Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fahmi Herdiyansyah

Nim : 042185838
Matkul : Hukum Administrasi Negara
Prodi : Ilmu Hukum

Jakarta, 12/06/2020 Kemenkeu - Krisis wabah COVID-19 yang penuh


ketidakpastian lamanya baik di bidang kesehatan maupun ekonomi membuat
pemerintah menghitung ulang biaya yang diperlukan untuk sekedar menahan
dampaknya agar tidak makin dalam. Oleh karena itu, pemerintah menganggarkan
total Rp677,20 triliun yang mencakup biaya untuk kesehatan penanganan
COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). 
Situasi COVID-19 membuat kebutuhan anggaran berubah sehingga pemerintah
perlu bergerak cepat namun tetap hati-hati dengan mengubah postur APBN 2020
yang sudah diubah dalam Perpres 54/2020 menjadi postur APBN yang lebih baru
dimana saat ini, setelah Perppu No.1/2020 disahkan menjadi UU No.2/2020,
postur APBN cukup disahkan melalui Perpres saja untuk kecepatan merespon
kondisi di lapangan.
"Perubahan postur, perubahan defisit, secara resmi kalau kondisi normal harus
dilakukan dengan APBN dan APBN-P. Saat ini, di tahun 2020,  dasar hukumnya
Perppu No.1/2020 yang kemudian ditetapkan menjadi UU No.2/2020 dimana
pergantian postur dilakukan dengan Perpres. Secara resminya, kita mengubah
postur baru sekali tahun ini yaitu dengan Perpres 54/2020. Ini kita sedang melihat
dengan prinsip kehatian-hatian dan perlu bertindak cepat di lapangan, tenaga
kerja, kemiskinan, dsb. Tujuan pemerintah dengan Perppu itu ingin bergerak cepat
dan responsif. Inilah kenapa kita merasa perlu mengubah postur dari Perpres 54
dengan postur yang lebih baru," jelas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (Kepala
BKF) Febrio Kacaribu pada acara virtual Tanya BKF mengenai Program
Pemulihan Ekonomi Nasional dan Isu Fiskal Lainnya, Kamis (04/06) di Jakarta.
Ia melanjutkan, penambahan anggaran tersebut berimplikasi juga meningkatkan
defisit menjadi 6,34% dari sebelumnya 5,07% sesuai Perpres 54/2020.  
"Kemarin sudah ditetapkan dalam kabinet, defisitnya adalah 6,34%. Sebelumnya,
5,07%. Kalau ini cepat disahkan (usulan perubahan postur APBN), maka kita
sudah punya 3 postur tahun ini. Postur pertama adalah APBN 2020, yang kedua
perubahannya di Perpres 54 lalu Perpres berikutnya adalah perubahan posturnya
yang kedua," tuturnya. 
Ia menggambarkan, bahwa kecepatan pemerintah mengubah anggaran cukup
dengan menggunakan Perpres sebagai landasan hukum seperti yang diamanatkan
UU No.2/2020 merupakan respon terhadap cepatnya perubahan di kala pandemi
yang segala sesuatunya serba tidak normal, unprecedented (tidak pernah terjadi
sebelumnya) sehingga perlu dicari solusi yang tidak konvensional
(unconventional) pula.
"Ini sekedar mencerminkan kondisi yang tidak normal yang membutuhkan
kecepatan pengambil kebijakan untuk segera memberikan landasan hukum yang
kuat untuk perubahan yang cepat," pungkasnya.

1. Pada artikel diatas masalah perubahan anggaran akibat wabah covid


mengakibatkan keuangan negara perlu melakukan perubahan berdasarkan
atas peristiwa yang terjadi dilihat dari sisi tujuan, jelaskan maksud dari sisi
tujuan perubahan atas keuangan negara tersebut!
2. Negara sebagai pengelola keuangan membutuhkan hak dan kewenangan
untuk menyelenggarakan keuangan negara tersebut. Sebutkan hak negara
tersebut!
3. Dalam merumuskan keuangan negara jelaskan masing-masing pendekatan
yang digunakan oleh negara!

