Anda di halaman 1dari 10

TANTANGAN PERMODALAN BANK SYARIAH INDONESIA DALAM

MENGHADAPI PANDEMI COVID-19

Qoyyimah
(201805290001)
Prodi Ekonomi Syariah
Universitas Sunan Giri Surabaya, Sidoarjo

ABSTRAK
Tulisan ini dilakukan dengan tujuan untuk memaparkan Tantangan
Permodalan Bank Syariah Indonesia dalam menghadapi Pandemi Covid-19.
Penelitian ini menggunakan Metode Deskriptif Kualitatif dengan
menelaah sumber-sumber tertulis seperti jurnal ilmiah, buku referensi, literatur,
ensiklopedia, karangan ilmiah, karya ilmiah serta sumber-sumber lain baik dalam
bentuk tulisan atau dalam format digital yang relevan dan berhubungan dengan
objek kajian penelitian ini, objek kajian penelitian ini berupa teks-teks atau
tulisan-tulisan yang menggambarkan dan memaparkan tentang Tantangan
Permodalan Bank Syariah Indonesia dalam menghadapi Pandemi Covid-19.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa di antara Tantangan Permodalan
Bank Syariah Indonesia adalah Untuk meningkatkan infrastruktur teknologi Bank
Syariah membutuhkan investasi modal yang besar. Selama ini Bank Syariah
dalam upaya ekspansi atau perluasan pasar terkendala oleh persoalan modal.
Apalagi dalam hal peningkatan teknologi, Bank Syariah harus lebih berfikir keras
agar persoalan modal untuk peningkatan teknologi dapat dipenuhi. Adanya
hambatan dalam merealisasikan penanaman modal karena terdapat investor yang
Break atau bahkan melakukan pembatalan terhadap penanaman modal yang akan
dilakukannya, termasuk juga pada bisnis Syariah.

PENDAHULUAN
Virus 2019-nCoV atau Covid-19 (istilah terbaru) Novel Coronavirus yang
berasal dari Wuhan, China telah menjadi isu kesehatan Global. Novel Coronavirus
Covid-19 pertama kali dilaporkan pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China,
sebuah kota dengan populasi lebih dari 11 juta. Virus itu terus menyebar hampir
setiap negara di dunia. Pada 1 Mei 2020, penyakit ini menginfeksi setidaknya
3.175.207 orang dengan kematian lebih banyak.1

1
Sutan Emir Hidayat, Mohammad Omar Farooq, dkk. “Covid-19 and Its Impact On The Islamic
Financial Industry In The OIC Countries”, dalam buku KNEKS, April 2020, hlm.1
Di Indonesia kasus pertama Covid-19 diumumkan pada tanggal 2 Maret
2020 terkonfirmasi positif Covid-19 pada dua warga Depok, Jawa Barat, yang
berawal dari suatu acara di Jakarta dimana penderita kontak langsung dengan
seorang Warga Negara Asing (WNA) asal Jepang yang tinggal di Malaysia.
Setelah pertemuan tersebut penderita mengeluhkan demam, batuk dan sesak
napas.2
Menurut Bank Dunia, dampak ekonomi dari Covid-19 ini akan
menghentikan usaha hampir 24 juta orang di Asia Timur dan Pasifik. Di bawah
skenario terburuknya, Bank Dunia juga memperkirakan hampir 35 juta orang akan
tetap dalam kemiskinan. Bahkan, melalui sejumlah skenario dengan
mempertimbangkan berbagai garis kemiskinan, Bank dunia memperkirakan
jumlah orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrim akan meningkat hingga 922
juta di seluruh Dunia. Sebuah angka yang fantastis.3
Industri Perbankan Syariah memiliki peran yang strategis dalam
pembangunan ekonomi rakyat, berkontribusi dalam melakukan transformasi
perekonomian pada aktivitas ekonomi produktif, bernilai tambah dan inklusif
tetapi di masa Pandemi Covid-19 ini Industri Perbankan Syariah harus bergerak
cepat untuk beradaptasi dengan membuat strategi, inovasi baru serta mitigasi
risiko yang tepat dan cermat serta menggunakan strategi kreatif untuk bertahan
dalam menghadapi Pandemi Covid-19 yang membuat kondisi perekonomian tak
menentu. Artinya Industri Perbankan Syariah mempunyai tantangan yang cukup
signifikan, namun Industri Perbankan Syariah harus melihat permasalahan
penyebaran virus ini sebagai tantangan yang harus dirubah menjadi sebuah
kesempatan untuk bisa lebih baik. Maka dari itu, sudah saatnya Perbankan
Syariah mulai merevisi kembali strategi, mengingat tidak ada yang mengetahui
Covid-19 akan berakhir. Salah satu perangkat yang strategis dalam menopang
kepercayaan masyarakat adalah permodalan yang cukup memadai. Modal
merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan kemajuan Bank
sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat.
Setiap penciptaan aktiva, disamping berpotensi menghasilkan keuntungan
juga berpotensi menimbulkan terjadinya resiko. Oleh karena itu, modal juga harus
dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan terjadinya resiko kerugian atas
investasi pada aktiva, terutama yang berasal dari dana-dana pihak ketiga atau
masyarakat. Peningkatan peran aktiva sebagai penghasil keuntungan harus secara
simultan bersamaan dengan pertimbangan resiko yang mungkin timbul guna
melindungi kepentingan para pemilik dana. Berangkat dari hal tersebut, penelitian

2
Yuliana. Corona Virus Diseases (Covid-19) Sebuah Tinjauan Literatur, Jurnal Wellnes and Healty
Magazine, vol.2, Nomor 1, Februari 2020, hlm.187
3
World Bank, “World Bank Group and Covid-19 (Coronavirus)”.
https://www.worldbank.org/en/who-we-are/news/coronavirus-covid19. Diakses pada tanggal 11
April 2022
ini dilakukan dengan tujuan untuk memaparkan Tantangan Permodalan Bank
Syariah Indonesia dalam menghadapi Pandemi Covid-19.
PEMBAHASAN
A. Sejarah Bank Syariah Indonesia
Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di
dunia, memiliki potensi untuk menjadi yang terdepan dalam Industri
Keuangan Syariah. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap halal
matter serta dukungan stakeholder yang kuat, merupakan faktor penting
dalam pengembangan ekosistem industri halal di Indonesia. Termasuk di
dalamnya adalah Bank Syariah.
Bank Syariah memainkan peranan penting sebagai fasilitator pada
seluruh aktivitas ekonomi dalam ekosistem industri halal. Keberadaan
Industri Perbankan Syariah di Indonesia sendiri telah mengalami
peningkatan dan pengembangan yang signifikan dalam kurun tiga dekade
ini. Inovasi produk, peningkatan layanan, serta pengembangan jaringan
menunjukkan trend yang positif dari tahun ke tahun. Bahkan, semangat
untuk melakukan percepatan juga tercermin dari banyaknya Bank Syariah
yang melakukan aksi korporasi. Tidak terkecuali dengan Bank Syariah
yang dimiliki Bank BUMN, yaitu Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah,
dan BRI Syariah.
Pada 1 Februari 2021 yang bertepatan dengan 19 Jumadil Akhir
1442 H menjadi penanda sejarah bergabungnya Bank Syariah Mandiri,
BNI Syariah, dan BRI Syariah menjadi satu entitas yaitu Bank Syariah
Indonesia (BSI). Penggabungan ini akan menyatukan kelebihan dari ketiga
Bank Syariah sehingga menghadirkan layanan yang lebih lengkap,
jangkauan lebih luas, serta memiliki kapasitas permodalan yang lebih baik.
Didukung sinergi dengan perusahaan induk (Mandiri BNI, BRI) serta
komitmen pemerintah melalui kementerian BUMN, Bank Syariah
Indonesia didorong untuk dapat bersaing di tingkat global.
Penggabungan ketiga Bank Syariah tersebut merupakan ikhtiar
untuk melahirkan Bank Syariah kebanggaan umat, yang diharapkan
menjadi energi baru pembangunan ekonomi nasional serta berkontribusi
terhadap kesejahteraan masyarakat luas. Keberadaan Bank Syariah
Indonesia juga menjadi cerminan wajah Perbankan Syariah di Indonesia
yang modern, universal, dan memberikan kebaikan bagi segenap alam
(Rahmatan Lil ‘Aalamiin).4

