DOSEN PEMBIMBING :
ROSMELI, S.E., M.E.
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT Skripsi “ANALISIS
SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR
PERTANIAN DI INDONESIA (2000-2020)” dapat diselsaikan.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masi jauh dari kesempurnaan
baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis teah berupaya dengan
segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karenanya, penulis dengan senang hati menerima masukan dari setiap pihak agar skripsi
ini semakin baik kedepannya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
2.1. TEORI
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang dilakukan manusia
untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk
mengelola lingkungan hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk
dalam pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam (crop
cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula
berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan,
seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan
atau eksploitasi hutan. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis
dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. (Yahya, 2016)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produk domestik bruto (PDB)
lapangan usaha pertanian atas dasar harga berlaku (ADHB) mencapai Rp2,25 kuadriliun
sepanjang 2021. Nilai tersebut berkontribusi sebesar 13,28% terhadap PDB nasional.
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDB nasional pada tahun 2021 tercatat turun 0,42
persen poin dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 13,7%. Jika dibandingkan dengan
posisi 2010, kontribusi sektor pertanian juga menyusut sebesar 0,65 persen poin. Jika diukur
menurut PDB atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, sektor pertanian sepanjang tahun 2021
hanya tumbuh 1,84% dibanding tahun sebelumnya. Meskipun lebih tinggi dibanding capaian
pada 2020, pertumbuhan sektor pertanian pada 2021 masih lebih rendah dibandingkan
dengan sebelum adanya pandemi Covid-19, di mana pertumbuhannya selalu di atas 3%.
Penyerapan tenaga kerja adalah diterimanya para pelaku tenaga kerja untuk
melakukan tigas sebagimana mestinya atau adanya suatu keadaan yang menggambarkan
tersedianya pekerja atau lapangan pekerjaa untuk diisi oleh pencari kerja. Secara sederhana
penyerapan tenaga kerja berarti jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sector
perekonomian.(Sulistiawati et al., 2015)
2.1.4 Upah Minimum Nasional
Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang ditetapkan setiap tahun sebagai
jaring pengaman di suatu wilayah. Penetapannya selalu ditunggu karena aturan melarang
pengusaha membayar upah pekerjanya lebih rendah dari Upah Minimum. Kebijakan upah
minimum merupakan sistem pengupahan yang telah banyak diterapkan di beberapa negara,
yang pada dasarnya bisa dilihat dari dua sisi. Pertama, upah minimum merupakan
alat proteksi bagi pekerja untuk mempertahankan agar nilai upah yang diterima tidak
menurun dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Kedua, sebagai alat proteksi bagi
perusahaan untuk mempertahankan produktivitas pekerja (Simanjuntak, 1992 dalam Gianie,
2009:1). Di Indonesia, pemerintah mengatur pengupahan melalui Peraturan Menteri Tenaga
Kerja No. 05/Men/1989 tanggal 29 Mei 1989 tentang Upah Minimum. (Sulistiawati et al.,
2015)
Ufira Isbah, dan Rita Yani Iyan (2016) yang meneliti tentang Analisis Peran Sektor
Pertanian dalam Perekonomian dan Kesempatan Kerja Di Provinsi Riau. Hasil penelitian
menunjukan Sektor pertanian mempunyai peranan yang signifikan dalam meningkatkan nilai
PDRB Provinsi Riau, dimana kenaikan 1 juta rupiah nilai sektor pertanian menyebabkan nilai
total PDRB meningkat sebesar 3,096264 juta rupiah. Nilai elastisitas peranan sektor pertanian
bersifat inelastis yaitu sebesar 0,97. Peranan sektor pertanian dalam menyerap tenaga kerja
bersifat signifikan, yaitu kenaikan 1 point PDRB sektor pertanian menyebabkan jumlah total
penyerapan tenaga kerja (jumlah orang bekerja) di propinsi Riau meningkat sebesar
0,009646. Elastisitas kesempatan kerja sektor pertanian di Provinsi Riau adalah 0,4, memberi
arti untuk sektor pertanian berpengaruh dalam meningkatkan kerja meskipun bersifat
inelastis. Dengan demikiassn sektor pertanian masih mempunyai pengaruh walaupun
permintaan terhadap komoditi pertanian tereduksi oleh arus globalisasi
Wahyu Dyah Listaningsih (2017) yang meneliti tentang Analisis Faktor-faktor Yang
Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian Di Provinsi Jawa Tengah. Hasil
penelitian menunjukkan adanya pengaruh positif dan signifikan antara upah minimum
kabupaten/kota dengan adanya penyerapan tenaga kerja sektor pertanian di Provinsi Jawa
Tengah. Semakin tinggi upah minimum akan memicu kenaikan penyerapan tenaga kerja pada
sektor pertanian ini, sebab juga sudah jarang masyarakat yang enggan bekerja di sektor
pertanian, jika upah minimum kabupaten/kota yang tinggi maka akan menyerap tenaga kerja
yang lebih banyak.
