Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS III

Nama Mahasiswa : Muhammad Rouf Ulinnuha


Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044323652
Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4403/Ilmu Perundang-Undangan
Kode/Nama UPBJJ : UPBJJ SEMARANG
Masa Ujian : 2020/21.2 (2022.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Maksud penggunaan Anggaran Keuangan Pada Covid 19 tahun 2020
- Krisis wabah COVID-19 yang penuh ketidakpastian lamanya baik di bidang kesehatan
maupun ekonomi membuat pemerintah menghitung ulang biaya yang diperlukan untuk
sekedar menahan dampaknya agar tidak makin dalam. Oleh karena itu, pemerintah
menganggarkan total Rp677,20 triliun yang mencakup biaya untuk kesehatan penanganan
COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional.

- Situasi COVID-19 membuat kebutuhan anggaran berubah sehingga pemerintah perlu


bergerak cepat namun tetap hati-hati dengan mengubah postur APBN 2020 yang sudah
diubah dalam Perpres 54/2020 menjadi postur APBN yang lebih baru dimana saat ini,
setelah Perppu No.1/2020 disahkan menjadi UU No.2/2020, postur APBN cukup disahkan
melalui Perpres saja untuk kecepatan merespon kondisi di lapangan.

- Secara resminya, kita mengubah postur baru sekali tahun ini yaitu dengan Perpres 54/2020.
Ini kita sedang melihat dengan prinsip kehatian-hatian dan perlu bertindak cepat di
lapangan, tenaga kerja, kemiskinan, dsb. Tujuan pemerintah dengan Perppu itu ingin
bergerak cepat dan responsif. Inilah kenapa kita merasa perlu mengubah postur dari Perpres
54 dengan postur yang lebih baru," jelas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (Kepala BKF) Febrio
Kacaribu pada acara virtual Tanya BKF mengenai Program Pemulihan Ekonomi Nasional dan
Isu Fiskal Lainnya, Kamis (04/06) di Jakarta.

- Pada intinya pemerintah ingin mengendalikan perekonomian Indonesia ketika Covid


19 lagi gempar – gemparnya guna agar saat musim wabah Covid 19 ekonomi menjadi
stabil. Dan fasilitas kesehatan tetap memadahi untuk menanggulangi Covid 19 di
tahun 2020.

- Kebijakan Penanganan Pandemi ke Depan Dalam Menjaga Keuangan Negara

Menkeu menyatakan bahwa stimulus yang sudah disampaikan kepada seluruh dunia
usaha dan masyarakat itu sifatnya broadbase. “Jadi APBN meng-cover kebutuhan kesehatan,
bidang sosial, dan bidang ekonomi yang semuanya mengalami dampak seperti domino efek,
kesehatan memukul sosial, sosial memukul ekonomi dan nanti ekonomi juga pasti akan
mempengaruhi dari sektor keuangan, terutama dari lembaga-lembaga keuangan bank dan
bukan bank”, ucap Menkeu. 

Menkeu juga menambahkan dari sisi sosial masyarakat Kementerian Keuangan mencoba
melancarkan stimulus/kebijakan-kebijakan untuk bisa mengurangi dampak shock Covid-19
yang sangat besar ini. “Untuk masyarakat, tentu tidak bisa seluruhnya shock di absorb oleh
APBN. Namun APBN berusaha untuk bisa mendukung ketahanan sosial masyarakat. Dari
sisi sosial ekonomi APBN mencoba untuk memberikan dukungan agar shock itu tidak
merusak atau dalam hal ini menyebabkan kebangkrutan yang sifatnya masif”, ungkap
Menkeu.

- Pemerintah berharap dengan adanya penundaan ini dapat membantu arus kas
perusahaan sehingga perusahaan dapat terus menjalankan usahanya. Keberlangsungan
industri sangat penting untuk mengatasi terhambatnya penyediaan logistik dan
penyerapan tenaga kerja agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja. Selain itu
Pemerintah juga telah mengantisipasi keadaan kahar ini dengan berbagai kebijakan
yang relevan seperti relaksasi aturan impor untuk bahan baku pembuatan alat
kesehatan.
- Insentif fiskal dan prosedural dari segi kepabeanan dan cukai juga dilakukan
Pemerintah untuk mereduksi dampak pandemi Covid-19 ini yang terdiri atas larangan
sementara atas ekspor Alat Kesehatan, relaksasi Free Alongside Ship (FAS) Impor,
pembebasan cukai alkohol dalam rangka penanganan Covid-19, relaksasi ijin impor
untuk Alat Kesehatan, relaksasi PPh impor untuk perusahaan Kemudahan Impor
Untuk Tujuan Ekspor (KITE), percepatan layanan online untuk penanganan Covid-
19, relaksasi pelunasan cukai dan produksi rokok, percepatan logistik dengan
sistem National Logistik Ecosystems (NLE), dan relaksasi penjualan lokal dari
perusahaan KB/KITE.
- (Sumber Copy : https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-
pemerintah-waspada-dampak-pandemi-covid-19-terhadap-ekonomi-indonesia/)

2. Hak dan kewajiban keuangan negara mengacu pada UNDANG-UNDANG


REPUBLIK INDONESIA NOMOR  17  TAHUN  2003  TENTANG
KEUANGAN NEGARA
Menimbang  : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan negara untuk mewujudkan
tujuan bernegara menimbulkan hak dan kewajiban negara yang
dapat dinilai dengan uang;
b. bahwa pengelolaan hak dan  kewajiban negara sebagaimana
dimaksud pada huruf a telah diatur dalam Bab VIII UUD 1945;
c. bahwa Pasal 23C Bab VIII UUD 1945 mengamanatkan hal-hal
lain mengenai keuangan negara diatur dengan undang-undang;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, huruf b, dan huruf c perlu dibentuk Undang-undang
tentang Keuangan Negara;
BAB   I
KETENTUAN UMUM Pasal   1 : Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban
negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun
berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak
dan kewajiban tersebut.

(Sumber; https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2003/17tahun2003uu.htm)

- Keuangan negara merupakan aspek terpenting dalam proses penyelenggaraan


negara. Proses pembangunan tidak akan berjalan lancar apabila keuangan negara
terganggu atau tidak stabil. Wujud pengelolaan keuangan negara tercermin dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). APBN disusun oleh
pemerintah dan dibahas bersama DPR dengan memperhatikan pertimbangan dari
DPD

(Sumber Copy :
https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/01/153601169/keuangan-negara-definisi-
dan-mekanisme-pengelolaan).

3. .  1.     Pendekatan dari sisi obyek; Dari sisi obyek, keuangan negara meliputi seluruh
hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, di dalamnya termasuk
berbagai kebijakan dan kegiatan yang terselenggara dalam bidang fiskal, moneter dan
atau pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan. 
Selain itu segala sesuatu dapat berupa uang maupun berupa barang yang dapat
dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

2.      Pendekatan dari sisi subyek; Dari sisi subyek, keuangan negara meliputi negara,
dan/atau pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain
yang ada kaitannya dengan keuangan negara.

3.      Pendekatan dari sisi proses;  Dari sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh
rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan obyek keuangan negara mulai dari
proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan
pertanggungjawaban.

4.      Pendekatan dari sisi tujuan; Dari sisi tujuan, keuangan negara meliputi seluruh
kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau
penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan negara. 

Anda mungkin juga menyukai