDR)
t = Tahun
ε = Faktor-faktor lain yang mempengaruhi variabel Y 2

3.5. Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan rasio keuangan yaitu analisis rasio permodalan, kualitas aset,
rentabilitas dan likuiditas. Teknik analisis data yang digunakan kuantitatif dengan
pengujian hipotesis. Metode analisis data yang digunakan adalah Regresi Linier
Berganda berupa data panel, kemudian diolah dan dianalisis. Data yang digunakan
daam peneitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan bank
syariah yaitu laporan keuangan Bank umum syariah di Indonesia periode 2010-
2015.
Variabel yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah variabel rasio
keuangan untuk mengukur kinerja keuangan dengan lima komponen rasio yaitu
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), Return On
Asset (ROA), Operational Efficiency Ratio (OER), dan Financing to Deposit
41

Ratio (FDR), sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah dengan diukur
menggunakan Musyarakah Mudharabah Ratio (MMR) dan Zakat Ratio (ZR).
Analisis dari hasil data penelitian ini dilakukan dengan menggukanan program
Stata 16.

3.6. Pengujian Hipotesis


Penelitian ini menggunakan Regresi Linier Data Panel yang kemudian
diolah dan dianalisis dengan menggunakan aplikasi Stata 13.
a. Statistik deskriptif
Statistik deskriptif berfungsi sebagai penganalisis data dengan
menggambarkan sampel data yang telah dikumpulkan. Penelitian ini menjabarkan
jumlah data, rata-rata, nilai minimum dan maksimum dan standar deviasi. Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara analisis
kuantitatif yang bersifat deskriptif yang menjabarkan data yang diperoleh dengan
menggunakan analisis Regresi Linier Berganda untuk menggambarkan fenomena
atau karakteristik dari data.

b. Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik dari data sekunder ini dilakukan menggunakan uji
normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan uji autokorelasi.
1) Uji Normalitas
Uji Normalitas adalah pengujian yang dilakukan untuk memastikan apakah
residual data terdistribusi normal. Analisis dapat dilakukan dengan melihat
sebaran data pada sumbu diagonal grafik normal plot. Jika data terdistribusi
normal, maka dot yang menggambarkan penyebaran data akan mengikuti arah
garis diagonalnya. Berikut gambaran hipotesis pengujian ini.
H 0 : Data residual terdistribusi normal
H 1 : Data residual tidak terdistribusi normal.
Jika nilai probabilitas α=5% berarti H 0 ditolak dan data tidak terdistribusi
normal dan begitu pula sebaliknya.
2) Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk memastikan tidak adanya hubungan
linier antar variabel independen dalam model regresi (penyimpangan asumsi
42

klasik). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas di dalam model


regresi dalam penelitian ini adalah dengan melihat nilai variance inflation factor
(VIF). Indikator untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai VIF
≥10.
3) Uji Heterokedastisitas
Uji Heterokedastisitas adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat ketidaksamaan variabel residual dalam model regresi.
Heteroskedastisitas tidak akan terjadi apabila probabilitas signifikansinya adalah
di atas 5% (0,05).
4) Uji Autokolerasi
Uji Autokolerasi adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah
terdapat autokolerasi. Dalam penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson
sebagai alat untuk meendeteksi adanya autokolerasi. Uji ini bertujuan untuk
menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada kolerasi antara kesalahan
pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya).

c. Penentuan Estimasi Model


Terdapat tiga macam model estimasi regresi data panel, yaitu Pooled OLS
Model, Fixed Effect Model dan Random Effect Model. Untuk memilih model yang
tepat, dapat dilakukan beberapa pengujian, yaitu:
1) Uji Chow
Uji Chow adalah pengujian yang dilakukan untuk menentukan apakah
penelitian ini lebih tepat menggunakan CEM atau REM dengan hipotesis sebagai
berikut:
H 0 : Common Effect Model
H 1 : Fixed Effect Model
Apabila nilai (Prob>F) dari model lebih besar dari tingkat signifikansi (0.05),
maka H 0 diterima atau Common Effect Model lebih baik daripada Fixed Effect
Model. Namun apabila nilai (Prob>F) dari model lebih kecil dari tingkat
signifikansi (0.05), maka H 1 diterima atau Fixed Effect Model lebih baik daripada
Common Effect Model.
2) Uji Hausman
43

Pengujian ini dilakukan untuk memilih model yang tepat untuk penelitian
ini, antara Random Effect Model atau Fixed Effect Model dengan hipotesis sebagai
berikut:
H 0 : Random Effect Model
H 1 : Fixed Effect Model
Apabila nilai (Prob>chi2) dari model lebih besar dari tingkat signifikansi
(0.05), maka H 0 diterima atau Random Effect Model lebih baik daripada Fixed
Effect Model. Namun apabila nilai nilai (Prob>chi2) dari model lebih kecil dari
tingkat signifikansi (0.05), maka H 1 diterima atau Fixed Effect Model lebih baik
daripada Random Effect Model.
3) Uji Langerange Multiplier
Uji Langerange Multiplier (LM) dilakukan untuk memilih model yang tepat
untuk penelitian ini, antara Random Effect Model atau Fixed Effect Model dengan
hipotesis sebagai berikut:
H 0 : Common Effect Model
H 1 : Random Effect Model
Apabila nilai (Prob>F) dari model lebih besar dari tingkat signifikansi
(0.05), maka H 0 diterima atau Common Effect Model lebih baik daripada Random
Effect Model. Namun apabila nilai nilai (Prob>F) dari model lebih kecil dari
tingkat signifikansi (0.05), maka H 1 diterima atau Random Effect Model lebih
baik daripada Common Effect Model.

d. Pengujian Hipotesis
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui keakuratan dan kebenaran dari
hipotesis yang diajukan. Tiga jenis pengujian, untuk pengujian hipotesis
menggunakan regresi berganda yaitu uji signifikan parameter individual (uji
statistik t), uji signifian simultan (uji statistik F), dan uji koefisien determinasi
(R²). Adapun atribut dalam pengujian regresi data panel adalah sebagai berikut :
1) Uji Parsial atau Uji-t
Digunakan untuk megetahui pengaruh parsial dari variabel-variabel
independen terhadap variabel dependennya. Pengujian ini dilakukan dengan
hipotesis:
44

H 0 : βi = 0, dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh yang nyata dari setiap
variabel independen terhadap variabel dependennya.
H 1: βi ≠ dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang nyata dari setiap variabel
independen terhadap variabel dependennya.
Kriteria Uji
Jika t-hitung > t-tabel, maka tolak H 0 dan terima H 1
Jika t-hitung < t-tabel, maka terima H 0 dan tolak H 1

2) Uji Simultan atau Uji-f


Digunakan untuk mengetahui tingkat signifikansi dari pergerakan seluruh
variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Hipotesis Uji
simultan atau uji F adalah:
H 0: βi…n = 0, semua variabel independen secara bersama-sama tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
H 1: βi…n ≠ 0, semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Kriteria Uji
Jika F hitung > F tabel, maka tolak H 0 dan terima H 1
Jika F hitung < t-tabel, maka terima H 0 dan tolak H 1
3) Uji Determinasi (Adjusted R2)
Uji Determinasi bertujuan untuk mengetahui pengukuran atas seberapa jauh
kemampuan model menerangkan variabel dependen. Nilai R2 yang kecil, diartikan
adanya kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependen terbatas atau mengindikasikan bahwa kontribusi variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen sedikit, dimana sisanya yang besar
dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diuji dalam penelitian. Sedangkan, nilai
R2 yang mendekati satu (1 atau 100%) menandakan variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan oleh variabel dependen
atau dengan kata lain variabel independen mengindikasikan berkontribusi besar
terhadap variabel dependen, sisanya yang sedikit dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak diuji dalam penelitian.
45

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data Penelitian


Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan tahunan dan
laporan keuangan Bank Umum Syariah (BUS). Objek yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Bank Umum Syariah (BUS) yang terdaftar di Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) yang berjumlah 12 BUS di Indonesia baik Devisa maupun Non
Devisa. Selama periode 2010-2015 hanya terdapat 11 BUS, karena PT. Bank
Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah tidak bisa dijadikan objek
penelitian hal ini disebabkan bank syariah tersebut baru beroperasi pada tahun
2014. Data yang berhasil dikumpulkan dari laporan keuangan periode 2010
sampai 2015 berjumlah 63 data. Hal ini disebabkan karena Maybank Syariah,
Viktoria Syariah dan BJB Syariah baru berdiri pada tahun 2010. Daftar data
penelitian yang diteliti pada tabel 4.1 sebagai berikut.
Tabel 4.1 Daftar Data Penelitian yang Diteliti
201 201
No Bank Syariah 2011 2013 2014 2015
0 2
1 PT. BCA Syariah √ √ √ √ √ √
2 BRI Syariah √ √ √ √ √ √
3 BNI Syariah √ √ √ √ √ √
4 Bank Syariah Mandiri √ √ √ √ √ √
BPD Jawa Barat Banten
5 Syariah √ √ √ √ √
6 PT. Bank Syariah Bukopin √ √ √ √ √ √
7 PT. Bank Victoria Syariah √ √ √ √ √
8 Bank Panin Syariah √ √ √ √ √ √
9 Bank Syariah Mega Indonesia √ √ √ √ √ √
10 PT. Maybank Syariah √ √ √ √ √
11 Bank Muamalat Indonesia √ √ √ √ √ √
Keterangan : belum beroperasi

4.2 Statistik Deskriptif


Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi tentang suatu data
yang berisi nilai minimum, maksimal, mean dan standar deviasi masing-masing
46

variabel penelitian. Nilai minimum adalah nilai terendah dari masing-masing


variabel. Nilai maksimum adalah nilai tertinggi dari masing-masing variabel.
Nilai mean atau rata-rata merupakan jumlah dari masing-masing rasio dibagi
dengan banyaknya data penelitian. Sedangkan standar deviasi merupakan ukuran
keanekaragaman data penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
adanya pengaruh kinerja keuangan terhadap rasio bagi hasil dan rasio zakat. Data-
data untuk mengukur variabel-variabel ini diperoleh dari laporan tahunan dan
laporan keuangan BUS yang terdaftar di OJK pada tahun 2010 sampai 2015
dengan jumlah data sebanyak 63 data. Statistik deskriptif pada penelitian ini
adalah:
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif (Dalam Presentase)
N MIN MAX MEAN SDR.DEV
MMR 63 0.00 65.84 24.06547 17.59771
ZR 63 -0.31 46.26 3.904424 8.841597
CAR 63 10.60 76.50 23.96476 16.26714
NPF 63 0.00 6.93 2.31381 1.645267
ROA 63 -20.13 6.93 0.833015 3.017686
OER 63 47.60 192.60 91.15698 22.22796
FDR 63 46.08 289.20 97.36635 33.11649
Keterangan
MMR : Mudharabah-Musyarakah Ratio
ZR : Zakat Rasio
CAR : Capital Adequacy Ratio
NPF : Non Performing Financing
ROA : Return On Asset
OER : Operational Efficiency Ratio
FDR : Financing to Deposit Ratio
Sumber : Data sekunder yang diolah dengan Stata 13

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa
data yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 63 data yang bersumber dari
laporan keuangan. Dengan perhitungan bahwa data yang digunakan adalah data
hasil pemeriksaan selama 6 (enam) tahun (time series) dan pada masing-masing
tahun terdapat 11 objek penelitian (cross sections). Variabel dependen dalam
penelitian ini adalah Mudharabah-Musyarakah Ratio (MMR) dan Zakat Ratio
(ZR) sedangkan variabel independen yang mengukur kinerja keuangan BUS
menggunakan lima komponen rasio yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), Non
47