Rezky Fatma Dewi; Purwaka Hari prihanto; Jaya Kusuma Edy (2016) yang meneliti
tentang Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kab. Tanjung Jabung Barat.
Hasil penelitian menunjukan perkembangan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian di
Kabupaten Tanjung Jabung Barat kurun waktu 2000-2013 mengalami kecenderungan jumlah
yang berubah-ubah. Dengan rata-rata penyerapan tenaga kerja sektor pertanian selama kurun
waktu 14 tahun terakhir yaitu sebesar 8,06 persen. Rata-rata kontribusi sektor pertanian
terhadap penyerapan tenaga kerja sektor pertanian adalah sebesar 62,48 persen. Ini
menjelaskan bahwa kontribusi yang di berikan sektor pertanian terhadap penyerapan tenaga
kerja sektor pertanian sangat besar, lebih dari ½ dari total keseluruhan penyerapan tenaga
kerja di 9 sektor perekonomian. Variabel Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian, Ini berarti bila
terjadi kenaikan pada pertumbuhan PDRB sektor pertanian akan diikuti dengan kenaikan
penyerapan tenaga kerja sektor pertanian. Potensi Luas Lahan dan Upah Minimum Provinsi
juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian,
sedangkan variabel Investasi tidak signifikan atau secara individual tidak berpengaruh
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian.
Jui Rompas, Deisy Engka, dan Krest Tolosang (2015) yang meneliti tentang Potensi
sector pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Penyerapan Tenaga KErja di Kab. Minahasa
Selatan. Hasil penelitian menunjukan perhitungan yang telah dilaksanakan yaitu dengan
Analisis Potensi Sub Sektor Pertanian Kabupaten Minahasa Selatan dan pengaruh sektor
pertanian terhadap penyerapan tenaga kerja. Dengan menggunakan metode Location Quotient
(LQ), Shift Share(SS) dan analisis regresi sederhana di Kabupaten Minahasa Selatan dengan
menggunakan kurun waktu PDRB tahun 2004–2013 sehingga diambil kesimpulan sebagai
berikut: Menurut hasil perhitungan Location Quotient (LQ) sub sektor yang merupakan basis
pada Kabupaten Minahasa adalah sub sektor perkebunan dan sub sektor tanaman bahan
makanan. Sub sektor yang menjadi basis berarti menjadi acuan untuk pengembangan
pertumbuhan perekonomian daerah. Dengan begitu maka diharapkan sub sektor tersebut juga
dapat di ekspor keluar daerah agar perekonomian Kabupaten Minahasa Selatan dapat maju
dan semakin dikenal masyarakat lain ; Berdasarkan perhitungan Shift Share (SS) Sub Sektor
Pertanian Kabupaten Minahasa Selatan telah memberikan dampak positif terhadap
pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Utara walaupun sub – sub sektor pertanian belum
memiliki keunggulan yang kompetitif namun peningkatan PDRB (Produk Domestik Regional
Bruto) pada sub – sub sektor pertanian ternyata mengalami kenaikan jumlah absolut yang
artinya mempunyai keunggulan dalam kinerja perekonomian daerah ; penyerapan tenaga
kerja di Kabupaten Minahasa Selatan dengan menggunakan analisis regresi sederhana maka
dapat disimpulkan berdasarkan hasil analisis tersebut sektor pertanian mempunyai hubungan
positif dengan korelasi cenderung kurang terhadap penyerapan tenaga kerja, hal tersebut juga
akan mempengaruhi tingkat pengangguran di Minahasa Selatan .
Berdasarkan teori diatas maka dapat digambarkan kerangka dari penelitian, yaitu
sebagai berikut :
Sektor Pertanian
Dependen dan Independent, variabel dependet ialah variabel yang dipengaruhi oleh
variabel lain. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitan ini adalah penyerapan
tenaga kerja di Indonesia (Y). Variabel independent yaitu variabel bebas dan tidak
tepengaruh oleh veriabel lain. Variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu PDB sector pertanian (X1), upah minimum nasional (X2) dan Investasi PMDN (X3).
2.4. HIPOTESIS
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan tersebut. Kajian ini akan
membahas kebenaran yang masih harus diuji. Berdasarkan kerangka kerja yang dijelaskan
pada Gambar 1, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitan ini adalah sebagai berikut :
Diduga bahwa variabel Laju Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian berpengaruh Positif
dan signifikan terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Indonesia.
Diduga bahwa variabel Upah Minimum Provinsi juga memiliki pengaruh signifikan
terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Indonesia.
Diduga bahwa variabel Investasi PMDN signifikan berpengaruh terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja Sektor Pertanian.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
a. Satu jenis. Jika t hitung> t tabel maka H0 akan ditolak bila a = 5%. Berarti variabel
independensi tidak berpengaruh signifikan terhadap variable mengandalkan.
b. Jika t hitung <t tabel, bila a = 5% maka H0 diterima. Berarti variable independen
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel tersebut koefisien determinasi
korelasi (R2)
3.4.2 Uji F
Uji apakah semua variabel independen yang diteliti memiliki pengaruh. Lakukan uji F
pada variabel dependen secara bersama-sama.
Keterangan :
n : Banyak sampel
a. Jika probabilitas> a, maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti semua faktor atau variabel
independen tidak bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen.
b. Jika probabilitas <a, tolak Ho dan terima Ha berarti, variabel independent dipasangkan
bersama variabel tak bebas.
Untuk Mencari tahu seberapa besar pengaruh atau kekuatan yang dimiliki suatu
variabel. Untuk variabel bebas (Y) X1i, X2i, X3i, X4i digunakan analisis varians dengan
menghitung koefisien determinasi.Koefisien determinasi (Gujarati, 2004) menunjukkan
kapasitas variable independen untuk menjelaskan perubahan variabel dependen.
Nilai R2 berada pada kisaran 0-1. Semakin dekat nilai R2 dengan 1, pengaruh yang
kuat antara variabel independen menjelaskan variabel dependen. Dengan kata lain, semakin
dekat R2 ke 1, semakin baik. Pada saat yang sama, jika mendekati 0, semakin lemah variabel
independen dalam model saat menjelaskan variable dependen (Fauzan, 1997).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dependent Variable: Y
Method: Least Squares
Date: 03/15/22 Time: 17:25
Sample: 2000 2020
Included observations: 21
Estimation Equation:
=========================
Y = C(1) + C(2)*X1 + C(3)*X2 + C(4)*X3
Substituted Coefficients:
=========================
Y = 41627315.1225 - 7942.25680095*X1 - 1.04248928775*X2 - 0.0444648391716*X3
1. Uji F-Statistik
Berikut merupakan hasil F-statistik dari table regresi berganda diperoleh:
2. Uji t-Statistic
Berikut merupakan hasil t-statistik dari table regresi berganda dari data yang telah
diolah menggunakan Software Eviews :
Diketahui nilai Uji t-Statistik untuk variable Laju Pertumbuhan PDB Sektor
Pertanian (X1) adalah -0,34477 dengan probability sebesar 0,9729 atau lebih
besar dari α = 5 % (0,9729 > 0,05) yang artinya bahwa laju pertumbuhan PDB
Sektor Pertanian tidak berpengaruh signifikan atau tidak mempengaruhi secara
nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Indonesia (Y)
Diketahui nilai uji t-Statistik untuk variable Upah Minimum Nasional (X2)
adalah -1,541793 dengan probability sebesar 0.1415 atau lebih besar dari α =
5% (0,1415 > 0,05) yang artinya bahwa Upah Minimum Nasional (X2) tidak
mempengaruhi secara nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor
Pertanian di Indonesia (Y).
