Anda di halaman 1dari 5

BAB IX

PEMBANGUNAN INDUSTRI

A. PERANAN INDUSTRI DALAM PEMBANGUNAN


Proses industrialisasi dan pembangunan industri merupakan kegiatan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Peranan industri adalah sebagai “Leading Sector”
(sektor pemimpin). Dikatakan sebagai leading sector karena dengan adanya
pembangunan industri maka akan memacu dan mengangkat pembangunan sektor-
sektor lain, misalnya sektor pertanian dan sector-sektor jasa. Pertumbuhan industri
yang pesat akan merangsang pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan
baku bagi sektor industri. Demkian juga sektor jasa yang akan berkembang seperti
lembaga keuangan dan lembaga pemasaran.
Peranan industri dalam pembangunan, antara lain :
1. Produktivitas yang lebih besar dalam industri merupakan kunci untuk meningkatkan
pendapatan per kapita
2. Industri pengolahan (manufacturing) memberikan kemungkinan yang lebih besar
bagi industry substitusi impor yang efisien dan meningaktkan ekspor
3. Industri bisa menyediakan input-input produktif, terutama pupuk dan peralatan
pertanian
4. Industri merupakan sektor pemimpin karena industri tersebut akan dapat
merangsang dan mendorong timbulnya industri di sektor-sektor lain

Definisi Industri
1. Industri adalah himpunan perusahaan-perusahaan sejenis
2. Industri adalah suatu sektor ekonomi yang produktif mengolah barang mentah
menjadi barang jadi.
Ada 4 argumentasi atau basis teori yang melandasi kebijaksanaan industrialisasi :
1. Argumentasi keunggulan komparatif
Kelebihan teori ini adalah dalam hal efisiensi alokasi sumber daya. Kelemahannya
ada kemungkinan produk-produk yang dihasilkan kurang diminati konsumen,
sehingga meskipun efisien di produksi, sulit dipisahkan
2. Argumentasi keterkaitan industri
Kelebihannya teori ini sangat peduli akan perkembangan industri-industri lain, baik
keterkaitan kedepan atau keterkaitan kebelakang. Kelemahannya kurang
menghiraukan perkembangan efisiensi.
3. Argumentasi penciptaan lapangan kerja (Employment Creation)
Kelebihannya argumentasi ini sangat cocok dengan negara-negara yang sedang
berkembang yang memiliki penduduk yang besar. Kelemahannya industri yang
dikembangkan berdasarkan argumen ini mungkin industri-industri yang tidak
memiliki kontak luas dengan sektor-sektor lain.
4. Argumentasi loncatan teknologi (Technology Jump)
Kelebihannya argumentasi ini merupakan pandangan baru dalam jajaran teori
industrialisasi. Kelemahannya argumentasi ini bersifat tidak peduli biaya.

B. STRATEGI INDUSTRIALISASI
Strategi industrialisasi dikenal 2 pola, yaitu :
1. Pola Industri Substitusi Impor
Pola industri substitusi impor yaitu strategi yang mengutamakan jenis-jenis industri
untuk menggantikan kebutuhan impor. Industri ini sangat dilindungi pemerintah
sehingga terkesan manja dan tiak berkembang.

2. Pola Strategi Promosi Ekspor


Pola strategi promosi ekspor berkaitan dengan orientasi keluar (outward looking
strategy) yakni mengutamakan industri-industri yang menghasilkan produk-produk
untuk di ekspor.
C. INDUSTRIALISASI DI INDONESIA
Sejarah sektor industri di Indonesia dapat diringkas sebagai berikut :
1. Pada zaman kolonial industri di kuasai oleh negara asing. Pada masa itu terdapat
beberapa industri modern, tetapi kebanyakan terdapat industri-industri kecil.
Setelah depresi 1929/1930, industri beralih ke perkebunan.
2. Pada masa perang Dunia II, industri baik namun setelah jepang memerintah
Indonesia ada larangan impor barang mentah. Barang-barang kapital diangkut ke
Jepang dan terjadi pemaksaan tenaga kerja, sehingga perusahaan asing hampir
tidak ada.
3. Pada tahun 1951, Pemerintah meluncurkan kebijakan RUP (Rencana Urgensi
Perekonomian). Undang-Undang ini mendorong industri kecil dan pribumi dan
membatasi industri-industri besar/modern yang dimiliki Eropa dan China. Kebijakan
RUP mengakibatkan investasi asing berkurang sehingga pemerintah
menitikberatkan pengembangan industri yang dikelola pemerintah.
4. Pada tahun 1957 industri mengalami stagnasi dan perekonomian mengalami masa
tidur. Pada tahun 1960 industri tidak berkembang, akibat situasi politik dan
kelangkaan modal, tenaga ahli dan tenaga terampil. Perekonomian sulit, pinjaman
diupayakan dari negara sosialis, inflasi meningkat. Sektor industri di dominasi
industri berat.
5. Pada tahun 1967 dibentuk undang-undang baru dalam bidang penanaman modal,
yakni undang-undang untuk Penanaman Modal Asing (PMA) yang dibuat tahun
1967 dan undang-undang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) pada tahun
1968. Lahirnya kedua undang-undang tersebut mampu menggerakan industri. Pada
tahun 1978, misalnya sumbangan sektor industri terhadap GNP adalah 10%. Sejak
itu pamor sektor industri terus meningkat pada PJP I.

Macam-Macam Industri
Departemen Perindustrian mengelompokkan industri menjadi 3 kelompok, yaitu :
1). Industri Dasar
Industri dasar mempunyai misi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
membantu penjualan struktur industri dan bersifat padat modal. Dapat mendorong
terciptanya lapangan kerja baru oleh karena tumbuhnya industri hilir dan kegiatan
ekonomi lainnya.

2). Industri Kecil


Industri kecil mempunyai misi melaksanakan pemerataan teknologi yang digunakan
adalah menengah atau sederhana dan padat karya. Industri kecil ini diharapkan dapat
menambah kesempatan kerja dan meningkatkan nilai tambah dengan memanfaatkan
pasar luar negeri.

3). Industri Hilir


Industri ini mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi, memperluas
kesempatan kerja, tidak padat modal dan teknologi yang digunakan adalah teknologi
menengah dan maju.
Industri perusahaan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :
1. Perusahaan/industri besar, jika memperkerjakan 100 orang atau lebih
2. Perusahaan/industri sedang, jika memperkerjakan 20 sampai dengan 99 orang
3. Perusahaan/industri kecil, jika memperkerjakan 5 sampai dengan 19 orang
4. Perusahaan kerajinan rumah tangga jika memperkerjakan kurang dari 5 orang
(termasuk tenaga kerja yang tidak dibayar)

Industri Substitusi Impor


Alasan mengadakan substitusi impor adalah :
1. Industri ini diharapkan dapat menghemat penggunaan devisa
2. Dengan adanya industri substitusi impor ini, pemerintah melakukan proteksi
terhadap barang dalam negeri dan membatasi barang-barang impor. Industri
substitusi impor ini bisa merangsang kegiatan ekonomi para pengusaha dalam
negeri.
3. Industri substitusi impor ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan sendiri.
Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan industri substitusi impor :
1. Kualitas barang yang dihasilka sering jauh lebih rendah dari kualitas barang yang
dihasilkan luar negeri
2. Biaya produksi
3. Saingan dengan perusahaan dalam negeri

Anda mungkin juga menyukai