Anda di halaman 1dari 4

Sammary Materi 6 Auditing

Nama : Lia Saputri


NIM : 195221140
Kelas : Akuntansi Syariah 5E
Dosen Pengampu : Fahri Ali Ahzar, M.Si.,

BUKTI AUDIT, KEWAJIBAN HUKUM

Auditor merancang serta merancang serta melaksanakan prosedur audit yang tepat sesuai
dengan kondisi untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Bukti audit digunakan
untuk mendukung opini dari laporan auditor. Bukti audit ini memiliki sifat kumulatif dan
terutama diperolehdan terutama diperoleh dari prosedur audit yang dilaksanakan selama proses
audit. SA330 mewajibkan auditor untuk menyimpulkan apakah bukti audit yang cukup untuk
menurunkan resiko audit sampai pada tingkat yang dapat diterima dan dengan demikian
memungkinkan auditor untuk mengambil kesimpulan yang memadahi. SA 200 berisi suatu
pembahasan tentang hal seperti sifat prosedur audit, ketepatan waktu pelaporan keuangan dan
pertimbangan antara manfaat dan biaya yang merupakan factor relevan bagi auditor untuk
menggunakan pertimbangan profesionalnya berkaitan dengan kecakupan dan ketepatan bukti
audit yang telah diperoleh./
Prosedur untuk memperoleh bukti audit Dalam SA 315 dan SA 330, bukti audit untuk
menarik kesimpulan memadai sebagai basis opini auditor yang dapat diperoleh dengan
melaksanakan:
a. Prosedur penilaian resiko
b. Prosedur audit lanjutan yang terdiri atas pengujian pengendalian , ketika disyaratkan SA
atau ketika auditor telah memilih untuk melakukan hal tersebut. Prosedur substantive,
termasuk pengujian rinci dan prosedur analitis substantif..

A. Sifat Bukti Audit


Menurut Konrath (20002:144 & 115) terdapat 6 tipe audit yakni:
1. Physical evidence, merupakan sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara, diobesrvasi atau
diinspeksi dan terutama berguna untuk mendukung tujuan eksistensi atau keberadaan.
Contoh bukti fisik observasi.
2. Evidence obtain trough confirmation, bukti eksistensi kepemilikan atau penilaian
langsung pihak ketiga diluar klien. Contoh jawaban konfirmasi piutang.
3. Documentry evidence, terdiri catatan catatan akuntansi dan dokumen pendukung
transaksi. Contoh, faktur pembelian dll.
4. Mathematical evidence, perhitungan rekonsiliasi yang dilakukan oleh auditor. Misalnya
footing, crossing footing dan extension dari rincian persediaan, perhitungan dan alokasi.
5. Analytiical evidence, prosedur analitikal dapat dilakukan dengan cara trend horizontal
analysis perbandingan agka, Common size 9vertical) analysis, Ratio analysis, misalnya
menghitung rasio likuiditas, profitabilitas, rasio leverage dan trasio manajemen asset.
6. Hersay evidence, bukti jawaban lisan dari klien atas pertanyaan-pertanyaaan yang
diajukan auditor. Misalnya pertanyaan auditor mengenai pengendalian intern ada
tidaknya contigent dll.

B. Compliance test dan substantive test


Dalam melakukan compliance test, auditor harus memperhatikan hal hal brerikut:
1. Kelengkapan bukti pendukung (supporting document)
2. Kebenaran perhitungan matematis footing, crossing footing, extension)
3. Otorisasi dari penjabat perusahaan yang berwenang
4. Kebenaran nomor perkiraan yang didebit/kredit
5. Kebenaran posting kebuku besar dalam sub bab buku besar.

Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dalam substansive text antara lain:


a. Investasi asset tetap.
b. Observasi atas stok opname.
c. Konfirmasi piutang, utang dan bank.
d. Subsequent collection dan subsequent payment.
e. Kas opname
f. Pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain.
C. Cara Pemilihan Sampel
1. Menurut SA 530.2
Sampling audit (sampling): Penerapan prosedur audit terhadap kurang dari 100% unsure
dalam suatu populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit sampling
memiliki peluang yang sama untuk dipilih guna memberikan basis memadai bagi auditor untuk
mearik kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan.
2. Menurut SA 530.3
Sampling statistic suatu prosedur pendekatan Smpling yang memiliki karakteristik
pemilihan unsure unsure ssampel dilaksanakan secatra acak dan penggunaan teori probilitas
untuk menilai hasil, termasuk untuk mengukur risiko sampling. Pendekatan sampling tidak
memiliki karakteristik dan dianggap sampling nonstatistik.
3. Menurut SA 530,7 dan 530.8
Keputusan untuk menggunakan pendekatan statistic attau non statistic dalam sampling
membutuhkan pertimbangan auditor , namun ukuran sampel bukan merupakan criteria yang tepat
untuk membedakan anatara pendekatan statoistik dan nonstatistik.
4. Menurut SA 530.10
a. Pengevaluasian Hasil Simpling
Beberapa pemilihan sampling yang sering dilakukan:
 Random/Judgedmen Sampling, pemilihan sampel yang dilakukan random dengan
menggunakan judgedmen si akuntan public.
 Block Sampling , dalam hal ini memilih transaksi di bulan-bulan tertentu sebagai sampel,
misalnya bulan januari dan desember. Keeberhasilan kedua cara tersebut paling mudah,
tetapi sangat tergantung pada judgedment si auditor, semakin banyak pengalaman auditor,
semakin baik haslnya, dalam arti sampel yang dipilih betul-betul respresentative.
 Statistical Sampling, dilakukan secara ilmiah sehingga walaupun lebih sulit nalmun sampel
yang dipilih betul-betul respresentative. Karena memakan waktu yang lebih banyak,
statistical sampling sampling lebih banyak digunakan dlam audit diperusahaan yang sangat
besar dan mempuanyai internal control yang cukup baik.
Referensi:
Agoes, Sukrisno. 2017. “Auditing : Petunjuk praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik”. Jakarta: Salembs Empat.

Anda mungkin juga menyukai