Ijin Menjawab
1. Maksud Tujuan Perubahan Atas Keuangan Negara?
Pemerintah menerbitkan PERPU Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan
Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan Untuk Penanganan
Pandemi Covid 19 dan Dalam Rangka Menghadapi Ancaman Yang
Membahayakan Perekonomian Nasional dan Stabilitas Sistem Keuangan
sebagai upaya lain dalam menjaga perekonomian Indonesia tetap stabil
dalam menghadapi dampak penyebaran virus covid 19 di sektor
perekonomian
Kebijakan Keuangan Negara Pasal 1 ayat 3 Perpu 1/2020 menerangkan
bahwa:
Untuk melaksanakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dalam rangka:
a. penanganan pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19);
dan/atau
b. menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional
dan/atau stabilitas sistem keuangan,
Untuk itu perlu menetapkan kebijakan keuangan negara dan kebijakan
stabilitas sistem keuangan
Kebijakan keuanga negara meliputi kebikajan pendapatan negara termasuk
kebijakan bidang perpajakan. Kebijakan belanja negara termasuk
kebijakan bidang keuangan daerah, dan kebijakan pembiayaan. (UU 1
2020 Pasal 1 ayat 4)
Kebijakan stabilitas sistem keuangan meliputi kewenangan dari Komite
Stabilitas Sistem Keuangan(KSSK), Bank Indonesia, Lembaga Penjamin
Simpanan, Otoritas Jasa Keuangan
Patut diperhatikan bahwa segala tindakan termasuk keputusan yang
diambil berdasarkan Perpu 1/2020 bukan merupakan objek gugatan yang
dapat diajukan kepada peradilan tata usaha negara. (UU 1 2020 Pasal 127
ayat 3)
Anggota KSSK, sekretaris KSSK, anggota sekretariat KSSK, dan pejabat
atau pegawai Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa
Keuangan, serta Lembaga Penjamin Simpanan, dan pejabat lainnya, yang
berkaitan dengan pelaksanaan Perpu 1/2020, juga tidak dapat dituntut baik
secara perdata maupun pidana jika dalam melaksanakan tugas didasarkan
pada iktikad baik dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan (UU 1 2020 Pasal 127 ayat 2)
2. Hak Negara Sebagai Pengelola Keuangan Untuk Menyelenggarakan
Keuangan Negara?
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat
dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa
barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan
hak dan kewajiban tersebut. (UU 17 2003 Pasal 1 ayat 1)

keuangan negara meliputi:


a. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan
uang, dan melakukan pinjaman;
b. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
c. penerimaan negara;
d. pengeluaran negara;
e. penerimaan daerah;
f. pengeluaran daerah;
g. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak
lain berupa uang, surat berharga, piutang barang, serta hak-hak lain
yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan
pada perusahaan negara/perusahaan daerah;
h. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
i. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah. (UU 17 2003 Pasal 2)

Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan


keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan yang
selanjutnya:
a. dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan
Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang
dipisahkan;
b. dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang
dipimpinnya;
c. diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala
pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili
pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan;
d. tidak termasuk kewenangan di bidang moneter, yang meliputi antara
lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan
undang-undang. (UU 17 2003 Pasal 6)

3. Pendekatan Yang Digunakan Oleh Negara Dalam Merumuskan Keuangan


Negara?
Pendekatan yang digunakan dalam merumuskan Keuangan Negara adalah
dari sisi obyek, subyek, proses, dan tujuan.
Dari sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua
hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kebijakan dan kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan
kekayaan negara yang dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang,
maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Dari sisi subyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi
seluruh obyek sebagaimana tersebut di atas yang dimiliki negara, dan/atau
dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Perusahaan
Negara/Daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan
negara.
Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan
yang berkaitan dengan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas
mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai
dengan pertanggunggjawaban.
Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan
dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau
penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan negara.
Bidang pengelolaan Keuangan Negara yang demikian luas dapat
dikelompokkan dalam sub bidang pengelolaan fiskal, sub bidang
pengelolaan moneter, dan sub bidang pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan. (UU 17 2003 Penjelasan angka 3)

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai