Anda di halaman 1dari 4

NAMA : RIZKI DWI AMALIA F

NIM : 1961122
KELAS : MANAJEMEN SDM C KP-3 2019
MATKUL : ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

Dampak Positif Dan Negatif Merger Bank Syariah BUMN


Setelah merintis perbankan syariah di Indonesia pada tahun 1991, dapat dikatakan telah
berhasil selama dua dekade ini menawarkan produk keuangan dan investasi yang berbeda dari
bank tradisional yang telah ada sejak lama. Meskipun perbankan syariah masih tergolong sebagai
“starter”, perkembangannya cukup pesat. Perbankan tradisional Indonesia kini juga mengikuti
tren dan mendirikan lembaga syariah atau unit usaha syariah sendiri. Hal ini dilakukan untuk
menarik lebih banyak nasabah yang tertarik dengan manfaat perbankan syariah.
Peran ekonomi syariah sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi baru Indonesia
diperlukan integrasi setiap elemen ekonomi syariah yang tercermin dalam ekosistem ekonomi
syariah yang kuat. Pengembangan sektor keuangan syariah harus selaras dengan kebutuhan
penguatan sektor rill, terutama industri halal, usaha-usaha syariah serta pembangunan
infrastruktur agar tercipta sinergi berkelanjutan. Jumlah bank syariah di Indonesia sebanyak 14
Bank Umum Syariah (BUS) dan 20 Unit Usaha Syariah (UUS), sedangkan Bank Umum
Konvensional (BUK) mencapai 96 bank. Proporsi jumlah BUS dibandingkan dengan BUK adalah
14,6 tetapi market share bank syariah hanya 6,18% dengan total aset per Juni 2020 sebesar Rp
545 triliun. Hal ini indikasi bahwa bank syatiah memiliki size yang relatif kecil.
Belakangan ini muncul di permukaan keinginan untuk melakukan marger (penggabungan)
bank - bank syariah milik bank BUMN. Bank-bank syariah BUMN yang sedang diupayakan
untuk marger tersebut adalah PT. BRI Syariah, PT. Bank Mandiri Syariah, PT BNI dan Unit Usaha
Syariah BTN. Di sektor perbankan, Upaya merger merupakan sesuatu hal yang biasa dilakukan.
yang dimaksud dengan merger adalah proses peleburan satu bank atau lebih ke dalam bank yang
lain dimana satu bank tetap mempertahankan identitasnya dengan melakukan pengambilalihan
kekayaan, tanggung jawab, dan kuasa atas bank yang meleburkan diri tersebut.
Bank merupakan salah satu agen pembangunan yang memiliki peran penting dalam
pertumbuhan ekonomi. Misalnya pada saat krisis keuangan 1997-1998 dan krisis politik 2001
yang menyebabkan bangsa Indonesia jatuh ke dalam resesi yang luar biasa. Secara kelembagaan,
jumlah bank mengalami peningkatan yang diawali dengan bertambahnya jaringan kantor
perbankan syariah yang berujung pada peningkatan volume usaha perbankan syariah. Hal ini
tercermin antara lain dari jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun (DPK), penawaran
pembiayaan Perbankan Syariah, dan total neraca.
Perkembangan perbankan syariah ini yang cenderung melambat yang kemudian
mendorong wacana penggabungan bank-bank syariah dan kemudian saat ini tahun 2021
tepatnya di bulan februari mulailah awal dari kenyataan bahwa adanya penggabungan 3 bank
syariah milik BUMN yaitu : PT Bank Syariah Mandiri, PT BNI Syariah dan PT BRI Syariah. Dan
sekarang berubah nama menjadi Bank Syariah Indonesia (BSI). Salah satu alasannya dari
penggabungan tersebut adalah keinginan memiliki bank syariah yang besar, kuat dan efisien
dengan adanya Aset dan kemampuan pembiayaan yang besar, sehingga membuat kontribusi
yang besar pula untuk perekonomian nasional. Tetapi dengan demikian dengan penggabungan
bank-bank syari’ah sekarang ini memunculkan pertanyaan yang terkait dengan nilai tambah yang
lebih tinggi. Studi yang telah dilakukan Calomiris dan Karceski (2000) telah menemukan empat
hal yang penting dalam Sembilan kasus merger bank di Amerika serikat, yaitu:
1. Secara keseluruhan, proses mergertelah menciptakan nilai tambah bagi industry
perbankan;
2. Beberapa hasil merger telah mengalami kegagalan akibat dari penurunan pendapatan
yang sangat drastic selama proses konsolidasi;
3. Perilaku manajemen bank yang akan di merger menimbulkan kenaikan biaya yang
tidak perlu. Contohnya dengan menaikkan gaji sebelum merger agar mendapatkan
posisi yang baik setelah merger hal ini merupakan salah satu fenomena yang terjadi.
Kebijakan penggabungan yang dilakukan pemerintah bertujuan untuk membentuk bank
umum syariah milik negara, dimana bank umum syariah ini mempunyai status yang sejajar
dengan bank BUMN yang lain sehingga memiliki manfaat yang dilihat dari sisi kebijakan serta
transformasi bank. Selain itu kebijakan dilakukannya penggabungan ini merupakan salah satu
dorongan agar bank lebih maju yaitu menjadi bank syariah yang besar, kokoh, serta efektif
dengan aset dan kemampuan pembiayaan yang besar. Oleh karena itu dengan mergernya ketiga
bank tersebut akan berdampak pada aktivitas bank syariah itu sendiri (Alhusain, 2021). Bagi
pelaku industri keuangan ataupun perbankan syariah yang lain tidak akan terkena dampak
negatif akibat merger yang tengah dijalankan saat ini. Karenanya, pertama, adanya merger bukan
untuk memusnahkan pelaku industri lain, justru pada daya saing dan penetrasi keuangan syariah
akan mengalami peningkatan. Kedua, nasabah eksisting bank syariah yang muslim relijius
bukanlah nasabah swing customers yang ditunjukkan dari hasil riset. Ini maksudnya, nasabah
tidak terpengaruh untuk pindah layanan ke bank lain hanya karena iming-iming rate yang
ditawarkan lebih besar (Wareza, 2020).
Merger dari bank syariah ini menjadi faktor utama yang dapat mempengaruhi loyalitas
nasabah. Bank syariah indonesia memiliki nilai-nilai baik yang di warisi dari ketiga entitas yang
terlibat, yakni sistem kerja dan profesionalitas dari Bank Syariah Mandiri, keahlian dalam
berinovasi dari BNI Syariah, serta pemahaman kondisi lokal dan regional dari BRISyariah. Integrasi
ini membuat bank syariah indonesia memiliki fondasi yang kokoh dalam beroperasi (Al Fakir,
2020). Oleh karena itu, merger bank syariah berdampak positif bagi perekonomian nasional,
karena memiliki keunggulan yaitu nilai aset dan sumber daya yang besar. Bank syariah Indonesia
ini dapat membuat market share industri keuangan syariah di Indonesia lebih besar daripada
sebelum dilakukannya penggabungan (Al Fakir, 2020). Dengan begitu, bank syariah indonesia
harus memiliki strategi yang kreatif dan mampu berinovasi untuk meningkatkan kinerja dalam
menghadapi persaingan global dalam mempertahankan nasabahnya.
Dampak positif adanya merger bank syariah bumn
Merger yang tengah berjalan tidak akan berdampak negatif bagi pelaku industri keuangan
atau perbankan syariah lain. Kapasitas bank syariah anggota merger yang sudah kuat akan
melahirkan entitas baru yang lebih tangguh. Selain itu, merger ini berpotensi miliki dampak
positif signifikan terhadap pemulihan ekonomi tahun ini. entitas hasil merger yang bernama PT
Bank Syariah Indonesia Tbk dapat secara kuat berkontribusi pada pembiayaan infrastruktur serta
peran bank syariah ini juga akan besar dalam menambah dan memperluas pembiayaan usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM). Di samping itu, potensi penggalangan dana murah akan lebih
baik. Bank Syariah Indonesia akan mempunyai saluran global yang mumpuni untuk menggalang
dana murah nonkovensional, yang dapat digunakan dalam membiayai berbagai proyek strategis.
Hasil merger ketiga bank syariah tersebut dapat mendiversifikasi pembiayaan dan
pemberian kredit dari berbagai sumber untuk manajemen resiko yang lebih baik. Dengan
memiliki modal yang meningkat, bank ini juga dapat memberikan kredit ke perusahaan-
perusahaan yang lebih besar, dimana secara umum lebih rendah resiko dibanding dengan
memberikan kredit ke perusahaan kecil hal ini dapat membuat manajemen resiko menjadi lebih
baik. Merger ini juga dapat mengakses pasar sukuk global dengan lebih mudah. Merger ini juga
merupakan salah satu rencana pemerintah dalam mengembankan perekonomian syariahnya.
Meskipun memiliki penduduk yang mayoritas beragama Islam, perbankan syariah kurang
memiliki penetrasi pasar dibanding negara-negara islam lain seperti Bangladesh, Brunei, dan
Malaysia. Tercatat dalam Bursa Efek Indonesia dengan kode saham BRIS, bank syariah hasil
merger ini tetap berstatus sebagai perusahaan terbuka. Pemegang saham bank syariah hasil
merger juga berubah, dari mayoritas PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBR), menjadi PT Bank
Mandiri Tbk (BMRI). Bank Mandiri akan punya saham BRIS sebesar 51,2%, sementara PT Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk. 25%, BRI menjadi 17,4%, DPLK BRI - Saham Syariah 2% ,dan
publik 4,4%.
Ada dua alasan yang menjadi dasar argumen Fauziah. Pertama, merger bank syariah
ditujukan bukan untuk meniadakan pelaku industri lain, tetapi untuk meningkatkan daya saing
dan penetrasi keuangan syariah. Kedua, riset menunjukkan nasabah eksisting bank syariah yang
Muslim religius bukan swing customers. Penggabungan ketiga bank syariah milik negara ini akan
menciptakan entitas baru dengan visi yang besar jika pembentukan identitas baru selama proses
merger berjalan baik. Nasabah akan dipastikan kalau layanan dan operasional kepada nasabah
akan tetap berjalan normal ketika proses merger. tiga bank syariah bersama masing-masing
induknya berkomitmen untuk tak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pekerja masing-
masing bank meskipun ada merger bank syariah. Akan tetap dilakuan penyesuaian operasional
dalam rangka merger bank syariah ini. Selain itu merger antara 3 bank ini akan menintegrasikan
produk-produk serupa yang dimiliki ketiga bank ini. Meski demikian, hery kembali memastikan
sampai proses merger bank syariah rampung, nasabah masing-masing bank tetap tak perlu
khawatir, lantaran operasional mereka akan berjalan normal.

