Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH SEKTOR INDUSTRI INDONESIA

TUGAS MANDIRI PEREKONOMIAN INDONESIA

DISUSUN OLEH :

DHEANADA SISTRA
181010505665

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS PAMULANG
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Dalam sebuah perekonomian sektor industri dianggap sebagai sektor yang
mampu menjadi pimpinan dari sektor lain. Produk industri mempunyai nilai jual
yang tinggi dari pada sekor lain. Hal tersebut dikarenakan produk inustri sangat
beragam dan memberika nilai dan manfaat yang tinggi bagi masyarakat. Industri
menjadi penolong bagi perekonomian suatu negara, sehingga pemerintah banyak
memberikan kebijaksanaan- kebijaksanaan tentang industri. Namun kebijaksanaan
itu terkadang tidak atau kurang diadaptasi dengan kondisi sosial masyarakat
setempat, misalnya penguasaan teknologi, ketersediaan sumber daya, dll.
Perkembangan sektor industri harus sejajar dan sejalan dengan sektor lain yang
non industri seperti sektor pertnian, perkebunan, perikanan, dan sektor- sektor
lain.

B.     Rumusan masalah
1.      Bagaimana konsep industri dan industrialisasi?
2.      Bagaimana sejarah dan klasifikasi industri di indonesia?
3.      Bagaimana konsep makro ekonomi sektor industri di indonesia?
4.      Bagaimana konsep mikro ekonomi struktur industri di indonesia?
5.      Bagaimana konsentrasi, daya saing, da kebijaksanaan industri yang indonesia
terapkan?
6.      Bagaimanna tantangan perkembangan sektor industri di indonesia dan
bagaimana kontribusinya pada masyarakat?
7.      Bagaiana pengembangan industri di indonesia?

C.    Tujuan penulisan
1.      Mengetahui bagaimana konsep industri dan industrialisasi
2.      Mengetahui bagaimana sejarah dan klasifikasi industri di indonesia
3.      Mengetahui bagaimana konsep makro ekonomi sektor industri di indonesia
4.      Mengetahui bagaimana konsep mikro ekonomi struktur industri di indonesia
5.      Mengetahui bagaimana konsentrasi, daya saing, da kebijaksanaan industri yang
indonesia terapkan
6.      Mengetahui bagaimanna tantangan perkembangan sektor industri di indonesia
dan bagaimana kontribusinya pada masyarakat
7.      Mengetahui bagaimana pengembangan industri di indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Industri dan Industrialisasi


 Pengertian Industri
Semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif
dan komersial. Jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau
daerah. Pada umumnya, makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu
negara atau daerah, makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin
kompleks pula sifat kegiatan dan usaha tersebut.
   Argumentasi industrialisasi
Ada empat argumentasi dalam industrialisasi, dimana masing- masing dari
argumentasi mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Jenis keunggulan Kelebihan kekurangan
Argumentasi Industri akan unggul, Jenis produk kurang
keunggulan komparatif sumber daya ekonomi diminati
(compartive advantage) akan teralokasikan
dengan baik
Teori keterkaitan Mampu menggerakan Kurang efisien
industrial (industrial sektor lain
linkage)
Argumentasi Sangat manusiawi Kurang dapat
kesempatan kerja karena berbasis pada menggerakan sektor
penciptaan lapangan lain
kerja
Argumentasi loncatan Memicu Boros defisa
teknologi perkembangan
industri sektor lain
  Strategi industrialisasi
Terdapat dua macam pola dalam industrialisasi  yang mempunyai kelebihan
dan kekurangan masing- masing.
Pola strategi Kelebihan kekurangan
industrialisasi
Pola substitusi impor Industri akan Industri akan tidak
bertumbuh besar kunjung dewasa
(ketergantungan)
Pola substitusi ekspor Menumbuhkan Tergantung pada
devisa negara pasar

  Argumentasi dan strategi industrialisasi di indonesia


Selaras dengan negara- negara lain, di indonesia sektor industri juga
diharapkan mampu menjari penggerak sektor- sektor lain. Dalam perkembangan
perekonomian indonesia selalu diwarnai dengan pertumbuhan dan perkembangan
industrialisasi. Argumentasi industrialisasi indonesia pada mulanya didominasi
dengan argumentasi keterkaitan industrial (industrial linkage), namun sekarang
berubah menjadi argumentasi loncatan teknologi (hi- tech). Industri di indonesia
pada awalnya mengembangkan substansi impor namun seiring berkembangnya
zaman indonesia mengubah sustansi industrialisasinya menjadi substansi ekspor.

B.     Sejarah dan Klasifikasi Industri Di Indonesia


 Lintasan sejarah sektor industri
Pada tahun 1920an sektor industri di indonesia masih banyak yang dikuasai
asing. Jenis industri yng ada ada saat itu adalah alat- alat rumah tangga. Tenaga
kerja terpusat pada pertanian dan perkebunan demi memenuhi kebutuhan kolonial
balanda. Perusahaan besar hanya ada dua buah saja. Pada tahun 1939 mayoritas
tenaga kerja bekerja pada pengolahan makanan, tekstil, dan barang logam.
Investasi pada masa itu sebagian besar dikuasai swasta. Pada masa kependudukan
jepang industri berkembang buruk, ha itu karena larangan impor bahan mentah.
Pada tahun 1951 pemerintah mendorong perkembangan industri kecil dan
membatasi berkembangnya industri besar yang ikuasai asing. Tahun 1957 sektor
indstri mulai mengalami kemunduran karena situasi politik yang belum
mendukung dan kurangnya tenaga kerja yang trampil. Pada saat orde baru
kebijakan ekonomi dikomplekskan dan salah satunya adalah mengundang investor
asing. Kebijakan- kebijakan ekonomi ini mampu membawa indonesia kedalam
kondisi yang lebih baik.

 Klasifikasi Industri
Di Indonesia, industri dapat digolongkan berdasarkan kelompok komoditas,
skala usaha, dan berdasarkan hubungan arus produknya. Penggolongan paling
universal berdasarkan “baku internasional klasifikasi industri” (International
Standard of Industrial Classification, ISIC) penggolongan tersebut dibedakan
menjadi 9 yaitu:
Kode Kelompok Industri
31 Industri makanan, minuman, dan tembakau
32 Industri tekstil, pakaian jadi, dan kulit
33 Industri kayu, dan barang-barang dari kayu, termasuk
34 perabot rumah tangga
35 Industri kertas dan barang-barang dari kertas, percetakan,
dan penerbitan
36 Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia, minyak
37 bumi, batu bara, karet, dan plastik
38 Industri barang galian bukan logam, kecuali minyak bumi,
39 dan batu bara
Industri logam dasar
Industri barang dari logam, mesin, dan peralatannya
Industri pengolahan lainnya

Untuk keperluan perencanaan anggaran negara dan analisis pembangunan,


pemerintah membagi sektor industri pengolahan menjadi tiga subsektor yaitu:
1.      Subsektor industri pengolahan nonmigas
2.      Subsektor pengilangan minyak bumi, dan
3.      Subsektor pengolahan gas alam cair.
·         Klasifikasi industri berdasarkan tenaga kerja
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan
menjadi:
a.       Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang
dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga
kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya
kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri
anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan.
b.      Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19
orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga
kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara.
Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.
c.       Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20
sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar,
tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan memiliki
kemapuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi, industri bordir, dan
industri keramik.
d.      Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang.
Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif
dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan khusus,
dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan kelayakan (fit and
profer test). Misalnya: industri tekstil, industri mobil, industri besi baja, dan
industri pesawat terbang.

·         Klasifikasi industri berdasarkan lokasi usaha


Keberadaan suatu industri sangat menentukan sasaran atau tujuan kegiatan
industri. Berdasarkan lokasi unit usahanya, industri dapat dibedakan menjadi :
a.       Industri berorientasi pada pasar (market oriented industri), yaitu industri yang
didirikan mendekati daerah persebaran konsumen.
b.      Industri berorientasi pada tenaga kerja (employment oriented industri), yaitu
industri yang didirikan mendekati daerah pemusatan penduduk, terutama daerah
yang memiliki banyak angkatan kerja tetapi kurang pendidikannya.
c.       Industri berorientasi pada pengolahan (supply oriented industri), yaitu industri
yang didirikan dekat atau di tempat pengolahan. Misalnya: industri semen di
Palimanan Cirebon (dekat dengan batu gamping), industri pupuk di Palembang
(dekat dengan sumber pospat dan amoniak), dan industri BBM di Balongan
Indramayu (dekat dengan kilang minyak).
d.      Industri berorientasi pada bahan baku, yaitu industri yang didirikan di tempat
tersedianya bahan baku. Misalnya: industri konveksi berdekatan dengan industri
tekstil, industri pengalengan ikan berdekatan dengan pelabuhan laut, dan industri
gula berdekatan lahan tebu.
e.       Industri yang tidak terikat oleh persyaratan yang lain (footloose industri), yaitu
industri yang didirikan tidak terikat oleh syarat-syarat di atas. Industri ini dapat
didirikan di mana saja, karena bahan baku, tenaga kerja, dan pasarnya sangat luas
serta dapat ditemukan di mana saja. Misalnya: industri elektronik, industri
otomotif, dan industri transportasi.

·         Klasifikasi industri berdasarkan proses produksi


Berdasarkan proses produksi, industri dapat dibedakan menjadi :
a.       Industri hilir, yaitu industri yang mengolah barang setengah jadi menjadi
barang jadi sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau
dinikmati oleh konsumen. Misalnya: industri pesawat terbang, industri konveksi,
industri otomotif, dan industri meubel.
b.      Industri hulu, yaitu industri yang hanya mengolah bahan mentah menjadi barang
setengah jadi. Industri ini sifatnya hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan
industri yang lain. Misalnya: industri kayu lapis, industri alumunium, industri
pemintalan, dan industri baja.
·         Klasifikasi industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian
Selain pengklasifikasian industri tersebut di atas, ada juga pengklasifikasian
industri berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor 19/M/ I/1986
yang dikeluarkan oleh Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Adapun
pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut :
a.       Industri Kimia Dasar (IKD)
Industri Kimia Dasar merupakan industri yang memerlukan modal yang besar,
keahlian yang tinggi, dan menerapkan teknologi maju. Adapun industri yang
termasuk kelompok IKD adalah sebagai berikut :
1.      Industri elektronika, misalnya : radio, televisi, dan komputer.
2.      Industri mesin listrik, misalnya : transformator tenaga dan generator.
3.      Industri kereta api, misalnya : lokomotif dan gerbong.
4.      Industri kendaraan bermotor (otomotif), misalnya : mobil, motor, dan suku
cadang kendaraan bermotor.
5.      Industri pesawat, misalnya : pesawat terbang dan helikopter.
6.      Industri logam dan produk dasar, misalnya : industri besi baja, industri
alumunium, dan industri tembaga.
7.      Industri perkapalan, misalnya : pembuatan kapal dan reparasi kapal.
8.      Industri mesin dan peralatan pabrik, misalnya : mesin produksi, peralatan
pabrik, dan peralatan kontruksi.

b.      Industri Mesin Logam Dasar dan Elektronika (IMELDE)


Industri ini merupakan industri yang mengolah bahan mentah logam menjadi
mesin-mesin berat atau rekayasa mesin dan perakitan. Adapun yang termasuk
industri ini adalah sebagai berikut :
1.      Industri mesin dan perakitan alat-alat pertanian, misalnya : mesin traktor, mesin
hueler, dan mesin pompa.
2.      Industri alat-alat berat/konstruksi, misalnya : mesin pemecah batu, buldozer,
excavator, dan motor grader.
3.      Industri mesin perkakas, misalnya : mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, dan
mesin pres.

c.       Aneka Industri (AI)


Industri ini merupakan industri yang tujuannya menghasilkan bermacam-macam
barang kebutuhan hidup sehari-hari. Adapun yang termasuk industri ini adalah
sebagai berikut :
1.      Industri tekstil, misalnya : benang, kain, dan pakaian jadi.
2.      Industri alat listrik dan logam, misalnya : kipas angin, lemari es, dan mesin jahit,
televisi, dan radio
3.      Industri kimia, misalnya : sabun, pasta gigi, sampho, tinta, plastik, obatobatan,
dan pipa.
4.      Industri pangan, misalnya : minyak goreng, terigu, gula, teh, kopi, garam dan
makanan kemasan.
5.      Industri bahan bangunan dan umum, misalnya : kayu gergajian, kayu lapis, dan
marmer.

d.      Industri Kecil (IK)


Industri ini merupakan industri yang bergerak dengan jumlah pekerja sedikit, dan
teknologi sederhana. Biasanya dinamakan industri rumah tangga, misalnya :
industri kerajinan, industri alat-alat rumah tangga, dan perabotan dari tanah
(gerabah).

e.       Industri Pariwisata
Industri ini merupakan industri yang menghasilkan nilai ekonomis dari kegiatan
wisata. Bentuknya bisa berupa wisata seni dan budaya (misalnya : pertunjukan
seni dan budaya), wisata pendidikan (misalnya : peninggalan, arsitektur, alat-alat
observasi alam, dan museum geologi), wisata alam (misalnya : pemandangan
alam di pantai, pegunungan, perkebunan, dan kehutanan), dan wisata kota
(misalnya : melihat pusat pemerintahan, pusat perbelanjaan, wilayah pertokoan,
restoran, hotel, dan tempat hiburan).
C.    Konsep Makro Ekonomi Sektor Industri
v  Perkembangan Jumlah Perusahaan
Perusahaan yang bergerak di sektor industri pengolahan di Indonesia tahun
2003 mencapai 4,21 juta, sebagian besar merupakan industri makanan dan
minuman serta kerajinaan. Hasil ini dua kali lipat lebih banyak dari tahun- tahun.
Sayangnya pertumbuhan jumlah perusahaan belum diiringi dengan perbaikan
dalam hal komposisi skala usaha. Industri-industri berskala kecil dan rumah
tangga masih sangat dominan, sedangkan industri berskala sedang dan besar
meningkat sangat sedikit.
v    Kinerja ekspor
Meskipun Indonesia beberapa tahun terakhir ini dilanda krisis multi
dimensi, tetapi perkembangan ekspor dan impor masih cukup mengembirakan.
Contohnya saja di derah jawa timur. Berikut adalah data komoditi utama ekspor
Jawa Timur dalam tahun 2000 adalah sebagai berikut :
REALISASI
No JENIS KOMODITI
(Kilogram)

Kertas, kertas karton dan produk kertas, barang dari


1. 1.390.442.109,83
Pulp

Perabot rumah, kasur tempat tidur, bantal dan


2. 218.556.408,61
kelengkapannya

Ikan, Udang, binatang lunak dan binatang air


3. 86.575.102,46
lainnya

4. Kayu dan batang dari kayu, arang kayu 512.633.917,82

5. Tembaga dan barang terbuat dari tembaga 153.220.446,32

Alas kaki, pelindung kaki dan semacam itu dan


6. 35.601.598,65
bagiannya

7. Bahan kimia organik 290.288.075,97

8. Plastik dan barang dari plastik 118.252.598,96

9. Serat Steple buatan 46.672.165,56


10. Tembakau 37.615.571,48

11. Kopi, teh, mete dan rempah-rempah 71.405.610,77

12. Aluminium dan barang-barang dari aluminium 32.647. 650,10

Mutiara, batu permata, logam mulia, perhiasan


13. 839.089,60
imitasi

Reaktor nuklir, ketel uap, mesin dan pesawat


14. 29.859.306,32
mekanik dan bagiannya

15. Besi baja 289.295.238,04

16. Barang dan besi baja 60.396.500,77

Mesin dan alat listrik, barang elektronikdan


17. 25.350.175.74
bagiannya

18. Kaca dan barang dari kaca 169.393.088,20

19. Kendaraan dan bagian serta kelengkapannya 17.261.272,88

Minyak dan lemak hewani/nabati, lemak olahan


20. 205.656.683,94
malam
Ekspor manufaktur nasional tidak kehilangan daya saingnya. Kinerja ekspor
manufaktur yang cukup baik membuktikan bahwa manufaktur Indonesia masih
punya ”taring” di pasar dunia.
 

v  Kinerja pendapatan
Strategi pembangunan di indonesia contohnya daerah Nusa Tenggara
Timur (NTT) dilakukan berdasarkan pertumbuhan melalui pemerataan dengan
prinsip membangun dari apa yang dimiliki rakyat dan apa yang ada pada rakyat,
dengan titik berat pembangunan yang berlandaskan pada pembangunan ekonomi
rakyat, pendidikan rakyat, dan kesehatan rakyat. Strategi pembangunan yang
menjadi pilihan tersebut memerlukan langkah-langkah operasional yang terukur
dan disesuaikan dengan paradigma baru pembangunan. Kinerja pendapatan per
kapita penduduk diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan tahun 1993
dibagi dengan jumlah penduduk tengah tahun.  Pendapatan per kapita dari
Provinsi Nusa Tenggara Timur berdasarkan harga konstan 1993 pada tahun 2001
adalah sebesar Rp 732.100 per tahun atau Rp 61.008 per bulan atau berdasarkan
harga yang berlaku pada tahun 2001 adalah sebesar Rp 1.811.696 per tahun atau
Rp 150.975 per bulan (NTT dalam Angka Tahun 2001, hlm. 469).  Jika
menggunakan nilai kurs $US 1 = Rp 9000-an (rata-rata nilai kurs pada tahun
2001), maka pendapatan per kapita NTT pada tahun 2001 atas dasar harga yang
berlaku adalah setara dengan $US 200-an.

v Kinerja Penciptaan kerja


Kinerja penciptaan kerja di Nusa Tenggara Timur pada tahun 2001 atas
dasar harga konstan 1993 adalah sebesar Rp 1.717.650.  Kinerja penciptaan
lapangan kerja di kabupaten- kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur
terdapat 10 kabupaten sebagai berikut: Sumba Barat (Rp 1.017.750), Manggarai
(Rp 1.148.580),  Timor Tengah Utara (Rp 1.281.730), Belu (Rp 1.406.250),
Ngada (Rp 1.523.980), Timor Tengah Selatan (Rp 1.534.660), Flores Timur (Rp
1.575.030), Sikka (Rp 1.597.360), Alor  (Rp 1.652.970), dan Ende (Rp
1.703.280). 

D.    Mikroekonomi Struktur Pasar


Keluaran yang dihasilkan oleh sebuah perusahaan disektor industri tidak
hanya berupa barang hasil produksinya. Beberapa jenis industri tertentu
menghasilkan pula tenaga listrik yang kelebihannya kemudian dijual, beroleh
penghasilan dari industri yang diberikan kepada pihak lain, serta penerimaan dari
industri lain yang sifatnya nonindustri.
1.      Keluaran, Masukan, dan Nilai Tambah
          Nilai keluaran (output value) industri kerajinan/rumah tangga tahun 2003
rata-rata sebesar Rp 3,71 juta per unit usaha. Dengan nilai masukan (input value
atau input cost) Rp 2,32 juta, maka tiap unit usaha industri rumah tangga pada
tahun tersebut rata-rata menghasilkan nilai tambah (value added) sebesar 1.39
juta. Dalam perbandingan antar bidang, perusahaan besar/sedang yang paling
besar nilai tambahnya ialah yang bergerak dalam industri makanan dan minuman.

2. Struktur Biaya

Biaya yang dikeluarkan perusahaan-perusahaan di sektor


industri pengolahan dapat dirinci atas biaya bahan baku; biaya sewa kapital; dan
biaya jasa-jasa. Jumlah dari keempat macam biaya ini dinamakan biaya masukan.
Nilai keluaran dikurangi biaya masukan disebut biaya tambah. Disamping itu
tentu saja dikeluarkan biaya tenaga kerja yang terdiri atas gaji, upah serta berbagai
tunjangan dan bonus. Biaya tenaga kerja merupakan bagian dari nilai tambah yang
dihasilkan oleh suatu industri. Biaya masukan ditambah biaya tenaga kerja
kemudian membentuk biaya total. Selisih antara nilai keluaran dan biaya total
merupakan keuntungan kotor atau profit bruto. Secara garis besar, struktur biaya
suatu industri dapat dirumuskan sebgai berikut:

Biaya masukan = biaya bahan baku + biaya bahan lain + biaya sewa
kapital + biaya jasa-jasa;
Biaya tenaga kerja = gaji + upah + bonus;
Biaya total = biaya masukan + biaya tenaga kerja;
Nilai tambah = nilai keluaran – biaya masukan;
Profit bruto = nilai keluaran – biaya total.

 
 

Nilai tambah dan profit bruto dapat pula dirumuskan sebagai berikut:

 
Nilai tambah = biaya tenaga kerja + profit bruto;
Profit bruto = nilai tambah – biaya tenaga kerja.

 
3. Upah dan Produktifitas Kerja

Upah Minimum Regional adalah suatu standar minimum yang digunakan


oleh para pengusaha atau pelaku industri untuk
memberikan upah kepada pegawai, karyawan atau buruh di dalam lingkungan
usaha atau kerjanya. Pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri
Tenaga Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum.
Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang.
Mula-mula Dewan Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri
dari birokrat, akademisi, buruh dan pengusaha mengadakan rapat,
membentuk tim survei dan turun ke lapangan mencari tahu harga sejumlah
kebutuhan yang dibutuhkan oleh pegawai, karyawan dan buruh. Setelah survei di
sejumlah kota dalam propinsi tersebut yang dianggap representatif, diperoleh
angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) - dulu disebut Kebutuhan Hidup Minimum
(KHM). Berdasarkan KHL, DPD mengusulkan upah minimum regional (UMR)
kepada Gubernur untuk disahkan. KOmponen kebutuhan hidup layak digunakan
sebagai dasar penentuan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup pekerja
lajang (belum menikah).
Saat ini UMR juga dienal dengan istilah Upah Minimum Propinsi (UMP)
karena ruang cakupnya biasanya hanya meliputi suatu propinsi. Selain itu
setelah otonomi daerah berlaku penuh, dikenal juga istilah Upah Minimum
Kabupaten/Kota (UMK).
Tahun UMR / UMP Tanggal Berlaku Kenaikan UMR / UMP dlm
US$
2000 Rp231,000 1-Jan-00 16.7% $27,64
2000 Rp286,000 1-Apr-00 23.8% $34,22
2000 Rp344,257 1-Sep-00 20.4% $41,20
2001 Rp426,257 1-Jan-01 23.8% $41,78
2002 Rp591,266 1-Jan-02 38.7% $63,68
2003 Rp631,554 1-Jan-03 6.8% $73,60
2004 Rp671,550 1-Jan-04 6.3% $75,22
2005 Rp711,843 1-Jan-05 6.0% $73,43
2006 Rp819,100 1-Jan-06 15.1% $89,44
2007 Rp900,560 1-Jan-07 9.9% $98,55
2018 Rp972,604 1-Jan-08 8.0% $100,99
2009 Rp1,069,865 1-Jan-09 10.0% $103,62
2010 Rp1,118,009 1-Jan-10 4.5% $124,22
Tingkat upah menunjukkan jumlah yang diterima oleh pekerja dari
perusahaan atau indutri tempatnya bekerja. Produktifitas tenaga kerja
mencerminkan jumlah yang disumbangkan oleh pekerja kepada perusahaan atau
industri tempat bekerja. Semakin tinggi tingkat upah berarti semakin besar jumlah
yang diterima pekerja.

4. Konsentrasi dan Daya Saing

Untuk mengukur kadar konsentrasi suatu industri ada beberapa alat


analisis yang bisa digunakan. Dintaranya yang paling lazim diterapkan adalah CR-
4 dan Herfindahl Index (Concercration Ratio of the 4 largest conpanies) adalah
suatu koefisien yang menjelaskan presentase penguasaan pangsa pasar oleh 4
perusahaan terbesar dalam suatu industri. Koefisien CR-4 yang semakin kecil
mencerminkan struktur yang semakin bersaing sempurna. Pasar suatu indutri
dinyatakan berstruktur oligopolistik apabila koefisien CR-4 melebihi 40%. Indeks
Herfindahl juga mencerminkan derajat peguasaan pasar dalam suatu indutri dari
tahun ke tahun. Apabila indeks itu meningkat dari tahun ke tahun berarti pasar
industri yang bersangkutan cenderung berstruktur oligopoli, atau bahkan
monopoli. Jika sebaliknya, berarti struktur pasar mengarah ke persaingan
sempurna.
Daya saing suatu komoditas industri di pasar dunia dapat ditelaah dengan
tiga macam kriteria yaitu Constant Market Shares (CMS), Effective Rate of
Protection (ERP), dan Domestik Resource Cost (DRC). Kriteria CMS didasarkan
pada tiga efek yaitu efek pertumbuhan pasar dunia; efek komposisi komoditas;
dan efek daya saing itu sendiri. Sedangkan ERP membandingkan nilai keluaran
suatu komoditas dalam struktur ndustri yang protektif dengan nilai keluarannya
andaikata tidak dilindungi. Adapun DRC mengukur keunggulan komparatif suatu
komoditas indutri berdasarkan muatan sumber daya alam dalam negeri yang
digunakan untuk menghasilkan komoditas yang bersangkutan.

5. Sasaran dan Kebijaksanaan

Sasaran PJP II. Sasaran pembangunan industri pada akhir PJP II ialah
terwujudnya sektor industri yang kuat dan maju sehingga mampu menunjang
terciptanya perekonomian yag mandiri dan andal.
Sasaran Repelita VI. Khusus untuk Repelita VI yang tengah berjalan
sekarang pertumbuhan nilai tambah sektor industri diperkirakan mencapai rata-
rata 9,4% per tahun, termasuk indutri pengolahan migas.
Kebijaksanaan
Untuk mendukung tercapainya sasaran diatas, dalam repelita yaang telah
berjalan sekarang pemerintah menempuh serangkaian kebijaksaan pembangunan
indutri yang didasarkan pada empat macam strategi:
a.       Pembangunan industri berspektrum luas yang berorientasi pada pasar
internasional
b.      Pembangunan industri dengan percepatan peguasaan teknologi
c.       Pembangunan industri bertumpu pada mekanisme pasar dengan dunia usaha
sebagai pemeran utama
d.      Pembangunan industri yang mengutamakan tercapainya pertumbuhan
bersamaan dengan pemerataan.
E.     Peranan Sektor Industri dalam Pembangunan Ekonomi
Industrialisasi sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat yang lebih maju maupun taraf hidup yang
lebih bermutu. Dengan kata lain, pembangunan industri itu merupakan suatu
fungsi dari tujuan pokok kesejahteraan rakyat, bukan merupakan kegiatan yang
mandiri untuk hanya sekedar mencapai fisik saja.
Industrialisasi juga tidak terlepas dari usaha untuk meningkatkan mutu
sumber daya manusia dan kemampuannya memanfaatkan secara optimal sumber
daya alam dan sumber daya lainya. Hal ini berarti pula sebagai suatu usaha untuk
meningkatkan produktivitas tenaga manusia disertai usaha untuk meluaskan ruang
lingkup kegiatan manusia. Dengan demikian dapat diusahakan secara “vertikal”
semakin besarnya nilai tambah pada kegiatan ekonomi dan sekaligus secara
“horizontal” semakin luasnya lapangan kerja produktif bagi penduduk yang
semakin bertambah. Banyak pendapat muncul bahwa industri itu mempunyai
peranan penting sebagai sektor pemimpin (leading sektor). Sektor pemimpin ini
maksudnya adalah dengan adanya pembangunan industri maka akan memacu dan
mengangkat pembangunan sektor-sektor lainya seperti sektor pertanian dan sektor
jasa. Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor
pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi industri. Sektor jasapun
berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut, misalnya berdirinya lembaga-
lembaga keuangan, lembaga-lembaga pemasaran/periklanan, dan sebagainya,
yang kesemuanya itu nanti akan mendukung lajunya pertumbuhan industri.
Seperti diungkapkan sebelumnya, berarti keadaan menyebabkan meluasnya
peluang kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan dan permintaan
masyarakat (daya beli). Kenaikan pendapatan dan peningkatan permintaan (daya
beli) tersebut menunjukkan bahwa perekonomian itu tumbuh sehat
UNIDO (United Nations for Industrial Development Organization)
mengelompokkan negara-negara sebagai berikut (Muhammad, 1992) :

1. Kelompok negara non-industri apabila sumbangan sektor industri terhadap


PDB kurang dari 10 persen.
2. Kelompok negara dalam proses industrialisasi apabila sumbangan tersebut
antara 10-20 persen.
3. Kelompok negara semi industrialisasi jika sumbang tersebut antara 20-30
persen.
4. Kelompok negara industri jika sumbangan tersebut lebih dari 30 persen.

Perroux mengatakan, pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah pada


waktu yang sama. Pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut
pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti pendapat Perroux (dalam
Muhammad, 1992) adalah sebagai berikut :

1. Dalam proses pembangunan akan timbul industri pemimpin yang


merupakan industri penggerak utama dalam pembangunan suatu daerah.
Karena keterkaitan antar industri sangat erat, maka perkembangan industri
pemimpin akan mempengaruhi perkembangan industri lain yang
berhubungan erat dengan industri pemimpin tersebut.
2. Pemusatan industri pada suatu daerah akan mempercepat pertumbuhan
perekonomian, karena pemusatan industri akan menciptakan pola
konsumsi yang berbeda antar daerah sehingga perkembangan industri di
daerah tersebut akan mempengaruhi perkembangan daerah-daerah lainya.
3. Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif
dengan industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung
dari industri pemimpin atau pusat pertumbuhan. Daerah yang relatif maju
atau aktif akan mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif.

F.     Keterkaitan antar Industri


Pendapat-pendapat yang mendukung investasi dalam bidang industri sebagai
suatu prioritas pembangunan bukan hanya didasarkan pada hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa pertumbuhan industri menyertai pembangunan. Para
penganjur industri menunjukkan bahwa industri merupakan suatu sektor
pemimpin karena industri tersebut merangsang dan mendorong investasi-investasi
di sektor-sektor lain juga. Pola perkembangan industri dimana barang hasil
produksi suatu industri dimanfaatkan oleh industri lainnya adalah bentuk
keterkaitan antar industri.
Konsep pertumbuhan tidak seimbang menunjukkan bahwa pertumbuhan yang
cepat dari satu atau beberapa industri mendorong perluasan industri-industri
lainnya yang terkait dengan sektor industri yang tumbuh lebih dahulu tersebut.
Keterkaitan-keterkaitan ini bisa keterkaitan ke belakang, misalnya industri tekstil
menyebabkan peningkatan produksi kapas atau zat-zat pewarna untuk disediakan
bagi industri tekstil tersebut. Keterkaitan tersebut bisa juga keterkaitan ke depan,
misalnya adanya industri tekstil domestik mendorong tumbuhnya investasi dalam
industri pakaian jadi.

G.    Industri dan Tujuan Pembangunan


Setelah melihat industri dari berbagai perspektif, maka dapat disimpulkan
peranan yang diharapkan dari industri terhadap pembangunan. Pertama,
industrialisasi bukanlah suatu “obat yang paling mujarab” untuk mengobati
keterbelakangan. Tidak ada satupun faktor produksi, atau kebijaksanaan, atau
sektor, yang bisa menyelesaikan secara sendiri-sendiri proses pembangunan.
Demikian pula halnya dengan industri. Tetapi sektor industri mempunyai 2
pengaruh yang penting dalam setiap program pembangunan. Pertama,
produktivitas yang lebih besar dalam industri merupakan kunci untuk
meningkatkan pendapatan per kapita. Kedua, industri pengolahan memberikan
kemungkinan-kemungkinan yang lebih besar bagi Industri Subsitusi Impor (ISI)
yang efesien dan meningkatkan ekspor daripada industri primer.
Jika industrialisasi bukan merupakan obat yang mujarab bagi
keterbelakangan, demikian juga halnya pembangunan perdesaan. Masing-masing
membutuhkan yang lainnya, dan akan gagal jika pertumbuhan tidak
seimbang serta terlalu jauh. Industri bisa menyediakan input-input produktif,
terutama pupuk dan peralatan pertanian yang sederhana, bagi pertanian. Jika
kebijaksanaan luar negeri dijalankan dan industri pengolahan telah efisien, input-
input tersebut bisa ditawarkan dengan harga yang lebih murah daripada harga
impor. Hubungan tersebut bisa kebalikannya, karena pertanian menyediakan
bahan-bahan baku untuk industri, misalnya kapas, tembakau atau karet.
Pertanian dan industri juga saling menyediakan pasar bagi barang-barang
produksinya masing-masing. Jika pendapatan sektor pertanian tersebut tumbuh
secara merata. Dimana di butuhkan land-reform dan pembangunan pedesaan yang
sangat meluas, maka industri akan menikmati pasar yang lebih luas bagi barang-
barang konsumsinya. Sejalan dengan itu. Pertumbuhan pendapatan di perkotaan
yang didorong  oleh perluasan industri, akan mendorong pertumbuhan output
pertanian dan produktivitas melalui kenaikan permintaan akan pangan. Namun
demikian, kunci dari permintaan akan pangan tersebut adalah tingkat pengerjaan
yang meningkat dan perbaikan distribusi pendapatan di perkotaan.

v  Industri Subsitusi Impor (ISI)


Salah satu strategi industrialisasi yang dilaksanakan Indonesia, sejak zaman
pemerintahan Orde Baru adalah Industri Subsitusi Impor (ISI). ISI ini diharapkan
bisa menghasilkan barang-barang baru dalam negeri yang semula diimpor. Setelah
subsitusi impor berhasil, baru kemudian sebagian hasil produknya diekspor. Jadi
subsitusi impor ini memegang peranan penting dalam mengenalkan barang-barang
baru yang dulunya diimpor dan kemudian dihasilkan sendiri.
Alasan untuk mengadakan ISI ini sebenarnya berbeda-beda antara suatu
negara dengan negara lain. Namun demikian, berikut dijelaskan beberapa alasan
penting.
·         ISI dimaksudkan untuk mengurangi atau menghemat penggunaan devisa.
Seperti diketahui, hampir semua negara berkembang seringkali mengalami
kekurangan devisa. Oleh karena itu, devisa yang sedikit harus digunakan secara
efektif dan efesien.
·         Dengan adanya ISI biasanya pemerintah melakukan proteksi terhadapnya
dengan cara pembatasan barang-barang impor. Pembatasan barang-barang impor
tersebut tentu saja akan mengurangi jumlah barang-barang impor, sementara itu
permintaan di dalam negeri masih tetap besar, sehingga pada akhirnya para
pengusaha dalam negeri terdorong untuk meningkatkan produksi barang-barang
yang terkena pembatasan impor tersebut. Dengan kata lain, ISI ini bisa
merangsang kegiatan ekonomi para pengusaha di dalam negeri.
·         ISI bisa dimaksudkan untuk segera dapat memenuhi kebutuhan sendiri akan
berbagai barang industri dan juga karena semangat kemerdekaan yang timbul di
negara berkembang, yang kemudian diikuti pula oleh keinginan untuk mencapai
kemerdekaan dalam bidang ekonomi.
·         Alasan lain bagi adanya ISI adalah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi di
dalam negeri. Walaupun suatu negara tidak mengalami kesulitan devisa, tetapi
untuk memajukan perekonomian dan mendorong timbulnya industri-industri
utama di dalam negeri, Negara tersebut melakukan proteksi dan memberikan
berbagai macam fasilitas kepada para pengusaha. Dengan demikian keuntungan
yang diperoleh para pengusaha bisa meningkat dan dapat mendorong kegiatan
ekonomi lebih lanjut.

Dalam pelaksanaannya kebijaksanaan ISI, ada berbagai masalah yang


dihadapi oleh negara berkembang yang melaksanakannya. Pertama, kualitas
barang yang dihasilkan. Kualitas barang yang dihasilkan di dalam negeri sebagai
barang subsitusi impor sering jauh lebih rendah daripada hasil produksi luar
negeri. Kualitas yang rendah ini akan sulit untuk diekspor. Dengan demikian, ISI
bukannya menghemat penggunaan devisa tetapi juga menurunkan penerimaan
ekspor. Kedua, biaya produksi.pada tahap awal industrialisasi bisanya dibutuhkan
biaya yang sangat besar digunakan untuk tenaga kerja, membeli mesin-mesin, dan
membeli bahan-bahan baku yang diperlukan. Jadi modal yang diperlukan sangat
banyak. Jika suatu negara mempuyai modal yang sedikit, maka dalam tahap awal
indutrialisasinya terpaksa mendatangkan modal dan tenaga kerja dari luar negeri.
1.      Kaitan sektor pertanian dengan sektor industri
Pengalaman beberapa negara berkembang, antara lain India, RRC dan Filipina,
telah menunjukan bahwa suatu sektor pertanian yang pertumbuhannya lamban
dapat menghambat pertumbuhan ekonomi pada umumnya dan sektor industri
pada khususnya. Hal ini dapat terjadi karena produksi pertanian yang lamban akan
meningkatkan harga pangan, sehingga tingkat upah juga cenderung naik, sehingga
pada akhirnya akan dapat menghambat pertumbuhan sektor industri.
2.      Skala ekonomis
Dapat memberikan dorongan yang lebih kuat kepada perusahaan-perusahaan yang
baru daripada strategi ISI, karena perusahaan-perusahaan ini dapat menyusun
rencana investasi, produksi, dan pemasaran mereka atas dasar potensi pasar
domestik dan pasar ekspor. Dengan strategi promosi ekspor sejak semula dapat
dibangun pabrik dengan skala ekonomi yang efisien, oleh karena dalam
membangun pabrik-pabrik tersebut para pengusaha sudah merencanakan untuk
memasarkan sebagian dari produksi mereka di pasar dunia.

3.      Dampak persaingan atas prestasi perusahaan


Produksi pertanian yang lamban akan meningkatkan harga pangan, sehingga
tingkat upah juga cenderung naik, sehingga pada akhirnya akan dapat
menghambat pertumbuhan sektor industri. Suatu segi positif yang penting dari
strategi promosi ekspor adalah bahwa persaingan di pasar ekspor mengharuskan
para pengusaha untuk menjajaki berbagai cara untuk menekan biaya produksi
mereka sampai ke tingkat yang serendah-rendahnya, sehingga hasil produksi
mereka dapat bersaing dalam harga di pasar ekspor.
4.      Kekurangan devisa atas pertumbuhan ekonomi
Jika kekurangan devisa dapat menghambat pertumbuhan ekonomi yang pesat pada
tingkat makro ekonomi, skala investasi nasional perlu dikurangi, jika diperkirakan
bahwa pada tahun mendatang akan dihadapi masalah kekurangan devisa.
.
H.    Tantangan Perkembangan Sektor Industri
dan Kontribusi Bagi Masyarakat
v  Tantangan perkembangan sektor industri
1.      Meningkatnya daya saing dan keunggulan kompetitif industri nasional
yang mengandalkan pada keterampilan dan kreativitas sumber daya
manusia, kemampuan teknologi dan kemampuan manajemen dengan tetap
memanfa atkan keungulan komparatif yang dimiliki.
2.      Peningkatan kemampuan tenaga kerja industrial yang ahli dan trampil dalam
jumlah dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan berbagai jenis industri termasuk
mendorong untuk menguasai dan melaksanakan pengalihan berbagai jenis
teknologi guna mendukung proses industrialisasi
3.      Menumbuhkan motivasi dan daya kreasi inovatif yang luas serta menciptakan
iklim usaha dan persaingan yang sehat termasuk perlindungan hasil inovasi.
4.      Menggerakkan tabungan masyarakat dan menyalurkannya ke arah investasi
yang produktif di sektor industri, dan secara efektif mampu memberikan dampak
ganda terhadap proses akumulasi modal.
5.      Mengembangkan iklim investasi dan berbagai sistem insentif yang dapat lebih
meningkatkan daya tarik investasi di sektor indsutri
6.      Perluasan basis pendukung industri dengan mengembangkan keterkaitan,
persebaran, struktur produksi-ekspor-impor sebagai prasyarat terciptanya struktur
industri yang kukuh
7.      Membangun perangkat kelembagaan yang mantap sehingga sektor industri
senantiasa mampu tanggap dan terandalkan dalam menghadapi berbagai
perkembangan ataupun perubahan yang timbul
8.      Mengembangkan dan mempercepat pertumbuhan industri kecil dan menengah
secara lebih terarah, terpadu dan efektif sehingga menjadi tulang punggung
struktur industri nasional
9.      Meningkatkan kemampuan industri kecil dan menengah yang telah mulai
berkembang untuk memanfaatkan relokasi industri yang berasal dari negara maju
ke Indonesia, khususnya industri skala menengah.
10.  Menentukan pilihan kebijakan yang tepat untuk melaksanakan pembangunan
industri yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan dengan pengaturan tata
ruang yang tepat.

v  Kontribusi bagi masyarakat


Dalam upaya meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat sekitar sekitar, ada
berbagai macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh perusahaan dengan
memberdayakan masyarakat dalam bidang :
1.      Pengembangan Ekonomi misalnya kegiatan di bidan pertanian, peternakan,
koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM).
2.      Kesehatan dan Gizi Masyarakat misalnya penyuluhan, pengobatan, pemberian
gizi bagi balita, program sanitasi masyarakat dan sebagainya.
3.      Pengelolaan Lingkungan misalnya penanganan limbah, pengelolaan sampah
rumah tangga, reklamasi dan penanganan dampak lingkungan lainnya.
4.      Pendidikan, Ketrampilan dan Pelatihan misalnya pemberian beasiswa bagi siswa
berprestasi dan siswa tidak mampu, magang atau job training, studi banding,
peningkatan ketrampilan, pelatihan dan pemberian sarana pendidikan.

I. Pola pengembangan industri

Indonesia mengenal tiga kelompok pemikiran dalam kaitannya dengan langkah-


langkah yang perlu diambil untuk menentukan keberadaan sekotr industry, ketig
kelompok pemikir tersebut:
1.      Pengembangan sector industry hanya diarahkan kapada yang memiliki
keunggulan kompetitif (competitive adventage). Pemikiran seperti ini boleh
dikatakan diwakili oleh kalagan ekonom akademis.
2.      Konsep delapan wahana transformasi teknologi dan industry yang dikemukakan
oleh Menteri Riset dan Teknologi, yaitu pada dasarnya memprioritaskan
pengembangan industri-industri hulu secara serentak (simuultan).
3.      Konsep keterkaitan antar industry, khususnya keterkaitan antara hulu-hilir.
Konsep ini merupakan konsep Menteri Perindustrian.
Pengelompokkan pola pikir industrialisasi diatas sebenarnya secara keseluruhana
telah tercakup dalam Pola Pengembangan Industri Nasional (PPIN) yang dibuat
oleh Departemen Perindustrian. PPIN tersebut berintikan 6 butir kebijasanaan:
1.      Pengembangan industry yang diarahkan untuk pendalaman dan pemantapan
struktur industri serta dikaitkan dengan sector ekonomi lainnya.
2.      Pengembangan industry permesinan dan elektronika penghasil barang model.
3.      Pengembangan industry kecil.
4.      Pengembangan ekspor komoditi industry
5.      Pengembangan kemampuan penelitian, pengambangan dan rancang bangun
khususnya perangkat lunak dan perekayasaan
6.      Pembangunan kemampuan para wiraswasta dan tenaga kerja industrial berupa
managemen, keahlian kejujuran serta keterampilan.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Istilah industri mempunyai dua arti. Pertama, industri dapat berarti himpunan
perusahaan-perusahaan penghasil produk-produk kosmetik, industri tekstil
maksudnya himpunan pabrik atau perusahaan tekstil. Kedua, industri dapat pula
merujuk ke suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif
yang mengolah bahan mentah menjadi bahan mentah,  bahan jadi atau bahan
setengah jadi. Kegiatan pengolahan itu sendiri dapat bersifat manual, elektrikal,
atau bahkan manual.
Kehadiran sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin
sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk
industri selalu memiliki dasar tukar yang tinggi atau lebih menguntungkan serta
menciptakan nilai tambah yang lebih besar diabndingkan produk-produk sektor
lain. Hal ini disebabkan karena industri memiliki variasi produk yang sangat
beragam dan mampu memnerikan manfaat marjinal yang tinggi kepada
pemakainya.

B.     Saran
Di era globalisasi seperti sekarang ini nampaknya jika suatu Negara mampu
menumbuh kembangkan sektor industrinya, maka dapat dipastikan Negara
tersebut akan tumbuh menjadi Negara yang maju. Khusus indonesia, Negara kita
selama ini memang cenderung untuk bergerak disektir pertanian. Penulis sangat
mendukung adanya pasar perdaganagn bebas cina, mudah-mudahan akibat dari
adanya perdagangan bebas tersebut indonesia mampu menunjukkan tajinya untuk
kemudian mampu bersaing dengan Negara-negara maju lainnya. Oleh karena itu,
seharusnya kebijakan-kebijakan perekonomian indonesia lebih menitikberatkan
sektor indsutri tapi tanpa mengecualikan sektor-sektor penting lainnnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 2004. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: STIE YKPN


Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai