Anda di halaman 1dari 23

ANALSIS PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)

DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP


KINERJA KEUANGANBANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA
PERIODE 2019-2021

PROPOSAL SKRIPSI

OLEH :

DAYU ARISKA APRILIYAH

20383042008

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI BISNIS DAN ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

OKTOBER 2022
ii

Kata pengantar

Assalamu’alaikumwr. Wb.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan Proposal Skripsi Metodologi Penelitian Akuntansi
Syariah dengan judul”Analisis Pengaruh Good Corporate Governance dan
Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum
Syariah di Indonesia Periode 2019-2021” tepat pada waktunya. Taklupa pula
kami kirimkan shalawat serta salam kepada junjungan nabi muhammad saw,
beserta keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa tetap
istiqomah terhadap ajarannya hingga akhir zaman.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ira Hasti Priyadi,S.Pd., M.A
selaku dosen pengampu mata kuliah Metodologi Penelitian Akuntansi Syariah
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam


penulisan makalah ini terdapat kekurangan–kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami
menerima segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar penulis
dapat memperbaiki makalah ini lebih baik.

Wassalamu’alaikumwr. Wb.

Pamekasan, 18 Oktober 2022

Penulis

ii
iii

Daftar Isi

Halaman Judul ............................................................................................... i

Kata Pengantar .............................................................................................. ii

Daftar Isi ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1


B. Rumusan Masalah.............................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
D. Asumsi Penelitian ............................................................................... 6
E. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 7
F. Kegunaan Penelitian .......................................................................... 7
G. Ruang Lingkup Penelitian................................................................. 9
H. Definisi Istilah ..................................................................................... 9
I. Kajian Terdahulu ............................................................................... 10
J. Kajian Pustaka ................................................................................... 11

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Indonesia pernah mengalami krisis keuangan hebat pada tahun 1997 yang
telah merusak tatanan dan sendi-sendi perekonomian Indonesia khususnya dunia
perbankan. Hal ini mengakibatkan terjadi krisis perbankan terparah dalam sejarah
perbankan nasional yang menyebabkan penurunan kinerja perbankan nasional.
Berbagai penelitian menyebutkan bahwa krisis ekonomi hebat yang melanda
indonesia terjadi karena buruknya penerapan Good Corporate Governance di
Indonesia. Sebagaimana dikemukakan oleh Baird bahwa salah satu akar penyebab
timbulnya krisis ekonomi di Indonesia dan juga di berbagai negara Asia lainnya
adalah buruknya pelaksanaan Corporate Governance (tata kelola perusahaan) di
hampir semua perusahaan yang ada, baik perusahaan yang dimiliki
pemerintah(BUMN) maupun yang dimiliki pihak swasta.1

Dengan buruknya pelaksanaan corporate governance, maka tingkat


kepercayaan para pemilik modal menjadi turun karena investasi yang mereka
lakukan menjadi tidak aman. Hal ini tentu akan diikuti dengan tindakan penarikan
atas investasi yang sudah ditanamkan, sementara investor baru juga enggan untuk
melakukan investasi. 2

Salah satu kasus masih lemahnya penerapan Corporate Governance di


Indonesia yaitu munculnya berbagai skandal akuntansi yang terjadi pada
perusahaan-perusahaan telah mengakibatkan turunnya kepercayaan publik
terutama investor terhadap pelaporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan.

1 Eko Sunarwan, 'Pengaruh Good Corporate Governance (Gcg) Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan
Syariah (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah Di Indonesia Periode 2010-
2013)", (Skripsi, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1436 H./2015 M)., h. 1
2 Ibid.,

1
2

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan beberapa pelanggaran kepatuhan