B. Permodalan Bank Syariah Indonesia


1. Permodalan Bank Syariah

4
https://ir.bankbsi.co.id Diakses pada tanggal 11 April 2022
Modal Bank adalah jumlah dana yang ditanamkan dalam
suatu perusahaan oleh para pemiliknya untuk pembentukan suatu
badan usaha dan dalam perkembangannya modal tersebut dapat
susut karena kerugian ataupun berkembang karena keuntungan-
keuntungan yang diperoleh.
Modal menjadi faktor penting bagi perkembangan dan
kemajuan Bank. Terutama dalam upaya menjaga tingkat
kepercayaan kepada masyarakat. Semakin baik tingkat pengelolaan
modal dari suatu perbankan maka, kemungkinan baik pula tingkat
kepercayaan masyarakat.
Demikian juga sebaliknya, semakin buruk suatu perbankan
dalam pengelolaan modal maka, memungkinkan buruk pula tingkat
kepercayaan masyarakat. Walaupun prediksi ini bisa juga salah,
karena modal sebenarnya bukan satu-satunya faktor yang
mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Bank.
Dalam pemanfaatan dana untuk aktifitas pengembangan
modalnya (Investasi), Bank memiliki dua kemungkinan :
kemungkinan untung dan kemungkinan rugi. Adanya modal sangat
penting artinya bagi perkembangan investasi, guna mendapatkan
hasil yang besar.

2. Fungsi Permodalan Bank


Bank sebagai unit bisnis membutuhkan darah bisnis, yaitu
berbentuk modal. Dengan kata lain, modal Bank adalah aspek
penting bagi suatu unit bisnis Bank. Sebab beroperasi tidaknya atau
dipercaya tidaknya suatu Bank, salah satunya sangat dipengaruhi
oleh kondisi kecukupan modalnya. Menurut Johnson, modal Bank
mempunyai tiga fungsi yaitu :5
a. Sebagai penyangga untuk menyerap kerugian operasional
dan kerugian lainnya. Dalam fungsi ini modal memberikan
perlindungan terhadap kegagalan atau kerugian Bank dan
perlindungan terhadap kepentingan para deposan.
b. Sebagai dasar untuk menetapkan batas maksimum
pemberian pembiayaan. Hal ini adalah merupakan
pertimbangan operasional bagi Bank Sentral, sebagai
regulator untuk membatasi jumlah pemberian pembiayaan
kepada setiap individu nasabah Bank.
c. Modal juga menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan
pasar untuk mengevaluasi tingkat kemampuan Bank secara
relative untuk menghasilkan keuntungan. Tingkat

5
Arifin Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. (Jakarta:Grafindo, 2002), hlm.138
keuntungan bagi para investor diperkirakan dengan
membandingkan keuntungan bersih dengan ekuitas. Para
partisipan pasar membandingkan Return On Investment
diantara Bank-bank yang ada.
Sementara itu, Brenton C. Leavitt, staf Dewan Gubernur Bank
Sentral Amerika, dalam kaitannya dengan fungsi dari modal Bank,
menekankan ada empat hal yaitu :
a. Untuk melindungi deposan yang tidak diasuransikan, pada
saat Bank dalam keadaan Insolvable dan likuidasi.
b. Untuk menyerap kerugian yang tidak diharapkan guna
menjaga kepercayaan masyarakat bahwa Bank dapat terus
beroperasi.
c. Untuk memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasar
lainnya yang diperlukan untuk menerapkan pelayanan
Bank.
d. Sebagai alat pelaksana peraturan pengendalian ekspansi
aktiva yang tidak tepat.

