Anda di halaman 1dari 4

Institut Agama Islam

Resume Perekonomian Indonesia


IBRAHIMY Genteng
Kelompok 2 : Mohammad Abduh Alkhumaisi, Hilmi Fuadi, Hendika Nanta SS., Bagas Maulana Rohman
Kelas/Jurusan : 5B/Ekonomi Syariah
Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia Dosen Pengampu : Ficky Septialinda, M.M

INDUSTRIALISASI

A. Konsep dan Tujuan Industrialisasi

B. Faktor – faktor Pendorong Industrialisasi


Selain perbedaan kemampuan dalam pembangunan teknologi (T) dan inovasi (In),
serta laju pertumbuhan PN per kapita, ada sejumlah faktor lain yang membuat intensitas
dari proses industrialisasi berbeda antarnegara.faktor-faktor lain tersebut adalah sebagai
berikut.
1) Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri.Suatu negara yang pada awal
pembangunan ekonomi atau industrialisasinya sudah memiliki industri-industri
dasar atau disebut juga industri-industri primer atau hulu, seperti:
1. Besi dan baja
2. Semen
3. Petrokimia

Sumber : Jurnal dan UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I


Institut Agama Islam
Resume Perekonomian Indonesia
IBRAHIMY Genteng
Kelompok 2 : Mohammad Abduh Alkhumaisi, Hilmi Fuadi, Hendika Nanta SS., Bagas Maulana Rohman
Kelas/Jurusan : 5B/Ekonomi Syariah
Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia Dosen Pengampu : Ficky Septialinda, M.M

4. Industri-industri tengah (antara hulu dan hilir)


2) Besarnya pasar dalam negeri yang ditentukan oleh kombinasi antara jumlah
populasi dan tingkat PN riil per kapita.Pasar dalam negeri yang besar,seperti
Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta orang(walaupun tingkat
pendapatan per kapita relatif rendah dibandingkan negara-negara
lain),merupakan salah satu faktor perangsang bagi pertumbuhan kegiatan-
kegiatan ekonomi,termasuk industri,karena pasar yang besar menjamin adanya
skala ekonomis dan efisiensi dalam proses produksi(dengan asumsi bahwa
faktor-faktor penentu kainnya mendukung).Jika pasar.
3) Ciri industrialisasi, yang dimaksud disini adalah antara lain cara pelaksanaan
industrialisasi, seperti misalnya tahapan dari implementasi, jenis industri yang
diunggulkan, pola pembangunan sektor industri,dan insentif yang diberikan,
termasuk insentif kepada investor
4) Keberadaan SDA. Ada kecenderungan bahwa negara-negara yang kaya SDA,
tingkat diversifikasi dan laju pertumbuhan ekonominya relatif lebih
rendah,dengan negara tersebut cenderung tidak atau terlambat melakukan
industrialisasi atau prosesnya berjalan relatif lebih lambat dibandingkan dengan
negara-negara yang miskin SDA.
5) Kebijakan atau strategi pemerintah yang diterapkan, termasuk instrumen-
instrumen dari kebijakan (seperti tax holiday,bebas bea masuk terhadap impor
bahan baku dan komponen-komponen tertentu, pinjaman dengan suku bunga
murah, dan eksport processing zone atau daerah bebas perdagangan) yang
digunakan dan arah implementasinya. Pola industrialisasi dinegara yang
menerapkan kebijakan substitusi impor dan kebijakan perdagangan luar negeri
yang protektif (seperti Indonesia terutama selama pemerintahan orde baru
hingga krisis yang terjadi) berbeda dengan di negara yang menerapkan
kebijakan promosi ekspor dalam mendukung perkembangan industrinya.

Sumber : Jurnal dan UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I


Institut Agama Islam
Resume Perekonomian Indonesia
IBRAHIMY Genteng
Kelompok 2 : Mohammad Abduh Alkhumaisi, Hilmi Fuadi, Hendika Nanta SS., Bagas Maulana Rohman
Kelas/Jurusan : 5B/Ekonomi Syariah
Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia Dosen Pengampu : Ficky Septialinda, M.M

C. Perkembangan Sektor Industri Manufaktur Nasional


Sesuai sifat alamiah dari prosesnya, industry dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu
industry primer atau hulu yang mengolah output dari sektor pertambangan (bahan mentah)
menjadi bahan baku siap pakai untuk kebutuhan proses produksi pada tahap-tahap
selanjutnya. Dan industry sekunder atau industry manufaktur yang terdiri dari industry
tengah yang membuat barang-barang modal, barang-barang setengah jadi dan alat-alat
produksi, serti industry hilir yang membuat barang-barang konsumen rumah tangga.
Walaupun suatu negara memiliki industry primer yang besar, tetapi lemah dalam
industry sekunder, maka belum dapat dikatakan bahwa tingkat industrialisasi di negara
tersebut sudah tinggi. Di banyak literature mengenai industrialisasi, perhatian lebih banyak
diberikan kepada industry manufaktur.
D. Strategi Pembangunan Sektor Industri
Dalam melaksanakan industrialisasi, ada dua pilihan strategi, yakni strategi
substitusi impor (SI) atau strategi promosi ekspor (PE). Strategi SI sering disebut kebijakan
inwardlooking, yakni strategi yang memfokuskan pada pengembangan industry nasional
yang berorientasi pada pasar domestic. Sedangkan strategi PE sering disebut kebijakan
outward-looking, yakni strategi yang memfokuskan pada pengembangan industri nasional
lebih berorientasi kepasar internasional.
E. Kebijakan Industri Pasca Krisis Ekonomi
Salah satu sektor ekonomi didalam negeri yang sangat terpukul oleh krisis ekonomi
adalah sector industry manufaktur. Akibat depresiasi rupiah yang sangat besar terhadap
dolar AS pada tahun 1998, banyak perusahaan disektor tersebut harus mengurangi volume
produksi atau bahkan menutup usaha mereka karena sangat mahalnya biaya M.
Masuknya IMF ke Indonesia dalam usaha membantu Indonesia untuk keluar dari
krisis tersebut telah membawa suatu perubahan besar didalam kebijakan industrialisasi
didalam negeri. Kebijakan industry baru ini lebih berorientasi ke X dibandingkan sebelum
krisis, walaupun tidak menghilangkan perhatian kepada pembangunan industry-industri
untuk pasar domestic. Industry-industri yang mendapatkan prioritas adalah industry-

Sumber : Jurnal dan UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I


Institut Agama Islam
Resume Perekonomian Indonesia
IBRAHIMY Genteng
Kelompok 2 : Mohammad Abduh Alkhumaisi, Hilmi Fuadi, Hendika Nanta SS., Bagas Maulana Rohman
Kelas/Jurusan : 5B/Ekonomi Syariah
Mata Kuliah : Perekonomian Indonesia Dosen Pengampu : Ficky Septialinda, M.M

industri yang selain pada L juga mempunyai potensi X yang besar berdasarkan keunggulan
komperatif dan mempunyai potensi X yang besar berdasarkan keunggulan komperatif dan
keunggulan kompetitif yang ada.
Dalam kebijakan industry baru ini, perhatian besar juga diberikan kepada
pengembangan industri-industri pendukung yang membuat mesin, peralatan produksi,
input antara bahan baku yang diolah dan komponen. Tujuannya adalah untuk mengurangi
ketergantungan sector industry manufaktur pada khususnya dan ekonomi nasional pada
umumnya terhadap M. Untuk mendukung kebijakan ini, pemerintah telah menerapkan
suatu strategi pengembangan industry nasional dengan pendekatan clustering. Setiap
industry mempunyai keterkaitan produksi ke belakang maupun kedepan yang kuat dengan
industry lain atau/dan sector-sektor ekonomi lainnya.

Sumber : Jurnal dan UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA Y.A.I

Anda mungkin juga menyukai