Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN STUDI KASUS

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SYARIAH


BANK SYARIAH BUKOPIN PERIODE 2019-2020
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Analisis Laporan Keuangan Syariah
Dosen Pengampu: Sayekti Endah Retno Meilani, SE., M.Si.,
Ak., CA

Disusun oleh:
1. Finky Juni Aneliya (195221113)
2. Yusuf Ahmad Syafi’i (195221119)
3. Devy Harsanti (195221128)
4. Rinda Ayu Imtichani (195221137)
5. Lia Saputri (195221140)
6. Sinta Damayanti (195221147)

JUDUL
FAKULTAS EKONOMIS BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh
Senantiasa kita selalu ucapkan syukur kepada yang maha kuasa Allah
SWT yang memberikan energi dan anugerah bagi kami semua untuk dapat
menyusun dan menyelesaikan tugas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan
Syariah dengan judul “Analisis Laporan Keuangan Kesehatan Bank Syariah
Bukopin Periode 2019-2020”.
Laporan keuangan perbangkan syariah tentu berbeda dengan laporan
konvensional. Kegiatan berbasis prinsip syariah mendorong laporan keuangan
perbankan syariah harus disajikan berdasarkan standar Akutansi syariah. Laporan
rekonsiliasi pendapatan dan bagi hasil, laporan sumber dan penggunaan dana
kebajikan, dan laporan zakat adalah laporan tambahan yang mesti disediakan oleh
pihak bank dalam mencerminkan aktivitas operasionalnya berbasis syariah.
Oleh karena itu dengan segala keterbatasan dan kemampuan kami tim
penyusun sangat mengucapkan terimakasih kepada Allah SWT dan juga rekan-
rekan tim kelompok atas kesediaan mengorbankan waktunya untuk
menyelesaikan tugas ini. Kami tim penulis juga mengucapkan banyak terimakasih
kepada ibu dosen pembimbing mata kuliah Analisis Laporan Keuangan Syariah
ialah Ibu Dosen Sayekti Endah Retno Meilani, SE., M.Si., Ak., CA beserta asisten
mata kuliah Mbak Deliana Octa Wahyu Tungga Dewi yang selalu mensupport,
membantu dan mengarahkan kami dalam segala kegiatan yang terkait dengan
penyusunan analisis ini.
Sebuah karya tercipta dari jiwa penulis, jiwa yang mana rasanya masih
jauh dari kesempurnaan dalam bekerja. Dengan segala kekurangan dan
keterbatasan yang ada, kami tim penulis mengucapkan mohon maaf apabila
terdapat banyak sekali kesalahan yang ada dalam penulisan ini. Saran dari
pembaca sangat dibutuhkan oleh kami agar nantinya bisa tercipta kualitas
penulisan yang lebih baik kedepannya.
Sukoharjo, 2 April 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

JUDUL.....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Analisis.............................................................................................3
C. Manfaat Analisis...........................................................................................3
BAB II KAJIAN LITERATUR (LANDASAN TEORI)....................................4

A. Bank Syariah.................................................................................................4
B. Laporan Keuangan Syariah...........................................................................5
C. Kesehatan Bank Syariah...............................................................................8
D. Metode Risk Based Bank Rating..................................................................9
BAB III HASIL ANALISIS DAN INTEPRETASI...........................................15

A. Gambaran Umum Bank Syariah Bukopin..................................................15


B. Profil Gambaran Perkembangan Perusahaan..............................................16
C. Analisis Rasio Keuangan/Tingkat Kesehatan.............................................19
D. Intepretasi atau Penjelasan Atas Hasil Perhitungan....................................26
BAB IV PENUTUP..............................................................................................28

A. Kesimpulan.................................................................................................28
B. Rekomendasi...............................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................30

LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................31

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dimulai dari pengungkapan deksripsi dengan sistematis terhadap
permasalahan yang akan dibahas secara makro menuju permasalahan
bersifat mikro dimana terjadi pada objek yang akan dianalisis. Sangat
diperlukan juga untuk menonjolkan jika objek terpilih begitu penting atau
menarik untuk dianalisis. Di era globalisasi yang saat ini masih dalam
masa pertumbuhan dan perkembangan dunia yang berkembang begitu
pesat, kami merasakan kompetisi yang sangat kompetitif dan kompleks
yang juga memiliki dampak kuat pada perusahaan manufaktur serta
perusahaan jasa dan perbankan di arena perdagangan baik nasional
maupun internasional.
Jadi dari dampak itu perusahaan dari tahun ke tahun dituntut untuk
melakukan perbaikan dalam segala hal lapangan baik dari segi
infrastruktur maupun dari segi kinerja sistem sudah baik dari operasi serta
keuangan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Perkembangan
perusahaan ini sangat bergantung pada tentang cara mengelola perusahaan.
Kehalusan dan Stabilitas operasi adalah salah satu yang dapat mendukung
dalam mencapai tujuan yaitu usaha untuk mencapai keuntungan yang
secara maksimal dengan menggunakan sumber daya ekonomi yang
tersedia. Reaksi keras pertama kali dalam rangka meng-counter terhadap
persoalan bunga bank adalah terdapat dalam tulisan KH. Mas Mansur di
majalah Tabliq Siaran pada tahun 1937, bahwa bunga bank menjadi
permasalahan yang sangat serius bagi umat Islam.
Namun karena pada saat itu belum ada deregulasi moneter dan
perbankan, maka reaksi tersebut belum menemukan jawaban. Baru setelah
adanya deregulasi moneter dan perbankan pada tahun 1983, sedikit
mendapatkan jawaban terhadap permasalahan bunga bank tersebut.
Kemudian dikuatkan lagi dengan keluarnya Pakto 1988, bahwa bank dapat
memberikan pembiayaan dengan bunga nol persen. Menurut Mudrajad
dan Suharjono (2002) mengatakan bahwa deregulasi finansial yang sedang

1
berlangsung di Indonesia saat ini agaknya sejalan dengan deregulasi
finansial yang juga terjadi di negara-negara Asia. Persamaannya terlihat
pada tiga dimensi deregulasi yang terpisah, namun berkaitan erat, yaitu
deregulasi harga (terutama deregulasi suku bunga), deregulasi produk
(ragam jasa yang ditawarkan) dan deregulasi spasial (kelonggaran
pembukaan cabang atau hambatan memasuki pasar). Lebih lanjut
dikatakan, bahwa tinjauan deregulasi selama sepuluh tahun terakhir
menunjukkan bahwa deregulasi telah sedikit banyak mengubah wajah
sektor keuangan Indonesia.
Tidak berlebihan bila dikatakan, saat ini Indonesia telah keluar dari
represi finansial, setidaknya kadarnya telah jauh berkurang dibanding
masa sebelumnya. Deregulasi finansial sebagai gantinya, mengakibatkan
fenomena baru yang mengakibatkan iklim persaingan semakin hangat.
Termasuk di dalamnya adalah persaimgan dalam perbankan syariah di
Indonesia. Di akui atau tidak, bahwa deregulasi finansial diindonesia telah
memberikan iklim bagi tumbuh dean berkembangnya bank syariah di
Indonesia. Pada tahun 1991 telah berdiri dua bank syari'ah, yaitu: BPR
Syari'ah Dana Mardhotillah dan BPR Syari'ah Berkah Amal Sejahtera,
keduanya berada di Bandung. Pada tahun 1992, diundangkannya UU
Perbankan Nomor 7 tahun 1992, yang isinya tentang bank bagi hasil. Saat
itu pula berdiri Bank Muamalat Indonesia. Kemudian diikuti oleh BPR
Syari'ah Bangun Drajad Warga dan BPR Syari'ah Marga Rizki Bahagia,
keduanya berada di Indonesia. Reaksi berikutnya juga muncul, untuk
melakukan revisi UU No. 7 tahun 1992 menjadi UU No. 10 tahun 1998.
Dengan demikian, diterbitkannya UU No. 10 tahun 1998 memiliki
kegiatan usaha perbankan berdasarkan pada prinsip syari'ah. Setelah UU
No. 10 tahun 1998 di Indonesia telah berdiri satu Bank Umum Syari'ah
(Bank Muamalat Indonesia) ditambah dengan 80 BPR Syari'ah. Kalau
dilihat secara makro ekonomi, pengembangan bank syari'ah di Indonesia
memiliki peluang besar karena peluang pasarnya yang luas sejurus dengan
mayoritas penduduk Indonesia. UU No. 10 tidak menutup kemungkinan
bagi pemilik bank negara. swasta nasional bahkan pihak pihak asing

2
sekalipun untuk membuka cabang syari'ah di Indonesia. Dengan
terbukanya kesempatan ini jelas akan memperbesar peluang transaksi
keuangan di dunia perbankan kita, terutama bila terjalin hubungan
kerjasama di antara bank-bank syari'ah.
Hal ini guna menampung aspirasi dan kebutuhan yang berkembang
di masyarakat. Masyarakat diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
mendirikan bank berdasarkan prinsip Bank Syari'ah ini termasuk juga
kesempatan konversi dari bank umum yang kegiatan usahanya
berdasarkan pada pola konvensional menjadi pola syari'ah. Selain itu
dibolehkan pula bagi pengelola bank umum konvensional untuk membuka
kantor cabang atau mengganti kantor cabang yang sudah ada menjadi
kantor cabang khusus syari'ah dengan persyaratan yang melarang
percampuran modal dan akuntansinya.
B. Tujuan Analisis
Berdasarkan paparan latar belakang diatas, maka tujuan pada
analisis ini ialah untuk:
1. mengetahui gambaran umum Bank Bukopin Syariah.
2. mengetahui perkembangan Bank Bukopin Syariah.
3. mengetahui hasil analisis rasio keuangan dan tingkat kesehatan Bank
Bukopin Syariah 2019-2020.
C. Manfaat Analisis
Berdasarkan tujua dari analisi di atas, maka manfaat yang dapat di
ambil dari penyusunan anlisis ini ialah:
1. mampu melakukan analisis raiso keuangan Bank Syariah Bukopin
2019-2020
2. mampu mengintepretasikan hasil analisis rasio keuangan Bank
Syariah Bukopin 2019-2020
3. mampu mengintepretasikan tingkat kesehatan Bank Syariah Bukopin
2019-2020

3
BAB II
KAJIAN LITERATUR (LANDASAN TEORI)
A. Bank Syariah
Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan prinsip syariah yang terdiri atas Bank Umum Syariah dan
Bank Pembiayaan Syariah (Muthaher, 2012:14). Prinsip dasar dari
perbankan syariah dalam menjalankan sistem operasionalnya
mengutamakan keadilan yang ditujukan untuk semua pihak, baik pihak
kreditur maupun pihak debitur. Adapun prinsip-prinsip dasar dari bank
syariah adalah: (a) Larangan terhadap transaksi yang mengandung barang
atau jasa yang diharamkan; (b) Larangan terhadap transaksi yang
diharamkan sistem dan prosedur perolehan keuntungannya. Yaya. et.al
(2014:35) menyebutkan ada beberapa hal yang masuk ketagori transaksi
yang diharamkan karena sistem dan prosedur perolehan keuntungan
tersebut, antara lain: (1) Tadlis (ketidaktahuan satu pihak), (2) Gharar
(ketidaktahuan kedua pihak), (3) Ikhtikar (rekayasa pasar dalam
pasokan), (4)Bai’ najasy (rekayasa pasar dalam permintaan), (5)Masyir
(judi), dan, (6) Riba.
Didalam UU No 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah
dijelaskan bahwa perbankan syaraiah merupakan perbankan yang dalam
kegiatanya menjalankan prinsip syariah dan terdiri dari dua jenis yaitu
bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah. Di perbankan
syariah semua kegiatan usahanya berdasarkan dengan al-qur’an, hadist,
qyas, bahkan dalam hal akadnya berdasarkan hal yang islami. Bank
syariah juga bank yang beroprasi menjauhi unsure riba tapi
menjalankanya berdasarkan bagi hasil, karena didalam al-qu’an juga
disebutkan bahwa dalam bermuamalat harus menjauhi unsure riba dalam
setiap prakteknya (fahmi, 2015). Dalam bank syariah mereka mempunyai
tujuan, diantaranya sebagai berikut:
1. Melakukan kegiatan ekonomi terutama dalam bermuamalat sesuai
dengan syariah islam, seperti pada perbankan agar terhindar dari
unsure riba

4
2. Untuk membuntikan bahwa konsep perbankan syariah itu sesuai
dengan syariah islam dalam menjalankan segala kegiatanya agar bisa
beroprasi dan berkembang melebihi bank lainya.
3. Meratakan pendapatan melalui jalur investasi agar menciptakan
keadilan dalam bidang ekonomi agar tidak terjadi prokontra antara
pemilik modal dengan oaring yang membutuhkan modal
4. Menanggukangi kemiskinan, dengan cara melakukan program
pembinaan consumen, pengembangan modal kerja, dan
pengembangan usaha bersama
5. Menjaga kestabilan ekonomi moneter yang bisa diakibatkan adanya
inflasi
6. Yang terkahir yaitu agar masyarakat tidak ketergantungan dengan
bank non-syariah (sudarsono, 2008).
B. Laporan Keuangan Syariah
Laporan keuangan adalah ringkasan dari proses pencatatan
transaksi-transaksi keuangan perusahaan yang sistematis mengenai posisi
keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuan pembuatan laporan
keuangan adalah untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan.
Tujuan lainnya adalah untuk menilai kinerja manajemen bank yang
bersangkutan. Di dalam laporan keuangan syariah antara lain berisi
tentang:
1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Merupakan sebuah laporan keuangan yang dibuat untuk
memberikan informasi mengenai posisi aktiva, kewajiban dan modal
pada akhir periode. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan
informasi bagi para pemakai baik ituinternal maupun eksternal sebagai
salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Informasi
yang terkandung di dalam laporan neraca dapat membantu
parapemakai(internal dan eksternal) dalam pengambilan keputusan
yang benar dan tepat. Yang mana persamaanya ialah Aktiva =
kewajiban + DST + Ekuitas
2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komperehensif Lain

