Anda di halaman 1dari 24

ANALISIS INFORMASI KEUANGAN

ANALISIS KESEHATAN PERBANKAN DENGAN RASIO CAMELS

Dosen Pengampu: Fitriyah, SE.,MM

Oleh:

Safira Umar (14510116)

Amroatus Solichah (14510137)

Akbar Ramadan (14510143)

Alwan Abdurazak (14510154)

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SAW karena atas berkat, rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat serta
salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah diutus kemuka bumi ini sebagai
Rahmatanlil Alamin.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugasmata kuliah


AnalisisInformasiKeuangandalam membahas AnalisisKesehatanPerbankandenganRasio
Camels. Dimana dalam makalah ini diharapkan lebih membuka wawasan berpikir di bidang
terkait denganya.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.

Malang, 22 November 2016

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan pesatnya perkembangan perbankan di Indonesia yang antara lain ditandai dengan
banyaknya bank-bank yang bermunculan, maka sangat diperlukan suatu pengawasan terhadap bank-
bank tersebut. Dalam hal ini Bank Indonesia sebagai bank sentral memerlukan suatu kontrol
terhadap bank-bank untuk mengetahui bagaimana keadaan keuangan serta kegiatan usaha
masing-masing bank.Oleh karena itu secara berkala Bank Indonesia mengadakan suatu standar
pengawasan dengan melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan suatu bank berdasarkan
informasi antara lain dari laporan-laporan seperti neraca beserta rekening administratif, daftar
rincian surat berharga yang dimiliki dan diterbitkan, daftar rincian kredit yang diberikan,
daftar rincian penyertaan, daftar rincian laba/rugi dan lain-lain yang secara rutin harus
dilaporkan kepada Bank Indonesia.
Bank sebagai salah satu lembaga keuangan di dalam perekonomian sesuatu negara,
berfungsi sebagai penunjang kelancaran sistem pembayaran, pelaksana kebijakan moneter,
dan sarana untuk mencapai stabilitas sistem keuangan yang menjalankan usahanya
berdasarkan prinsip kepercayaan. Oleh karena itu dalam menjalankan fungsi-fungsi tersebut,
bank dituntut untuk berada dalam kondisi yang sehat.
Prasnanugraha (2007) dalam Wicaksana (2011:2) menyatakan suatu bank dikatakan sehat
apabila dapat melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku. Dengan mengetahui tingkat kesehatan bank maka seluruh pihak
yang terkait dapat mengukur sejauh mana pengelolaan bank telah sesuai dengan asas
pengelolaan bank yang sehat dan ketentuan yang berlaku di Indonesia. Selain itu tingkat
kesehatan bank juga bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi kinerja bank dalam kegiatan
operasional sehingga bank dapat mengoptimalkan keuntungan dan kemungkinan kegagalan
atau kebangkrutan dapat dihindari.
Hal ini sesuai dengan apa yang disebutkan dalam Peraturan Bank Indonesia
No.6/10/PBI/2004 Tentang Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum yang menyebutkan
bahwa kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait baik pemilik,
pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank, dan Bank Indonesia selaku otoritas
pengawas bank. Bank wajib memelihara kesehatan bank sesuai ketentuan yang diperlukan
Bank Indonesia (BI) dan wajib melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.
Penilaian tingkat kesehatan bank sangat diperlukan,Berdasarkan Surat Keputusan Direksi
Bank Indonesia No.30/12/KEP/DIR tanggal 30 April 1997 menetapkan bahwa cara yang
digunakan dalam menilai tingkat kesehatan bank adalah dengan menggunakan metode
CAMELS(Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity dan Sensivity to Market). Dalam
melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan dengan
pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan
perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan menilai faktor-faktor
permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan penilaian tingkat kesehatan bank?
2. Jelaskan rasio apa yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank?
3. Jelaskan bagaimana penilaian kesehatan bank dengan metode CAMELS?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan mengenai penilaian tingkat kesehatan bank
2. Mejelaskan mengenai rasio yang digunakan dalam menilai tingkat kesehatan bank
3. Menjelaskan mengenai bagaimana penilaian kesehatan bank dengan metode CAMELS.
BAB II

ANALISIS KESEHATAN PERBANKAN DENGAN RASIO CAMELS

2.1 Tingkat Kesehatan bank

2.1.1 Definisi Tingkat kesehatan bank

Tingkat Kesehatan Bank merupakan kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan
operasional perbankan secara normal dan mampu untuk memenuhi semua kewajiban dengan
baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang sedang berlaku. Dengan
kata lain bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan
masyarakat, menjalankan fungsi intermediasi, dapat membentuk kelancaran lalu lintas
pembayaran serta dapat mendukung efektifitas kebijakan moneter.

