Anda di halaman 1dari 12

Sejarah Dan Eksistensi

Perbankan Syariah Di Indonesia

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Manajemen Produk Dan Jasa Bank pada prodi Perbankan Syariah (5)

Di susun oleh :

Nita Utami (612062019125)

Rezki Amal (612062019145)

Arianto Arif (612062019143)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami ucapakan atas ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu. Tanpa ridho dan petunjuk dari Nya mustahil makalah ini dapat
dirampungkan.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah
Matematika ekonomi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Manajemen Produk dan Jasa Bank”

Besar harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai
pegangan dalam mempelajari materi tentang Sejarah Dan Eksisensi Perbankan Syariah di
indonesia. Juga merupakan harapan kami dengan hadirnya makalah ini, akan mempermudah
semua pihak dalam proses perkuliahan pada mata pelajaran .

Sesuai kata pepatah “tak ada gading yang tak retak “, kami mengharakan saran dan
kritik, khususnya dari rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi. Kesempurnaan hanyalah milik
Allah SWT. Akhir kata, semoga segala daya dan upaya yang kami lakukan dapat dapat
bermanfaat, Aamiin.

Watampone,14 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan MasalahTujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Apa itu Bank Syariah


B. Sejarah Perbankan syariah
C. Tujuan Bank syarah
D. Prinsip Dasar Bank Syariah

BAB III PENUTUP

A. Simpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar belakang kami menyusun makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang
telah diberikan oleh dosen yaitu Yang mewajibkan mahasiswanya untuk membuat sebuah
makalah tentang materi-materi yang diberikan oleh beliau. Manajemen Produk dan Jasa Bank
adalah suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar dan salah yang
selanjutnya tentu melakukan hal yang benar berkenaan dengan produk, pelayanan perusahaan
dengan pihak yang berkepentingan dengan tuntutan perusahaan.
Kami akan mendiskusikan tentang sejarah dan eksistensi bank syariah diindonesia.
Dalam kesempatan ini, akan kami uraikan Bab II pada makalah ini.

B. Rumuan Masalah
A. Jeaskan Pengertian Bank Syariah ?
B. Bagaiamana Sejarah Bank Syaraiah?
C. Apa Tujuan bank Syariah?
D. Prinsip dasar Bank Syariah

. C Tujuan Penulisan

A. Untuk mengetahui
B. Untuk mengetahui
C. Untuk mengetahui
BAB 11

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perbankan Syariah


Bank Syariah adalah badan usaha atau lembaga keuangan yang Yang
Peaksanaanya berdasarkan hukum islam atau syariah. Tidak menerapkan sistem
bunga pada layanan mereka. Bank Syariah menggunakan sistem bagi hasil dan
mendapatkan sejumah keuntungan dari sistem tersebut. Keuntungan iniah yang
kemudian digunakan pihak bank (selaku pengelola) untuk membiayai seuruh kegiatan
operasional perbankan yang dijalankan.
Bank syariah adalah suatu bank yang dalam aktivitasnya baik dalam
penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan
mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah. Bank syari’ah adalah bank yang
beroperasi dengan tidak mengandalkan operasionalisisnya pada bunga. Bank Islam
atau biasa disebut dengan Bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan
yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al Qur’an dan
Hadits Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang
usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip
syari’at Islam.1

B. Sejarah perbankan syariah di Indonesia


Berkembangnya bank –bank syariah di Negara-negara Islam berpengaruh ke
Indonesia. Pada awal periode 1980-an diskusi mengenai bank syariah sebagai pilar
ekonomi Islam mulai dilakukan. Para tokoh yang terlibat dalam kajian tersebut adalah
Karnaen A. Perwataatmadja, M. Dawam Rahardjo, A.M. Saefuddin, M. Amien Azis,
dan lain-lain. Beberapa uji coba pada skala yang relative terbatas telah diwujudkan.

1
Machmud Amir & Rukmana, Bank Syariah, (Jakarta : Erlangga, 2010), 23
Diantaranya adalah Baitul Maal Wat tamwil-Salman Bandung yang sempat tumbuh
mengesankan. Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam bentuk koperasi, yakni
koperasi Ridho Gusti.
akan tetapi prakarsa lebih khusus untuk mendirikan bank Islam di Indonesia
baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20
Agustus 1990 menyelenggarakan Lokakarya bunga bank dan Perbankan di Cisarua
Bogor Jawa Barat. Hasil lokakarya tersenut di bahas lebih mendalam pada
Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya Jakarta, 22-25
Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk
mendirikan bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan
MUI, bertugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait.2
Pada tahun 1992 Bank Muamalat Indonesia (BMI) lahir. Walaupun
perkembangannya agak terlambat bila dibandingkan dengan Negara-negara muslim
lainnya, perbankan syariah di Indonesia akan terus berkembang. Bila pada periode
tahun 1992-1998 hanya ada satu unit bank syariah maka pada tahun 2005 jumlah bank
syariah di Indonesia telah bertambah menjadi 20 unit yaitu 3 bank umum syariah dan
17 unit usaha syariah. Sementara itu jumlah Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
hingga akhir tahun 2004 bertambah menjadi 88 buah.
Berdasarkan data Bank Indonesia, prospek perbankan syariah pada tahun 2005
diperkirakan cukup baik. Industri perbankan syariah diprediksi masih akan
berkembang dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi. Jika pada posisi
November 2004 volume usaha perbankan syariah telah mencpi 14,0 triliun rupiah,
dengan tingkat pertumbuhan yang terjadi pada tahun 2004 sebesar 88,6%, volume
usaha perbankan syariah di akhir tahun 2005 diperkirakan akan mencapai sekitar 24
triliun rupiah. Dengan volume tersebut diperkirakan perbankan syariah akan mencapai
pangsa sebesar 1,8% dari industri perbankan nasional dibandingkan sebesar 1,1%
pada akhir tahun 2004. Pertumbuhan volume usaha perbankan syariah tersebut
ditopang oleh rencana pembukaan unit usaha syariah yang baru dan pembukaan
jaringan kantor yang lebih luas. Dana Pihak Ketiaga (DPK) diperkirakan akan

2
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, (Jakarta : Gema Insani,
2001), 25
mencapai jumlah sekitar 20 triliun rupiah dengan pembiayaan sekitar 21 triliun rupiah
di akhir tahun 2005.3

Perbankan Syariah Kini

OJK selaku otoritas sektor jasa keuangan terus menyempurnakan visi dan
strategi kebijakan pengembangan sektor keuangan syariah sesuai peta jalan perbankan
syariah. Arah pengembangan perbankan syariah yang sebelumnya tertuang pada
Roadmap Perbankan Syariah Indonesia 2015-2019 telah sampai pada masa akhirnya.

Untuk melanjutkan arah pengembangan perbankan syariah dengan


mempertimbangkan berbagai isu strategis, peluang maupun tantangan yang dihadapi,
Roadmap Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia periode 2020-2025 disusun
dengan membawa visi mewujudkan perbankan syariah yang resilient, berdaya saing
tinggi, dan berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional dan
pembangunan sosial.Arah pengembangan perbankan syariah ini telah disusun selaras
dengan beberapa arah kebijakan, baik kebijakan eksternal yang bersifat nasional
seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 dan
Masterplan Ekonomi dan Keuangan Syariah Indonesia 2019-2024, maupun kebijakan
internal OJK, yaitu Masterplan Sektor Jasa Keuangan Indonesia dan Roadmap
Pengembangan Perbankan Indonesia (RP2I).

Sebagai bagian dari RP2I, roadmap ini merupakan langkah strategis OJK
dalam menyelaraskan arah pengembangan ekonomi syariah di Indonesia, khususnya
pada sektor industri jasa keuangan syariah di bidang perbankan syariah.Roadmap
Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia disusun sebagai katalisator akselerasi
proses pengembangan perbankan syariah di Indonesia dengan membawa tiga arah
pengembangan. Terdiri dari, penguatan identitas perbankan syariah; sinergi ekosistem
ekonomi syariah; serta penguatan perizinan, pengaturan, dan pengawasan.Sebagai
bagian dari Roadmap Pengembangan Perbankan Indonesia, roadmap ini merupakan
langkah strategis OJK dalam menyelaraskan arah pengembangan ekonomi syariah di
Indonesia, khususnya pada sektor industri jasa keuangan syariah di bidang perbankan
syariah.

Ditahun 2021, Indonesia kini punya bank syariah terbesar. Namanya Bank
Syariah Indonesia atau BSI. Sudah beroperasi sejak 1 Februari 2021.BSI adalah hasil
merger atau penggabungan tiga bank syariah Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Yakni PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank BNI Syariah (BNIS), dan PT
Bank Syariah Mandiri (BSM).Dihitung-hitung, Bank Syariah Indonesia memiliki aset
sebesar Rp 245,7 triliun. Sedangkan modal intinya Rp 20,4 triliun. Dengan jumlah
tersebut, bank syariah ini akan langsung masuk top 10 bank terbesar di Indonesia dari

3
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisi Fiqh Dan Keuangan Ed 3, (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 2006), 25
sisi aset. Tepatnya di urutan ke-7.Selanjutnya di tahun 2025, targetnya menjadi
pemain global. Target tembus 10 besar bank syariah dunia dari sisi kapitalisasi
pasar.Selain itu, Bank Syariah Indonesia memiliki sekitar 1.200 kantor cabang serta
lebih dari 1.700 ATM. Saat ini, BSI berada di kategori bank BUKU III. Ambisinya
masuk dalam daftar bank BUKU IV pada tahun 2022.

C. Tujuan Bank Syariah

a. Meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat, sehingga kian


berkurang kesenjangan sosial ekonomi, melalui peningkatan kesempatan kerja.
b. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan bidang ekonomi
keuangan, yang selama ini diketahui masih cukup banyak masyarakat yang
engganberhubungan dengan bank karena masih menganggap bahwa bunga bank itu
riba.
c. Mengembangkan lembaga bank dan sistem perbankan yang sehat berdasarkan
prinsip efisiensi dan keadilan, mampu meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga
menggalakkan usaha-usaha ekonomi rakyat, antara lain memperluas jaringan lembaga

perbankan ke daerah-daerah terpencil.


D. Prinsip dasar bank syariah
a. Prinsip titipan atau simpanan (Al- wadi’ah) Al-wadia’ah dapat diartikan sebagai
titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang
harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.
b. Prinsip bagi hasil (Profit Sharing) Secara umum prinsip bagi hasil dalam perbankan
syariah dapat dilakukan dalam empat akad utama yaitu al-musyarakah, al-
mudharabah, al-muzara’ah, dan al-musaqah,
1. al musyarakah ,Adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana (atau amal/ expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko
akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
2. Al-mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana
pihak pertama (shohibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal,
sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.Keuntungan usaha secara
mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak,
sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu
bukan akibat kelalaian si pengelola.
3. Al-muzara’ah adalah kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan
dan penggarap, dimana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si
penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu
(presentase) dari hasil panen.
4) Al-musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah dimana si
penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan.
Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.4
c. Prinsip jual beli
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,
dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat
nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian
bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli
ditambah keuntungan (margin).
d. Prinsip sewa (Al-ijarah)
adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas barang itu sendiri.
e. Prinsip jasa , Prinsip ini meliputi seluruh layanan non pembiayaan yang diberikan
bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:
1) Al wakalah
Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya melakukan pekerjaan
jasa tertentu, seperti transfer.
2) Al-kafalah adalah jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga
untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.
3) Al-hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berutang kepada orang lain
yang wajib menanggungnya. Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan
pada Factoring (anjak piutang), Post dated check, dimana bank bertindak sebagai juru
tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.
4) Ar-rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.

4
Abdul Wadud Nafis, Bank Syari’ah Teori Dan Praktek, (Jakarta : Mitra Abadi Press,
2009),
Dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil
kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapatdijelaskan bahwa
rahn adalah swemacam jaminan utang atau gadai.
5) Al-qardh adalah pemberian harta kepada oranglain yang dapat ditagih atau diminta
kembali dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini
digunakan untuk membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari
dana zakat, infaq dan shadaqah.5

5
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta : Alvabet, 2003), 19-3 dan Abdul Wadud Nafis,
Bank Syari’ah Teori Dan Praktek, (Jakarta : Mitra Abadi Press, 2009), 89- 92
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPUAN
Bank Syariah adalah badan usaha atau lembaga keuangan yang Yang
Peaksanaanya berdasarkan hukum islam atau syariah. Tidak menerapkan sistem
bunga pada layanan mereka. Bank Syariah menggunakan sistem bagi hasil dan
mendapatkan sejumah keuntungan dari sistem tersebut. Keuntungan iniah yang
kemudian digunakan pihak bank (selaku pengelola) untuk membiayai seuruh kegiatan
operasional perbankan yang dijalankan.

B. SARAN
Semoga dengan penjelasan dari kelompok kami yang singkat dapat
bermanfaat untuk menunjang pembelajaran mengenai materi sejarah dan eksistensi
bank syariah.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Wadud Nafis, Bank Syari’ah Teori Dan Praktek, 2009, Jakarta: Mitra Abadi Press
Amir, Machmud & Rukmana, Bank Syariah, 2010, Jakarta: Erlangga
Arifin, Zainul, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, 2003, Jakarta:Alvabet
https://www.cermati.com/artikel/sejarah-dan-perkembangan-bank-syariah-di-indonesia

Anda mungkin juga menyukai