5
Menyajikan hubungan antara penghasilan dan beban dari
entitas. Laporan ini merupakan suatu metode untuk mengevaluasi
tingkat performa atau kinerja perusahaan yang menghasilkan laba
dalam periode tertentu. Laba/rugi = pendapatan utama – hak pihak
ketiga atas bagi hasil DST + Pendapatan Operasi Lain –Beban
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas adalah laporan yang menunjukkan
perubahan ekuitas selama suatu periode akuntansi atau satu tahun.
Tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahuui ekuitas
terakhir yang merupakan klaim pemilik atas penyertaan modalnya
dalam perusahaan.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah suatu laporan tentang aktivitas penerimaan
dan pengeluaran kas perusahaan selama satu periode tertentu, beserta
penjelasan tentang sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran kas
tersebut. Tujuan menyjika arus kas adalah memberikan informasi yang
relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari
suatu perusahaan pada suatu periode tertentu.
Komponen laporan arus kas meliputi:
a) Arus kas dari aktivitas operasi
b) Arus kas dari aktivitas investasi, dan
c) Arus kas dari aktivitas pendanaan
5. Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil
Laporan ini dibuat dengan tujuan untuk melakukan rekonsiliasi anatar
pendapatan bank syaraiah yang menggunakan dasar akrual dengan
pendapatan yang dibagikan kepada pemilik dana yang menggunakan
dasar kas. Dalam laporan in juga disajikan sumber-sumber pendapatan
utama bank syariah sehingga dapat diketahui arus kas pendapatan
utama bank syariah. Hal-hal yang disajikan dalam laporan ini yaitu:
a) Pendapatan usaha utama bank syariah (dasar akrual)
b) Penyesuaian:

6
1) Pengurangan pendapatan usaha utama pada periode ebrjalan
yang kas atau setara kasnya belum diterima, dan
2) Penambahan pendapatan utama usaha pada periode
sebelumnya yang kas dan setara kasnya diterima pada periode
berjalan
c) Pendapatan yang tersedai untuk dibagihasilkan
d) Hak untuk bank atas pendapatan yang tersedia untuk dibagi
hasilkan
e) Hak pemilik dana/pihak ketiga atas pendapatan yang tersedai untuk
dibagihasilkan
Rumus : Pendapatan Usaha Utama periode berjalan (+)
pendapatan utama usaha pada periode sebelumnya yang kas dan
setara kasnya diterima pada periode berjalan (-) Pendapatan usaha
utama pada periode berjalan yang kas atau setara kasnya belum
diterima
6. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat
Dalam PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah
dijelaskan bahwa entitas syariah menyajikan Laporan Sumber dan
Penggunaan Dana Zakat sebagai komponen utama laporan keuangan,
yang menunjukkan:
a) dana zakat berasal dari wajib zakat (muzakki):
1) zakat dari dalam entitas syariah;
2) zakat dari pihak luar entitas syariah;
b) penggunaan dana zakat melalui lembaga amil zakat untuk: fakir,
miskin, riqab, orang yang terlilit hutang (gharim), muallaf,
fiisabilillah, orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil); dan amil
c) kenaikan atau penurunan dana zakat;
d) saldo awal dana zakat; dan
e) saldo akhir dana zakat.
7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan
Dalam PSAK 101 tentang Penyajian Laporan Keuangan Syariah
dijelaskan bahwa entitas syariah menyajikan Laporan Sumber dan

7
Penggunaan Dana Kebajikan sebagai komponen utama laporan
keuangan, yang menunjukkan:
a) sumber dana kebajikan berasal dari penerimaan: infak, sedekah,
hasil pengelolaan wakaf sesuai dengan perundangundangan yang
berlaku, pengembalian dana kebajikan produktif, denda dan
pendapatan nonhalal.
b) penggunaan dana kebajikan untuk:
1) dana kebajikan produktif
2) sumbangan; dan
3) penggunaan lainnya untuk kepentingan umum.
c) kenaikan atau penurunan sumber dana kebajikan;
d) saldo awal dana penggunaan dana kebajikan; dan saldo akhir dana
penggunaan dana kebajikan.
C. Kesehatan Bank Syariah
Kesehatan atau kondisi keuangan suatu bank biasanya digunakan
untuk menilai atau mengevaluasi kondisi kinerja bank dalam penerapan
prinsip kehati-hatian terhadap apa yang sudah ada pada ketentuan yang
berlaku yang biasanya dilakukan oleh pihak terkait diantarnya, pemilik,
manajemen bank, bank pemerintah, dan nasabah atau pengguna jasa
bank. Kesehatan bank adalah dimana bank itu mampu melaksanakan
kegiatan operasionalnya secara normal dan bisa memenuhi kewajibannya
secara benar dan baik berdasarkan pertaruan perbankan yang berlaku.
Penilaian suatu kesehatan bank merupakan hasil akhir dari
penilaian pengawasana perbankan yang yang menunjukkan kinerja
perbankan nasional. Dalam penilaian tingkat kesehatan bank manajemn
bank harus memiliki prinsip berorientasi resiko, matrealistis dan
signifikansi serta komprehensif serta terstrktur (Peraturan bank Indonesia
No.13/1/PBI/2011 dan SE BI No.13/24/DPNP). Bagi para investor
ataupun para nasabah informasi mengenai penilaian tentang kesehatan
bank merupakan informasi yang penting agar biasa menggambarkan
bagaimana kondisi kesehatan bank tersebut. Jika suatu bank tersebut
memiliki nilai kesehatan bank yang baik maka bank tersebut memiliki

8
nilai positif bagi para investor, akan tetapi jika kondisi keuangan bank
tersebut menurun maka bagi para investor akan menilai jelek bank
tersebut dan reputasi bank tersebut menurun.
Pada peraturan bank Indonesia (No.13/PBI/2011) bank Indonesia
mengeluarkan edaran tentang penilaian tingkat kesehatan bank dengan
menggunakan pendekatan resiko yang terdiri dari empat factor
diantaranya: Risk Profile (Profil resiko), Good Corporate Governance
(GCG), Earnings (Rentabilitas), dan Capital (Permodalan) yang biasa
disebut dengan istilah metode RGEC. Metode RGEC ini digunakan untuk
penialain tingkat kesehatan bank sejak 1 januari 2012. Pada setiap
perbankan harus bisa mempertahankan tingkat kesehatan bank agar
masyarakat tetap bisa mempertahankan kepercayaan terhadap bank
terutama pada bank syariah. Agar bisa mempertahankan kepercayaan
masyarakat bank harus bisa mengoptimalkan nilai kinerja baik secara
operasionalnya, aset, dan intern yang ada pada bank tersebut.
D. Metode Risk Based Bank Rating
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011
disebutkan bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank
dengan menggunakan pendekatan risko (Risk Based Bank Rating) baik
secara individual ataupun konsolidasi. Pada dasarnya sesuai yang telah
dijelaskan dalam SE BI No. 13/24/DPNP 25 Oktober 2011,metode
RBBR ini menitikberatkan pertimbangan kesehatan bank umum
berdasarkan prinsip kehati-hatian dan manajemen resiko. Hal ini sangat
selaras dengan kondisi perekonomian saat ini. Unsur resiko yang harus
dipikul oleh bank, keadaan yang sering tidak stabil, inflasi yang tinggi,
kondisi nasabah yang sering dengan cepat mengalami perubahan,
menjadi alasan unsur kehati-hatian dalam menjalankan operasional bank.
Peraturan tersebut menggantikan peraturan sebelumnya mengenai
penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan faktor CAMEL.
Metode RBBR berdasarkan SE BI No. 13/24/DPNP terdiri dari empat
faktor yakni:
1. Profil Risiko (Risk Profile)

