Anda di halaman 1dari 107

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka mencapai sistem perbankan yang kuat, sehat serta
efisien maka Bank Indonesia melakukan proses konsolidasi terhadap
Perbankan Indonesia. Proses Konsolidasi perbankan tersebut semakin
dipercepat oleh Bank Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan
ketahanan dan kesehatan perbankan dalam jangka panjang, menciptakan
kestabilan sistem keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi
nasional yang berkesinambungan, juga untuk meningkatkan perlindungan
terhadap masyarakat mengingat peran bank sebagai salah satu lembaga
kepercayaan. Dalam proses percepatan konsolidasi tersebut, Bank
Indonesia menyatakan tentang kewajiban modal minimum bank, yang
menetapkan rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR)
harus mecapai 8%, sehingga bank wajib memelihara ketersediaan modal
karena setiap pertambahan kegiatan bank khususnya yang mengakibatkan
pertimbangan aktivitas harus diimbangi dengan pertambahan pendapatan
permodalan sebesar 100:8 (Bankirnews, Mei 2011).
Kesehatan bank merupakan kemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasi perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajiban dengan baik dengan cara-cara yang sesuai
dengan peraturan perbankan yang berlaku (Triandaru dan Budisantoso,
2006: 51).Kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran sehingga dalam
sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat menukarkan
uang. Kegiatan penukaran uang ini dikenal nama pedagang valuta asing
1

(money changer). Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kegiatan


operasional perbankan berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang
atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan.Selanjutnya kegiatan
perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman uang.Uang yang
disimpan oleh masyarakat, oleh perbankan dipinjamkan kembali kepada
masyarakat yang membutuhkannya.Jasa-jasa bank lainnya menyusul
sesuai dengan perkembangan jaman dan kebutuhan masyarakat yang
semakin beragam.Akibat dari kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan
semakin meningkat dan beragam, maka peranan dunia perbankan semakin
dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada di negara
maju mapun negara berkembang. Sekarang perkembangan dunia
perbankan semakin pesat dan juga modern, perbankan semakin
mendominasi perkembangan ekonomi dan bisnis suatu negara, bahkan
aktivitas dan keberadaan perbankan sangat menentukan kemajuan suatu
negara.
Pada saat ini dunia perbankan mengalami persaingan yang semakin
ketat karena kondisi perekonomian yang semakin terbuka.Selain itu
tantangan dunia perbankan semakin sulit dengan diterapkannya Arsitektur
Perbankan Indonesia (API).Pada tanggal 9 Januari 2004, Gubernur Bank
Indonesia telah mengumumkan implementasi API. API merupakan
kebijakan pemerintah terhadap dunia perbankan di Indonesia yang
penerapannya akan dilaksanakan pada Tahun 2010. Kebijakan API ini
membahas tentang struktur perbankan yang sehat, pengawasan yang
independen, dan perlindungan nasabah.Salah satu kebijakan API adalah

penetapan modal minimum untuk bank umum sebesar Rp 100 miliar dan
untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) sebesar 10 miliar. Kebijakan API
ini menuntut setiap bank berlomba-lomba dalam menghimpun dana dari
masyarakat. Hal ini merupakan suatu langkah yang baik untuk
mengembalikan kepercayaan masyarakat dan untuk lebih memperkuat
fundamental perbankan nasional dalam jangka panjang.
Banyak pihak yang berkepentingan dalam penilaian kinerja pada
sebuah perusahaan perbankan, diantaranya bagi para manajer, investor,
pemerintah,

masyarakat

bisnis,

maupun

lembaga-lembaga

yang

terkait.Manajemen sangat memerlukan hasil penilaian terhadap kinerja


unit bisnisnya, yaitu untuk memastikan tingkat ukuran keberhasilan para
manajer dan sekaligus sebagai evaluasi penyusunan perencanaan strategi
maupun operasional pada masa selanjutnya. Kinerja perbankan yang baik
akan menarik minat investor untuk melakukan investasi pada sektor
perbankan, karena investor melihatsemakin sehat suatu bankmaka
manajeman bank tersebut bagus, serta diharapkan bisa memberikan return
yang tinggi. Pemerintah sangat berkepentingan terhadap penilaian kinerja
suatu lembaga keuangan, sebab memiliki fungsi memajukan dan
meningkatkan perekonomian negara, sedangkan masyarakat sangat
menginginkan agar badan usaha sektor perbankan sangat sehat dan
maju,sehingga dapat dicapai efisiensi dana berupa biaya yang murah dan
efisien.
PT. Bank Pembangunan Daerah Bali merupakan salah satu bank
lokal

berstatus

bank

umum

dengan

aktivitas

nasional

maupun

internasional.Bank

yang

memiliki

peran

dalam

menumbuhkan

perekonomian daerah Bali ini telah memberikan produk dan layanan jasa
perbankan sejak 5 Juni 1962.Setiap tahun PT. Bank Pembangunan Daerah
Bali melakukan penilaiantingkat kesehatan bank yang bertujuan untuk
menilai kinerja bank selama satu periode.
Tingkat kesehatan bank dapat menunjukkan kinerja dari PT. Bank
Pembangunan Daerah Bali dan dalam menilainya digunakan peraturan
yang telah ditetapkan oleh BI. Hasil dari penilaian akan memberikan
dampak terhadap kepercayaan masyarakat. Oleh sebab itu, keberhasilan
dalam melaksanakan tugas sebagai lembaga keuangan yang bermutu baik
dapat ditinjau dari tingkat kesehatan bank tersebut. Berdasarkan Surat
Edaran BI No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 dan PBI No.
13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 tentang Penilaian Tingkat kesehatan
Bank Umum menggantikan PBI sebelumnya Nomor 6/10/PBI/2004
tentang sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, penentuan
tingkat kesehatan bank menggunakan empat kelompok faktor yaitu Risk
Profile, Good Corporate Governance, Earnings ataurentabilitas, dan
Capital atau permodalan yang lebih dikenal dengan singkatan RGEC
dalam mengukur skala operasi dalam struktur permodalannya.
Sesuai dengan SE BI yang menyatakan bahwa penilaian kesehatan
Bank merupakan salah satu hal yang penting untuk menjaga ketahanan dan
kesehatan perbankan dalam jangka panjang, menciptakan kestabilan
sistem keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang
berkesinambungan, juga untuk meningkatkan perlindungan terhadap

masyarakat, peneliti mengangkat penelitian mengenai penilaian kesehatan


bank dengan judul Penilaian Kesehatan Bank dengan Metode RGEC
pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali Periode 2015.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, agar masalah yang
akan dibahas memperoleh suatu kejelasan dan pembahasannya lebih
terarah, maka penulis berusaha untuk mengidentifikasikan masalahnya
sebagai berikut:
1) Bagaimana

penilaian

tingkat

kesehatan

bankpada

PT

Bank

Pembangunan Daerah Bali ditinjau dari Risk Profile pada Tahun


2015?
2) Bagaimana

penilaian

Pembangunan

Daerah

tingkat
Bali

kesehatan
ditinjau

bankpada

dari

Good

PT

Bank

Coorporate

Governance pada Tahun 2015?


3) Bagaimana

penilaian

tingkat

kesehatan

bankpada

PT

Bank

Pembangunan Daerah Bali ditinjau dari Earningpada Tahun 2015?


4) Bagaimana penilaian tingkat kesehatan bank pada PT Bank
Pembangunan Daerah Bali ditinjau dari Capital pada Tahun 2015?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka


tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1) Mengetahui penilaian tingkat kesehatan bank pada PT Bank
Pembangunan Daerah Bali ditinjau dari Risk Profile pada Tahun
2015
2) Mengetahui penilaian tingkat kesehatan bank pada PT Bank
Pembangunan Daerah Bali ditinjau dari Good Coorporate
Governance pada Tahun 2015
3) Mengetahui

penilaian tingkat kesehatan bank pada PT Bank

Pembangunan Daerah Bali ditinjau dari Earning pada Tahun 2015


4) Mengetahui penilaian tingkat kesehatan bank pada PT Bank
Pembanungan Daerah Bali ditinjau dari Capital pada Tahun 2015
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian merupakan penjelasan kepada pihak-pihak
mana saja yang kiranya hasil penelitian penulis dapat memberikan
manfaat. Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1) Bagi PT Bank Pembangunan Daerah Bali
Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi tambahan bagi
pihak bank sehingga manajemen bank dapat meningkatkan kinerjanya
dan dapat menetapkan strategi bisnis yang baik dalam menghadapi
krisis keuangan global dan juga persaingan dalam dunia bisnis
perbankan.

2) Bagi Masyarakat

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi kepada


masyarakat mengenai tingkat kesehatan bank PT Bank Pembangunan
Daerah Baliuntuk Tahun2015.
3) Bagi Penulis
Penelitian ini dapat dijadikan media bagi penulis dalam menerapkan
pengetahuan teoritis yang telah diperoleh selama perkuliahan.Dan
memperkaya wawasan dan pengetahuan mengenai Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Landasan Teori

2.1.1 Bank
1)

Definisi Bank
Menurut UndangUndang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan,
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarkat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat banyak. Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi
Keuangan No. 31 (2007) menyatakan bahwa : Bank adalah badan usaha
yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau
bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Berdasarkan beberapa uraian dari definisi bank dapat diambil kesimpulan
bahwa bank adalah suatu badan hukum yang kegiatannya menghimpun dana
masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan
dana.

2)

Fungsi Bank
MenurutBudisantoso dan Nuritomo (2014: 9) fungsi utama bank
adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali
kepada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai financial
intermediary. Secara spesifik bank dapatberfungsi sebagai:

a) Agent of trust

Dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan. Masyarakat akan


mau menitipkan dananya di bank karena adanya kepercayaan. Pihak bank
juga akan menyalurkan dananya kepada debitur karena adanya usur
kepercayaan.Pihak bank juga akan menyalurkan dananya kepada debitur
karena adanya unsur kepercayaan.
b) Agent of development
Kegiatan bank yang berupa menghimpun dan menyalurkan dana
memungkinkan masyarakat melakukan kegiatan investasi, kegiatan
distribusi, serta kegiatan konsumsi barang dan jasa. Kelancaran kegiatan
investasi-distribusi-konsumsi adalah kegiatan pembangunan perekonomian
suatu masyarakat.
c) Agent of services
Bank memberikan penawaran jasa perbankan lain, seperti jasa pengiriman
uang, penitipan barang berharga, pemberi jaminan bank, dan penyelesaian
tagihan.
2.1.2 Laporan Keuangan
Ikatan Akuntansi Indonesia dalam standar Akuntansi Keuangan
(2007: 1-2) menyatakan bahwa : Laporan keuangan yang lengkap
biasanya meliputi : neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi
keuangan, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian internal dari laporan keuangan.

1) Tujuan Laporan Keuangan

10

Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan


(2007:3) menyatakan bahwa : Tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja,
serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan
ekonomi.
2) Komponen Laporan Keuangan
Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan
No. 1 (2007) menyatakan bahwa laporan keuangan lengkap terdiri
dari komponen-komponen sebagai berikut.
a)

Neraca, yaitu laporan yang menunjukkan keadaan keuangan


suatu perusahaan pada tanggal tertentu.

b)

Laporan Laba Rugi, yaitu laporan yang menunjukkan hasil


usaha dan biaya-biaya selama suatu periode akuntansi

c)

Laporan perubahan ekuitas, yaitu laporan yang menunjukkan


sebab-sebab perubahan ekuitas dari jumlah pada awal periode
menjadi ekuitas pada akhir periode.

d)

Laporan Arus Kas, menunjukkan arus kas masuk dan keluar


yang dibedakan arus kas operasi, atau kas nvestasi dan arus
kas pendanaan.

e)

Catatan atas Laporan Keuangan, berisi informasi keuangan


yang tidak dicantumkan dalam laporan keuangan tetapi
informasi tersebut merupakan bagian internal dari laporan
keuangan.

11

2.1.3 Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank


Faktor Penilaian Tingkat Keseshatan Bank yaitu RGEC :
Pada PBI NO.13/1/PBI/2011 dan SE No. 13/24/dpnp tangal 25 Oktober
2011 yang menjadi indikator adalah :
1) Risk profile
Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 Pasal 7 ayat 1
penilaian terhadap faktor profil risiko sebagaimana dimaksud dalam
pasal 6 huruf a merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan
kualitas penerapan manajemen risiko dalam operasional Bank yang
dilakukan terhadap 8 (delapan) risiko yaitu risiko kredit, risiko pasar,
risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko
kepatuhan, risiko reputasi. Penelitian ini mengukur faktor Risk Profile
dengan menggunakan 3 indikator yaitu faktor risiko kredit dengan
menggunakan rumus Non Performing Loan (NPL), risiko pasar dengan
menggunakan rumus Interest Rate Risk (IRR), dan risiko likuiditas
dengan menggunakan rumus Loan to Deposit Ratio (LDR), Loan to
Asset Ratio (LAR) dan Cash ratio. Hal tersebut dikarenakan pada risiko
diatas peneliti dapat memperoleh data kuantitatif yang tidak dapat
diperoleh pada faktor risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik,
risiko kepatuhan dan risiko reputasi.
Penialaian terhadap resiko terbagi menjadi 8 bagian yaitu :

a) Risiko kredit

12

Risiko pinjaman tidak kembali sesuai dengan kontrak, seperti


penundaan, pengurangan pembayaran suku bunga dan pinjaman
pokoknya, atau tidak membayar pinjaman sama sekali.
b) Risiko pasar
Suatu risiko yang timbul karena menurunnya nilai suatu investasi
karena pergerakan pada faktor-faktor pasar.
c) Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas

Risiko kekurangan likuiditas terjadi karena

adanyarushpenarikan

dana

secara

serentak

yang

dapat

Risiko kerugian yang diakibatkan oleh kegagalan atau

tidak

mengakibatkan kebangkrutanbank.
d) Risiko operasional

memadainya proses internal, manusia dan sistem, atau sebagai


akibat dari kejadian eksternal.
e) Risiko hukum
Risiko

dari

ketidakpastian

tindakan

atau

tuntutan

ketidakpastian dari pelaksanaan atau interpretasi dari

atau

kontrak,

hukum atau peraturan.


f) Risiko strategik
Risiko yang disebabkan oleh adanya penetapan dan pelaksanaan
strategi bank yang tidak tepat, pengambilan keputusan bisnis yang
tidak tepat atau
eksternal.
g) Risiko kepatuhan

kurang responsifnya bank terhadap perubahan

13

Risiko yang disebabkan oleh ketidakpatuhan suatu bank untuk


melaksanakan perundangundangan dan

ketentuan lain yang

berlaku
h) Risiko reputasi
Risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholderyang
bersumber dari persepsi negatif terhadap bank.
Masingmasing bagian dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu tingkat
risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen

risiko. Sehingga

penilaian untuk resiko terdapat 16 penilaian.Meninjau tingkat risiko


terbagi atas 5 tingkat. Semakin kecil

poin yang diterima maka

kesehatan bank dari sisi risiko tersebut semakin baik.


2) Good Corporate Governance
Penilaian terhadap faktor GCG dalam pendekatan RGEC
didasarkan ke dalam tiga asek utama yaitu, governance structure,
governance process, dan governance output. Berdasarkan ketetapan
Bank Indonesia yang disajikan dalam Laporan Pengawasan Bank
(2012:36):governance structure mencakup pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi serta
kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite. Governance process
mencakup fungsi kepatuhan bank, penanganan benturan kepentingan,
penerapan fungsi audit intern dan ekstern, penerapan manajemen risiko
termasuk systempengendalian intern, penyediaan dana kepada pihak
terkait dan dana besar, serta rencana strategis bank. Aspek terakhir
governance output mencakup transaparansi kondisi keuangan dan non

14

keuangan, laporan pelaksanaan GCG yang memenuhi prinsip


Transparancy,

Accountability,

Responsibility,

Indepedency,

dan

Earning adalah salah satu penilaian kesehatan bank dari

sisi

Fairness (TARIF).
3) Earning

rentabilitas. Indikator penilaian rentabilitas adalah ROA (Return On


Assets), ROE (Return On Equity), NIM (Net Interest Margin), dan
BOPO (Beban Operasional Terhadap

Pendapatan Operasional.

Komponen laba actual terhadap proyeksi anggaran dan kemampuan


komponen laba dalam meningkatkan permodalan. Karakteristik bank
dari sisi rentabilitas adalah kinerja bank dalam menghasilkan laba,
kestabilan komponen-komponen yang mendukung core earning, dan
kemampuan laba dalam meningkatkan permodalan dan prospek laba di
masa depan.
4) Capital
Peraturan bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 Pasal 7 ayat 2
sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 huruf d meliputi penilaian
terhadap tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan permodalan.
CAR adalah rasio kinerja bank untukmengukur kecukupan modal yang
dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan risiko (Kasmir, 2009:198).

2.2 Hasil Penelitian Sebelumnya

15

1) Arrivida Lasta, Arifin, dkk (2014). Dengan judul Anlisis Tingkat


Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan RGEC (Risk Profile,
Good Corporate Governance, Earning, dan Capital PT Bank Rakyat
Indonesia

Tbk

Periode

2011-2013.

Variabel

yang

digunakan

RGEC.Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis laporan


keuangan.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT
Bank Rakyat Indonesia dengan menggunakan metode RGEC ini
menunjukkan predikat kesehatan bank pada periode 2011-2013 secara
keseluruhan sehat.
2) Minarrohmah,Yaningwati, dkk (2014). Dengan judul Analisis Tingkat
Kesehatan Bank dengan Menggunakan Pendekatan RGEC (Risk Profile,
Good Corporate Governance, Earning, Capital) pada PT Bank Central
Asia,

Tbk

Periode

2010-2012).Variabel

yang

digunakan

yaitu

RGEC.Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis laporan


keuangan.Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada PT
Bank Central Asia dengan menggunakan metode RGEC ini menunjukkan
predikat kesehatan bank pada peiode 2011-2013 secara keseluruhan
sangat sehat.
3) Purnamasari, dan Mimba (2014). Dengan Judul Penilaian Tingkat
Kesehatan PT. BPD Bali Berdasarkan Risk Profile, GCG, Earning,
Capital. Teknik analisa yang digunakan yaitu menganalisis laporan
keuangan

dan

non

keuangan

dengan

metode

RGEC.

Sesuai

pembahasandapat disimpulkan PT. BPD Bali menggunakan peaturanperaturan Bank Indonesia Nomor 13/I/PBI/2011 tentang kesehatan bank

16

Umum mengunakan analisais Risk Profile, Good Corporate Governance,


Earning dan Capital tergolong cukup sehat.
4) Ramadhany, Suhadak, dkk (2015). Dengan judul Analisis Perbandingan
Tingkat Kesehatan Bank berdasarkan Risk Profile, Good Corporate
Governance, Earning, dan Capital (RGEC) pada Bank Konvensional
BUMN dan Swasta.Teknik analisis yang digunakan adalah teknik
analisis faktor profil risiko (Risk Profile), analisis faktor rentabilitas
(earnings), dan analissi faktor permodalan (capital).Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan pada Bank BUMN selama periode 20112013, memiliki predikat komposit secara umum sangat baik dan
mencerminkan kondisi bank yang secara umum sangat sehat. Pada bank
swasta nasional devisa memiliki predikat komposit secara umum baik
dan mencerminkan kondisi bank yang secara umum sehat.
5) Yessi, Rahayu, dkk (2015). Dengan judul Analisis Tingkat kesehatan
Bank dengan Menggunakan Pendekatan RGEC (Risk Profile, Good
Corporate Governance, Earning, Capital) Studi pada PT Bank Sinar
Harapan Bali Periode 2010-2012. Teknik analisis yang digunakan
menganilisis data dengan berdasarkan pada PBI No 13/24/PBI/2011 pasal
6, tentang mekanisme penilaian Bank Sinar Harapan Bali secara
Individual.Penilaian-penilaian

tersebut

mencakup

penilaian

good

corporate governance, earnings, dan capital. Berdasarkan kriteria


penilaian RGEC diatas maka hasil penilaian terhadap pengelolaan Good
Corporate Governance Bank Sinar Harapan Bali dari Tahun 2010 hingga

17

2012 dengan bedasarkan surat Keputusan Bank Indonesia (BI) No.


13/24/PBI/2012, mendapatkan predikat sehat.
6) Setiabudi (2015). Dengan judul Analisis Perbedaan Tingkat kesehatan
Bank Umum Syariah berdasarkan Metode CAMELS dan RGEC Periode
Tahun 2011-2013.Teknik analisa yang digunakan menganalisis laporan
keuangan berdasarkan metode CAMELS dan RGEC. Berdasarkan pada
faktor manajemen dengan rasio NOM berada pada peringkat empat,
namun secara keseluruhan perhitungan CAMLES berada pada peringkat
satu di tahun 2011 yang berarti sangat sehat sedangkan pada peringkat
dua di Tahun 2012-2013 yang berarti sehat. Dalam metode RGEC dapat
diketahui bahwa rata-rata tingkat BUS Tahun 2011 sampai 2013 berada
pada tingkat satu yang mencerminkan kondisi bank secara umum sangat
sehat.
7) Dwinanda, dan Wiagustini (2015). Dengan judul Analisis Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali
Berdasarkan Metode RGEC.Teknik analisa yang digunakan dengan
menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan metode RGEC.
Berdasarkan pada penelitian tersebut maka secara keseluruhan PT Bank
Pembangunan Daerah bali periode Tahun 2012 dan 2013 menunjukkan
kondisi yang sangat sehat.
8) Utami (2015). Dengan judul Perbandingan Analisis CAMELS Dan
RGEC Dalam Menilai Tingkat Kesehatan Bank Pada Unit Usaha Syariah
Milik Pemerintah PT Bank Negara Indonesia, TBK Tahun 20122013.Variabel yang digunakan CAMELS dan RGEC.Teknik analisis

18

yang digunakan teknik analisis laporan keuangan. Berdasarkan hasil


penelitian yang telah dilakukan pada PT Bank Negara Indonesia Syariah
dengan metode CAMELS dan RGEC ini menunjukkan predikat
kesehatan bank tersebut sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh
Bank Indonesia, untuk periode Maret 2012 sampai dengan Desember
2013 rata-rata Bank Negara Indonesia Syariah memperoleh predikat
sehat.
9) Fortrania (2015). Dengan judul Analisis Tingkat Kesehatan Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dengan Metode CAMELS dan
RGEC.Teknik penelitian yang digunakan yaitu menganalisis data
dengan menggunakan rasio-rasio keuangan seperti, capital adequacy,
assets quality, management, earning, liquidity, dan sensitivity, serta
laporan laba rugi bank. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data
yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut
tingkat kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah dengan
menggunakan metode CAMELS dan RGEC ini menunjukkan bank
tersebut dari periode 2011-2013 sehat.
10) Diarto, dan Aisjah (2015). Dengan judul Analisis Tingkat Kesehatan
Bank

dengan

Menggunakan

metode

RGEC

(Risk

Profile,

GoodCorporate Governance, Earning, Capital) pada PT.Bank Rakyat


Indonesia (PERSERO), Tbk Periode 2011-2014. Teknik penelitian yang
digunakan adalah dengan menggunakan laporan keuangan.Berdasarkan
hasil analisis dan pembahasan mengenai tingkt kesehatan PT. Bank
Rakyat Inonesia (Persero), Tbk pada Tahun 2011-2014 yang diukur

19

mennggunakan metode RGEC secara keseluruhan merupakan bank yang


dapat dikatakan sehat.

No
1

Nama &
Tahun
Penelitian
Arrivida
Lasta,
Arifin,
dkk
(2014)

Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Sebelumnya
Judul
Variabel
Teknik
penelitian penelitian analisis data

Anlisis
Tingkat
Kesehatan
Bank
dengan
Menggunak
an
Pendekatan
RGEC
(Risk
Profile,
Good
Corporate
Governance
, Earning,
dan Capital
PT
Bank
Rakyat
Indonesia
Tbk Periode
2011-2013
Minarroh
Analisis
mah,Yanin Tingkat
gwati, dkk Kesehatan
(2014)
Bank
dengan
Menggunak
an
Pendekatan
RGEC
(Risk
Profile,
Good
Corporate
Governance
, Earning,
Capital).
Variabel
yang

Hasil penelitian

RGEC
(Risk
Profile,
Good
Corporate
Governan
ce,
Earning,
dan
Capital).

teknik analisis PT
Bank
Rakyat
laporan
Indonesia
dengan
keuangan.
menggunakan metode
RGEC ini menunjukkan
predikat kesehatan bank
pada periode 2011-2013
secara
keseluruhan
sehat.

RGEC
(Risk
Profile,
Good
Corporate
Governan
ce,
Earning,
dan
Capital).

teknik analisis
laporan
keuangan

PT Bank Central Asia


dengan menggunakan
metode
RGEC
ini
menunjukkan predikat
kesehatan bank pada
peiode
2011-2013
secara
keseluruhan
sangat sehat.

20

digunakan
yaitu RGEC
Purnamasa Penilaian
ri,
dan Tingkat
Mimba
Kesehatan
(2014)
PT.
BPD
Bali
Berdasarka
n
Risk
Profile,
GCG,
Earning,
Capital
Ramadhan Analisis
y,
Perbanding
Suhadak,
an Tingkat
dkk
Kesehatan
(2015)
Bank
berdasarkan
Risk Profile,
Good
Corporate
Governance
, Earning,
dan Capital
(RGEC)
pada Bank
Konvension
al BUMN
dan Swasta
Yessi,
Analisis
Rahayu,
Tingkat
dkk
kesehatan
(2015)
Bank
dengan
Menggunak
an
Pendekatan
RGEC
(Risk
Profile,
Good
Corporate
Governance
, Earning,
Capital)
Studi pada
PT
Bank

RGEC
(Risk
Profile,
Good
Corporate
Governan
ce,
Earning,
Capital)

menganalisis
laporan
keuangan dan
non keuangan
dengan metode
RGEC

RGEC
(Risk
Profile,
Good
Corporate
Governan
ce,
Earning,
dan
Capital)

teknik analisis
faktor
profil
risiko
(Risk
Profile),
analisis faktor
rentabilitas
(earnings), dan
analissi faktor
permodalan
(capital).

RGEC
(Risk
Profile,
Good
Corporate
Governan
ce,
Earning,
Capital)

menganilisis
data
dengan
berdasarkan
pada PBI No
13/24/PBI/201
1 pasal 6,
tentang
mekanisme
penilaian Bank
Sinar Harapan
Bali
secara
Individual

disimpulkan PT. BPD


Bali
menggunakan
peaturan-peraturan
Bank Indonesia Nomor
13/I/PBI/2011 tentang
kesehatan bank Umum
mengunakan analisais
Risk Profile, Good
Corporate Governance,
Earning dan Capital
tergolong cukup sehat.
pada Bank BUMN
selama periode 20112013, memiliki predikat
komposit secara umum
sangat
baik
dan
mencerminkan kondisi
bank yang secara umum
sangat sehat. Pada bank
swasta nasional devisa
memiliki
predikat
komposit secara umum
baik dan mencerminkan
kondisi bank yang
secara umum sehat.

kriteria penilaian RGEC


diatas
maka
hasil
penilaian
terhadap
pengelolaan
Good
Corporate Governance
Bank Sinar Harapan
Bali dari Tahun 2010
hingga 2012 dengan
bedasarkan
surat
Keputusan
Bank
Indonesia (BI) No.
13/24/PBI/2012,
mendapatkan predikat
sehat.

21

Setiabudi
(2015)

Dwinanda,
dan
Wiagustini
(2015)

Utami
(2015)

Sinar
Harapan
Bali Periode
2010-2012
Analisis
CAMELS
Perbedaan
dan RGEC
Tingkat
kesehatan
Bank
Umum
Syariah
berdasarkan
Metode
CAMELS
dan RGEC
Periode
Tahun
2011-2013

Analisis
Penilaian
Tingkat
Kesehatan
Bank Pada
PT
Bank
Pembangun
an Daerah
Bali
Berdasarka
n Metode
RGEC
Perbanding
an Analisis
CAMELS
Dan RGEC
Dalam
Menilai
Tingkat
Kesehatan
Bank Pada
Unit Usaha

RGEC
(Risk
Profile,
Good
Corporate
Governan
ce,
Earning,
Capital)

menganalisis
laporan
keuangan
berdasarkan
metode
CAMELS dan
RGEC

pada faktor manajemen


dengan rasio NOM
berada pada peringkat
empat, namun secara
keseluruhan
perhitungan CAMLES
berada pada peringkat
satu di Tahun 2011
yang berarti sangat
sehat sedangkan pada
peringkat dua di Tahun
2012-2013 yang berarti
sehat. Dalam metode
RGEC dapat diketahui
bahwa rata-rata tingkat
BUS
Tahun
2011
sampai 2013 berada
pada tingkat satu yang
mencerminkan kondisi
bank secara umum
sangat sehat.

Teknik analisa Pada penelitian tersebut


yang
maka
secara
digunakan
keseluruhan PTBank
dengan
Pembangunan Daerah
menganalisis
bali periode tahun
laporan
2012
dan
2013
keuangan.
menunjukkan kondisi
yang sangat sehat.

CAMELS teknik analisis


dan RGEC laporan
(Risk
keuangan.
Profile,
Good
Corporate
Governan
ce,
Earning,
dan

PT
Bank
Negara
Indonesia
Syariah
dengan
metode
CAMELS dan RGEC
ini
menunjukkan
predikat kesehatan bank
tersebut sesuai dengan
standar yang telah
ditetapkan oleh Bank
Indonesia,
untuk

22

Syariah
Capital)
Milik
Pemerintah
PT
Bank
Negara
Indonesia,
TBK Tahun
2012-2013
Analisis
CAMELS
Tingkat
dan RGEC
Kesehatan
Bank
Umum
Syariah dan
Unit Usaha
Syariah
dengan
Metode
CAMELS
dan RGEC

Fortrania
(2015)

10

Diarto,
Analisis
dan Aisjah Tingkat
(2015)
Kesehatan
Bank
dengan
Menggunak
an metode
RGEC
(Risk
Profile,
Good
Corporate
Governance
, Earning,
Capital)
pada
PT.
Bank
Rakyat
Indonesia
(PERSERO
),
Tbk
Periode
2011-2014

RGEC
(Risk
Profile,
Good
Corporate
Governan
ce,
Earning,
Capital)

periode Maret 2012


sampai
dengan
Desember 2013 ratarata
Bank
Negara
Indonesia
Syariah
memperoleh predikat
sehat.
menganalisis
data
dengan
menggunakan
rasio-rasio
keuangan
seperti, capital
adequacy,
assets quality,
management,
earning,
liquidity, dan
sensitivity,
serta laporan
laba rugi bank
teknik analisis
laporan
keuangan.

Sumber : Skripsi, Artikel, Data Diolah (2016)

Penelitian dan analisis


data
yang
telah
dilakukan maka dapat
diambil
kesimpulan
sebagai berikut Tingkat
kesehatan Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha
Syariah
dengan
menggunakan metode
CAMELS dan RGEC
ini menunjukkan bank
tersebut dari periode
2011-2013 sehat.
Berdasarkan
hasil
analisis
dan
pembahasan mengenai
tingkt kesehatan PT.
Bank Rakyat Inonesia
(Persero), Tbk pada
Tahun 2011-2014 yang
diukur mennggunakan
metode RGEC secara
keseluruhan merupakan
bank
yang
dapat
dikatakan sehat.

23

BAB III
KERANGKA BERPIKIR
3.1

Kerangka Berpikir
Penilaian kesehatan bank adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mengetahui kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan

operasi

perbankan secara normal dan memenuhi kewajibannya. Penilaian kesehatan


bank sangat penting karena untuk membentuk kepercayaan masyarakat dan
untuk melaksanakan prinsip kehatihatian dalam dunia perbankan, serta
diharapkan hanya bankbank yang benarbenar sehat yang dapat beroperasi
dan berhubungan dengan masyarakat. Kesehatan suatu bank umum perlu
diketahui karena untuk mendapatkan kepercayaan

dari masyarakat

diperlukan bank yang sehat.


Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia penilaian kesehatan bank umum ditentukan dalam Surat Edaran
No. 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 menyatakan bahwa penilaian
tingkat kesehatan bank dinilai dengan analisis RGEC yang terdiri dari :
Risiko (Risk), Manajemen yang baik (Good Corporate Governance),
Rentabilitas (Earning) dan Permodalan (Capital). Penilaian tingkat
kesehatan bank melalui RGEC ini merupakan salah satu indikator
manajemen yang baik dalam mengelola perbankan dengan adanya
pencapaian tingkat peringkat kesehatan bank dengan peringkat komposit 1
dan peringkat komposit.

24

Gambar 3.1
Kerangka Berpikir
PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH
BALI
Laporan Keuangan
Metode RGEC

Risk
Profile

NPL

Good
Corporate
Governance
Transparansi

Earning

ROA

Akuntabilitas

LDR

Pertanggung
Jawaban

Capital

CAR
NIM

Independensi
Kewajaran

Analisis Data Keuangan

Kesehatan Bank : Sangat Sehat/


Sehat/ Cukup Sehat/ Kurang
Sehat/Tidak Sehat

25

Sumber : Hasil Pemikiran Peneliti (2016)

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT Bank Pembangunan Daerah Bali yang
beralamat di jalan raya Puputan Niti Mandala Renon Denpasar Bali.
4.2 Obyek Penelitian
Obyek yang akan diteliti oleh penulis dalam penelitian ini adalah
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank menggunakan metode RGEC ( Risk
Profile, Good Corporate Governance, Earning, dan Capital ).Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang
ditujukan untuk menggambarkan fenomenafenomena yang berlangsung
saat ini atau pada saat lampau. Penelitian ini akan dilakukan dengan
mengumpulkan datadata sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 dan SE No. 13/ 24/ DPNP
tanggal 25 Oktober 2011.
4.3 Identifikasi Variabel
Dalam Usulan Penelitian ini menggunakan metode RGEC, diantaranya
yaitu :
1)

Risk Profile yang terdiri dari : NPL dan LDR

2)

Good Corporate Governance yang terdiri dari :Transpalansi


(Transparency), Akuntabilitas (Accountability), Pertanggung Jawaban
(Responsibility),
(Fairness).

Independensi

(Independency),

dan

Kewajaran

26

3)

Earning yang terdiri dari : ROA dan NIM

4)

Capital yang terdiri dari : CAR

4.4 Definisi Operasional Variabel


Penilaian kesehatan bank merupakan penilaian terhadap kemampuan
bank dalam menjalankan kegaiatan operasional perbankan secara normal
dan kemampuan bank dalam kewajibannya.Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank sangat penting untuk mempertahankan kepercayaan dari masyarakat
dan hanya bankbank yang benarbenar sehat saja yang dapat melayani
masyarakat. Peraturan tentang penilaian kesehatan bank terdapat pada
Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 dan SE No. 13/ 24/ DPNP
tanggal 25 Oktober 2011 yang menjadi indicator adalah RGEC yang terdiri
dari Risk Profile atau risiko

(R), Good Corporate Governance (G),

Earnings (E) dan Capital (C) dan penilaiaan menggunakan skala 1 sampai
5 semakin kecil poin yang

diterima itu menandakan kesehatan bank

semakin baik. RGEC sebagai indikator yang terdiri dari :


1)

Risk profile
Penilaian terhadap resiko terbagi menjadi 8 bagian yaitu:
a) Risiko kredit
Rasio kredit dihitung dengan menggunakan rasio Non Performing
Loan :
NPL=

(1)
b) Risiko pasar

Kredit Bermasalah
100
Total Kredit

...................................

27

Rasio pasar dihitung dengan menggunakan rasio Interest Ratio


Risk:

IRR=

RSA( Rate Sensitive Assets)


100 ................................
RSL( Rate Sensitive Liabilities)

. (2)
c) Risiko likuiditas
Rasio likuiditas dapat dihitung menggunaklan rasio-rasio sebagai
berikut:
(1) Loan to Deposit Ratio (LDR)
LDR=

Total Kredit
100 ...................................
Dana Pihak Ketiga

(3)
(2) Loan to Asset Ratio (LAR)
LAR=

Total Kredit
100 ............................................ (4)
Total Aseet

(3) Cash Ratio


Cash Ratio=

Alatalat Liquid yang Dikuasai


100 ......
Dana Pihak Ketiga

. (5)
2)

Good Corporate Governance


BI mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 9/ 12
/DPNP Tanggal 30 Mei 2007, yang merupakan petunjuk pelaksanaan
dari PBI nomor 8/4/PBI/2006, yang telah diperbaharui dengan PBI No.
8/14/PBI/2006 tanggal 5 October 2006. BI melalui SE tersebut

28

menjelaskan lebih rinci kelima prinsip GCG tersebut, yaitu sebagai


berikut:
a) Transparansi

(transparency),

yaitu

keterbukaan

dalam

mengemukakan informasi yang material dan relevan serta


keterbukaan

dalam

proses

pengambilan

keputusan.

Prinsip

transparansi merupakan salah satu prinsip yang wajib dijalankan di


suatu perusahaan, prinsip ini merupakan salah satu prinsip yang ada
di dalam Good Corporate Governance (GCG). Untuk menjaga
obyektivitas

dalam

menjalankan

bisnis,

perusahaan

harus

menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang


mudah diakses dan dipahami untuk mengungkapkan tidak hanya
masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan,
tetapi juga hal yang penting untuk pengembalian keputusan oleh
pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan lainnya.
(Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance 2006).
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance, (2006)
indikator dari transparansi (transparency) :
(1) Ketersediaan informasi yang jelas, tepat waktu, akurat, dan
mudah diakses.
(2) Semua informasi harus diungkapkan pada stakeholders.
(3) Prinsip keterbukaan harus sesuai perundang-undangan.
(4) Kebijakan harus tertulis.
b) Akuntabilitas (accountability) yaitu kejelasan fungsi
pelaksanaan

pertanggungjawaban

dengan

bank

dan

sehingga

pengelolaannya berjalan secara efektif. Pengelolaan perusahaan


harus didasarkan pada pembagian kekuasaan diantara manajer

29

perusahaan, yang bertanggungjawab pada pengoperasian setiap


harinya, dan pemegang sahamnya yang diwakili oleh dewan direksi.
Dewan direksi diharapkan untuk menetapkan kesalahan (oversight)
dan

pengawasan.

(Menurut

Komite

Nasional

Kebijakan

Governance 2006).

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance, (2006)


indikator dari akuntabilitas (accountability) yaitu :
(1) Menetapkan rincin tugas dan tanggung jawab organ perusahaan.
(2) Meyakini bahwa semua organ mempunyai kemampuan sesuai
tugas.
(3) Sistem pengendalian internal yang efektif.
(4) Ukuran kinerja.
(5) Berpegangan pada etika bisnis dan pedoman perilaku.
c) Pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian pengelolaan
Bank dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
prinsip-prinsip pengelolaan Bank yang sehat. Perusahaan harus
mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan
mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen. (Menurut
Komite Nasional Kebijakan Governance 2006).
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance, (2006)
indikator dari pertanggungjawaban (responsibility) yaitu :
(1) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran
dasar, dan peraturan pemerintah.

