Anda di halaman 1dari 7

What

a. Definisi Keuangan Negara (sumber, UU No 31 Tahun 1999 dan UU No 17 Tahun


2003)
Keuangan negara yang dimaksud dalam Penjelasan Undang-UndangNomor 31
Tahun 1999 adalah seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan
atau yang tidak dipisahkan, termasuk di dalamnya segala bagian kekayaan negara dan
segala hak dan kewajiban yang timbul karena:
1) Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawabanpejabat
lembaga negara, baik ditingkat pusat maupun di daerah;
2) Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggungjawabanbadan usaha
milik negara/badan usaha milik daerah, yayasan, badanhukum, dan perusahaan
yang menyertakan modal negara, atauperusahaan yang menyertakan modal
pihak ketiga berdasarkanperjanjian dengan negara.

Sedangkan keuangan negara yang dimaksud Undang-Undang Nomor 17


Tahun 2003, adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai denganuang,
serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan
milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajibantersebut.6 Lebih lanjut
berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun2003, ruang lingkup keuangan
negara meliputi :
1) Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkanuang, dan
melakukan pinjaman
2) Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umumpemerintahan
negara dan membayar tagihan pihak ketiga
3) Penerimaan Negara
4) Pengeluaran Negara
5) Penerimaan Daerah
6) Pengeluaran Daerah
7) kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atauolehpihak lain berupa
uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-haklain yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk kekayaan yangdipisahkan pada perusahaan negara/ perusahaan
daerah;
8) kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalamrangkapenyelenggaraan
tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum
9) kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitasyang diberikan
pemerintah

b. Bentuk-bentuk Keuangan Negara (sumber, https://jdih.kemenkeu.go.id)

Dalam Negeri :
1. Pajak :
a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
b. Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (PPN)
c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn-BM)
d. Pajak Penghasilan (PPh)
e. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
f. Pajak Hotel dan Restoran (PHR)
g. Pajak Reklame
h. Dan lain-lain
2. Retribusi
a. Retribusi Parkir Jalan
b. Retribusi Pelayanan Kesehatan Milik Pemerintah
c. Retribusi Terminal Angkutan Kota
d. Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan

3. Keuntungan dari BUMN/BUMD


4. Denda atau Sita
5. Percetakan Uang
6. Pinjaman Uang
7. Sumbangan, Hadiah, dan Hibah

Luar Negeri :

1. Pinjaman Program : dapat dicairkan dalam bentuk uang dan digunakan untuk
keperluan pembangunan
2. Pinjaman Proyek : pinjaman yang sebagian besarnya berasal dari reaksi komitmen
pinjaman proyek dari tahun-tahun sebelumnya.
c. Prinsip-prinsip Pengelolaan Keuangan Negara (sumber, kumparan.com)

1. Tahunan artinya anggaran penerimaan dan belanja negara bersifat tahunan atau
disesuaikan dengan tahun anggaran berjalan yang dimulai dari 1 Januari sampai
dengan 31 Desember tahun anggaran tertentu. Akibat prinsip ini adalah
pelaksanaan anggaran pada satuan kerja pemerintah dilaksanakan pada satu tahun
anggaran, adapun kegiatan yang perlu didanai APBN yang melebihi satu tahun
anggaran tersebut maka satuan kerja pemerintah harus mengajukan dispensasi
ataupun revisi anggaran kepada Kementerian Keuangan.

2. Universalitas, prinsip ini mengandung arti bahwa seluruh penerimaan negara


harus disetorkan seluruhnya ke Kas Negara dan seluruh pengeluaran Negara harus
dikeluarkan dari Kas Negara. Ini mempertegas bahwa tidak boleh ada penerimaan
negara pada satuan kerja yang tidak disetor kepada Kas Negara begitupun
sebaliknya tidak boleh ada pengeluaran negara sebab pelaksanaan tugas, pokok
dan fungsi Pemerintah yang didanai di luar dari APBN. Namun terdapat sedikit
berbeda dari prinsip universalitas terkait penerimaan negara pada satuan kerja
Badan Layanan Umum (BLU) diatur dalam suatu Peraturan Khusus terkait
penggunaan langsung penerimaan negara pada BLU, sehingga penerimaan negara
pada satuan kerja BLU penerimaan tidak langsung disetor dulu pada Kas Negara
namun dapat dipergunakan langsung untuk mendanai kegiatan pada satuan kerja
BLU kemudian dilakukan pengesahan pada pendapatan dan belanja yang
digunakan tersebut pada Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara.

3. Kesatuan, prinsip yang ketiga ini diwujudkan melalui adanya dokumen anggaran
yang memuat pagu atau alokasi anggaran dari satuan kerja pemerintah sekaligus
memuat perkiraan penerimaan negara pada satuan kerja. Penerimaan negara
dimaksud merupakan perkiraan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

4. Spesialitas, azas atau prinsip spesilitas ini mengamatkan bahwa anggaran yang
tersedia harus digunakan sesuai akun pada Bagan Akun Standar (BAS) tertentu,
apabila satuan kerja pemerintah ingin merwalisasikan belanja yang berbeda pada
akun yang tertera pada dokumen anggaran seperti (DIPA, RKAKL, POK) maka
diperlukan revisi anggaran terlebih dahulu.

5. Akuntabilitas Berorientasi pada Hasil, Prinsip atau azas ini adalah sebagai icon
produk reformasi birokrasi keuangan negara dimana setiap satuan kerja
pemerintah yang mengelola keuangan negara dituntut untuk memiliki akuntabitas
yang tinggi dan harus dapat mempertanggungjawabkan belanja yang dilakukannya
dan sesuai dengan hasil atau target capaian output nya.

6. Profesionalitas, Azas ini menuntut semua pengelola keuangan negara memiliki


kecerdasan, ketrampilan serta integritas dalam pelaksanaan anggaran pada satuan
kerjanya masing-masing.

7. Proporsionalitas, azas ini mengharuskan masing-masing pengelola keuangan


memahami posisi, tugas dan fungsi masing-masing sebagai pengelola anggaran
serta tanggung jawab masing-masing.

8. Transparansi, azas ini bermakna bahwa negara harus transparan dalam mengelola
keuangan negara. Untuk apa anggaran kita, apa yang dihasilkan dan bagaimana
pertanggungjawabannya. Dan setiap Rupiah baik penerimaan maupun
pengeluaran negara harus dapat dipertanggungjawabkan.

9. Azas yang terakhir ditekankan pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yaitu
Badan Pemeriksa yang mandiri dan tidak berada di bawah Pemerintahan sehingga
BPK mampu dan diberikan kewenangan untuk memberikan opini terkait
pengelola keuangan negara tanpa ada tekanan dari pemerintah serta dapat
melaksanakan pemeriksaan pada keuangan negara secara profesional.

Who

a. Pelaku (sumber, UU 17 Tahun 2003)

1. Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan


keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan.
2. Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana tersebut dalam Pasal 6 ayat
(2) huruf c

a) Dilaksanakan oleh kepala satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku


pejabat pengelola APBD

b) Dilaksanakan oleh kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pejabat


pengguna anggaran/barang daerah.

b. Objek (sumber,kemenkeu.go.id)

Dari sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan
dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta
segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

When

a. Durasi (Sumber UU 17 Tahun 2003)

1. Dari sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan
kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.

2. Apabila dalam waktu 2 (dua) bulan tidak memberikan pertimbangan yang


diminta, Badan Pemeriksa Keuangan dianggap menyetujui sepenuhnya standar
akuntansi pemerintahan yang diajukan oleh Pemerintah.

3. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan Undang-undang


ini sudah harus selesai selambat-lambatnya dalam waktu 1 (satu) tahun.
Pelaksanaan penataan dimulai sejak ditetapkannya Undang-undang ini dan sudah
selesai dalam waktu 2 (dua) tahun.

b. Waktu Berlaku (sumber, UU 17 Tahun 2003)

1. Batas waktu penyampaian laporan keuangan oleh pemerintah pusat/pemerintah


daerah, demikian pula penyelesaian pemeriksaan laporan keuangan pemerintah
pusat/ pemerintah daerah oleh Badan Pemeriksa Keuangan, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30 dan Pasal 31, berlaku mulai APBN/APBD tahun 2006.

Where (UU 28 Tahun 2007)

a. Daerah yang setingkat dengan daerah provinsi tetapi tidak terbagi dalam daerah
kabupaten/kota otonom seperti Jakarta

Why (sumber, ojk.go.id)

a. Kenapa perlu adanya system keuangan negara?


Sistem keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam perekonomian.
Sebagai bagian dari sistem perekonomian, sistem keuangan berfungsi mengalokasikan
dana dari pihak yang mengalami surplus kepada yang mengalami defisit.
b. Mengapa memilih system keuangan tertentu?
How

a. Cara/proses mencapai tujuan

b. Mengatasi masalah (Kompas.com)

1. Menerapkan treasury single account secara utuh menyeluruh


2. Perlunya penerapan anggaran berbasis kinerja dan akrual.
3. Perlunya sistem aplikasi penyusunan laporan keuangan pemerintah yang terintegrasi dan
andal.
4. Perlunya kebijakan tentang pengadaan sumber daya manusia di bidang akuntansi.
5. Perlunya quality assurance berupa penataan kembali fungsi pengawasan internal, seperti
BPKP, inspektorat jenderal/satuan pengendali intern, dan badan pengawasan daerah.
6. BPK juga menyarankan kepada DPR, DPD, DPRD provinsi/kabupaten/kota untuk membentuk
Panitia Akuntabilitas Publik agar dapat mendorong pemerintah menindaklanjuti hasil
pemeriksaan BPK dan memantau pelaksanaan APBN dan APBD secara keseluruhan.
c. Menghindari Risiko

Anda mungkin juga menyukai