Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI SEKTOR INDUSTRI

PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA


(Pendekatan Analisis Input-Output dan Social Accounting Matrix Indonesia
dan Jawa Barat)
JURNAL

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Regional

dengan dosen pengampu:

Dr. Amir Machmud, S.E., M.Si

Oleh:

Desi Ayu Purwanti 1504449

Febby Aulia Siva 1504352

Putri Aqidatul Fadhilah 1504142

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI BISNIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2017
ABSTRAK

Sektor industri merupakan sektor yang berperan penting bagi


perekonomian Indonesia yang pada tahun 1991 selama pembangunan
jangka pendek 1 telah mengalami perubahan struktur perekonomian yang
pada awalnya berbasis sektor pertanian menjadi sektor industri. Di dalam
pelaksanaannya, sektor industri pengolahan memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya yaitu nilai kapitalisasi modal
yang tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja, dan
kemampuan untuk menciptakan nilai tambah dari setiap input atau bahan
dasar yang diolah.
Sektor industri pengolahan di Indonesia di satu pihak memiliki
kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang tertinggi, dan nilai
investasi yang tertanam cukup besar, namun kontribusi tersebut tidak
sebanding dengan daya serap tenaga kerjanya. Sektor industri yang
merupakan penyumbang terbesar PDB hanya mampu menduduki peringkat
ketiga dalam menyerap tenaga kerja setelah sektor pertanian dan sektor
perdagangan.
Berdasarkan masalah dan latar belakang tersebut, maka tujuan dari
penelitian ini adalah: (1) Mendeskripsikan perkembangan sektor industri
pengolahan di Indonesia, (2) Menganalisis peranan dan keterkaitan sektor
industri pengolahan dengan sektor-sektor lainnya di Indonesia, (3)
Menganalisis berapa besar dampak ekonomi yang ditimbulkan oleh sektor
industri pengolahan, ditinjau berdasarkan multiplier terhadap output,
pendapatan, dan tenaga kerja, (4) Menganalisis besarnya dampak yang
ditimbulkan dari investasi sektor industri pengolahan terhadap sektor-sektor
lainnya dalam perekonomian Indonesia.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
yaitu Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2008 klasifikasi 66 sektor yang
diagregasi menjadi 10 sektor dan 17 sektor. Dalam studi ini menggunakan
metode analisis Input-Output (I-O). Pengolahan data dengan menggunakan
bantuan software I-O Analysis for Practitioners dan Microsoft Excell 2007.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kontribusi sektor industri
pengolahan dalam kaitannya dengan pembentukan permintaan total,
permintaan akhir, konsumsi pemerintah, konsumsi rumah tangga, ekspor
netto, nilai tambah bruto, dan pembentukan struktur output sektoral
menempati urutan pertama dibandingkan dengan sektor lainnya. Namun
dalam pembentukan struktur investasi, sektor industri pengolahan
menempati urutan kedua setelah sektor bangunan.
Berdasarkan hasil analisis dampak penyebaran pada Tabel I-O
klasifikas 10 sektor, sektor industri pengolahan memiliki nilai koefisien
penyebaran yang lebih besar dari nilai kepekaan penyebaran. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan lebih mampu meningkatkan
sektor hulunya daripada sektor hilirnya. Subsektor dari industri
pengolahan yang memiliki kemampuan untuk menjadi sektor unggulan
dalam suatu perekonomian adalah sektor industri bambu, kayu dan rotan
serta industri kertas, barang dari kertas, dan karton.
Sesuai dengan hasil analisis multiplier pada Tabel I-O klasifikasi 10
sektor menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan baik untuk tipe I dan
tipe II pada multiplier output menempati urutan keenam, pada multiplier
pendapatan menempati urutan pertama, dan pada multiplier tenaga kerja
menempati urutan ketiga. Sedangkan sesuai dengan hasil analisis multiplier
pada Tabel I-O klasifikasi 17 sektor menunjukkan bahwa sektor industri
makanan, minuman, dan tembakau pada multiplier pendapatan menempati
urutan pertama dibandingkan dengan subsektor dari industri pengolahan
lainnya, dan yang memiliki nilai terbesar dalam meningkatkan multiplier
output adalah sektor industri tekstil, pakaian jadi, kulit dan alas kaki,
sedangkan pada multiplier tenaga kerja tertinggi diduduki oleh sektor
industri kimia, karet, plastik, dan pengilangan minyak.
Berdasarkan nilai keterkaitan dan multiplier sektor industri
pengolahan yang relatif tinggi, maka peningkatan investasi di sektor tersebut
mampu meningkatkan perekonomian Indonesia melalui peningkatan output,
pendapatan dan tenaga kerja. Dengan adanya investasi tersebut mampu
meningkatkan output dan pendapatan dengan persentase yang tertinggi.
Subsektor dari industri pengolahan yang mendapat dampak terbesar dari
adanya penambahan investasi tersebut dari sisi output dan pendapatan
adalah sektor industri kimia, karet, plastik dan pengilangan minyak,
sedangkan dari sisi tenaga kerja adalah sektor industri bambu, kayu, dan
rotan.
Agar pertumbuhan ekonomi di Indonesia memiliki dampak yang
positif, dari hasil penelitian disarankan agar pengambil keputusan dapat
memprioritaskan pengembangan sektor yang memiliki basis yang kuat
untuk memajukan pertumbuhan sektor hulu dan hilirnya yaitu sektor
industri bambu, kayu dan rotan serta sektor industri kertas, barang dari
kertas dan karton.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan suatu daerah yang dapat dilihat melalui nilai PDRB serta
pendapatan perkapita. Kontribusi nilai yang diberikan setiap sektor terhadap
pertumbuhan nilai PDRB di Provinsi Jawa Barat selalu mengalami kenaikan
setiap tahunnya. Hal ini tidak lepas dari peran sektor industri pengolahan
yang memberikan kontribusi tertinggi terhadap perekonomian Provinsi
Jawa Barat yaitu sebesar 32,56%, dengan laju pertumbuhan sebesar 5,91%
pada tahun 2013. Akan tetapi dari peningkatan nilai PDRB Provinsi Jawa
Barat tersebut, masih terjadi perbedaan kontribusi antarsektor terhadap nilai
PDRB Provinsi Jawa Barat yang cenderung mencolok, maka kondisi
tersebut memberikan gambaran bahwa belum adanya keseimbangan
pengaruh antarsektor yang baik pada sektor-sektor ekonomi di Provinsi
Jawa Barat. Kesenjangan yang dimaksud adalah kesenjangan pendapatan,
kesenjangan tenaga kerja pada tiap sektornya yang akan selalu menjadi
masalah jika dibiarkan secara terus menerus.
Penelitian ini bertujuan menganalisis peranan sektor industri
pengolahan dalam perekonomian Provinsi Jawa Barat. Kemudian
menganalisis keterkaitan sektor industri pengolahan dengan sektor-sektor
perekonomian lainnya di Provinsi Jawa Barat, baik bagi penyedia input
maupun sektor-sektor yang menggunakan output dari sektor industri
pengolahan di Provinsi Jawa Barat. Selain itu penelitian ini juga
menganalisis koefisien penyebaran dan kepekaan penyebaran sektor industri
pengolahan di Provinsi Jawa Barat, serta menganalisis pengaruh ekonomi
yang ditimbulkan oleh industri pengolahan berdasarkan efek pengganda
(multiplier) terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja di Provinsi Jawa
Barat. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
pada Tabel Input-Output Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2014 klasifikasi
15 sektor dan untuk pengolahan data dilakukan dengan bantuan program
Microsoft Excel yang merupakan perangkat lunak komputer.