Budisantoso dan Triandaru (2005:51) mengartikan kesehatan bank sebagai kemampuan


suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan
perbankan yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank di atas merupakan suatu batasan
yang sangat luas, karena kesehatan bank memang mencakup kesehatan suatu bank untuk
melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya. Kegiatan tersebut meliputi:
1. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal
sendiri.
2. Kemampuan mengelola dana.
3. Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat.
4. Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan
pihak lain.
5. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.
Dengan kata lain, tingkat kesehatan bank juga erat kaitannya dengan pemenuhan peraturan
perbankan (kepatuhan pada Bank Indonesia).
Tingkat kesehatan bank adalah suatu kondisi standar kesehatan bank yang telah
ditentukan oleh Bank Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Direktur BI No.30/II/KEP/DIR
tanggal 30 April 1997 sebagai tolok ukur bagi manajemen bank untuk menilai pengelolaan bank
telah dilakukan sejalan dengan asas asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan
ketentuan yang berlaku. Pemeriksaan kesehatan bank dilakukan dengan menilai faktor faktor
tingkat kesehatan bank yang meliputi modal (capital), kualitas aktiva produktif (assets),
manajemen (management), rentabilitas (earning), dan likuiditas (liquidity). Faktor-faktor
tersebut dapat dipantau oleh masyarakat melalui laporan keuangan bank yang dipublikasi,
kemampuan bank mencetak laba dan menjaga liquiditas serta integritas dan kredibilitas para
manajemen (direksi) dan pengawas (komisaris) bank yang bersangkutan.

Dengan semakin meningkatnya kompleksitas dan profil risiko, bank perlu


mengidentifikasi permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank. Bagi perbankan,
hasil akhir penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam
menetapkan strategi usaha diwaktu yang akan datang. Sedangkan bagi Bank Indonesia antara
lain digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi strategi pengawasan bank oleh Bank
Indonesia.

2.1.2 Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap penilaian kesehatan bank


Kesehatan bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, karena kegagalan
perbankan akan berakibat buruk terhadap perekonomian. Pihak-pihak yang berkepentingan
dalam laporan keuangan terdiri dari pihak eksternal dan pihak internal.
Pihak internal terdiri dari:
1. Pihak manajemen, berkepentingan langsung dan sangat membutuhkan informasi
keuangan untuk tujuan pengendalian (controlling), pengorganisasian (coordinating) dan
perencanaan (planning) suatu perusahaan.
2. Pemilik perusahaan, dengan menganalisis laporan keuangannya pemilik dapat menilai
berhasil atau tidaknya manajemen dalam memimpin perusahaan.
Pihak eksternal terdiri dari:
1. Investor, memerlukan analisis laporan keuangan dalam rangka penentuan kebijakan
penanaman modalnya. Bagi investor yang penting adalah tingkat imbalan hasil
(return)dari modal yang telah atau akan ditanam dalam suatu perusahaan tersebut.
2. Kreditur, merasa berkepentingan terhadap pengembalian/pembayaran kredit yang telah
diberikan kepada perusahaan, mereka perlu mengetahui kinerja keuangan jangka pendek
(likuiditas) dan profitabilitas dari perusahaan.
3. Pemerintah, informasi ini sangat berguna untuk tujuan pajak dan juga oleh lembaga
yang lain seperti Statistik.
4. Karyawan, berkepentingan dengan laporan keuangan dari perusahaan tempat mereka
bekerja karena sumber penghasilan mereka bergantung pada perusahaan yang
bersangkutan.

2.1.3 Mekanisme penilaian kesehatan bank

Budisantoso dan Triandaru (2006:52) berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun


1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,
pembinaan dan pengawasan bank dilakukan oleh Bank Indonesia, menetapkan bahwa:

a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal,
kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang
berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip
kehati-hatian.
b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan
kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan
kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada Bank.
c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan penjelasan
mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
d. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaan
buku-buku dan berkas-berkas milik bank tersebut, serta wajib memberikan bantuan dalam
rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang
dilaporkan oleh bank tersebut.
e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap
waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik untuk dan atas
nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap bank.
f. Bank wajib untuk menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi
tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laporan laba rugi tahunan tesebut wajib terlebih
dahulu diaudit oleh akuntan publik.
g. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Peraturan kesehatan bank menekankan bank di Indonesia memiliki kewajiban untuk


melakukan aturan-aturan yang telah disebutkan di atas. Keadaan bank yang tidak sehat akan
merusak keadaan perbankan secara keseluruhan dan mengurangi rasa kepercayaan masyarakat.
Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai hak untuk selalu mengawasi jalannya kegiatan
operasional bank dengan mengetahui posisi keuangan perbankan agar keadaan perbankan di
Indonesia dalam keadaan sehat untuk senantiasa melakukan kegiatannya.
Sesuai surat edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP 31 Mei 2004 kepada semua bank
umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional perihal sistem penilaian tingkat
kesehatan bank umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April
2004 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum, bank wajib melakukan penilaian
tingkat kesehatan bank secara triwulanan untuk posisi bulan Maret, Juni, September, dan
Desember. Apabila diperlukan Bank Indonesia meminta hasil penilaian tingkat kesehatan bank
tersebut secara berkala atau sewaktu-waktu untuk posisi penilaian tersebut terutama untuk
menguji ketepatan dan kecukupan hasil analisis bank. Penilaian tingkat kesehatan bank dimaksud
diselesaikan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah posisi penilaian atau dalam jangka waktu
yang ditetapkan oleh pengawas bank terkait.
Berdasarkan hasil penilaian itu, Bank Indonesia dapat meminta agar bank menyampaikan
rencana tindakan (action plan) yang memuat langkah-langkah perbaikan yang wajib
dilaksanakan dalam target waktu penyelesaian selama periode tertentu, selambat-lambatnya
sepuluh hari kerja setelah pelaksanaan action plan. Action plan tersebut meliputi:
a) Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank atau pihak lainnya apabila
bank mengalami permasalahan faktor permodalan.
b) Penanganan kredit bermasalah secara intensif dan efektif apabila bank mengalami
permasalahan faktor kualitas asset.
c) Peningkatan fungsi audit internal, penyempurnaan pemisahan tugas, dan peningkatan
efektivitas tindakan korektif berdasarkan temuan audit.
d) Peningkatan efisiensi bank apabila bank mengalami permasalahan rentabilitas.
e) Peningkatan akses kepada pasar uang, pasar modal, atau sumber-sumber pendanaan
lainnya apabila bank mengalami permasalahan likuiditas.
f) Penambahan modal (fresh money) dari pemegang saham bank atau pihak lainnya atau
penataan kembali portofolio bank apabila bank mengalami permasalahan sensitivitas
terhadap risiko pasar.
Bank Indonesia mewajibkan setiap bank menyampaikan laporan keuangan berkala
kepada Bank Sentral dan mempublikasikan laporan itu melalui media cetak: surat kabar dan
majalah. Bentuk dan isi laporan itu ditetapkan seragam. Laporan keuangan ini dipakai oleh Bank
Sentral dan publik untuk menilai kesehatan bank yang bersangkutan. Adapun laporan keuangan
bank yang perlu disampaikan meliputi:
a. Laporan inti, meliputi:
1) Neraca
2) Daftar Laba-Rugi
b. Laporan pelengkap, meliputi:
1) Laporan perhitungan kewajiban penyediaan kepital minimum
2) Laporan tentang perhitungan rasio-rasio keuangan
3) Laporan kualitas aktiva produktif dan informasi lainnya
4) Laporan transaksi valuta asing dan derivatives
5) Laporan komitmen dan kontinjensi
6) Laporan pengurus dan pemilik bank.
Apabila terdapat penyimpangan terhadap aturan tentang kesehatan bank, Bank Indonesia
dapat mengambil tindakan-tindakan tertentu dengan tujuan agar bank bersangkutan menjadi
sehat dan tidak membahayakan kinerja perbankan secara umum. Bank Indonesia dapat
melakukan tindakan agar:
a. Pemegang saham menambah modal.
b. Pemegang saham mengganti dewan komisaris dan atau direksi bank.
c. Bank menghapus bukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang
macet, dan memperhitungkan kerugian bank dengan modalnya.
d. Bank melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain.
e. Bank dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajiban.
f. Bank menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian bank kepada pihak lain.
g. Bank menjual sebagian atau seluruh harta dan kewajiban bank atau pihak lain.
Apabila tindakan tersebut belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi bank,
atau menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank dapat membahayakan sistem
perbankan, maka pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank dan memerintahkan
direksi bank untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham guna
membubarkan badan hukum bank dan membentuk tim likuiditas. Apabila direksi bank tidak
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham, maka pimpinan Bank Indonesia meminta
kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang berisikan pembubaran badan hukum
bank tersebut, penunjukan tim likuiditas, dan perintah pelaksanaan likuiditas sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2 Rasio Keuangan Perbankan


Menurut Kasmir (2014:310-337) Rasio perbankan yang umumnya digunakan untuk
mengukur kinerja perbankan meliputi:
A. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi
kewajibn jangka pendekknya pada saat ditagih. Dengan kata lain, dapat membayar kembali
pencairan dana deposan pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan kredit yang telah
diajukan. Semakin besar rasio maka bank tersebt semakin likuid.
1) Quick Ratio
Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan bank daalam memenuhi
kewajibannya terhadap deposan (pemilik simapanan giro, tabungan dan deposit) dengan
harta yang paling likuid yang dimiliki oleh suatu bank.

Quick ratio = x 100%

Untuk mencari besarannya quick ratio dapat digunakan contoh neraca lampiran1
adalah sebagai berikut:
a. Cash asset:
- Kas Rp. 45.600.000,00
- Giro pada Bank Indonesia Rp. 320.400.000,00
- Giro pada bank lain Rp. 110.000.000,00
- Aktiva likuid dalam valuta asing Rp. 330.000.000,00
Jumlah cash asset Rp. 806.000.000,00
b. Deposit:
- Giro Rp. 835.500.000,00
- Tabungan Rp. 150.250.000,00
- Diposito berjangka Rp. 340.500.000,00
Jumlah deposito Rp. 1.326.250.000,00

. .
Quick ratio = x 100% = 60.77%
1.326.250.000

2) Investing policy ratio


Investing policy ratio merupakan kemampuan bank dalam melunasi kewajibannya
kepada para deposannya dengan cara melukuidasi surat-surat berharga. Rumus untuk
mencari Investing policy ratio sebagai berikut:

Investing policy ratio= x 100%


total deposit

Untuk mencari besarnya Investing policy ratiodapat kita gunakan contoh neraca
diatas sebagai berikut:
a. Securities
- Efek-efek Rp. 80.000.000,00
- Deposito berjangka Rp. 150.000.000,00
Jumlah securities Rp. 230.000.000,00
b. Total deposit Rp. 1.326.250.000,00
230.000.000
Investing policy ratio= x 100% = 17,34%
1.326.250.000

3) Banking ratio
Banking ratio bertujuan mengukur tingkat likuiditas bank dengan
membandingkan jumlah kredit, yang disalurkan dengan jumlah deposit yang dimiliki.
Semakin tinggi rasio ini maka tingkat likuiditas bank semakin rendah. Karena jumlah
dana yang digunakan untuk mmbiayai kredit semakin kecil, demikian pula sebaliknya.
Rumus untuk mencari Banking ratio adalah sebagai berikut:
Total loans
Banking ratio= x 100%
Total deposit
Untuk mencari besarnya banking ratio dapat kita gunakan contoh neraca pada lampiran 1
adalah sebagai berikut:
a. Loans
- Pinjaman yang diberikan dalam rupiah Rp. 1.250.000.000,00
- Pinjaman dalam valuta asing Rp. 540.000.000,00
Jumlah loans Rp. 1.790.000.000,00
b. Total deposit Rp. 1.326.250.000,00

2.3 Penilaian Kesehatan Bank menggunakan RasioCAMELS


Bank Indonesia menilai tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan
kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Metode atau cara
penilaian tersebut kemudian dikenal dengan metode CAMELS (Capital, Asset quality,
Management, Earnings, Liquidity, dan Sensitivity to Market Risk).Kriteria sensitivity to market
risk merupakan aspek tambahan dari metode penilaian kesehatan bank yang sebelumnya, yaitu
CAMEL. CAMEL pertama kali diperkenalkan di Indonesia sejak dikeluarkannya Paket Februari
1991 mengenai sifat-sifat kehati-hatian bank. Paket tersebut dikeluarkan sebagai dampak
kebijakan Paket Kebijakan 27 Oktober 1988 (Pakto 1988). CAMEL berkembang menjadi
CAMELS pertama kali pada tanggal 1 Januari 1997 di Amerika. CAMELS berkembang di
Indonesia pada akhir tahuan 1997 sebagai dampak dari krisis ekonomi dan moneter.
Analisis CAMELS digunakan untuk mengevaluasi kinerja keuangan bank umum di
Indonesia. Hal ini diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 perihal sistem
penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007
Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.
Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan ketentuan Bank Indonesia mencakup penilaian
terhadap faktor-faktor CAMELS yang terdiri dari:

1) Permodalan (Capital)

Menurut Kasmir (2000:50) yang dinilai adalah permodalan yang didasarkan kepada
kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR
(Capital Adequancy Ratio) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Almilia dan
Herdiningtyas (2005) Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan salah satu indikator kesehatan
permodalan bank. CAR memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang
mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai
dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank.

Kuncoro dan Suhardjono (2002) menambahkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR)
adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal
yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur,
mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap
besarnya modal bank

Sesuai denganPeraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian


Tingkat Kesehatan Bank Umum, semakin tinggi nilai CAR menunjukkan semakin sehat bank
tersebut. Santoso (1996) juga menyatakan bahwa semakin besar rasio ini, semakin kecil
probabilitas suatu bank mengalami kebangkrutan. Pendapat ini didukung oleh Almilia dan
Herdiningtyas (2005) yang menyatakan bahwa CAR berpengaruh negatif signifikan terhadap
prediksi kondisi bermasalah pada sektor perbankan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut
(Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004):

CAR = x 100%

Adapun penilaian rasio CAR berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP
tanggal 31 Mei 2004 antara lain:

Tabel 1.1
Kriteria Pengukuran Rasio CAR
Kriteria Hasil Rasio
Sehat 8%

Tidak Sehat <8%


Sumber: Bank Indonesia, 2004

b. Asset Quality (Kualitas Aset)


Sesuai lampiran dari Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei
2004 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional perihal
sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum, matrik perhitungan atau analisis komponen atas
setiap faktor.

1) Pengertian Aktiva Produktif Aktiva produktif adalah semua harta yang ditanamkan bank
dalam bentuk rupiah maupun dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan
fungsinya seperti kredit yang diberikan penanaman dalam bentuk surat berharga dan
penyertaan.
2) Pengertian aktiva produktif yang diklarifikasikan Penggolongan aktiva produktif yang
diklasifikasikan adalah berdasarkan kolektibilitas aktiva produktif yaitu keadaan
pembayaran pokok atau angsuran dan bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan
diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga dan penanaman
lainnya. Penepatan tingkat penggolongan aktiva diklasifikasikan didasarkan pada:
a. Untuk kredit yang diberikan yang didasarkan pada ketetapan pembayaran kembali
pokok bunga serta kemampuan peminjaman yang ditinjau dari keadaan usaha yang
bersangkutan.
b. Untuk aktiva produktif lainnya didasarkan pada tingkat kemampuan diterimanya
kembali dana.
c. Pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif, bank wajib membentuk
penyisihan penghapusan aktiva produktif yang cukup guna menutup kemungkinan
kerugian kredit macet.