9
Berdasarkan PBI No. 13/1/PBI/2011 bank melakukan
penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen
risiko dalam kegiatan operasional terhadap delapan risiko, yakni
risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko
hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi. Analisis
ini mengukur tiga risiko pada faktor risk profile menggunakan rasio
Non Performing Financing (NPF) untuk mengukur risiko kredit,
rasio Interest Rate Risk (IRR) untuk mengukur risiko pasar, dan
rasio Financing to Deposit Ratio (FDR)) untuk mengukur risiko
likuiditas.
Menurut Rivai, et al, NPF adalah pembiayaan yang tidak
lancar atau pembiayaan yang di mana debiturnya tidak memenuhi
persyaratan yang diperjanjikan, misalnya persyaratan mengenai
pengembalian pokok pinjaman, peningkatan margin deposit,
peningkatan agunan, dan sebagainya.
Menurut Mahardika, Non Performing Financing (NPF)
merupakan perbandingan antara pembiayaan bermasalah dengan
total pembiayaan. NPF dibagi menjadi dua jenis, yaitu NPF gross
dan NPF net. Perbedaannya adalah NPF gross tidak
memperhitungkan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
(PPAP), sedangkan NPF net memperhitungkan PPAP. PPAP
merupakan cadangan kerugian yang dibentuk untuk mengantisipasi
adanya pembiayaan bermasalah. Semakin tinggi NPF
mengidentifikasikan tingginya tingkat pembiayaan. Selain itu,
tingginya NPF juga mengidentifikasikan rendahnya kualitas proses
penyaluran pembiayaan bank syariah. Dalam penelitian ini, NPF
yang digunakan adalah NPF gross karena peneliti ingin melihat
kerugian yang ditanggung oleh bank umum syariah akibat
pembiayaan bermasalah tanpa melihat pencadangan yang dilakukan
bank umum syariah.
Berdasarkan Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 13/30/DPNP tahun 2011[7], rumus untuk NPF adalah sebagai

10
berikut:
penbiayaan bermasalah
NPF Gross= x100%
total pembiayaan
Menurut Mahardika, FDR merupakan perbandingan antara
jumlah dana yang disalurkan di sisi lending dengan dana yang
dihimpun di sisi funding. Rasio ini mengukur tingkat penyaluran dana
di sisi lending dengan menggunakan dana yang dihimpun di sisi
funding. Berdasarkan Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor 13/30/DPNP tahun 2011 yaitu sebagai berikut:
pembiayaan
FDR= x100%
Dana Pihak Ketiga
2. Good Corporate Governance (GCG)
Penilain pelaksanakan GCG bank mempertimbangkan faktor-
faktor penilaian GCG secara komprehensif dan terstruktur,
mencakup governance structur, governance process, dan governance
outcome. Berdasarkan SE BI No. 15/15/DPNP Tahun 2013 bank
diharuskan melakukan penilan sendiri (self assessment) Tingkat
Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan Risiko (Risk
Based Bank Rating/RBBR) Bank Indonesia mengenai penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum dengan menggunakan pendekatan
risiko (RBBR), penilaian terhadap pelaksanaan GCG yang
berlandasan pada 5 ( lima ) prinsip dasar tersebut dikelompokan
dalam suatu governance system yang terdiri dari 3 (tiga) aspek
governance, yaitu governance structure, governance process dan
governance outcome.
3. Rentabilitas (earning)
a. Return Of Asset (ROA)
Perhitungan Profitabilitas dapat dilakukan dengan beberapa
cara, salah satunya yakni dengan perhitungan Return on Asset
(ROA). ROA yang merupakan salah satu alat ukur profitabilitas
dipilih sebagai variabel independen dalam penelitian ini karena
bank umum syariah di Indonesia membutuhkan banyak upaya
untuk meningkatkan laba dengan memanfaatkan aset yang

11
dimilikinya guna menambah modal. Menurut Kasmir, return on
asset adalah rasio yang menunjukan hasil atas jumlah aktiva yang
digunakan dalam perusahaan dan digunakan untuk mengukur
efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Semakin besar
hasil dari perhitungan ROA, maka menunjukan kinerja
perusahaan yang semakin baik karena return semakin besar.
Semakin kecil angka yang dihasilkan dari perhitungan ROA,
maka menunjukan kinerja perusahaan yang kurang baik karena
return kecil.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung ROA
berdasarkan Lampiran 14 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
13/30/DPNP tahun 2011 yaitu sebagai berikut.
Laba sebelum pajak
ROA= x100%
Rata−ratatotal aset
4. Permodalan (Capital)
Capital Adequacy Ratio (CAR) juga dikenal dengan
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM). CAR atau sering
disebut dengan istilah rasio kecukupan modal bank, yaitu bagaimana
sebuah perbankan mampu membiayai aktivitas kegiatannya dengan
kepemilikan modal yang dimilikinya. Berdasarkan Lampiran 14 Surat
Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember
2001, rasio CAR dirumuskan sebagai berikut:
Modal
CAR= 100 %
Aktiva tertimbang menurut risiko
Penyediaan modal minimum bank bervariasi tergantung
profil risiko aset bank. Sesuai dengan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 21/POJK.03/2014 Tentang Kewajiban Penyediaan
Modal Minimum Bank Umum Syariah, dalam pasal 2 ayat 3
disebutkan bahwa penyediaan modal minimum ditetapkan paling
rendah pada butir a adalah sebesar 8% dari Aset Tertimbang Menurut
Risiko (ATMR) untuk Bank dengan profil risiko peringkat 1 (satu).
Selanjutnya pada butir b, yakni 9% (sembilan perseratus) sampai
dengan kurang dari 10% (sepuluh perseratus) dari ATMR untuk