Berdasarkan hasil analisis keterkaitan industri pengolahan


memiliki nilai keterkaitan total ke depan (4,177) yang lebih besar
dibandingkan dengan nilai keterkaitan total ke belakang (2,021), berarti hal
ini menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan memiliki peranan yang
penting dalam memberikan ketersediaan output yang digunakan sebagai
input oleh sektor lain di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan berdasarkan hasil
analisis penyebaran, nilai kepekaan penyebaran industri pengolahan
(2,32459) dan nilai koefisien penyebarannya (1,12458), nilai penyebaran
tersebut lebih besar dari 1 (satu). Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri
pengolahan mampu untuk mendorong pertumbuhan sektor hilirnya serta
mampu menarik pertumbuhan sektor hulunya. Hasil analisis pengganda
(mutiplier), nilai multiplier output sektor industri pengolahan, yaitu sebesar
2,02060. Selanjutnya untuk nilai multiplier pendapatan sektor industri
pengolahan, sebesar 0,28543. Sedangkan hasil nilai multiplier tenaga kerja
industri pengolahan, yaitu sebesar 0,16558. Melihat hasil analisis Tabel
Input-Output Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2016. Maka pemerintah
Provinsi Jawa Barat dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
diharapkan lebih memperhatikan dan meningkatkan usaha pengembangan
industri pengolahan yang lebih terarah dan tepat dalam rangka
meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah. Serta mempertahankan sector
industri pengolahan yang berperan sebagai sektor pemimpin (leading
sector), maksudnya dengan adanya pembangunan industri maka akan
memacu dan mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya, sehingga
pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian Provinsi Jawa Barat
secara keseluruhan.

Kata kunci : Leading Sector, Industri Pengolahan, Analysis Input-Output.


Pendahuluan
Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam
pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional
setiap tahunnya menunjukkan kontribusi yang signifikan disamping sektor
pertanian. Pada beberapa negara yang tergolong maju, peranan sektor Industri lebih
dominan dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor Industri memegang peran
kunci sebagai mesin pembangunan karena sektor Industri memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan sektor lain, hal itu dikarenakan nilai kapitalisasi modal
yang tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, juga
kemampuan menciptakan nilai tambah dari setiap input atau bahan dasar yang
diolah. Pada negara-negara berkembang, peranan sektor Industri juga menunjukkan
kontribusi yang semakin tinggi. Kontribusi yang semakin tinggi dari sektor Industri
menyebabkan perubahan struktur perekonomian negara yang bersangkutan secara
perlahan ataupun cepat dari sektor pertanian ke sektor Industri.
Selama Pembangunan Jangka Panjang 1, struktur perekonomian Indonesia
telah mengalami perubahan dari dominasi sektor pertanian beralih ke sektor
industri, penurunan peran sektor ini terlihat dari menurunnya kontribusi sektor
pertanian terhadap PDB nasional. Sehingga transformasi struktur ekonomi
Indonesia yang semula pertanian tidak dapat dihindarkan, karena kesadaran akan
keterbatasan sektor primer (pertanian) yang selama ini mendominasi perekonomian
indonesia.
Pertumbuhan ekonomi nasional tidak dapat dipisahkan dari peranan sektor
industri pengolahan yang menjadi primadona perekonomian Indonesia. Sejak tahun
1991 sektor industri telah menjadi tulang punggung perekonomian nasional.
Pertumbuhan sektor industri pengolahan dari tahun ke tahun selalu positif, dan
meningkatnya permintaan akan produk barang jadi atau setengah jadi baik domestik
maupun internasional telah mendorong peranan sektor industri pengolahan menjadi
peringkat pertama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) sejak tahun
1991.
Tabel 1.1. PDB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Konstan 2000, Tahun 2007-2011

Tahu
Lapangan 2007 2008 2009 2010 2011
n
Usaha (Triliun
271,5 (Triliun
284,6 (Triliun
295,9 (Triliun
304,7 (Triliun
313,7
1.Pertanian
Rupiah)
(13,82% Rupiah)
(13,67% Rupiah)
(13,58% Rupiah)
(13,17% Rupiah)
(12,74%
2.Pertamban 171, 172, 180, 186, 189,
gan dan ) ) ) ) )
3.Industr 2 4 2 6 2
538,0 557,7 570,1 597,1 634,2
Penggalian (8,72 (8,28 (8,27 (8,06 (7,68
ii (27,39% (26,79% (26,16% (25,81% (25,75%
4.Listrik, Gas 13,5 14,9 17,1 18,1 18,9
Pengolah %) %) %) %) %)
dan Air Bersih ) ) ) ) )
(0,69% (0,72% (0,78% (0,78% (0,77%
5.Konstruksi
an 121, 130, 140, 150, 160,
) ) ) ) )
8 9 3 0 1
6.Perdagangan,
(6,20
340,4 (6,29
363,8 (6,44
368,5 (6,48
400,5 (6,50
437,2
Hotel dan
7.Pengangkut %)
(17,33% %)
(17,47% %)
(16,91% %)
(17,31% %)
(17,75%
Restoran 142, 165, 192, 218, 241,
an dan ) 3 ) 9 ) 2 ) 0 ) 3
8.Lembaga
Komunikasi (7,25 (7,97 (8,82 (9,42 (9,80
183, 198, 209, 221, 236,
keuangan dan
%)6 %)7 %)2 %)0 %)1
9.Jasa-jasa
Jasa 181, 193, 205, 217, 232,
(9,35
7
1.964, (9,55
0
2.082, (9,60
8
2.178, (9,55
8
2.313, (9,59
5
2.463,
Total
%)
3(9,25 %)
3(9,27 %)
9(9,44 %)
8(9,41 %)
2(9,44
Sumber: BPS, 2012.
%)
(100% %) %) %) %)
Berdasarkan Tabel 1.1 sektor(100% (100%
industri pengolahan (100%
merupakan (100%
komponen
)
utama dalam pembangunan )
ekonomi )
di Indonesia. ) ekonomi ) yang
Sektor
menunjukkan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 terbesar pada tahun
2007 hingga tahun 2011 secara berturut-turut adalah sektor industri pengolahan
yang pada tahun 2007 mencapai Rp 538,0 triliun dengan kontribusi sebesar 27,39
persen dari total PDB, tahun 2008 mencapai nilai Rp 557,7 triliun dengan kontribusi
sebesar 26,79 persen, tahun 2009 mencapai Rp 570,1 triliun dengan kontribusi
sebesar 26,16 persen dari total PDB, tahun 2010 mencapai Rp 597,1 triliun dengan
kontribusi sebesar 25,81 persen dan pada tahun 2011 PDB sektor industri
pengolahan mempunyai nilai sebesar Rp 634,2 triliun yang mempunyai kontribusi
sebesar 25,75 persen dari total PDB. Perkembangan tersebut menunjukkan bahwa
sektor industri pengolahan mampu menjadi penyumbang nilai tambah yang
dominan dan telah tumbuh pesat melampaui laju pertumbuhan sektor pertanian dan
sektor-sektor yang lainnya.Pembangunan sektor industri pengolahan secara
bertahap telah berhasil membawa perubahan dalam struktur perekonomian
nasional, selain memberikan sumbangan yang besar terhadap PDB, sektor ini juga
berperan dalam peningkatan penyerapan tenaga kerja. Perekonomian Jawa Barat
telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan selama beberapa tahun
terakhir. Perkembangan perekonomian provinsi Jawa Barat bisa dilihat melalui
kontribusi tiap sektor perekonomian terhadap PDRB. Kontribusi terbesar dan
sangat dominan untuk sektor ekonomi di provinsi Jawa Barat adalah sektor Industri
dan Pengolahan selama periode tahun 2010 dan 2014. Sektor kedua yang
mempunyai pertumbuhan tinggi adalah sektor Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor selama periode tahun 2010 dan 2014. Pada
rentang tahun 2010 sampai dengan tahun 2014, sektor Industri dan Pengolahan
memberikan kontribusi yang fluktuatif, yaitu pada tahun 2010 sebesar
403.571.246,6; pada tahun 2011 sebesar 426.184.947,5; pada tahun 2012 sebesar
445.675276,6; pada tahun 2013 sebesar 477.714.072,3; pada tahun 2014 sebesar
502.124.367,8.
Kontribusi Tiap Sektor terhadap PDRB Provinsi
Jawa Barat Tahun 2012
500000000
450000000 445,675,276.6
400000000
350000000
300000000
250000000
200000000
150000000 168,938,936.0
100000000 88,409,460.0 81,197,699.6
50000000 27,213,582.3 45,721,399.3
28,094,004.5
24,806,717.8
23,437,318.8 23,901,327.9
23,608,192.7
0 5,571,250.1
794,326.7 11,916,840.6
6,303,721.1
3,957,451.8
Kontribusi Tiap Sektor terhadap PDRB Provinsi
Jawa Barat Tahun 2013
600000000
500000000 477,714,072.3
400000000
300000000
200000000 177,747,518.2
100000000 92,312,128.4 87,818,637.1
26,872,467.2 47,965,848.6
30,651,836.8
26,455,239.9
25,985,297.7 25,715,274.3
23,568,018.4
12,561,546.520,347,857.0
0 6,037,729.5
845,969.6 6,720,170.3
4,265,893.3
Berdasarkan gambaran di atas, sektor industri pengolahan mempunyai

Kontribusi Tiap Sektor terhadap PDRB Provinsi


Jawa Barat Tahun 2014
600000000
500000000 502,124,367.8
400000000
300000000
200000000 183,626,109.0
100000000 92,747,166.2 92,603,491.6
27,293,420.3 51,561,864.7
36,005,412.4
27,545,028.8
27,546,333.2 29,424,905.7
23,676,877.0
22,137,540.0
0 6,297,101.6
896,263.8 13,121,319.4 7,780,534.3
4,561,081.0

peranan yang sangat besar dalam pembangunan ekonomi di provinsi Jawa Barat.
Semua aktivitas pada sektor industri akan memberikan efek pengganda pada semua
kegiatan ekonomi lainnya, sehingga diharapkan perekonomian akan meningkat
secara simultan. Adanya keterkaitan pada sektor industri sendiri yang terjadi pada
berbagai sub sektor industri memberikan peranan yang penting akan perkembangan
sektor industri di provinsi Jawa Barat. Hal ini akan memberikan gambaran pada kita
tentang struktur industri di provinsi Jawa Barat.

Tinjauan Pustaka

Metode Penelitian

Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder berupa Tabel
Input-Output dan Social Accounting Matrix Indonesia dan Jawa Barat tahun
2010- 2014 yang diklasifikasikan menjadi 10 sektor dan 17 sektor. Dasar
pengagregasian tersebut adalah untuk melihat keterkaitan yang erat antar sektor
dan subsektor tertentu. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik, dan
selain tabel Input- Output dan tabel spekulasi Social Accounting Matrix,
digunakan juga data pendukung lainnya seperti studi kepustakaan dan literatur
lain, media cetak, dan media internet. Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan bantuan software program I-O Analysis for Practitioners version
1.0.1 dan Microsoft Excel 2013. Data sekunder yang diambil merupakan data
Input-Output Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2014. Tabel input output disajikan
dalam bentuk matriks yang diklasifikasikan menjadi 19x19 sektor kemudian
diagregasi menjadi 9x9 sektor perekonomian.

Metode Analisis Model Input-Output


Dalam suatu tabel input-output terdiri empat kuadran yaitu kuadran I,
kuadran II, kuadran III dan kuadran IV. Kuadran I yaitu terdiri dari transaksi
antarsektor, arus barang atau jasa yang dihasilkan oleh suatu sektor untuk
digunakan oleh sektor lainnya. Kuadran II yaitu terdiri atas parmintaan akhir,
barang dan jasa oleh masyarakat untuk dikonsumsi atau investasi. Kuadran III
yaitu input primer, dimana terdapat semua daya dan dana yang diperlukan untuk
menghasilkan produk yang berada diluar kategori input antara. Hasil yang
menunjukkan adanya penggunaan input primer atau nilai tambah, dari jumlah
keseluruhannya akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Sedangkan kuadran IV menunjukkan balas jasa yang telah diterima input primer
dan didistribusikan pada permintaan akhir. Pada umumnya untuk kuadran IV
tidak dibutuhkan dalam analisis I-O (Tarigan, 2010:105-106). Dalam matrik
kuadran I bersifat endogen, sedangkan pada kuadran II, III dan IV bersifat
eksogen yang dapat dijadikan sebagai gambaran umum. Hal ini dapat dilihat dari
Tabel 3.1
Tabel 3.1
Kerangka Dasar Tabel Input-Output

Alokasi Total Penyediaan


Sumber PermintaanOutput
Antara Permintaa
a. Input Sektor Produksi n Akhir
Kuadran Jumlah
Antara Kuadran II Impor Output
Sektor 1 X .. X1 I ... X1m F1 M1 X1
Sektor 2 X .. X2 ... X2m F2 M2 X2
1l . j
2l . j
Sektor i X .. Xij ... Xim Fi Mi Xi
... ...
il ... ... ... ... ... ... ...
Sektor n X .. Xn ... Xnm Fn Mn Xn
.
nl . Kuadran
j
b. Input V .. Vj III ... Vm
Primer
Jumlah l ...
X Xj ... Xm Kuadran IV
Input : Tarigan,
Sumber l . 2010:105

Dalam kuadran I memiliki sifat ganda jika dilihat secara baris. Secara
keseluruhan untuk kuadran I dapat dirumuskan dalam suatu persamaan sebagai
berikut:
Xij+Fi = Xi + Mi, untuk i dari 1 s.d. n

Sedangkan jika dilihat secara kolom akan terlihat input yang terdiri dari
input primer dan input antara yang dibutuhkan sektor agar menghasilkan
output. Dapat dirumuskan persamaan sebagai berikut:
Xij +Vj = Xj, untuk j dari 1 s.d. M

Untuk hasil Kuadran II yaitu kuadran permintaan akhir terdiri dari


variabel pengeluaran konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, modal
dan perubahan stok modal serta ekspor. Sedangkan pada Kuadran III
merupakan kuadran input primer yang terdiri dari variabel upah/gaji, surplus
usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung (Daryanto dan Hafizrianda,
2010:6-10).
Matriks Koefisien Input merupakan suatu matriks yang mencatumkan
koefisien input tanpa memasukkan input primer dengan rumus:
aij=X ij/ X j

dimana:

aij= Koefisien input sektor j dari sektor i, Xij =


Penggunaan input sektor j dari sektor i,
Xj= Output sektor j.
Xij = Penggunaan input sektor j dari sektor i,

Anda mungkin juga menyukai