Performing Financing (NPF), Return On Asset (ROA), Operational Efficiency


Ratio (OER), dan Financing to Deposit Ratio (FDR).
Rasio bagi hasil yang diukur dengan menggunakan MMR nilai terendah
(minimum) selama periode penelitian 2010 hingga 2015 adalah 0% yaitu PT.
Maybank syariah pada tahun 2010 sampai 2013. Pada tahun tersebut PT.
Maybank Syariah belum memberikan pembiayaan dengan akad bagi hasil
(mudharabah dan musyarakah) namun memberikan pembiayaan lain seperti
pembiayaan berbasis margin (murabahah). Sedangkan MMR tertinggi adalah
sebesar 65.84% PT. Bank Victoria Syariah pada tahun 2015. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa bank Victoria Syariah memberikan pembiayaan mudharabah
dan musyarakah tertinggi diantara bank syariah lainnya. Semakin tinggi MMR
maka menunjukkan komitmen bank syariah tersebut semakin tinggi. Nilai rata-
rata (mean) untuk MMR menunjukkan angka 24.06%, nilai tersebut
mengindikasikan bahwa bank syariah telah memberikan pembiayaan dengan akad
bagi hasil sebesar 24.06% selama tahun 2010-2015. Sementara standar deviasi
MMR sebesar 17.59% lebih rendah dibandingkan dengan nilai rata-rata MMR
menunjukkan rendahnya fluktuasi nilai MMR selama tahun 2010-2015.
Rasio zakat yang diukur dengan menggunakan ZR nilai terendah (minimum)
selama periode penelitian 2010 hingga 2015 adalah -0.31% yaitu B.P.D Jawa
Barat Banten Syariah pada tahun 2012 karena pada tahun tersebut BJB Syariah
mengalami kerugian. Hal tersebut berdampak pada penyaluran zakat yang
diberikan. Sedangkan ZR tertinggi adalah sebesar 46.26% yaitu Bank Syariah
Mandiri pada tahun 2014, tingginya nilai ZR mengindikasikan bahwa kinerja
zakat pada Bank Syariah Mandiri baik karena mampu menyalurkan zakat sebesar
46.36% dari keuntungannya. Nilai rata-rata (mean) untuk ZR menunjukkan angka
3.9%, nilai rata-rata tersebut menunjukkan kinerja zakat bank syariah di tahun
2010-2015. Sedangkan standar deviasi ZR sebesar 8.84% menunjukkan adanya
kesenjangan rasio ZR karena nilai standar devisi lebih tinggi dari nilai mean.
Rasio permodalan diukur dengan menggunakan CAR nilai terendah
(minimum) selama periode penelitian 2010 hingga 2015 adalah 10.06% yaitu
Bank Syariah Mandiri pada tahun 2010. Pada tahun tersebut Bank Syariah
Mandiri memiliki sumber daya keuangan yang terendah dari bank syariah lainnya.
48

Hal ini mengindikasikan bahwa Bank Syariah mandiri dapat mengantisipasi


potensi kerugian yang ditimbulkan dari aktivitas pembiayaan hanya sebesar
10.06%. Sedangkan CAR tertinggi adalah sebesar 76.5% Bank BCA Syariah pada
tahun 2010. Bank BCA Syariah adalah bank yang mampu menanggung risiko
keurugian yang baik pada tahun 2010. Nilai rata-rata (mean) untuk CAR
menunjukkan angka 23.96% sementara standar deviasi CAR sebesar 16.26%.
Rasio CAR menunjukkan tidak adanya kesenjangan karena nilai standar
deviasinya lebih kecil dari nilai rata-rata CAR. Secara umum rasio permodalan
yang ditunjukan telah memenuhi standar yang telah ditetapkan BI yaitu minimal
sebesar 8%. Semakin tinggi CAR maka semakin besar pula sumber daya
keuangan yang dapat digunakan untuk mengantisipasi potensi kerugian dari
aktivitas pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah.
Rasio kualitas aset diukur melalui NPF nilai terendah (minimum) selama
periode penelitian 2010 hingga 2015 adalah 0% yaitu BCA Syariah pada tahun
2011 hingga 2013, Bank Panin Syariah pada tahun 2010 dan PT. Maybank
Syariah pada tahun 2011 dan 2013. Rasio ini digunakan untuk menggambarkan
pembiayaan bermasalah yang terdapat di bank syariah. Nilai minimum NPF
menunjukkan bahwa kualitas pembiayaan yang diberikan bank syariah semakin
baik, karena bank syariah mampu menekan pembiayaan bermasalah. Sedangkan
NPF tertinggi adalah 6.93%. Sedangkan batas ketentuan yang telah ditetapkan
oleh Bank Indonesia maksimal sebesar 5%. Semakin tinggi NPF menunjukkan
bahwa kinerja bank syariah semakin buruk dan profitabilitasnya rendah. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa Bank Syariah Mandiri pada tahun 2014 tidak
mampu menekan pembiayaan bermasalah yang terjadi. Nilai rata-rata (mean)
untuk NPF menunjukkan angka 2.31%, sementara standar deviasi NPF sebesar
1.64%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak ada kesenjangan data karena nilai
rata-ratanya lebih besar daripada nilai standar deviasinya.
Rasio rentabilitas diukur melalui ROA nilai terendah (minimum) selama
periode penelitian 2010 hingga 2015 adalah -20.13% yaitu PT. Maybank Syariah
pada tahun 2015. Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan manajemen PT.
Maybank Syariah pada tahun 2015 tidak mampu untuk mengelola aktivanya
dengan baik. Sedangkan ROA tertinggi adalah sebesar 6.93% Bank Victoria
49

Syariah pada tahun 2014. Semakin besar rasio ini maka semakin besarnya
kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva untuk meningkatkan
pendapatan atau menekan biaya. Nilai rata-rata (mean) untuk ROA menunjukkan
angka 0.83% dan standar deviasi ROA sebesar 3.01%. Nilai tersebut
menunjukkan keragaman data penelitian dimana terdapat kesenjangan nilai rasio
ROA karena nilai standar deviasi lebih rendah daripada rata-rata ROA.
Rasio rentabilitas diukur dengan OER nilai terendah (minimum) selama
periode penelitian 2010 hingga 2015 adalah 47.6% yaitu Bank Panin Syariah pada
tahun 2012. Hal tersebut menunjukkan bahwa Bank Panin Syariah dapat menekan
biaya operasional dengan baik. Sedangkan OER tertinggi adalah sebesar 192.60%
BCA Syariah pada tahun 2015. Semakin meningkatnya rasio ini mengindikasikan
bahwa semakin kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional
dan meningkatkan pendapatan operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian.
Nilai rata-rata (mean) untuk OER menunjukkan angka 91.15%, sedangkan standar
deviasi OER sebesar 22.22% yang menunjukkan keragaman data penelitian
dimana tidak terdapat kesenjangan nilai rasio OER karena nilai standar deviasi
lebih rendah daripada rata-rata OER.
Rasio likuiditas diukur dengan FDR nilai terendah (minimum) selama
periode penelitian 2010 hingga 2015 adalah 46.08% yaitu Bank Victoria Syariah
pada tahun 2011. Bank Victoria Syariah tidak mampu menyalurkan dananya
dengan efektif di tahun 2011. Sedangkan FDR tertinggi adalah sebesar 289.2%
PT. Maybank Syariah pada tahun 2011. Hal tersebut mengindikasikan bahwa PT.
Maybank Syariah dapat menyalurkan dananya dengan efektif karena nilai FDR
yang tinggi. Nilai rata-rata (mean) untuk FDR menunjukkan angka 97.36%
sementara standar deviasi FDR sebesar 33.11%. Nilai tersebut mengindikasikan
bahwa tidak terdapat kesenjangan nilai rasio FDR karena nilai standar deviasinya
lebih kecil dari nilai mean.

4.3 Uji Asumsi Klasik


4.3.1. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas pada penelitian ini menunjukkan bahwa data
berdistribusi normal, karena nilai prob>chi hanya beberapa variabel mencapai
50

nilai signifikan 5%. Pengujian ini menggunakan grafik histogram atau Normal P-
Plot dan Kolmogorof-Smirnov normality test. Berikut hasil uji normalitas untuk
Y1 dan Y2 dapat dilihat melalui tabel 4.3 dan tabel 4.4.

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov Pengaruh Kinerja


Keuangan Terhadap MMR
Standardize
Residual
N 63
Normal Parameters Mean 0.0000000
Std.Deviation 0.95882993
Most Extreme Difference Absolute 0.074
Positive 0.074
Negative -0.44
Kolmogorov-Smirnov Z 0.587
Asymp.Sig.(2-tailed) 0.881
a. Test distribution is Normal

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Kolmogorof-Smirnov Pengaruh Kinerja


Keuangan Terhadap ZR
Standardiz
e Residual
N 63
Normal Parameters Mean 0.0000000
Std.Deviatio 0.9588299
n 3
Most Extreme Difference Absolute 0.092
Positive 0.092
Negative -0.44
Kolmogorov-Smirnov Z 0.731
Asymp.Sig.(2-tailed) 0.659
a. Test distribution is Normal

4.3.2. Uji Multikolinearitas


Uji Multikolinearitas dilakukan pada persamaan regresi dengan variabel
lebih dari satu untuk mengetahui bahwa tidak terdapat hubungan korelasi antar
variabel independennya. Berikut adalah hasil Uji Multikorelasi dengan
menggunakan aplikasi Stata 13 :
51

Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap


MMR
variable vif 1/vif
NPF 1.75 0.572198
OER 1.61 0.622354
CAR 1.42 0.701872
FDR 1.39 0.717256
ROA 1.17 0.856861
Mean vif 1.47
MMR : Mudharabah-Musyarakah Ratio
ZR : Zakat Rasio
CAR : Capital Adequacy Ratio
NPF : Non Performing Financing
ROA : Return On Asset
OER : Operational Efficiency Ratio
FDR : Financing to Deposit Ratio
Sumber : Data sekunder yang diolah dengan Stata 13
Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinearitas Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap
ZR
variable vif 1/vif
NPF 3.3 0.302997
OER 2.85 0.350568
CAR 1.99 0.502815
FDR 1.76 0.568611
ROA 1.67 0.599078
Mean vif 2.31
MMR : Mudharabah-Musyarakah Ratio
ZR : Zakat Rasio
CAR : Capital Adequacy Ratio
NPF : Non Performing Financing
ROA : Return On Asset
OER : Operational Efficiency Ratio
FDR : Financing to Deposit Ratio
Sumber : Data sekunder yang diolah dengan Stata 13
Terlihat pada tabel 4.5 dan tabel 4.6 di atas bahwa variabel yang
digunakan terbebas dari multikolinearitas. Dalam uji ini peneliti menggunakan
metode pengukuran Variance Inflation Factors (VIF). Setiap variabel diteliti
memiliki nilai VIF. Hasil running uji Multikolinieritas memiliki nilai VIF model 1
(Y1) sebesar 1.40 dan VIF model 2 (Y2) sebesar 2.31 keduanya memiliki nilai
52

lebih kecil dari nilai 10. Dengan demikian tidak terdapat hubungan kolerasi antar
variabel independen yang digunakan pada penelitian ini.

4.3.3. Uji Heterokedasitas


Uji heterokedastisitas adalah pengujian untuk megetahui apakah terdapat
ketidaksamaan variabel residual dalam model regresi. Dalam penelitian ini
menggunakan apalikasi Stata 13 untuk mengetahui uji heterokedastisitas. Berikut
hasil dari uji heteroskedastisistas :
Tabel 4.7 Uji Heteroskedasitas Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap MMR
chi2(1) 1.3
0.254
Prob > chi2 3

4.8 Uji Heteroskedasitas Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap ZR


chi2(1) 25.48
0.000
Prob > chi2 0

Hasil dari tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa hasilnya prob>chi sebesar
0.2543 lebih besar dari nilai signifikan yaitu sebesar 0.05 hal tersebut
mengindikasikan bahwa data tidak terkena heteroskedasitas. Sedangkan untuk
tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa hasilnya prob>chi sebesar 0.0000 lebih kecil
dari nilai signifikan yaitu sebesar 0.05 hal tersebut mengindikasikan bahwa data
tersebut terkena heteroskedasitas. Maka peneliti melakukan Robust agar data
terbebas dari heteroskedasitas secara otomatis.
4.3.4. Uji Autokorelasi
Penelitian ini menggunakan uji Durbin-Watson sebagai alat untuk
meendeteksi adanya autokolerasi. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah di
dalam model regresi linier terdapat hubungan antara data pada suatu periode
dengan periode sebelumnya. Berikut hasil output dari pengujian ini disajikan
dalam tabel 4.9, tabel 4.10, dan tabel 4.11 :
Tabel 4.9 Batas Durbin-Watson
T k dL dU
63 6 1.4265 1.7671
T : Jumlah Data
53

k : Jumlah Variabel
dL : Batas Bawah
dU : Batas Atas

Tabel 4.10 Uji Autokorelasi Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap MMR


R- Adj R- Std. Error of Durbin-
Model R
Square Square the Estimate Watson
1 0.45 0.204 0.134 16.37257 0.902
Sumber : Data sekunder yang diolah dengan SPSS 16
Tabel 4.11 Uji Autokorelasi Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap ZR
R- Adj R- Std. Error of Durbin-
Model R
Square Square the Estimate Watson
1 0.515 0.265 0.200 1.38318 1.298
Sumber : Data sekunder yang diolah dengan SPSS 16
Dapat dilihat pada tabel di atas bahwa data penelitian untuk model 1 dan
model 2 terkena gejala autokolerasi. Maka peneliti menggunakan General Least
Square untuk menghilangkan gejala dari autokolerasi tersebut.

4.4 Penentuan Estimasi Model


Penelitian ini mengunakan model analisis regresi data panel, yang memiliki
tiga model yaitu Common Effect Model (CEM), Fixed Effect Model (FEM) dan
Random Effect Model (REM).
4.4.1. Hasil Uji Chow
Peneliti menggunakan pengujian model untuk mengetahui apakah model
mengikuti uji chow atau tidak. Hasil dari uji chow dapat dilihat pada tabel-tabel
dibawah ini :
Tabel 4.12 Hasil Uji Chow Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap MMR
Statistik 24.41
Prob>F 0.0000

Tabel 4.13 Hasil Uji Chow Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap ZR


Statistik 4.01
Prob>F 0.0005
Pada hasil uji chow diketahui untuk Y1 (MMR) pada tabel 4.12 nilai
(Prob>F) sebesar 0.0000 lebih kecil dari tingkat signifikansi (0.05). Hal ini
menyebabkan H 0 ditolak, sehingga Fixed Effect Model lebih baik digunakan.
54

Untuk Y2 (ZR) pada tabel 4.13 nilai (Prob>F) sebesar 0.0005 juga kurang dari
tingkat signifikansi, maka Fixed Effect Model yang lebih baik digunakan.
Selanjutnya menguji apakah Fixed Effect Model lebih baik dari Random Effect
Model di dalam uji hausman.
4.4.2. Hasil Uji Hausman
Peneliti menggunakan pengujian model untuk mengetahui apakah model
mengikuti uji hausman atau tidak. Hasil dari uji hausman dapat dilihat pada tabel-
tabel dibawah ini :
Tabel 4.14 Hasil Uji Hausman Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap MMR
chi2 4.34
Prob>chi 0.5015

Tabel 4.15 Hasil Uji Hausman Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap ZR


chi2 20.39
Prob>chi 0.0011

Pada hasil uji hausman diketahui untuk Y1 (MMR) pada tabel 4.14 nilai
(Prob>F) sebesar 0.5015 lebih besar dari tingkat signifikansi (0.05), sehingga
Random Effect Model lebih baik digunakan. Untuk Y2 (ZR) pada tabel 4.15 nilai
(Prob>F) sebesar 0.0011 lebih kecil dari tingkat signifikansi, maka Fixed Effect
Model yang lebih baik digunakan. Selanjutnya menguji apakah Random Effect
Model lebih baik dari Common Effect Model di dalam uji lagrange multiplier.
4.4.3. Hasil Lagrange Multiplier
Peneliti menggunakan pengujian model untuk mengetahui apakah model
mengikuti uji lagrange multiplier atau tidak. Hasil dari uji lagrange multiplier
dapat dilihat pada tabel-tabel dibawah ini :
Tabel 4.16 Hasil Uji Lagrange Multiplier Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap MMR
chibar 75.1
Prob>chi 0.0000

Tabel 4.17 Hasil Uji Lagrange Multiplier Pengaruh Kinerja Keuangan


Terhadap ZR
chibar 13.8
55

Prob>chi 0.0001

Pada hasil uji lagrange multiplier untuk Y1 (MMR) pada tabel 4.16 nilai
(Prob>F) sebesar 0.0000 lebih kecil dari tingkat signifikansi (5%), maka Random
Effect Model yang lebih baik digunakan. Sedangkan untuk Y2 (ZR) pada tabel
4.17 nilai (Prob>F) sebesar 0.0001 juga lebih kecil dari tingkat signifikansi, maka
Random Effect Model yang lebih baik digunakan.
4.5 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
vaiabel-variabel independen (MMR dan ZR) dengan variabel dependen yaitu rasio
keuangan seperti yang telah diajukan pada hipotesis sebelumnya. Pengujian
hipotesis ini dilakukan dengan tiga cara yaitu uji F, uji T statistik dan uji koefisien
deerminasi. Ketiga pengujian ini dilakukan dengan meggunakan hasil dari general
least square yeng telah dilakukan di Stata 13.
4.5.1. Uji t Statistik (Uji Parsial)
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah masing-masing variabel
independen berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen dengan
hipotesis H0 diterima atau variabel independen tidak mempengaruhi variabel
dependen apabila P value >0.05. Sedangkan H1 diterima atau variabel independen
mempengaruhi variabel dependen apabila P value <0.05. berikut adalah hasil
output uji statistik t pada penelitian ini :
Tabel 4.18 Hasil Uji t Statistik Determinasi Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap MMR
Variabel Koefisien t Sig.t Sig.F
CAR 100.7478 2.27 0.023*
NPF -1.523835 -0.96 0.338
ROA 4.002035 1.18 0.238 0.0064
OER -453.8592 -2.01 0.044*
FDR 20.18614 0.1 0.919
*signifikan pada ∝=0.05
MMR : Mudharabah-Musyarakah Ratio
ZR : Zakat Rasio
CAR : Capital Adequacy Ratio
NPF : Non Performing Financing
ROA : Return On Asset
OER : Operational Efficiency Ratio
FDR : Financing to Deposit Ratio
56

Sumber : Data sekunder yang diolah dengan Stata 13


Tabel 4.19 Hasil Uji t Statistik Determinasi Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap ZR
Variabel Koefisien t Sig.t Sig.F
CAR -0.1590065 -0.96 0.337
NPF 0.2063732 1.57 0.116
ROA -1.388159 -2.51 0.012* 0.0004
OER -0.6065199 -2.12 0.034*
FDR -0.1683487 -1.06 0.290
*signifikan pada ∝=0.05
MMR : Mudharabah-Musyarakah Ratio
ZR : Zakat Rasio
CAR : Capital Adequacy Ratio
NPF : Non Performing Financing
ROA : Return On Asset
OER : Operational Efficiency Ratio
FDR : Financing to Deposit Ratio
Sumber : Data sekunder yang diolah dengan Stata 13

Berdasarkan tabel 4.18 di atas dapat disimpulkan bahwa pada model 1


variabel-variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen secara
signifikan hanyalah Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Operational Efficiency
Ratio (OER). Hal ini dapat dilihat dari nilai P value variabel yang lebih kecil dari
tingkat signifikansi (5%). Dari hasil ini juga diketahui bahwa CAR berpengaruh
positif signifikan dan OER berpengaruh negatif signifikan terhadap Mudharabah-
Musyarakah Ratio (MMR). Sedangkan pada tabel 4.19 bahwa model 2 variabel-
variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen secara signifikan
hanyalah Return On Asset (ROA) dan Operational Efficiency Ratio (OER). Hal
ini juga dapat dilihat dari nilai P value variabel yang lebih kecil dari tingkat
signifikansi (5%). Dari hasil ini juga diketahui bahwa ROA dan OER berpengaruh
negatif signifikan terhadap Zakat Ratio (ZR).

4.5.2. Hasil Uji F Statistik (Uji Simultan)


Uji F dilakukan untuk melihat apakah seluruh variabel independen
mempengaruhi variabel dependen secara global. Hasil dari uji F dapat dilihat pada
tabel 4.18 dan tabel 4.19. Untuk model 1 (Y1) nilai Prob>chi2 sebesar 0.0064,
sedangkan untuk model 2 (Y2) nilai Prob>chi2 sebesar 0.0004. Maka tolak H 0dan
57

terima H 1yang berarti bahwa model 1 (Y1) secara simultan semua variabel
independen CAR, NPF, ROA, OER, dan FDR secara bersama-sama berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen (MMR). Sedangkan pada model 2
(Y2) secara simultan semua variabel independen CAR, NPF, ROA, OER, dan
FDR secara bersama-sama juga berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen (ZR).

4.5.3. Uji Koefisiensi Determinasi (R-Square)


Pada uji ini dapat dilihat dari tabel 4.20 dan tabel 4.21, nilai R-square dari
hasil regresi estimasi. Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur
besarnya variasi dari nilai variabel dependen yang dijelaskan oleh variasi nilai dari
variabel independen. Apabila pada hasil output regresi data panel Nilai R²
mendekati angka 1 maka variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel bebas pada
penelitian ini. Penelitian ini menggunakan General Least Square (GLS) dimana
model tersebut tidak dapat memunculkan hasil R-Square, maka peneliti
menggunakan hasil R-Square dari Robust. Berikut hasil output dari regresi linier
yang telah dilakukan :
Tabel 4.20 Hasil Uji Koefisiensi Determinasi Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap MMR
R-Square Robust
0.2042

Tabel 4.21 Hasil Uji Koefisiensi Determinasi Pengaruh Kinerja Keuangan


Terhadap ZR
R-Square Robust
0.2648

Pada tabel 4.20 di atas dapat dilihat bahwa nilai R-Square untuk model 1
adalah 0.2042. Hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel CAR, NPF, ROA,
OER, FDR mempengaruhi dependen (F-Scores) sebesar 20.42% sementara
79.58% lagi dipengaruhi oleh variabel-variabel lain yang tidak diikutsertakan
dalam penelitian ini. Sedangkan pada tabel 4.21 di atas dapat dilihat bahwa nilai
R-Square untuk model 2 adalah 0.2648. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
58

variabel CAR, NPF, ROA, OER, FDR mempengaruhi dependen (F-Scores)


sebesar 26.48% sementara 73.52% lagi dipengaruhi oleh variabel-variabel lain
yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini. Hasil R-Square yang rendah dalam
penelitian ini disebabkan karena data yang digunakan dalam penelitian ini
memiliki variasi yang besar dan juga dikarenakan oleh perbedaan data yang
digunakan dengan penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu menggunakan data
triwulan sedangkan penelitan ini menggunakan data tahunan.

4.6 Pembahasan Model


4.6.1. Kinerja Keuangan Terhadap Musyarakah Mudharabah Ratio
(MMR)
a. H 1a: Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap
Mudharabah-Musyarakah Ratio (MMR)

Pada pengujian Capital Adequacy Ratio (CAR) ditemukan bahwa nilai


koefisien regresi sebesar 100.74 dan nilai P value lebih kecil dari tingkat
signifikansi 5%, yaitu sebesar 0.023. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
variabel ini berpengaruh positif signifikan, sehingga hipotesis H 1a diterima. Hasil
penelitian ini sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi CAR maka semakin besar
pula sumber daya keuangan yang dapat digunakan untuk mengantisipasi potensi
kerugian dari aktivitas pembiayaan yang dilakukan. Maka rasio CAR akan
berpengaruh pada tingkat pembiayaan dengan akad bagi hasil yaitu mudharabah
dan musyarakah. Nilai rata-rata CAR dari 11 bank syariah yang diteliti adalah
sebesar 23.96% yang mengindikasikan bahwa bank syariah dalam kondisi sehat,
karena nilai rata-ratanya diatas standar yang telah ditetapkan oleh BI minimal
sebesar 8% (CAR>8%). Bank syariah yang memiliki modal yang tinggi akan
efektif dalam menghasilkan pendapatan yang akan berpengaruh dengan
pembiayaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Giannini (2013) dan
berbeda dengan penelitian Yuliani (2011) dan Fajrianti (2014).

b. H 1b: Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif terhadap


Mudharabah-Musyarakah Ratio (MMR)
59

Pada pengujian Non Performing Financing (NPF) ditemukan bahwa nilai


koefisien regresi sebesar -1.5238 dan P value lebih besar dari tingkat signifikansi
yaitu sebesar 0.338, sehingga hipotesis H 1b ditolak. Hasil perhitungan variabel
NPF menunjukkan bahwa NPF tidak berpengaruh terhadap MMR. Hal ini bereda
dengan teori yang mengatakan bahwa semakin tinggi NPF maka akan
memberikan pengaruh negatif terhadap pembiayaan dengan akad bagi hasil.
Penyebabnya adalah tidak konsistennya antara kenaikan atau penurunan NPF
terhadap jumlah pembiayaan dengan akad bagi hasil yaitu mudharabah dan
musyarakah. Sebagai contoh pada Bank Muamalat Indonesia nilai NPF pada
tahun 2013 sebesar 1.56% sedangkan nilai MMR sebesar 47.91%. Pada tahun
2014 nilai NPF naik sebesar 4.85% tetapi nilai untuk MMR juga mengalami
kenaikan dengan jumlah 49.34%. Begitu pula dengan BRI Syariah nilai NPF pada
tahun 2013 sebesar 3.26% sedangkan nilai MMR sebesar 28.02%. Pada tahun
2014 nilai NPF naik sebesar 3.65% dan nilai MMR mengalami peningkatan
sebesar 31.11%. Jadi kesimpulannya adalah meskipun NPF naik, belum tentu
jumlah pembiayaan dengan akad bagi hasil mengalami penurunan, begitu pula
sebaliknya. Hasil penelitian ini didukung oleh dukung penelitian Giannini (2013)
dan Wahab (2014) dan berbeda dengan penelitian Fajrianti (2014) dan
Adzimatinur et.al. (2016)

c. H 1c: Return On Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap Mudharabah-


Musyarakah Ratio (MMR)

Pada pengujian ROA ditemukan bahwa nilai koefisien regresi sebesar 4.002
dan nilai P value lebih besar dari tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.238, sehingga
hipotesis H 1c ditolak. Hasil perhitungan variabel ROA menunjukkan bahwa ROA
tidak berpengaruh terhadap MMR. Pengaruh tidak signifikan antara ROA
terhadap pembiayaan kemungkinan dikarenakan data yang digunakan oleh
peneliti kurang dari standar yang telah ditetapkan. Nilai rata-rata ROA dari 11
bank syariah hanya sebesar 0.83% yang mengindikasikan bahwa bank syariah
kurang sehat, karena nilai rata-ratanya kurang dari standar yang ditetapkan BI
sebesar ROA>1.5%. Kriteria yang ditetapkan oleh BI untuk sebuah bank
mempunyai kinerja yang baik salah satunya yaitu apabila selama 3 tahun terakhir
60

bank tersebut tumbuh secara berkesinambungan dan memiliki profitabilitas yang


baik. ROA bank syariah tidak terlalu tinggi dan mengalami fluktuasi, fluktuasi
tersebut tidak menyebabkan perubahan yang besar pada pembiayaan dengan akad
bagi hasil. Walaupun hasilnya tidak signifikan, bukan berarti bank syariah
mengabaikan ROA dalam penyaluran pembiayaan dengan akad bagi hasil, karena
semakin besar nilai ROA yang diperoleh, maka semakin besar upaya manajemen
bank syariah menginvestasikan keuntungan tersebut salah satunya dengan
menyalurkan pembiayaan dengan akad bagi hasil. Selain itu semakin tinggi nilai
ROA pada suatu bank syariah mengindikasikaan bank syariah sudah efektif dalam
mengelola asetnya. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Mosaid & Boutti
(2012), Fajrianti (2014), dan Syukron (2015).

d. H 1d: Operational Efficiency Ratio (OER) berpengaruh negatif terhadap


Mudharabah-Musyarakah Ratio (MMR)

Pada pengujian OER ditemukan bahwa nilai koefisien regresi sebesar -453.85
dan nilai P value lebih kecil dari tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.044. sehingga
hipotesis H 1d diterima. Hasil perhitungan variabel OER menunjukkan bahwa
OER berpengaruh negatif signifikan terhadap MMR. Hasil tersebut sesuai dengan
teori dimana semakin tinggi nilai OER maka mengindikasikan bahwa semakin
kurangnya kemampuan bank syariah dalam menekan biaya operasional dan
meningkatkan pendapatan operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian.
Maka ketika OER tinggi akan berpengaruh negatif kepada pembiayaan dengan
akad bagi hasil. Dapat dilihat pada tabel data penelitian di Lampiran 4.1 bahwa
OER di bank syariah cenderung besar yang dapat berpengaruh langsung terhadap
pembiayaan dengan akad bagi hasil, karena jika rasio OER naik 1% maka akan
menurunkan pembiayaan dengan akad bagi hasil sebesar 453.85%. Penelitian ini
didukung oleh penelitian Patila (2014) dan berbeda dengan penelitian
Adzimatinur et.al (2016).

e. H 1e: Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif terhadap


Mudharabah-Musyarakah Ratio (MMR)
61

Pada pengujian FDR ditemukan bahwa nilai koefisien regresi sebesar 20.1861
dan nilai P value lebih besar dari tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.919. sehingga
hipotesis H 1editolak. Hasil perhitungan variabel FDR menunjukkan bahwa FDR
tidak berpengaruh signifikan terhadap MMR. Hasil nilai rata-rata dari 11 bank
syariah nilai FDR sebesar 91.15% yang mengindikasikan bahwa bank syariah
berada dalam kondisi sehat, karena rata-ratanya masih berada dalam standar yang
ditetapkan BI sebesar 85%-110%. Dalam penelitian ini FDR menunjukkan tidak
berpengaruh terhadap besarnya pembiayaan yang dilakukan dengan akad bagi
hasil, ketidak signifikan ini disebabkan karena besarnya pembiayaan dengan akad
bagi hasil yaitu mudharabah dan musyarakah yang disalurkan tidak bergantung
pada besarnya FDR. Hasil penelitian ini berbeda dengan teori yang digunakan
yaitu teori stewardship teori tersebut menjunjung tinggi nilai kepercayaan antara
pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib), dimana pemilik
dana memberikan kepercayaan kepada pengelola dana untuk mengelola dana
tersebut ke dalam suatu usaha yang bersifat produktif. Penelitian ini didukung
oleh penelitian Wahab (2014) dan bertolak belakang dengan penelitian Giannini
(2013) yang menunjukkan OER berpengaruh positif signifikan dengan
pembiayaan.
Tabel 4.22 Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap MMR
  H 1a CAR berpengaruh positif terhadap MMR Diterima
  H 1b NPF berpengaruh negatif terhadap MMR Ditolak
  H 1c ROA berpengaruh positif terhadap MMR Ditolak
  H 1d OER berpengaruh negatif terhadap MMR Diterima
  H 1e FDR berpengaruh positif terhadap MMR Ditolak

4.6.2. Kinerja Keuangan Terhadap Zakat Ratio (ZR)


a. H 2a: Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif terhadap Zakat
Ratio (ZR)
Pada pengujian CAR ditemukan bahwa nilai koefisien regresi sebesar -0.1290
dan nilai P value lebih besar dari tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.337. sehingga
hipotesis H 2aditolak. Hasil perhitungan variabel CAR menunjukkan bahwa CAR
tidak berpengaruh signifikan terhadap ZR. Penyebab dari ketidaksesuaian hasil
terhadap hipotesis ini adalah karena penggunaan data yang berasal dari 11 bank
62

syariah, yang diantaranya terdapat bank syariah yang tidak melaporkan sumber
dan penggunaan dana zakat sehingga memungkinkan perbedaan alokasi modal
yang tidak hanya berfokus untuk penyaluran dana zakat. Permodalan bukan
termasuk aspek yang menjadi pertimbangan dalam penyaluran zakat, karena
tujuan dari zakat bukan untuk mencari profit atau keuntungan. Sementara modal
dari para investor yang diterima oleh bank syariah diharapkan dapat menghasilkan
keuntungan. Penelitian ini didukung oleh penelitian Rokhmana (2015) dan
berbeda dengan penelitian Ikhwan (2000)
b. H 2b: Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif terhadap Zakat
Ratio (ZR)
Pada pengujian NPF ditemukan bahwa nilai koefisien regresi sebesar 0.2063
dan nilai P value lebih besar dari tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.116. sehingga
hipotesis H 2b ditolak. Hasil perhitungan variabel NPF menunjukkan bahwa NPF
tidak berpengaruh signifikan terhadap ZR. Penyebabnya adalah tidak
konsistennya antara kenaikan atau penurunan NPF terhadap penyaluran zakat
yang diberikan bank syariah. Ketidak konsistennya tersebut tidak terlalu
berpengaruh terhadap penyaluran dana zakat. Ketika NPF naik belum tentu
kinerja zakat bank syariah menurun. Penelitian ini didukung oleh penelitian
Nurdiani et.al (2016) dan berbeda dengan penelitian Ikhwan (2000).