Menurut Kamsir (2008: 50), kualitas aset digunakan untuk menilai jenis-jenis asset yang
dimiliki oleh bank. Penialaian asset harus sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia yang didasarkan pada dua rasio yaitu:

1) Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) terhadap aktiva produktif (AP).
2) Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk oleh bank terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk oleh bank.

c. Management (Managemen)
Menurut Kasmir (2003: 48) dalam mengelola kegiatan bank sehari-hari juga harus dinilai
kualitas manajemennya. Kualitas manajemen juga dilihat dari pendidikan serta pengalaman para
karyawan dalam menangani berbagai kasus yang terjadi, dalam aspek ini yang dinilai adalah
manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan
manajemen likuiditas. Penilaian didasarkan pada 250 pertanyaan yang diajukan manajemen bank
yang bersangkutan.

d. Earning (Rentabilitas)

Menurut Kamsir (2008: 52) Earning (rentabilitas merupakan kemampuan bank dalam
meningkatkan labanya, apakah setiap periode atau untuk mengukur tingkat efesiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Bank yang sehat yang diukur secara
rentabilitas yang terus meningkat, penilaian juga dilakukan dengan:

1) Rasio laba bersih terhadap total asset (ROA).

2) Perbandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi (BOPO).

e. Liquidity (Likuiditas)

Menurut Kasmir (2008: 51) sebuah bank dikatakan likuid apabila bank yang
bersangkutan dapat membayar semua hutang-hutangnya, terutama simpanan tabungan, giro,
deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak
dibiayai. Secara umum rasio ini merupakan rasio antara jumlah aktiva lancar dengan hutang
lancar, yang dianalisi dalam rasio ini, adalah:

1) Rasio kewajiban bersih Call Money terhadap aktiva.

2) Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank seperti giro, tabungan, deposito dan lain-
lain.

Analisa rasio CAMELS yaitu suatu analisis keuangan bank dan alat pengukuran kinerja
bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk mengetahui tentang tingkat kesehatan bank
yang bersangkutan dari berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan
suatu bank dengan menilai faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank.

a. Capital (permodalan)
Penilaian menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva mengandung atau
menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR merupakan indikator terhadap
kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-
kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko.

b. Asset (aktiva)

Asset (aktiva) bank akan dinilai berdasarkan kualitas aktiva produktif (KAP) dan rasio
penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklarifikasikan
(PPAPWD). Sesuai lampiran dari Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal
31 Mei 2004 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional perihal sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum, matrik perhitungan atau
analisis komponen atas setiap faktor.

1) Pengertian Aktiva Produktif Aktiva produktif adalah semua harta yang ditanamkan bank
dalam bentuk rupiah maupun dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan
fungsinya seperti kredit yang diberikan penanaman dalam bentuk surat berharga dan
penyertaan.

2) Pengertian aktiva produktif yang diklarifikasikan Penggolongan aktiva produktif yang


diklasifikasikan adalah berdasarkan kolektibilitas aktiva produktif yaitu keadaan pembayaran
pokok atau angsuran dan bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya
kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga dan penanaman lainnya.
Penepatan tingkat penggolongan aktiva diklasifikasikan didasarkan pada:

a) Untuk kredit yang diberikan yang didasarkan pada ketetapan pembayaran kembali pokok
bunga serta kemampuan peminjaman yang ditinjau dari keadaan usaha yang bersangkutan.

b) Untuk aktiva produktif lainnya didasarkan pada tingkat kemampuan diterimanya kembali
dana.

c) Pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif, bank wajib membentuk


penyisihan penghapusan aktiva produktif yang cukup guna menutup kemungkinan kerugian
kredit macet. 3) Management (manajemen) Untuk menilai kualitas manajemen dapat dilihat
dari kualitas manusia dalam mengelola bank.Kualitas manusia juga dilihat dari segi
pendidikan dan pengalaman para karyawan dalam menangani kasus yang terjadi.Dalam
aspek ini yang dinilai adalah manajemen umum dan manajemen resiko.

c. Earning (rentabilitas)

Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat
efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Analisis rasio
rentabibitas suatu bank antara lain

1) ROA (Return On Asset)


Return On Asset (ROA) adalah perbandingan antara laba sebelum pajak pada bank
dengan total aktiva bank, rasio yang menunjukkan kemampuan dari modal yang
diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan.
2) BOPO (Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional)
BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya opersional dengan pendapatan operasional,
semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank
tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan.

d. Liquidity (likuiditas) Likuiditas adalah kemampuan bank untuk membayar semua


hutanghutangnya terutama simpanan tabungan, giro dan deposito pada saat ditagih dan dan dapat
pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Adapun faktor likuiditas yang
dinilai dalam analisa CAMELS adalah: 1) LDR (Loan to Deposito Ratio) ini menggambarkan
kemampuan suatu bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. 2) Cash Ratio (CR)
menunjukkan bahwa jumlah kredit yang diberikan tidak melebihi total dana yang diterima guna
menyediakan dana bagi bank untuk menjalankan operasinya

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004,
penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian aspek permodalan,
kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitasterhadap resiko pasar. Penilaian
terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif setelah
mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas meterialitas dan signifikansi dari
faktor-faktor penilaian sertapengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan
perekonomian nasional.

2.2 Rasio Penilaian Kesehatan Bank

a. Kualitas Aset (Asset Quality)


Penilaian didasarkan kepada kualitas aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu
Bank yang diukur dengan 2 macam yaitu :
1. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif. Produktif
(KAP 1). Aktiva Produktif Diklasifikasikan menjadi Lancar, Kurang
Lancar,Diragukan dan Macet. Rumusnya adalah :
Penilaian rasio KAP dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
Untuk rasio sebesar 15,5 % atau lebih diberi nilai kredit 0 dan
Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 15,49% nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum 100.

NR =
( , )

2. Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang


diklasifikasikan.
Produktif yang diklasifikasikan (KAP 2). Rumusnya adalah :
NPL (Non Performing Loan) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan
manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Standar kriteria
yang ditetapkan Bank Indonesia dalam menjalankan kegiatan operasinya dengan baik jika NPL
dibawah 5%. NPL dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah kredit yang bermasalah
dibandingkan dengan total kredit. Berikut rumus NPL sesuai dengan (SE BI Nomor 07/
10/DPNP tanggal 31 Maret 2005) :

NPL = x 100%

b. Manajemen (Management)
Merkusiwati (2007) berpendapat bahwa tingkat kesehatan bank berdasar pada
aspek manajemen dengan rasio Net Profit Margin (NPM). Hal ini berdasarkan pada
seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup manajemen umum, manajemen
risiko dan kepatuhan bank yang mempengaruhi perolehan laba. Net Profit Margin
dihitung dengan membagi Net Income atau laba bersih dengan Operating Income atau
laba usaha. Berikut rumus untuk menghitung Net Profit Margin menurut Muljono
(1992) :

NPM = x 100%

c. Profitabilitas (Earnings)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor profitabilitas bank antara
lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen Return on Assets (ROA)
dan Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO). ROA
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba
secara keseluruhan dari total aktiva yang dimiliki. Berikut rumus untuk menghitung
ROA menurut Dendawijaya (2009) :

ROA = x 100%

BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi kemampuan bank dalam


melakukan kegiatan operasinya Semakin tinggi rasio ini menunjukkan semakin tidak
efisien biaya operasional bank. Berikut rumus untuk menghitung BOPO menurut
Siamat (2005).

