Oleh:
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SAW karena atas berkat, rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat serta
salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah diutus kemuka bumi ini sebagai
Rahmatanlil Alamin.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan mengenai penilaian tingkat kesehatan bank
2. Mejelaskan mengenai rasio yang digunakan dalam menilai tingkat kesehatan bank
3. Menjelaskan mengenai bagaimana penilaian kesehatan bank dengan metode CAMELS.
BAB II
Tingkat Kesehatan Bank merupakan kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan
operasional perbankan secara normal dan mampu untuk memenuhi semua kewajiban dengan
baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang sedang berlaku. Dengan
kata lain bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan
masyarakat, menjalankan fungsi intermediasi, dapat membentuk kelancaran lalu lintas
pembayaran serta dapat mendukung efektifitas kebijakan moneter.
a. Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal,
kualitas asset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang
berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip
kehati-hatian.
b. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan
kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan
kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada Bank.
c. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia segala keterangan dan penjelasan
mengenai usahanya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
d. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksaan
buku-buku dan berkas-berkas milik bank tersebut, serta wajib memberikan bantuan dalam
rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen, dan penjelasan yang
dilaporkan oleh bank tersebut.
e. Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap
waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik untuk dan atas
nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan terhadap bank.
f. Bank wajib untuk menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca, perhitungan laba rugi
tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia. Neraca dan laporan laba rugi tahunan tesebut wajib terlebih
dahulu diaudit oleh akuntan publik.
g. Bank wajib mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi dalam waktu dan bentuk yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Untuk mencari besarannya quick ratio dapat digunakan contoh neraca lampiran1
adalah sebagai berikut:
a. Cash asset:
- Kas Rp. 45.600.000,00
- Giro pada Bank Indonesia Rp. 320.400.000,00
- Giro pada bank lain Rp. 110.000.000,00
- Aktiva likuid dalam valuta asing Rp. 330.000.000,00
Jumlah cash asset Rp. 806.000.000,00
b. Deposit:
- Giro Rp. 835.500.000,00
- Tabungan Rp. 150.250.000,00
- Diposito berjangka Rp. 340.500.000,00
Jumlah deposito Rp. 1.326.250.000,00
. .
Quick ratio = x 100% = 60.77%
1.326.250.000
Untuk mencari besarnya Investing policy ratiodapat kita gunakan contoh neraca
diatas sebagai berikut:
a. Securities
- Efek-efek Rp. 80.000.000,00
- Deposito berjangka Rp. 150.000.000,00
Jumlah securities Rp. 230.000.000,00
b. Total deposit Rp. 1.326.250.000,00
230.000.000
Investing policy ratio= x 100% = 17,34%
1.326.250.000
3) Banking ratio
Banking ratio bertujuan mengukur tingkat likuiditas bank dengan
membandingkan jumlah kredit, yang disalurkan dengan jumlah deposit yang dimiliki.
Semakin tinggi rasio ini maka tingkat likuiditas bank semakin rendah. Karena jumlah
dana yang digunakan untuk mmbiayai kredit semakin kecil, demikian pula sebaliknya.
Rumus untuk mencari Banking ratio adalah sebagai berikut:
Total loans
Banking ratio= x 100%
Total deposit
Untuk mencari besarnya banking ratio dapat kita gunakan contoh neraca pada lampiran 1
adalah sebagai berikut:
a. Loans
- Pinjaman yang diberikan dalam rupiah Rp. 1.250.000.000,00
- Pinjaman dalam valuta asing Rp. 540.000.000,00
Jumlah loans Rp. 1.790.000.000,00
b. Total deposit Rp. 1.326.250.000,00
1) Permodalan (Capital)
Menurut Kasmir (2000:50) yang dinilai adalah permodalan yang didasarkan kepada
kewajiban penyediaan modal minimum bank. Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR
(Capital Adequancy Ratio) yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia. Almilia dan
Herdiningtyas (2005) Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan salah satu indikator kesehatan
permodalan bank. CAR memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang
mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai
dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank.
Kuncoro dan Suhardjono (2002) menambahkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR)
adalah kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal
yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur,
mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap
besarnya modal bank
CAR = x 100%
Adapun penilaian rasio CAR berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP
tanggal 31 Mei 2004 antara lain:
Tabel 1.1
Kriteria Pengukuran Rasio CAR
Kriteria Hasil Rasio
Sehat 8%
1) Pengertian Aktiva Produktif Aktiva produktif adalah semua harta yang ditanamkan bank
dalam bentuk rupiah maupun dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan
fungsinya seperti kredit yang diberikan penanaman dalam bentuk surat berharga dan
penyertaan.
2) Pengertian aktiva produktif yang diklarifikasikan Penggolongan aktiva produktif yang
diklasifikasikan adalah berdasarkan kolektibilitas aktiva produktif yaitu keadaan
pembayaran pokok atau angsuran dan bunga kredit oleh nasabah serta tingkat kemungkinan
diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat-surat berharga dan penanaman
lainnya. Penepatan tingkat penggolongan aktiva diklasifikasikan didasarkan pada:
a. Untuk kredit yang diberikan yang didasarkan pada ketetapan pembayaran kembali
pokok bunga serta kemampuan peminjaman yang ditinjau dari keadaan usaha yang
bersangkutan.
b. Untuk aktiva produktif lainnya didasarkan pada tingkat kemampuan diterimanya
kembali dana.
c. Pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif, bank wajib membentuk
penyisihan penghapusan aktiva produktif yang cukup guna menutup kemungkinan
kerugian kredit macet.
Menurut Kamsir (2008: 50), kualitas aset digunakan untuk menilai jenis-jenis asset yang
dimiliki oleh bank. Penialaian asset harus sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia yang didasarkan pada dua rasio yaitu:
1) Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan (APYD) terhadap aktiva produktif (AP).
2) Rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif yang dibentuk oleh bank terhadap
penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk oleh bank.
c. Management (Managemen)
Menurut Kasmir (2003: 48) dalam mengelola kegiatan bank sehari-hari juga harus dinilai
kualitas manajemennya. Kualitas manajemen juga dilihat dari pendidikan serta pengalaman para
karyawan dalam menangani berbagai kasus yang terjadi, dalam aspek ini yang dinilai adalah
manajemen permodalan, manajemen aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas, dan
manajemen likuiditas. Penilaian didasarkan pada 250 pertanyaan yang diajukan manajemen bank
yang bersangkutan.
d. Earning (Rentabilitas)
Menurut Kamsir (2008: 52) Earning (rentabilitas merupakan kemampuan bank dalam
meningkatkan labanya, apakah setiap periode atau untuk mengukur tingkat efesiensi usaha dan
profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Bank yang sehat yang diukur secara
rentabilitas yang terus meningkat, penilaian juga dilakukan dengan:
e. Liquidity (Likuiditas)
Menurut Kasmir (2008: 51) sebuah bank dikatakan likuid apabila bank yang
bersangkutan dapat membayar semua hutang-hutangnya, terutama simpanan tabungan, giro,
deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak
dibiayai. Secara umum rasio ini merupakan rasio antara jumlah aktiva lancar dengan hutang
lancar, yang dianalisi dalam rasio ini, adalah:
2) Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank seperti giro, tabungan, deposito dan lain-
lain.
Analisa rasio CAMELS yaitu suatu analisis keuangan bank dan alat pengukuran kinerja
bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk mengetahui tentang tingkat kesehatan bank
yang bersangkutan dari berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan
suatu bank dengan menilai faktor-faktor penilaian tingkat kesehatan bank.
a. Capital (permodalan)
Penilaian menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva mengandung atau
menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR merupakan indikator terhadap
kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-
kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko.
b. Asset (aktiva)
Asset (aktiva) bank akan dinilai berdasarkan kualitas aktiva produktif (KAP) dan rasio
penyisihan penghapusan aktiva produktif terhadap aktiva produktif yang diklarifikasikan
(PPAPWD). Sesuai lampiran dari Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal
31 Mei 2004 kepada semua bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional perihal sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum, matrik perhitungan atau
analisis komponen atas setiap faktor.
1) Pengertian Aktiva Produktif Aktiva produktif adalah semua harta yang ditanamkan bank
dalam bentuk rupiah maupun dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan
fungsinya seperti kredit yang diberikan penanaman dalam bentuk surat berharga dan
penyertaan.
a) Untuk kredit yang diberikan yang didasarkan pada ketetapan pembayaran kembali pokok
bunga serta kemampuan peminjaman yang ditinjau dari keadaan usaha yang bersangkutan.
b) Untuk aktiva produktif lainnya didasarkan pada tingkat kemampuan diterimanya kembali
dana.
c. Earning (rentabilitas)
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat
efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Analisis rasio
rentabibitas suatu bank antara lain
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor : 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004,
penilaian tingkat kesehatan bank merupakan penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian aspek permodalan,
kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas dan sensitivitasterhadap resiko pasar. Penilaian
terhadap faktor-faktor tersebut dilakukan melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif setelah
mempertimbangkan unsur judgement yang didasarkan atas meterialitas dan signifikansi dari
faktor-faktor penilaian sertapengaruh dari faktor lainnya seperti kondisi industri perbankan dan
perekonomian nasional.