Diketahui nilai Uji t-Statistik untuk variable Investasi PMDN (X3) adalah -
1.926487 dengan probability sebesar 0,0709 atau lebih besar dari α = 5 %
(0,0709 > 0,05) yang artinya bahwa Investasi PMDN (X3) tidak
mempengaruhi secara nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor
Pertanian di Indonesia (Y).
Diketahui dari table bahwa nilai koefisien determinasi atau R-squared adalah
0.768262 sehingga dapat diartikan bahwa kekuatan pengaruh dari ketiga variable
yaitu Laju Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian, upah minimum nasional, dan
Investasi PMDN adalah sebesar 76,82 % sedangkan sisanya sekitar 23,18%
merupakan pengaruh model lain yang tidak dipertimbangkan dalam model.
4.2 PERAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA
DI INDONESIA SEKTOR PERTANIAN
Penyerapan Te naga Laju Pertumbuhan PDB Sektor Upah Investasi PMDN
Tahun Kerja Se ktor Pertanian Pe rtanian Minimum Sektor Pertanian
(Pe nduduk) (%) (Rp) (Rp)
Pengaruh Laju Pertumbuhan PDB Sektor Pertanian, upah minimum , dan investasi
PMDN terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Indonesia
Secara absolut penciptaan nilai tambah di sector pertanian, yang dalam hal ini diukur
dengan pertambahan nilai PDB sector pertanian berpengaruh positif terhadap penyerapan
tenaga kerja. Pada tingkat regional, hal ini konsisten dengan hasil penelitian Ishak (2013)
yang menyatakan bahwa nilai tambah di sector pertanian berpengaruh positif terhadap
penyerapan tenaga kerja di Kalimantan Timur.
Berdasarkan hasil Uji Regresi Berganda diatas, variable laju pertumbuhan PDB
Sektor Pertanian, upah minimum, dan investasi PMDN ternyata memiliki nilai yang tidak
signifikan lebih besar dari 0,05 yang berarti hipotesis ditolak. Dimana hal itu berarti laju
pertumbuhan PDB sector pertanian, upah minimum, dan investasi PMDN berpengaruh
negative tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sector pertanian di Indonesia.
Hal itu diketahui terjadi karena sebagai negara agraris dan negara maritim yang besar,
sektor pertanian dalam arti yang luas (termasuk pertanian tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, perikanan, dan kehutanan) merupakan sumber pendapatan sekaligus sumber mata
pencaharian bagi sektor besar penduduk Indonesia. Tapi berdasarkan data yang bersumber
dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan telah terjadi penurunan tingkat penyerapan
tenaga kerja di sector petanian di Indonesia dalam arti luas, yaitu dari sekitar 40.676.713
penduduk di tahun 2000 menjadi 38.224.371 di tahun 2020.24
Salah satu penyebab turunnya angka penyerapan tenaga kerja sector pertanian dari
tahun ke tahun antara lain adalah karena berkurangnya potensi lahan produktif dan
pengalihan sector pertanian menuju sector industri di era revolusi 4.0.
Hal tersebut didukung penelitian oleh Irawan (2008) yang meneliti tentang Dinamika
Kebijakan dan Ketersediaan Lahan Pertanian. Hasil penelitian menyatakan bahwa
Penyediaan lahan pertanian untuk pangan saat ini menghadapi tekanan akibat persaingan
dengan sector lain sebagai akibat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan jumlah penduduk.
Kondisi demikian menyebabkan lahan pertanian pangan dihadapkan kepada masalah
penurunan luas lahan akibat dikonversi ke penggunaan nonpertanian. Konversi lahan tersebut
juga banyak terjadi pada lahan sawah yang merupakan sumber daya lahan utama untuk
menghasilkan bahan pangan pokok. Hasil Sensus Pertanian tahun 2003 menunjukkan bahwa
luas sawah yang dikonversi ke penggunaan nonpertanian sekitar 110 ha selama tahun 2000±
2002 dan sektor besar konversi lahan tersebut ditujukan untuk pembangunan perumahan
penduduk (sekitar 49% lahan) di samping untuk pembangunan infrastruktur ector,
perkantoran, dan pertokoan serta industry.
Hasil kajian Tocco et al. (2012) menunjukkan bahwa ada lima kelompok sector yang
memengaruhi keputusan untuk pindah pekerjaan dari sector pertanian ke sector nonpertanian,
yaitu (1) karakteristik individu (umur, pengalaman, jender, status perkawinan, dan suku
bangsa), (2) karakteristik keluarga (jumlah anak, umur anak, dan ukuran keluarga), (3)
karakteristik usaha pertanian (ukuran penguasaan lahan, ukuran usaha tani, output pertanian,
sector usaha tani, dan produktivitas pertanian), (4) karakteristik finansial (pendapatan di luar
pekerjaan, subsidi pertanian, manfaat sosial, dan pendapatan tidak tetap), dan (5) karakteristik
lokasi dan pasar tenaga kerja (tingkat penyerapan tenaga kerja, akses terhadap pekerjaan,
kepadatan penduduk, urbanisasi, dan lokasi wilayah).
Begitu pula dengan penetapan kebijakan upah minimum, seperti yang diketahui
penetapan upah minimum ditujukan untuk meningkatkan upah para pekerja yang masih
berpendapatan di bawah upah minimum. Jika tidak ada hal-hal lain yang berubah, maka upah
rata-rata semua pekerja juga akan meningkat. Para pendukung kebijakan upah minimum
berpendapat bahwa pertama upah minimum diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup
yang layak bagi pekerja, kedua upah minimum dapat mencegah para pengusaha
monopsonistik dalam mengeksploitasi pekerja yang mempunyai keterampilan rendah (low
skilled), yang kebanyakan adalah sector pertanian (Macpherson, Brue, McConnell, 2003)
Namun, kenyataannya tidak sesederhana itu, Berdasarkan hasil uji regresi berganda
bahwa upah minimum berpengaruh secara negative terhadap penyerapan tenaga kerja sector
pertanian di Indonesia. Hal ini berarti Ketika terjadi kenaikan upah minimum maka
berdampak pada pengurangan penyerapan tenaga kerja sector pertanian dan berdasarkan hasil
uji hipotesis ditolak.
Hal itu di dukung oleh beberapa alasan dari pendapat yang tidak mendukung adanya
kebijakan upah minimum adalah pertama upah minimum akan menurunkan penyerapan
tenaga kerja khususnya remaja dan sector. Kedua, upah minimum menyebabkan dampak
spilover sehingga menurunkan tingkat upah pada sector uncovered. Ketiga upah minimum
mendorong remaja untuk putus sekolah (Macpherson, Brue, McConnell, 2003).
Hal tersebut dapat terjadi karena ketika upah minimum naik maka kesempatan untuk
memperkerjakan tenaga kerja pada sector pertanian cenderung akan menurun karena
disebabkan oleh keterbatasan modal dan tingginya persaingan antar tenaga kerja, sehingga
terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja. Hal ini lah yang menjadi alasan bahwasanya
mengapa upah minimum ternyata berpengaruh negative terhadap penyerapan tenaga kerja
sector pertanian di Indonesia.
Berdasarkan hasil uji regresi berganda diketahui bahwa investasi PMDN berpengaruh
negative terhadap penyerapan tenaga kerja sector pertanian di Indonesia dan berarti hipotesis
ditolak. Hal itu dapat terjadi karena karena penanaman modal yang terealisasi di sector
pertanian rata-rata bersifat “Capital Intensive” atau padat modal sehingga penyerapannya
tidak sebesar seperti yang dihasilkan jika penanaman modalnya bersifat “Labor Intensive”
atau padat Karya. Adapun penyebab lain yang membuat hasil pengujian tidak signifikan
karena penempatan investasi yang tidak merata yang mengakibatkan ketimpangan cukup
besar sehingga tidak berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja sector pertanian.
Walaupun penyerapan tenaga kerja di sector pertanian menurun dibandingkan dengan
sector lain, namun peran sector pertanian dalam menyediakan kesempatan kerja masih tetap
dominan.
Hal-hal diataslah yang menjadi alasan mengapa ternyata laju pertumbuhan PDB
sector pertanian, upah minimum, dan investasi PMDN berpengaruh negative dan tidak
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja di Indonesia tahun 2000-2020 dan menyatakan
hipotesis ditolak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil Uji Regresi Berganda diatas, variable laju pertumbuhan PDB
Sektor Pertanian, upah minimum, dan investasi PMDN ternyata memiliki nilai yang tidak
signifikan lebih besar dari 0,05 yang berarti hipotesis ditolak. Dimana hal itu berarti laju
pertumbuhan PDB sector pertanian, upah minimum, dan investasi PMDN berpengaruh
negative tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sector pertanian di Indonesia.
Salah satu penyebab turunnya angka penyerapan tenaga kerja sector pertanian dari tahun ke
tahun antara lain adalah karena berkurangnya potensi lahan produktif dan pengalihan sector
pertanian menuju sector industri di era revolusi 4.0.
Berdasarkan hasil uji regresi berganda bahwa upah minimum berpengaruh secara
negative terhadap penyerapan tenaga kerja sector pertanian di Indonesia. Hal tersebut dapat
terjadi karena ketika upah minimum naik maka kesempatan untuk memperkerjakan tenaga
kerja pada sector pertanian cenderung akan menurun karena disebabkan oleh keterbatasan
modal dan tingginya persaingan antar tenaga kerja, sehingga terjadi penurunan penyerapan
tenaga kerja. Hal ini lah yang menjadi alasan bahwasanya mengapa upah minimum ternyata
berpengaruh negative terhadap penyerapan tenaga kerja sector pertanian di Indonesia.
Berdasarkan hasil uji regresi berganda diketahui bahwa investasi PMDN berpengaruh
negative terhadap penyerapan tenaga kerja sector pertanian di Indonesia dan berarti hipotesis
ditolak. Hal itu dapat terjadi karena karena penanaman modal yang terealisasi di sector
pertanian rata-rata bersifat “Capital Intensive” dan adapun penyebab lain yang membuat hasil
pengujian tidak signifikan karena penempatan investasi yang tidak merata.
5.2 SARAN
Untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian diharapkan campur tangan
pemerintah lebih di tekankan untuk meningkatkan kualitas sumber dayamanusia , kebijakan
pembangunan lahan, di sektor pertanian agar lebih padat karya dalam mengolah
lahan,meningkatkan produksi hingga penyerapan tenaga kerja.
Bagi penelitian selanjutnya dengan masalah penyerapan tenaga kerja pada sector
pertanian disarankan untuk melakukan kajian lebih lanjut dengan memasukkan
variable independent lainnya. Serta memperpanjang periode penelitian dan
menggunakan alat analisis yang lebih akurat untuk mendapatkan hasil penelitian
yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Akuntansi, S., Ekonomi, F., Maranatha, K., Kambono, H., & Ekonomi Program Studi Akuntansi
Universitas Kristen Maranatha Jl drg Suria Sumantri No, F. (2020). Pengaruh Investasi Asing
dan Investasi Dalam Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Elyzabet Indrawati
Marpaung. 12(1), 137–145. http://journal.maranatha.edu
Arrista Trimaya. (2014). PEMBERLAKUAN UPAH MINIMUM DALAM SISTEM PENGUPAHAN
NASIONAL UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN TENAGA KERJA.
http://www.hukumonline.com/
Azis, M., Dermoredjo, S. K., & Susilowati, G. (2020). Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif
Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian DAMPAK PANDEMI COVID-19
TERHADAP INVESTASI SEKTOR PERTANIAN.
metode penelitian 2. (n.d.).
Naufal Imam. (2017). Sektor Pertanian Indonesia.
PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian, M. A. (n.d.). BAB III.
Sulistiawati, R., Ekonomi, F., Tanjungpura, U., Jalan, P., Pontianak, A. Y., & Korespondensi, A.
(2015). Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Kesejahteraan
Masyarakat di Provinsi di Indonesia.
Yahya, I. (2016). Sektor Pertanian.