BOPO = x 100%

d. Likuiditas (Liquidity)
LDR (Loan to Deposit Ratio) digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank
dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak
ketiga. Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali
kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dana dengan kredit-kredit yang
telah diberikan kepada para debiturnya. Berikut rumus untuk menghitung LDR menurut
Santoso dan Triandaru (2006) :

LDR = x 100%

e. Sensitivitas terhadap risiko pasar (Sensitivity to Market Risk)


Penilaian rasio sensitivitas terhadap risiko pasar didasarkan pada Interest Expense
Ratio (IER). Rasio ini merupakan ukuran atas biaya dana yang dikumpulkan oleh bank
yang dapat menunjukkan efisiensi bank didalam mengumpulkan sumber-sumber
dananya. Interest Expense Ratio (IER) semakin besar rasio akan semakin buruk, jika
semakin kecil akan semakin baik. Standar kriteria oleh Bank Indonesia dinila sehat jika
rasio beban bungadibawah 5%. Berikut rumus utnuk menghitung Interest Expense Ratio
menurut Setyawati dan Marita (2010) :

IER = x 100%

Penggolongan tingkat kesehatan bank dibagi dalam empat kategori yaitu : sehat,
cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, namun sistem pemberian nilai dalam
menetapkan tingkat kesehatan bank didasarkan pada reward system dengan nilai
kredit antara 0 sampai dengan 100, yakni sebagai berikut :

Nilai Kredit Penggolongan Tingkat Kesehatan Bank


Standar Predikat Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan Skep DIR-BI Nomor 30/2/UPPB/1997 jo. SE Nomor 30/23/UPPB/1998
Nilai Kredit Predikat
81 100 Sehat
66 <81 Cukup Sehat
51 <66 Kurang Sehat
0 <51 Tidak Sehat

2.3 Penilaian kesehatan bank dengan metode CAMELS

The analysis of bank X as above is an outstanding example to discover how well CAMELS
rating system works in a real bank. It results in supporting the researcher to figure out both
benefits and drawbacks in implementing the CAMELS framework at AIA as follow: Advantages
The CAMELS rating index is getting internationally standardized; it allows the
AIAs subsidiaries all over Asia not to get out of track. AIA is a multinational corporation,
thereby resulting in the single use of analyzing banks performance model among countries.
Consequently, it is a perfect choice to follow and supervise between countries and the Group.
In regard to the flexible use of the CAMELS, this model can be applied as an offsite examination
which makes it possible to use historical financial and accounting data to achieve a good
assessment. Instead of on-site examination, this, to some extent enables AIA to save the
expenses in visiting the target bank back and forth. It is the main framework to evaluate a
banks overall performance that assists excellently the decision of investment in AIA.
Kinerja bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam
operasionlnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan
penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia. Penilaian aspek
penghimpunan dana dan penyaluran dana merupakan kinerja keuangan yang berkaitan
dengan peran bank sebgaia lembaga intermediasi. Sedangkan penilaian kondisi likuiditas
bank guna mengetahui seberapa besar kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban
kepada para deposan.

Penilian aspek profitabilitas berguna untuk mengetahui kemampuan menciptakan profit


yang sudah barang tntu penting bagi para pemilik. Dengan kinerja bank yang baik pada
akhirnya akan berdampak baik pada intern maupun bagi ektern bank. Berkaitan dengan
analisis kinerja keuangan bank mengandung beberapa tujuan: 1) untuk mengetahui
keberhasilan pengelolaan keuangan bank terutama kondisi likuiditas, kecukupan modal
dan profitabilitas yang dicapai dalam tahun berjalan maupun tahun sebelumnya, 2) untuk
mengetahui kemampuqqqqan bank dalam mendayagunkan semua asset yang dimiliki
dalam menghasilkan profit secara efisien (Abdullah, 2003)

Sejalan dengan tujuan bank, maka dua dimensi penting dari kinerja bank menurut Fraser
dalam Suharsono (2001) adalah profitabilitas dan risiko. Untuk mengukur kinerja melalui
profitabilitas yang dapat digunakan untuk meniliti profitabilitas adalah return on assets
(ROA) dan return on equity (ROE).

CAMELS pada dasarnya merupakan metode penilaian kesehatan bank, yang meliputi 6
kriteria, yaitu: 1) Capital Adequacy, adalah kecukupan modal yang menunjukkan
kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan keampuan
manajemen bank dalam
Dapus

Rizky Ludy Wicaksana. Analisis Rasio CAMELS Terhadap Kondisi Bermasalah pada Sektor
Perbankan di Indonesia. (Semarang: UNDIP, 2011) hlm. 2
1
Totok Budisantoso. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006)
hal. 52

Anda mungkin juga menyukai