NR =
( , )
NPL = x 100%
b. Manajemen (Management)
Merkusiwati (2007) berpendapat bahwa tingkat kesehatan bank berdasar pada
aspek manajemen dengan rasio Net Profit Margin (NPM). Hal ini berdasarkan pada
seluruh kegiatan manajemen suatu bank yang mencakup manajemen umum, manajemen
risiko dan kepatuhan bank yang mempengaruhi perolehan laba. Net Profit Margin
dihitung dengan membagi Net Income atau laba bersih dengan Operating Income atau
laba usaha. Berikut rumus untuk menghitung Net Profit Margin menurut Muljono
(1992) :
NPM = x 100%
c. Profitabilitas (Earnings)
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor profitabilitas bank antara
lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen-komponen Return on Assets (ROA)
dan Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO). ROA
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba
secara keseluruhan dari total aktiva yang dimiliki. Berikut rumus untuk menghitung
ROA menurut Dendawijaya (2009) :
ROA = x 100%
BOPO = x 100%
d. Likuiditas (Liquidity)
LDR (Loan to Deposit Ratio) digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank
dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak
ketiga. Rasio ini untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali
kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dana dengan kredit-kredit yang
telah diberikan kepada para debiturnya. Berikut rumus untuk menghitung LDR menurut
Santoso dan Triandaru (2006) :
LDR = x 100%
IER = x 100%
Penggolongan tingkat kesehatan bank dibagi dalam empat kategori yaitu : sehat,
cukup sehat, kurang sehat dan tidak sehat, namun sistem pemberian nilai dalam
menetapkan tingkat kesehatan bank didasarkan pada reward system dengan nilai
kredit antara 0 sampai dengan 100, yakni sebagai berikut :
The analysis of bank X as above is an outstanding example to discover how well CAMELS
rating system works in a real bank. It results in supporting the researcher to figure out both
benefits and drawbacks in implementing the CAMELS framework at AIA as follow: Advantages
The CAMELS rating index is getting internationally standardized; it allows the
AIAs subsidiaries all over Asia not to get out of track. AIA is a multinational corporation,
thereby resulting in the single use of analyzing banks performance model among countries.
Consequently, it is a perfect choice to follow and supervise between countries and the Group.
In regard to the flexible use of the CAMELS, this model can be applied as an offsite examination
which makes it possible to use historical financial and accounting data to achieve a good
assessment. Instead of on-site examination, this, to some extent enables AIA to save the
expenses in visiting the target bank back and forth. It is the main framework to evaluate a
banks overall performance that assists excellently the decision of investment in AIA.
Kinerja bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam
operasionlnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan
penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia. Penilaian aspek
penghimpunan dana dan penyaluran dana merupakan kinerja keuangan yang berkaitan
dengan peran bank sebgaia lembaga intermediasi. Sedangkan penilaian kondisi likuiditas
bank guna mengetahui seberapa besar kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban
kepada para deposan.
Sejalan dengan tujuan bank, maka dua dimensi penting dari kinerja bank menurut Fraser
dalam Suharsono (2001) adalah profitabilitas dan risiko. Untuk mengukur kinerja melalui
profitabilitas yang dapat digunakan untuk meniliti profitabilitas adalah return on assets
(ROA) dan return on equity (ROE).
CAMELS pada dasarnya merupakan metode penilaian kesehatan bank, yang meliputi 6
kriteria, yaitu: 1) Capital Adequacy, adalah kecukupan modal yang menunjukkan
kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan keampuan
manajemen bank dalam
Dapus
Rizky Ludy Wicaksana. Analisis Rasio CAMELS Terhadap Kondisi Bermasalah pada Sektor
Perbankan di Indonesia. (Semarang: UNDIP, 2011) hlm. 2
1
Totok Budisantoso. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2 (Jakarta: Salemba Empat, 2006)
hal. 52