Oleh:
SAFIRA UMAR 14510116
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
MALANG
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SAW karena atas berkat, rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat serta
salam atas junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah diutus kemuka bumi ini sebagai
Rahmatanlil Alamin.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester (UTS) Pancasila
dan Kewanegaraan dalam membahas ISLAM DAN PANCASILA: MEWUJUDKAN NILAI-
NILAI PANCASILA DALAM BERMASYARAKAT DAN BERNEGARA. Dimana dalam
makalah ini diharapkan lebih membuka wawasan berpikir di bidang terkait denganya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi kita semua dan bermanfaat
untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penulisan 1
BAB II MEWUJUDKAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM
BERMASYARAKAT DAN BERNEGARA 2
2.1 Bentuk Penghayatan Pancasila 2
2.2 Nilai-Nilai dan Pedoman Dasar Pengamalan Pancasila 3
2.3 Prespektif Islam terhadap Nilai Sila-Sila yang Terkandunng dalam Pancasila 8
2.4 Bentuk- bentuk Aktualisasi Pancasila 12
2.4.1 Aktualisasi dalam Pembangunan Nasional 12
2.4.2 Aktualisasi Dasar Filsafat Negara 16
BAB III KESIMPULAN 21
3.1 Kesimpulan 21
DAFTAR PUSTAKA 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Jika diperhatikan secara mendalam, suatu bangsa dapat hidup dan berkembang dengan
integritas dan kepribadian yang kuat, apabila memiliki suatu pandangan hidup yang dimengerti,
dihayati, dan diamalkan oleh pendukung-pendukungnya atau warga-warganya, apabila
dirumuskan dari sifat-sifat fundamental serta nilai-nilai luhur yang merupakan jiwa bangsa,
tercermin ke luar sebagai kepribadian bangsa dan terjabar dengan bahasa yang jelas sehigga
dapat dimengerti oleh warga bangsa. Dengan demikian diharapkan, pandangan hidup yang
mengandung nilai-nilai luhur tersebut bermanfaat untuk hidup sehari-hari dan diamalkan
dengan cara yang benar.
Penghayatan Pancasila secara sistematik ini dimulai dari pemikiran tentang jiwa bangsa
Indonesia sampai dapat dinyatakan sebagai pedoman hidup bangsa Indonesia yang merupakan
fungsi dan kedudukan Pancasila, yakni:
1. Nilai material, yaitu segala yang berguna bagi unsur jasmani manusia.
2. Nilai vital, yaitu segala sesutau yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas..
3. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai
kerohanian dibedakan atas empat macam:
a. Nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal manusia (cipta), misal pertanyaan-
pertanyaan di bidang ilmiah.
b. Nilai kebaikan yang bersumber pada unsur kehendak manusia (karsa), misal hidup
sejahtera, menyumbang yang terkena bencana lam.
c. Nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa manusia (rasa), misal menikmati
hasil karya seni, menikmati pemandangan alam
d. Nilai religius, merupakan nilai Ketuhanan, merupakan nilai kerohanian yang
tertinggi dan mutlak. Nilai ini bersumber kepada keyakinan dan keimanan manusia
terhadap adanya Tuhan. Nilai religi itu berhubungan dengan nilai penghayatan yang
bersifat transendental, dalam usaha manusia manusia untuk memahami arti dan
makna dunia. (Laboratorium Pancasila IKIP Malang, 1993:23)
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tergolong nilai kerohanian, tetapi nilai
kerohanian yang mengakui adanya nilai material dan nilai vital. Dengan kata lain: Pancasila
tergolong nilai kerohanian itu di dalamnya terkandung pula nilai-nilai lain secara lengkap dan
harmonis, baik nilai material, nilai vital, nilai kebenaran (logik), nilai kebaikan, nilai keindahan,
maupun nilai religius. Hal ini dapat terlihat pada susunan sila-sila Pancasila yang sistematik-
hierarkis, yang di mulai dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa sampai dengan sila Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. (Bakry, 2010:303)
Bakry (2010:305) dalam bukunya memaparkan nilai-nilai yang terandung dalam sila-
sila Pancasila merupakan sekumpulan kesatuan nilai-nilai luhur yang diyakini kebenarannya
atau sudah dinyatakan benar, yang kemudian dijabarkan dalam Pedoman Pengamalan
Pancasila.
1. Sila pertama dengan rumusan Ketuhanan Yang Maha Esa, terkandung nilai-nilai
religius, antara lain:
a. Keyakian terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan segala sifat-Nya
Yang Maha Sempurna
b. Ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, menjalankan semua perintah-Nya
dan menjauhi segala larangan-Nya.
c. Kepercayaan adanya nilai-nilai suci dari ajaran agama yang harus ditaati demi
kebahagiaan hidup manusia
d. Nilai ketuhanan sebagai nilai religius meliputi dan menjiwai kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan
2. Sila kedua dengan rumusan Kemanusiaan yang adil dan beradab, terkandung
niali-nilai kemanusiaan antara lain:
a. Pengakuan terhadap adanya harkat dan martabat manusia dengan segala hak
asasinya.
b. Perlakuan adil terhadap sesama dengan memperlakuakn dan memberikan
sesuatu yang telah menjadi haknya.
c. Manusia beradab dengan cipta, rasa, karsa dan keyakinan sebagai landasan
bertindak sesuai niali-nilai hidup manusiawi.
d. Nilai kemanusiaan diliputi dan dijiwai ketuhaan serta meliputi dan menjiwai
persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
3. Sila ketiga dengan rumusan Persatuan Indonesia, terkandung nilai-nilai persatuan
dan kebangsaan, antara lain:
a. Persatuan sekelompok manusia yang menjadi warga negara Indonesia dengan
dasar cita-cita hidup bersama.
b. Bangsa Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia.
c. Semangat keBhinneka Tunggal Ikaan suku bangsa memberikan arah dalam
pembinaan keesatuan bangsa.
d. Nilai persatuan diliputi dan dijiwai ketuhanan dan kemanusiaan, meliputi dan
menjiwai kerakyatan dan keadilan.
4. Sila keempat dengan rumusan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam pemusyawaratan perwakilan, terkandung nilai-nilai
kerakyatan antar lain:
a. Kedaulatan negara di tangan rakyat dipimpin oleh hikmat kebijaksaan
berlandaskan penalaran yans sehat.
b. Manusia Indonesia sebagai warga negara mempunyai kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama.
c. Musyawarah mufakat dalam kenegaraan oleh wakil-wakil rakyat demi
kebersamaan dengan dasar kekeluargaan.
d. Nilai kerakyatan diliputi dan jiwai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, serta
meliputi dan memjiwai keadilan.
5. Sila kelima dengan rumusan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,
terkandung nilai keadilan sosial, antar lain:
a. Keadilan dalam kehidupan sosial meliputi semua bidang kehidupan nasional
untuk seluruh rakyat Indonesia.
b. Cita-cita masyarakat adil makmur, material dan spiritual, merata bagi seluruh
rakyat Indonesia.
c. Keseimbangan antara hak dan kewajiban, serta cinta kemajuan dan
pembangunan yang selaras serasi dan seimbang.
d. Nilai-nilai keadilan sosial diliputi dan dijiwai oleh sila ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, dan kerakyatan.
2) Pedoman Dasar Pengamalan Pancasila
2.3 Prespektif Islam Terhadap Nilai Sila-Sila Yang Terkandunng Dalam Pancasila
1. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa
Kahin dan Dahm (dalam Hamid, 2001:57) mengungkapkan bahwa konsep Ketuhanan
Yang Maha Esa tidak lain adalah apa yang disebut dengan tauhid demikian antara lain
berbunyi Keputusan Muktamar Nahdatul Ulama ke-26 di Situbondo pada tahun 1984. Tafsir
ini tidak dimaksud untuk menafikan hak hidup agama-agama lain yang diatur di Indonesia.
Karena tauhid itulah keyakinan yang terdalam dan yang paling awal dari semua agama-
agama yang ada di dunia.
Dalam Al-Quran juga dijelaskan mengenai ke-Esaan Allah SWT yang tertuang dalam
surat Al-Anbiya (21) ayat 25:
..
dan tidak pernah mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami
wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka
sembahlah olehmu sekalian akan aku..." ( QS. al-anbiya (21): 25)
Akidah ke-Esan Tuhan (tauhid) tersebut tidak tergoyahkan meskipun kita tahu masing-
masing umat punya cara keberagaman yang berbeda:
)(
Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya
mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzkikan Allah
kepada mereka, Maka Tuhanmu ialah Tuhan yang Maha Esa, karena itu berserah
dirilah kamu kepada-Nya. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk
patuh (kepada Allah) (QS. Al-Hajj )22(: 34)
Keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT, meski dengan idiom yang
berbeda tetapi menjadi inti keimanan setiap umat meskipun dengan tata cara dan tempat ibadah
yang berbeda-beda:
...
..
..dan Sekiranya tidak ada pembelaan Allah atas keganasan sebagian manusia dengan
sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja,
rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak
disebut nama Allah. (QS. al-Hajj (22): 40).
...
...
Bagi tuhan nama-nama nan indah, maka panggilah dia dengan nama-nama nan indah
itu. (QS.. al-Araf (7):180)
...
...
Katakanlah (Muhammad): Serulah Allah atau serulah Yang Maha Pengasih (Ar-
Rahman).Dengan nama mana saja kamu dapat menyeru, bagi-Nya tersedia nama-
nama nan indah (QS. Al-Isra )17(: 110)
Dalam Al-Quran menegaskan bahwa pada dasarnya manusia dititahkan dimuka bumi
sebagai khalifah (wakil) Allah SWT:
..
..
"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku
hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. (QS. al-Baqarah (2): 30).
Dalam salah satu hadis Rasulullah menegaskan yang artinya: bahwa Allah menciptakan
manusia atas gambarnya (bukhari-Muslim) Ayat senada juga termaktub dalam taurat, kita
perjanjian lama:
Di lain pihak secara material-jasmaniah manusia adalah makhluk yang tercipta dari
tanah, sementara secara spiritual-batiniah dari ruh yang ditiupkan oleh Allah dari diri-nya:
) (
) (
)(
"Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai
penciptaan manusia dari tanah. kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati
air yang hina. kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh
(ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati;
(tetapi) kamu sediki sekali bersyukur." ( QS. as-sajdah (32): 7-9).
Manusia pertama kali diciptakan Allah adalah Nabi Adam As. Sebagai Abu Basyar
dengan siti hawa sebagai Unmul Al-Basyar. Kemudian keturunan nabi adam itu sebagai umat
yang satu (ummatu whaidah). Dalam Al-Quran surat Al-Baqarah (2) ayat 212, substansi ayat
ini mengajarkan agar manusia hidup dan berada dalam kebersamaan. Dalam kebersamaan ini
manusia berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang direalisasikan dengan berbagai
macam aktifitas serta beracam hubungan antara sesamnya kebersamaan merupakan sarana atau
ruang gerak bagi manusia dalam memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya sendiri.
Ketergantungan inilah yang menjadikan manusia sebagai makhluk sosial, oleh Aristoteles
disebutkan sebagai makhluk zon politicon. (Al Munawar, 2005:1)
Karena esensi kemanusiaan yang bersifat ilahiah itulah Allah SWT menegaskan harkat
dan martabat manusia anak cucu Adam sebagai mengatasi makhluk-makhluk lainnya:
(Masudi, 2013:40)
)(
"Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan
dan dilautan Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka
dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan." (QS. Al-Isra(17): 70).
Dari kata-kata satu (abad, wahid dalam bahasa arab) persatuan (wahidah)
menggambarkan konsep menyatunya unsur-unsur yang berbeda, dalam satu derap langkah
bersama karena memiliki dan ingin mencapai cita-cita yang juga sama. Dalam bahasa islam
disebut dengan jamaah. (Masudi, 2013:43)
Dalam Islam nilai-nilai persatuan merupakan perintah Allah yang tertuang dalam Al-
Quran agar kaum muslimin tetap berpegang teguh kepada aturan-aturannya dan tidak
terpecah-pecah. Demikian pula perintah Allah agar kaum muslim tidak mengikuti sikap umat
terdahulu setelah datangnya petunjuk, seperti tertuang dalam ayat:
...
..
Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih
sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. (QS.. Ali Imran (3):105)
inilah naskah perjanjian dari nabi Muhammad SAW, antara orang-orang beriman
umat Islam dari suku Quraisy dan Yastrib, serta orang-orang yang menyertainya dan yang
berjuang bersamanya: mereka adalah suatu komunitas yang manuggal; orang-orang
muhajirin dari Quarisy berhak atas tradisinya; puak auf berhak atas tradisinya; puak
saadahberhak atas tradisinya; puak al-harist berhak atas tradisinya; puak jusam berhak
atas tradisinya; puak amr bin auf berhak atas tradisinya; puakan-nubeit berhak atas
tradisinya; dan puak alal-aus berhak atas tradisinya
..
...
dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan
sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka...
(QS.. Asy-Syuraa (42):38)
Masudi (2013:51-52) dalam bukunya ia memeparkan bahwa keadilan: berasal dari kata
al-adl (adil) yang secara harfiah berarti lurus, seimbang. Dalam fiqih, adil pertama-tama
berarti memperlakukan setiap orang secara setara, tanpa diskriminasi berdasarkan hal-hal yang
bersifat subjektif. Dalam kitab al-mufasshal fi fiqh addawah, abul qasim al-amadi menulis:
keadilan adalah konsep yang merengkuh setiap orang, atau setiap komunitas; tanpa
dipengaruhi perasaan subjektif suka tidak suka, atau faktor keturunan, atau status soal
kayamiskin, kuat lemah; intinya menakar setiap orang dengan takaran yang sama dan
menimbang dengan timbangan yang sama, sebagai manusia, hamba allah dan
ciptaanya.
Dengan kata lain, unsur pertama keadilan adalah kesetaraan perbedaan suku ras dan
semisal tidak boleh menjadi alasan untuk mendiskriminasikan orang lain keanekaragaman
bahasa, budaya maupun warna kulit adalah salah satu tanda kebesaran Allah Swt
)(
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu
benarbenar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (QS. ar-Rum
(30): 22)
)(
Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku
supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahuilagi Maha Mengenal. (QS. al-hujrat (49): 13).
Dengan bekal penghayatan Pancasila dan dengan mengamalkannya oleh setiap manusia
Indonesia, maka gerak pembangunan yang kita lakukan bersama-sama akan berjalan lurus dan
tiba dengan selamat kepada tujuannya. Sebagai moral perjuangan, Pancasila bukan saja
berperan sebagai nilai ukur tentang baik-buruknya kebijakan serta pelaksanaan pembangunan
di semua bidang, akan tetapi sekaligus juga sebagai nilai pengukur bagi cara dalam
melaksanakan pembangunan tersebut. (Bakry, 2010:320)
Seorang pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun dan
memebimbing asuhannya, dalam hal ini sebagai prinsip-prinsip utama kepemimpinan
Pancasila adalah sebagai berikut:
a. ing ngarso sung tulodo, yang berarti bahwa seseorang pemimpin harus mampu, lewat
sikap dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan orang-orang yang
dipimpinnya.
b. ing madyo mangun karso, yang berari bahwa seorang pemimpin harus mampu
membangkitkan semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang-orang yang
dibimbingnya.
c. tut wuri handayani, yang berarti bahwa seseoang pemimpin hsrus mampu
mendorong orang-orang yang diasuhya agar berani berjalan di depan dan sanggup
bertanggung jawab.
)(
Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan
kebajikan, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka
menyembah.( QS. Al Anbya (21) :73)
)(
dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk
dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat
Kami.( As-Sajdah (32):24)
2.4.2 Aktualisasi Dasar Filsafat Negara
Pengamalan obyektif sila Ketuhanan Yang Maha Esa atau pengamalan dalam
kenegaraan mewujudkan negara berdasarkan ketuhanan. Jadi negara Indonesia bukan
negara atheis, dan bukan teokrasi, tetapi negara Theis Demokrasi, yakni negara yang
berKetuhanan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi dan menjamin semua agama. (Bakry,
2010:328)
Bakry (2010:328) menjelaskan pengamalan objektif sila kemanusiaan yang adil dan
beradab atau pengamalan dalam kenegaraan mewujudkan negara menjunjung tinggi dan
memelihara hak-hak asasi manusia. Dalam pemeliaraan hak asasi manusia (HAM) Pancasila
perumusanya dicantumkan dalam UUD 1945, yakni yang tersebar dalam beberapa pasal
yang diantaranya:
Hal ini seleras dengan firman Allah SWT dalam QS.. Al-Kafirun (109) ayat 1-6:
)( ) ( ) (
)(
) ( ) (
Katakanlah Muhammad, Wahai orang-orang yang kafir! Aku tidak akan menyembah
apa yang kamu sembah dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan kamu
