Anda di halaman 1dari 26

SKRIPSI

ANALISIS SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA


SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA
(2000-2020)

DOSEN PEMBIMBING :
ROSMELI, S.E., M.E.

DIBUAT OLEH KELOMPOK 7 :


REISHA DWINTA PUTRI S. (C1A019014)
SALMA IHSANI RAHMI (C1A019143)
FEBRY ESTIANTARI (C1A019153)

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Skripsi “ANALISIS
SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR
PERTANIAN DI INDONESIA (2000-2020)” dapat diselsaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masi jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis teah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karenanya, penulis dengan senang hati menerima masukan dari setiap pihak agar skripsi
ini semakin baik kedepannya.

Jambi, 10 Maret 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Sasaran pembangunan nasional adalah menciptakan pemerataan pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi adalah salah satu tolak ukur untuk
menunjukkan adanya pembangunan ekonomi suatu daerah, dengan kata lain pertumbuhan
ekonomi dapat memperlihatkan adanya pembangunan ekonomi (Sukirno; 2004). Todaro
(2000) menyatakan bahwa pembangunan bukanlah sekedar pembangunan ekonomi
namun sebagai proses pembangunan harus mampu membawa umat manusia melampaui
pengutamaan materi dan aspek-aspek keuangan dari kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian, pembangunan yang baik harus mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang
semakin luas dan beragam, seiring dengan peningkatan pertumbuhan angkatan kerja.
Peningkatan masyarakatpun akan terlihat dari peningkatan pendapatan perkapita serta
distribusi pendapatan yang merata
Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang
melimpah. Kekayaan atas sumber daya tersebut terdiri dari sumber daya air, sumber daya
lahan, sumber daya hutan, sumber daya laut, maupun keanekaragaman hayati yang
terkandung didalamnya dan tersebar secara luas pada setiap pulau-pulau di Indonesia.
Kekayaan alam yang dimiliki tersebut dapat menjadi modal bagi pelaksanaan
pembangunan ekonomi bagi Indonesia. Sumber Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia
tersebut dapat dioptimalkan salah satunya melalui sector pertanian.
Sektor pertanian merupakan sector yang mendapat perhatian cukup besar dari
pemerintah dikarenakan peranannnya yang penting dalam rangka pembangunan ekonomi
jangka panjang maupun dalam rangka pemulihan ekonomi bangsa. Peranan sector
pertanian adalah sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pokok sandang dan
memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang tinggi, memberikan devisa
bagi negara dan. Sector pertanian juga dapat menjadi basis dalam mengembangkan
kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian yaitu
agribisnis dan agroindustry. Dengan pertumbuhan yang terus positif seacara konsisten,
sector pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam  perekonomian
nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang  dominan, baik secara langsung
maupun secara tidak langsung dalam  pencapaian tujuan pembangunan perekonomian
nasional. Kontribusi  dominan sektor pertanian khususnya dalam pemantapan ketahanan 
pangan, pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, dan  pemerataan
pendapatan. Adapun sektor pertanian memiliki multifungsi  yang mencakup aspek
produksi serta menjaga kelestarian lingkungan  hidup. Untuk itu lahan pertanian dapat
diwujudkan jika sektor pertanian  dengan nilai multifungsinya dapat memberikan manfaat
bagi peningkatan penyerapan tenaga kerja yang berujung pada   kesejateraan petani dan
pengentasan tingkat kemiskinan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) kontribusi sektor pertanian terhadap
pembentukan PDB total pada tahun 2000 sebesar 16,5% dan pada tahun 2013 sebesar
14,43%, BPS mencatat pada periode 2000-2013, kontribusi di sektor pertanian terhadap
PDB atas dasar harga berlaku menurun dari 16,5% menjadi 14,43%. Meski kontribusinya
menurun namun jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian masih tinggi yakni
38,07 juta orang. Penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian menempati urutan kedua
terbesar di Indonesia yakni sebesar 34,6% dari total tenaga kerja di Indonesia. Sektor
pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, hal ini
dikarenakan sektor pertanian berfungsi sebagai basis atau landasan pembangunan
ekonomi
Salah satu indiktor penting yang dapat digunakan untuk mengukur  keberhasilan
pembangunan ekonomi suatu negara adalah Produk  Domestik Bruto (PDB). PDB
mencerminkan keberhasilan  setiap sector ekonomi dalam aktifitas produksi. Sektor
pertanian sebagai salah satu sektor penyumbang terbesar  dalam Produk Domestik
regional Bruto (PDRB) masih diharapkan akan  dapat mendorong perkembangan kegiatan
perekonomian Indonesia. Hal  tersebut tergambar dari sumbangan atau kontribusi sektor
pertanian pada pembangunan ekonomi yang cukup besar terutama dalam hal penyediaan 
surplus pangan pada penduduk yang semakin meningkat, penyediaan  akan bahan baku
industri, tambahan penghasilan devisa dari ekspor  produk pertanian, peningkatan
pendapatan daerah dalam memperbaiki  kesejahteraan rakyat. Dalam konteks PDB sektor
pertanian, keberhasilan peningkatan produksi hasil pertanian jelas  akan memberikan
pengaruh terhadap peningkatan PDB secara total  yang juga akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi, yang pada  akhirnya berpengaruh pula pada tingkat kemiskinan
dan tingkat pengangguran atau penyerapan tenaga kerja di Indonesia.
Hal ini didukung penelitian oleh Dewi, Rezky Fatma, Purwaka Hari Prihanto, dan
Jaya Kusuma Edy (2016) yang meneliti tentang Analisis penyerapan tenaga kerja pada
sector pertanian di Kabupaten TANJABBAR, hasil penelitian menyatakan variable
pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja sector pertanian, ini berarti bila terjadi kenaikan pada
pertumbuhan PDRB sector pertanian akan diikuti dengan kenaikan penyerapan tenaga
kerja sector pertanian. Potensi luas lahan dan upah minimum provinsi juga memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sector pertanian, sedangkan
Investasi tidak signifikan atau secara individual tidak berpengaruh terhadap penyerapan
tenaga kerja sector pertanian.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik mengajukan skripsi berjudul
“ANALISIS SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA
KERJA SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA (2000-2020)”

1.2. TUJUAN PENELITIAN


Untuk mengetahui pengaruh sector pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja sector
pertanian di Indonesia (2000-2020).
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. TEORI

2.1.1 Sektor Pertanian

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk
mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk
dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop
cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula
berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan,
seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan
atau eksploitasi hutan. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis
dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. (Yahya, 2016)

Sektor pertanian merupakan sektor ekonomi yang utama di negara-negara


berkembang. Peranan atau kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan
ekonomi suatu Negara menduduki posisi yang vital sekali. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor dimana sektor pertanian merupakan sumber persediaan
bahan makanan dan bahan mentah yang dibutuhkan oleh suatu Negara. Sektor
pertanian merupakan basis dari hubungan-hubungan pasar yang penting dapat
menciptakan spread-effect dalam proses pembangunan. Sektor ini dapat pula
menciptakan forward dan backward linkage yang bila disertai dengan kondisi-
kondisi yang tepat dapat memberikan sumbangan yang besar untuk pembangunan. (Naufal
Imam, 2017)

Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan


pembangunan nasional. Beberapa hal yang mendasari pembangunan pertanian di Indonesia
mempunyai peranan penting, antara lain; potensi sumber daya alam yang besar dan beragam,
pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor
nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini,
perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan.
(Yahya, 2016)
2.1.2 PDB Sektor Pertanian
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam
suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga
berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDB atas dasar
harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan
nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada
satu tahun tertentu sebagai dasar. PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk
melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui
pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.(Azis et al., 2020)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produk domestik bruto (PDB)
lapangan usaha pertanian atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp2,25 kuadriliun
sepanjang 2021. Nilai tersebut berkontribusi sebesar 13,28% terhadap PDB nasional.
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional pada tahun 2021 tercatat turun 0,42
persen poin dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 13,7%. Jika dibandingkan dengan
posisi 2010, kontribusi sektor pertanian juga menyusut sebesar 0,65 persen poin. Jika diukur
menurut PDB atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, sektor pertanian sepanjang tahun 2021
hanya tumbuh 1,84% dibanding tahun sebelumnya. Meskipun lebih tinggi dibanding capaian
pada 2020, pertumbuhan sektor pertanian pada 2021 masih lebih rendah dibandingkan
dengan sebelum adanya pandemi Covid-19, di mana pertumbuhannya selalu di atas 3%.

2.1.3 Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja adalah diterimanya para pelaku tenaga kerja untuk
melakukan tigas sebagimana mestinya atau adanya suatu keadaan yang menggambarkan
tersedianya pekerja atau lapangan pekerjaa untuk diisi oleh pencari kerja. Secara sederhana
penyerapan tenaga kerja berarti jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sector
perekonomian.(Sulistiawati et al., 2015)
2.1.4 Upah Minimum Nasional

Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang ditetapkan setiap tahun sebagai
jaring pengaman di suatu wilayah. Penetapannya selalu ditunggu karena aturan melarang
pengusaha membayar upah pekerjanya lebih rendah dari Upah Minimum. Kebijakan upah
minimum merupakan sistem pengupahan yang telah banyak diterapkan di beberapa negara,
yang pada dasarnya bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, upah minimum merupakan
alat proteksi bagi pekerja untuk mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak
menurun dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kedua, sebagai alat proteksi bagi
perusahaan untuk mempertahankan produktivitas pekerja (Simanjuntak, 1992 dalam Gianie,
2009:1). Di Indonesia, pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum. (Sulistiawati et al.,
2015)

Perbedaan pandangan mengenai besaran upah menyebabkan sering terjadi


perselisihan antara pemberi kerja dan tenaga kerja. Untuk mengantisipasi hal tersebut,
pemerintah harus dapat menetapkan system pengupahan yang harus berlaku secara nasional.
Harapannya, system nasional ini akan menjadi suatu patokan atau tolok kur untuk
menentukan standar besaran upah minimum. Dengan adanya sistem pengupahan nasional
yang disesuaikan dengan kondisi wilayah provinsi dan kab/kota, diharapkan dapat
memberikan pengaruh yang sangat signifikan untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga
kerja. (Arrista Trimaya, 2014)

2.1.5 Investasi Penanaman Modal Dalam Negri

Menurut UU Penanaman Modal No.25 Tahun2007, penanaman modal dalam negeri


adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal
dalam negeri.(Akuntansi et al., 2020)

Teori pertumbuhan ekonomi yang dikembangkan oleh kaum Neo-Klasik menekankan


peranan modal yang dimiliki suatu negara. Modal yang bersumber dari dalam negeri maupun
luar negeri akan membantu perekonomian suatu negara. Investasi dalam negeri atau yang
juga dikenal dengan nama Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dianggap mampu
mendorong perekonomian suatu negara berkembang dengan sangat baik, dimana jika
investasi yang terjadi di dalam negeri mengalami peningkatan maka akan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi.

2.2 PENELITIAN SEBELUMNYA

Ufira Isbah, dan Rita Yani Iyan (2016) yang meneliti tentang Analisis Peran Sektor
Pertanian dalam Perekonomian dan Kesempatan Kerja Di Provinsi Riau. Hasil penelitian
menunjukan Sektor pertanian mempunyai peranan yang signifikan dalam meningkatkan nilai
PDRB Provinsi Riau, dimana kenaikan 1 juta rupiah nilai sektor pertanian menyebabkan nilai
total PDRB meningkat sebesar 3,096264 juta rupiah. Nilai elastisitas peranan sektor pertanian
bersifat inelastis yaitu sebesar 0,97. Peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja
bersifat signifikan, yaitu kenaikan 1 point PDRB sektor pertanian menyebabkan jumlah total
penyerapan tenaga kerja (jumlah orang bekerja) di propinsi Riau meningkat sebesar
0,009646. Elastisitas kesempatan kerja sektor pertanian di Provinsi Riau adalah 0,4, memberi
arti untuk sektor pertanian berpengaruh dalam meningkatkan kerja meskipun bersifat
inelastis. Dengan demikiassn sektor pertanian masih mempunyai pengaruh walaupun
permintaan terhadap komoditi pertanian tereduksi oleh arus globalisasi

Abdullah Shodikin, Teuku Zulham (2018) yang meneliti tentang Pengaruh


pembangunan pertanian terhdapa kesempatan kerja di sector pertanian dan kemiskinan di
Provinsi Aceh. Hasil penelitian menunjukan dalam jangka panjang pembangunan pertanian
berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja di sektor pertanian di Provinsi Aceh. Hasil
koefisien yang diperoleh memberikan makna bahwa setiap terjadi peningkatan pembangunan
pertanian sebesar 1 persen maka terjadi penurunan kesempatan kerja di sektor pertanian
sebesar 0,11 persen. Pembangunan pertanian berpengaruh terhadap kesempatan kerja di
sektor pertanian dengan tingkat α=10%. Dalam jangka pendek pembangunan pertanian juga
berpengaruh negatif terhadap kesempatan kerja di sektor pertanian di Provinsi Aceh dengan
tingkat α=10%. Koefisien pembangunan pertanian menunjukkan setiap terjadi peningkatan
sebesar 1 persen maka terjadi penurunan kesempatan kerja di sektor pertanian sebesar 0,48
persen. Dalam jangka panjang pembangunan pertanian berpengaruh terhadap kemiskinan di
Provinsi Aceh dengan tingkat α=10%. Koefisien pembangunan pertanian menunjukkan bila
terjadi peningkatan sebesar 1 persen maka terjadi penurunan kemiskinan sebesar 0,28 persen.
Dalam jangka pendek pembangunan pertanian juga memiliki pengaruh yang negatif terhadap
kemiskinan di Provinsi Aceh dengan tingkat α=10%. Koefisien pembangunan pertanian
menunjukkan bahwa setiap peningkatan 1 persen pembangunan pertanian maka terjadi
penurunan kemiskinan sebesar 0,21 persen.

Muhammad Luthfi Khoiruddin, Darsano, Setyowati (2017) yang meneliti tentang


Peran Sektor Pertanian Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Distribusi Pendapatan di
Kabupaten Klaten. Hasil penelitian menunjukan sektor pertanian di Kabupaten Klaten
memiliki peranan yang besar dalam penyerapan tenaga kerja pada tahun 2011-2015. Rata-rata
angka pengganda yang dihasilkan sebesar 1,25 yang berarti setiap peningkatan kesempatan
kerja di sektor pertanian sebesar 1 orang dapat meningkatkan tenaga kerja pada sektor lain
secara keseluruhan sebanyak 1-2 orang. Pertumbuhan kesempatan kerja di sektor pertanian
Kabupaten Klaten selama tahun 2011- 2015 termasuk positif. Pertumbuhan yang positif ini
menjadikan sektor ini termasuk kelompok progresif dan cepat berkembang. Berdasarkan hasil
proyeksi, dengan mengunakan asumsi elastisitas kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi
tetap, pada tahun 2020 sektor pertanian Kabupaten Klaten diperkirakan menyerap tenaga
kerja sejumlah 327.939 orang atau terjadi peningkatan sejumlah 193.044 orang dengan rata-
rata peningkatan tiap tahunnya sejumlah 38.609 orang. Hasil penghitungan distribusi
pendapatan menggunakan rumus Indeks Williamson menunjukkan bahwa nilai Vw dengan
sektor pertanian sebesar 0,036 sedangkan jika tanpa sektor pertanian sebesar 0,032.
Berdasarkan kriteria Indeks Williamson maka angka ketimpangan yang ada di Kabupaten
Klaten berada pada angka 0,0-0,2 yang artinya ketidakmerataan pendapatan di Kabupaten
Klaten rendah atau pendapatan telah terdistribusi secara merata. Hasil penghitungan ini
menunjukkan bahwa hampir tidak terdapat perbedaan nilai Vw dan sektor pertanian tidak
berpengaruh terhadap distribusi pendapatan di Kabupaten Klaten.

Wahyu Dyah Listaningsih (2017) yang meneliti tentang Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian Di Provinsi Jawa Tengah. Hasil
penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan antara upah minimum
kabupaten/kota dengan adanya penyerapan tenaga kerja sektor pertanian di Provinsi Jawa
Tengah. Semakin tinggi upah minimum akan memicu kenaikan penyerapan tenaga kerja pada
sektor pertanian ini, sebab juga sudah jarang masyarakat yang enggan bekerja di sektor
pertanian, jika upah minimum kabupaten/kota yang tinggi maka akan menyerap tenaga kerja
yang lebih banyak.

Rezky Fatma Dewi; Purwaka Hari prihanto; Jaya Kusuma Edy (2016) yang meneliti
tentang Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kab. Tanjung Jabung Barat.
Hasil penelitian menunjukan perkembangan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat kurun waktu 2000-2013 mengalami kecenderungan jumlah
yang berubah-ubah. Dengan rata-rata penyerapan tenaga kerja sektor pertanian selama kurun
waktu 14 tahun terakhir yaitu sebesar 8,06 persen. Rata-rata kontribusi sektor pertanian
terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian adalah sebesar 62,48 persen. Ini
menjelaskan bahwa kontribusi yang di berikan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga
kerja sektor pertanian sangat besar, lebih dari ½ dari total keseluruhan penyerapan tenaga
kerja di 9 sektor perekonomian. Variabel Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian, Ini berarti bila
terjadi kenaikan pada pertumbuhan PDRB sektor pertanian akan diikuti dengan kenaikan
penyerapan tenaga kerja sektor pertanian. Potensi Luas Lahan dan Upah Minimum Provinsi
juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian,
sedangkan variabel Investasi tidak signifikan atau secara individual tidak berpengaruh
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian.

Jui Rompas, Deisy Engka, dan Krest Tolosang (2015) yang meneliti tentang Potensi
sector pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Penyerapan Tenaga KErja di Kab. Minahasa
Selatan. Hasil penelitian menunjukan perhitungan yang telah dilaksanakan yaitu dengan
Analisis Potensi Sub Sektor Pertanian Kabupaten Minahasa Selatan dan pengaruh sektor
pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja. Dengan menggunakan metode Location Quotient
(LQ), Shift Share(SS) dan analisis regresi sederhana di Kabupaten Minahasa Selatan dengan
menggunakan kurun waktu PDRB tahun 2004–2013 sehingga diambil kesimpulan sebagai
berikut: Menurut hasil perhitungan Location Quotient (LQ) sub sektor yang merupakan basis
pada Kabupaten Minahasa adalah sub sektor perkebunan dan sub sektor tanaman bahan
makanan. Sub sektor yang menjadi basis berarti menjadi acuan untuk pengembangan
pertumbuhan perekonomian daerah. Dengan begitu maka diharapkan sub sektor tersebut juga
dapat di ekspor keluar daerah agar perekonomian Kabupaten Minahasa Selatan dapat maju
dan semakin dikenal masyarakat lain ; Berdasarkan perhitungan Shift Share (SS) Sub Sektor
Pertanian Kabupaten Minahasa Selatan telah memberikan dampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara walaupun sub – sub sektor pertanian belum
memiliki keunggulan yang kompetitif namun peningkatan PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto) pada sub – sub sektor pertanian ternyata mengalami kenaikan jumlah absolut yang
artinya mempunyai keunggulan dalam kinerja perekonomian daerah ; penyerapan tenaga
kerja di Kabupaten Minahasa Selatan dengan menggunakan analisis regresi sederhana maka
dapat disimpulkan berdasarkan hasil analisis tersebut sektor pertanian mempunyai hubungan
positif dengan korelasi cenderung kurang terhadap penyerapan tenaga kerja, hal tersebut juga
akan mempengaruhi tingkat pengangguran di Minahasa Selatan .

2.3. KERANGKA BERPIKIR

Berdasarkan teori diatas maka dapat digambarkan kerangka dari penelitian, yaitu
sebagai berikut :

PDB Sektor Pertanian Upah Minimum Nasional Investasi PMDN

Sektor Pertanian

Penyerapan Tenaga Kerja


Gambar 1. Kerangka berpikir

Penelitian ini menggunakan dua variabel penelitan yaitu variabel,

Dependen dan Independent, variabel dependet ialah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lain. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitan ini adalah penyerapan
tenaga kerja di Indonesia (Y). Variabel independent yaitu variabel bebas dan tidak
tepengaruh oleh veriabel lain. Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu PDB sector pertanian (X1), upah minimum nasional (X2) dan Investasi PMDN (X3).

2.4. HIPOTESIS

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan tersebut. Kajian ini akan
membahas kebenaran yang masih harus diuji. Berdasarkan kerangka kerja yang dijelaskan
pada Gambar 1, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitan ini adalah sebagai berikut :

 Diduga bahwa variabel Laju Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian berpengaruh Positif
dan signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Indonesia.
 Diduga bahwa variabel Upah Minimum Provinsi juga memiliki pengaruh signifikan
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Indonesia.
 Diduga bahwa variabel Investasi PMDN signifikan berpengaruh terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja Sektor Pertanian.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 JENIS DAN SUMBER DATA


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time
series) mulai tahun 2000 sampai 2020 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik dan sumber
lain yang linier. Data tersebut meliputi :
1. Data PBD Sektor Pertanian di Indonesia tahun 2000-2020
Sumber :
https://www.bps.go.id/indicator/11/8/5/pdb-menurut-lapangan-usaha.html
https://www.bps.go.id/indicator/11/65/8/-seri-2010-pdb-seri-2010.html
2. Data Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Indonesia tahun 2000-2020
Sumber :
https://www.bps.go.id/statictable/2009/04/16/970/penduduk-15-tahun-ke-atas-
yang-bekerja-menurut-lapangan-pekerjaan-utama-1986---2018.html
3. Data Upah Minimum Nasional di Indonesia tahun 2000-2020
Sumber :
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/917
https://www.bps.go.id/indicator/19/220/1/upah-minimum-regional-propinsi.html
4. Data Investasi PMDN di Indonesia tahun 2000-2020
Sumber :
https://nswi.bkpm.go.id/data_statistik

3.2 METODE PENGUMPULAN DATA


Karena data yang digunakan yang digunakan peneliti inimerupakan data sekunder,
maka metode pengembalian data adalahdengan cara mengumpulkan langsung data – data
yang telah diolah dan disediakan oleh instansi terkait.

3.3 METODE ANALISIS


Metode penelitian ini menggunakan dua metode analisis yaitu analis deskriptif dan
analisis kuatitatif.
3.3.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis data yang dilakukan dengan cara
mendeskripsikan atau mendeskripsikan data yang telah dikumpulkan, dan tidak dimaksudkan
untuk membuat kesimpulan atau generalisasi secara umum (Sugiyono, 2016). Analisis
deskriptif ini digunakan untuk menafsirkan atau membaca hasil penelitian dan data untuk
memberikan deskripsi, yang mana akan menggunakan teori terkait untuk menganalis masalah
ini.(PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian, n.d.)

3.3.2 Analisis Kuantitatif


Click or tap here to enter text.

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengetahui secara empiris sejauh mana


pengaruh variabel bebas (variabel terikat) terhadap variabel terikat (variabel terikat), atau
untuk mengetahui korelasi sektor pertanian terhadp penyerpan tenaga kerja di Indonesia
tahun 2000-2020. (Metode Penelitian 2, n.d.)
Metode kuantitatif ini menggunakan alat analisis Eviews 9 untuk melakukan analisis
regresi linier berganda. Regresi linear berganda merupakan model regresi yang melibatkan
lebih dari satu variabel independen. Analisis regresi linear berganda dilakukan untuk
mengetahui arah dan seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen
Menurut Drapper dan Smith (1992) hubungan antara satu variabel dependen dengan
satu atau lebih variabel independen dapat dinyatakan dalam regresi linier berganda.
Hubungan tersebut dapat dinyatakan secara umum sebagai berikut :

𝑌𝑖 = 𝛽0+ 𝛽𝑖𝑋𝑖1 + 𝛽2𝑋𝑖2 +... + 𝛽𝑘𝑋𝑖𝑘 + 𝜀


Dimana :
𝑌𝑖 : variabel dependen untuk pengamatan ke i = 1,2,...,n
𝛽0, 𝛽1, ... , 𝛽𝑘 : parameter
𝑋𝑖1 , 𝑋𝑖2 , ... , 𝑋𝑖𝑘 : variabel independent
𝜀𝑖 : sisaan (𝜀) untuk pengamatan ke i

3.4 PENGUJIAN HIPOTESIS


Untuk menguji hipotesis dilakukan pengujian fungsi baik secara parsial maupun
bersama – sama dengan menggunakan uji-t dan uji-F.
3.4.1 Uji t
Uji statistik t dilakukan untuk menunjukkan pengaruh bagian variable independen
(sendiri) dalam menjelaskan perubahan variabel dependen. Nilai t hitung diperoleh dengan
rumus sebagai berikut:

Kriteria menerima atau menolak hipotesis bersifat satu arah, yaitu:

a. Satu jenis. Jika t hitung> t tabel maka H0 akan ditolak bila a = 5%. Berarti variabel
independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap variable mengandalkan.
b. Jika t hitung <t tabel, bila a = 5% maka H0 diterima. Berarti variable independen
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel tersebut koefisien determinasi
korelasi (R2)

3.4.2 Uji F

Uji apakah semua variabel independen yang diteliti memiliki pengaruh. Lakukan uji F
pada variabel dependen secara bersama-sama.

Rumus Uji F adalah sebagai berikut :

Keterangan :

R2: Koefisien determinasi

n : Banyak sampel

k : Jumlah koefisien yang ditaksir

Hipotesis yang hendak diuji adalah :


Ho : B1 = B2 = B3 = 0

Ha : B1 ≠ B2 ≠ B3 ≠ 0 (minimal ada satu yang ≠ 0)

Kriteria pengambil keputusan adalah:

a. Jika probabilitas> a, maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti semua faktor atau variabel
independen tidak bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
b. Jika probabilitas <a, tolak Ho dan terima Ha berarti, variabel independent dipasangkan
bersama variabel tak bebas.

3.4.3 Koefisen Determinasi (R2)

Untuk Mencari tahu seberapa besar pengaruh atau kekuatan yang dimiliki suatu
variabel. Untuk variabel bebas (Y) X1i, X2i, X3i, X4i digunakan analisis varians dengan
menghitung koefisien determinasi.Koefisien determinasi (Gujarati, 2004) menunjukkan
kapasitas variable independen untuk menjelaskan perubahan variabel dependen.

Koefisien regresi adalah sebagai berikut:

Nilai R2 berada pada kisaran 0-1. Semakin dekat nilai R2 dengan 1, pengaruh yang
kuat antara variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dengan kata lain, semakin
dekat R2 ke 1, semakin baik. Pada saat yang sama, jika mendekati 0, semakin lemah variabel
independen dalam model saat menjelaskan variable dependen (Fauzan, 1997).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 UJI REGRESI BERGANDA


Model yang dibentuk telah memenuhi tahap BLUE (Best Linear Unbiased Estimator),
maka terbentuk hasil regresi data panel sebagai berikut :

Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Date: 03/15/22 Time: 17:25
Sample: 2000 2020
Included observations: 21

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 41627315 861838.0 48.30063 0.0000


X1 -7942.257 230363.8 -0.034477 0.9729
X2 -1.042489 0.676154 -1.541793 0.1415
X3 -0.044465 0.023081 -1.926487 0.0709

R-squared 0.768262 Mean dependent var 39541505


Adjusted R-squared 0.727367 S.D. dependent var 2009708.
S.E. of regression 1049355. Akaike info criterion 30.73489
Sum squared resid 1.87E+13 Schwarz criterion 30.93385
Log likelihood -318.7164 Hannan-Quinn criter. 30.77807
F-statistic 18.78620 Durbin-Watson stat 1.708023
Prob(F-statistic) 0.000012

Berikut ini adalah hasil Analisis Estimation Command:


=========================
LS Y C X1 X2 X3

Estimation Equation:
=========================
Y = C(1) + C(2)*X1 + C(3)*X2 + C(4)*X3

Substituted Coefficients:
=========================
Y = 41627315.1225 - 7942.25680095*X1 - 1.04248928775*X2 - 0.0444648391716*X3

Dari persamaan yang telah didapatkan dapat di interpretasikan bahwa:


 Koefisien nilai dari C sebesar 41627315.1225 dapat diartikan, jika Laju Pertumbuhan
PDB Sektor Pertanian (X1), Upah Minimum (X2) dan Investasi PMDN Sektor
Pertanian (X3) diasumsikan tetap atau konstan ataupun terjadi perubahan maka
Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian (Y) meningkat sebesar 41627315.1225
 Koefisien nilai dari Laju Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian (X1), sebesar
7942.25680095 dengan nilai negatif dapat diartikan bahwa untuk setiap kenaikan 1%
Laju Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian maka cenderung akan menurunkan
Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian sebesar 7942.25680095 dengan asumsi
variabel lain konstan.
 Koefisien nilai dari Upah Minimum (X2) sebesar 1.04248928775 dengan nilai negatif
dapat diartikan, untuk setiap kenaikan 1% Upah Minimum maka cenderung akan
menurunkan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian sebesar 1.04248928775
dengan asumsi variabel lain konstan.
 Koefisien nilai dari Investasi PMDN Sektor Pertanian (X 3) sebesar 0.0444648391716
dengan nilai negatif dapat diartikan, untuk setiap kenaikan 1% Investasi PMDN
Sektor Pertanian maka cenderung akan menurunkan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor
Pertanian sebesar 0.0444648391716 dengan asumsi variabel lain konstan.

1. Uji F-Statistik
Berikut merupakan hasil F-statistik dari table regresi berganda diperoleh:

F-statistic 18.78620 Durbin-Watson stat 1.708023


Prob(F-statistic) 0.000012

Bahwa nilai F-statistik adalah sebesar 18.78620 dengan probabilitas sebesar


0,000012 atau lebih kecil dari  = 5% (0,000012 < 0,05) yang artinya bahwa Laju
Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian (X1), Upah Minimum (X2) dan Investasi PMDN
Sektor Pertanian (X3) adalah signifikan atau secara bersama-sama mempengaruhi
secara nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian (Y).

2. Uji t-Statistic
Berikut merupakan hasil t-statistik dari table regresi berganda dari data yang telah
diolah menggunakan Software Eviews :

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 41627315 861838.0 48.30063 0.0000


X1 -7942.257 230363.8 -0.034477 0.9729
X2 -1.042489 0.676154 -1.541793 0.1415
X3 -0.044465 0.023081 -1.926487 0.0709

 Diketahui nilai Uji t-Statistik untuk variable Laju Pertumbuhan PDB Sektor
Pertanian (X1) adalah -0,34477 dengan probability sebesar 0,9729 atau lebih
besar dari α = 5 % (0,9729 > 0,05) yang artinya bahwa laju pertumbuhan PDB
Sektor Pertanian tidak berpengaruh signifikan atau tidak mempengaruhi secara
nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Indonesia (Y)
 Diketahui nilai uji t-Statistik untuk variable Upah Minimum Nasional (X2)
adalah -1,541793 dengan probability sebesar 0.1415 atau lebih besar dari α =
5% (0,1415 > 0,05) yang artinya bahwa Upah Minimum Nasional (X2) tidak
mempengaruhi secara nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor
Pertanian di Indonesia (Y).
 Diketahui nilai Uji t-Statistik untuk variable Investasi PMDN (X3) adalah -
1.926487 dengan probability sebesar 0,0709 atau lebih besar dari α = 5 %
(0,0709 > 0,05) yang artinya bahwa Investasi PMDN (X3) tidak
mempengaruhi secara nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor
Pertanian di Indonesia (Y).

3. Uji Koefisien Determinasi (R2) / R-Squared


Berikut merupakan hasil R-squared dari table regresi berganda dari data yang
telah diolah menggunakan Software Eviews :

R-squared 0.768262 Mean dependent var 39541505


Adjusted R-squared 0.727367 S.D. dependent var 2009708.

Diketahui dari table bahwa nilai koefisien determinasi atau R-squared adalah
0.768262 sehingga dapat diartikan bahwa kekuatan pengaruh dari ketiga variable
yaitu Laju Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian, upah minimum nasional, dan
Investasi PMDN adalah sebesar 76,82 % sedangkan sisanya sekitar 23,18%
merupakan pengaruh model lain yang tidak dipertimbangkan dalam model.
4.2 PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA
DI INDONESIA SEKTOR PERTANIAN
Penyerapan Te naga Laju Pertumbuhan PDB Sektor Upah Investasi PMDN
Tahun Kerja Se ktor Pertanian Pe rtanian Minimum Sektor Pertanian
(Pe nduduk) (%) (Rp) (Rp)

2000 40.676.713 0 216.500 1.941.712,2


2001 39.743.908 3.26 290.500 1.291.638,3
2002 40.633.627 3.45 362.700 796.324,6
2003 43.042.104 3.79 414.700 663.459,4
2004 40.608.019 2.82 458.500 1.439.657,6
2005 41.309.776 2.72 507.697 5.910.010,6
2006 40.136.242 3.36 602.702 3.871.450,4
2007 41.206.474 3.47 672.480 7.090.593,8
2008 41.331.706 4.83 745.709 1.845.982,7
2009 41.611.840 3.96 841.530 4.283.242,7
2010 41.494.941 3.01 908.824 13.380.518,3
2011 39.089.827 3.95 988.829 16.526.284,0
2012 39.592.105 4.59 1.088.903 20.369.100,8
2013 39.220.261 4.20 1.296.908 25.715.550,6
2014 38.973.033 4.24 1.584.391 16.520.636,6
2015 37.750.317 3.75 1.790.342 17.059.666,0
2016 37.773.525 3.37 1.997.819 27.704.652,4
2017 35.924.541 3.92 2.075.950 43.582.178,5
2018 36.577.980 3.88 2.268.874 67.426.913,7
2019 35.450.291 3.61 2.455.662 78.884.955,0
2020 38.224.371 1.77 2.672.371 47.579.974,0

Pengaruh Laju Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian, upah minimum , dan investasi
PMDN terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Indonesia

Secara absolut penciptaan nilai tambah di sector pertanian, yang dalam hal ini diukur
dengan pertambahan nilai PDB sector pertanian berpengaruh positif terhadap penyerapan
tenaga kerja. Pada tingkat regional, hal ini konsisten dengan hasil penelitian Ishak (2013)
yang menyatakan bahwa nilai tambah di sector pertanian berpengaruh positif terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kalimantan Timur.
Berdasarkan hasil Uji Regresi Berganda diatas, variable laju pertumbuhan PDB
Sektor Pertanian, upah minimum, dan investasi PMDN ternyata memiliki nilai yang tidak
signifikan lebih besar dari 0,05 yang berarti hipotesis ditolak. Dimana hal itu berarti laju
pertumbuhan PDB sector pertanian, upah minimum, dan investasi PMDN berpengaruh
negative tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sector pertanian di Indonesia.
Hal itu diketahui terjadi karena sebagai negara agraris dan negara maritim yang besar,
sektor pertanian dalam arti yang luas (termasuk pertanian tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, perikanan, dan kehutanan) merupakan sumber pendapatan sekaligus sumber mata
pencaharian bagi sektor besar penduduk Indonesia. Tapi berdasarkan data yang bersumber
dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan telah terjadi penurunan tingkat penyerapan
tenaga kerja di sector petanian di Indonesia dalam arti luas, yaitu dari sekitar 40.676.713
penduduk di tahun 2000 menjadi 38.224.371 di tahun 2020.24
Salah satu penyebab turunnya angka penyerapan tenaga kerja sector pertanian dari
tahun ke tahun antara lain adalah karena berkurangnya potensi lahan produktif dan
pengalihan sector pertanian menuju sector industri di era revolusi 4.0.
Hal tersebut didukung penelitian oleh Irawan (2008) yang meneliti tentang Dinamika
Kebijakan dan Ketersediaan Lahan Pertanian. Hasil penelitian menyatakan bahwa
Penyediaan lahan pertanian untuk pangan saat ini menghadapi tekanan akibat persaingan
dengan sector lain sebagai akibat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk.
Kondisi demikian menyebabkan lahan pertanian pangan dihadapkan kepada masalah
penurunan luas lahan akibat dikonversi ke penggunaan nonpertanian. Konversi lahan tersebut
juga banyak terjadi pada lahan sawah yang merupakan sumber daya lahan utama untuk
menghasilkan bahan pangan pokok. Hasil Sensus Pertanian tahun 2003 menunjukkan bahwa
luas sawah yang dikonversi ke penggunaan nonpertanian sekitar 110 ha selama tahun 2000±
2002 dan sektor besar konversi lahan tersebut ditujukan untuk pembangunan perumahan
penduduk (sekitar 49% lahan) di samping untuk pembangunan infrastruktur ector,
perkantoran, dan pertokoan serta industry.
Hasil kajian Tocco et al. (2012) menunjukkan bahwa ada lima kelompok sector yang
memengaruhi keputusan untuk pindah pekerjaan dari sector pertanian ke sector nonpertanian,
yaitu (1) karakteristik individu (umur, pengalaman, jender, status perkawinan, dan suku
bangsa), (2) karakteristik keluarga (jumlah anak, umur anak, dan ukuran keluarga), (3)
karakteristik usaha pertanian (ukuran penguasaan lahan, ukuran usaha tani, output pertanian,
sector usaha tani, dan produktivitas pertanian), (4) karakteristik finansial (pendapatan di luar
pekerjaan, subsidi pertanian, manfaat sosial, dan pendapatan tidak tetap), dan (5) karakteristik
lokasi dan pasar tenaga kerja (tingkat penyerapan tenaga kerja, akses terhadap pekerjaan,
kepadatan penduduk, urbanisasi, dan lokasi wilayah).
Begitu pula dengan penetapan kebijakan upah minimum, seperti yang diketahui
penetapan upah minimum ditujukan untuk meningkatkan upah para pekerja yang masih
berpendapatan di bawah upah minimum. Jika tidak ada hal-hal lain yang berubah, maka upah
rata-rata semua pekerja juga akan meningkat. Para pendukung kebijakan upah minimum
berpendapat bahwa pertama upah minimum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang layak bagi pekerja, kedua upah minimum dapat mencegah para pengusaha
monopsonistik dalam mengeksploitasi pekerja yang mempunyai keterampilan rendah (low
skilled), yang kebanyakan adalah sector pertanian (Macpherson, Brue, McConnell, 2003)
Namun, kenyataannya tidak sesederhana itu, Berdasarkan hasil uji regresi berganda
bahwa upah minimum berpengaruh secara negative terhadap penyerapan tenaga kerja sector
pertanian di Indonesia. Hal ini berarti Ketika terjadi kenaikan upah minimum maka
berdampak pada pengurangan penyerapan tenaga kerja sector pertanian dan berdasarkan hasil
uji hipotesis ditolak.
Hal itu di dukung oleh beberapa alasan dari pendapat yang tidak mendukung adanya
kebijakan upah minimum adalah pertama upah minimum akan menurunkan penyerapan
tenaga kerja khususnya remaja dan sector. Kedua, upah minimum menyebabkan dampak
spilover sehingga menurunkan tingkat upah pada sector uncovered. Ketiga upah minimum
mendorong remaja untuk putus sekolah (Macpherson, Brue, McConnell, 2003).
Hal tersebut dapat terjadi karena ketika upah minimum naik maka kesempatan untuk
memperkerjakan tenaga kerja pada sector pertanian cenderung akan menurun karena
disebabkan oleh keterbatasan modal dan tingginya persaingan antar tenaga kerja, sehingga
terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja. Hal ini lah yang menjadi alasan bahwasanya
mengapa upah minimum ternyata berpengaruh negative terhadap penyerapan tenaga kerja
sector pertanian di Indonesia.
Berdasarkan hasil uji regresi berganda diketahui bahwa investasi PMDN berpengaruh
negative terhadap penyerapan tenaga kerja sector pertanian di Indonesia dan berarti hipotesis
ditolak. Hal itu dapat terjadi karena karena penanaman modal yang terealisasi di sector
pertanian rata-rata bersifat “Capital Intensive” atau padat modal sehingga penyerapannya
tidak sebesar seperti yang dihasilkan jika penanaman modalnya bersifat “Labor Intensive”
atau padat Karya. Adapun penyebab lain yang membuat hasil pengujian tidak signifikan
karena penempatan investasi yang tidak merata yang mengakibatkan ketimpangan cukup
besar sehingga tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sector pertanian.
Walaupun penyerapan tenaga kerja di sector pertanian menurun dibandingkan dengan
sector lain, namun peran sector pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja masih tetap
dominan.
Hal-hal diataslah yang menjadi alasan mengapa ternyata laju pertumbuhan PDB
sector pertanian, upah minimum, dan investasi PMDN berpengaruh negative dan tidak
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia tahun 2000-2020 dan menyatakan
hipotesis ditolak.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil Uji Regresi Berganda diatas, variable laju pertumbuhan PDB
Sektor Pertanian, upah minimum, dan investasi PMDN ternyata memiliki nilai yang tidak
signifikan lebih besar dari 0,05 yang berarti hipotesis ditolak. Dimana hal itu berarti laju
pertumbuhan PDB sector pertanian, upah minimum, dan investasi PMDN berpengaruh
negative tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sector pertanian di Indonesia.
Salah satu penyebab turunnya angka penyerapan tenaga kerja sector pertanian dari tahun ke
tahun antara lain adalah karena berkurangnya potensi lahan produktif dan pengalihan sector
pertanian menuju sector industri di era revolusi 4.0.
Berdasarkan hasil uji regresi berganda bahwa upah minimum berpengaruh secara
negative terhadap penyerapan tenaga kerja sector pertanian di Indonesia. Hal tersebut dapat
terjadi karena ketika upah minimum naik maka kesempatan untuk memperkerjakan tenaga
kerja pada sector pertanian cenderung akan menurun karena disebabkan oleh keterbatasan
modal dan tingginya persaingan antar tenaga kerja, sehingga terjadi penurunan penyerapan
tenaga kerja. Hal ini lah yang menjadi alasan bahwasanya mengapa upah minimum ternyata
berpengaruh negative terhadap penyerapan tenaga kerja sector pertanian di Indonesia.
Berdasarkan hasil uji regresi berganda diketahui bahwa investasi PMDN berpengaruh
negative terhadap penyerapan tenaga kerja sector pertanian di Indonesia dan berarti hipotesis
ditolak. Hal itu dapat terjadi karena karena penanaman modal yang terealisasi di sector
pertanian rata-rata bersifat “Capital Intensive” dan adapun penyebab lain yang membuat hasil
pengujian tidak signifikan karena penempatan investasi yang tidak merata.

5.2 SARAN

Untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian diharapkan campur tangan
pemerintah lebih di tekankan untuk meningkatkan kualitas sumber dayamanusia , kebijakan
pembangunan lahan, di sektor pertanian agar lebih padat karya dalam mengolah
lahan,meningkatkan produksi hingga penyerapan tenaga kerja.
Bagi penelitian selanjutnya dengan masalah penyerapan tenaga kerja pada sector
pertanian disarankan untuk melakukan kajian lebih lanjut dengan memasukkan
variable independent lainnya. Serta memperpanjang periode penelitian dan
menggunakan alat analisis yang lebih akurat untuk mendapatkan hasil penelitian
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Akuntansi, S., Ekonomi, F., Maranatha, K., Kambono, H., & Ekonomi Program Studi Akuntansi
Universitas Kristen Maranatha Jl drg Suria Sumantri No, F. (2020). Pengaruh Investasi Asing
dan Investasi Dalam Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Elyzabet Indrawati
Marpaung. 12(1), 137–145. http://journal.maranatha.edu
Arrista Trimaya. (2014). PEMBERLAKUAN UPAH MINIMUM DALAM SISTEM PENGUPAHAN
NASIONAL UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA.
http://www.hukumonline.com/
Azis, M., Dermoredjo, S. K., & Susilowati, G. (2020). Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif
Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian DAMPAK PANDEMI COVID-19
TERHADAP INVESTASI SEKTOR PERTANIAN.
metode penelitian 2. (n.d.).
Naufal Imam. (2017). Sektor Pertanian Indonesia.
PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian, M. A. (n.d.). BAB III.
Sulistiawati, R., Ekonomi, F., Tanjungpura, U., Jalan, P., Pontianak, A. Y., & Korespondensi, A.
(2015). Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Kesejahteraan
Masyarakat di Provinsi di Indonesia.
Yahya, I. (2016). Sektor Pertanian.

Anda mungkin juga menyukai