12
Bank dengan profil risiko peringkat 2 (dua). Lalu pada butir c
sebesar 10% (sepuluh perseratus) sampai dengan kurang dari 11%
(sebelas perseratus) dari ATMR untuk Bank dengan profil risiko
peringkat 3 (tiga). Kemudian pada butir d, yakni sebesar 11%
(sebelas perseratus) sampai dengan 14% (empat belas perseratus)
dari ATMR untuk Bank dengan profil risiko peringkat 4 (empat) atau
peringkat 5 (lima).
Menurut Mahardika, penyediaan modal minimum bank
terkait dengan proses penyaluran pembiayaan kepada debitur. Jika
proses penyaluran pembiayaan bank longgar, maka kualitas piutang
kredit bank akan rendah. Rendahnya kualitas piutang kredit bank
dapat berakibat tingginya risiko gagal bayar dalam piutang tersebut.
Tingginya risiko gagal bayar dalam piutang kredit tersebut dapat
menyebabkan bank terkena kewajiban penyediaan modal minimum
yang tinggi.
5. Penilaian Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank
Peraturan Bank sentral (BI) perihal penilaian tingkat kesehatan
bank umum adalah Peraturan Bank Indonesia nomor 13/ 1/PBI/2011
yang dikeluarkan tanggal 5 Januari 2011. Kemudian lebih detail
tentang tata cara penilaiannya diterangkan dalam Surat Edaran Bank
Indonesia nomor 13/ 24 /DPNP tanggal 25 Oktober 2011. Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank berdasarkan peraturan tersebut mencakup
penilaian terhadap faktor-faktor berikut: Profil Risiko, Good
Corporate Governance, Earning, dan Capital Permodalan. Bank
Syariah Mandiri merupakan bank umum konvensional pertama di
Indonesia yang pertama kali membuka unit usaha syariah yang
selanjutnya diikuti oleh bank umum konvensional yang lainnya.
Eksistensinya dalam persaingan yang semakin ketat di dalam
usahanya, menunjukkan bank ini sangat diminati masyarakat dan
mampu menjaga kinerja keuangannya dengan baik (bank sehat).
Berdasarkan ulasan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tingkat kesehatan Bank Syariah Bukopin ditinjau dari sisi modal,

13
good corporate governance, Rentabilitas, dan profil risiko. Adapun
bentuk peringkat tingkat kesehatan Bank seperti berikut:

14
BAB III
HASIL ANALISIS DAN INTEPRETASI
A. Gambaran Umum Bank Syariah Bukopin
Tonggak sejarah Bank Syariah Bukopin dimulai dengan berdirinya
PT Bank Swansarindo Internasional pada tahun 1990 di Samarinda,
Kalimantan Timur dengan dasar hukum Akta nomor 102 tanggal 29 Juli
1990. Pengoperasian bank tersebut didasarkan pada SK Menteri Keuangan
nomor 1659/KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990 tentang Pemberian
Izin Peleburan Usaha 2 Bank Pasar dan peningkatan status menjadi bank
umum dengan nama PT Bank Swansarindo Internasional. Bank tersebut
kemudian memperoleh izin untuk melakukan kegiatan operasi berdasarkan
Surat Bank Indonesia nomor 24/1/UPBD/PBD2/Smr tanggal 1 Mei 1991
tentang Pemberian izin Usaha Bank Umum dan Pemindahan kantor bank.
Periode 2001-2003 terjadi proses akuisisi Bank Swansarindo oleh
Organisasi Muhammadiyah. Pada saat itu terjadi perubahan nama dari PT
Bank Swansarindo Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia
melalui Persetujuan dari Bank Indonesia nomor 5/4/KEP.DGS/2003 tanggal
24 Januari 2003 yang dituangkan ke dalam akta nomor 109 Tanggal 31
Januari 2003.
Selanjutnya, pada tahun 2005 – 2008 PT Bank Persyarikatan
Indonesia diakusisi oleh PT Bank KB Bukopin Tbk yang dilakukan secara
bertahap. Proses itu ditandai dengan diterbitkannya Surat Keputusan
Gubernur Bank Indonesia nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27
Oktober 2008 tentang Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank
Konvensional Menjadi Bank Syariah, dan Perubahan Nama PT Bank
Persyarikatan Indonesia Menjadi PT Bank Syariah Bukopin. Perseroan
beroperasi efektif per 9 Desember 2008, dimana Wakil Presiden RI periode
2004-2009 Jusuf Kalla yang meresmikan beroperasinya Bank Syariah
Bukopin.
Pada tahun 2009 dilakukan penggabungan Unit Usaha Syariah
(UUS) PT Bank KB Bukopin Tbk ke dalam PT Bank Syariah Bukopin
disetujui oleh Bank Indonesia melalui surat No. 11/842/DPbS tanggal 30

15
Juni 2009. Pengalihan hak dan kewajiban atas penggabuungan tersebut
dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2009 dan dituangkan ke dalam akta
pemisahan UUS PT Bank KB Bukopin Tbk melalui akta nomor 18 tanggal
18 Juni 2009 yang dikeluarkan oleh Notaris Rakhmat Syamsul Rizal, SH.
MH.
Bank Syariah Bukopin terus tumbuh dan berkembang serta
melengkapi layanannya dengan produk dan layanan perbankan berbasis
syariah. Pada tahun 2020, Bank Bukopin sebagai pemegang saham
mayoritas telah menambah modal ke Perseroan. Investasi tersebut membuat
permodalan Bank Syariah Bukopin menjadi lebih kuat.
B. Profil Gambaran Perkembangan Perusahaan.
Sejarah lahirnya PT Bank Syariah Bukopin yang dahulu bernama
PT. Bank Persyarikatan Indonesia (BPI), yang didirikan berdasarkan akta
No. 102 tertanggal 29 Juli 1990 dengan nama PT. Bank Swansarindo
Internasional yang dibuat dihadapan Dr. Widjojo Wilami, SH., Notaris di
Samarinda. Dan dalam perkembangannya, PT. Bank Persyarikatan
Indonesia (BPI) yang merupakan bank umum yang kemudian diakuisisi
sebuah bank syariah yang kini menjadi PT Bank Syariah Bukopin (BSB).
PT BANK SYARIAH BUKOPIN (selanjutnya disebut Perseroan) sebagai
bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula masuknya
konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT Bank Persyarikatan
Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT Bank Bukopin, Tbk., proses
akuisisi tersebut berlangsung secara bertahap sejak 2005 hingga 2008,
dimana PT Bank Persyarikatan Indonesia yang sebelumnya bernama PT
Bank Swansarindo Internasional didirikan di Samarinda, Kalimantan Timur
berdasarkan Akta Nomor 102 tanggal 29 Juli 1990 merupakan bank umum
yang memperolah Surat Keputusan Menteri Keuangan nomor
1.659/KMK.013/1990 tanggal 31 Desember 1990 tentang Pemberian Izin
Peleburan Usaha 2 (dua) Bank Pasar dan Peningkatan Status Menjadi Bank
Umum dengan nama PT Bank Swansarindo Internasional yang memperoleh
kegiatan operasi berdasarkan surat Bank Indonesia (BI) nomor
24/1/UPBD/PBD2/Smrtanggal 1 Mei 1991 tentang Pemberian Izin Usaha