30

(2) Pelaksanaan tanggung jawab sosial.


d) Independensi (independency) yaitu pengelolaan Bank secara
profesional tanpa pengaruh/ tekanan dari pihak manapun. Untuk
memperlancar

pelaksanaan

prinsip-prinsip

Good

Corporate

Governance, perusahaan harus dikelola secara independen dengan


keseimbangan kekuatan. Dalam keseimbangan kekuatan tersebut,
tidak ada organ perusahaan yang mendominasi satu sama lain dan
tidak dapat diintervensi dari pihak lain. (Menurut Komite Nasional
Kebijakan Governance 2006).
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance,(2006)
indikator dari independensi (independency) yaitu :
(1) Organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi pihak
manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu.
(2) Organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugas sesuai
anggaran dasar dan peraturan perundangan.
e) Kewajaran (fairness) yaitu keadilan dan kesetaraan dalam
memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian
dan

peraturan

melaksanakan

perundang-undangan
kegiatannya,

yang

perusahaan

berlaku.
harus

Dalam

senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku


kepentingan lainnya berdasarkan atas kewajaran dan kesetaraan.
(Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance 2006).
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance, (2006)
indikator dari kewajaran (fairness) yaitu :
(1) Memberi kesempatan bagi stakeholders untuk memberikan
masukan dan menyampaikan pendapat.
(2) Perusahaan memberikan perlakuan yang setara dan wajar

31

kepada stakeholder.
(3) Perusahaan memberi kesempatan yang sama dalam penerimaan
3)

karyawan.
Earning
Penilaian terhadap earning dibagi menjadi 4 bagian yaitu :
a) Return on Assets (ROA)
ROA=

Laba Sebelum Pajak


100
Ratarata total aset

.............................................

(6)
b) Return On Equity (ROE)
ROE=

Laba Setelah Pajak


100 .............................................
Ratarata modal inti

(7)
c) Net Interest Margi (NIM)
NIM =

Pendapatan Bunga Bersih


100
Ratarata aktiva produktif

..................................

. (8)
d) Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
BOPO =

Beban Operasional
100
Pendapatan Operasional

...................................

(9)
4)

Capital
Rasiokecukupanmodal :
CAR=

(10)

Modal
100
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

.......................

32

4.5 Jenis dan Sumber Data


4.5.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1) Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data berangka yang diperoleh melalui suatu
pengukuran. Data kuantitatif mendasarkan pada hasil penelitian pada
perhitungan-perhitungan matematis yang kemudian memberikan
gambaran atas suatu penelitian. Data angka yang dihasilkan menjadi
acuan yang telah ditentukan sebelumnya. Cara- cara yang digunakan
bisa berupa tes, yang kemudian melalui berbagai proses uji vailiditas
(Ashly,2010). Dalam penelitian ini, data kuantitatif berupa jawaban
2)

dari kuesioner.
Data kualitatif
Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata atau yang
berwujud pernyataan-pernyataan verbal, bukan dalam bentuk angka
(Ashly, 2010)

Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam

teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen,


kuesioner, dll. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa sejarah
berdirinya perusahaan dan struktur organisasi.
4.5.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
dokumenter. Data dokumenter adalah data penelitian yang antara lain
berupa laporan keuangan. Berdasarkan sumber

data penelitian ini

menggunakan sumber data sekunder. Data sekunder adalah sumber data


penelitian yang diperoleh peneliti seacara tidak langsung melalui media

33

perantara. (Indriantoro dan Supomo, 2013:147). Dalam penelitian ini


data sekunder diperoleh dari laporan keuangan PT Bank Pembangunan
Daerah Bali Periode 2015.
4.6 Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
dokumentasi. Dokumentasi adalah mengumpulkan data sekunder dengan
cara melihat atau menyalin catatan kertas kerja yang dianggap berhubungan
dengan penelitian. (Indriantoro dan Supomo, 2013: 147).
4.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis laporan
keuangan dengan menggunakan pendekatan Peraturan Bank

Indonesia

Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum,


Bank Indonesia telah menetapkan sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank
berbasis risiko menggantikan

penilaian CAMELS. Penilaian terhadap

faktor-faktor RGEC terdiri dari:


1) Profil Risiko (Risk Profile)
Penilaian terhadap risiko terbagi menjadi 8 bagian yaitu risiko
kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum,
risiko strategik, risiko kepatuhan dan risiko

reputasi. Dalam

penelitian ini mengukur faktor risk profile dengan menggunakan 2


indikator yaitu faktor risiko kredit dengan menggunakan rumus NPL
dan risiko likuiditas dengan rumus LDR, LAR, dan Cash Ratio.
a) Risiko Kredit
Dengan menghitung rasio Non Performing Loan :

34

NPL=

Kredit Bermasalah
100 ...................................... (11)
Total Kredit

Tabel 4.1.
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Risiko Kredit
Peringkat
Keterangan
Kriteria
1

Sangat Sehat

<2%

Sehat

2%-3,5%

Cukup Sehat

>3,5%-5%

Kurang Sehat

>5%-8%

Tidak Sehat

>8%

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia (2016)


b) Risiko Likuiditas
Dengan Menghitung rasio- rasio sebagai berikut :
Loan to Deposit Ratio (LDR)
LDR=

Total Kredit
100
Dana Pihak Ketiga

.....................................

(12)
Tabel 4.2.
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Risiko Likuiditas
Peringkat
Keterangan
Kriteria
1

Sangat Sehat

70%-<85%

Sehat

60%-<70%

Cukup Sehat

85%-<100%

35

Kurang Sehat

100%-<120%

Tidak Sehat

->120%-<60%

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia (2016)


2) Good Corporate Governance
Petunjuk teknis penilaian GCG selengkapnya tertuang dalam
Surat Edaran No.13/24/DPNP Perihal Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum yang diterbitkan pada tanggal 25 Oktober 2011. Tahap
penilaiannya adalah sebagai berikut:
a) Penilaian faktor GCG merupakan penilaian terhadap kualitas
manajemen Bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Prinsipprinsip GCG dan fokus penilaian terhadap pelaksanaan prinsipprinsip GCG berpedoman pada ketentuan Bank Indonesia
mengenai

Pelaksanaan

GCG

bagi

Bank

Umum

dengan

memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha Bank.


b) Penetapan peringkat faktor GCG dilakukan berdasarkan analisis
atas: (i) pelaksanaan prinsip-prinsip GCG Bank sebagaimana
dimaksud pada angka 1); (ii) kecukupan tata kelola (governance)
atas struktur, proses, dan hasil penerapan GCG pada Bank; dan
(iii) informasi lain yang terkait dengan

GCG Bank yang

didasarkan pada data dan informasi yang relevan.


c) Peringkat faktor GCG dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat
yaitu Peringkat 1, Peringkat 2, Peringkat 3, Peringkat 4, dan

36

Peringkat 5. Urutan peringkat faktor GCG yang lebih kecil


mencerminkan penerapan GCG yang lebih baik. Penetapan
peringkat faktor GCG dilakukan dengan berpedoman pada
Tabel4.3, seperti dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3.
Peringkat Good Corporate Governance
Mencerminkan manajemen Bank telah melakukan penerapan
Good Corporate Governance yang secara umum sangat baik.
Hal ini tercermin dari pemenuhan yang sangat memadai atas
prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Apabila terdapat
kelemahan dalam penerapan prinsip Good Corporate
Governance, maka secara umum kelemahan tersebut tidak
signifikan dan dapat segera dilakukan perbaikan oleh
manajemen Bank.
Mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan
Good Corporate Governance yang secara umum baik. Hal ini
tercermin dari pemenuhan yang memadai atas prinsip-prinsip
Good Corporate Governance. Apabila terdapat kelemahan
dalam penerapam prinsip Good Corporate Governance, maka
secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan dan dapat
diselesaikan dengan tindakan normal oleh manajeme Bank.
Mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan
Good Corporate Governance yang secara umum cukup baik.
Hal ini tercermin dari pemenuhan yang cukup memadai atas
prinsip-prinsip Good Corporate Governance, maka secara
umum kelemahan tersebut cukup signifikan dan memerlukan

37

perhatian yang cukup dari manajemen Bank.


Mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan
Good Corporate Governance yang secara umum kurang baik.
Hal ini tercermin dari pemenuhan yang kurang memadai atas
prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Terdapat
kelemahan dlaam penerapan prinsip Good Corporate
Governance, maka secara umum kelemahan tersebut signifikan
dan memerlukan perbaikan yang menyeluruh oleh manajemen
Bank.
5
Mencerminkan Manajemen Bank telah melakukan penerapan
Good corporate Governance yang secara umum tidalk baik.
Hal ini tercermin dari pemenuhan yang tidak memadai atas
prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Kelemahan dalam
penerapan prinsip Good Corporate Governance, maka secara
umum kelemahan tersebut sangat signifikan dan sulit untuk
diperbaiki oleh manajemen Bank.
Sumber : Lampiran SE BI No. 13/24/DPNP tahun 2011
4

3) Earnings (Reantabilitas)
Penilaian terhadap faktor earnings didasarkan pada dua rasio yaitu:
a) Return on Assets (ROA)
Laba Sebelum Pajak
ROA=
100
Ratarata total aset

.......................................... (13)

Tabel 4.3.
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Rentabilitas (ROA)
Peringat
Keterangan
Kriteria
1

Sangat Sehat

Perolehan Laba sangat tinggi


(rasio ROA diatas 2%)

Sehat

Perolehan laba tinggi (rasio ROA


berkisar antara 1,26% sampai
dengan 2%)

Cukup Sehat

Perolehan laba cukup tinggi (rasio


ROA berkisar antara 0,51%
sampai dengan 1,25%)

Kurang Sehat

Perolehan laba rendah atau


cenderung mengalami kerugian
(ROA
mengarah
negatif,
rasioberkisar 0% sampai dengan
0,5%)

Tidak Sehat

Bank mengalami keugian yang


besar (ROA negatif, rasio

38

dibawah 0%)
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia (2016)
b) Net Interest Margin (NIM)
Pendapatan Bunga Bersih
NIM =
100
Ratarata aktiva produktif

..................................... (14)

Tabel 4.4.
Matriks Kreiteria Penetapan Peringkat Komponen Rentabilitas (NIM)
Peringkat

Keterangan

Kriteria

Sangat Sehat

Margin bunga sangat tinggi (rasio


diatas 5%)

Sehat

Margin bunga bersih tinggi (rasio NIM


berkisar antara 2,01% sampai dengan
5%)

Cukup Sehat

Margin bunga bersih cukup tinggi


(rasio NIM berkisar antara 1,5%
sampai dengan 2%)

Kurang Sehat

Margin bunga bersih rendah mengarah


negatif (rasio NIM berkisar 0% sampai
dengan 1,49%)

Tidak Sehat

Margin bunga bersih sangat rendah


atau negatif (rasio NIM dibawah 0%)

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia (2016)


5) Capital
Capital atau permodalan yaitu metode penilaian bank berdasarkan
permodalan yang dimiliki bank dengan menggunakan rasio Capital
Adequacy Ratio (CAR).

39

CAR=

Modal
100
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

....................... (15)

Tabel 4.5.
Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Faktor Permodalan
Peringkat

Keterangan

Kriteria

Sangat Sehat

> 12%

Sehat

9%CAR<12%

Cukup Sehat

8%CAR<9%

Kurang Sehat

6%<CAR<8%

Tidak Sehat

CAR6%

Sumber : Kodifikasi Penilaian Kesehatan Bank Indonesia (2016)


Peringkat komposit dikategorikan sebagai berikut :
a) Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif
yang signifikan dari kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
b) Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi

pengaruh negatif yang

signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.


c) Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
cukup sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif
yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
d) Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
kurang sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif
yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

40

e) Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi bank yang secara umum


tidak sehat sehingga dinilai sangat tidak mampu menghadapi pengaruh negatif
yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor internal lainnya.

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
1) Deskripsi Data Umum
a) Sejarah PT. Bank Pembangunan Daerah Bali
Bank Pembangunan Daerah Bali (selanjutnya disebut Bank BPD
Bali) didirikan tanggal 5 Juni 1962 dengan Akta Notaris Ida Bagus Ketut
Rurus No. 131. Pada tanggal 12 Mei 2004, badan hukum BPD Bali yang
semula berbentuk Perusahaan Daerah (PD), berubah menjadi Perseroan
Terbatas (PT). Bank BPD Bali adalah satu-satunya bank milik Pemerintah
Daerah Bali yang diharapkan berperan aktif dalam menggerakkan
perekonomian daerah Bali terutama dalam menggerakkan sektor riil dan
meningkatkan usaha kecil mikro dan menengah (UMKM) agar mampu

41

bertahan dan bersaing mengimbangi perubahan lingkungan yang begitu


dinamis. Selain mengemban misi sebagai penggerak perekonomian daerah,
Bank BPD Bali juga harus tetap menjalankan usaha secara sehat di tengahtengah persaingan industri perbankan, baik di tingkat regional, nasional,
maupun internasional. Pesaing yang dihadapi tidak hanya dari sesama bank
melainkan juga berbagai organisasi yang bergerak dalam jasa keuangan,
baik yang sifatnya formal maupun informal.
Perubahan

lingkungan

yang

dinamis

yang

ditandai

oleh

meningkatnya harapan dari berbagai pihak menuntut Bank BPD Bali untuk
semakin adaptif dan inovatif dalam mengelola seluruh sumber daya yang
dimiliki untuk mewujudkan visi dan misi organisasi. Karena itu agar bisa
fokus dalam pengelolaan organisasi dan hasilnya dapat dievaluasi secara
efektif dan terukur, perlu dirumuskan rencana bisnis strategis dalam kurun
waktu lima tahun ke depan. Kebutuhan akan adanya rencana bisnis strategis
ini makin mendesak di tengah situasi persaingan global yang dirasakan oleh
setiap entitas bisnis dalam semua sektor industri tidak terkecuali sektor
perbankan.
Dengan memperhatikan peluang dan tantangan yang dihadapi serta
kekuatan dan kelemahan yang dimiliki dan juga dalam rangka implementasi
blueprint Bank BPD Bali sebagai Regional Champion (BRC), maka
ditetapkan strategic goal beserta sasaran yang ingin dicapai dalam kurun
waktu lima tahun mendatang. Semuanya ini dituangkan dalam Corporate
Plan tahun 2012-2016 yang pelaksanaannya lebih lanjut akan dituangkan
dalam rencana bisnis bank tahunan. Dalam pelaksanaannya, rencana bisnis

42

bank tahunan memerlukan beberapa penyesuaian yang disebabkan oleh


perubahan lingkungan yang dihadapi.Corporate Plan yang dilengkapi
dengan rencana kerja operasional yang realistis disertai indikator kinerja
kunci akan menjadi panduan bagi setiap insan Bank BPD Bali untuk
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara efektif dan efisien dalam
mewujudkan visi dan misi organisasi.
b) Visi dan Misi PT. Bank Pembangunan Daerah Bali
(1) Visi
Kinerja Bank BPD Bali selama satu tahun terakhir sebagaimana
disajikan pada Bab Pendahuluan telah menunjukkan kondisi yang baik.
Pencapaian tersebut tentu saja merupakan output yang dihasilkan oleh
seluruh elemen organisasi dalam upaya mewujudkan visi dan misi yang
telah ditetapkan sebelumnya. Visi dan misi tersebut merupakan arah dan
panduan bagi segenap komponen organisasi dalam menggerakkan dan
menggunakan seluruh sumber daya organisasi menuju pencapaian
tujuan dan sasaran organisasi.
Namun demikian, sebagaimana umumnya lingkungan bisnis yang
selalu berubah, lingkungan bisnis yang dihadapi oleh Bank BPD Bali
juga terus berubah. Dinamika lingkungan, baik yang eksternal maupun
internal menuntut adanya beberapa penyesuaian bagi organisasi jika tidak
ingin berada dalam kondisi stagnan, tidak terkecuali penyesuaian
terhadap visi dan misi organisasi. Penyesuaian rumusan visi dan misi
bukanlah sesuatu yang tabu untuk dilakukanpenyesuaian agar mampu
membawa organisasi ke arah bisnis yang lebih fokus sehingga dapat
mempertajam keunggulan kompetitfinya sekaligus mampu menjadikan

43

organisasi terdepan dalam memberikan nilai bagi seluruh stakeholders


yang dimiliki.
Visi yang disepakati oleh jajaran operasional dan shareholder
Bank BPD Bali merupakan cita-cita tertinggi yang memberikan arah
dan menjadi energi

bagi seluruh komponen organisasi dalam

melaksanakan masing-masing tugas dan fungsi operasional. Sampai akhir


tahun

2011,

rumusan

visi

Bank

BPD

Bali

adalah

sebagai

berikut:Menjadikan BPD Bali sebagai Bank yang sehatdan badan


usaha yang tangguh dan terpercaya dalam persaingan globalserta
mampu memenuhi harapan Stakeholder
Rumusan visi seperti di atas, jika dianalisis menyiratkan bahwa
seluruh komponen

operasional dan shareholders Bank BPD Bali

menginginkan Bank BPD Bali menjadi:


(a)
(b)
(c)
(d)
(e)

Bank yang sehat.


Bank yang tangguh.
Bank yang terpercaya.
Bank yang terpercaya.
Menempati posisi terkuat dalam konteks persaingan industri

perbankan Global.
(f) Memuaskan harapanstakeholders

yaitu pemerintah, nasabah,

pemegang saham, kreditor, dan karyawan.


Bila disimak secara mendalam, cita-cita tertinggi yang ingin
diwujudkan

oleh

shareholder

dan

jajaran

operasional

adalah

menjadikan Bank BPD Bali sebagai bank yang paling tangguh,


terpercaya dalam lingkup persaingan industri perbankan global, dan
mampu memberikan manfaat yang melebihi harapan para stakeholders.

44

Rumusan lingkup persaingan global menyatakan bahwa Bank


BPD Bali

telah menetapkan diri dan

memenangkan persaingan
persaingan global.

memiliki komitmen untuk

dalam industri perbankan dalam konteks

Dilihat dari persyaratan sebuah rumusan visi,

rumusan tersebut telah mendefinisikan lingkup persaingan Bank BPD


Bali dengan jelas.

Namun

demikian, dinilai dari

dimensi target

market yang disasar, rumusan tersebut belum secara spesifik


menunjukkan target market yang ingin dilayani, misalnya apakah Bank
BPD Bali akan melayani pasar kredit produksi, pasar kredit untuk
korporasi, pasar kredit bagi UMKM konsumen/retail, ataukah akan
melayani pasar kredit konsumen/retail.
Hal kedua yang perlu dicermati dari rumusan visi di atas adalah
bagian kalimat yang menyatakan sebagai bank yang sehat.
Sebagaimana diketahui, pernyataan visi merupakan cita-cita yang ingin
diwujudkan melalui pencapaian sasaran dan tujuan organisasi. Ada
prasyarat atau kondisi tertentu yang harus dipenuhi agar visi tersebut
dapat diwujudkan. Dalam industri perbankan, prasyarat tersebut adalah
bank harus berada dalam kondisi yang sehat. Agar mampu mengelola
seluruh sumber daya yang dipercayakan oleh pemegang saham dalam
upaya memberikan yang terbaik kepada stakeholders, maka sebuah
bank harus berada dalam kondisi sehat. Karena itu, tingkat kesehatan
bank bukan merupakan tujuan atau bahkan visi organisasi melainkan
prasyarat mendasar bagi pengelolaan organisasi bank sehingga tidak
perlu lagi dicantumkan dalam pernyataan visi orgnanisasi.

45

(2) Reformulasi Visi


Berdasar analisis diatas maka dapat dirumuskan kembali visi
Bank BPD Bali sebagai berikut.Menjadi Bank Terkemuka Dalam
Melayani UMKM UntukMendorong Pertumbuhan Perekonomian
Bali
Rumusan visi tersebut secara spesifik menyatakan posisi yang
ingin diraih yaitu sebagai bank terkemuka. Terkemuka di sini
dimaksudkan selalu berada di depan dalam setiap aspek nilai yang
diharapkan stakeholders, yaitu terdepan dalam produk dan layanan
yang disampaikan kepada pelanggan, terdepan dalam memberikan
pengembalian asset bagi pemegang saham, terdepan dalam mencapai
pertumbuhan dan pembelajaran, serta terdepan dalam melaksanakan
proses bisnis internal.
Target market yang menjadi fokus layanan adalah Usaha
Menengah, Kecil, dan Mikro (UMKM) yang menjadi tumpuan harapan
bagi ketahanan perekonomian wilayah Bali khususnya dan Indonesia
umumnya. Tumbuh dan berkembangnya sektor UMKM ini secara
langsung atau tak langsung akan memberi dampak pada pertumbuhan
perekonomian daerah Bali sehingga pada akhirnya diharapkan akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali secara keseluruhan.
Sebagai ukuran pencapaian ini maka pertumbuhan perekonomian Bali
sebagai indikator kinerja perekonomian ditetapkan berada di atas ratarata pertumbuhan perekonomian nasional. Cita-cita ini tidaklah
berlebihan

mengingat

Bali

memiliki

satu

sektor

penggerak

46

perekonomian unggulan yaitu sektor pariwisata beserta sub sektor


iringannya.
(3) Misi
Dalam upaya mewujudkan visi Bank BPD Bali maka
dicanangkan misi perusahaaan yang baru untuk menjabarkan alasan
rasional eksistensi organisasi dengan seluruh aktivitas
dilaksanakan. Misi yang dirumuskan merupakan

yang

refleksi tujuan

bersama para karyawan dan citra yang ingin dibangun dalam benak
masyarakat penerima dan pengguna layanan dan menjadi arah segala
upaya yang dilakukan organisasi, yaitu:Meningkatkan Kinerja
Organisasi, Daya Saing, Program Kemitraan dan Kontribusi pada
Daerah serta Kepedulian Lingkungan
c) Produk produk dan jasa pada PT. Bank BPD Bali
Beberapa produk simpanan dan pinjaman BPD Bali sebagai bentuk layanan
publik antara lain:
(1) Giro
Simpanan dana pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro dan sarana perintah
pembayaran lainnya sesuai ketentuan yang telah ditetapkan.
(2) Deposito Berjangka
Simpanan dana pihak ketiga yang penarikannya berdasarkan
jangka waktu tertentu yang telah disepakati. Jangka waktu yang
ditawarkan berkisar antara 1, 3,6,12, dan 24 bulan serta dapat

47

diperpanjang secara otomatis sesuai konfirmasi awal. Keunggulan dapat


digunakan sebagai agunan kredit.
(3) Tabungan
Simpanan pihak ketiga yang penarikannya dapat dilakukan setiap
saat dengan memberikan banyak keuntungan bagi penabungnya.
Produk tabungan Bank BPD Bali telah dilengkapi dengan kartu ATM
yang dapat dipergunakan di mesin ATM Bank BPD Bali maupun
jaringan ATM Bersama. Jenis jenis Tabungan di Bank BPD Bali
sebagai berikut :
(a) Simpanan Pembangunan Daerah (SIMPEDA)
Tabungan berbunga kompetitif yang memiliki kesempatan diundi 2
(dua) kali secara di regional setiap tahun.
(b) Simpanan Bali Dwipa (SIBAPA)
Tabungan berbunga kompetitif dengan undian sekali dalam
setahun. Keunikannya yakni mempersembahkan dana punia
(sumbangan sukarela) kepada desa Pakraman tempat pemenang
hadiah utama berdomisili.
(c) Tabungan Hari Tua Bali Dwipa (THT Bali Dwipa)
Tabungan berjangka waktu tertentu yang memberikan
perlindungan asuransi. Dirancang khusus untuk merencanakan
masa depan seperti persiapan pensiun, pendidikan anak, liburan
dan upacara. Keuntunganya : bunga yang lebih tinggi dari Simpeda
dan Sibapa, jangka waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan,
kebebasan menentukan jenis setoran dan perlindungan asuransi.

48

(d) Kredit
Ada berbagai jenis produk kredit untuk membantu
meningkatkan perekonomian rakyat diantaranya : Kredit Modal
Kerja (KMK/PRK murni), Kredit Investasi, Kredit Sindikasi,
Kredit Usaha Persiapan Pensiun, Kredit

Multiguna dan Kredit

Program. Kredit Program terdiri dari :


i. KUPS ( Kredit Usaha Pembibitan Sapi)
ii. KFW IEPC
iii. PUNDI
iv. KPKM ( Kredit Pengusaha Kecil & Mikro )
v. KKPE ( Kredit Ketahanan Pangan & Energi)
vi. UMKM ( Kredit Usaha Mikro, Kecil, Menengah & Koperasi )
vii. PPKN (Kredit Kepada Pencari Tenaga Kerja ke Luar Negeri )
viii. Kredit Dana Penguatan Modal Usaha Mikro & Kecil
ix. Kredit DPM LUEP
Beberapa jasa BPD Bali sebagai bentuk layanan publik antara lain:
1)

Transfer terdiri dari Tunai, Via ATM, Via SKNBI, RTGS, Via
Western Union.

2) Bank Garansi
Kesanggupan tertulis yang diberikan oleh Bank kepada
pihak penerima jaminan bahwa bank akan membayar
sejumlah uang kepadanya pada waktu tertentu jika pihak
terjamin tidak dapat memenuhi kewajibannya.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)

Inkaso
Surat Keterangan Bank
Safe Deposit Box
Sistem Pembayaran Gaji
Payment point
Pembayaran kewajiban pajak, SPP, PBB, PLN, PDAM,
Telkom, Telkomsel dan Indosat, pembelian voucher
Telkomsel dan Indosat.

49

Dari sekian produk dan jasa rupiah yang diuraikan diatas,


produk Tabungan Sibapa memiliki keunikan yaitu
mempersembahkan dana punia (sumbangan sukarela) kepada desa
Pakraman tempat pemenang hadiah utama berdomisili. Selain itu
juga prosedur transaksi yang dilakukan nasabah saat membuat
rekening sangat mudah yaitu saat nasabah ingin membuka nasabah
setoran hanya Rp. 100.000,00 , bunga Tabungan Sibapa yang
kompetitif dan layanan yang lebih mudah.

d) Struktur Organisasi PT. Bank BPD Bali Kantor Pusat

50

S
umber : Bank BPD Bali

5.2 Deskripsi Data Khusus


1) Ikhtisar Keuangan Bank Pembangunan Daerah Bali periode 2015

51

Ikhtisar keuangan pada Bank Pembangunan Daerah Bali terus


meningkat periode 2015 yang telah dilaporkan oleh pihak manajemen.
Data atau nilai-nilai keuangan dari Laporan Keuangan secara garis
besar digambarkan pada tabel dibawah ini, sedangkan laporan
keuangan Bank Pembangunan Daerah Bali Tahun 2015 secara rinci
terlampir.

Tabel 5.1
Ikhtisar Laporan Keuangan

52

Ikhtisar Keuangan (Rp miliar)


Neraca
Total Aset
Giro & Penempatan Pada BI
Giro & Penempatan Bank Lain
Efek-efek dan Reverse Repo
Kredit yang Diberikan
Penyertaan
Simpanan dari Nasabah
Simpanan dari Bank Lain
Pinjaman Diterima
Total Kewajiban
Ekuitas
Laba Rugi
Pendapatan Bunga Bersih
Pendapatan Operasional Lainnya
Pendapatan Operrasional
Beban Operasioanal Lainnya
Penyisihan/(Pemulihan) CKPN Aset Keuangan, Non
Keuangan dan Transaksi Rekening Administrasi
Laba Operasional
Pendapatan Non Operasional Bersih
Laba Sebelum Pajak
Beban Pajak Penghasilan
Laba Setelah Pajak Tahun Berjalan
Laba Komprehensif
Rasio Keuangan (%)
CAR (Risiko Rasio Kredit, Pasar dan Operasional)
Imbal Hasil Aset (ROA)
Imbal Hasil Ekuitas (ROE)
Margin Bunga Bersih (NIM)
Beban Operasional/ Pendapatan Operasional (BOPO)
Kredit/ Dana Pihak Ketiga (LDR)
Kredit Bermasalah/T. (NPL-Gross)
NPL-CKPN/T. Kredit (NPL-Netto)
Sumber : Laporan Keuangan Bank Pembangunan Daerah Bali (2015)
2) Penilaian Kesehatan Bank

2015
19.538
1.310
1.150
1.980
14.447
1
14.728
1.367
5
16.418
3.120
1.219
47
1.266
549
74
643
2
645
169
476
442
24,44
3,33
24,93
6,85
69,67
97,32
1,96
1,33

Penilaian kesehatan bank merupakan penilaian terhadap


kemampuan bank dalam menjalankan kegiatan operasional perbankan
secara normal dan kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya.
Penilaian kesehatan bank sangat penting untuk mempertahankan
kepercayaan dari masyarakat dan hanya bankbank yang benarbenar

53

sehat saja yang dapat melayani masyarakat. Penilaian kesehatan bank


dilakukan dengan menilai beberapa faktor yang indikator sehat atau
tidaknya suatu bank. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No.
13/1/PBI/2011 dan SE No. 13/ 24/ DPNP tanggal 25 Oktober 2011
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum..
5.2 Risiko (Risk)
Rasio keuangan yang digunakan dalam menilai tingkat kesehatan bank
ditinjau dari aspek risk profile masing-masing dibahas dalam perhitungan
sebagai berikut :
1) Risiko Kredit
Pada penelitian ini untuk mengetahui risiko
menggunakan rasio NPL (Non

kredit dihitung

Performing Loan).Rasio keuanganini

menerangkan bahwa NPL (Non Performing Loan) diperoleh dari kredit


bermasalah yaitu kredit kepada pihak ketiga bukan bank yang tergolong
kurang lancar, diragukan dan macet dibagi dengan total kredit kepada
pihak ketiga bukan bank. Dengan demikian maka perhitungan rasio NPL
(Non Performing Loan):
NPL=

Kredit Bermasalah
100
Total Kredit

............................ (16)

Perhitungan Tahun 2015


NPL=

kurang lancar +diragukan+macet


100
Total Kredit

1, 94

17.830+34.199+228.384
100
14.447 .301

54

Tabel 5.2
Bobot PK Komponen NPL (Non Performing Loan)
Periode
NPL
Peringkat
Keterangan
2015
1,94%
1
Sangat Sehat
Sumber : Data Diolah(2016)
2) Risiko Likuiditas
a) LDR (Loan to Deposit Ratio)
Rasio keuangan ini menerangkan bahwa LDR digunakan untuk
menilai likuiditas suatu bank dengan cara membandingkan antara
jumlah

kredit yang diberikan oleh bank dan dana pihak

termasuk pinjaman yang diterima, tidak

ketiga,

termasuk pinjaman sub

ordinari. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank


lain. Dana pihak ketiga adalah giro, tabungan,simpanan berkala, dan
sertifikat deposito. Dengan demikian maka perhitungan rasio LDR
sebagai berikut :
LDR=

Total Kredit
100
Dana pihak ketiga

.......................................

(17)
Perhitungan Tahun 2015
LDR=

Total Kredit
100
Giro+tabunagn +deposito berjangka

14.447 .301.321
100
2.947 .119 .492+6.061 .528 .307+5.716 .778.132

98,11

Tabel 5.3
Bobot PK Komponen LDR (Loan Deposit Ratio)
Periode
LDR
Peringkat
Keterangan
2015
98,11%
3
Cukup Sehat

55

Sumber : Data Diolah(2016)


Tingkat kesehatan bank ditinjau dari aspek risk profilepada Bank
Pembangunan Daerah Bali pada Tahun 2015 cukup sehat walaupun
terdapat

kelemahan

mencerminkan

yang

bahwa

tidak

bank

terlalu

signifikan.

mengalami

Hal

peningkatan

ini

dalam

menjalankan perannya dalam menghadapi 8 risk profile yang


dijelaskan sebagai berikut :
(1) Risiko Kredit
Bank Pembangunan Daerah Bali mampu menghadapi risiko
kredit dengan cara mengatasi risiko akibat kegagalan debitur
dan pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Risiko
kredit pada umumnya terdapat pada seluruh aktivitas bank yang
kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan (counterparty),
penerbit (issuer), atau kinerja peminjam dana (borrower).
(2) Risiko Pasar
Dalam menghadapi risiko pasar, Bank Pembangunan
Daerah Bali mampu menempatkan risiko pada posisi neraca dan
rekening

administratif termasuk transaksi derivatif, akibat

perubahan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan haga


option secara baik.
(3) Risiko Likuiditas
Dalam menghadapi risiko likuiditas, Bank Pembangunan
Daerah Bali sedikit kurang mampu untuk memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan dari aset
likuid

berkualitas

tinggi

yang

dapat

diagunkan,

tanpa

mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank, tetapi hal ini


tidak signifikan mempengaruhi lebih lanjut.

56

(4) Risiko Operasional


Dalam
menghadapi

risiko

operasional,

Bank

Pembangunan Daerah Bali mampu dalam menangani risiko


akibat ketidakcukupan dan tidak berfungsinya proses internal
kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan adanya kejadian
eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Sumber risiko
operasional ini dapat disebabkan antara lain oleh sumber daya
manusia, proses, sitem, dan juga kejadian eksternal yang
mungkin dialami oleh bank dalam menjalankan kegiatan
usahanya.
(5) Risiko Hukum
Dalam menghadapi risiko hukum, Bank Pembangunan
Daerah Bali mampu mengatasi risiko yang timbul akibat
tuntutan hukum dan kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga
dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundangundangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti
tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak
memadai.
(6) Risiko Strategik
Dalam menghadapi risiko strategik,Bank Pembangunan
Daerah Bali mampu mengatasi ketidaktepatan dalam mengambil
keputusan atau pelaksanaan suatu keputusan strategik serta
kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis
karena bank memiliki 9 Perilaku Budaya Perusahaan dalam
menjalankan tugasnya melayani nasabah serta mencapai tujuan
perusahaan.
(7) Risiko Kepatuhan

57

Dalam menghadapi risiko kepatuhan, Bank Pembangunan


Daerah Bali mampu mengatasi risiko yang timbul akibat bank
tidak

mematuhi

atau

tidak

melaksanakan

peraturan

perundangundangan dan ketentuan yang berlaku.


(8) Risiko Reputasi
Dalam menghadapi risiko reputasi, Bank Pembangunan
Daerah Bali mampu tetap menjaga tingkat kepercayaan
stakeholder terhadap bank dari persepsi negatif yang mampu
menjatuhkan reputasi bank.
5.3 Good Corporate Governance
Pelaksanaan GCG Bank tersebut tercermin melalui 11 (sebelas) faktor
penilaian yaitu :
1) Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris
Dewan Komisaris melakukan pengawasan atas kebijakan
pengurusan, jalannya pengurusan baik mengenai perseroan

maupun

usaha perseroan, memberikan saran kepada Direksi serta melakukan


tugas dan tanggung jawab lainnya
Anggaran Dasar Perseroan

sebagaimana ditetapkan dalam

dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Dewan Komisaris juga telah memiliki Pedoman dan Tata Tertib
Kerja sesuai dengan Keputusan Dewan Komisaris Nomor 001/KEP/
DK/BPD/2014 tanggal 10 Juni 2014.
Pengawasan Dewan Komisaris bersifat mengikat bagi setiap
anggota Dewan Komisaris. Selama tahun 2015 Dewan

Komisaris

melaksanakan kegiatan pengawasan RBB Tahun 2015 dalam rangka


pencapaian realisasi RBB. Dewan Komisaris telah memberikan saran
ataupun masukan baik melalui surat maupun melalui rapat koordinasi
dengan Direksi beserta jajarannya agar:

58

a) Manajemen meningkatkan kinerja kuantitatif maupun

kualitatif

secara efektif dan efisien, sehingga target RBB Tahun 2015 dapat
direalisasi seluruhnya.
b) Me-review kembali ketentuan perkreditan, meningkatkan frekuensi
pemantauan dan pengendalian kredit secara terus menerus terhadap
penyaluran kredit produktif yang relatif besar untuk mengantisipasi
terjadinya potensi risiko kredit (default risk).
c) Melakukan upaya penyelesaian terhadap kredit bermasalah (kredit
macet) dua debitur korporasi secara tuntas sesuai target waktu yang
telah dijadwalkan, mengingat terjadi peningkatan Non Performing
Loan (NPL)

dan meningkatnya Biaya Cadangan Kerugian

Penurunan Nilai (CKPN) kredit yang berdampak pada menurunnya


kinerja rentabilitas Bank.
d) Melakukan upaya penghimpunan dana yang relatif murah, karena
struktur pendanaan didominasi dana deposito yang relatif mahal,
tercermin dari realisasi RBB sampai dengan Triwulan III Tahun
2015, komposisi dana Current Account

Saving Account (CASA)

sebesar Rp 9.951 miliar atau 58,52%, sedangkan dana deposito Rp


7.054 miliar atau 41,48%, dan kondisi ini lebih buruk dari risk
appetite Bank yang ditetapkan dalam Rencana Bisnis Triwulan III
Tahun 2015 yaitu dana CASA 64,01%, dana deposito 35,99%.
e) Mengantisipasi pencairan SP2D terhadap dana giro Pemerintah
Daerah (Pemda) menjelang akhir Tahun 2015,

perlu dilakukan

mitigasi risiko likuiditas melalui langkahlangkah

konkrit seperti

peningkatan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) diluar Pemda


secara bertahap untuk

menghindari ketergantungan yang cukup

59

besar terhadap dana giro Pemda dan mengelola secara baik maturity
profile agar tidak terjadi maturity miss match yang terlalu besar
menjelang akhir tahun anggaran.
f) Melakukan evaluasi dan pengkajian ulang (stress testing) berbagai
skenario melalui sistem informasi terintegrasi terhadap penetapan
risk appetite, risk tolerance yang

diterjemahkan dalam strategi,

kebijakan, prosedur dan penetapan limit atas saldo rekening Giro


Wajib Minimum

(GWM) Bank Indonesia (BI) dan Saldo Kas

(Rp+Va) serta GWM Sekunder maupun GWM Primer yang lebih


ideal

baik secara harian, mingguan maupun bulanan sehingga

diharapkan dapat mengoptimalkan seluruh dana kearah produktif


dengan tetap menjaga risiko likuiditas dan Loan to Deposit Ratio
(LDR) Bank pada tingkat 78% - 92% sesuai

Peraturan Bank

Indonesia tentang GWM.


Dalam rangka pengawasan aktif, Dewan Komisaris melalui Komite
Remunerasi dan Nominasi telah melakukan kegiatan sebagai berikut:
Berkaitan

dengan

kebijakan

Nominasi

sesuai

dengan

PBI

8/14/PBI/2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor


8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan GCG Pasal 6 dan Pasal 45 berkaitan
dengan

Dewan

Komisaris

yaitu,

usulan

penggantian

dan/atau

pengangkatan anggota Dewan Komisaris kepada Rapat Umum Pemegang


Saham harus memperhatikan rekomendasi
Nominasi.

Komite Remunerasi dan

Komite Remunerasi dan Nominasi telah melakukan

kajian/evaluasi tentang sistem dan prosedur (sisdur)

Calon Anggota

Dewan Komisaris berkenaan dengan berakhirnya masa jabatan Anggota

60

Dewan Komisaris PT Bank Pembangunan Daerah Bali periode Tahun


2011- 2015 dan telah membuat Rekomendasi kepada Dewan Komisaris
dengan surat Nomor 0001/Kom/DK/BPD/2015/
Januari 2015 kepada Dewan Komisaris

Rahasia tanggal 26

perihal Rekomendasi Komite

Remunerasi dan Nominasi berkenaan dengan berakhirnya masa jabatan


Anggota Dewan Komisaris PT Bank Pembangunan Daerah Bali periode
Tahun 2011-2015, untuk disampaikan dalam Rapat

Umum Pemegang

Saham. Berdasarkan Rekomendasi Komite Remunerasi dan Nominasi


maka Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa dengan Akta Nomor 70
tanggal 28 Januari 2015 telah menetapkan kembali perpanjangan jabatan
Dewan Komisaris Periode 05-05-2015 sampai dengan tanggal 05- 052019.
Komite Remunerasi dan Nominasi telah melakukan
kebijakan remunerasi bagi Dewan Komisaris

evaluasi

dan Direksi untuk

disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham. Berkaitan dengan


remunerasi

pengurus, Komite Remunerasi dan Nominasi telah

menyampaikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris

dengan surat

Nomor 004/Kom/BPD/2015 tanggal 5 Maret 2015, perihal Rekomendasi


Remunerasi Pengurus PT Bank

Pembangunan Daerah Bali untuk

disampaikan dalam Rapat Umum Pemegang Saham.


Berkenaan dengan Rekomendasi Komite Remunerasi

dan Nominasi

tersebut, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan dengan Akta Nomor 24


tanggal 11 Maret 2015 menyetujui Remunerasi Pengurus Bank PT Bank
Pembangunan Daerah Bali.

61

Komite Remunerasi dan Nominasi telah mengevaluasi


kebijakan remunerasi bagi Pejabat Eksekutif

pelaksanaan

dan pegawai untuk

disampaikan kepada Direksi melalui surat-surat Dewan Komisaris sebagai


berikut:
(1) Surat Dewan Komisaris Nomor 035/DK/BPD/2015 tanggal 30 Januari
2015 kepada Direksi perihal Rekomendasi Peningkatan Gaji Karyawan
Tidak Tetap, Peningkatan Tunjangan Risiko dan Peningkatan Uang
(2)

Makan dan Minum Karyawan.


Surat Dewan Komisaris Nomor 058/DK/BPD/2015 tanggal

26

Pebruari 2015 kepada Direksi perihal Pemberian Tunjangan Hari Raya


Keagamaan kepada Pengurus, Karyawan, dan Anggota Komite Dewan
Komisaris Bank BPD Bali.
(3) Surat Dewan Komisaris Nomor 156/DK/BPD/2015 tanggal 13 Agustus
2015 kepada Direksi perihal Persetujuan

Perubahan Fasilitas

Karyawan PT Bank Pembangunan Daerah Bali.


(4) Surat Dewan Komisaris Nomor 157/DK/BPD/2015 tanggal 13 Agustus
2015 kepada Direksi perihal Fasilitas Kesehatan

Pengurus dan

Karyawan PT Bank Pembangunan Daerah Bali.


(5) Surat Dewan Komisaris Nomor 196/DK/BPD/2015 tanggal 28 Oktober
2015 kepada Direksi perihal Persetujuan Pemberian Uang Pakaian
Dinas Karyawan Tahun 2016.
(6) Surat Dewan Komisaris Nomor 245/DK/BPD/2015 tanggal

29

Desember 2015 kepada Direksi perihal Persetujuan BPP SDM dan


Remunerasi Karyawan.
Penerapan Sistem Pengendalian Intern secara efektif akan
membantu Bank dalam menjaga aset, menjamin tersedianya informasi dan
laporan yang akurat, meningkatkan kepatuhan Bank terhadap ketentuan

62

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta mengurangi risiko


terjadinya kerugian,
kehatihatian.

penyimpangan dan pelanggaran terhadap prinsip

Pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern diantaranya

mencakup Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan, Pelaksanaan Fungsi

Audit

Internal, Pelaksanaan Fungsi Audit Eksternal, Program APU dan PPT,


Penerapan Strategi Anti Fraud dan Pelaksanaan

Tindak Lanjut Hasil

Audit.
2) Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi
Dalam melaksanakan tugasnya, Direksi bertanggung jawab kepada
RUPS.

Pertanggungjawaban

Direksi

kepada

RUPS

merupakan

perwujudan akuntabilitas pengelolaan perusahaan dalam

rangka

pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Kinerja Direksi dievaluasi oleh Dewan


Komisaris baik secara individual maupun kolektif

berdasarkan unsur-

unsur penilaian kinerja dari hasil realisasi RBB. Pelaksanaan penilaian


dilakukan pada tiap akhir periode tutup buku.
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab pengelolaan Bank
sehari-harinya, Direksi berpedoman pada Pedoman dan Tata Tertib Kerja
Direksi

sebagaimana

Keputusan

Direksi

Nomor

0228/KEP/DIR/SEKPER/2014 tanggal 19 Maret 2014 tentang Pedoman


dan Tata Tertib Kerja Direksi PT Bank Pembangunan Daerah Bali.
Tugas

dan

tanggung

jawab

Direksi

berlandaskan

asas

keseimbangan dan kebersamaan dengan tanggung jawab sesuai peraturan


perundang-undangan dan ketentuan lainnya

yang berlaku. Kedudukan

Direksi menganut sistem perwakilan kolegial sesuai dengan peraturan


perundang-undangan

yang berlaku. Adapun dalam melaksanakan

63

tugasnya, Direksi berpedoman kepada pembagian tugas dan tanggung


jawab sebagai berikut:
a) Direktur Utama
(1) Direktur Utama mempunyai tugas dan tanggung-jawab
peraturan

perundang-undangan,

termasuk

regulasi

sesuai
yang

dikeluarkan oleh otoritas di bidang perbankan dan Anggaran Dasar


Bank;
(2) Tugas dan tanggung jawab Direktur Utama sebagaimana dimaksud
pada angka 1), mencakup:
(a) Mengkoordinasikan tugas dan tanggung jawab anggota Direksi
dalam pengurusan Bank;
(b) Memimpin rapat-rapat Direksi;
(c)Melakukan supervisi secara langsung pelaksanaan tugastugas
pada Divisi Perencanaan Strategis, Divisi Sumber

Daya

Manusia, dan Satuan Kerja Audit Intern danAnti Fraud serta


memantau kinerja seluruh kantor cabang beserta kantor-kantor
di bawahnya; dan
(d)Menandatangani surat-surat, warkat-warkat dan dokumen
lainnya yang bersifat prinsip mempengaruhi kegiatan Bank
sesuai wewenang yang diberikan oleh peraturan perundangundangan, termasuk regulasi yang dikeluarkan oleh otoritas di
bidang perbankan dan Anggaran Dasar

Bank dan yang

berhubungan dengan pelaksanaan tugastugas


kerja/divisi di bawah supervisinya.

pada satuan

64

(3) Dalam hal Direktur lain berhalangan, Direktur Utama

dapat

menggantikan tugas dan tanggung jawab Direktur tersebut sesuai


dengan tugas dan tanggung jawab Direktur yang digantikannya,
kecuali Direktur Kepatuhan;
(4) Dalam hal Direktur Utama berhalangan, Direktur lain

dapat

menggantikan Direktur Utama dengan tugas dan tanggung jawab


sebagaimana dimaksud pada poin 1) dan 2)
b) Direktur Operasional
Direktur Operasional mempunyai tugas dan tanggung jawab atas
pengurusan Bank sesuai dengan peraturan

perundang-undangan

termasuk regulasi yang dikeluarkan oleh otoritas dibidang perbankan


dan Anggaran Dasar

Bank dalam mengkoordinasikan pelaksanaan

tugas pengelolaan bisnis dan/atau non-bisnis di bidang administrasi


umum, sekretaris perusahaan, dan operasional akuntansi dan keuangan
(OAK);
Tugas dan tanggung jawab Direktur Operasional

sebagaimana

dimaksud pada angka 1), mencakup:


(1) Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan tugas pada
Administrasi Umum, Divisi Sekretaris Perusahaan,

Divisi

dan Divisi

Operasional Akuntansi dan Keuangan;


(2) Menandatangani surat-surat, warkat-warkat dan dokumen lainnya
yang bersifat prinsip mempengaruhi kegiatan Bank sesuai tugas
dan tanggung jawab yang diberikan
undangan, termasuk regulasi
bidang perbankan dan

oleh peraturan perundang-

yang dikeluarkan oleh otoritas di

Anggaran Dasar Bank dan yang

65

berhubungan dengan pelaksanaan tugas pada Divisi-divisi di bawah


supervisinya;
(3) Melakukan tugas tambahan, yaitu memantau kinerja seluruh kantor
cabang beserta kantor-kantor di bawahnya sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada poin 2a; dan
(4) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur
Utama, dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan tugas tersebut.
(5) Dalam hal Direktur lain berhalangan, Direktur Operasional dapat
menggantikan tugas dan tanggung jawab Direktur tersebut sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab Direktur yang digantikannya;
(6) Dalam hal Direktur Operasional berhalangan, Direktur lainnya
dapat menggantikan Direktur Operasional dengan

tugas dan

tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada poin 1) dan poin 2).


c) Direktur Bisnis Non Kredit
(1) Direktur Bisnis Non Kredit mempunyai tugas dan tanggung jawab
atas pengurusan Bank sesuai dengan peraturan

perundang-

undangan termasuk regulasi yang dikeluarkan

oleh otoritas

dibidang

Bank

perbankan

dan

Anggaran

Dasar

dalam

mengkoordinasikan pelaksanaan tugas pengelolaan bisnis dibidang


dana dan jasa, pengelolaan operasional treasury, dan teknologi dan
sistem informasi;
(2)Tugas dan tanggung jawab Direktur Bisnis Non Kredit sebagaimana
dimaksud pada angka 1), mencakup:
(a)

Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan tugas pada Divisi


Dana dan Jasa, Divisi Treasury dan Divisi Teknologi
Informasi;

66

(b)Menandatangani surat-surat, warkat-warkat dan dokumen


lainnya yang bersifat prinsip mempengaruhi kegiatan Bank
sesuai tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan, termasuk regulasi yang
dikeluarkan oleh otoritas di bidang perbankan dan Anggaran
Dasar Bank dan yang berhubungan dengan pelaksanaan
tugas-tugas pada Divisi-divisi di bawah supervisinya;
(c) Melakukan tugas tambahan, yaitu memantau kinerja seluruh
kantor cabang beserta kantor-kantor di bawahnya

sesuai

dengan tugas dan tanggung jawab sebagaimana dimaksud


pada poin 2a; dan
(d) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur
Utama dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan tugas
tersebut.
(3) Dalam hal Direktur lain berhalangan, Direktur Bisnis Non Kredit
dapat menggantikan tugas dan tanggung jawab Direktur tersebut
sesuai dengan tugas dan tanggung

jawab Direktur yang

digantikannya;
(4) Dalam hal Direktur Bisnis Non Kredit berhalangan, Direktur lain
dapat menggantikan Direktur Bisnis Non Kredit dengan tugas dan
tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada poin 1) dan 2).
d) Direktur Kredit
(1) Direktur Kredit mempunyai tugas dan tanggung jawab penuh atas
pengurusan Bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan

67

termasuk regulasi yang dikeluarkan

oleh otoritas di bidang

perbankan dan Anggaran Dasar Bank dalam mengkoordinasikan


pelaksanaan tugas pengelolaan bisnis pada bidang perkreditan;
(2) Tugas dan tanggung jawab Direktur Kredit sebagaimana dimaksud
pada angka 1), mencakup:
(a) Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan tugas pada Divisi
Kredit;
(b) Menandatangani surat-surat, warkat-warkat dan dokumen
lainnya yang bersifat prinsip mempengaruhi kegiatan Bank
sesuai tugas dan tanggung jawab yang diberikan

oleh

peraturan perundang-undangan, termasuk regulasi

yang

dikeluarkan oleh otoritas di bidang perbankan dan Anggaran


Dasar Bank dan yang berhubungan dengan pelaksanaan tugastugas pada Divisi di bawah supervisinya;
(c) Melakukan tugas tambahan, yaitu memantau kinerja seluruh
kantor cabang beserta kantor-kantor di bawahnya
dengan tugas dan tanggung jawab sebagaimana

sesuai

dimaksud

pada poin 2a; dan


(d) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur
Utama dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan tugas
tersebut.
(3) Dalam hal Direktur lain berhalangan, Direktur Kredit

dapat

menggantikan tugas dan tanggung jawab Direktur tersebut sesuai


dengan tugas dan tanggung jawab Direktur yang digantikannya;

68

(4) Dalam hal Direktur Kredit berhalangan, Direktur lainnya dapat


menggantikan Direktur Kredit dengan tugas dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud pada poin 1) dan 2).
e) Direktur Kepatuhan
(1) Direktur Kepatuhan mempunyai tugas dan tanggung jawab atas
pengurusan Bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan
termasuk regulasi yang dikeluarkan

oleh otoritas dibidang

perbankan dan Anggaran Dasar Bank dalam mengkoordinasikan


pelaksanaan tugas dibidang kepatuhan dan penerapan manajemen
risiko;
(2) Tugas dan tanggung jawab Direktur Kepatuhan

sebagaimana

dimaksud pada angka 1), mencakup:


(a) Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan tugas-tugas pada
Divisi Kepatuhan dan Divisi Manajemen Risiko;
(b)Menandatangani surat-surat, warkat-warkat dan dokumen
lainnya yang bersifat prinsip mempengaruhi kegiatan Bank
sesuai tugas dan tanggung jawab yang diberikan

oleh

peraturan perundang-undangan, termasuk regulasi

yang

dikeluarkan oleh otoritas di bidang perbankan dan Anggaran


Dasar Bank dan yang berhubungan dengan pelaksanaan tugastugas pada Divisi di bawah koordinasinya;
(c) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Direktur
Utama dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan tugas
tersebut.

69

(3) Dalam hal Direktur lain berhalangan, Direktur Kepatuhan dilarang


menggantikan tugas dan tanggung jawab Direktur lain dimaksud;
(4) Dalam hal Direktur Kepatuhan tidak dapat menjalankan

tugas

jabatannya selama lebih dari 7 (hari) hari kerja berturut-turut maka


pelaksanaan tugas yang bersangkutan beralih kepada Direktur lain
dengan urutan sebagai berikut:

Direktur Bisnis Non Kredit,

Direktur Kredit dan Direktur Operasional.


(5)Direktur lain sebagaimana dimaksud pada poin 4) wajib melepaskan
tugas dan tanggung-jawabnya;
(6) Dalam hal Direktur Kepatuhan berhalangan tetap, Direktur lain
dapat menggantikan Direktur Kepatuhan dengan

tugas dan

tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada poin 5a dan 5b


sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
3) Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite
a) Komite dibawah Dewan Komisaris
Dalam menjalankan tugasnya Dewan Komisaris dibantu

komite-

komite yang dibentuk sesuai kebutuhan Bank dan ketentuan peraturan


perundang-undangan yang berlaku.
membentuk 3 (tiga) komite yaitu

Dewan Komisaris Bank telah


Komite Audit, Komite Pemantau

Risiko dan Komite Remunerasi dan Nominasi.


Komite Audit berjumlah tiga orang yang terdiri dari seorang
Komisaris Independen sebagai Ketua merangkap anggota, seorang Pihak
Independen yang memiliki keahlian dibidang keuangan atau akuntansi
sebagai anggota dan seorang Pihak Independen yang memiliki keahlian
dibidang hukum atau perbankan sebagai anggota.

70

b) Tugas dan Tanggung Jawab Komite Audit


Komite Audit mempunyai tugas membantu Dewan Komisaris dalam hal:
(1) Melakukan pemantauan dan evaluasi atas perencanaan

dan

pelaksanaan serta pemantauan atas tindak lanjut hasil audit, dalam


rangka menilai kecukupan pengendalian

intern termasuk proses

pelaporan keuangan.
(2) Dalam rangka melaksanakan tugas tersebut Komite Audit paling
kurang melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap :
(a) Pelaksanaan tugas SKAI danAnti Fraud.
(b) Kesesuaian pelaksanaan audit oleh Kantor Akuntan Publik
dengan SPFAIB

(Standar Pelaksanaan Fungsi AuditIntern

Bank).
(c) Kesesuaian laporan keuangan dengan standar

akuntansi yang

berlaku.
(d) Pelaksanaan tindak lanjut oleh Direksi atas hasil temuan SKAI
danAnti Fraud. Akuntan Publik, dan hasil
Indonesia, guna memberikan

pengawasan Bank

rekomendasi kepada Dewan

Komisaris.
(3) Wajib memberikan rekomendasi mengenai penunjukkan

Akuntan

Publik dan Kantor Akuntan Publik (KAP) kepada Dewan Komisaris


setiap tahun.
(4) Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada Dewan Komisaris setiap
triwulan.
(5) Menindaklanjuti setiap surat yang diterima terkait dengan bidang
tugasnya baik dari internal maupun eksternal Bank dan melaporkan
hasilnya kepada Dewan Komisaris.
(6) Melaksanakan tugas lainnya yang ditugaskan Dewan Komisaris yang
berhubungan dengan ruang lingkup tugas Komite Audit.

71

4) Penanganan Benturan Kepentingan


PT Bank Pembangunan Daerah Bali telah memiliki kebijakan, sistem
dan prosedur penyelesaian mengenai benturan kepentingan yang mengikat
setiap pengurus dan pegawai yang dimuat dalam Surat Keputusan Direksi PT
Bank Pembangunan Daerah Bali Nomor
Penanganan Benturan Kepentingan.

0045.102.10.2008.2 tentang

Kebijakan benturan kepentingan

mengatur antara lain, anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, Pejabat


Eksekutif dan Karyawan

PT Bank Pembangunan Daerah Bali dilarang

mengambil tindakan yang dapat merugikan atau mengurangi keuntungan


Bank

dan setiap keputusan transaksi yang mengandung benturan

kepentingan wajib diungkapkan dalam notulen rapat.


Penyusunan kebijakan tersebut mengacu pada ketentuan Bank
Indonesia yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia
tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
tentang Pelaksanaan GCG

Nomor 8/14/PBI/2006

Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006

Bagi Bank Umum,dan Surat Edaran Bank

Indonesia Nomor 15/15/DPNP tanggal 29 April 2013 tentang Pelaksanaan


Good Corporate Governance bagi Bank Umum.
Penanganan benturan kepentingan juga diatur dalam pedoman kerja
pada

Divisi

Administrasi

Umum

(Keputusan

0008.102.110.2012.2 tanggal 19 Januari 2012


Barang

Jasa),

Divisi

Kredit

Direksi

Nomor

tentang BPP Pengadaan

(Keputusan

Direksi

Nomor

0574/KEP/DIR/KRD/2014 tanggal 19 September 2014 tentang Perubahan


atas Keputusan Direksi Nomor 0230/ KEP/DIR/KRD/2014 tentang Buku

72

Standar Operasional Prosedur (SOP) Perkreditan Buku I) dan pada Divisi


SumberDaya Manusia(Keputusan Direksi Nomor 0349/KEP/DIR/SDM/2014
tanggal 23 Mei 2014 tentang SOP Disiplin Karyawan).
Bank juga telah memiliki kode etik yang ditetapkan berdasarkan
Keputusan Direksi Nomor 0373/KEP/DIR/KPN/2014 tanggal 05 Juni 2014
tentang Kode Etik PT Bank Pembangunan Daerah Bali yang mangatur dan
mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis,menyimpang dari norma yang
berlaku, dan menghindari

terjadinya benturan kepentingan dalam rangka

meningkatkan kinerja sesuai dengan nilai-nilai dalam budaya kerja PT Bank


Pembangunan Daerah Bali. Selama tahun 2015 tidak terdapat transaksi yang
mengandung benturan kepentingan sehingga tidak ada kerugian atau hal
yang mengurangi keuntungan Bank.
5) Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank
Kepatuhan terhadap seluruh peraturan perundang-undangan

yang

berlaku menjadi bagian terpenting dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan.


Memastikan seluruh kegiatan usaha Bank tunduk atau patuh pada peraturan
dalam pencapaian

kinerja usaha Bank yang bersih dan menguntungkan.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011 tanggal 12


Januari 2011 tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum, Direktur
Kepatuhan wajib menyampaikan laporan pelaksanaan tugas secara periodik
per semester kepada Bank Indonesia / Otoritas Jasa Keuangan.
Selama tahun 2015, Direktur Kepatuhan telah melaksanakan fungsi
kepatuhan yang termuat di dalam laporan pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab Direktur Kepatuhan yang mencakup:
a) Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Kepatuhan:
(1) Laporan Pengujian Rancangan Kepatuhan dan Hukum.

73

(2) Laporan Pengujian Rancangan Keputusan Pengendalian Risiko dan


Sistem & Prosedur.
(3) Laporan Pengujian Rancangan Keputusan Pemberian Kredit / Bank
Garansi.
(4) Laporan Pengujian Rancangan Keputusan

Penyelesaian Kredit

Bermasalah.
(5) Laporan Pengujian Rancangan Keputusan

Penempatan Dana /

Transaksi Surat Berharga.


(6) Laporan Pemantauan Kepatuhan Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian
Bank.
(7) Laporan Pelaksanaan Penerapan Program APU dan PPT.
(8) Laporan Pemantauan Pelaksanaan Perjanjian dan Komitmen dengan
BI, Pihak Ekstern, dan Pihak Intern.
(9) Laporan Pemantauan Kepatuhan Pelaporan ke Bank Indonesia.
(10) Laporan Pengujian Rancangan Keputusan dengan Dissenting
Opinion dari Direktur Kepatuhan.
(11) Laporan Pelaksanaan Fungsi Sosialisasi Ketentuan
Indonesia, Buku Pedoman Perusahaan dan
b)
c)
d)
e)

Bank

Pelaksanaan Fungsi

Kepatuhan.
Risiko Kepatuhan yang dihadapi.
Potensi Risiko Kepatuhan yang diperkirakan akan dihadapi kedepan.
Mitigasi risiko kepatuhan yang telah dilaksanakan.
Cakupan pengelolaan kepatuhan meliputi peraturan internal
dan
eksternal. Peraturan Internal meliputi kebijakan, prosedur internal dan
penerapannya pada aktivitas operasional Bank.

Peraturan eksternal

mencakup seluruh peraturan perundangundangan

yang berlaku dan

ditetapkan oleh Bank Indonesia / Otoritas Jasa Keuangan. Kebijakan


pengelolaan kepatuhan meliputi:
(1) Menyusun Buku Pedoman Perusahaan Kepatuhan dan melakukan
pengkinian secara berkala.
(2) Melakukan uji kepatuhan terhadap rancangan kebijakan
keputusan strategis.

dan

74

(3) Memantau kebijakan dan prosedur internal sesuai dengan perubahan


peraturan eksternal.
(4) Memantau pelaksanaan prinsip kehati-hatian.
(5) Memantau pemenuhan komitmen Bank terhadap Bank Indonesia.
(6) Menganalisis, menyusun dan melaporkan hasil
pemantauan
kepatuhan.
(7) Pemantauan dan pelaporan GCG.
Bank telah memiliki Buku Pedoman Perusahaan tentang Pedoman
Penyusunan BPP dan SOP PT Bank Pembangunan

Daerah Bali sesuai

dengan Keputusan Direksi Nomor 0577/ KEP/DIR/KPN/2014 tanggal 20


September 2014, yang telah diubah berdasarkan Keputusan Direksi Nomor
0412/KEP/DIR/

KPN/2015 tanggal 16 September 2015 yang digunakan

sebagai pedoman penyusunan ketentuan dan pedoman internal bank.


Rumusan strategi guna mendorong terciptanya Budaya Kepatuhan
telah direformulasi dalam strategi peningkatan budaya kepatuhan yang telah
disampaikan kepada Dewan Komisaris tanggal 10 April 2014 sesuai dengan
surat pengantar Nomor B-0241/DIR/KPN/2014. Untuk tahun 2015 rumusan
tersebut dimuat dalam rencana kerja kepatuhan yang tertuang dalam Program
Kerja dan Anggaran Rencana Bisnis Bank tahun 2015 dengan Keputusan
Direksi Nomor 0175/KEP/DIR/ RENSTRA/2015.
6) Penerapan Fungsi Audit Intern
PT Bank Pembangunan Daerah Bali berkomitmen mengelola
operasional Bank secara sehat dan aman dengan menerapkan

Sistem

Pengendalian Intern (SPI) yang dituangkan dalam Pedoman Standar SPI


yang merujuk Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/22/DPNP tanggal 29
September 2003 tentang Pedoman Standar Sistem Pengendalian Intern bagi

75

Bank Umum. Untuk memastikan penerapan pengendalian internal berjalan


efektif, maka Bank telah didukung dengan beberapa subsistem infrastruktur
yang salah satunya adalah Unit SKAI danAnti Fraud.
PT Bank Pembangunan Daerah Bali berupaya mengamankan
kegiatan usaha Bank sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia
1/6/PBI/1999 tanggal 20 September 1999 tentang
Kepatuhan (Compliance Director) dan
Fungsi Audit Intern Bank

Umum.

Nomor

Penugasan Direktur

Penerapan Standar Pelaksanaan


Sesuai Keputusan Direksi Nomor

0528/KEP/DIR/RENSTRA/2015 tanggal 24 November 2015 tentang BPP


Susunan Organisasi dan Uraian Tugas PT Bank Pembangunan Daerah Bali,
Bank telah memiliki unit kerja untuk menjalankan fungsi Audit Internal
yaitu Satuan Kerja Audit Intern dan Anti Fraud (SKAI danAF) bertanggung
jawab melakukan pemeriksaan secara independen terhadap internal PT Bank
Pembangunan Daerah Bali.
SKAI danAnti Fraud telah memiliki Piagam Audit Intern (Internal
Audit Charter) sebagai pedoman dasar yang mengatur tentang kedudukan,
wewenang, tanggung jawab, metode

kerja dan pelaporan SKAI danAnti

Fraud. Dalam menjalankan tugasnya untuk mewujudkan sistem audit intern


PT Bank Pembangunan Daerah Bali dilaksanakan berdasarkan risk based
audit.

SKAI danAnti Fraud bekerja berdasarkan Program Kerja Audit

Tahunan (PKAT) yang sebelumnya telah disetujui oleh Direktur Utama dan
di review oleh Dewan Komisaris dan didukung oleh SDM yang memadai
untuk memaksimalkan fungsi audit internal Bank.
7) Penerapan Fungsi Audit Eksternal

76

Sesuai Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tanggal 13


Desember 2001 tentang Transparansi Kondisi Keuangan Bank yang telah
diperbarui dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/14/PBI/2012 tanggal
18 Oktober 2012 tentang Transparansi Dan Publikasi Laporan Bank, Bank
wajib menunjuk

Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik untuk

melaksanakan audit atas Laporan Keuangan Bank.


Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari
2006 tentang pelaksanaan GCG bagi Bank Umum sebagaimana telah dirubah
dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober
2006, untuk pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan Bank tahun 2014,
Dewan Komisaris melalui surat Nomor 125/DK/BPD/2014 tanggal 15 Juli
2014 tentang Pengadaan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik untuk
melaksanakan General Audit Laporan Keuangan Tahunan dan Kinerja PT
Bank Pembangunan Daerah Bali Tahun Buku 2014, telah merekomendasikan
kepada Direksi beberapa nama Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik.
Untuk Audit atas Laporan Keuangan Bank Tahun Buku 2015
ditunjuk Kantor Akuntan Publik Sriyadi Elly Sugeng dan
melaksanakan Audit Umum Laporan Keuangan

telah

Rekan untuk

PT Bank Pembangunan

Daerah Bali tahun buku yang berakhir per 31 Desember 2015.


Penunjukkan KAP tersebut telah mendapat rekomendasi dari

Dewan

Komisaris sesuai surat Dewan Komisaris Nomor 215/ DK/BPD/2015 tanggal


1 Desember 2015 perihal Tambahan Rekomendasi Kantor Akuntan Publik
(KAP) yang Dapat Diikutkan Dalam Proses Seleksi Pengadaan KAP untuk
Melaksanakan General Audit Laporan Keuangan Tahunan dan Kinerja PT

77

Bank Pembangunan Daerah Bali Tahun Buku 2015. Bank senantiasa berupaya
meningkatkan komunikasi antara KAP, Komite Audit dan Manajemen Bank
untuk dapat meminimalisasi kendala-kendala yang terjadi selama proses audit
berlangsung.
Dalam memenuhi kewajibannya, Kantor Akuntan Publik Sriyadi Elly Sugeng
dan Rekan telah menerbitkan laporan yaitu:.
a)
b)
c)
d)
e)

Laporan Keuangan beserta Laporan Auditor Independen


Management Letter atas Laporan Keuangan
Laporan Hasil Audit Kepatuhan Terhadap Perundangundangan
Laporan Hasil Audit Kepatuhan atas Sistem Pengendalian Internal
Laporan Hasil Audit Evaluasi Teknologi Informasi dan e-banking
Kantor Akuntan Publik Sriyadi Elly Sugeng dan Rekan juga telah

menyampaikan laporan hasil audit dan Management Letter


Indonesia. Selain itu juga wajib memenuhi

kepada Bank

ketentuan kerahasiaan Bank

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana


telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998

tentang

Perbankan.
Jasa audit yang dibayarkan sebesar Rp. 491.393.500,00 (empat ratus
sembilan puluh satu juta tiga ratus sembilan puluh tiga ribu lima ratus rupiah).
Selama tahun 2015 KAP tersebut tidak memberikan jasa lain kepada PT Bank
Pembangunan Daerah Bali selain jasa audit, sehingga tidak terjadi benturan
kepentingan dalam pelaksanaan proses audit. Berdasarkan Laporan Auditor
Independen Kantor Akuntan Publik Sriyadi, MM., CPA., BKP sesuai surat
Nomor 007A/GA-BPD.Bali/

III/2016 tanggal 1 Maret 2016 memberikan

pendapat Wajar dalam semua hal yang material posisi Keuangan PT Bank
Pembangunan Daerah Bali tanggal 31 Desember 2015, serta kinerja keuangan

78

dan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
Selain hal tersebut juga telah dilakukan Evaluasi Kinerja Keuangan
Tahun Buku 2015 yang dilaksanakan oleh Kantor

Akuntan Publik

Hendrawinata Eddy Siddharta & Tanzil sesuai pengantar Laporan nomor:


542/GN/ARY/HEST/III/16 tanggal 14 Maret 2016 dengan kesimpulan bahwa
peringkat kesehatan Bank posisi 31 Desember 2015 dibandingkan posisi 31
Desember 2014 tidak mengalami perubahan tetap berada pada peringkat 2
yang mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sehat, sehingga dinilai
mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi
bisnis dan apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut
kurang signifikan.
8) Penerapan Manajemen Risiko termasuk Sistem Pengendalian Intern
Manajemen risiko berfungsi sebagai alat pengendali risiko dan alat
pendukung kegiatan usaha Bank. Pengembangan
mendukung kegiatan usaha dapat

manajemen risiko untuk

dilakukan melalui pengembangan

kemampuan kompetensi karyawan manajemen risiko dan unit bisnis.


Pengelolaan risiko PT Bank Pembangunan Daerah Bali telah
memenuhi ketentuan Bank Indonesia yang meliputi 8 (delapan) jenis risiko
yaitu : Risiko Kredit, Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko Operasional,
Risiko Hukum, Risiko Stratejik,

Risiko Kepatuhan dan Risiko Reputasi.

Pengelolaan kedelapan jenis risiko tersebut terus diupayakan


dengan Road Map Basel I dan Basel II serta

agar sejalan

ketentuan Bank Indonesia.

Sampai saat ini, Bank BPD Bali senantiasa mengikuti dan menyesuaikan

79

perkembangan

maupun peraturan terbaru yang dikeluarkan oleh otoritas

perbankan antara lain Peraturan Bank Indonesia Nomor

5/8/PBI/2003

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/25/


PBI/2009 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Penerapan
manajemen risiko paling kurang mencakup :
a) Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi
Direksi menyusun Kebijakan Umum Direksi dan Rencana Bisnis
Bank serta melaksanakan kebijakan dan strategi yang berkaitan dengan
manajemen risiko yang telah mendapatkan

persetujuan dari Dewan

Komisaris. Dalam RBB Tahun 2015 telah ditetapkan pencapaian kredit


mencakup rasio pertumbuhan kredit, komposisi kredit
konsumtif, peningkatan kredit UMKM, NPL dan

produktif dan

penempatan Bank

(credit line).
Secara konkrit, Bank telah meningkatkan spread perbankan atau
NIM dengan meningkatkan porsi kredit konsumtif. Bank
melakukan strategi perbaikan kualitas debitur retail

juga telah

(non korporasi).

Penanganan kredit bermasalah dilakukan melalui : restrukturisasi kredit


terhadap debitur-debitur yang masih memiliki prospek usaha, kooperatif
dan pengikatannya

telah sempurna, dimana dimungkinkan untuk

dilakukanrestrukturisasi kepada debitur yang mengalami kesulitan


pembayaran pokok dan/atau bunganya tanpa harus terlebih dahulu masuk
kategori non performing loan, meningkatkan pemantauan terhadap kreditkredit yang memiliki potensi risiko kredit bermasalah melalui pengetatan
pemantauan kredit secara berkala mulai dari kredit berkualitas lancar
berdasarkan

penilaian kualitas aktiva (penilaian 3 pilar) untuk kredit

80

dengan

plafond diatas Rp. 1 M per triwulan, melakukan pembinaan

kepada debitur-debitur bermasalah yang masih kooperatif (pendekatan


persuasif untuk penyelesaian kredit) dan ekspansi
memfokuskan penyaluran kredit dengan potensi
kredit kepada pegawai dan pensiunan

kredit yang

risiko rendah seperti

sebagai buffer atas penyaluran

kredit selama masih terjadi perlambatan perekonomian.


Bank telah memiliki strategi bisnis dengan sensitifitas memadai,
dalam mempertahankan pertumbuhan kredit dengan karakteristik risiko
rendah pada kondisi makro ekonomi yang ekstrim sehingga perolehan
Laba Bank tetap terjaga. Bank memiliki ketergantungan pada sumber
pendanaan jangka pendek yang sensitif terhadap suku bunga yang dapat
menimbulkan

eksposur

IRRBB.

Oleh

karenanya

terkait

struktur

pendanaan Bank tetap menjaga keseimbangan antara strategi penyediaan


dana, sumber timbulnya pendanaan dan kualitas penyediaan dana.
Bank masih memiliki kecenderungan terhadap penurunan dana
pemerintah yang terjadi di akhir tahun sehingga diperlukan strategi yang
efektif dalam memitigasi risiko likuiditas yang mungkin timbul posisi
akhir tahun.

Secara berkala Dewan Komisaris melakukan evaluasi

pelaksanaan kebijakan manajemen risiko melalui Rapat Direksi dengan


Dewan Komisaris terkait Evaluasi Kinerja Bank tahun 2015 dan Langkahlangkah Strategis menjelang akhir tahun 2015.
Dewan Komisaris telah melakukan persetujuan atas kebijakan dan
strategi yang berkaitan dengan manajemen risiko suku

bunga dan

memastikan Direksi mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam


rangka memantau dan mengendalikan risiko, seperti dalam RBB Tahun

81

2015 dengan adanya kebijakan manajemen risiko terkait mitigasi risiko


pasar.
Ketentuan suku bunga simpanan dan perkreditan diputuskan
Direksi melalui Rapat ALCO setiap bulan. Pemantuan likuiditas dilakukan
melalui laporan likuiditas harian berupa cash flow

interbank money

market, saldo BI untuk GWM, daftar credit line, serta rincian penempatan
dan pinjaman. Bank telah memiliki
kewajiban dan 11 larangan serta

kode etik yang mengatur 12


wajib dilaksanakan oleh seluruh

pengurus dan karyawan. Untuk mencegah risiko operasional atas fraud


dan loss event, dilakukan implementasi aplikasi LED dan Profil Risiko
Cabang. Pemberian hak pegawai saat berhenti atau mengundurkan diri,
punishment atau pemberian sanksi terhadap pegawai yang melanggar,
pemberian reward yang dilaksanakan

melalui pemberian bonus serta

pemberian tantiem telah sesuai dengan BPP SDM.


Dalam RBB Tahun 2015 dinyatakan transformasi organisasi yang
efektif dan efisien didukung dengan pengembangan Sumber
Manusia dan penyelarasan budaya kerja.

Daya

Pengawasan aktif Dewan

Komisaris dan Direksi tergolong memadai, adanya pemberian hak dan


kewajiban pegawai saat berhenti atau mengundurkan diri sebagai pegawai
telah sesuai
terhadap

dengan BPP SDM, punishment atau pemberian sanksi

pegawai yang melanggar ketentuan perbankan dilaksanakan

berdasarkan usulan dari Tim Pertimbangan Hukuman Jabatan

kepada

Direksi dan selanjutnya keputusan hukuman jabatan tetap mengacu pada


BPP SDM, pemberian reward yang
target Cabang, pemberian

dilaksanakan melalui pencapaian

bonus kepada karyawan, serta pemberian

82

tantiem kepada Dewan Komisaris dan Direksi. Dalam RBB Tahun 2015
yang disetujui Direksi dan Dewan
menurunkan frekuensi

Komisaris, telah ditetapkan untuk

terjadinya ketidakpatuhan terhadap kebijakan

internal serta ketentuan perbankan dan peraturan perundang-undangan,


seperti denda akibat ketidakpatuhan tersebut.
Masih terdapat hal yang perlu disempurnakan yaitu penetapan
suku bunga kredit konsumtif yang bersifat fixed, dan tidak sesuai dengan
sumber dana yang bersifat floating rate, masih adanya temuan berulang,
Bank perlu memiliki limit

risiko hukum untuk menentukan langkah

mitigasi yang akan dilaksanakan, masih terdapat berita negatif yang perlu
disikapioleh Bank. Selain itu OJK menilai perlunya komitmen Bank
untuk melakukan perbaikan pengelolaan TI, yaitu data center security
karena dapat menimbulkan risiko cukup signifikan.
b) Kecukupan Kebijakan, Prosedur, Dan Penetapan Limit Manajemen Risiko
Strategi dan sasaran bisnis Bank terkait jaringan kantor dan
produk/aktivitas baru yang ditetapkan telah sesuai dengan arahan Direksi
yang tertuang dalam RBB Tahun 2015 seperti: penyediaan sarana dan
prasarana untuk mendukung
pemenuhan SDM.

pembukaan jaringan kantor, ATM, dan

Bank telah memiliki SOP Credit Line, dan telah

menyempurnakan BPP dan SOP Perkreditan. Keputusan Direksi tentang


Susunan Organisasi Dan Uraian Tugas Bank, termasuk di dalamnya Wakil
Kepala Divisi Kredit telah diberlakukan. Bank telah memiliki SOP Selera
Risiko (Risk Appetite), Toleransi Risiko (Risk Tolerance), Limit Risiko
(Risk Limit) dengan SK No.
Desember 2015 dengan

0603/KEP/DIR/MRO/2015 tanggal 31

implementasi di tahun 2016.

Bank telah

melakukan pemisahan fungsi atau tugas (segregation of duties) antara unit

83

analis kredit dengan unit administrasi kredit dan penyelamatan kredit.


Pada Divisi Treasuri telah dibentuk unit likuiditas yang terpisah dari unit
dealing room.

Bank telah menetapkan tujuan strategis, strategi serta

kebijakan pengendalian asset, dan kewajiban keuangan Bank atau ALMA.


Bank juga telah didukung oleh SOP ALMA untuk mengukur sensitivitas
perubahan suku bunga yang berdampak

pada laba, biaya bunga,

pendapatan, NIM, dan CAR.


Bank telah menetapkan batas wewenang mengenai batas negosiasi
bunga deposito.