PT Jamsostek atas laporan keuangan 2011 dengan nilai di atas Rp 7 triliun, Hal
tersebut terungkap dalam makalah presentasi Bahrullah Akbar, anggota VII
Badan Pemeriksa Keuangan. Bahrullah mengatakan ada empat temuan BPK atas
laporan keuangan 2011 Jamsostek yang menyimpang dari aturan. Pertama,
Jamsostek membentuk Dana Pengembangan Progran Jaminan Hari Tua (JHT)
sebesar Rp7,24 triliun yang tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah 22/2004.
Kedua, Jamsostek kehilangan potensi iuran karena terdapat penerapan tarif
program yang tidak sesuai dengan ketentuan. Ketiga, BPK menemukan Jamsostek
belum menyelesaikan aset eks investasi bermasalah, yakni jaminan medium term
notes. Adapun temuan keempat dari BPK adalah masih terdapat beberapa
kelemahan dalam pemantauan piutang hasil 5 investasi. Pengendalian dan
monitoring PT Jamsostek atas piutang jatuh tempo dan bunga deposito belum
sepenuhnya memadai. 3

Mengingat pentingnya peranan bank syariah di Indonesia, maka penting bagi


bank syariah untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat untuk melakukan
transaksi di Bank Syariah. Bank Syariah juga harus berperan aktif dalam
membangun dinamika di masyarakat dengan mengalokasikan dananya melalui
Corporate Social Responsibility guna memberikan kesan positif pada benak
masyarakat. Perusahaan akan berhasil apabila tidak hanya memperhatikan
profitnya saja namun memperhatikan kesejahteraan masyarakat dan peduli
terhadap lingkungannya.4

Perusahaan yang bertanggung jawab pada lingkungan, akan mendapatkan


banyak manfaat, salah satunya adalah peningkatan reputasi (brand image). Bagi

3Ibid.
4Dewi Ayu Masruroh dan Ade Sofyan Mulazid, Analisa Pengaruh Size Perusahaan,Capital Adequacy
Ratio (CAR),Non Performing Financing (NPF), Return On Asset (ROA), Financing Deposit Ratio (FDR)
Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Umum Syariah di Indonesia
Periode 2012-2015, Human Falah, Volume 4. No 1 Januari-Juni 2017, h.3
3

perusahaan, reputasi atau citra korporat merupakan aset yang paling utama dan
tak ternilai harganya, karena citra korporat akan mempengaruhi loyalitas
konsumen. Oleh karena itu segala upaya, daya, dan biaya digunakan untuk
memupuk, merawat, serta menumbuh kembangkannya. Selain itu, CSR juga
dapat membuka akses untuk investasi dan pembiayaan bagi perusahaan, karena
para investor ini sudah mempunyai kesadaran akan pentingnya berinvestasi pada
perusahaan yang telah melakukan CSR. Demikian juga penyedia dana, seperti
perbankan, lebih memprioritaskan pemberian bantuan dana pada perusahaan yang
melakukan CSR5

Pelaksanaan aktivitas corporate social responsibility (CSR) tidak dapat


dipisahkan dari pelaksanaan aktivitas tata Kelola perusahaan. Pengungkapan dan
Praktik Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan konsekuensi logis dari
implementasi tata Kelola Perusahaan (GCG), yang prinsipnya antara lain
menyatakan Perusahaan harus mempertimbangkan kepentingan stakeholder
secara tepat, Membangun keterlibatan aktif dengan peraturan dan pemangku
kepentingan yang ada demi kelangsungan hidup jangka panjang suatu perusahaan.

Murwaningsari (2009) mengungkapkan bahwa CSR dan GCG memiliki


kedudukan yang erat dalam dunia bisnis namun berhubungan satu sama lain.
Terdapat lima prinsip utama yang terkandung dalam GCG yaitu keterbukaan
(transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban
(responsibility), kewajaran (fairness), dan independensi (independency) (Daniri,
2006).

Kinerja CSR diukur melalui laporan tahunan perusahaan. Sebuah perusahaan


harus menyiapkan laporan pertanggungjawaban tahunannya sebagai daya tarik
bagi investor untuk berinvestasi pada perusahaan . Laporan kinerja keuangan
merupakan bentuk dari gambaran situasi dan kondisi situasi keuangan perusahaan

5 Ibid
4

untuk jangka waktu tertentu. Terdapat beberapa Hal yang mempengaruhi


pengungkapan laporan CSR, salah satunya adalah kinerja Keuangan. Evaluasi
kinerja keuangan dapat dilakukan melalui analisis Rasio salah satunya adalah
Analisis rasio Profitabilitas

Untuk menentukan dan melihat kondisi suatu kinerja keuangan, maka penulis
akan menggunakan Ratio Profitabilitas (profitability Ratio) sebagai indikator
untuk mengukur Efektifitas pengelolaan (menajemen) perusahaan yang
ditunjukkan oleh jumlah Laba yang dihasilkan dari penjualan dan investasi.
Semakin baik rasio Profitablitas maka semakin baik kemampuan perusahaan
dalam memperoleh laba perusahaan yang tinggi

ROE (Return On Equity) merupakan kemampuan perusahaan dalam


menghasilkan laba dengan modal sendiri. Rasio ROE (Return On Equity)
menunjukkan efesiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini,
semakin baik artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, begitu pula
sebaliknya.

Perbankkan merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang jasa,


dengan menggunakan Modalnya (ROE) untuk melakukan CSR, perbankan yang
memiliki ruang lingkup bisnis berbeda dengan ruang lingkup bisnis lainnya,
karena perbankan merupakan mediasi yang menghubungkan mereka yang
memiliki Kelebihan dana (surplus financial) dengan mereka yang kekurangan
Dana (defisit financial).

Kinerja keuangan adalah usaha formal yang digunakan untuk mengukur


keberhasilan suatu perusahaan dalam Menghasilkan keuntungan, sehinggga dapat
melihat prospek, pertumbuhan, dan potensi Perkembangan suatu perusahaan
dengan mengandalkan sumber daya yang ada. Seiring dengan membaiknya
kinerja keuangan perusahaan, perusahaan dapat: Melaksanakan kegiatan CSR
tanpa mengkhawatirkan keadaan keuangan yang defisit, Oleh karena itu,
5

perusahaan akan lebih memperluas jendela pengungkapan tanggung jawab sosial


perusahaan (CSR). Di sisi lain, jika situasi keuangan perusahaan memburuk,
Semakin rendah, semakin rendah tingkat pengungkapan CSR perusahaan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka rumusan masalah


dalam penelitian ini adalah:

1 Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap


pengungkapan CSR?
2 Apakah dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan CSR?
3 Apakah kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan CSR?
4 Apakah profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR?
5 Apakah ukuran dewan komisaris, dewan komisaris independen, kepemilikan
institusional, profitabilitas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan CSR?
6 Bagaimanakah pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap ROE
(Return on Equity)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1 Untuk menguji pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan


CSR.
6

2 Untuk menguji pengaruh dewan komisaris independen terhadap


pengungkapan CSR.
3 Untuk menguji pengaruh kepemilikan institusional terhadap pengungkapan
CSR.
4 Untuk menguji pengaruh ukuran dewan komisaris, dewan komite audit,
kualitas audit, profitabilitas, secara simultan terhadap pengungkapan CSR.
5 Untuk menguji pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap
Profitabilitas/ROE (Return on Equity).

D. Asumsi Penelitian
1. Dampak ukuran komite pada pengungkapan CSR Dewan pengawas adalah
bagian dari perusahaan yang bertanggung jawab Mengawasi dan memberi
nasihat kepada Direksi tentang manajemen bisnis Perusahaan.
2. Semakin banyak dewan komisaris, semakin banyak pengawasan yang
dibutuhkan akan Lebih efektif, sehingga lebih banyak tekanan pada
manajemen semakin besar dalam hal pengungkapan tanggung jawab
sosial. Semakin banyak komite audit independen yang dimiliki
perusahaan, semakin baik.
3. Fungsi pengawasan yang akan dilakukan. Termasuk Pengawasan terhadap
penerapan tata kelola perusahaan di perusahaan.
4. Auditor eksternal dianggap lebih independen dibandingkan dengan auditor
eksternal. Oleh karena itu, auditor eksternal memainkan peran penting
dalam rangka tata kelola perusahaan sebagi usaha untuk meningkatkan
aktivitas perusahaan

E. Hipotesis Penelitian
7

Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti mengambil beberapa variabel yang


mempengaruhi kinerja keuangan yaitu, ukuran dewan komisaris , ukuran dewan
komite audit, kualitas audit dan corporate social responsibility. Peneliti
mengambil 4 variabel tersebut berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Nugroho, dkk (2014) yang menyatakan bahwa corporate social
responsibility dan good corporate governance berpengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan.

