Anda di halaman 1dari 12

Perekonomian Indonesia-Industri

dan Industrialisasi
Oleh:
Grace Agatha Sitio (18.031.111.031)
Kinanti Siahaan (18.031.111.0
Rini Juwita Sari (18.031.111.0

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DARMA AGUNG
MEDAN
2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan
industri diambil secara langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah,
sehingga menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi masyarakat. Kegiatan
proses produksi dalam industri itu disebut dengan perindustrian.

Dari definisi tersebut, istilah industri sering disebut sebagai kegiatan manufaktur
(manufacturing). Padahal, pengertian industri sangatlah luas, yaitu menyangkut
semua kegiatan manusia dalam bidang ekonomi yang sifatnya produktif dan
komersial. Karena merupakan kegiatan ekonomi yang luas maka jumlah dan
macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau daerah. Pada umumnya,
makin maju tingkat perkembangan perindustrian di suatu negara atau daerah,
makin banyak jumlah dan macam industri, dan makin kompleks pula sifat kegiatan
dan usaha tersebut. Cara penggolongan atau pengklasifikasian industri pun
berbeda-beda. Tetapi pada dasarnya, pengklasifikasian industri didasarkan pada
kriteria yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja, pangsa pasar, modal atau jenis
teknologi yang digunakan. Selain faktor-faktor tersebut, perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi suatu negara juga turut menentukan keanekaragaman
industri negara tersebut, semakin besar dan kompleks kebutuhan masyarakat yang
harus dipenuhi, maka semakin beranekaragam jenis industrinya.

Sedangkan industrialisasi adalah suatu proses perubahan sosial ekonomi yang


mengubah sistem pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri.
Industrialisasi juga bisa diartikan sebagai suatu keadaan dimana masyarakat
berfokus pada ekonomi yang meliputi pekerjaan yang semakin beragam
(spesialisasi), gaji dan penghasilan yang semakin tinggi. Industrialisasi adalah
bagian dari proses modernisasi dimana perubahan sosial dan perkembangan
ekonomi erat hubungannya dengan inovasi teknologi.
Oleh sebab itu maka dalam makalah ini kami  akan membahas tentang bagaimana
sejarah sektor industri di Indonesia,masalah keterbalakangan industrialisasi di
Indonesia,bagaimana kebijakan industrilisasi di Indonesia,dan peranan sektor
industri dalam pembangunan.

1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat di rumuskan beberapa macam


masalah antara lain adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah sektor industri di Indonesia?


2. Apa yang menjadi masalah keterbelakangan industrialisasi di Indonesia?
3. Bagaimana kebijakan industrialisasi?
4. Bagaimana sektor industri dalam pembangunan?
5. Apa yang menjadi dampak industrialisasi Indonesia?

1.3  Tujuan penulisan

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk pemenuhan tugas sistem ekonomi
Indonesia selain itu diharapkan setelah makalah ini diselesaikan,kita dapat:

1. Mengetahui dan memahami bagaiamana sejarah sektor industri di Indonesia.


2. Mengatahui dan memahami masalah keterbelakangan industrialisasi di
Indonesia.
3. Mengetahui dan memahami bagaiamana kebijkan industrialisasi.
4. Mengetahui dan memahami bagaimana sektor industri dalam pembangunan.
5. Mengetahui dan memahami apa yang menjadi dampak dari industrialisasi
Indonesia.

1.4 Kajian Teori

Ada beberapa teori tentang industri atau industrialisasi yang dikemukakan oleh
para ahli, diantaranya adalah :
Menurut Boediono definisi Industrialisasi adalah:

Proses percepatan pertumbuhan produksi barang industri yang dilaksanakan


didalam negri, yang diimbangi dengan pertumbuhan yang serupa di bidang
permintaannya (yang berasal dari dalam negri sendiri maupun luar negri).
Industrialisasi akan terhambat apabila aspek produksinya atau aspek permintaanya
atau keduannya terhambat pertumbuhannya. (Ekonomi Internasional 1990).

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang industri adalah:

Kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah
jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
penggunannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
(Pasal 1 ayat 2).

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pengertian industrialisasi adalah


suatu proses untuk mengelolah bahan-bahan baku konsumsi dan barang-barang
yang olah lebih lanjut dengan memperhatikan aspek produksi dan aspek
permintaan.

Menurut klasifikasi Jean Fourastie, sebuah ekonomi terdiri dari 3 bagian. Bagian
pertama terdiri dari produksi komoditas (pertanian, peternakan, ekploitasi sumber
daya mineral). Bagian kedua proses produksi barang untuk dijual dan bagian ketiga
sebagai industri layanan. Proses Industrialisasi didasarkan pada perluasan bagian
kedua yang kegiatan ekonominya didominasi oleh kegiatan bagian pertama.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Sektor Industri Indonesia

Pada tahun 1920-an industri modern di Indonesia semuanya dimiliki oleh orang
asing, walau jumlahnya hanya sedikit. Indutri kecil yang ada pada masa itu berupa
industri rumah tangga seperti penggilingan padi, pembuatan gula merah (tebu dan
nira), rokok kretek, kerajinan tekstil dan sebagainya tidak terkoordinasi dengan
baik.

Perusahaan modern pada saat hanya ada dua, yaitu pabrik rokok milik British
American Tobaco (BAT) dan perakitan kendaraan bermotor General Motor Car
Assembly. Depresi ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1930an meruntuhkan
perekonomian, megakibatkan menurunnya penerimaan ekspor dari 1.448 gulden
menjadi 505 gulden (1929) yang mengakibatkan pengangguran. Melihat situasi
tersebut pemerintah Hindia Belanda mengubah system dan pola kebijakan ekonomi
dari sektor perkebunan ke sektor industri, dengan memberi kemudahan dalam
pemberian ijin dan fasilitas bagi pendirian industri baru. Berdasarkan Sensus
Industri Pertama (1939), industri yang ada ketika itu mempekerjakan 173 ribu
orang di bidang pengolahan makanan, tekstil dan barang logam, semuanya milik
asing.

Pada masa perang dunia II kondisi industrialisasi cukup baik. Namun setelah
pendudukan Jepang keadaannya terbalik. Disebabkan larangan impor bahan
mentah dan diangkutnya barang kapital ke Jepang dan pemaksaan tenaga kerja
(romusha) sehingga investasi negara asing nihil. Setelah Indonesia merdeka, mulai
dikembangkan sektor industri dan menawarkan investasi walau dalam tahap
percobaan. Tahun 1951, pemerintah meluncurkan RUP (Rencana Urgensi
Perekonomian). Program utamanya menumbuhkan dan mendorong industri kecil
pribumi dan memberlakukan pembatasan industri besar atau modern yang dimiliki
orang Eropa dan Cina. Pada tahun 1957 sektor industri mengalami stagnasi dan
perekonomian mengalami masa teduh, pada tahun 1960-an sektor industri tidak
berkembang. Akibat karena situasi polotik yang bergejolak, juga disebabkan
kurangnya modal dan tenaga ahli yang terampil. Pemberlakuan dua undang-
undang baru, PMA tahun 1967 dan PMDN tahun 1968 ternyata mampu
membangkitkan gairah sektor industri.

Perkembang sektor industri sejak orde baru, atau tepatnya semasa pembangunan
jangka panjang tahap pertama, sangat mengesankan. Hal itu dapat dilihat dari
berbagai ukuran perbandingan seperti jumlah unit usaha atau perusahaan, jumlah
tenaga kerja yang diserap, nilai keluaran (output) yang dihasilkan, sumbangan
dalam perolehan devisa, kontribusi dalam pembentukan pendapatan nasional, serta
tingkat pertumbuhannya.

2.2 Masalah keterbelakangan Industrialisasi di Indonesia

Dari jumlah penduduk Indonesia termasuk negara sedang berkembang terbesar k-3
setelah india dan cina. Namun diluar dari segi industrialisasi, Indonesia dapat
dikatakan baru mulai salah satu indikator dari tingkat industrialisasi adalah
sumbangan sektor industri dalam GDP (groos domestic product). Dari  ukuran ini
sektor industri di Indonesia sangat ketinggalan dibandingkan dari negara-negara
utama di asia. Dua ukuran lain adalah besar nya nilai tambah yang di hasilkan
sektor industri dan nilai tambah perkapita.

Dari segi ukuran mutlak sektor industri di Indonesia masih sangat kecil, bahkan
kalah dengan negara-negara kecil seperti Singapura, Hongkong dan Taiwan.
Secara perkapita nilai tambah sektor industri di Indonesia termasuk yang paling
rendah di asia. Indikator lain tingkat industrialisasi adalah produksi listrik
perkapita dan prosentasi produksi listrik yang digunakan oleh sektor industri. Di
Indonesia produksi listrik perkapita sangat rendah, dan dari tingkat yang rendah ini
hanya sebagian kecil yang di gunakan oleh konsumen industri.

Keadaan sektor industri selama tahun 1950-an dan 1960-an pada umumnya tidak
menggembirakan karena iklim politik pada waktu yang tidak menentu. Kebijakan
perindustrian selama awal tahun 1960-an mencerminkan filsafat proteksionalisme
dan eatisme yang ekstrim, dengan akibat kemacetan produksi. Sehingga produksi
sektor industri praktis tidak berkembang (stagnasi). Selain itu juga disebabkan
karena kelangkaan modal dan tenaga kerja ahli yang memadai.
Perkembangan sektor industri mengalami kemajuan yang cukup mengesankan
pada masa PJP I, hal ini dapat dilihat dari jumlah usaha, tenaga kerja yang di serap,
nilai keluaran yang dihasilkan, sumbangan devisa dan kontribusi pembentukan
PDB, serta pertumbuhannya sampai terjadinya krisis ekonomi di Indonesia.

Faktor-Faktor yang dapat menghambat perkembangan perindustrian adalah:

1. Keterbatasan teknologi

Kurangnya perluasan dan penelitian dalam bidang teknologi menghambat


efektivitas dan kemampuan produksi.

2. Kualitas sumber daya manusia

Terbatasnya tenaga profesional di Indonesia menjadi penghambat untuk


mendapatkan dan mengoperasikan alat alat dengan teknologi terbaru.

3. Keterbatasan dana pemerintah

Terbatasnya dana pengembangan teknologi oleh pemerintah untuk


mengembangkan infrastruktur dalam bidang riset dan teknologi.

Industrialisai di Indonesia mengalami kemunduran mulai dari semenjak krisis


ekonomi terjadi di tahun 1998, hal ini terjadi karna suhu politik yang tidak stabil
pada saat itu. Akan tetapi kemunduran ini bukanlah berarti Indonesia tidak
memiliki modal untuk melakukan investasi pada industri dalam negeri, tetapi
indonesia lebih memfokuskan kepada penyerapan barang hasil produksi industri
dalam negeri. Membuka pasar dalam negeri adalah kunci penting bagi industri
Indonesia untuk bisa bangkit lagi karena saat ini pasar Indonesia dikuasai oleh
produk produk luar.

2.3 Kebijakan Industrialisasi

Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar
rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak.
Istilah ini dapat diterapkan pada pemerintahan, organisasi dan kelompok sektor
swasta, individu. Kebijakan berbeda dengan peraturan dan hukum. Jika hukum
dapat memaksakan atau melarang suatu perilaku (misalnya suatu hokum yang
mengharuskan pembayaran pajak penghasilan), kebijakan hanya menjadi  tindakan
yang paling mungkin memperoleh hasil yang diinginkan.

Kebijakan atau kajian kebijakan dapat pula merujuk pada proses pembuatan
keputusan-keputusan pentingnya organisasi, termasuk identifikasi berbagai
alternatif seperti prioritas program atau pengeluaran, dan pemilihannya
berdasarkan dampaknya. Kebijakan juga dapat diartikan sebagai mekanisme politis
, menejeman , finansial, atau administratif untuk mencapai suatu tujuan eksplisit.

Pemerintahan orde baru melakukan perubahan-perubahan besar dalam kebijakan


perindustrian. Ada tiga aspek kebijakan ekonomi orde baru yang menumbuhkan
iklim lebih baik bagi pertumbuhan sektor industri. Ketiga aspek tersebut adalah:

1. Dirombaknya sistem devisa. Sehingga transaksi luar negeri menjadi lebih


bebas dan lebih sederhana.
2. Dikuranginya fasilitas-fasilitas khusus yang hanya disediakan bagi
perusahaan Negara, dan kebijaksanaan pemerintah untuk mendorong
pertumbuhan sektor swasta bersama-sama dengan sektor BUMN.
3. Diberlakukannya undang-undang penanaman modal asing (PMA).

Dalam implementasinya ada empat argumentasi basis teori yang melandasi suatu
kebijakan industrialisasi, yaitu :

1. Keunggulan komperatif

Negara-negara yang menganut basis teori keunggulan komperatif (comparative


advantage) akan mengembangkan sub sektor atau jenis-jenis industri yang
memiliki keunggulan komparatif baginya.

2. Keterkaitan industrial

Negara-negara yang bertolak dari keterkaitan industrial (industrial linkage) akan


lebih mengutamakan pengembangan bidang-bidang kegiatan atau sektor-sektor
ekonomi lain.
3. Penciptaan kesempatan kerja

Negara yang industrialisasinya dilandasi argumentasi penciptaan lapangan kerja


(employment creator) niscaya akan lebih memprioritaskan pengembangan industri-
industri yang paling banyak tenaga kerja. Jenis industri yang dimajukan bertumpu
pada industri-industri padat karya dan indsutri-industri kecil.

4. Loncatan teknologi

Negara-Negara yang menganut argumentasi loncatan teknologi (teknologi jump)


percaya bahwa industri-industri yang menggunakan tehnologi tinggi (hitech) akan
memberikan nilai tambah yang sangat baik, diiringi dengan kemajuan bagi
teknologi bagi industri-industri dan sektor lain.

2.4 Peranan Sektor Industri Indonesia

Sektor industri merupakan sektor utama dalam perekonomian Indonesia setelah


sektor pertanian. Sektor ini sebagai penyumbang terbesar dalam pembentukan
PDB Indonesia sampai tahun 1999. Bahkan sejak tahun 1991 peran sektor industri
mampu menjadi sektor utama dengan mengalahkan sektor pertanian.

Di Indonesia industri dibagi menjadi empat kelompok, yaitu industri besar, industri
sedang, industri kecil dan industri rumah tangga. Pengelompokan ini didasarkan
pada banyaknya tenaga kerja yang terlibat didalamnya, tanpa memperhatikan
industri yang digunakan.

Perindustrian di Indonesia telah berkembang pesat. Namun perindustrian yang


telah maju tersebut tampaknya malah menjadi malapetaka bagi sektor pertanian.
Dengan semakin banyaknya pabrik yang berdiri di setiap daerah bahkan daerah
pedesaan telah menggusur lahan-lahan pertanian produktif yang jika tetap
digunakan dapat menghasilkan komoditas pertanian yang unggul. Selain itu hujan
asam yang timbul akibat adanya pencemaran dari gas-gas beracun yang tersebar di
udara oleh pabrik-pabrik tersebut dapat merusak tanaman dan tanah sehingga hasil
yang didapat sangat tidak bagus bahkan kurang baik jika dikonsumsi oleh manusia.
2.5 Dampak Industrialisasi Di Indonesia

Pengalaman beberapa negara berkembang khususnya negara-negara yang


gandrung memakai teknologi dalam industri yang ditransfer dari negara-negara
maju (core industry) untuk pembangunan ekonominya seringkali berakibat pada
terjadinya distorsi tujuan. Keadaan ini terjadi karena aspek-aspek dasar dari
manfaat teknologi bukannya dinikmati oleh negara importir, tetapi memakmurkan 
negara pengekpor atau pembuat teknologi. Negara pengadopsi hanya menjadi
konsumen dan ladang pembuangan produk teknologi karena tingginya tingkat
ketergantungan akan suplai berbagai jenis produk teknologi dan industri dari
negara maju Alasan umum yang digunakan oleh negara-negara berkembang dalam
mengadopsi teknologi (iptek) dan industri, searah dengan pemikiran Alfin Toffler
maupun John Naisbitt yang meyebutkan bahwa untuk masuk dalam era globalisasi
dalam ekonomi dan era informasi harus melewati gelombang agraris dan
industrialis. Hal ini didukung oleh itikad pelaku pembangunan di negara-negara
untuk beranjak dari satu tahapan pembangunan ke tahapan pembangunan
berikutnya.

Pada dewasa ini yang menjadi bahan perdebatan adalah bagaimana menyusun
suatu pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Semakin
meningkatnya populasi manusia mengakibatkan tingkat konsumsi produk dan
energi meningkat juga. Permasalahan ini ditambah dengan ketergantungan
penggunaan energi dan bahan baku yang tidak dapat diperbarui. Pada awal
perkembangan pembangunan, industri dibangun sebagai suatu unit proses yang
tersendiri, terpisah dengan industri lain dan lingkungan. Proses industri ini
menghasilkan produk, produk samping dan limbah yang dibuang ke
lingkungan.Adanya sejumlah limbah yang dihasilkan dari proses produksi,
mengharuskan industri menambah investasi untuk memasang unit tambahan untuk
mengolah limbah hasil proses sebelum dibuang ke lingkungan. Pengendalian
pencemaran lingkungan dengan cara pengolahan limbah (pendekatan end of pipe)
menjadi sangat mahal dan tidak dapat menyelesaikan permasalahan ketika jumlah
industri semakin banyak, daya dukung alam semakin terbatas, dan sumber daya
alam semakin menipis.
Persoalannya kemudian, pada era dewasa ini, apapun sektor usaha yang
dibangkitkan oleh sebuah bangsa maupun kota harus mampu siap bersaing pada
tingkat global. Walaupun sebenarnya apa yang disebut dengan globalisasi baru
dapat dikatakan benar-benar hadir dihadapan kita ketika kita tidak lagi dapat
mengatakan adanya produk-produk, teknologi, korporasi, dan industri-industri
nasional. Dan aset utama yang masih tersisa dari suatu bangsa adalah keahlian dan
wawasan rakyatnya, yang pada gilirannya akan mengungkapkan kemampuan suatu
bangsa dalam membangun keunggulan organisasi produksi dan organisasi dunia
kerjanya.

Kasus Indonesia Indonesia memang negara “late corner” dalam proses


industrialisasi di kawasan Pasifik dan dibandingkan beberapa negara di kawasan
ini kemampuan teknologinya juga masih terbelakang. Terlepas dari berbagai
keberhasilan pembangunan yang disumbangkan oleh teknologi dan sektor indusri
di Indonesia, sesungguhnya telah terjadi kemerosotan sumber daya alam dan
peningkatan pencemaran lingkungan, khususnya pada kota-kota yang sedang
berkembang seperti Gresik, Surabaya, Jakarta, bandung Lhoksumawe, Medan, dan
sebagainya.

Berikut ada beberapa dampak positif dari pembangunan industri:

1. Menambah penghasilan penduduk.


2. Menghasilkan aneka barang.
3. Memperluas lapangan pekerjaan.
4. Mengurangi ketergantungan dengan negara lain.
5. Memperbesar kegunaan bahan mentah.
6. Bertambahnya devisa negara.

Dan di bawah ini beberapa dampak negatif dari pembangunan industri:

1. Terjadinya arus urbanisasi.


2. Terjadinya pencemaran lingkungan.
3. Adanya sifat konsumerisme.
4. Lahan pertanian semakin kurang.
5. Cara hidup masyarakat berubah.
6. Limbah industri menyebabkan polusi tanah.
7. Terjadinya peralihan mata pencaharian.
 BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.

Di Indonesia industri masih sangat ketertinggalan dari negara-negara lainnya,


bahkan kalah dengan industri negara yang kecil, padahal d Indonesia potensi untuk
di adakannya perindustrian itu sangat bagus. Namun ada bebarapa faktor yang
mempengaruhinya seperti kurangnya SDM, kurangnya teknologi dan pendanaan
dari pemerintah. Pada saat sekarang ini, industri di Indonesia mengalami kemajuan
banyak industri-industri kecil yang muncul. Akan tetapi, hal ini kurang tepat,
karena menimbulkan beberapa dampak yang tidak baik, karena industri-industri di
Indonesia tidak memperhatikam permasalah lingkungan terutama permasalahan
limbah yang tidak terorganisir secara baik. Meskipun dalam upaya yang dilakukan 
oleh bangsa ini, supaya perindustrian di Indonesia tidak tertinggal telah dibuat
kebijakan tentang perindustrian namun pada kenyataannya kebijakan itu belum
sepenuhnya efektif.

Anda mungkin juga menyukai