3. Sumber-sumber Permodalan Bank


Untuk mendapatkan modal Bank dapat diperoleh melalui
berbagai sumber. Modal Bank menurut George H. Hempel
membagi modal Bank dalam tiga bentuk yaitu : pinjaman
subordinasi, saham preferen dan saham biasa. Beberapa jenis
pinjaman subordinasi dan saham preferen dapat dikonversikan
menjadi saham biasa, dan saham biasa dapat dikembangkan baik
secara eksternal maupun internal.6
Pinjaman subordinasi terdiri dari semua bentuk kewajiban
berbunga yang dibayar kembali dalam jumlah yang pasti (fixed)
dalam jangka tertentu. Bentuk pinjaman subordinasi bervariasi dari
Capital Notes. Surat utang dalam jumlah kecil dapat diterbitkan
dan dijual langsung kepada nasabah Bank.
Penentuan sumber-sumber permodalan Bank yang dapat
didasarkan atas beberapa fungsi penting yang dapat dipengaruhi
oleh modal Bank, misalnya bila Bank harus menyediakan proteksi
terhadap kegagalan Bank, maka sumber yang paling tepat adalah
modal ekuitas (Equity Capital).
Modal ekuitas merupakan penyangga untuk menyerap
kerugian dan kecukupan penyangga itu adalah kritikal bagi
solvabilitas Bank. Oleh karena itu, bila kerugian Bank melebihi
Net Worth maka likuidasi harus terjadi. Bila modal itu disediakan

6
Ibid.,hlm.138-140
untuk memberikan proteksi terhadap kepentingan para deposan,
maka pinjaman subordinasi dan debentures juga berfungsi seperti
Equity Capital. Bila kerugian melebihi modal ekuitas maka Bank
harus dilikuidasi, tetapi dana yang dipasok oleh pemberi modal
pinjaman dan pemilik debentures harus menjadi penyangga untuk
melindungi kepentingan para deposan. Jadi, modal pinjaman tidak
secara langsung melindungi kegagalan atau kerugian Bank.

4. Sumber-sumber Permodalan Bank Syariah


Dalam pandangan syariah, modal pinjaman (Subordinated
Loan) itu termasuk dalam kategori Qard, yaitu pinjaman harta
yang dapat diminta kembali. Dalam literature Fiqh Salaf Ash
Shalih, Qard dikategorikan dalam Aqad Tathawwu’ atau akad
saling membantu dan bukan transaksi komersial. Pemberi pinjaman
tidak boleh meminta imbalan atas pemberian pinjaman tersebut,
karena setiap pemberian pinjaman yang disertai dengan permintaan
imbalan termasuk kategori Riba. Penerima pinjaman wajib
menjamin pengembalian pinjaman tersebut pada saat jatuh tempo.
Oleh karena itu, Qard mempunyai derajat preferensi yang
tinggi, setara dengan kewajiban atau hutang lainnya. Berdasarkan
karakteristik tersebut, maka tidak beralasan bagi Qard untuk ikut
menanggung resiko atau memberikan proteksi terhadap kegagalan
atau kerugian Bank ataupun memberikan proteksi terhadap
kepentingan deposan. Dengan demikian pinjaman subordinasi
tidak dapat dipertimbangkan untuk diperhitungkan sebagai modal
bagi Bank Syariah.
Sebagaimana sumber utama modal Bank Syariah adalah
modal inti (Core Capital) dan kuasi ekuitas. Modal inti adalah
modal yang berasal dari para pemilik Bank, yang terdiri dari modal
yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan dan laba
ditahan. Sedangkan kuasi ekuitas adalah dana-dana yang tercatat
dalam rekening-rekening bagi hasil (Mudharabah). Modal inti
inilah yang berfungsi sebagai penyangga dan penyerap kegagalan
atau kerugian Bank dan melindungi kepentingan para pemegang
rekening titipan (Wadi’ah) atau pinjaman (Qard), terutama atas
aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan dana-dana Wadi’ah
atau Qard.7
Sebenarnya dana-dana rekening bagi hasil (Mudharabah)
dapat juga dikategorikan sebagai modal, yang oleh karenanya
disebut kuasi ekuitas. Namun demikian rekening ini hanya dapat

7
Muhammad. Manajemen Bank Syariah. (Yogyakarta:UPP AMP YKPN, 2005), hlm.32-33
menanggung resiko atas aktiva yang dibiayai oleh dana dari
rekening bagi hasil itu sendiri. Selain itu, pemilik rekening bagi
hasil dapat menolak untuk menanggung resiko atas aktiva yang
dibiayainya, apabila terbukti bahwa resiko tersebut timbul akibat
salah mengurus (Mis Management), kelalaian atau kecurangan
yang dilakukan oleh manajemen Bank selaku Mudharib.

C. Tantangan Permodalan Bank Syariah Indonesia dalam Menghadapi


Pandemi Covid-19
Di tengah situasi Pandemi Covid-19 seperti saat ini, Sektor
Perbankan Syariah cukup banyak tantangan, perlu disadari tantangan di
tengah tekanan masa Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung,
Perbankan Syariah agar terus waspada dan mengharuskan mencari strategi,
inovasi baru supaya dapat bertahan menghadapi situasi yang penuh
ketidakpastian, mengingat kondisi ekonomi dan stabilitas sistem keuangan
berubah cepat di masa Pandemi Covid-19. Di tengah kondisi ekonomi
terserang Pandemi Covid-19, semua bisnis mengalami perlambatan, tidak
terkecuali Industri Perbankan Syariah. Sebagai lembaga intermediasi,
denyut bisnis Bank sangat bergantung pada perputaran roda ekonomi,
yang digerakkan oleh aktivitas masyarakat. Sehingga ketika masyarakat
dipaksa tinggal dirumah maka Bank juga terpaksa rela untuk kehilangan
potensi pendapatan.
Untuk meningkatkan infrastruktur teknologi Bank Syariah
membutuhkan investasi modal yang besar. Selama ini Bank Syariah dalam
upaya ekspansi atau perluasan pasar terkendala oleh persoalan modal.
Apalagi dalam hal peningkatan teknologi, Bank Syariah harus lebih
berfikir keras agar persoalan modal untuk peningkatan teknologi dapat
dipenuhi.8 Adanya hambatan dalam merealisasikan penanaman modal
karena terdapat investor yang Break atau bahkan melakukan pembatalan
terhadap penanaman modal yang akan dilakukannya, termasuk juga pada
bisnis Syariah.9
Problem permodalan muncul dari beberapa faktor :10
1. Keyakinan investor pada prospek masa depan Bank Syariah masih
rendah. Investor masih ragu dan khawatir dana investasi akan
hilang.

8
Kumaidi, Hardiansyah Padli. Peluang dan Tantangan Bank Syariah di Masa Pandemi Covid-19,
Iltizam : Journal Of Shariah Economic Research Vol.5, No.2, December 2021.hlm.154
9
Asraaf Efendi Batubara, Khairinan Tambunan. Tantangan Ekonomi dan Bisnis Syariah di Masa
Pandemi Covid-19, Mumtaz : Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam Vol.1, Issue 1, Januari 2022. Hlm.68
10
Raniah Tasya Nugraha, Lilik Rahmawati. Tantangan dan Solusi Pengembangan Ar-Rahn BSI KC
Gresik Kartini. At-Tahdzib : Jurnal Studi Islam dan Mu’amalah Vol.10, Nomor 1, Maret 2022.
Hlm.33
2. Investor berpraktik bisnis berbasis perhitungan keduniawian yang
kuat. Investor masih berat hati menempatkan sebagian dana pada
Bank Syariah sebagai modal investasi.
3. Kemungkinan Bank Indonesia masih relatif cukup tinggi untuk
mengeluarkan ketentuan permodalan baru. Ketentuan baru tanpa
prediksi bisa muncul setiap waktu. Investor menjadi khawatir dan
enggan berinvestasi di Bank Syariah.

ANALISIS
Kondisi saat ini Indonesia mengalami permasalahan wabah penyakit Covid-19
yang mengganggu seluruh aktivitas masyarakat Indonesia. Secara keseluruhan di
bidang perekonomian mengalami gangguan, dan berdampak pula pada sektor
Perbankan Syariah di Indonesia. Dalam hal ini maka perlu dilakukan penelitian
untuk mengetahui permodalan Bank Syariah di Indonesia dalam mengahadapi
pandemi Covid-19 yang dapat diukur dengan berbagai indikator.

KESIMPULAN
Virus 2019-nCoV atau Covid-19 yang berasal dari Wuhan China telah
menjadi konsen besar bangsa Indonesia karena permasalahan yang terus
ditimbulkannya, berbagai macam kebijakan telah dibuat pemerintah untuk
mengatasi penyebar luasan Virus Covid-19 di Indonesia. Ada banyak kerugian
yang disebabkan oleh virus tersebut, Covid-19 tidak hanya mengganggu
kesehatan manusia, namun virus Covid-19 juga mengganggu perekonomian di
Indonesia, salah satu diantaranya Industri Perbankan Syariah. Impect Pandemi
Covid-19 telah meningkatkan berbagai resiko bisnis bagi Perbankan Syariah.
Ditengah kondisi Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung saat ini,
Industri Perbankan Syariah perlu beradaptasi, menyusun strategi baru yang sesuai
dengan kondisi terkini agar tetap relevan serta mampu melihat peluang dari setiap
tantangan yang ada. Untuk meningkatkan infrastruktur teknologi Bank Syariah
membutuhkan investasi modal yang besar. Selama ini Bank Syariah dalam upaya
ekspansi atau perluasan pasar terkendala oleh persoalan modal. Apalagi dalam hal
peningkatan teknologi, Bank Syariah harus lebih berfikir keras agar persoalan
modal untuk peningkatan teknologi dapat dipenuhi. Adanya hambatan dalam
merealisasikan penanaman modal karena terdapat investor yang Break atau
bahkan melakukan pembatalan terhadap penanaman modal yang akan
dilakukannya, termasuk juga pada bisnis Syariah.
Sebagai solusi, adanya Financial Technology (Fintech) Syariah yang siap
membantu perusahaan mendapatkan akses permodalan dan pembiayaan hingga
ratusan miliar rupiah dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Sutan Emir Hidayat, Mohammad Omar Farooq, dkk. “Covid-19 and Its Impact
On The Islamic Financial Industry In The OIC Countries”, dalam buku KNEKS,
April 2020.
Yuliana. Corona Virus Diseases (Covid-19) Sebuah Tinjauan Literatur, Jurnal
Wellnes and Healty Magazine, vol.2, Nomor 1, Februari 2020.
World Bank, “World Bank Group and Covid-19 (Coronavirus)”.
https://www.worldbank.org/en/who-we-are/news/coronavirus-covid19. Diakses
pada tanggal 11 April 2022.
https://ir.bankbsi.co.id Diakses pada tanggal 11 April 2022.
Arifin Zainul. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta : Grafindo, 2002.
Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2005.
Kumaidi, Hardiansyah Padli. Peluang dan Tantangan Bank Syariah di Masa
Pandemi Covid-19, Iltizam : Journal Of Shariah Economic Research Vol.5, No.2,
December 2021.
Asraaf Efendi Batubara, Khairinan Tambunan. Tantangan Ekonomi dan Bisnis
Syariah di Masa Pandemi Covid-19, Mumtaz : Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam
Vol.1, Issue 1, Januari 2022.
Raniah Tasya Nugraha, Lilik Rahmawati. Tantangan dan Solusi Pengembangan
Ar-Rahn BSI KC Gresik Kartini. At-Tahdzib : Jurnal Studi Islam dan Mu’amalah
Vol.10, Nomor 1, Maret 2022.

Anda mungkin juga menyukai