H1 Ukuran dewan komisaris, ukuran dewan komite audit, ukuran kualitas audit
dan corporate social responsibility berpengaruh secara simultan terhadap
kinerja keuangan
H2 Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
H3 Ukuran dewan komite audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
H4 Ukuran kualitas audit berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
H5 Corporate social responsibility berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan

F. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan beberpa rumusan masalah diatas,peneliti dapat mengmbiltujuan


dari penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi yang bermanfaat
dalam pengembangan ilmu ekonomi dan dapat memberikan sumbangan dalam
pengembangan ilmu khususnya pada bidang akuntansi.Sehingga dalam hasil
penelitian yang diperoleh pada penelitian ini akan semakin lebih baik serta
dapat membantu dalam pengembangan akuntansi manajemen, khususnya
kajian mengenai pengungkapan CSR.
2. Manfaat Praktis
8

a. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terkait dengan
permasalahan mengenai kinerja keuangan dan good corporate governance
sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi dan meningkatkan
kinerja perusahaan mengenai pengungkapan CSR yang dapat
meningkatkan keberlanjutan perusahaan dalam jangka panjang.
b. Bagi Investor dan kreditor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dapat menjadi masukan bagi para
investor dan kreditor sebagai pertimbangan dalam pengambilan
keputusan untuk investasi kepada perusahaan mana yang memiliki kinerja
baik serta memiliki prospek yang bisa dipertanggungjawabkan.
c. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan yang terkait
CSR disclosure di Indonesia.
d. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan sebagai
pengingat maupun pengawas atas perilaku-perilaku perusahaan. Selain
itu, penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat akan hak-hak yang harus diperoleh.

G. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui hubungan serta pengaruh antara dua variabel atau
lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Good Corporate
Governance yang diproksikan melalui Dewan Komisaris, Dewan Komite
Audit, Kualitas Audit dan Corporate social Responsibility terhadap kinerja
keuangan perbankan syariah.
9

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan


keuangan bank dan laporan Good Corporate Governance yang dipublikasikan
untuk umum periode 2019 sampai 2021.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
data time series dan cross section dari tahun 2019 sampai tahun 2021. Data
penelitian yang mencakup data periode 2019 sampai 2021 dipandang cukup
mewakili kondisi perbankan syariah di Indonesia pada saat itu dan indikator-
indikator keuangan perbankan syariah pada periode itu.

H. Definisi Istilah
Dalam penelitian ini terdapat beberapa definisi istilah,yaitu sebagai berikut :
1. Good corporate governance (GCG) secara definitif merupakan sistem
yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai
tambah (value added) untuk semua stakeholder (Monks,2003)
2. The World Business Council for Sustainable Development
mendefinisikan CSR sebagai komitmen perusahaan untuk berkontribusi
dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para
karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas lokal, dan
komunitas secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas
kehidupan. Secara umum, CSR dapat didefinisikan sebagai bentuk
kegiatan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat melalui
peningkatan kemampuan manusia sebagai individu untuk beradaptasi
dengan keadaan sosial yang ada, menikmati, memanfaatkan, dan
memelihara lingkungan hidup yang ada.
3. Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat
sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan
peraturan-peraturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar.(Irham
Fahmi, 2018:2).
10

Dalam beberapa definisi istilah diatas, berikut ini merupakan maksud dari
penelitian ini, yaitu penelitian ini akan meneliti tentang bagaimana pengaruh
good corporte governance dan corporate social responsibility terhadap kinerja
keuangan dengan menggunakan analisis rasio profitabilitas yaitu Return on
Equity dalam suatu Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2019-2021.