c. H 2c: Return On Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap Zakat Ratio (ZR)
Pada pengujian ROA ditemukan bahwa nilai koefisien regresi sebesar -1.3881
dan nilai P value lebih besar dari tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.012. sehingga
hipotesis H 2c ditolak. Karena hasil perhitungan variabel ROA menunjukkan
bahwa ROA berpengaruh negatif signifikan terhadap ZR sedangkan hipotesis
penelitian ini berpengaruh positif, berarti bahwa jika nilai ROA naik 1% maka
penyaluran zakat akan mengalami penurunan sebesar 1.3881%. Dalam penelitian
ini mengindikasikan bahwa bank syariah dalam menyalurkan zakatnya sangat
dipengaruhi oleh laba perusahaan. Hal ini berkaitan dengan keberadaan bank
umum syariah masih dalam tahap meningkatkan pangsa pasar sehingga untuk
pengeluaran zakat masih banyak pertimbangan dan mungkin masih dianggap
beban yang nilainya signifikan. Nilai ROA bank syariah juga tidak melebihi
63

standar yang ditetapkan BI sebesar ROA>1.5%. Jadi dalam penelitian ini ROA
berpengaruh signifikan tetapi dengan koefisien terbalik dengan hipotesis. Hasil
dari penelitian ini didukung oleh penelitian Firmansyah & Rusydiana (2013) dan
Jayanti et.al. (2016) dan berbeda dengan penelitian Ikhwan (2000) dan Rokhmana
(2015).
d. H 2d : Operational Efficiency Ratio (OER) berpengaruh negatif terhadap Zakat
Ratio (ZR)
Pada pengujian OER ditemukan bahwa nilai t sebesar -2.12 dan nilai P
value lebih besar dari tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.034. sehingga hipotesis
H 2d diterima. Hasil perhitungan variabel OER menunjukkan bahwa OER
berpengaruh negatif signifikan terhadap ZR. Arah negatif menunjukkan adanya
perbandingan yang terbalik antara rasio zakat dan OER. Dalam hal ini
mengindikiasikan bahwa ketika rasio OER menurun 1% maka penyaluran zakat
akan meninggkat sebesar 2.12%, begitupula sebaliknya. Hal tersebut sesuai
dengan teori bahwa semakin meningkatnya rasio ini mengindikasikan bahwa
semakin kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan
meningkatkan pendapatan operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian dan
bank tersebut tidak dapat mengelola usahanya dengan baik. Ketika nilai OER ini
tinggi tingkat keuntungan yang diperoleh bank syariah adan rendah jadi akan
berdampak pada penyaluran dana zakat. Penelitian ini didukung oleh penelitian
Nurdiani et.al (2016) berbeda dengan penelitian Jayanti et.al. (2016).

e. H 2e: Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh positif terhadap Zakat


Ratio (ZR)
Pada pengujian FDR ditemukan bahwa nilai t sebesar -1.06 dan nilai P value
lebih besar dari tingkat signifikansi yaitu sebesar 0.290. sehingga hipotesis H 2e
ditolak. Hasil perhitungan variabel FDR menunjukkan bahwa FDR tidak
berpengaruh signifikan terhadap ZR. Tingkat liquiditas tidak berpengaruh
langsung terhadap kinerja sosial dalam hal peyaluran zakat di bank syariah tetapi
melalui variabel yang berhubungan dengan laba. Penelitian ini didukung oleh
penelitian Rokhmana (2015) dan Nurdiani et.al (2016).
64

Tabel 4.23 Hasil Uji Hipotesis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap ZR


 
H 2a CAR berpengaruh positif terhadap ZR
Ditolak
 
H 2b NPF berpengaruh negatif terhadap ZR
Ditolak
H 2c Ditolak (karena berpengaruh
ROA berpengaruh positif terhadap ZR
negatif)
 
H 2d OER berpengaruh negatif terhadap ZR
Diterima
 
H 2e FDR berpengaruh positif terhadap ZR
Ditolak

Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa penyaluran pembiayaan dengan akad
bagi hasil 11 BUS dari tahun 2010-2015 cenderung meningkat dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2010 MMR bank syariah sebesar hampir 17%, tahun 2011
18.85%, tahun 2012 sebesar 21.71%, tahun 2013 sebesar 23.48%, tahun 2014
sebesar 25.51%, dan tahun 2015 sebesar 28.74%. Penyaluran pembiayaan dengan
akad bagi hasil yaitu mudharabah dan musyarakah tertinggi di tahun 2015 sebesar
25.51% dari 11 BUS di Indonesia. Nilai pembiayaan ini dipengaruhi oleh modal
bank syariah yang dikur melalui Capital Adequacy Ratio (CAR). Standar CAR
yang ditetapkan BI minimal 8% sehingga bank syariah selalu menjaga agar modal
minimum yang dimiliki tidak kurang dari 8%. Jika dilihat dati tabel data
penelitian di Lampiran 4.1 dapat dilihat bahwa bank syariah mempunyai nilai
CAR diatas 8% bahkan ada yang mencapai 76.50%. Maka CAR sangat
berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah.
Selain modal yang berpengaruh adalah Operational Efficiency Ratio (OER)
sebagai rasio profitabilitas juga berpengaruh tetapi nilainya negatif terhadap
pembiayaan dengan akad bagi hasil (MMR). Karena OER merupakan rasio
profitabilitas yang nilainya harus diminimalkan,. Sebab OER menjadi salah satu
rasio yang mengindikasikan kemampuan bank dalam mengendalikan biaya
operasionalnya terhadap pendapan operasionalnya. OER yang rendah
menunjukkan bahwa bank syariah berhasil mendistribusikan biaya untuk
menghasilkan pendapatan dengan oenyaluran pembiayaan bagi hasil. Maka OER
juga berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan bagi hasil.
65

Perkembangan MMR
BUS 2010 - 2015
35.00%
30.00%
25.00%
20.00%
15.00%
10.00%
5.00%
0.00%
2010 2011 2012 2013 2014 2015

MMR
Gambar 4.1 Perkembangan Mudharabah-Musyarakah Ratio BUS 2010-2015

Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa penyaluran zakat 11 BUS dari tahun
2010-2015 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2010 Zakat Ratio (ZR) bank syariah
sebesar 0.80%, tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 1.70%, tahun 2012 turun
sebesar 0.96%, tahun 2013 naik sebesar 2.31%, tahun 2014 naik sebesar 13.09%,
dan tahun 2015 sebesar 3.50%. Penyaluran zakat tertinggi di tahun 2014 sebesar
25.51% dari 11 BUS di Indonesia. Dengan melihat zakat rasio akan terlihat
kinerja zakat disuatu bank syariah. Rasio profitabilitas berpengaruh terhadap ZR
yaitu Return On Asset (ROA) dan Operational Efficiency Ratio (OER). ROA
diguakan untuk mengukur efektifitas bank syariah untuk menghasilkan
keuntungan dengan memanfaatkan total aset yang dimilikinya. Dengan adanya
ROA ini akan berpengaruh terhadap penyaluran zakat. ROA bank syariah masih
cenderung rendah, dikarenakan bank syariah masih dianggap baru dan lebih fokus
untuk mencari keuntungan dari bagi hasil sehingga membuat penyaluran zakat
masih rendah. Selain ROA variabel yang berpengaruh terhadap ZR adalah OER.
Di bank syariah nilai OER masih cenderung tinggi yang menyebabkan bank
syariah masih belum baik dalam mengelola beban dan operasionalnya, sehingga
pendapatan operasionalnya akan menurun dan akan berpengaruh langsung dengan
penyaluran dana zakat yang dilakukan.
66

Perkembangan Zakat Ratio


BUS 2010 - 2015
14.00%
12.00%
10.00%
8.00%
6.00%
4.00%
2.00%
0.00%
2010 2011 2012 2013 2014 2015

ZR

Gambar 4.2 Perkembangan Zakat Ratio BUS 2010 - 2015

BAB V
PENUTUP
67

5.1. Simpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh dari kinerja keuangan
terhadap kinerja sosial Bank Umum Syariah periode 2010-2015. Objek penelitian
11 BUS yang terdaftar di OJK. Kinerja keuangan diukur dengan menggunakan
analisis rasio permodalan, kualitas aset, rentabilitas dan likuiditas. Rasio
permodalan yang digunakan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Rasio
kualitas aset yang digunakan adalah Non Performing Financing (NPF). Rasio
rentabilitas yang digunakan adalah Return On Asset (ROA) dan Operational
Efficiency Ratio (OER). Rasio likuiditas yang digunakan adalah Financing to
Deposit Ratio (FDR). Sedangkan kinerja sosial diukur menggunakan analisis
Musyarakah Mudharabah Ratio (MMR) dan Zakat Ratio (ZR).
Dari hasil penelitian dari 63 data penelitian dilakukan dengan menganalisis
variabel independen terhadap variabel dependen dengan menggunakan data panel
melalui aplikasi Stata 13 yang dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. CAR berpengaruh positif signifikan terhadap MMR dengan nilai sinifikan
0.023<0.05. Permodalan merupakan aspek yang menjadi pertimbangan dalam
menyalurkan pembiayaan dengan akad bagi hasil yaitu mudharabah dan
musyarakah. Sedangkan dengan penyaluran zakat CAR tidak berpengaruh
terhadap ZR dengan nilai signifikan 0.337>0.05. Karena pengalokasian
modal bank syariah yang tidak hanya berfokus untuk penyaluran dana zakat.
b. NPF tidak berpengaruh terhadap MMR dengan nilai signifikan 0.338>0.05.
Sedangkan untuk penyaluran zakat NPF juga tidak berpengaruh terhadap ZR
dengan nilai signifikan 0.116>0.05. Penyebabnya adalah tidak konsistennya
antara kenaikan atau penurunan NPF terhadap jumlah pembiayaan dengan
akad bagi hasil yaitu mudharabah dan musyarakah. Nilai NPF yang naik juga
belum tentu membuat penyaluran zakat turun ataupun sebaliknya.
c. ROA tidak berpengaruh terhadap MMR dengan nilai signifikan 0.238>0.05.
ROA bank syariah yang tidak mencapai standard dan mengalami fluktuasi
yang menyebabkan ROA tidak berpengaruh terhadap pembiayaan dengan
akad bagi hasil. Sedangkan terhadap penyaluran zakat ROA berpengaruh
negatif signifikan dengan nilai signifikan 0.012<0.05. Bank syariah dalam
menyalurkan zakatnya sangat dipengaruhi oleh laba perusahaan. Hal ini
68

berkaitan dengan keberadaan bank umum syariah masih dalam tahap


meningkatkan pangsa pasar sehingga untuk pengeluaran zakat masih banyak
pertimbangan dan mungkin masih dianggap beban yang nilainya signifikan.
d. OER berpengaruh negatif signifikan terhadap MMR dengan nilai signifikan
0.044<0.05. Sedangkan terhadap penyaluran zakat OER juga berpengaruh
negatif signifikan dengan nilai signifikan 0.034<0.05. Hal tersebut sesuai
dengan teori bahwa semakin meningkatnya rasio ini mengindikasikan bahwa
semakin kurangnya kemampuan bank dalam menekan biaya operasional dan
meningkatkan pendapatan operasionalnya yang dapat menimbulkan kerugian
dan menurunkan tingkat pembiayaan dengan akad bagi hasil serta penyaluran
zakatnya.
e. FDR tidak berpengaruh terhadap MMR dengan nilai signifikan 0.919>0.05.
FDR juga tidak berpengaruh terhadap ZR dengan nilai signifikan 0.290>0.05.
Tingkat liquiditas tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja sosial dalam
hal peyaluran zakat dan penyaluran pembiayaan dengan akad bagi hasil di
bank syariah tetapi melalui variabel intervening laba.

5.2. Keterbatasan dan Saran


Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat dijadikan catatan
bagi penelitin selanjutnya, yaitu :
a. Objek penelitian ini berfokus pada Bank Umum Syariah yang terdaftar di
OJK selama 6 tahun. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya agar
mencoba meneliti hal terkait kinerja sosial dengan objek yang berbeda.
b. Penelitian ini menggunakan rasio keuangan untuk mengukur kinerja
keuangan dan menggunakan MMR dan ZR untuk mengukur kinerja
sosialnya. Oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya dapat
mempertimbangkan kembali variabel untuk mengukur kinerja keuangan
sehingga lebih mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
kinerja sosial bank syariah di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
69

Andriansyah, Y. (2009). Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di Indonesia dan


Kontribusinya bagi Pem`bangunan Nasional. Jurnal Ekonomi Islam La
Riba Vol. III, No. 2, Desember 2009. Munich Personal RePEc Archive
(MPRA) Paper.

Antonio, M. S. (2001). Bank Syariah: dari teori ke Paktik. Jakarta: Gema Insani
Press.

Chapra, M. U. ( 2000). Islam dan Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Gema Insani


Press.

Desiskawati, Y. (2015). Pengaruh Kinerja Keuangan Berdasarkan islamicity


Performance Index Terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting
Studi Kasus Pada Perbankan Syariah di Indonesia.

Fajrianti, R. (2014). Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Capital Adequancy


Ratio, Non Performing Financing, dan Return on Asset Terhadap
Pembiayaan Pada Bank Umum Syariah Periode 2009-2013. Universitas
Telkom.

Falikhatun, & Assegaf, Y. U. (2012). Bank Syariah di Indonesia : Ketaatan Pada


Prinsip-Prinsip Syariah Dan Kesehatan Finansial. Proceedings of
Conference in Business, Accounting and Management (CBAM), Vol. 1,
No. 1, Desember 2012.

Fauzi, A. (2014). Pengaruh Zakat Perbankan dan Corporate Social Responsibility


Terhadap kinerja Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2009-2013.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Firmansyah, I., & Rusydiana, A. S. (2013). Pengaruh Profitabilitas Terhadap


Pengeluaran Zakat Pada Bank Umum Syariah di Indonesia dengan Ukuran
Perusahaan Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Liquidity Vol.2, No.2, Juli-
Desember 2013, hal 110-116.

Fitria, S., & Hartanti, D. (2010). Islam dan tanggung Jawab Sosial : Studi
Perbandingan Pengungkapan Berdasarkan Global Reporting Intilative
Indeks dan Islamic Sosial Reporting Indeks. Simposium Nasional
Akuntansi XIII Purwokerto 2010, Universitas Jember.

Giannini, N. G. (2013). Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Mudharabah


Pada Bank Umum Syariah di Indonesia. Accounting Analysis Journal
(AAJ) Vol. 2 No.1, 2013. Universitas Negeri Semarang.

Hafiduddin, D. (2005). Anda Bertanya tentang Zakat, Infak & Sedekah Kami
Menjawab. Jakarta: Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS).
70

Hameed, S. b., Wirman, A., Alrazi, B., Mohd Nazli Bin Nor, M., & Pramono, S.
(2004). Alternatif Disclosure and Performnce Measure for Islamic Banks.

Haniffa, R. (2002). Social Reporting Disclosure : An Islamic Perspective.


Indonesian Management & Accounting Research Vol. 1, No. 2, July 2002.
Exeter Univercity. UK.

Henry, A., Kartono, A., Hadhianto, A., & Yudhoko, A. (1999). Perbankan
Syariah Perspektif Praktisi. Jakarta: Muamalat Institute.

Ikhwan, K. (2000). Analisis Pengaruh Kinerja keuangan Terhadap Kemampuan


Zakat Pada Lembaga Keuangan Syariah. Studi Pada Baitul Mal wat
Tamwil (BMT) Binaan PINBUK Jawa Tengah. Tesis. Universitas
Diponegoro.

Jayanti, W. T., Khairani, S., & Pratiwi, R. (2016). Pengaruh Kinerja Keuangan
Terhadap Zakat Bank Umum Syariah yang Terdaftar di Bank Indonesia
Periode 2010-2014. Jurnal 2016.

Jumansyah, & Syafei, A. W. (2013). Analisis Good Governance Business Syariah


dan Pencapaian Maqasid Syariah Bank Syariah di Indonesia. Jurnal Al-
Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial, Vol. 2, No. 1, Maret 2013.

Junita, S., & Khairani, S. (2013). Analisis Kinerja Perusahaan dengan


Menggunakan Analisa Rasio Keuangan pada Perusahaan Telekomunikasi
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. STIE MDP.

Katsir, I. (2001). Tafsir Ibn Katsir. Bogor: Pustaka Imam asy-Syafi'i.

Khabibah, N. A., & Mutmainah, S. (2013). Analisis hubungan Corporate Social


Responsibility dan Corporate Financial Performance pada Perbankan
Syariah di Indonesia. Diponegoro Journal of Accounting Vol. 3, No. 3,
Tahun 2013. Universitas Diponegoro.

Mahardian, P. ( 2008). Analisis Pengarh Rasio CAR, BOPO, NPL, NIM, dan
LDR Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Studi Kasus Perusahaan
Perbankan yang Tercatat di BEJ Periode Juni 2002-Juni 2007. Tesis.
Universitas Diponegoro. Semarang.

Maulida, S. (2015). Pengaruh Kinerja Keuangan dan Ekonomi Makro Terhadap


Zakat Perbankan Syariah. Artikel Per 16 juni 2015.
<http://m.kompasiana.com>.

Mosaid, F. E., & Boutti, R. (2012). Relationship between Corporate Social


Responsibility and Financial Performance in Islamic Banking. Research
71

Journal of Finance and Accounting Vol. 3, No.10, 2012. Ibn Zohr


University.

Muammar, A. N. (2010). Analisis Pengaruh Kinerja keuangan terhadap


Kemampuan Zakat pada Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah.
Skripsi. Institute Agama Islam Negeri Walisongo. Semarang.

Munir, M. S. (2012). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah


dengan Perbankan Konvensional Studi Kasus Bank Muamalat Syariah dan
Bank Tabungan Negara.

Nofianti, N., Badina, T., & Erlangga, A. (2015). Analisis Pengaruh ROA, BOPO,
Suku Bunga, FDR dan NPF Terhadap Tingkat Bagi Hasil Deposito
Mudharabah Studi Empiris pada Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun
2011-2013. ESENSI Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 5, No. 1, April
2015. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Nurdiani, F. A., Fauziah, N. E., & Nurdin. (2016). Analisis Pengaruh CAR, ROA,
ROE, NPF, FDR, NIM, BOPO Terhadap Pembayaran Zakat Pada Bank
Umum Syariah. Prosiding Keuangan & Perbankan Syariah Vol. 2, No. 1,
Februari 2016. <http://karyailmiah.unisba>.

Nurwati, E., Azam, A. N., Didin, H., & Nuryartono, N. (2014). Market Structure
and bank Performance: Empirical Evidence of Islamic Banking in
Indonesia. Asian Social Science Vol. 10, No. 10, 2014.

Patila, D. P. (2014). Pengaruh Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI), Rasio


Keuangan dan Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Musyarakah pada Bank
Umum Syariah Negara di Indonesia. Artikel Ilmiah.

Prasetiyo, L. (2014). Corporate Social Responsibility (CSP) Bank Syariah di


Indonesia. Kodifikasia Vol. 8 No. 1 Tahun 2014, Ponorogo.

Pratiwi, D. D., & Mahfud, M. K. (2012). Pengaruh CAR, BOPO, NPF, dan FDR
terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah Studi Kasus Bank
Umum Syariah di Indonesia Tahun 2005-2010.

Purnomo, H. W., & Santoso, A. L. (2015). Analisis Faktor-faktor yang


Mempengaruhi Pembiayaan Berrbasis Margin Pada Bank Umum syariah
di Indonesia.

Puspasari, R., & Mawardi, I. (2014). Pengaruh Kinerja Sosial Terhadap


Profitabilitas Bank Syariah. JESTT Vol. 1, No.7, Juli 2014. Universitas
Airlangga.
72

Rahmi, N., & Anggraini, R. (2013). Pengaruh CAR, BOPO, NPF, dan CSR
Disclosure Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah. Jurnal Ilmiah
Wahana Akuntansi Vol.8, No.2, Tahun 2013.

Ranianti, A., & Ratnawati, N. (2014). Pengaruh Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga
dan Non Performing Financing Terhadap Return on Assets Perbankan
Syariah di Indonesia 2009-2013: Penerapan Model Simultan. Jurnal
Ekonomi Pembangunan Trisakti (e-Journal), Vol.1, No. 2 Februari 2014.

Rokhmana, S. N. (2015). Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Kinerja


Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2010-2014. Tesis.

Samad, A., & Hassan, M. K. (2001). Islamic International Journal of Finncial


Service: The Performance of Malaysian Islamic bank During 1984-1997:
An Exploratory Study. International Journal of Islamic Financial
Services. Vol.1, No. 3, 2005.

Setiawan, A. B. (2010). Kesehatan Finansial dan Kinerja Sosial Bank Umum


Syariah di Indonesia. Tesis.

Shalahuddin, C. (2003). Pelayanan Sosial Perbankan islam; Miniatur Ekonomi


Sosial. ICMI Orsat Kairo: Pusat Kajian Ekonomi Islam (PAKEIS).

Soana, M. G. ( 2011). The Relationship Between Corporate Social Performance


and Corporate Financial Performance in the Banking Sector. Journal Bus
Ethics 2011. University of Parma, Itali.

Sulistyawati, D. (2015). Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Biaya Operasional


dan Pendapatan Operasional, Non Performing Financing, dan Corporate
Social Responsibility Disclosure Terhadap Profitabilitas. Jurnal Akuntansi
dan Sistem Teknologi Informasi Vol. 11 Edisi Khusus Desember 2015 .

Syukron, A. (2015). Tanggungjawab Sosial dan Kinerja Keuangan Pada bank


Umum Syariah di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Hukum Islam, Vol.5,
No.2, 2015.

Trisnadi. (2015). Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Dana Pihak
Ketiga (DPK) Terhadap Pembiayaan Mudharabah. Studi Kasus Pada Bank
Umum Syariah Yang Terdaftar di Bank Indonesia Tahun 2012-2014.

Wahab. (2014). Analisis Pengaruh FDR, NPF, Tingkat Bagi Hasil, Kualitas Jasa
dan Atribut Produk Islam Terhadap Tingkat Pembiayaan Mudharabah
Pada Bank Umum Syaraiah di Semarang. Economica Jurnal Pemikiran
dan Penelitian Ekonomi Islam, Vol.V, Edisi 2, Oktober 2014.
73

Widyanto, E. A. (2012). Analisis Tingkat Kesehatan dan Kinerja Keuangan Bank


dengan Menggunakan Metode CAMEL Studi Kasus pada PT. Bank Mega
Syariah Indonesia periode 2008-2010. Jurnal Eksis Vol.8, No.2, Agusstus
2012. Politeknik Negeri Samarinda.

Yuliani, S. (2012). Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Kinerja Sosial


Bank umum Syariah di Indonesia Tahun 2006-2010. Skripsi. Universitas
Indonesia, Jakarta.

Zaitun, S. (2001). Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Zakat Pada PT.
Bank Muamalat Indonesia. Tesis. Universitas Diponegoro.

Lampiran 4.1 Data Penelitian


74

KODE Tahun MMR ZR CAR NPF ROA OER FDR


BCA Syariah 2010 33.28 0.00 76.50 0.15 1.00 91.46 77.90
BCA Syariah 2011 30.35 0.02 45.90 0.00 0.90 91.72 78.80
BCA Syariah 2012 46.08 0.09 31.50 0.00 0.80 90.87 79.90
BCA Syariah 2013 51.66 0.06 22.40 0.00 1.00 86.91 83.50
BCA Syariah 2014 46.87 0.14 29.60 0.10 0.80 88.10 91.20
BCA Syariah 2015 45.31 0.12 34.30 0.50 1.00 94.10 91.40
BRI Syariah 2010 23.70 2.60 20.62 2.14 0.35 98.77 95.82
BRI Syariah 2011 18.78 11.87 14.74 2.12 0.20 99.25 90.55
BRI Syariah 2012 22.78 2.44 11.35 1.84 1.19 86.63 100.96
BRI Syariah 2013 28.02 3.05 14.49 3.26 1.15 90.42 102.70
BRI Syariah 2014 31.11 46.02 12.89 3.65 0.08 99.47 93.90
BRI Syariah 2015 36.43 2.51 13.94 3.89 0.76 93.79 84.16
BNI Syariah 2010 19.05 0.81 27.68 1.92 0.61 88.05 68.92
BNI Syariah 2011 17.80 3.63 20.75 2.42 1.29 87.86 78.60
BNI Syariah 2012 16.43 3.29 14.22 1.42 1.48 85.39 84.99
BNI Syariah 2013 15.73 4.29 16.54 1.13 1.37 83.94 97.86
BNI Syariah 2014 16.10 4.95 18.76 1.04 1.27 85.03 92.58
BNI Syariah 2015 19.41 4.15 15.28 1.46 1.43 89.63 91.94
BJB Syariah 2011 27.58 0.04 30.29 0.41 1.23 84.07 79.61
BJB Syariah 2012 36.19 -0.31 21.73 2.10 0.67 90.62 87.99
BJB Syariah 2013 28.34 0.00 17.99 1.16 0.91 85.76 97.40
BJB Syariah 2014 34.98 3.76 15.78 3.87 0.72 91.01 84.02
BJB Syariah 2015 20.87 1.14 22.53 6.93 0.25 98.78 104.75
Bank Syariah Mandiri 2010 35.03 2.77 10.60 1.29 2.21 74.97 82.54
Bank Syariah Mandiri 2011 26.42 0.00 14.57 0.95 1.95 76.44 86.03
Bank Syariah Mandiri 2012 22.81 3.34 13.82 1.14 2.25 73.00 94.40
Bank Syariah Mandiri 2013 21.31 2.75 14.10 2.29 1.53 86.46 89.37
Bank Syariah Mandiri 2014 21.06 46.26 14.76 4.29 0.17 98.49 82.13
Bank Syariah Mandiri 2015 25.66 8.36 12.85 4.05 0.56 94.78 81.99
Bank Bukopin Syariah 2010 33.67 0.00 11.51 3.80 0.74 93.57 99.37
Bank Bukopin Syariah 2011 33.11 0.00 15.29 1.74 0.52 93.86 99.15
Bank Bukopin Syariah 2012 32.05 0.00 12.78 4.59 0.55 91.59 91.98
Bank Bukopin Syariah 2013 32.67 0.00 11.10 4.27 0.69 92.29 100.29
Bank Bukopin Syariah 2014 38.64 0.00 15.85 3.34 0.27 96.73 92.89
Bank Bukopin Syariah 2015 47.32 0.00 16.31 2.74 0.79 91.99 90.56
Bank Vitoria Syariah 2011 8.51 0.15 45.20 1.94 6.93 86.40 46.08
Bank Vitoria Syariah 2012 16.52 1.00 28.08 2.41 1.43 87.90 73.78
Bank Vitoria Syariah 2013 31.98 4.68 18.40 3.31 0.50 91.95 84.65
Bank Vitoria Syariah 2014 54.37 0.31 15.27 4.75 -1.87 143.31 95.91
75

Bank Vitoria Syariah 2015 65.84 -0.30 16.14 4.82 -2.36 119.19 95.29
KODE Tahun MMR ZR CAR NPF ROA OER FDR
Bank Panin Syariah 2010 0.10 0.00 54.81 0.00 -2.53 182.31 69.76
Bank Panin Syariah 2011 0.11 0.00 61.98 0.82 1.75 74.30 162.97
Bank Panin Syariah 2012 0.05 0.00 32.20 0.19 3.48 47.60 105.66
Bank Panin Syariah 2013 0.05 0.53 20.83 0.77 1.03 81.31 90.40
Bank Panin Syariah 2014 0.09 0.87 25.69 0.29 1.99 68.47 94.04
Bank Panin Syariah 2015 0.09 5.03 20.30 1.94 1.14 89.29 96.43
Bank Mega Syariah 2010 4.45 2.55 13.14 3.52 1.90 88.86 78.17
Bank Mega Syariah 2011 1.66 3.01 12.03 3.03 1.58 90.80 83.08
Bank Mega Syariah 2012 0.54 0.75 13.51 2.67 3.81 77.28 88.88
Bank Mega Syariah 2013 0.58 2.29 12.99 2.98 2.33 86.09 93.37
Bank Mega Syariah 2014 0.72 18.23 19.26 3.89 0.29 97.61 93.61
Bank Mega Syariah 2015 1.37 5.98 18.74 4.26 0.30 99.51 98.49
MayBank Syariah 2011 0.00 0.00 73.44 0.00 3.57 55.18 289.20
MayBank Syariah 2012 0.00 0.00 63.89 1.25 2.88 53.77 197.70
MayBank Syariah 2013 0.00 0.00 59.41 0.00 2.87 67.79 152.87
MayBank Syariah 2014 15.68 0.00 52.13 4.29 3.61 69.60 157.77
MayBank Syariah 2015 1.74 0.00 38.40 4.93 -20.13 192.60 110.54
Muamalat Indonesia 2010 37.57 0.00 13.26 3.51 1.36 87.38 91.52
Muamalat Indonesia 2011 43.06 0.00 12.01 1.78 1.52 85.52 85.18
Muamalat Indonesia 2012 45.05 0.00 11.57 1.81 1.54 84.47 94.15
Muamalat Indonesia 2013 47.91 7.73 17.27 1.56 0.50 93.86 99.99
Muamalat Indonesia 2014 49.34 23.49 14.15 4.85 0.17 97.33 84.14
Muamalat Indonesia 2015 52.15 11.51 12.36 4.20 0.20 97.41 90.30

Lampiran 4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Hasil Uji Normalitas P-Plot Model 1 (Y1)


76

b. Uji Normalitas P-Plot Model 2 (Y2)

c. Uji Normlitas Kolmogorof-Smirnov Model 1 (Y1)

d. Uji Normlitas Kolmogorof-Smirnov Model 2 (Y2)


77

e. Uji Heteroskedastisitas Model 1 (Y1)


. hettest

Breusch-Pagan / Cook-Weisberg test for heteroskedasticity


Ho: Constant variance
Variables: fitted values of MMR

chi2(1) = 1.30
Prob > chi2 = 0.2543

. reg MMR CAR NPF ROA OER FDR

Source SS df MS Number of obs = 63


f. Uji Heteroskedastisitas Model 2 (Y2) F( 5, 57) = 2.93
Model 3920.51641 5 784.103283 Prob > F = 0.0203
. hettest Residual 15279.608 57 268.063298 R-squared = 0.2042
Adj R-squared = 0.1344
Total 19200.1244 62 309.679425 Root MSE = 16.373
Breusch-Pagan / Cook-Weisberg test for heteroskedasticity
Ho: Constant variance
Variables: MMR
fitted values
Coef. ofStd.
ZR Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

chi2(1) CAR= 100.7478


25.48 46.57875 2.16 0.035 7.475445 194.0201
NPF -1.523835 1.670756 -0.91 0.366 -4.869467 1.821796
Prob > chi2 = 0.0000
ROA 4.002035 3.563473 1.12 0.266 -3.133696 11.13777
OER -453.8592 237.4332 -1.91 0.061 -929.3109 21.59261
. reg ZR CAR NPF ROA OER FDR 208.7318
FDR 20.18614 0.10 0.923 -397.7921 438.1644

g. Uji Multikolinearitas Model 1 (Y1)


_cons 46.54776 40.73933 1.14 0.258 -35.03134 128.1269
Source SS df MS Number of obs = 63
F( 5, 57) = 4.11
. vif Model 39.2837009 5 7.85674017 Prob > F = 0.0030
Residual 109.051822 57 1.91318986 R-squared = 0.2648
Variable VIF 1/VIF Adj R-squared = 0.2003
Total 148.335523 62 2.39250843 Root MSE = 1.3832
NPF 1.75 0.572198
OER 1.61 0.622354
ZR
CAR Coef.
1.42 Std. Err.
0.701872 t P>|t| [95% Conf. Interval]
FDR 1.39 0.717256
CAR
ROA -.1590065
1.17 .1741041
0.856861 -0.91 0.365 -.507644 .189631
NPF .2063732 .1379447 1.50 0.140 -.0698562 .4826026
ROA -1.388159 .5808745 -2.39 0.020 -2.55134 -.2249777
Mean VIF 1.47
OER -.6065199 .3001127 -2.02 0.048 -1.207485 -.0055546
FDR -.1683487 .1671471 -1.01 0.318 -.5030551 .1663577
h. Uji Multikolinearitas Model 2 (Y2)
_cons 10.3071 3.861051 2.67 0.010 2.575481 18.03873

. vif

Variable VIF 1/VIF

OER 3.30 0.302997


ROA 2.85 0.350568
CAR 1.99 0.502815
FDR 1.76 0.568611
NPF 1.67 0.599078

Mean VIF 2.31

.
78

Lampiran 4.4 Hasil Uji Penentuan Estimasi Model

a. Common Effect Model (PLS) Model 1 (Y1)


. reg MMR CAR NPF ROA OER FDR

Source SS df MS Number of obs = 63


F( 5, 57) = 2.93
Model 3920.51641 5 784.103283 Prob > F = 0.0203
Residual 15279.608 57 268.063298 R-squared = 0.2042
Adj R-squared = 0.1344
Total 19200.1244 62 309.679425 Root MSE = 16.373

MMR Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

CAR 100.7478 46.57875 2.16 0.035 7.475445 194.0201


NPF -1.523835 1.670756 -0.91 0.366 -4.869467 1.821796
ROA 4.002035 3.563473 1.12 0.266 -3.133696 11.13777
OER -453.8592 237.4332 -1.91 0.061 -929.3109 21.59261
FDR 20.18614 208.7318 0.10 0.923 -397.7921 438.1644
_cons 46.54776 40.73933 1.14 0.258 -35.03134 128.1269

b. Common Effect Model (PLS) Model 2 (Y2)


. reg ZR CAR NPF ROA OER FDR

Source SS df MS Number of obs = 63


F( 5, 57) = 4.11
Model 39.2837009 5 7.85674017 Prob > F = 0.0030
Residual 109.051822 57 1.91318986 R-squared = 0.2648
Adj R-squared = 0.2003
Total 148.335523 62 2.39250843 Root MSE = 1.3832

ZR Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

CAR -.1590065 .1741041 -0.91 0.365 -.507644 .189631


NPF .2063732 .1379447 1.50 0.140 -.0698562 .4826026
ROA -1.388159 .5808745 -2.39 0.020 -2.55134 -.2249777
OER -.6065199 .3001127 -2.02 0.048 -1.207485 -.0055546
FDR -.1683487 .1671471 -1.01 0.318 -.5030551 .1663577
_cons 10.3071 3.861051 2.67 0.010 2.575481 18.03873
79

c. Fixed Effect Model (FEM) Model 1 (Y1)


. xtreg MMR CAR NPF ROA OER FDR, fe

Fixed-effects (within) regression Number of obs = 63


Group variable: KODE Number of groups = 11

R-sq: within = 0.3414 Obs per group: min = 5


between = 0.0013 avg = 5.7
overall = 0.0467 max = 6

F(5,47) = 4.87
corr(u_i, Xb) = -0.1475 Prob > F = 0.0011

MMR Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

CAR 92.33757 38.66597 2.39 0.021 14.55168 170.1235


NPF .7794435 .9740555 0.80 0.428 -1.180103 2.73899
ROA -1.971168 2.055835 -0.96 0.343 -6.106975 2.164638
OER -170.7801 111.7245 -1.53 0.133 -395.5408 53.98068
FDR -347.4611 129.4393 -2.68 0.010 -607.8594 -87.06279
_cons 57.55281 24.22588 2.38 0.022 8.816632 106.289

sigma_u 16.74847
sigma_e 7.2453696
rho .84235935 (fraction of variance due to u_i)

F test that all u_i=0: F(10, 47) = 24.41 Prob > F = 0.0000

. est sto fe

d. Fixed Effect Model (FEM) Model 2 (Y2)


. xtreg ZR CAR NPF ROA OER FDR, fe

Fixed-effects (within) regression Number of obs = 63


Group variable: KODE Number of groups = 11

R-sq: within = 0.3376 Obs per group: min = 5


between = 0.0771 avg = 5.7
overall = 0.2165 max = 6

F(5,47) = 4.79
corr(u_i, Xb) = -0.1232 Prob > F = 0.0013

ZR Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

CAR .1518867 .2010865 0.76 0.454 -.2526472 .5564207


NPF .25806 .1407465 1.83 0.073 -.0250855 .5412055
ROA -2.097047 .5891892 -3.56 0.001 -3.282342 -.9117509
OER -.8379241 .2824001 -2.97 0.005 -1.40604 -.2698083
FDR -.3053839 .2082876 -1.47 0.149 -.7244046 .1136368
_cons 12.97488 4.643721 2.79 0.008 3.632915 22.31684

sigma_u .99924108
sigma_e 1.1187479
rho .44375442 (fraction of variance due to u_i)

F test that all u_i=0: F(10, 47) = 4.01 Prob > F = 0.0005

. est sto fe
80

e. Random Effect Model (REM) Model 1 (Y1)


. xtreg MMR CAR NPF ROA OER FDR, re

Random-effects GLS regression Number of obs = 63


Group variable: KODE Number of groups = 11

R-sq: within = 0.3379 Obs per group: min = 5


between = 0.0210 avg = 5.7
overall = 0.0733 max = 6

Wald chi2(5) = 23.69


corr(u_i, X) = 0 (assumed) Prob > chi2 = 0.0002

MMR Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

CAR 102.7906 36.19794 2.84 0.005 31.8439 173.7372


NPF .5632593 .9666381 0.58 0.560 -1.331317 2.457835
ROA -1.388265 2.021105 -0.69 0.492 -5.349557 2.573027
OER -185.0211 112.3838 -1.65 0.100 -405.2892 35.24709
FDR -301.5428 126.2159 -2.39 0.017 -548.9213 -54.1642
_cons 51.81992 23.89525 2.17 0.030 4.986087 98.65375

sigma_u 15.423081
sigma_e 7.2453696
rho .81921011 (fraction of variance due to u_i)

. est sto re

f. Random Effect Model (REM) Model 2 (Y2)

. xtreg ZR CAR NPF ROA OER FDR, re

Random-effects GLS regression Number of obs = 63


Group variable: KODE Number of groups = 11

R-sq: within = 0.3297 Obs per group: min = 5


between = 0.1596 avg = 5.7
overall = 0.2495 max = 6

Wald chi2(5) = 23.88


corr(u_i, X) = 0 (assumed) Prob > chi2 = 0.0002

ZR Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

CAR .0111273 .1723274 0.06 0.949 -.3266282 .3488828


NPF .2529098 .1303492 1.94 0.052 -.00257 .5083896
ROA -1.831033 .5419389 -3.38 0.001 -2.893213 -.768852
OER -.756872 .2661828 -2.84 0.004 -1.278581 -.2351632
FDR -.2537381 .1701802 -1.49 0.136 -.5872851 .079809
_cons 12.09077 3.820879 3.16 0.002 4.601981 19.57955

sigma_u .70685741
sigma_e 1.1187479
rho .28530996 (fraction of variance due to u_i)

. est sto re
81

g. Hasil Uji Chow Model 1 (Y1)


. testparm i.KODE

( 1) 2.KODE = 0
( 2) 3.KODE = 0
( 3) 4.KODE = 0
( 4) 5.KODE = 0
( 5) 6.KODE = 0
( 6) 7.KODE = 0
( 7) 8.KODE = 0
( 8) 9.KODE = 0
( 9) 10.KODE = 0
(10) 11.KODE = 0

F( 10, 47) = 24.41


Prob > F = 0.0000

h. Hasil Uji Chow Model 2 (Y2)


. testparm i.KODE

( 1) 2.KODE = 0
( 2) 3.KODE = 0
( 3) 4.KODE = 0
( 4) 5.KODE = 0
( 5) 6.KODE = 0
( 6) 7.KODE = 0
( 7) 8.KODE = 0
( 8) 9.KODE = 0
( 9) 10.KODE = 0
(10) 11.KODE = 0

F( 10, 47) = 4.01


Prob > F = 0.0005

i. Hasil Uji Hausman Model 1 (Y1)


. hausman fe re

Coefficients
(b) (B) (b-B) sqrt(diag(V_b-V_B))
fe re Difference S.E.

CAR 92.33757 102.7906 -10.453 13.59286


NPF .7794435 .5632593 .2161842 .1199788
ROA -1.971168 -1.388265 -.5829031 .3762892
OER -170.7801 -185.0211 14.24101 .
FDR -347.4611 -301.5428 -45.91835 28.70699

b = consistent under Ho and Ha; obtained from xtreg


B = inconsistent under Ha, efficient under Ho; obtained from xtreg

Test: Ho: difference in coefficients not systematic

chi2(5) = (b-B)'[(V_b-V_B)^(-1)](b-B)
= 4.34
Prob>chi2 = 0.5015
(V_b-V_B is not positive definite)
82

j. Hasil Uji Hausman Model 2 (Y2)


. hausman re fe

Coefficients
(b) (B) (b-B) sqrt(diag(V_b-V_B))
re fe Difference S.E.

CAR .0111273 .1518867 -.1407595 .


NPF .2529098 .25806 -.0051502 .
ROA -1.831033 -2.097047 .266014 .
OER -.756872 -.8379241 .0810521 .
FDR -.2537381 -.3053839 .0516458 .

b = consistent under Ho and Ha; obtained from xtreg


B = inconsistent under Ha, efficient under Ho; obtained from xtreg

Test: Ho: difference in coefficients not systematic

chi2(5) = (b-B)'[(V_b-V_B)^(-1)](b-B)
= 20.39
Prob>chi2 = 0.0011
(V_b-V_B is not positive definite)

k. Hasil Uji LM Model 1 (Y1)


. xttest0

Breusch and Pagan Lagrangian multiplier test for random effects

MMR[KODE,t] = Xb + u[KODE] + e[KODE,t]

Estimated results:
Var sd = sqrt(Var)

MMR 309.6794 17.59771


e 52.49538 7.24537
u 237.8714 15.42308

Test: Var(u) = 0
chibar2(01) = 75.10
Prob > chibar2 = 0.0000
83

l. Hasil Uji LM Model 2 (Y2)


. xttest0

Breusch and Pagan Lagrangian multiplier test for random effects

ZR[KODE,t] = Xb + u[KODE] + e[KODE,t]

Estimated results:
Var sd = sqrt(Var)

ZR 2.392508 1.546774
e 1.251597 1.118748
u .4996474 .7068574

Test: Var(u) = 0
chibar2(01) = 13.80
Prob > chibar2 = 0.0001

i. Robust Model 1 (Y1)


. regress MMR CAR NPF ROA OER FDR, robust

Linear regression Number of obs = 63


F( 5, 57) = 7.81
Prob > F = 0.0000
R-squared = 0.2042
Root MSE = 16.373

Robust
MMR Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

CAR 100.7478 37.22681 2.71 0.009 26.2024 175.2932


NPF -1.523835 1.744817 -0.87 0.386 -5.017771 1.970101
ROA 4.002035 4.486748 0.89 0.376 -4.982523 12.98659
OER -453.8592 283.5813 -1.60 0.115 -1021.721 114.0026
FDR 20.18614 126.4471 0.16 0.874 -233.0198 273.3921
_cons 46.54776 45.35351 1.03 0.309 -44.27109 137.3666

j. Robust Model 2 (Y2)


. regress ZR CAR NPF ROA OER FDR, robust

Linear regression Number of obs = 63


F( 5, 57) = 5.18
Prob > F = 0.0006
R-squared = 0.2648
Root MSE = 1.3832

Robust
ZR Coef. Std. Err. t P>|t| [95% Conf. Interval]

CAR -.1590065 .121123 -1.31 0.195 -.4015512 .0835381


NPF .2063732 .1325598 1.56 0.125 -.0590732 .4718196
ROA -1.388159 .6392466 -2.17 0.034 -2.668228 -.1080896
OER -.6065199 .2499963 -2.43 0.018 -1.107129 -.1059109
FDR -.1683487 .1270256 -1.33 0.190 -.4227131 .0860157
_cons 10.3071 3.277309 3.14 0.003 3.744405 16.8698
84

k. General Least Square Model 1 (Y1)


. xtgls MMR CAR NPF ROA OER FDR

Cross-sectional time-series FGLS regression

Coefficients: generalized least squares


Panels: homoskedastic
Correlation: no autocorrelation

Estimated covariances = 1 Number of obs = 63


Estimated autocorrelations = 0 Number of groups = 11
Estimated coefficients = 6 Obs per group: min = 5
avg = 5.727273
max = 6
Wald chi2(5) = 16.16
Log likelihood = -262.364 Prob > chi2 = 0.0064

MMR Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

CAR 100.7478 44.30523 2.27 0.023 13.91113 187.5845


NPF -1.523835 1.589206 -0.96 0.338 -4.638622 1.590951
ROA 4.002035 3.389539 1.18 0.238 -2.641338 10.64541
OER -453.8592 225.844 -2.01 0.044 -896.5053 -11.21302
FDR 20.18614 198.5436 0.10 0.919 -368.9521 409.3244
_cons 46.54776 38.75083 1.20 0.230 -29.40248 122.498

l. General Least Square Model 2 (Y2)


. xtgls ZR CAR NPF ROA OER FDR

Cross-sectional time-series FGLS regression

Coefficients: generalized least squares


Panels: homoskedastic
Correlation: no autocorrelation

Estimated covariances = 1 Number of obs = 63


Estimated autocorrelations = 0 Number of groups = 11
Estimated coefficients = 6 Obs per group: min = 5
avg = 5.727273
max = 6
Wald chi2(5) = 22.69
Log likelihood = -106.6768 Prob > chi2 = 0.0004

ZR Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

CAR -.1590065 .165606 -0.96 0.337 -.4835884 .1655754


NPF .2063732 .1312115 1.57 0.116 -.0507967 .4635431
ROA -1.388159 .5525218 -2.51 0.012 -2.471082 -.3052359
OER -.6065199 .2854641 -2.12 0.034 -1.166019 -.0470205
FDR -.1683487 .1589886 -1.06 0.290 -.4799607 .1432633
_cons 10.3071 3.672592 2.81 0.005 3.108954 17.50525
85

Revisi Proposal Skripsi

Nama/Nim : Fiolisa Ayu Beatrix/ 1216105

Judul : Analisis Pengaruh Kinerja Keuanan Terhadap Kinerja Sosial


Bank Umum Syariah Periode 2010-2015

Halaman
No Penguji Revisi
Perbaikan
Konsep CSR Islam dan CSR
Konvensional
1 Nurizal Ismail
Data perkembangan zakat di Latar
Belakang
Motivasi mengapa Kinerja keuangan
terhadap kinerja sosial
Siti Khomsatun M. Proxy Kinerja Sosial kurang
2
Ak dijelaskan
Tabel Penelitian Terdahulu (Tahun
dan Hasil Penelitian)
Uji Hipotesis pada Bab 3
3 Sulhani M.Ak
Rumus ROA

Anda mungkin juga menyukai