Sedangkan untuk pemilik saham, yakni saham BRIS, merger bank syariah ini memberi
dampak dua sekaligus. Para analis memastikan kepemilikan saham publik di BRI Syariah (BRIS)
bakal terdilusi setelah merger bank syariah. BRI Syariah bisa mengubah anggaran dasar perseroan
guna menghindari terdilusinya porsi publik lebih dalam. Atau dua bank yang akan digabung yaitu
BNI Syariah dan Mandiri Syariah bisa mengambil porsi publik untuk masuk ke BRI Syariah. Namun
hal tersebut cukup sulit terealisasi, apalagi jika ada penambahan atau pengurangan kepemilikan
saham. Sehingga kepemilikan publik dipastikan terdilusi pasca merger bank syariah. Tujuan
merger bank syariah ini untuk memiliki bank syariah yang besar, dan berdaya saing global. Bank
hasil merger juga bisa masuk 10 bank terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar di dunia.

Dampak negative adanya merger bank syariah

Menurut fauziah risky yuniarti, pengamat ekonomi syariah dari INDEF, merger juga
mempunyai dampak negatif yaitu bisa menghasilkan duseconomiesvof scale. Ada kemungkinan
muncul diseconomies of scale, dimana ada kesulitan berkomunikasi dan koordinasi antara
manajemen bank hasil merger. Karena menggabungkan beberapa perusahaan besar dengan
budaya yang kuat bukanlah hal yang mudah. Tahap pre dan post sangat krusial dalam
menggabungkan tiga perusahaan besar, peran pemimpin pun juga akan menjadi sangat krusial.
Merger bank syariah juga dikhawatirkan akan menciptakan monopoli bisnis di industry ini. Sebab,
pemain bank umum syariah (UBS) menjadi berkurang. Dari 14 menjadi 12. Ada kemungkinan
untuk mengekploitasi monopoly power dan kemudian berdampak pada tingginya harga pada
konsumen.

Selain itu, proses merger ini tidak serta merta dapat meningkatkan market share bank,
karena ini hanya mengkombinasikan dua bank yang sudah existing. Kedua, ada masa konsolidasi.
Hal ini merupakan tantangan yang menunjukkan seberapa baik kemampuan manajemen kedua
bank ini, terutama bank induk untuk kemudian mengkombinasikan atau memuluskan proses
merger ini. jika berharap dengan adanya merger ini market share langsung naik secara cepat
rasanya tidak bisa dicapai dalam waktu paling tidak dua tahun, karena proses merger
membutuhkan konsolidasi banyak hal seperti sistem IT, SDM, administrasi dan sebagainya. Tetapi
bukan berarti tidak bisa dilakukan.

Salah satu konsekuensi yang patut diperhitungkan terkait dengan pengaruhnya terhadap
bank beraset lebih kecil dalam entitas hasil merger tersebut. dominasi itu akan menjadi dilema
ketika bank syariah hasil merger mulai menjalankan misi menambah pangsa pasar. Konsekuensi
lain yang juga akan muncul akibat adanya merger adalah potensi pemutusan hubungan kerja
(PHK) yang tampaknya mustahil terelakkan. Menurut saya proses merger bank syariah
mempunyai dua sisi yaitu, dari segi kelebihannya ialah jaminan terciptanya lapangan kerja bagi
pelaku usaha/nasabah serta terciptanya UMKM yang luas. Adapun dari segi kekurangnya adalah
berpotensi persaingan antara industri perbankan syariah sehingga menimbulkan monopoli yang
tidak terelakkan.

Anda mungkin juga menyukai