Bank telah menetapkan strategi pemeliharaan LDR,

pengelolaan likuiditas melalui penyiapan liqudity contigency plan dengan


pemeliharaan kas, GWM Primer, GWM Sekunder. Bank juga telah
menentukan batas kas harian pada Kantor Cabang. Adanya SOP
ALMAmemberikan pedoman agar pengelolaan risiko likuiditas. Dalam
struktur organisasi Divisi Treasuri juga telah ditetapkan adanya Bagian
Likuiditas, dan telah diisi oleh personil sehingga dapat mengoptimalkan
peran dalam mitigasi risiko likuiditas.
Telah diberlakukannya Keputusan Direksi tentang susunan
organisasi dan uraian tugas Bank dengan SK Direksi No. 0528/
KEP/DIR/RENSTRA/2015 tanggal 24 November 2015, dimana
dalamnya menetapkan perubahan supervisi Direksi dimana

di

Direktur

Kredit mensupervisi Divisi Kredit dan Divisi DJA sehingga pencapaian


dari sisi kredit yang telah diperoleh dapat dikendalikan terkait strategi dan
kualitas pengadaan dana, dapat dicapai keseimbangan dari sisi likuiditas
serta mampu menselaraskan kebutuhan DPK dengan pertumbuhan kredit

84

sehingga level LFR masih tetap dalam ambang batas yang ditentukan oleh
regulator.
Bank telah menyempurnakan SOP dan mekanisme uji kepatuhan
yang mengatur kriteria uji kepatuhan oleh Divisi Kepatuhan. Susunan
organisasi dan uraian tugas yang baru telah menjelaskan susunan dan
uraian tugas pada jajaran Divisi Kepatuhan. Bank telah menyempurnakan
sistem SDM dan menata

organisasi, meningkatkan kompetensi dan

leadership SDM, serta mewujudkan lingkungan kerja yang harmonis.


Coaching

dancounseling karyawan, rekrutmen telah dijalankan secara

bertahap, serta penyempurnaan struktur organisasi untuk menyelaraskan


tugas pokok atau fungsi pada seluruh unit operasional telah dilaksanakan.
Bank telah melakukan pengisian
berkala, meningkatkan
kompetensi dan
penerapan

BPP

jabatan yang kosong, mutasi secara

kualitas karyawan melalui diklat sesuai gap

gap perilaku, implementasi budaya kerja CINTA,


dan

SOP

SDM

melalui

sosialisasi

secara

berkesinambungan
c) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh
Bank telah melakukan pemisahan tugas atau segregation of duties
dalam menerapkan four eyes principle sebagai pelaksanaan pengendalian
intern pada bidang perkreditan. Dalam penyelesaian kredit bermasalah,
Bank akan meningkatkan pengawasan dan pengendalian intern baik di
Kantor Pusat maupun Kantor Cabang.

Beberapa indikator RBB baik

secara kuantitatif dan kualitatif telah dievaluasi setiap bulan pada masingmasing unit. Bank mengatasi keluhan nasabah dan gugatan hukum dengan
melakukan komunikasi kepada nasabah secara kontinyu dan melakukan
perundingan dengan nasabah sebagai langkah

antisipasi litigasi dan

85

tuntutan hukum.

Bank telah memiliki SKAI danAnti Fraud yang

melakukan kaji ulang

dan melakukan audit internal secara rutin,

melakukan validasi atas penetapan tingkat suku bunga DPK dan kredit
pada unit operasional. Pemeriksaan SKAI danAnti Fraud saat ini telah
dilakukan
perkreditan,

pada area-area yang bersifat high risk, seperti bidang


pengadaan barang dan jasa, serta pemantauan pemberian

CSR.
SKAI danAnti Fraud telah melakukan kaji ulang, seperti
contohnya

melakukan

validasi

atas

penetapan

dan

pengkinian

kolektibilitas, dan hasilnya dilaporkan ke Direktur Utama dan Direksi


terkait lainnya. Sebagai wujud kecukupan sistem Review Internal yang
independen untuk seluruh aktivitas penyediaan
manajemen risiko kredit, Bank telah melakukan
pelaksanaan assessment dengan
Penurunan Nilai, pelaksanaan
ulang agunan property

dana dan proses


penegasan ketentuan

pengisian Form Bukti Obyektif

Penilaian Kualitas Aset serta penilaian

untuk KPR dalam rangka meningkatkan

pengendalian intern dan budaya risiko.


Perlu penyempurnaan review independen atas penetapan kualitas aset,
akurasi internal rating, pembentukan cadangan, komposisi portofolio dan
kecukupan sistem administrasi dan pelaporan, review efektifitas sistem
pemantauan dini atas aset
penanganan aset

bermasalah dan penetapan tanggungjawab

bermasalah serta review internal untuk meyakinkan

bahwafungsi penyaluran kredit dikelola secara tepat dan eksposur kredit


berada dalam tingkat yang konsisten dengan prudential standard dan limit
internal, kerangka dan pelaksanaan manajemen risiko likuiditas, antara

86

lain meliputi : kecukupan

kerangka (strategi, kebijakan, sistem dan

prosedur serta sistem pengukuran) untuk identifikasi, pengukuran, dan


pemantauan risiko likuiditas, kesesuaian berbagai limit risiko
mengendalikan risiko likuiditas, kesesuaian asumsi yang

untuk

mendasari

penyusunan skenario arus kas, integritas sistem informasi manajemen


untuk melakukan identifikasi dan

pengukuran risiko likuiditas serta

menghasilkan laporan risiko likuiditas, serta efektivitas proses manajemen


risiko dan kinerja risk taking unit maupun oleh risk management unit
dalam mengelola risiko likuiditas, keandalan kerangka manajemen risiko
pasar, yang mencakup kebijakan, susunan organisasi, alokasi sumber daya
proses manajemen risiko pasar, sistem informasi, dan pelaporan risiko
pasar, serta keefektifan tindak

lanjut hasil evaluasi dalam bentuk

penyempumaan kerangka dan pelaksanaan manajemen risiko operasional,


kecukupan kebijakan sistem rotasi rutin untuk menghindari potensi selfdealing, persekongkolan atau penyembunyian suatu
transaksi yang tidak wajar dan efektivitas

dokumentasi atau

pelaksanaan terhadap

berjalannya sistem rotasi rutin.


Audit juga dilaksanakan pihak eksternal dari BI/OJK dan auditor
independen. Hasil penilaian OJK terdapat kelemahan pada

upaya

perbaikan data center security yang cukup signifikan dan hasil program
strategis bank yang tidak sesuai dengan RBB. Hasil audit menunjukkan
masih adanya temuan audit

internal dan independen yang berpotensi

risiko hukum seperti perjanjian kredit dan penyimpanan dokumen kredit


dan masih terdapat temuan yang berulang. Berita negatif dari media

87

massa masih ada serta perlunya

peningkatan kualitas SKAI danAnti

Fraud terkait keahlian dibidang pemeriksaan risiko likuiditas.


PT Bank Pembangunan Daerah Bali senantiasa meningkatkan Risk
Awareness dalam penerapan budaya sadar risiko dengan
diimplementasikan kepada seluruh karyawan PT Bank

terus

Pembangunan

Daerah Bali pada setiap tingkatan dan pada setiap pelaksanaan aktivitas
operasional dan non operasional perbankan.
9) Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait (Related Party)

dan

Penyediaan Dana Besar (Large Exposure)


Bank telah memiliki pedoman untuk penyediaan dana kepada
pihak terkait (related party) dan penyediaan dana besar (large exposure)
sebagaimana

diatur

dalam

Keputusan

Direksi

Nomor

0229/KEP/DIR/KRD/2014 tanggal 19 Maret 2014 tentang Buku Pedoman


Perusahaan (BPP) Perkreditan.
Bank telah menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen
risiko dalam memberikan penyediaan dana, khususnya penyediaan dana
kepada pihak terkait (related party) dan atau penyediaan dana besar (large
exposures) sesuai dengan
Maksimum Pemberian

ketentuan Bank Indonesia tentang Batas

Kredit (BMPK) dan independen tanpa ada

intervensi dari pihak terkait atau pihak lainnya.


Pelaksanaan penyediaan dana tersebut berpedoman pada kebijakan
dan prosedur tentang Penyediaan Dana kepada Pihak Terkait dan/atau
Penyediaan Dana Besar yang diatur dalam BPP Perkreditan. PT Bank
Pembangunan Daerah Bali
Dana dimaksud

telah menyampaikan Laporan Penyediaan

kepada Otoritas Jasa Keuangan secara berkala, tepat

waktu dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku selama tahun 2015.

88

Selama tahun 2015, Dewan Komisaris memberikan surat


persetujuan pemberian kredit kepada pihak terkait sebanyak 15 (lima
belas) persetujuan yaitu:
a) Surat Dewan Komisaris Nomor: 027/DK/BPD/2015 tanggal

26

Januari 2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama I Gusti Bagus


Ambara Murti Mendala (Pihak Terkait) Jalan

Kerta Mulya II/3

Denpasar.
b) Surat Dewan Komisaris Nomor: 046/DK/BPD/2015 tanggal

16

Pebruari 2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama I Ketut Sukawati


Lanang Putra Perbawa Anggota Dewan

Komisaris PT Bank

Pembangunan Daerah Bali.


c) Surat Dewan Komisaris Nomor: 047/DK/BPD/2015 tanggal

16

Pebruari 2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama Wisnu Bawa


Temaja, S.H, M.H., Anggota Dewan Komisaris

PT Bank

Pembangunan Daerah Bali.


d) Surat Dewan Komisaris Nomor: 078/DK/BPD/2015 tanggal 31 Maret
2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama Nyoman Suryaningsih,
e)

S.E., Direktur Bisnis Non Kredit PT Bank Pembangunan Daerah Bali.


Surat Dewan Komisaris Nomor: 079/DK/BPD/2015 tanggal 2 April
2015 perihal Persetujuan Kredit atas nama Koperasi Karyawan Eka

Sejahtera BPD Bali.


f) Surat Dewan Komisaris Nomor: 085/DK/BPD/2015 tanggal 20 April
2015 perihal Persetujuan Kredit Aneka Guna atas nama A.A. Gde
Agung, S.H. (Bupati Badung).
g) Surat Dewan Komisaris Nomor: 102.A/DK/BPD/2015

tanggal 18

Mei 2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama Ni Made Kariani

89

(istri dari I Ketut Sukawati Lanang

Putra Perbawa, S.H., M.H.,

Komisaris Independen PT Bank Pembangunan Daerah Bali).


h) Surat Dewan Komisaris Nomor: 107/DK/BPD/2015 tanggal 19 Mei
2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama I Made Sudana/UD.D.A
Prana (Kakak Kandung I Nyoman Sumanaya, S.E., M.M. Kepala
Cabang Bank BPD Bali Mangupura).
i) Surat Dewan Komisaris Nomor: 163/DK/BPD/2015 tanggal

24

Agustus 2015 perihal Persetujuan Kredit atas nama I Made Subaga


Wirya, S.E., M.M., Direktur Kepatuhan PT Bank

Pembangunan

Daerah Bali.
j) Surat Dewan Komisaris Nomor: 169A/DK/BPD/2015
Agustus 2015 perihal Persetujuan Kredit

tanggal 28

atas nama Sagung Alit

Mahyuni, istri dari Wisnu Bawa Temaja, S.H., M.H. Anggota Dewan
Komisaris PT Bank Pembangunan Daerah Bali (Pihak Terkait).
k) Surat Dewan Komisaris Nomor: 186/DK/BPD/2015 tanggal

Oktober 2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama Bayu Angga


Widura, anak kandung dari Wisnu Bawa Temaja, S.H., M.H. Anggota
Dewan Komisaris PT Bank Pembangunan

Daerah Bali (Pihak

Terkait).
l) Surat Dewan Komisaris Nomor: 190/DK/BPD/2015 tanggal

16

Oktober 2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama Drs I Ketut


Nurcahya, M.M. Komisaris Utama PT Bank Pembangunan Daerah
Bali (Pihak Terkait).
m) Surat Dewan Komisaris Nomor: 193/DK/BPD/2015 tanggal

22

Oktober 2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama PT Percetakan


Bali, Jalan Gajah Mada I/1 Denpasar (Pihak Terkait).
n) Surat Dewan Komisaris Nomor: 206/DK/BPD/2015 tanggal
Nopember 2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama

17

I Gde

90

Sudibia, S.H. Komisaris Non Independen PT Bank Pembangunan


Daerah Bali (Pihak Terkait).
o) Surat Dewan Komisaris Nomor: 207/DK/BPD/2015 tanggal
Nopember 2015, perihal Persetujuan Kredit atas nama

18

I Made

Kariani, S.H., M.kn (istri dari DR. I Ketut Sukawati Lanang Putra
Perbawa,

S.H.,M.Hum)

Komisaris

Independen

PT.

Bank

Pembangunan Daerah Bali.


10) Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan Bank
Bank telah melakukan transparansi kondisi keuangan dan
keuangan

kepada

pemangku

kepentingan

(stakeholders)

disampaikan kepada pihak-pihak terkait sesuai dengan

non
dan

Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 6/POJK.03/2015 tentang Transparansi


dan Publikasi Laporan Bank. Laporan publikasi tersebut meliputi:
a) Laporan Publikasi Bulanan
Laporan Publikasi Bulanan PT Bank Pembangunan Daerah
Bali yang terdiri dari Laporan Posisi Keuangan (Neraca), Laporan
Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain dan Laporan
Komitmen dan Kontinjensi selama tahun 2015 telah dimuat

di

website Bank (www.bpdbali.co.id) dari bulan Januari 2015 sampai


dengan Desember 2015.
b) Laporan Publikasi Triwulanan
Laporan Publikasi Triwulanan telah dimuat di media cetak
danwebsite

Bank

(www.bpdbali.co.id).

Laporan

Publikasi

Triwulanan selama Tahun 2015 adalah sebagai berikut:


(1) Publikasi Triwulan IV Tahun 2014 telah dimuat di media cetak
Bali Post, Bali Tribune dan Pos Bali pada tanggal 13 Maret
2015
(2) Publikasi Triwulan I Tahun 2015 telah dimuat di media cetak
Nusa Bali, Bali Bank dan Warta Bali pada tanggal 11 Mei 2015

91

(3) Publikasi Triwulan II Tahun 2015 telah dimuat di media cetak


Fajar Bali dan Bisnis Indonesia pada tanggal 06 Agustus 2015,
(4) Publikasi Triwulan III Tahun 2015 telah dimuat di media cetak
Bisnis Bali, Radar Bali, Pos Bali, BaliBank pada tanggal 09
November 2015.
c) Laporan Publikasi Tahunan
PT. Bank Pembangunan Daerah Bali juga telah menyampaikan
Laporan Tahunan kepada pihak-pihak sebagaimana diatur dalam
ketentuan Bank Indonesia tentang Transparansi Kondisi Keuangan.
Laporan Tahunan yang disampaikan pada

Tahun 2015 adalah

Laporan Tahunan Tahun Buku 2014 yang disampaikan pada tanggal


25 Mei 2015 kepada:
(1)
(2)
(3)
(4)

Bank Indonesia.
Otoritas Jasa Keuangan.
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).
Lembaga Pemeringkat di Indonesia yaitu PT Pemeringkat Efek

Indonesia (Persero) dan Fitch Rating.


(5) Asosiasi-asosiasi Bank di Indonesia, yaitu Asosiasi Bank
Pembangunan
Nasional

Daerah

(ASBANDA),

(PERBANAS)

dan

Perhimpunan

Himpunan

Bank

Bank
Negara

(Himbara).
(6) Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI).
(7) 2 (dua) lembaga penelitian di bidang ekonomi dan keuangan,
yaitu LPEM Universitas Indonesia dan Centre for Strategic
Indonesia Studies.
(8) 2 (dua) majalah ekonomi dan keuangan, yaitu Majalah
InfoBank dan Majalah Investor.
Selain

itu,

PT

Bank

Pembangunan

Daerah

Bali

menyampaikan Laporan Tahunan kepada pemegang saham,

juga
yaitu

92

Pemerintah Provinsi Bali, Seluruh Pemerintah Kabupaten Provinsi Bali


dan Pemerintah Kota di Provinsi Bali serta telah dimuat di website Bank
(www.bpdbali.co.id)
11) Rencana Strategis Bank
Rencana Strategis PT Bank Pembangunan Daerah Bali telah

disusun

sesuai visi dan misi Bank dalam bentuk Rencana Bisnis (Business Plan). Hal
tersebut sesuai ketentuan yang berlaku,
Nomor 12/21/PBI/2010 dan

yaitu Peraturan Bank Indonesia

Surat Edaran Bank Indonesia Nomor

12/27/DPNP tanggal 25 Oktober 2010 tentang Rencana Bisnis Bank Umum.


Bank telah menyusun Corporate Plan dan telah disampaikan pertama kali ke
Bank Indonesia pada tanggal 31 Juli 2012 untuk memenuhi surat Bank
Indonesia Nomor 14/61/APBU/Dpr tanggal 26 Juli 2012 perihal Presentasi
Corporate Plan Bank Saudara.
Berdasarkan hasil presentasi pertama tersebut, kemudian

dilakukan

penyempurnaan dan disampaikan kembali kepada Bank Indonesia sesuai


surat Nomor 0265.10.40.2012.2 tanggal 10 Agustus 2012. Presentasi kedua
dilakukan tanggal 15 Agustus 2012 sesuai surat Bank Indonesia Nomor
14/63/APBU/ Dpr tanggal 13 Agustus 2012 untuk dilakukan penyempurnaan
kembali atas Corporate Plan Bank tersebut. Corporate Plan Bank (Final)
disampaikan

kepada

Bank

Indonesia

sesuai

surat

Bank

Nomor

0281.10.40.2012.2 tanggal 30 Agustus 2012.


Penyampaian Corporate Plan ke seluruh unit kerja dilakukan berdasarkan
Surat Divisi Perencanaan Strategis Nomor B-0035/ DIR/RENSTRA/2012
tanggal 25 September 2012. Penyusunan Corporate Plan Bank tahun 20162018 dilakukan melalui:

93

a) Persetujuan Dewan Komisaris Nomor 187/DK/BPD/2015


Oktober 2015 perihal Persetujuan Kebijakan

tanggal 08

Umum Direksi (KUD)

Tahun 2016.
b) Penyusunan Kebijakan Umum Direksi dengan Keputusan Direksi Nomor
0464/KEP/DIR/RENSTRA/2015 tanggal 08 Oktober 2015.
c) Rapat Penyelarasan data yang sudah terkumpul dari unittanggal 30
Oktober 2015.
d) Rapat Kerja penyusunan RBB Tahun 2016-2018 tanggal 21-

22

Nopember 2015melibatkan Dewan Komisaris, Direksi dan Seluruh Unit


Bank BPD Bali.
e) Surat persetujuan Dewan Komisaris Nomor 210/DK/ BPD/2015 tanggal
26 Nopember 2015 perihal Persetujuan Draft RBB 2016-2018 PT Bank
Pembangunan Daerah Bali.
f) Surat Keputusan Direksi Nomor 0537/KEP/DIR/
tanggal26 Nopember 2015 tentang

RENSTRA/2015

Rencana Bisnis Bank PT Bank

Pembangunan Daerah Bali Tahun 2016-2018.


g) Surat Nomor B-0601/DIR/RENSTRA/2015 tanggal 27 Nopember 2015
tentang Penyampaian Rencana Bisnis PT Bank Pembangunan Daerah Bali
Tahun 2016-2018 ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
h) Surat Nomor B-0602/DIR/RENSTRA/2015 tanggal 27 Nopember 2015
tentang Penyampaian Rencana Bisnis PT Bank Pembangunan Daerah Bali
Tahun 2016-2018 ke Dewan Komisaris.
i) Surat Nomor B-0608/DIR/RENSTRA/2015 tanggal 30 Nopember 2015
perihal Penyampaian Rencana Bisnis Bank

Tahun 2016-2018 kepada

Seluruh Unit Kerja.


j) Surat Nomor 0621/RENSTRA/PSR/2015 tanggal 03

Desember 2015

perihal Penyampaian Breakdown Anggaran dan Penyusunan Action Plan


& Cascading Target Kantor Cabang Tahun 2016.

94

Dalam penyusunan Rencana Bisnis Bank telah berdasarkan Keputusan


Direksi Nomor 0133.102.110.2012.2 perihal Pedoman Perusahaan Sistem
Perencanaan, Anggaran dan

Kinerja Bank.

Rencana Bisnis Bank,

Laporan Realisasi Rencana Bisnis Bank periode Triwulanan dan Laporan


Pengawasan Rencana Bisnis Bank periode Semesteran telah disampaikan
Bank kepada Otoritas Jasa Keuangan sesuai ketentuan Bank Indonesia
tentang Rencana Bisnis Bank.Adapun penilaian pelaksanaan Good
Corporate Governance PT Bank Pembangunan Daerah Bali untuk tahun
2015 secara komposit berada pada peringkat 2 (dua) atau predikat Baik
dengan uraian sebagai berikut
(1) Semester 1 (Januari 2015 Juni 2015)
Berdasarkan hasil self assessment serta sesuai dengan surat OJK
Nomor S-144/KO.312/2015 tanggal 7 Desember 2015 perihal
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank posisi 30 Juni 2015, bahwa
penerapan prinsip-prinsip pelaksanaan Good Corporate Governance
Bank memperoleh nilai 2 (baik).

Individual

Tabel 5.4
Hasil Self Assessment GCG
Hasil Penilaian Sendiri Pelaksanaan GCG
Peringkat Definisi Peringkat
Mencerminkan Manajemen Bank telah
melakukan penerapan Good Corporate
Governance yang secara umum baik. Hal ini
2
tercermin dari pemenuhan yang memadai atas
prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan
prinsip Good Corporate Governance, maka
secara umum kelemahan tersebut kurang

95

signifikan dan dapat diselesaikan dengan


tindakan normal oleh manajemen Bank.
Konsolidasi
Sumber : Annual Report Bank Pembangunan Daerah Bali (2015).
(2) Semester 2 (Juli 2015 Desember 2015)
Berdasarkan hasil self assessment serta sesuai dengan surat OJK
Nomor S-43/KO.31/2016 tanggal 2 Maret 2016 perihal Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank posisi 31 Desember 2015, bahwa penerapan
prinsip-prinsip pelaksanaan Good Corporate Governance Bank
memperoleh nilai 2 (baik).
Tabel 5.5
Hasil Self Assessment GCG
Hasil Penilaian Sendiri Pelaksanaan GCG
Peringkat Definisi Peringkat
Mencerminkan Manajemen Bank telah
melakukan penerapan Good Corporate
Governance yang secara umum baik. Hal ini
Individual
2
tercermin dari pemenuhan yang memadai atas
prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan
prinsip Good Corporate Governance, maka
secara umum kelemahan tersebut kurang
signifikan dan dapat diselesaikan dengan
tindakan normal oleh manajemen Bank.
Konsolidasi
Sumber : Annual Report Bank Pembangunan Daerah Bali (2015).
Berdasarkan hasil penelitian (self assessment) terhadap 11 (sebelas) Faktor
Penilaian Pelaksanaan GCG tersebut, diperoleh Nilai Komposit Hasil Akhir
Self Assessment Pelaksanaan GCG Bank posisi Januari 2015 sampai dengan
Juni 2015 adalah di peringkat 2 dengan Predikat Komposit Baik dan untuk
posisi Juli 2015 sampai dengan Desember 2015 tetap di peringkat 2 dengan
Predikat Komposit Baik. Dalam hal ini manajemen Bank telah melakukan
penerapan GCG yang secara umum baik yang tercermin dari pemenuhan
yang memadai atas prnsip-prinsip GCG. Apabila terdapat kelemahan dalam

96

penerapan prinsip-prinsip GCG, maka secara umum kelemahannya kurang


signifikan dan dapat diselesaikan dengan rindakan normal oleh manajemen
Bank. Dalam mewujudkan kualitas pelaksanaan GCG tersebut, Bank telah
melakukan penguatan infrastruktur, restrukturisasi internal yang mengarah
kepada praktek terbaik, penyesuaian serta pembaharuan sistem dan prosedur
yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan GCG yang efektif.
5.4 Rentabilitas (Earning)
Faktor rentabilitas terdiri atas 4 komponen penilaian, yaitu rasio Return
On Asset (ROA), rasio Return On Equity (ROE), rasio Net Interest Margin
(NIM), dan rasio Beban Operasional terhadap

Pendapatan Operasional

(BOPO).Tetapi disini saya hanya menghitungan untuk rasio ROA dan NIM
saja.Rasio pertama adalah rasio Return On Asset (ROA). Rasio ini dihitung
untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam menghasilkan laba.Semakin
kecil rasio ini berarti manajemen bank kurang mampu dalam mengelola aset
untuk meningkatkan pendapatan dan menekan biaya. Informasi keuangan
yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah Laba Sebelum Pajak dan
rata-rata Total Aset.
ROA=

Laba Sebelum Pajak


100 ............................................ (18)
Ratarata total aset

Perhitungan tahun 2015 :


ROA=

644.851.715
100
16.951.302 .729+ 19.538.021 .662/2

ROA=1,76

Tabel 5.6
Bobot PK Komponen ROA (Return On Assets)

97

Periode
ROA
Peringkat
2015
1,76%
2
Sumber : Data Diolah (2016)

Keterangan
Sehat

Rasio kedua adalah rasio Net Interest Margin (NIM). Informasi keuangan
yang dibutuhkan untuk menghitung rasio ini adalah Pendapatan Bunga Bersih
danRata-RataTotal Aktiva Produktif. Pendapatan bunga bersih adalah
pendapatan bunga

setelah dikurangi beban bunga. Sedangkan aktiva

produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif yang menghasilkan


bunga (interest bearing asset), yaitu aktiva produktifyangdiklasifikasikan
Lancar dan Dalam Perhatian Khusus.
NIM =

Pendapatan Bunga Bersih


100
......................
Ratarata aset produktif

(19)
Perhitungan tahun 2015 :
NIM =

1.218 .689 .571


100
16.951 .302.729+19.538 .021 .662:2

NIM =3,33

Tabel 5.7
Bobot PK Komponen NIM (Net Interest Margin)
Periode
NIM
Peringkat
Keterangan
2015
3,33%
2
Sehat
Sumber : Data Diolah(2016)
5.5 Permodalan (Capital)
Penilaian terhadap faktor permodalan (Capital) meliputi

penilaian

terhadap tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan permodalan. Rasio


untuk menilai permodalan ini adalah Capital AdequacyRatio(CAR).

98

CAR=

Modal
100
.............. (20)
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

Perhitungan tahun 2015


CAR=

36.036 .785
100
222.977.935

24,44

Tabel 5.8
Bobot PK Komponen CAR (Capital Adequacy Ratio)
Periode
CAR
Peringkat
Keterangan
2015
24,44%
1
Sangat Sehat
Sumber : Data Diolah(2016)

5.6Pembahasan
1) Penetapan Peringkat Komposit Penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan
BPD metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning,
Capital
Tabel 5.9
Penilaian tingkat kesehatan bank BPD periode 2015
Komponen
Rasio
%
Peringkat Kriteria
faktor
Rasio
Profil
NPL
1,94
1
Sangat
Risiko
Sehat
LDR
98,11
3
Cukup
Sehat
Rentabilita
ROA
1,76
2
Sehat
s
NIM
3,33
2
Sehat

99

Permodala
CAR
24,44
n
Peringkat Komposit

Sangat
Sehat

SEHAT

Sumber : Data Diolah(2016)


Tabel 5.10
Hasil Self Assessment GCG
Hasil Penilaian Sendiri Pelaksanaan GCG
Peringkat Definisi Peringkat
Mencerminkan Manajemen Bank telah
melakukan penerapan Good Corporate
Governance yang secara umum baik. Hal ini
Individual
2
tercermin dari pemenuhan yang memadai atas
prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
Apabila terdapat kelemahan dalam penerapan
prinsip Good Corporate Governance, maka
secara umum kelemahan tersebut kurang
signifikan dan dapat diselesaikan dengan
tindakan normal oleh manajemen Bank.
Konsolidasi
Sumber : Annual Report Bank Pembangunan Daerah Bali (2015).
Profil

risiko

mempertimbangkan

bank
aktivitas

BPD

termasuk

bisnis

yang

peringkat
dilakukan

1,

karena

oleh

bank,

kemungkinan kerugian yang dihadapi bank dari risiko inheren komposit


tergolong rendah selama periode waktu tertentu dimasadatang dan kualitas
penerapan manajemen risiko secara komposit
rentabilitas sehat, karena laba melebihi

sangat sehat. Faktor

target dan juga mendukung

permodalan bank yang dinyatakan dengan rasio NPL dan LDR yaitu 1,94
dan 98,11. Peringkat faktor rentabilitassehat, karena laba melebihi target dan
mendukung pertumbuhan permodalan bank yang dinyatakan dengan rasio
ROA dan NIM,

dengan masing-masing rasio sebesar 1,76dan 3,33.

Peringkat faktor permodalan menunjukkan bahwa peringkat 2 yang artinya


yaitu bank memiliki kecukupan dalam permodalan dan memadai relatif

100

terhadap profil risikonya, yang disertai dengan pengelolaan permodalan


yang

kuat, uang ditunjukkan dengan rasio CAR sebesar 24,44%.

Berdasarkan hasil penelitian (self assessment) terhadap 11 (sebelas) Faktor


Penilaian Pelaksanaan GCG tersebut, diperoleh Nilai Komposit Hasil Akhir
Self Assessment Pelaksanaan GCG Bank posisi Januari 2015 sampai dengan
Juni 2015 adalah di peringkat 2 dengan Predikat Komposit Baik dan
untuk posisi Juli 2015 sampai dengan Desember 2015 tetap di peringkat
dengan Predikat Komposit Sehat. Nilai rasio RGEC ini menunjukkan
predikat kesehatan bank tersebut sesuai

dengan standar yang telah

ditetapkan oleh Bank Indonesia dengan kesimpulan peringkat komposit 2,


yang mencerminkan kondisi bank yang secara umum yaitusehat, sehingga
dinilai mampu

menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari

perubahan kondisi bisnis dan juga faktor lainnya.

101

102

Tahun berikutnya. Kesehatan bank yang sangat sehat akan


meningkatkan kepercayaan masyarakat, nasabah, karyawan pemegang
saham, dan juga pihak lainnya.
2)Mempertahankan kesehatan bank untuk tahun-tahun berikutnya tidak
hanya berfokus pada laporan keuangan, tetapi Bank Pembangunan
Daerah Baliperlu juga untuk mengembangkan usaha dengan
pelayanan yang diberikan lebih aman, mudah, dan juga cepat. Selain
itu, pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bank
bisnis dan faktor eksternal lainnya hendaknya menjadi tolak ukur
dalam menyusun anggaran tahun berikutnya.
3)Banyaknya faktor eksternal perusahaan yang berpengaruh terhadap
kinerja keuangan seperti faktor pemerintahan sebaiknya juga lebih
diperhatikan untuk meningkatkan kinerja keuangan.
4)Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk memperluas cakupan
penelitian tentang penilaian kesehatan bank dengan menggunakan
indikator rasio keuangan lainnya pada pengukuran tingkat kesehatan
bank dengan metode yang terbaru sesuai dengan Surat Edaran dari
Otoritas Jasa Keuangan.

103

DAFTAR PUSTAKA
Ade Putri Diarto, Dr. Sito Aisjah SE.,MS.,CSRS. (2015). Analisis Tingkat
Kesehatan Bank dengan Menggunakan metode RGEC (Risk Profile,
Good Corporate Governance, Earning, Capital). (Studi pada PT. Bank
Rakyat Indonesia (PERSERO), Tbk Periode 2011-2014).
Adinda Putri Ramadhany, Suhadak, dan Zahroh Z.A. (2015). Analisis
Perbandingan Tingklat Kesehatan Bank berdasarkan Risk Profile, Good
Corporate Governance, Earning, dan Capital(RGEC) pada Bank
Konvensional BUMN dan Swasta. (Studi pada Bank Umum Milik
Negara dan Bank Swasta Nasional Devisa yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2011-2013).
Aprilina, V Ade Arthesa. dan Edia Handiman. 2006. Bank dan Lembaga Kuangan
Bukan Bank. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta.
Annual Report. PT. Bank Pembangunan Daerah Bali. 2015.
Bank Indonesia. 2011. Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 Tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Jakarta: Bank Indonesia
Bank Indonesia. 2011. Surat Edaran Nomor 13/24/DPNP Tanggal 25 Oktober
2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Jakarta: Bank
Indonesia.
Ball, R., S. Kothari and A.Robin. 2000. The effect of international institutional
factors on properties of accounting earnings. Journal of Accounting and
Economics 29, 1-51
Baridwan, Zaki.2002. Intermediate Accounting. Edisi 7. Yogyakarta: Penerbit
BPFE.
Bannet, Roger dan Helen Gabriel. 2001. Reputation, Trust and Supplier
Commitment The Industrial Marketing, Vol 16 p. 424-438.
Ciurlau, L. 2009. Studies, Reserches, Analysis and Sintheis, Equltura
AcademicRomana. InstitusiEconomic, Ar.V 2009.PP 105.
Daniri, Mas Achmad. 2005. Good Corporate Governance: Konsep dan
Penerapannya Dalam Konteks Indonesia. Jakarta: PT Ray Indonesia.
Dendawijaya, Lukman. 2005. Manajemen Perbankan. Edisi Kedua. Cetakan
Kedua. Ghalia Indonesia: Bogor Jakarta.
Fitrianto, Hendra dan Mawardi, Wisnu. 2006. Analisis Pengaruh Kualitas Aset,
Likuiditas, Rentabilitas, dan Efisiensi Terhadap Rasio Kecukupan Modal
Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Studi
Manajemen & Organisasi Universitas Diponegoro Semarang, 3 (1), pp:
1-11.

104

Gulam, Rhumi. 2011. Analisis Laporan Keuangan Pada PT. Bank pembangunan
Sulawesi Selatan (menggunakan metode CAMEL). Skripsi. Universitas
STIE Malang.
Hasan, Amir. 2012. Analisis Pengaruh LDR, NPL,dan CAR, Terhadap Risiko
Likuiditas Bank Pembangunan Daerah Bali Se-Indonesia tahun 20072011. Skripsi. Universitas STIE Malang.
Husnan, Suad dan Pudjiastuti, Enny. 2003. Dasar-dasar Manajemen Keuangan
Yogyakarta : Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Heidy Arrvida Lasta, Zainul Arifin, Nila Firdausi Nuzula. (2014). Analisis
Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Pendekatan RGEC (Risk
Profile, Good Corporate Governance, Earnings, Capital). (Studi pada PT
Bank Rakyat Indonesia Tbk Periode 2011-2013).
Ikatan Akuntan Indonesia.(2007).Standar Akuntansi Keuangan per 1 September
2007.Jakarta : Salemba empat.
Ita Purnamasari, dan Harta Mimba. (2014). Penilaian Tingkat Kesehatan PT. BPD
Bali Berdasarkan Risk Profile, GCG, Earning, dan Capital. (Studi Pada
PT. Bank Pembangunan Daerah Bali pada Tahun 2011). Jurnal Akuntansi
Vo. 7 No. 23 Maret 2013. Universitas Udayana.
Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 13 No. 2 Agustus 2014. Universitas Brawijaya.
Idx.co.id diakses 5 Januari 2015 pukul 13.20
Ktut Silvanita (2009) Bank dan Lembaga Keuangan Lain.Jakarta : Erlangga.
Khisti Minarrohmah, Fransisca Yaningwati, dan Nila Firdausi Nuzula. (2014).
Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunkan Pendekatan
RGEC (Risk profile, Earnings, Good Corporate Governance, dan
Capital) (Studi pada PT. Bank Central Asia, Tbk Periode 20102012).Jurnal Administrasi Bisnis.Vol. 17 No. 1 Desember 2014.
Universitas Brawijaya.
Lestari, Venny Dwi. 2012. Analisis Tingkat Kesehatan Bank-Bank Pemerintah
Dengan Menggunakan Metode Camels Dan Analisis Diskriminan
Periode 2006-2008.http://gunadarma.ac.id/. Diunduh tanggal 29, bulan
April, tahun 2014.
Lotus Mega Fortrania (2015).Analisis Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah dengan Metode CAMELS dan RGEC. (Studi
pada Bank Syariah periode 2011-2013).
Lukman Dendawijaya. (2009). Manajemen Perbankan.Jakarta : Ghalia Indonesia.
Ngadirin Setiawan. (2012). Analisis Laporan Keuangan : Penilaian
Kesehatan Bank (Bahan Perkuliahan). Yogyakarta : UNY
Martono. 2004. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Yogyakarta: Ekonisia

105

Nathalia, Monica. 2013. Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Metode


RGEC Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Go Public
Di Indonesia Stock Exchange (IDX) Tahun 2011 - 2012. Universitas Bina
Nusantara, Jakarta.
Noviantini Permata Yessi, Mangesti Rahayu, dan Maria Goretti Wi Endang NP.
(2015). Analisis Tingkat kesehatan Bank dengan menggunakan
Pendekatan RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning,
dan Capital. (Studi pada PT. Bank Sinar Harapan Bali Periode 20102012).
Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. (2013). Metodologi Penelitian
Bisnis.Yogyakarta : BPFE
Peraturan Bank Indonesia. (2011). Peraturan Bank Indonesia No. 13/PBI/2011,
tentang tata carapenilaian kesehatan bank umum.
Ragil Setiabudi. (2015). Analisis Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Umum
Syariah berdasarkan Metode CAMELS dan RGEC. (Studi pada Bank
Syariah Periode 2011-2013).
Rini Rachmaningsih. (2009) Penilaian Kesehatan Bank Pada PT. Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk. Periode 2007 2008. Skripsi. FISE UNY.
Permana, Bayu Aji. 2012. Analisis Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Metode
CAMELS dan Metode RGEC. Jurnal Universitas Negeri Surabaya.
Surabaya.
Refmasari, Veranda Aga dan Setiawan, Ngadirin. 2014. Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Menggunakan Metode RGEC Dengan Cakupan
Risk Profile, Earnings, dan Capital Pada Bank Pembangunan Daerah
Provinsi Daerah 142 Istimewa Yogyakarta Tahun 2012. Jurnal Profita
2014 Universitas Negeri Yogyakarta, 2(1) h:41-54.
Riyadi, Selamet. 2006. Banking Assets and Liability Management. Edisi Ketiga.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Santi Budi Utami. (2015) Perbandingan Analisis CAMELS dan RGEC Dalam
Menilai Tingkat Kesehatan Bank Pada Unit Syariah Milik Pemerintah
(Studi kasus : PT Bank Negara Indonesia, Tbk Tahun 2012-2013).
Skripsi.Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.
Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya. Yogyakarta : Salemba Empat
Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Perihal: Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum. Jakarta: Bank Indonesia.

106

Surat Edaran Bank Indonesia.(2011). Surat Edaran Bank Indonesia No.


13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011, tentang Matriks Perhitungan
Analisis Komponen Faktor Analisis RGEC untuk Bank Umum.
Taswan. (2008). Akuntansi Perbankan : Transaksi dalam Valuta Rupiah.
Yogyakarta: UPP STIN YKPN.
Totok Budisantoso dan Nuritomo. (2014). Bank dan Lembaga Keuangan
Lain.Jakarta : Salemba Empat. Undang-undang. (1998).
Triandaru, Sigit dan Budisantoso, Totok. 2006. Bank dan Lembaga Keuangan
Lain, Edisi II. Jakarta: Salemba Empat.
Undang-undang No. 10 Tahun 1998, tentang Perbankan.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan.
www.bi.go.id www.bpdbali.co.id
Veranda Aga Refmasari. (2013). Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
menggunakan Metode RGEC Dengan Cakupan Risk Profile, Earnings, dan
Capital pada Bank Pembangunan Daerah Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta tahun 2012. Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Wiranthari Dwinanda, dan Wiagustini . (2015).Analisis Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Pada PT Bank Pembangunan Daerah Bali Berdasarkan
Metode RGEC. (Studi pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Periode
2012-2013).

107

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai