Anda di halaman 1dari 3

1.

Pada dasarnya perubahan APBN dapat dilakukan pada pertengahan tahun anggaran yang
berjalan berdasarkan usulan perubahan RAPBN dari presiden. Adanya Covid-19 membuat APBN
yang merupakan instrumen fiskal utama pemerintah tahun 2020 sudah banyak mengalami
perubahan, Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan merelokasi anggaran untuk merespon
dampak pandemi Corona. Dampak yang ditimbulkan akibat situasi saat ini sangat memukul
perekonomian. Hampir seluruh indikator ekonomi makro mengalami perubahan yang sangat
signifikan. Perubahan APBN pada saat pandemik sangatlah dimungkinkan, perubahan ini harus
harus segera dilakukan melihat situasi perekonomian yang sedang terguncang. Hal ini sesuai
dengan rekomendasi yang diberikan DPR melalui Badan Anggaran (Banggar). Pertama,
pemerintah perlu segera menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(Perppu) yang merevisi UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, terutama di
penjelasannya. Revisi penjelasan yang memberikan kelonggaran defisit APBN dari 3% ke 5% dari
PDB dan rasio hutang terhadap PDB tetap 60%. Kedua, Pemerintah perlu segera menerbitkan
Perppu terhadap Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi dan badan, sebagai UU
Perubahan Kelima dari Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi dan badan. Poin
penting dari penerbitan Perppu ini memberikan insentif PPh orang pribadi dengan tarif PPh 20%
bagi yang simpanannya di atas Rp 100 miliar. Namun yang bersangkutan wajib memberikan
kontribusi kepada negara sebesar Rp 1 miliar untuk pencegahan dan penanganan Covid19 ke
BNPB sebagai Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19. Ketiga, Banggar mendorong
pemerintah untuk segera menerbitkan Perppu APBN 2020 mengingat tidak dimungkinkannya
pelaksanaan Rapat Paripurna DPR RI dalam waktu dekat, sebagai konsekuensi kebijakan social
distance. Perppu dibutuhkan oleh pemerintah untuk menyesuaikan kembali APBN 2020 dengan
kondisi yang sedang kita alami saat ini, dan beberapa bulan ke depan. Sehingga Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2020 telah diresmikan DPR
sebagai undang-undang (UU). Perppu tersebut berisi tentang Kebijakan Keuangan dan Stabilitas
Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi coronavirus disease 2019 ( Covid-19). Dalam
Perppu ini terdapat empat hal yang akan dilaksanakan Pemerintah yaitu penanganan Covid-19,
bantuan sosial, stimulus ekonomi untuk usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan koperasi,
serta antisipasi terhadap sistem keuangan.

2. Kekuasaan pengelolaan keuangan negara dipegang oleh presiden selaku kepala pemerintahan.
Namun presiden tidak berkeja sendiri, presiden dibantu oleh lembaga-lembaga negara yang lain.
Menurut Pasal 6 Ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara, kekuasaan yang dimiliki oleh presiden memiliki arti:

a. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam
kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan.
b. Dikuasakan kepada menteri atau pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran atau
pengguna barang kementerian negara atau lembaga yang dipimpinya.
c. Diserahkan kepada gubernur, bupati, atau wali kota selaku kepala pemerintahan daerah untuk
mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan
daerah yang dipisahkan.
d. Tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan
mengedarkan uang, yang diatur dengan undang-undang.

Dalam Pasal 27 ayat (3) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Penyesuaian APBN
dengan perkembangan dan/atau perubahan keadaan dibahas bersama DPR dengan Pemerintah
Pusat dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan atas APBN tahun anggaran yang
bersangkutan, apabila terjadi :
a. Perkembangan ekonomi makro yang tidak sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam APBN;
b. Perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal;
c. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antarunit organisasi,
antarkegiatan, dan antarjenis belanja;
d. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk
pembiayaan anggaran yang berjalan.

3. Lahirnya UU No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara maka batasan keuangan negara
menjadi lebih jelas. Berdasarkan Pasal 1 Butir 1, yang dimaksud dengan keuangan negara adalah
semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik
berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut. Secara lebih detail yang dimaksud dengan keuangan
negara adalah:
a. Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan
pinjaman;
b. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara dan
membayar tagihan pihak ketiga;
c. Penerimaan negara;
d. Pengeluaran negara;
e. Penerimaan daerah;
f. Pengeluaran daerah;
g. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan daerah;
h. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
i. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah.
Berdasarkan definisi tersebut maka pendekatan yang digunakan untuk merumuskan keuangan
negara adalah dengan melihat kepada empat hal, yaitu obyek, subyek, proses dan tujuan.
a. Berdasarkan sisi obyek, yang dimaksud dengan keuangan nagara adalah meliputi semua hak
dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, temasuk kebijakan dan kegiatan dalam
bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu
baik berupa uang, maupun barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan adanya
pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
b. Berdasarkan sisi subyek, yang dimaksud dengan keuangan negara adalah meliputi seluruh
obyek sebagaimana yang dijelaskan diatas yang dimiliki oleh negara, dan/atau dikuasai oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah dan/atau badan lain yang
ada kaitannya dengan keuangan negara.
c. Berdasarkan sisi proses, keuangan negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang
berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana dijelaskan diatas mulai dari perumusan
kebijakan dan pengambilan keputusan sampai dengan pertanggungjawaban.
d. Berdasarkan tujuan, keuangan negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan
hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan obyek sebagaimana tesebut
diatas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara. Selanjutnya terkait dengan
keuangan negara tersebut, maka pengelolaannya dapat merujuk kepada UU No.15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan, khususnya Pasal 1 Huruf 1 yaitu, “Pengelolaan Keuangan
Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan negara sesuai dengan
kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban.”

Anda mungkin juga menyukai