Anda di halaman 1dari 12

I.

Latar Belakang

Kejahatan (Crime) adalah sisi sebaliknya dari “perbuatan baik” yang


seyogyanya dilakukan oleh setiap warga masyarakat untuk hidup bersama dengan
rasa aman dan sejahtera (cukup sandang, pangan dan papan) 1. Perbuatan seseorang
yang melanggar suatu norma atau aturan hukum, maka sudah seharusnya
mendapatkan hukuman yang setimpal, termasuk kejahatan eksploitasi.
Pengertian eksploitasi secara umum tidak dijelaskan secara rinci di Peraturan
Perundang-undangan, tetapi pengertian eksploitasi disinggung di dalam penjelasan
Undang Undang, Pasal 13 ayat (1) huruf b Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak mengatakan bahwa perlakuan eksploitasi, misalnya
tindakan atau perbuatan memperalat, memanfaatkan, atau memeras anak untuk
memperoleh keuntungan pribadi, keluarga, atau golongan2. Selain itu, Dalam
kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) eksploitasi adalah pengusaha,
pendayagunaan, pemanfaatan untuk diri sendiri, pengisapan, pemerasan (tenaga
orang) atas diri sendiri merupakan tindakan yang tidak terpuji. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa eksploitasi anak adalah pemanfaatan untuk keuntungan sendiri
melalui anak dibawah umur. Dengan kata lain anak-anak digunakan sebagai media
untuk mencari uang.3
Pengertian anak dijelaskan di dalam Pasal 1 angka 1 Undang Undang Nomor
23 Tahun 2002 jo Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan
anak yaitu,
“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan”.
Anak sebagai generasi muda merupakan sumber daya manusia yang memiliki
potensi untuk meneruskan cita-cita dan perjuangan bangsa, dan memiliki peranan
startegis yang mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus yang memerlukan perlindungan

1 Soedjono Dirdjosisworo, Respon Terhadap Kejahatan Introduksi Hukum Penanggulangan Kejahatan (Introduction
To The Law of Crime Prevention) 1 (STHB Press, Bandung, 2002).
2 Undang Undang R.I., No. 23 Tahun 2002, Tentang Perlindungan Anak, T.L.N.R.I., Tahun 2002 No. 4235, Pasal 13 ayat

(1) huruf b.
3 Megalia Tifani Piri, Perlindungan Hukum Terhadap Tindakan Eksploitasi Anak (Kajian Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2002), Vol.1, No. 2, Lex Administratum, 26 (2013).

1
untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik,mental dan sosialnya secara
utuh. Anak mempunyai hak yang bersifat asasi, sebagaimana yang dimiliki orang
dewasa, hak asasi manusia (HAM) 4. Berdasarkan Pasal 76 huruf I Undang Undang
Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perlindungan Anak,

“Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh


melakukan, atau turut serta melakukan eksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual
terhadap Anak. ”5

Dalam hal ini, perlindungan anak harus sangat dikedepankan karena


perlindungan anak mencakup perlindungan dan penjaminan atas hak anak dalam
hal pertumbuhan serta perkembangan dirinya. Banyak kasus anak yang disebabkan
karena tidak dilindunginya hak anak tersebut, hak anak ini dijelaskan di dalam Pasal
1 angka 12 Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang Undang Nomor 35
Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak yaitu,
“ Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan
dipenuhi oleh Orang Tua, Keluarga, masyarakat, negara, pemerintah, dan pemerintah daerah”

Hak anak ini merupakan sesuatu yang sudah seharusnya di kedepankan,


karena anak memiliki hak asasi manusia yang dilindungi Undang-Undang serta
harus dihormati dan dilindungi oleh orang lain juga.

Dari yang telah dijelaskan, ada suatu kasus yang terjadi baru-baru ini yang
merupakan permasalahan antara Persatuan Bulu Tangkis (PB) Djarum dengan
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Dalam kasus tersebut, KPAI
menuduh Persatuan Bulu Tangkis (PB) Djarum dengan alasan bahwa PB Djarum
telah melanggar regulasi jika tetap menyematkan nama yang identik dengan produk

4 Absori, Perlindungan Hukum Hak-Hak Anak dan Implementasinya Di Indonesia Pada Era Otonomi Daerah,
Vol.2,No.1 Jurisprudence, 78 (2005).
5 Undang Undang R.I., No. 35 Tahun 2014, Perubahan Atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak, T.H.L.N.R.I., Tahun 2014 No. 5606, Pasal 76 huruf I.

2
tembakau dalam audisi.6 KPAI menilai PB Djarum telah melanggar Pasal 36 ayat
(1) Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 yang menyatakan,

“Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor Produk Tembakau yang


mensponsori suatu kegiatan lembaga dan/atau perorangan hanya dapat dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:

a. tidak menggunakan nama merek dagang dan logo Produk Tembakau termasuk
brand image Produk Tembakau; dan

b. tidak bertujuan untuk mempromosikan Produk Tembakau.”7

Selain Pasal 36, PB Djarum juga dikatakan melanggar Pasal 37 Peraturan


Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 yang menyatakan,

“ Setiap orang yang memproduksi dan/atau mengimpor Produk Tembakau yang menjadi
sponsor dalam bentuk tanggung jawab sosial perusahaan hanya dapat dilakukan dengan
ketentuan sebagai berikut :

a. Tidak menggunakan nama merek dagang dan logo Produk Tembakau


termasuk brand image Produk Tembakau; dan
b. Tidak bertujuan untuk mempromosikan Produk Tembakau.”

Selain itu KPAI menduga PB Djarum telah melakukan eksploitasi terhadap


anak, karena PB Djarum dalam aktivitasnya membawa nama industri rokok. KPAI
mendesak penghentian audisi PB Djarum karena mengandung unsur eksploitasi
berupa kewajiban setiap anak mengenakan seragam Djarum Badminton Club yang
identik dengan merek rokok. Hal tersebut diatur dalam Pasal 76 I Undang Undang
Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perlindungan Anak dan Pasal 36 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun
2012. Dalam hal tersebut, banyak menimbulkan pro dan kontra terhadap perilaku
KPAI yang menuduh PB Djarum atas hal-hal yang telah disebutkan. PB Djarum

6 Ambaranie Nadia Kemala Movanita, Dugaan Eksploitasi Anak dan Regulasi yang Menyandung PB Djarum,
https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/10/115954265/dugaan-eksploitasi-anak-dan-regulasi-yang-
menyandung-pb-djarum?page=all (10 September 2019, 20 September 2019).
7 Peraturan Pemerintahan , No. 109 Tahun 2012, Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk

Tembakau Bagi Kesehatan, T.H.L.N.R.I. Tahun 2012 No. 5380, Pasal 9 ayat (1).

3
tanpa berfikir panjang, mereka bersedia untuk menutup audisi tahun 2020 karena
PB Djarum tidak mau mengganti nama serta logo dan PB Djarum juga tidak mau
melanggar regulasi yang dituduh KPAI. Dengan di tutupnya audisi PB Djarum
untuk tahun 2020 menimbulkan polemik yang membuat KPAI mendapat hujatan
dari warga internet karena telah menduga PB Djarum melakukan eksploitasi
terhadap anak-anak yang mengikuti kegiatan beasiswa tersebut.

PB Djarum merupakan satu dari lima bakti yang dinaungi Djarum


Foundation selain di sektor sosial, lingkungan, Pendidikan, dan budaya8, selain itu
PB Djarum merupakan salah satu perusahaan swasta yang memberikan kesempatan
kepada anak-anak Indonesia untuk mendapatkan beasiswa demi mengembangkan
pribadi dari anak tersebut dengan mengadakan audisi. Hal tersebut ditegaskan di
dalam Pasal 9 ayat (1) Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang Undang
Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak yang mengatakan bahwa,

“Setiap anak berhak memperoleh Pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan
pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat”.

Pada 12 September 2019 Menteri Pemuda dan Olahraga (MENPORA),


melakukan mediasi dengan perwakilan PB Djarum dan KPAI di Kantor Kementrian
Pemuda dan Olahraga (KEMENPORA), Jakarta9. Mediasi yang dilakukan oleh PB
Djarum dan KPAI menghasilkan tiga kesepakatan sebagai berikut,

1. PB Djarum sepakat untuk mengubah nama yang semula Audisi Umum


Beasiswa PB Djarum menjadi Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis tanpa
menggunakan logo, merek, dan brand image Djarum.
2. KPAI sepakat untuk mencabut surat KPAI tentang permintaan
pemberhentian Audisi Djarum.

8 Iswara N Raditya, Sejarah PB Djarum dan Perbedaannya dengan Pabrik Rokok, https://tirto.id/sejarah-pb-djarum-
dan-perbedaannya-dengan-pabrik-rokok-ehKA (9 September 2019, 14 September 2019)
9 Rochmat Purnomo, PB Djarum dan KPAI Berdamai, SImak Empat POin Hasil Mediasi Yang Dilakukan Menpora ,

https://www.tribunnews.com/sport/2019/09/13/pb-djarum-dan-kpai-berdamai-simak-empat-poin-hasil-
mediasi-yang-dilakukan-menpora?page=2 ( 13 September 2019, 28 October 2019)

4
3. KEMENPORA, KPAI, dan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia
(PBSI) sepakat memberikan kesempatan kepada PB Djarum untuk
konsolidasi secara internal guna melanjutkan audisi di tahun 2020 dan
seterusnya10.

Mediasi dari polemik tersebut menimbulkan banyak hal yang semakin kurang
jelas dari fakta-fakta yang ada seperti mengapa mediasi langsung dilakukan tanpa
adanya penyelidikan. Padahal hal tersebut sudah menjadi polemik yang tergolong
sangat heboh dibicarakan.

Berdasarkan uraian fenomena permasalahan diatas, sangat perlu jika diteliti


lebih lanjut untuk melakukan penelitian karena telah timbul masalah-masalah dari
kedua pihak yaitu dari pihak KPAI dan PB Djarum. Maka penulis melakukan
penelitian mengenai PERLINDUNGAN HAK ANAK DALAM KEGIATAN PB
DJARUM DIHADAPKAN DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 23
TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 109 TAHUN 2012.

II. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dilakukan PB Djarum bertentangan dengan Pasal 36 Peraturan


Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 Tentang Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan yang
diduga dilanggar PB Djarum?
2. Apakah ada hak anak yang dilanggar selama PB Djarum menjalani
kegiatannya sebagai sponsor dari beasiswa tersebut, dikaitkan dengan Pasal
76 huruf I Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak?

10Titi Fajriah, 3 Kesepakatan Hasil Mediasi PB Djarum dan KPAI,


https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20190912125415-170-429881/3-kesepakatan-hasil-mediasi-pb-
djarum-dan-kpai, (12 September 2019, 28 October 2019)

5
III. Tinjauan Pustaka Sementara

a. Perlindungan Hak Anak

Perlindungan adalah pemberian jaminan atas keamanan, kentetraman,


kesejahteraan dan kedamaian dari pelindung atas segala bahaya yang
mengancam pihak yang dilindungi.11 Perlindungan hukum menurut Satjipto
Raharjo, perlindungan hukum adalah memberikan pengayoman terhadap hak
asasi manusia (HAM) yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan
kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh
hukum12. Perlindungan hukum pada anak tidak hanya berdasar hukum tertulis,
tetapi juga termasuk hukum tidak tertulis dengan harapan agar ada jaminan pada
anak dalam menjalankan hak dan kewajibannya.13
Anak merupakan seseorang yang dilahirkan dari sebuah hubungan antara
pria dan wanita. Hubungan antara pria dan wanita ini jika terikat dalam suatu
ikatan perkawinan lazimnya disebut sebagai suami istri.14 Anak adalah bagian
yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan
keberlangsungan sebuah bangsa dan negara.15
Pengertian anak dijelaskan di dalam Pasal 1 angka 1 Undang Undang
Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perlindungan anak yaitu,

“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan”.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan


Anak dalam Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa,

11 Romli Atmasasmita, Peradilan Anak di Indonesia 85 (Mandar Maju, Bandung,1997)


12 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum 69 (Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000).

13Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak 53 (Bina Aksara, Jakarta, 1985).


14Abu Huraerah, 2006, Kekerasan Terhadap Anak, Bandung: Nuansa, Hal. 36
15 Undang Undang R.I., No. 35 Tahun 2014, Perubahan Atas Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak, T.H.L.N.R.I., Tahun 2014 No. 5606.

6
“Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal telah mencapai umur 8 (delapan)
tahun tetapi belum mencapai 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin” 16

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan


Anak Pasal 1 angka 2 menyebutkan bahwa,

“Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan
belum pernah kawin.”

Dengan demikian maka pengertian anak (juvenile) pada umumnya adalah


seorang yang masih di bawah umur tertentu, yang belum dewasa dan belum pernah
kawin. Pada beberapa peratuaran perundang–undangan di Indonesia mengenai
batasan umur berbeda-beda. Perbedaan tersebut bergantung dari sudut manakah
pengertian anak dilihat dan ditafsirkan. Hal ini tentu ada pertimbangan aspek psikis
yang menyangkut kematangan jiwa seseorang17. Maka , batasan umur anak lebih
condong mengikuti Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak.
Pengertian hak anak disinggung di dalam Pasal 1 angka 12 Undang Undang
Nomor 23 Tahun 2002 jo Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang
Perlindungan Anak yaitu,
“ Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan
dipenuhi oleh Orang Tua, Keluarga, masyarakat, negara, pemerintah, dan pemerintah daerah”

Dalam hal ini, hak anak diatur di dalam beberapa Peraturan Perundang-
Undangan yaitu Undang Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan
Anak, Undang Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia, dan
Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang Undang
Nomor 23 Tahun 2002.

16 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

17 Abintoro Prakoso, 2016, Hukum Perlindungan Anak, Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, Hal. 42-43

7
Sebagai mahkluk sosial sudah seharusnya kita harus menghormati dan
melindungi hak-hak manusia lain maupun hak diri sendiri yang termasuk dalam
menghormati serta melindungi hak anak yang pada dasarnya apabila anak tersebut
tidak memiliki orang yang seharusnya melindungi haknya. Hal tersebut, dinamakan
perlindungan anak.
Perlindungan Anak sangatlah penting untuk dimengerti serta dilakukan karena
perlindungan anak yang disinggung mencakup segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan
berpartisipasi secara optimal, sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta
mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi18.

b. Latar Belakang Kegiatan Perkumpulan Bulu Tangkis Djarum

Didorong kecintaan Budi Hartono (CEO PT Djarum) pada bulutangkis serta


tingginya kegemaran karyawan PT Djarum bermain dan berlatih pada olah raga
yang sama. Maka pada tahun 1969 brak (tempat karyawan melinting rokok) di jalan
Bitingan Lama (sekarang jalan Lukmonohadi) No. 35 - Kudus pada sore hari
digunakan sebagai tempat berlatih bulutangkis di bawah nama komunitas Kudus.
Berawal dari situ, lahirlah atlit muda berbakat, Liem Swie King yang meraih
prestasi demi prestasi secara gemilang, menumbuhkan keinginan Budi Hartono
untuk serius mengembangkan kegiatan komunitas Kudus menjadi organisasi PB
Djarum.19
Pada perkembangannya, PB Djarum bernaung di bawah Djarum Foundation
yang didirikan oleh Robert Budi Hartono dan kakaknya, Michael Bambang
Hartono, yang diresmikan pada 30 April 1986. Dipaparkan dalam website Djarum
Foundation, PB Djarum merupakan lini olahraga yang merupakan satu dari lima
bakti yang dinaungi Djarum Foundation selain di sektor sosial, lingkungan,
Pendidikan, dan budaya..20

18 Meilan Lestari, Hak Anak Untuk Mendapatkan Perlindungan Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan, Vol.1.,
No.2., UIR Law Review 186, 2017.
19 PB Djarum, Sejarah PB Djarum, https://www.pbdjarum.org/klub/sejarah/ (25 September 2019)
20 Iswara N Raditya, Sejarah PB Djarum dan Perbedaannya dengan Pabrik Rokok, https://tirto.id/sejarah-pb-

djarum-dan-perbedaannya-dengan-pabrik-rokok-ehKA (9 September 2019, 14 September 2019)

8
PB Djarum memiliki visi yaitu membantu persatuan Indonesia dan
mengharumkan nama bangsa dengan berprestasi di bidang perbulutangkisan dunia.
Selain visi, misi dari PB Djarum adalah menjadi klub terbaik Indonesia yang penuh
dengan pemain-pemain bulutangkis top dunia asal Indonesia.21

IV. Metode Penelitian

Dalam penulisan hukum dengan judul PERLINDUNGAN HAK ANAK


DALAM KEGIATAN PERKUMPULAN BULU TANGKIS DJARUM
DIHUBUNGKAN DENGAN HUKUM POSITIF MENGENAI
PERLINDUNGAN ANAK DAN TEMBAKAU DI INDONESIA, penulis
menggunakan dua metode penelitian yaitu, metode Yuridis Normatif dan
metode Yuridis Sosiologis. Metode Yuridis Normatif ini dipilih oleh penulis
dengan tuuan untuk menemukan kebenaran melalui cara berfikir deduktif
semata, yang merupakan suatu metode berfikir yang menerapkan hal-hal yang
umum terlebih dahulu lalu dibagi ke dalam bagian-bagian yang lebih khusus.
Metode ini merupakan suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan
kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya22. Selain
Yuridis Normatif, penulis juga akan menggunakan metode Yuridis Sosiologis
yang menggunakan teori-teori berkejanya hukum dalam masyarakat pada saat
proses analisis yang bertujuan untuk mendapatkan Analisa mengenai dampak
dari diterapkannya suatu peraturan serta memberikan solusi di dalam
masyarakat tertentu.

V. Rencana Sistematika Penulisan


Rencana sistematika penulisan yang akan dilakukan oleh penulis adalah :
Bab I Pendahuluan, dalam bab ini penulis akan menguraikan latar
belakang masalah, rumusan masalah, metode penelitian dan
sistematika penulisan.

21 PB Djarum, Visi dan Misi PB Djarum, https://www.pbdjarum.org/klub/visi-dan-misi/ (25 September 2019)

22 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif 57 (Bayu Media Publishing, Surabaya, 2005).

9
Bab II Tinjauan Pustaka, menjelaskan pengertian dari
perlindungan, anak, hak anak, dan perlindungan hak anak,
serta pengaturan tentang hak anak.
Bab III Dalam bab ini penulis akan menjelaskan secara rinci
mengenai fenomena dari kasus yang ada di latar belakang
dan dikaitkan dengan hukum yang berlaku.
Bab IV Hasil dan Pembahasan, penulis akan menganalisa fenomena
dari kasus yang ada di latar belakang dan dihubungkan
dengan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012
Bab V Penutup, menguraikan tentang kesimpulan serta saran dari
hasil penelitian.

VI. Daftar Pustaka Sementara

Buku

Abintoro Prakoso, Hukum Perlindungan Anak 42-43 (LaksBang


PRESSindo, Yogyakarta, 2016).
Abu Huraerah, Kekerasan Terhadap Anak 36 (Nuansa, Bandung, 2006).
Arif Gosita, Masalah Perlindungan Anak 53 (Bina Aksara, Jakarta, 1985).
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif 57
(Bayu Media Publishing, Surabaya, 2005).
Prof. R. subekti, Perlindungan Hak Asasi Manusia Dalam KUHAP 4
(PT.pradnyaparamita, Jakarta,1994).
Romli Atmasasmita, Peradilan Anak di Indonesia 85 (Mandar Maju,
Bandung,1997)
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum 69 (Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000).
Soedjono Dirdjosisworo, Respon Terhadap Kejahatan Introduksi Hukum
Penanggulangan Kejahatan (Introduction To The Law of Crime
Prevention) 1 (STHB Press, Bandung, 2002).

10
Absori, Perlindungan Hukum Hak-Hak Anak dan Implementasinya Di
Indonesia Pada Era Otonomi Daerah, Vol.2,No.1 Jurisprudence, 78
(2005).
Artikel dan Jurnal

Ambaranie Nadia Kemala Movanita, Dugaan Eksploitasi Anak dan


Regulasi yang Menyandung PB Djarum,
https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/10/115954265/dugaan-
eksploitasi-anak-dan-regulasi-yang-menyandung-pb-djarum?page=all
(10 September 2019, 20 September 2019).
Iswara N Raditya, Sejarah PB Djarum dan Perbedaannya dengan Pabrik
Rokok, https://tirto.id/sejarah-pb-djarum-dan-perbedaannya-dengan-
pabrik-rokok-ehKA (9 September 2019, 14 September 2019)
Megalia Tifani Piri, Perlindungan Hukum Terhadap Tindakan Eksploitasi
Anak (Kajian Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002), Vol.1, No. 2, Lex
Administratum, 26 (2013)
Meilan Lestari, Hak Anak Untuk Mendapatkan Perlindungan Berdasarkan
Peraturan Perundang-Undangan, Vol.1., No.2., UIR Law Review 186,
2017.
PB Djarum, Visi dan Misi PB Djarum, https://www.pbdjarum.org/klub/visi-
dan-misi/ (25 September 2019)
Rochmat Purnomo, PB Djarum dan KPAI Berdamai, SImak Empat POin
Hasil Mediasi Yang Dilakukan Menpora ,
https://www.tribunnews.com/sport/2019/09/13/pb-djarum-dan-kpai-
berdamai-simak-empat-poin-hasil-mediasi-yang-dilakukan-
menpora?page=2 ( 13 September 2019, 28 October 2019)
Titi Fajriah, 3 Kesepakatan Hasil Mediasi PB Djarum dan KPAI,
https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20190912125415-170-
429881/3-kesepakatan-hasil-mediasi-pb-djarum-dan-kpai, (12
September 2019, 28 October 2019)

11
Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang R.I., No. 3 Tahun 1997, Tentang Pengadilan Anak,


T.N.L.R.I., Tahun 1997 No.3668.
Undang Undang R.I., No. 23 Tahun 2002, Tentang Perlindungan Anak,
T.L.N.R.I., Tahun 2002 No. 4235.
Undang Undang R.I., No. 35 Tahun 2014, Perubahan Atas Undang Undang
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, T.L.N.R.I., Tahun
2014 No. 5606.
Peraturan Pemerintahan , No. 109 Tahun 2012, Pengamanan Bahan Yang
Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau Bagi Kesehatan,
T.L.N.R.I. Tahun 2012 No. 5380.

12

Anda mungkin juga menyukai