tidak pernah (pula) menyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan
untukku agamanku
Hak atas kesejahteraaan sosial dan kemakmuran rakyat, UUD 1945 pasal 33 (3):
Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Hak atas jaminan sosial, UUD 1945 pasal 34 (2):
Negara megembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan (Bakry, 2010:330)
)(
dan jangan kamu mencampur hak dengan yang batil, dan kamu sembunyikan yang
hak sedang kamu mengetahui(QS.. Al- Baqarah (2):42)
Dalam Islam sendiri, terdapat tiga bentuk HAM, yakni Pertama, hak dasar (hak
daruri) sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar maka bukan hanya
membuat manusia sengsara tetapi juga kehilangan eksistensinya bahkan hilang harkat
martabatnya. Contoh diantaranya adalah hak hidup, hak keamanan, hak memiliki harta
benda. Kedua, hak sekunder yakni hak-hak yang apabila tidak dipenuhi akan berakibat pada
hilangnya hak-hak dasar nya sebagai manusia misalnya jika seorang manusia hak nya untuk
memperoleh sandang pangan yang layak tidak dipenuhi, maka akan berakibat hilangya hak
hidup. Ketiga, hak tersier yakni hak yang tingkatnya lebih rendah dari hak primer dan
sekunder. (Ubaedillah dan Rozak, 2003:166)
Hal ini selaras dengan konsepsi Islam tentang HAM dapat dijumpai dalam sumber
utama Islam yakni dalam Al-Quran dan Hadist. Adapun implementasi dirujuk pada praktik
kehidupan sehari-hari Nabi Muhammad SAW yang dikenal dengan sebutan Sunnah Rasul.
Tonggak sejarah peradaban Islam sebagai agama HAM adalah lahirnya deklarasi Nabi
Muhammad di Madinah yang bisa dikenal dengan Piagam Madinah. Pandangan inklusif
kemanusiaan Piagam Madinah kemudian menjadi semangat deklarasi HAM Islam di Kairo,
deklarasi ini dikenal dengan nama deklarasi Kairo yang lahir pada 5 Agustus 1990.
(Ubaedillah dan Rozak, 2003)
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1. Bentuk penghayatan Pancasila yakni meliputi Pancasila sebagai pemikiran tentang
jiwa bangsa Indonesia sampai Pancasila dapat dinyatakan sebagai pedoman hidup
bangsa Indonesia yang merupakan fungsi dan kedudukan Pancasila itu sendiri.
2. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tergolong nilai kerohanian, tetapi nilai
kerohanian yang mengakui adanya nilai material dan nilai vital. Dalam penghayatan
dan pengamalannya, Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 merupakan kerangka
dasar yang memberi petunjuk nyata dan jelas wujud pengamalan kelima sila dan
wujud pengaktualisasian nilai sila-sila Pancasila.
3. Dalam perspektif Islam nilai sila-sila yang terkandung dalam Pancasila nyatanya
selaras dengan ajaran Islam yang tertuang dalam Al-Quran. Hal ini dipertegas
dengan surat-surat yang terkandung dalam Al-Quran.
4. Secara garis besar terdapat bentuk aktualisasi Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat Indonesia yakni meliputi: Aktualisasi Pancasila dalam
pembangunan Nasional dan Aktualisasi Fundamental Politik Negara yang
berdasarkan Pancasila
DAFTAR ISI
Al Munawar, Said Agil. 2005. Fiqih Hubungan antara Umat Bergama. Jakarta : Ciputat Press
Ali, Asad Said. 2009. Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan Berbangsa. Jakarta: Pustaka
LP3ES Indonesia
Hamid, Tijani Abd.Qadir. 2001. Pemikiran Politik Dalam Al-Quran. Jakarta: Gema Insane
Press
Karim, M. Abdul. 2004. Menggali Muatan Pancasila dalam Perspektif Islam. Yogyakarta:
Surya Raya
Margono. 2012. Pendidikan Pancasila: Topik Aktual Kenegaraan Dan Kebangsaan. Malang:
UM PRESS
Masudi, Masdar Farid. 2013. Syarah UUD 1945 Perspektif Islam. Jakarta: PT Pustaka
Alvabert
Rais, M.Dhiauddin. 2001. Teori Politik Islam. Jakarta: Gema Insane Press
Ubaedillah dan Rozak, abdul. 2003. Pendidikan Kewanegaraan (Civic Education) Pancasila,
Demokrasi, Ham, Dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif
Hidayatullah