Dalam Negeri :
1. Pajak :
a. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
b. Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (PPN)
c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn-BM)
d. Pajak Penghasilan (PPh)
e. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
f. Pajak Hotel dan Restoran (PHR)
g. Pajak Reklame
h. Dan lain-lain
2. Retribusi
a. Retribusi Parkir Jalan
b. Retribusi Pelayanan Kesehatan Milik Pemerintah
c. Retribusi Terminal Angkutan Kota
d. Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan
Luar Negeri :
1. Pinjaman Program : dapat dicairkan dalam bentuk uang dan digunakan untuk
keperluan pembangunan
2. Pinjaman Proyek : pinjaman yang sebagian besarnya berasal dari reaksi komitmen
pinjaman proyek dari tahun-tahun sebelumnya.
c. Prinsip-prinsip Pengelolaan Keuangan Negara (sumber, kumparan.com)
1. Tahunan artinya anggaran penerimaan dan belanja negara bersifat tahunan atau
disesuaikan dengan tahun anggaran berjalan yang dimulai dari 1 Januari sampai
dengan 31 Desember tahun anggaran tertentu. Akibat prinsip ini adalah
pelaksanaan anggaran pada satuan kerja pemerintah dilaksanakan pada satu tahun
anggaran, adapun kegiatan yang perlu didanai APBN yang melebihi satu tahun
anggaran tersebut maka satuan kerja pemerintah harus mengajukan dispensasi
ataupun revisi anggaran kepada Kementerian Keuangan.
3. Kesatuan, prinsip yang ketiga ini diwujudkan melalui adanya dokumen anggaran
yang memuat pagu atau alokasi anggaran dari satuan kerja pemerintah sekaligus
memuat perkiraan penerimaan negara pada satuan kerja. Penerimaan negara
dimaksud merupakan perkiraan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
4. Spesialitas, azas atau prinsip spesilitas ini mengamatkan bahwa anggaran yang
tersedia harus digunakan sesuai akun pada Bagan Akun Standar (BAS) tertentu,
apabila satuan kerja pemerintah ingin merwalisasikan belanja yang berbeda pada
akun yang tertera pada dokumen anggaran seperti (DIPA, RKAKL, POK) maka
diperlukan revisi anggaran terlebih dahulu.
5. Akuntabilitas Berorientasi pada Hasil, Prinsip atau azas ini adalah sebagai icon
produk reformasi birokrasi keuangan negara dimana setiap satuan kerja
pemerintah yang mengelola keuangan negara dituntut untuk memiliki akuntabitas
yang tinggi dan harus dapat mempertanggungjawabkan belanja yang dilakukannya
dan sesuai dengan hasil atau target capaian output nya.
8. Transparansi, azas ini bermakna bahwa negara harus transparan dalam mengelola
keuangan negara. Untuk apa anggaran kita, apa yang dihasilkan dan bagaimana
pertanggungjawabannya. Dan setiap Rupiah baik penerimaan maupun
pengeluaran negara harus dapat dipertanggungjawabkan.
9. Azas yang terakhir ditekankan pada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yaitu
Badan Pemeriksa yang mandiri dan tidak berada di bawah Pemerintahan sehingga
BPK mampu dan diberikan kewenangan untuk memberikan opini terkait
pengelola keuangan negara tanpa ada tekanan dari pemerintah serta dapat
melaksanakan pemeriksaan pada keuangan negara secara profesional.
Who
b. Objek (sumber,kemenkeu.go.id)
Dari sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan
dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta
segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
When
1. Dari sisi obyek yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan
kegiatan dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang
dipisahkan, serta segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang
dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban
tersebut.
a. Daerah yang setingkat dengan daerah provinsi tetapi tidak terbagi dalam daerah
kabupaten/kota otonom seperti Jakarta