16
Bank Umum dan Pemindahan Kantor Bank.
Pada tahun 2001 sampai akhir 2002 proses akuisisi oleh Organisasi
Muhammadiyah dan sekaligus perubahan nama PT Bank Swansarind
Internasional menjadi PT Bank Persyarikatan Indonesia yang memperoleh
persetujuan dari (BI) nomor 5/4/KEP. DGS/2003 tanggal 24 Januari 2003
yang dituangkan ke dalam akta nomor 109 Tanggal 31 Januari 2003.
perkembangannya kemudian PT Bank Persyarikatan Indonesia melalui
tambahan modal dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, Tbk., maka pada
tahun 2008 setelah memperolah izin kegiatan usaha bank umum yang
beroperasi berdasarkan prinsip syariah melalui Surat Keputusan Gubernur
Bank Indonesia nomor 10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27 Oktober 2008
tentang Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional
Menjadi Bank Syariah, dan Perubahan Nama PT Bank Persyarikatan
Indonesia Menjadi PT Bank Syariah Bukopin dimana secara resmi mulai
efektif beroperasi tanggal 9 Desember 2008, kegiatan operasional Perseroan
secara resmi dibuka oleh Bapak M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden Republik
Indonesia periode 2004 -2009. Setalah itu PT Bank Syariah Bukopin mulai
beroperasi dengan melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip
Syariah yang setelah memperoleh izin operasi Syariah dari Bank Indonesia
(BI) pada 27 Oktober 2008. Berikutnya, pada tanggal 11 Desember 2008,
PT Bank Syariah Bukopin diresmikan oleh M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden
Republik Indonesia (periode 2004-2009).
Komitmen penuh dari PT Bank Bukopin Tbk sebagai pemegang
saham mayoritas diwujudkan dengan menambah setoran modal dalam
rangka untuk menjadikan PT Bank Syariah Bukopin sebagai bank syariah
dengan pelayanan terbaik. Pada pertengahan tahun 2009, tepatnya pada
tanggal 10 Juli 2009 melalui Surat Persetujuan Bank Indonesia (BI), PT
Bank Bukopin Tbk telah mengalihkan Hak dan Kewajiban Unit Usaha
Syariah-nya ke dalam badan usaha PT Bank Syariah Bukopin. PT Bank
Syariah Bukopin memposisikan sebagai bank yang berkonsentrasi pada
pembiayaan usaha, mikro, kecil dan menengah (UMKM) dengan
segmentasi usaha pendidikan, kesehatan, konstruksi, dan perdagangan.

17
Selain hal tersebut, PT. Bank Syariah Bukopin juga melakukan
penghimpunan dari masyarakat (individu-individu) dan perusahaan-
perusahaan yang ada di Tanah Air. Sedangkan untuk Bank Syariah Bukopin
Cabang Sidoarjo sendiri merupakan Relokasi dari BSB yang terletak di
Jalan Diponegoro No 235 Surabaya sejak tanggal 26 Juli 2010. Relokasi
Kantor Cabang dari tempat lama ke tempat baru dengan luas 525 m2 yang
terdiri 4 (empat) lantai ini merupakan bagian dari 7 (tujuh) cabang Bank
Syariah Bukopin yang tersebar di Jakarta, Bandung, Surabaya, Bukit
Tinggi, Medan, dan Samarinda dalam rangka meningkatkan pelayanan
kepada para nasabah, sehingga nasabah akan merasa lebih nyaman dan
aman dengan dukungan fasilitas yang tersedia,” ungkap Riyanto, Direktur
Utama BSB. Nilai-nilai perusahaan dibagi menjadi beberapa bagian sebagai
berikut:
1. Nilai Amanah
Senantiasa menjaga kepercayaan yang diterima dari perusahaan
dan patuh pada peraturan yang berlaku.
2. Kualitas
Senantiasa berupaya secara maksimal dan berkesinambungan
untuk mengembngkan diri meningkatkan mutu serta kemampuan yang
unggul dan selalu memberikan hasil yang terbaik.
3. Peduli
Senantiasa memiliki perhatian khusus untuk melayani dengan hati
nurani guna kepentingan stakeholder.
4. Integritas
Senantiasa memiliki keselarasan niat, pikiran, perkataan dan
perbuatan baik dan benar yang sesuai dengan nilai- nilai perusahaan,
masyarakat dan prinsip- prinsip good corporate government.
5. Kerjasama
Secara terus menerus mengupayakan untuk bekerja secara efektif
kooperatif dan selalu membangun serta menjaga hubungan kerja yang
baik.
Bank Syariah Bukopin terus tumbuh dan berkembang serta

18
melengkapi layanannya dengan produk dan layanan perbankan berbasis
syariah. Pada tahun 2020. Bank Bukopin sebagai pemegang saham mayoritas
telah menambah modal ke Perseroan. Investasi tersebut membuat permodalan
Bank Syariah Bukopin menjadi lebih kuat.
C. Analisis Rasio Keuangan/Tingkat Kesehatan
1. Penilaian Faktor Profil Risiko
Resiko Kredit Dengan Menggunakan Rasio Non Performing
Financial (NPF)
total pembiayaan bermasalah
NPF Gross2020= x 100 %
total pembiayaan
306.689.920 .342
¿ x 100 %
4.011.529 .114 .415
¿ 7.65 %
total pembiayaan bermasalah
NPF Gross2019= x 100 %
total pembiayaan
280.145.690 .736
¿ x 100 %
4.674 .166 .666 .072
¿ 5.99 %
Hasil perhitungan Risiko Kredit dengan menggunakan Rasio Non
Performing Financing (NPF) Gross bank Syariah Bukopin Tahun 2020
sebesar 7.65% yang berarti Pembiayaan tidak lancar atau bermasalah
Bank Bukopin Syariah berada pada kriteria Cukup Sehat (5% < NPL <
8%), sedangkan NPF untuk tahun 2019 sebesar 5.99% yang berarti
pembiayaan tidak lancar atau bermasalah bank Bukopin Syariah berada
pada kriteria Cukup Sehat (5% < NPL < 8%). Dari sini dapat kita ketahui
bahwa presentase pembiayaan tidak lancar atau bermasalah Bank Syariah
Bukopin mengalami kenaikan sebesar 1.66%, kenaikkan ini masih
menbuat bank syariah Bukopin berada pada kriteria cukup sehat yang
dapat kita simoulkan bahwa Bank Bukopin Syariah belum bisa mengatasi
atau mengurangi pembiayaan tidak lancarnya.
total pembiayaan bermasalah−Cadangan Kerugian
NPF Net 2020= x 100 %
total pembiayaan
306.689.920 .342−104.032 .240.430
¿ x 100 %
4.011 .529.114 .415

19
¿ 5.05 %

total pembiayaan bermasalah−Cadangan Kerugian


NPF Net 2019= x 100 %
total pembiayaan
280.145.690 .736−87.503.511 .756
¿ x 100 %
4.674 .166 .666 .072
¿ 4.12 %
Hasil perhitungan Risiko Kredit dengan menggunakan Rasio Non
Performing Financing (NPF) Net bank Syariah Bukopin Tahun 2020
sebesar 5.05% yang berarti Pembiayaan tidak lancar bersih Bank
Bukopin Syariah berada pada kriteria Cukup Sehat (5% < NPL < 8%),
sedangkan NPF untuk tahun 2019 sebesar 4.12% yang berarti
pembiayaan tidak lancar atau bermasalah bank Bukopin Syariah berada
pada kriteria Sehat (2% < NPL < 5%).
Dari sini dapat kita ketahui bahwa presentase pembiayaan tidak
lancar atau bermasalah Bank Syariah Bukopin mengalami kenaikan
sebesar 0.93%, kenaikkan ini menbuat bank syariah Bukopin berada pada
kriteria yang semula sehat menjadi cukup sehat yang dapat kita
simpulkan bahwa Bank Bukopin Syariah belum bisa mengatasi atau
mengurangi pembiayaan tidak lancar bersihnya dan malah menurunkan
peringkat.
Risiko Likuiditas Dengan Menggunakan Financing to Deposit
Ratio (FDR)

total pembiayaan
FDR 2020= x 100 %
total dana pihak ketiga
4.092.838 .860 .626
¿ x 100 %
2.080.391 .025 .254
¿ 196.73 %

total pembiayaan
FDR 2019= x 100 %
total dana pihak ketiga

20
4.755 .589.875 .701
¿ x 100 %
5.087.294 .091 .680
¿ 93.48 %
Hasil perhitungan Risiko Likuiditas dengan menggunakan
Financing to Deposit Ratio bank Syariah Bukopin Tahun 2020 sebesar
196.73% yang berarti tingkat penyaluran dana Bank Bukopin Syariah
berada pada kriteria Tidak Sehat (FDR > 120%), sedangkan FDR untuk
tahun 2019 sebesar 93.48% yang berarti tingkat penyaluran dana bank
Bukopin Syariah berada pada kriteria Cukup Sehat (85% < FDR <
100%). Dari sini dapat kita ketahui bahwa presentase tingkat penyaluran
dana Bank Syariah Bukopin mengalami kenaikan sebesar 103.25%,
kenaikkan ini membuat bank syariah Bukopin berada pada kriteria yang
semula cukup sehat menjadi tidak sehat yang dapat kita simpulkan bahwa
Bank Bukopin Syariah mengalami pembekakan dalam tingkat penyaluran
dananya.
2. Penilaian Faktor Good Corporate Governance (GCG)
Dalam rangka memastikan pelaksanaan GCG telah
diimplementasikan dengan baik, Perseroan telah melaksanakan self
assessment praktik GCG, antara lain untuk penilaian kinerja Dewan
Komisaris dan Direksi. Dasar pelaksanaan self assessment mengacu
pada: Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 12/ 13/DPbS April 2010
Perihal Good Corporate Governance; Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
Nomor 8/ POJK.03/2014 POJK tentang Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah; dan Surat Edaran Otoritas
Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Pelaksanaan self assessment Pelaksanaan GCG telah sesuai
dengan SE OJK yang meliputi 11 (sebelas) aspek yaitu:
a) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris;
b) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;
c) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite;
d) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah;

21
e) Pelaksanaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan
penyaluran dana serta pelayanan jasa;
f) Penanganan benturan kepentingan;
g) Penerapan fungsi kepatuhan;
h) Penerapan fungsi audit intern;
i) Penerapan fungsi audit ekstern;
j) Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD); dan
k) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan, laporan
pelaksanaan Good Corporate Governance serta pelaporan internal.
Serta 3 (tiga) faktor yakni:
a) Governance Structure;
b) Governance Process; dan
c) Governance Outcome.
Bank Syariah Bukopin telah menyampaikan hasil self assessment
pelaksanaan GCG kepada OJK setiap semester. Pada semester I tahun
2020 dengan hasil penilaian P3 atau kategori predikat “Cukup Baik”.
Kesimpulan umum hasil self assessment semester I tahun 2020 adalah
sebagai berikut:
Peringkat Definisi Peringkat
Individual P3 Penerapan Good Corporate
Governance di PT. Bank Syariah
Bukopin secara umum adalah Cukup
Baik, sebagaimana tercermin dalam
pemenuhan yang cukup memadai atas
prinsip-prinsip Good Corporate
Governance. Kelemahan-kelemahan
yang ditemui dalam penerapan Good
Corporate Governance secara umum
cukup signifikan dan memerlukan
perhatian yang cukup dari manajemen
Bank. Dengan demikian, peringkat
Good Corporate Governance PT.

22
Bank Syariah Bukopin adalah
Peringkat 3.
3. Penilaian Faktor Rentabilitas
a) Return On Asset (ROA)

laba bersih sebelum pajak


ROA 2020= x 100 %
total aset
2.544 .693 .601
¿ x 100 %
5.223.189 .368 .335
¿ 0.05 %

laba bersih sebelum pajak


ROA 2019= x 100 %
total aset
2.507 .512.625
¿ x 100 %
6.739.723 .904 .064
¿ 0.04 %
Hasil perhitungan Rentabilitas dengan menggunakan Return
On Asset (ROA) Gross bank Syariah Bukopin Tahun 2019 sebesar
0.04% yang berarti Pembiayaan tidak lancar atau bermasalah Bank
Bukopin Syariah berada pada kriteria Kurang Sehat (0% < ROA <
0.5%), sedangkan ROA untuk tahun 2020 sebesar 0.05% yang
berarti pembiayaan tidak lancar atau bermasalah bank Bukopin
Syariah berada pada kriteria Kurang Sehat (0% < ROA < 0.5%).
b) BOPO

biaya operasional
BOPO 2020= x 100 %
pendapatan operasional
333.886.140 .479
¿ x 100 %
362.123.442 .986
¿ 92.20 %

biaya operasional
BOPO 2019= x 100 %
pendapatan operasional
436.215 .980.575
¿ x 100 %
479.453 .921.224

23
¿ 90.98 %
Hasil perhitungan Rentabilitas dengan menggunakan Beban
Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Gross bank Syariah
Bukopin Tahun 2019 sebesar 90.98% yang berarti Pembiayaan
Lancar Bank Bukopin Syariah berada pada kriteria Sangat Sehat
(BOPO < 94%), sedangkan BOPO untuk tahun 2020 sebesar 92.20%
yang berarti pembiayaan Lancar bank Bukopin Syariah berada pada
kriteria Sangat Sehat (BOPO < 94%).
c) NIM
pendapatan bunga
NIM 2019= x 100 %
aktiva produktif
172.838.497 .266
¿ x 100 %
6.739.723 .904 .064
¿ 2.56 %
pendapatan bunga
NIM 2020= x 100 %
aktiva produktif
109.577 .045 .380
¿ x 100 %
5.223.189 .368 .335
¿ 2.10 %
Hasil perhitungan Rentabilitas dengan menggunakan Net
Intrest Margin (NIM) Gross bank Syariah Bukopin Tahun 2019
sebesar 2.56% yang berarti Pembiayaan Lancar Bank Bukopin
Syariah berada pada kriteria Sehat (2% < Nim < 3%) sedangkan
BOPO untuk tahun 2020 sebesar 2.10% yang berarti pembiayaan
Lancar bank Bukopin Syariah berada pada kriteria Sehat (2% < Nim
< 3%).
4. Penilaian Faktor Permodalan
modal
CAR 2019= x 100 %
ATMR
1.049 .529
¿ x 100 %
4.723 .597
¿ 22.22 %

modal
CAR 2020= x 100 %
ATMR

24
814.080
¿ x 100 %
5.337.561
¿ 15.25 %
Hasil perhitungan Rentabilitas dengan menggunakan Capital
Adequency Ratio (CAR) Gross bank Syariah Bukopin Tahun 2019
sebesar 22.22% yang berarti Pembiayaan Lancar Bank Bukopin Syariah
berada pada kriteria Sangat Sehat (CAR > 12%) sedangkan BOPO untuk
tahun 2020 sebesar 15.25% yang berarti pembiayaan Lancar bank
Bukopin Syariah berada pada kriteria Sangat Sehat (CAR > 12%).
5. Penilaian Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan ulasan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
tingkat kesehatan Bank Syariah Bukopin ditinjau dari sisi modal, good
corporate governance, Rentabilitas, dan profil risiko. Adapun bentuk
peringkat tingkat kesehatan Bank seperti berikut:

25
D. Intepretasi atau Penjelasan Atas Hasil Perhitungan.
Berdasarkan table diatas pada rata rata peringkat dapat diketahui
bahwa hasil penilaian kesehatan selama dua tahun PT. Bank Syariah Bukopin
berada pada predikat Cukup Sehat. Dari tahun 2019 hingga tahun 2020 aspek
permodalan menunjukkan rasio CAR dan Aspek Rentabilitas BOPO selalu
berada pada peringkat satu. Artinya factor permodalan dan juga pembiayaan
lancar Bank Syariah Bukopin selama periode tersebut sangat baik. Kemudian
dari factor Good Corporate Governance (GCG) dari tahun 2019 sampai tahun
2020 menunjukkan predikat cukup sehat. Dari rasio tersebut dapat dikatakan
bahwa Bank Syariah Bukopin menerapkan tata kelola bank syariah dengan
prinsip-prinsip seperti keterbukaan, akuntabilitas, pertanggungjawaban,
profesional dan kewajaran dengan cukup sehat.
Kemudian dari faktor Rentabilitas, rasio ROA dari tahun 2019 sampai
tahun 2020 menunjukkan rata rata predikat yang kurang sehat. Demikian pula
rasio NIM pada tahun 2019 sampai tahun 2020 menunjukkan predikat sehat.
Dari rasio tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan menghasilkan laba
Bank Syariah Bukopin dari sisi asset yang dimiliki kurang sehat, kemudian
untuk pembiayaan tidak lancar pada Bank Sayriah tersebut sehat. Selanjutnya
Tingkat Likuiditas yang dinilai dari rasio FDR di tahun 2019 menunjukkan
predikat Cukup Sehat, sedangkat di tahun 2020 menunjukkan predikat tidak
sehat. Kualitas pembiayaan Bank Syariah Bukopin dilihat dari rasio NPF
selama 2 tahun yakni tahun 2019 menunjukkan prediakat sehat sedangkan di
tahun 2020 memiliki predikat cukup sehat.

26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dan analisa diatas maka analisis ini
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Bank Syariah Bukopin dilihat dari Aspek permodalan menggunakan
rasio CAR menunjukkan rata rata rasio CAR sebesar 18,74%. Lebih
besar dari standar minimum Bank Indonesia yaitu sebessar 8%.
Permodalan Bank ini ada di peringkat sangat baik.
2. Bank Syariah Bukopin dilihat dari GCG menunjukkan rata-rata rasio
GCG sebesar 2% hal ini menunjukkan bahwa Bank Syariah Bukopin
menerapkan tata kelola bank syariah dengan prinsip-prinsip seperti
keterbukaan, akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional dan
kewajaran yang berada di peringkat cukup baik.
3. Dari aspek rentabilitas yang dikaji dengan menggunakan rasio ROA
menunjukkan rata-rata ROA sebesar 0,05%. Artinya kemampuan
Bank Syariah Bukopin dalam menghasilkan laba dari asset yang
dimiliki berada di peringkat cukup baik. Dari aspek Rentabilitas
Menggunakan NIM memiliki rata-rata sebesar 2,33% dan dari aspek
rentabilitas menggunakan BOPO memiliki rata-rata sebesar 91,59%.
Hal ini menunjukkan bahwasannya untuk pembiayaan tidak lancar dan
pembiayaan lancar Bank ini ada di peringkat baik dan sangat baik.
4. Bank Syariah Bukopin dilihat dari aspek pembiayaan menggunakan
rasio FDR menunjukkan rata-rata rasio FDR sebesar 145,11% . Angka
tersebut melebihi standar maksimum Bank Indonesia yaitu sebesar
100%. Artinya Bank ini jika dilihat dari kemampuan mengembalikan
kewajiban jangka pendek dan pemenuhan pembiayaan yang telah
disetujui termasuk pada peringkat kurang sehat.
5. Dilihat dari aspek risiko kredit menggunakan rasio NPF Bank Syariah
Bukopin menunjukkan rata-rata rasio sebesar 4,59%. Angka tersebut
berada cukup jauh dibawah standar Bank Indonesia yaitu sebesar 8%.
Artinya kredit yang diberikan oleh bank ini sangat sedikit yang terjadi

27
masalah dan bank ini dilihat dari aspek risiko kredit termasuk pada
peringkat cukup baik.
B. Rekomendasi
Rekomendasi yang dimaksudkan di sini adalah suatu rekomendasi
yang diberikan oleh penyusun laporan studi kasus yang dapat ditujukan
pada siapa saja yang berhubungan dengan objek yang dianalisis.
Rekomendasi yang diberikan oleh penyusun laporan studi kasus adalah
berdasarkan pada hasil perhitungan dan penilian atau analisis sebelumnya.

28
DAFTAR PUSTAKA
SURVEILANS RABIES DI PROVINSI BALI, N. T. B., VETERINER, B., &
VE, I. K. H. D. K. M. (2014). 済無 No Title No Title No Title.
Febrianto, H. G., & Fitriana, A. I. (2020). Menilai Tingkat Kesehatan Bank
Dengan Analisis Metode Risk Profile, Good Corporate Governance,
Earnings, Capital Pada Bank Syariah Di Indonesia. Islamic Banking : Jurnal
Pemikiran Dan Pengembangan Perbankan Syariah, 6(1), 139–160.
https://doi.org/10.36908/isbank.v6i1.135
Santosa, S., Tho’in, M., & Sumadi, S. (2020). Analisis Tingkat Kesehatan Bank
Syariah Menggunakan Rasio Permodalan, Profitabilitas, Pembiayaan, dan
Risiko Kredit. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(2), 367.
https://doi.org/10.29040/jiei.v6i2.1169
file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/0121-2494-pys-49-00165.pdf. (2012). No
TitleФормирование парадигмальной теории региональной экономики.
Экономика Региона, 1–6.
Rizkiyah, K., & Suhadak, S. (2017). ANALISIS PERBANDINGAN TINGKAT
KESEHATAN BANK BERDASARKAN RISK PROFILE, GOOD
CORPORATE GOVERNANCE, EARNINGS DAN CAPITAL (RGEC)
PADA BANK SYARIAH (Studi pada Bank Syariah di Indonesia, Malaysia,
United Arab Emirates, dan Kuwait Periode 2011-2015). Jurnal Administrasi
Bisnis S1 Universitas Brawijaya, 43(1), 163–171.
Setiawan, M. Y. A. (2009). Analisis Laporan Keuangan Pada PT . Bank Syariah
Mega Indonesia. 9.
Sunardi, N. (2019). Analisis Risk Based Bank Rating (Rbbr) Untuk Mengukur
Tingkat Kesehatan Bank Syariah Di Indonesia. Jimf (Jurnal Ilmiah
Manajemen Forkamma), 1(2), 50–66.
https://doi.org/10.32493/frkm.v1i2.2540

29
LAMPIRAN-LAMPIRAN

30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44

Anda mungkin juga menyukai