1.
Dari sisi objek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi semua hak dan
kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk kebijakan dan kegiatan
dalam bidang fiskal, moneter dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan, serta
segala sesuatu baik berupa uang, maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik
negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Dari sisi subjek, yang dimaksud dengan Keuangan Negara meliputi seluruh subjek yang
memiliki/menguasai objek sebagaimana tersebut di atas, yaitu: pemerintah pusat,
pemerintah daerah, perusahaan negara/daerah, dan badan lain yang ada
kaitannya dengan keuangan negara.
Dari sisi proses, Keuangan Negara mencakup seluruh rangkaian kegiatan yang berkaitan
dengan pengelolaan objek sebagaimana tersebut di atas mulai dari perumusan
kebijakan danpengambilan keputusan sampai dengan pertanggunggjawaban.
Dari sisi tujuan, Keuangan Negara meliputi seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan
hukum yang berkaitan dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek sebagaimana
tersebut di atas dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.
Landasan utama adalah UUD 1945. Pada Bab VIII Hal Keuangan, pada pasal 23
dinyatakan: “Anggaran pendapatan dan belanja negara sebagai wujud dari
pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun dengan undang-undang dan
dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. (ps 23 ayat 1)
2. Sejarah peraturan terkait dengan hukum keuangan negara yang menjadi pedoman
dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan negara mulai sebelum berlakunya undang-
undang di bidang keuangan negara (masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda)
hingga terbitnya paket UU bidang Keuangan Negara.
sebelum tahun 2003, keuangan negara indonesia masih menggunakan
ketentuan perundangan peninggalan bekolonial belanda yang masih berlaku menurut
aturan peralihan UUD 1945.
peraturan peninggalan belanda tersebut antara lain ;
peraturan perundangan yang lama tersebut tidak lagi dipakai karena dianggap tidak lagi
mampu mengikuti dinamika perkembangan kenegaraan di indonesia. oleh karena itu,
meski secara formal paket perundangan peninggalan belanda tersebut masih berlaku,
tetapi secara materiil sebagian dari ketentuan lama tidak lagi digunakan.
• Kedudukan hukum keuangan Negara berada pada tataran hukum publik karena
bertujuan untuk kepentingan Negara, namun bukan berarti tidak bersinggungan dengan
hukum privat. ketersinggungan itu terjadi ketika objek HKN berupa keuangan negara
yang pengelolaannya berada pada BUMN maupun BUMD.
4.
a. Ruang lingkup keuangan negara
Ruang lingkup keuangan negara sesuai dengan pengertian tersebut
diuraikan dalam Pasal 2 UU No. 17/2003 meliputi:
Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang,
dan melakukan pinjaman;
Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
Penerimaan Negara;
Pengeluaran Negara;
Penerimaan Daerah;
Pengeluaran Daerah;
Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain
berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang dapat
dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada
perusahaan negara atau daerah;
Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.
5. Penggunaan arah, kebijakan umum dan strategi Presiden selaku Kepala Pemerintahan.
Adapun tahapan atau siklus dari APBN adalah, sebagai berikut (Sugijanto, Gunardi, dan
Loho, 1995) :
1. Penyusunan dan pengajuan rancangan anggaran (RUU APBN) oleh pemerintah
kepada DPR
2. Pembahasan dan persetujuan DPR atas RUU APBN dan penetapan UU APBN
3. Pelaksanaan anggaran, akuntansi dan pelaporan keuangan oleh Pemerintah
4. Pemeriksaan pelaksanaan anggaran dan akuntansi oleh aparat pengawasan
fungsional
5. Pembahasan dan persetujuan DPR atas perhitungan anggaran negara (PAN) dan
penetapan UU PAN
Siklus Penyusunan RKAKL (Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga)
Siklus Penyusunan Anggaran terdiri dari :
Pagu Indikatif
Bulan Januari s.d April merupakan rentang waktu bagi Pemerintah untuk menyusun dan menetapkan
Pagu Indikatif. Untuk APBN Pagu Indikatif Kementerian Negara/Lembaga (K/L) dikeluarkan oleh
Pemerintah melalui Surat Edaran Bersama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dan Menteri Keuangan perihal Pagu
Indikatif dan Rancangan Awal Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Dari masing-masing Pagu tersebut
kemudian dituangkan ke dalam aplikasi RKA-KL.
Pagu Sementara
Mei s.d Agustus merupakan rentang waktu bagi Pemerintah untuk menyusun dan menelaah RKA-KL
Pagu Sementara K/L serta menyiapkan RUU APBN. Untuk APBN Pagu Sementara K/L dikeluarkan
oleh Pemerintah pada tanggal melalui Surat Edaran Menteri Keuangan tentang Pagu Sementara
Kementerian Negara/Lembaga.
Untuk Anggaran, Satuan Kerja (Satker) instansi segera menyesuaikan RKA-KL berdasarkan Pagu
Sementara tersebut, dan segera menyusun data pendukung yang dibutuhkan.
Penelaahan terhadap RKA-KL Pagu sementara Satker dilakukan antara Satker Instansi dengan Ditjen
Anggaran Departemen Keuangan RI.
Hal-hal yang ditelaah antara lain :
a. Kesesuaian Pagu antara Pagu dalam RKA-KL Ditjen dengan Pagu dari MA RI;
b. Kesesuaian antara output masing-masing kegiatan dengan sasaran Program;
c. Ketepatan Volume kegiatan;
d. Kesesuaian Standar Biaya dalam RKA-KL dengan SBU dan SBK.
e. Ketepatan penggunaan akun belanja berdasarkan BAS (Bagan Akun Standar)
f. Kelengkapan data pendukung untuk masing-masing kegiatan;
g. Kesesuaian antara kegiatan dengan data pendukung yang dilampirkan.
Pagu Definitif
September s.d Desember merupakan rentang waktu bagi Pemerintah unutk membahas RUU APBN
menjadi UU APBN (Pagu Definitif) dan menyusun KEPPRES tentang Rincian APBN serta
menerbitkan dokumen pelaksanaan anggaran. Untuk APBN Pagu Definitif K/L dikeluarkan oleh
Pemerintah melalui Surat Edaran Menteri Keuangan tentang Pagu Definitif Kementerian
Negara/Lembaga.
Penelaahan terhadap RKA-KL Pagu Definitif Ditjen Badan, dilakukan pada tanggal antara Ditjen
Badan dengan Ditjen Anggaran Departemen Keuangan RI. Hal yang ditelaah sama dengan
penelaahan pada Pagu Sementara, hasilnya akan diterbitkan SAPSK (Satuan Anggaran Per Satuan
Kerja)
Penyusunan DIPA
Penyusunan Konsep DIPA sebagai dokumen pelaksanaan anggaran Ditjen Badan dilakukan setelah
SAPSK (Hasil Akhir Penelaahan Pagu Definitif) diterbitkan oleh Departemen Keuangan.
Hal-hal yang ditelaah adalah sebagai berikut:
a. Kesesuaian konsep DIPA dengan SAPSK;
b. Rencana Penarikan Anggaran selama T.A. berkenaan.
8. Indikator utama yang digunakan sebagai acuan dalam menyusun berbagai komponen
dari postur APBN
9. Penyusunan dokumen perencanaan APBN pada K/L secara berjenjang dan penyusunan
dokumen perencanaan APBN secara berjenjang lingkup pemerintah secara keseluruhan.
10. Penetapan Rincian APBN oleh Presiden mulai dari unit organisasi hingga klasifikasi
belanja.
11. Pemisahan fungsi sehingga memberikan kewenangan terpisah kepada Menteri / Ketua
Lembaga, dan Menteri Keuangan serta operasionalisasi kekuasaan keuangan negara.
Keuangan > fiskal
K/L > pengguna anggaran
13. Pengendalian anggaran oleh Menteri Keuangan selaku BUN atau Kuasa BUN.
-Rencana penerimaan dan pengeluaran dalam dokumen anggaran
-Pembatasan terhadap K/L
-Semua saldo2 kas pada hari yang sama haus disetor ke kantor pusat rek BUN
c. Rincian APBN,
a. Pengertian
18. Tentang pendapatan negara dan system pemungutan pendapatan negara termasuk
sumber dan alur pendapatan negara.
22. Sistem pembayaran dengan Uang Persediaan (UP) dan langsung (LS).
24. Sejarah hukum keuangan negara yang pernah dan berlaku di Indonesia.