I. Kajian penelitian terdahulu

Novita Sari Malau ; Prof. Dr. Hiro Tugiman, QIA., CA. ; Drs. Eddy Budiono,
M.M., QIA meneliti Pengaruh Good Corporate Governance Dan Corporate Social
Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan Manufaktur
yang Terdaftar di BEI Tahun 2016). Berdasarkan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa secara parsial variabel dewan direksidan komite audit tidak
berpengaruh terhadap ROE sebagai proksi kinerja keuangan. sedangkan variabel
komisaris independen dan corporate social responsibility berpengaruh secara
parsial terhadap ROE sebagai proksi kinerja keuangan. Sedangkan secara
simultan variabel komisaris independen, dewan direksi, komite audit, dan
corporate social responsibility berpengaruh terhadap ROE sebagi proksi kinerja
keuangan

Gabriel dan Fidelis meneliti pengaruh penerapan corporate governance


terhadap kinerja keuangan perusahaan hasil survei The Indonesian Institute
Perception Governance (IICG) periode 2008-2011, Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya tahun 2013. Dengan indikator Corporate Governance
Perception Index (CGPI), Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan
Tobin’s Q. Metode analisis yang digunakan adalah Regresi linear berganda.
Penerapan Corporate Governance diukur dengan skor CGPI. Kinerja keuangan
diukur dengan ROA, ROE dan Tobin’s Q. Regresi menunjukkan tidak ada
pengeruh signifikan antara variabel independen GCG terhadap kinerja keuangan
11

yang diukur dengan ROA dan Tobin’s Q, sedangkan jika diukur dengan ROE
memiliki pengaruh signifikan.

Deni Purnaningsih, Mahasiswa Universitas Islam Indonesia 2018. meneliti


“Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Kinerja Keuangan Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI).” Dari
penelitian ini terdapat variabel Social Responsbility (CSR) seagai variabel
independen dan Return on Equity (ROE), Return on Asset (ROA) dan Return on
Sales (ROS) sebagai variabel dependen diolah menggunakan analisis regresi
multivariate. Hasilnya Corporate Social Responsbility (CSR) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Return
on Equity (ROE), Return on Asset (ROA), dan berpengaruh negatif terhadap
Return on Sales (ROS).

J. Kajian Pustaka
Kajian Teori (Grand Theory)
1.1.Teori Stakeholder

Stakeholder Theory merupakan teori yang menyatakan bahwa perusahaan


bukan entitas yang menjalankan operasionalnya untuk kepentingannya
sendiri namun harus memberikan manfaaat bagi stakeholder-nya (pemegang
saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis dan
pihak lain). Keberlangsungan hidup perusahaan sangat dipengaruhi oleh
dukungan yang diberikan oleh pihak yang berkepentingan. Hal tersebut
mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh stakeholders.
Teori stakeholder dinyatakan sebagai bentuk aktivitas yang dianggap penting
oleh stakeholder mereka dan diharapkan dapat melaporkan kembali aktivitas-
aktivitas tersebut sehingga mampu memenuhi harapan dari para stakeholder
tersebut. Lebih lanjut Ghozali dan Chariri (2014:440) menyatakan
12

stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan


untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan
perusahaan. Oleh karena itu kekuatan stakeholder ditentukan oleh besar
kecilnya power yang mereka miliki atas sumber tersebut. Kekuatan tersebut
dapat berupa kemampuan untuk membatasi beberapa pemakaian sumber
ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap media yang
berpengaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan, dan kemampuan
untuk mempengaruhi konsumsi atas suatu barang dan jasa yang dihasilkan
oleh perusahaan tersebut.

Teori stakeholder menekankan bahwa seluruh stakeholder memiliki hak


yang sama untuk memperoleh informasi tentang bagaimana aktivitas
orgarnisaisi yang mempengaruhi mereka. Teori ini menyatakan bahwa para
stakeholder memiliki hak untuk mengetahui segala informasi baik informasi
mandatory maupun voluntary, informasi keuangan dan non keuangan. Oleh
karena itu, maka perusahaan diharapkan mampu untuk mengungkapkan
infromasi secara sukarela terkait semua aktivitas operasional yang dilakukan
oleh perusahaan melebihi permintaan kewajiban para stakeholder yang harus
dilakukan perusahaan.

1.2.Teori Keagenan

Konsep keagenan yaitu sebuah kontrak yang dimana principal menyewa


agent untuk melakukan kontribusi bagi kepentingan mereka dengan
memberikan beberapa wewenang pembuatan keputusan kepada agen.
Hubungan keagenan ini didalamnya terdapat kontrak antara principal dan
agent untuk melakukan beberapa jasa untuk kepentingan perusahaan yang
melibatkan pendelegasian beberapa otoritas dalam membuat keputusan
13

kepada agent.6 Suatu perusahaan harus memberikan kesempatan kepada


partisipan untuk berkontribusi dalam modal (pricipal), keahlian, dan tenaga
kerja (agent) dalam rangka memaksimumkan laba dalam jangka panjang.

