TUGAS III
b. Identitas Nasional adalah kepribadian nasional atau jati diri yang dimiliki suatu
bangsa, untuk membedakan dengan bangsa lainnya. Mengutip dari Identitas
Nasional yang ditulis oleh I Putu Ari Astawa, kata Identitas artinya pembeda atau
pembanding pihak lain. Sedangkan nasional artinya suatu paham. Menurut Kamus
besar Bahasa Indonesia, kata nasional bermakna kebangsaan, berkenaan, atau
berasal dari bangsa, sendiri. Sedangkan dalam konteks pendidikan
kewarganegaraan, identitas nasional adalah ciri-ciri atau karakteristik keyakinan
tentang kebangsaan yang membedakan bangsa satu dengan yang lain. Konteks
identitas nasional sendiri berkaitan dengan adat istiadat, kebudayaan, dan karakter
khas suatu negara. Identitas nasional terwujud dalam bangsa dan negara yang
merdeka, berdaulat, serta memiliki hubungan international dengan bangsa lain.
Identitas ini menjadi jati diri untuk mendukung dan mencapai kejayaan bangsa
dan negara di masa depan.
2. – Pancasila adala dasar negara republik Indonesia. Itu sudah final. Dan harga mati.
Tetapi, tidak dapat kita ingkari, ada rasa yang menggelayut di dada sebagian besar
bangsa Indonesia – terutama generasi yang berusia di atas 40 tahun bahwa Pancasila
hakikatnya saat ini sudah jarang terdengar. Di masa lalu, generasi muda begitu banyak
mendapat materi tentang Pancasila. Di dalam proses pendidikan atau menjela
memulai program pendidikan di sekolah lanjutan, mereka selalu melalui Penataan P4
(Pedoman, Penghayatan, dan Pengamalan Pancasila) terlebih dahulu. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa mereka telah memahami hakikat dan makna Pancasila sebagai
dasar negara. Setelah era reformasi bergulir, sebagaimana kita ketahui bersama, BP7
sebagai lembaga yang bertanggung jawab menyelenggarakan penataan P4 itu telah
dibubarkan. Sehingga, sejak itu pula penataa P$ sudah tak lagi dilaksanakan. Maka,
tak salah jika kita saat ini ada kegalauan di kalangan sebagian warga negara
Indonesia, bahwa pemahaman orang Indonesia tentang Pancasila sudah makin
meredup.
- Sila – sila dalam Pancasila adalah rangkaian kesatuan bulat sehingga tidak dapat
dipisah – pisahkan satu sama lain, tidak dapat dibagi – bagi atau diperas.
Berikut ini nilai – nilai Pancasila yang tertuang dalam kelima sila, yaitu :
- Ketuhanan yang Maha Esa
Nilai ini mengandung pengakuan atas keberadaan Tuhan sebagai Pencipta alam
semesta beserta lainnya
Manusia Indonesia beriman yaitu meyakini adanya Tuhan yang diwujudkan dalam
ketaatan Kepada Tuhan yang Maha Esa.
- Persatuan Indonesia
Nilai ini adalah perwujudan paham kebangsaan Indonesia yang mengatasi paham
perseorangan, golongan, suku bangsa. Serta mendahulukan persatuan dan
kesatuan bangsa sehingga tidak terpecah belah oleh sebab apa pun.
Nilai ini adalah salah satu tujuan negara yaitu mewujudkan tata masyarakat
Indonesia yang adil dan Makmur berdasarkan Pancasila.
3. Pancasila merupakan dasar serta landasan ideologi Bangsa Indonesia. Maka dari itu,
penting untuk menerapkan setiap sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Di sisi
lain, berkaitan dengan Pancasila, Bangsa Indonesia mempunyai dua hari bersejarah.
Pertama, hari lahirnya Pancasila pada 1 Juni 1945 dan hari Kesaktian Pancasila pada 1
Oktober. Pada 1 Juni 1945 ditetapkan sebagai hari lahir Pancasila karena pada
tanggal tersebut rumusan Pancasila sebagai dasar negara pertama kali disampaikan
oleh Soekarno. Sementara itu, berbagai kejadian pemberontakan di Tanah Air yang
melibatkan banyak pihak menjadi pemicu lahirnya hari Kesaktian Pancasila, yang
ditetapkan pada tanggal 1 Oktober 1965. Melalui dua hari bersejarah tersebut, wajar
tentunya hingga saat ini Pancasila dijadikan sebagai landasan hidup Bangsa
Indonesia. Hal itu berarti, setiap nilai-nilai yang ada dalam sila Pancasila perlu
dijadikan sebagai dasar dalam hidup bernegara. Ada lima sila sila atau biasa disebut
Pancasila yang dirumuskan dalam pidato Bung Karno. Kelima sila tersebut ialah
Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia,
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. “Ketahanan ideologi Pancasila kembali diuji ketika dunia masuk pada era globalisasi
di mana banyaknya ideologi alternatif merasuki ke dalam segenap sendi-sendi bangsa
melalui media informasi yang dapat dijangkau oleh seluruh anak bangsa,” kata Deputi
Bidang Pengkajian Strategik Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P. membuka Focus Group
Discussion (FGD) tentang Mencari Bentuk Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam
Era Globalisasi bertempat di Ruang Gatot Kaca, Senin, 9 Maret 2020. Reni
menjelaskan bahwa Pancasila sejatinya merupakan ideologi terbuka, yakni ideologi
yang terbuka dalam menyerap nilai-nilai baru yang dapat bermanfaat bagi
keberlangsungan hidup bangsa. Namun, di sisi lain diharuskan adanya kewaspadaan
nasional terhadap ideologi baru. Apabila Indonesia tidak cermat, maka masyarakat
akan cenderung ikut arus ideologi luar tersebut, sedangkan ideologi asli bangsa
Indonesia sendiri yakni Pancasila malah terlupakan baik nilai-nilainya maupun
implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Anggota Komisi I DPR RI Dave
Akbarshah Fikarno Laksono, M.E., menjelaskan mengenai tantangan yang dihadapi
saat ini. Tantangan pertama adalah banyaknya ideologi alternatif melalui media
informasi yang mudah dijangkau oleh seluruh anak bangsa seperti radikalisme,
ekstremisme, konsumerisme. Hal tersebut juga membuat masyarakat mengalami
penurunan intensitas pembelajaran Pancasila dan juga kurangnya efektivitas serta
daya tarik pembelajaran Pancasila. Kemudian tantangan selanjutnya adalah
eksklusivisme sosial yang terkait derasnya arus globalisasi yang mengarah kepada
menguatnya kecenderungan politisasi identitas, gejala polarisasi dan fragmentasi
sosial yang berbasis SARA. Bonus demografi yang akan segera dinikmati Bangsa
Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri untuk menanamkan nilai-nilai Pancasila
kepada generasi muda di tengah arus globalisasi. Pada kesempatan tersebut Dave juga
memberikan rekomendasi implementasi nilai-nilai Pancasila di era globalisasi.
Pertama, dengan memanfaatkan kemajuan teknologi yang menarik bagi generasi
muda dan masyarakat. Rekomendasi selanjutnya adalah membumikan nilai-nilai
Pancasila melalui pendidikan dan/atau pembelajaran berkesinambungan yang
berkelanjutan di semua lini dan wilayah. Oleh karena itu, Dave menganggap perlu ada
kurikulum di satuan pendidikan dan perguruan tinggi yaitu Pendidikan Pancasila dan
Pendidikan Kewarganegaraan (P3KN). Menanggapi pernyataan Dave, Analis
Kebijakan Direktorat Sekolah Menengah Atas Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) Dr. Juandanilsyah, S.E., M.A.,
menjelaskan bahwa Pancasila saat ini diajarkan dan diperkuat melalui mata pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dengan penekanan pada teori
dan praktik. Tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh perkembangan global juga
berdampak pada anak-anak. Menurut Juan, Pancasila di masa mendatang akan
mempertahankan otoritas negara dan penegakan hukum serta menjadi pelindung hak-
hak dasar warga negara sebagai manusia. Oleh karena itu, sangat penting untuk
menanamkan kesadaran terhadap potensi bahaya gangguan dari luar yang dapat
merusak dan mengajak siswa untuk mempertahankan identitas bangsa serta
meningkatkan ketahanan mental dan ideologi bangsa. “Seharusnya representasi sosial
tentang Pancasila yang diingat orang adalah Pancasila ideologi toleransi, Pancasila
ideologi pluralisme, dan Pancasila ideologi multikulturalisme,” kata Pakar Psikologi
Politik Universitas Indonesia Prof. Dr. Hamdi Moeloek. Representasi sosial tentang
Pancasila yang dimaksud adalah kerangka acuan nilai bernegara dan berbangsa yang
menjadi identitas Bangsa Indonesia. Hamdi menjelaskan bahwa jika Pancasila
menjadi acuan, maka implementasi nilai-nilai Pancasila akan lebih mudah terlihat
dalam praktik bernegara, misalnya saat pengambilan kebijakan-kebijakan politik.
Selanjutnya Hamdi menjelaskan bahwa terlihat Pancasila bisa memberikan solusi di
tengah adanya beragam ideologi seperti sosialis dan liberal serta di tengah usaha
politik identitas oleh agama, etnik, dan kepentingan.
(Sumber Jawaban : - www. Kompas.com
-http://www.lemhannas.go.id/index.php/berita/berita-utama/844-pancasila-di-tengah-
era-globalisasi
-www.suaramerdeka.com)