Teori keagenan dapat menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang terlibat


dalam perusahaan akan berperilaku, karena pada dasarnya antara agent dan
principal memiliki kepentingan yang berbeda yang menyebabkan terjadinya
konflik keagenan (agent conflict) (Sari, 2016). 7 Beberapa Konflik keagenan
ini timbul karena disebabkan adanya pemisahan fungsi kepemilikan
perusahaan dengan pengendaliannya. Manajer sebagai pengelola perusahaan
lebih mengetahui informasi internal perusahaan dan prospek perusahaan
dimasa yang akan datang dibandingkan pemilik saham. Sehingga dalam
kondisi ini dapat menimbulkan asimetri informasi. Asimetri informasi adalah
kondisi dimana terdapat ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak
manajemen sebagai penyedia informasi (preparer) dengan pihak pemegang
saham dan stakeholder yang sebagai pengguna informasi (user).

Tujuan corporate governance adalah guna menciptakan nilai tambah bagi


semua pihak stakeholders. Terdapat banyak definisi yang digunakan untuk
memberikan gambaran tentang corporate governance, yang diberikan baik
oleh perorangan (individual) maupun institusi (institutional). Beberapa
institusi Indonesia mengajukan definisi CG, diantaranya oleh FCGI (Forum
for Corporate Governance in Indonesia) tahun 2000 yang mendefinisikan CG
sama seperti Cadbury Committee, sedangkan The Indonesian Institute for
Corporate Governance atau IICG (2000) mendefinisikan CG sebagai proses
dan struktur yang harus diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan

6 Jensen, M., dan W. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency and
Ownership Structure. Journal of Financial Economics: 305 – 360
7 Sari, Ayu Intan Permata. 2016. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Pengungkapan Tanggung

Jawab Sosial Perusahaan. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. 5 (6): 1-19.
14

tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang,


dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder yang lain.

1.3.Good Corporate Governance

Good corporate governance (GCG) secara definisi adalah sistem yang


mengatur dan mengendalikan perusahaan guna mendapatkan nilai tambah
(value added) untuk semua stakeholder (pihak yang berkepentingan).
Terdapat beberapa hal yang dapat ditekankan dalam konsep ini, pertama,
pentingnya hak pemegang saham untuk mendapatkan informasi dengan benar
dan tepat pada waktunya. Kedua, kewajiban perusahaan untuk
mengungkapkan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap
semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder. Ada
empat komponen utama yang diperlukan dalam konsep good corporate
governance, (Kaen,2003; Shaw, 2003) yaitu fairness, transparency,
accountability, dan responsibility. Keempat komponen tersebut berperan
penting dalam penerapan prinsip good corporate governance secara konsisten
terbukti dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan dan dapat menjadi
penghambat aktivitas rekayasa kinerja yang mengakibatkan laporan keuangan
tidak menggambarkan nilai fundamental perusahaan.

Struktur dan proses yang harus dilakukan agar pemenuhan syariah dalam
sistem Shari’ah Governance terlaksana dengan baik dalam sebuah institusi
menurut IFSB adalah sebagai berikut: 8

a. Pengeluaran pernyataan atau resolusi (fatwa) yang releven Pernyataan


atau resolusi syariah mengacu pada opini yang berkenaan dengan
hukum yang menyinggung isu-isu mengenai keuangan islam yang

8 Islamic Financial Services Board,”Guiding Principles on Shari’ah Governance Systems for


Institutions Offering Islamic Financial Services”, December 2009, h. 2
15

diberikan oleh dewan syariah yang telah diberikan mandat. Dewan


syariah juga memastikan pelaksanaan pernyataan atau resolusi syariah
tersebut kepada indutri jasa keuangan syariah.
b. Penyebaran informasi mengenai pernyataan atau resolusi (fatwa) yang
telah diterbitkan kepada personil operasi Lembaga Keuangan Syariah
untuk memantau kesesuaian terhadap fatwa pada setiap tngkat
operasional dan transaksi sehari-hari.
c. Adanya review/audit kepatuhan syariah internal, dimana berfungsi
untuk memverifikasi kepatuhan syariah telah dilaksanakan secara
maksimal, serta segala bentuk kejadian atas ketidakpatuhan akan
dicatat dan dilaporkan sejauh dapat diatasi dan diperbaiki.
d. Melakukan review/audit terhadap kepatuhan syariah setiap tahun yang
berfungsi untuk verifikasi bahwa kepatuhan syariah internal telah
dilakukan secara tepat dan dan temuan yang didapat sepatutnya dicatat
oleh Dewan Pengawas Syariah.

1.3.1. Dewan Komisaris

Dewan komisaris adalah pihak yang berperan penting dalam


menyediakanlaporan keuangan perusahaan yang reliable. Keberadaan
dewan komisarismempunyai pengaruh terhadap kualitas laporan
keuangan dan dipakai sebagaiukuran tingkat rekayasa yang dilakukan
oleh manajer (Chtourou et al.,2001).

Variabilitias corporate governance berhubungan dengan peranan


dewan komisaris dalam masalah keagenan, yang berarti bahwa variabel
dewan komisarismerupakan sebuah determinan penting dalam corporate
governance (Cheng,2008). Keberadaan dan karakteristik dewan sebagai
salah satu motor penggerak corporate governance akan menentukan
tingkat kesehatan kinerja keuangan perusahaan. Indonesia merupakan
16

negara penganut sistem two tier, dimana dewan terdiri dari dewan
komisaris dan dewan direksi (Wardhani, 2007).

1.3.2. Komite Audit

Agency theory memprediksikan bahwa dibentuknya komite audit


merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan agency problems. Hal ini
dikarenakan adanya fungsi utama komite audit adalah menafsirkan
pengendalian internal perusahaan, memastikan kualitas suatu laporan
keuangan, dan meningkatkan efektivitas fungsi audit. (Etty Retno
Wulandari, 2005). Dengan membantu pembentukan pengendalian internal
yang baik, komite audit dapat memperbaiki kualitas keterbukaan. Ho dan
Wong (2001) membuktikan bahwa voluntary disclosure berasosiasi secara
positif dengan keberadaan komite audit. Dengan kata lain, komite audit
melayani kepentingan pemegang saham dengan melindungi hak-haknya
melalui pengawasan terhadap perilaku agent.Pengertian komite audit
dalam Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-29/PM/2004, tertanggal
24 September 2004 pada Peraturan nomor IX.I.5 tentang Pembentukan
dan Pelaksanaan Kerja Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh
dewan komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan
fungsinya. Komite audit harus diketuai oleh seorang komisaris
independen. Komite audit merupakan salah satu komite yang memiliki
peranan penting dalam Corporate governance. Tugas komite audit adalah
membantu dewan komisaris untuk memenuhi tanggungjawabnya dalam
memberikan pengawasan secara menyeluruh. Komite audit
beranggotakan komisaris independen (FCGI, 2001).

1.3.3. Kualitas Audit


17

Kualitas audit adalah kualitas yang ditunjukkan dari suatu hasil audit.
Auditing adalah bentuk monitoring yang digunakan oleh perusahaan
untuk menurunkan biaya keagenan (agency cost) perusahaan dengan
9
pemegang hutang (bond holder) dan pemegang saham. Nilai auditing
timbul karena auditing menurunkan pelaporan yang salah atas informasi
akuntansi10. Hasil auditing ini dicerminkan dalam laporan keuangan
keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Kualitas jasa audit memiliki
peranan penting untuk mengurangi asimetri informasi dan agency
problems yang dihasilkan dari pemisahan kepemilikan dan pengendalian
dalam sebuah perusahaan. Pemegang Saham ingin memaksimalkan laba
atas investasi atau nilai saham mereka sedangkan manajer lebih tertarik
pada private consumption sumber daya perusahaan dengan mengorbankan
kepentingan pemegang saham11. Oleh karena itu , auditor eksternal
diharapkan memberikan kontribusi pada usaha corporate governance
dalam mengurangi permasalahan keagenan manajer dengan pemegang
saham.

1.4.Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR merupakan komitmen perusahaan dalam dunia bisnis untuk


berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan yang
memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan
pada keseimbangan perhatian terhadap aspek ekonomi,sosial, dan
lingkungan.

9 Jensen, M., dan W. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency and
Ownership Structure. Journal of Financial Economics: 305 – 360
10 Ariyanti, D. 2005. Profesionalisme, Kepuasan Kerja dan Kesadaran Etis pada Auditor, Kajian,

Terhadap Perilaku Auditor. Jurnal Media Akuntansi. UNISULA. Semarang.


11 Fooladi, M. & Shukor, Z. A. (2013). Board of Director, Audit Quality and Firm Performance :

Evidence from Malaysia. National Research & Innovation Conference for Graduate Students in Social
Sciences.
18

Menurut The Word Business Council for Sustainable Development


(WBCSD), Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial
perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan 14
kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama
dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka,
komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan
kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri
maupun untuk pembangunan.12

Sementara World Bank mendefinisikan CSR: “the cimmitment of


business to contribute to sustainable economic development working with
employess and their representatives, the local community and society at
large to improve quality of life, in ways that are both good for business and
good for development”.13

CSR merupakan komitmen bisnis dengan guna meemberikan kontribusi


terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerjasama
karyawan dengan perwakilan anggota, komunitas lokal yang bermanfaat
bagi bisnis dan pembangunan yang berkelanjutan. Corporate Social
Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan diatur dalam UU
No.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) pasal 74 dimana pada
butir pertama dijelaskan “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di
bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan
tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Selain kewajiban yang telah diatur
oleh undang – undang setiap perusahaan mampu bersaing secara sehat
untuk menciptakan citra yang baik di mata konsumen serta masyarakat
sekitarnya dan kegiatan CSR inilah yang biasanya digunakan oleh praktisi

12 Melisa Syahnaz, “ Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Perbankan”, WBCSD Stakeholder Dialogue On Corporate Social Responsibility. The Netherlands, Sept.
6-8. 1998 : h.5.
13 Busyra Azheri, Corporate Social Responsibility: Dari Voluntary Menjadi Mandatory,h.20
19

PR dilapangan untuk menjadi senjata dan meningkatkan daya tarik


perusahaan ditengah masyarakat.

1.5.Kinerja Perusahaan

Kinerja perusahaan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat


mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba. Kinerja
juga merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan
dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan
perusahaan dalam mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja perusahaan
merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan
yang di analisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui
mengenai prestasi kerja dalam periode tertentu. Pimpinan perusahaan atau
manajemen sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan yang telah
dianalisis karena hasil tersebut dapat dijadikan sebagai alat dalam
pengambilan keputusan lebih lanjut untuk masa yang akan datang. Penilaian
kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh
pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para
penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
oleh perusahaan (Arifani, 2013).

Berikut ini rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan


Rasio profitabilitas. Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar
kemampuan perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungan penjualan,
asset maupun laba bagi modal sendiri. Rasio profitabilitas dibagi menjadi
enam antara lain: gross profit margin (GRM), net profit margin (NPM),
operating return on assets (OPROA), return on assets (ROA), return on
equity (ROE), operating ratio (OR).

1.5.1. ROE (Return On Equity)


20

ROE merupakan salah satu pengukuran utama para investor yang


digunakan untuk menilai kelayakan suatu saham. Dalam perhitungannya
secara umum ROE dihasilkan dari pembagian laba dengan ekuitas selama
tiga tahun terakhir. Return On Asset (ROE) dapat memberikan beberapa
gambaran mengenai perusahaan antara lain :

a. Kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profitability)


b. Efisiensi perusahaan dalam mengelola asset (asset management)
c. Hutang yang dapat dipakai untuk melakukan usaha (financial
laverage).

Melihat gambaran ROE mengenai tiga hal di atas maka dapat


dirumuskan perhitungan ROE sebagai berikut:

ROE = Profit Margin × Asset Turnover × Laverage

Profit margin sendiri diperoleh dari laba dibagi dengan nilai penjualan
selama satu tahun. Profit margin adalah nilai sisa dari dana operasional
yang digunakan oleh perusahaan. Semakin tinggi profit margin suatu
perusahaan maka akan semakin tinggi pula ROE perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai