Anda di halaman 1dari 16

POTENSI EKONOMI SIRKULAR PADA INDUSTRI MANUFAKTUR

PROVINSI JAWA TENGAH

Tri Wahyuni1, Wahyu Setyorini2


1
BUMDesa Bersama PODO RUKUN LKD Kecamatan Wilangan
2
Universitas Airlangga
ABSTRAK
Aglomerasi industri manufaktur lebih banyak berkonsentrasi di Pulau Jawa salah
satunya adalah Jawa Tengah. Industri manufaktur berkontribusi kisaran 34
persen pertahun terhadap PDRB Jawa Tengah. Pertumbuhan ekonomi dari
industri manufaktur berimbas negatif bagi lingkungan. Proses industri tidak
boleh hanya berfokus pada hasil namun juga harus focus pada dampak
lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jumlah, jenis dan
sumber limbah yang dihasilkan industri manufaktur serta menganalisis potensi
penerapan ekonomi sirkular pada limbah industri manufaktur Jawa Tengah.
Penerapan ekonomi sirkular dapat mendorong pertumbuhan ekonomi hijau
dibandingkan model ekonomi linier. Penelitian ini menggunakan pendekatan
deskriptif kualitatif dengan teknik kajian literatur. Hasil analisis menunjukkan
tujuh kawasan industri Jawa Tengah menghasilkan limbah B3 sebanyak
31.985.000 ton pertahun. Dimana 616.000 ton limbah berasal dari industri
manufaktur. Sedangkan untuk limbah non B3 sebanyak 4.790.267,63 ton
pertahun dengan Kota Semarang sebagai penyumbang terbesar dibandingkan 35
kota/kabupaten lain. Pemanfaatan limbah industri melalui ekonomi sirkular akan
berdampak pada ekonomi, lingkungan dan sosial.
Kata Kunci: ekonomi sirkular, industri manufaktur, Jawa Tengah
ABSTRACT
Manufacturing industry agglomeration concentrates more on the island of Java,
one of which is Central Java. The manufacturing industry contributes around 34
percent per year to Central Java's GRDP. The economic growth of the
manufacturing industry has a negative impact on the environment. Industrial
processes must not only focus on results but must also focus on environmental
impacts. This study aims to identify the amount, type and source of waste
generated by the manufacturing industry and to analyze the potential for
implementing a circular economy in Central Java's manufacturing industry waste.
The application of a circular economy can encourage green economic growth
compared to a linear economic model. This study uses a qualitative descriptive
approach with a literature review technique. The results of the analysis show that
seven industrial areas in Central Java produce 31,985,000 tons of B3 waste per
year. Where 616,000 tons of waste comes from the manufacturing industry. As for
non-B3 waste, it is 4,790,267.63 tons per year with Semarang City as the largest
contributor compared to 35 other cities/regencies. Utilization of industrial waste
through a circular economy will have economic, environmental and social
impacts.
Keywords: circular economy, manufacturing industry, Central Java
PENDAHULUAN
Industri manufaktur menjadi leading sector dalam menopang pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Pada triwulan I 2023, industri manufaktur mampu
menyumbang 18,57 persen dari total kontribusi lapangan usaha atas dasar harga
berlaku terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia (Badan Pusat Statistik,
2023). Data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) bulan Agustus 2022
melaporkan industri manufaktur berkontribusi sebesar 14,17% terhadap
penyerapan tenaga kerja nasional atau sebanyak 19.172.397 orang tenaga kerja
(Kementerian Perindustrian, 2022)
Aglomerasi industri manufaktur Indonesia lebih banyak berkonsentrasi di
Pulau Jawa. Jumlah industri manufaktur IBS (Industri Besar Sedang) yang berada
di Pulau Jawa sebanyak 24.201 atau 80 persen dari 30.072 jumlah IBS nasional
(Badan Pusat Statistik, 2020b). Sedangkan industri mikro dan kecil 2.656.780 atau
63,11 persen dari total IMK (Badan Pusat Statistik, 2020a). Dari jumlah tersebut,
Jawa Tengah menjadi provinsi dengan jumlah IMK terbesar yakni 21,33 persen.
Bagi Jawa Tengah, industri manufaktur merupakan sektor penting dalam
struktur ekonomi. Secara konsisten industri manufaktur berkontribusi kisaran 34
persen pertahun terhadap PDRB Jawa Tengah. Berdasarkan kontribusi (Gambar
1), sektor industri manufaktur terus mengalami penurunan setiap tahunnya sejak
2016 namun tetap menjadi penyumbang terbesar perekonomian Jawa Tengah
dibanding sector lain seperti pertanian, kehutanan dan perikanan (Badan Pusat
Statistik Provinsi Jawa Tengah, 2021)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah (jateng.bps.go.id), diolah penulis


Gambar 1 Kontribusi Industri Manufaktur terhadap PDRB Jawa Tengah (persen),
2016-2021
Pertumbuhan ekonomi yang meningkat dari kegiatan industri akan
memperbaiki kesejahteraan hidup masyarakat, namun juga berimbas negatif bagi
lingkungan (Lubis, 2020). Pencegahan risiko pencemaran lingkungan yang
diakibatkan kegiatan industri perlu dilakukan seiring dengan semakin gencarnya
kegiatan industrialisasi (Jamil et al., 2023). Penggunaan input yang tidak
terbarukan pada industri akan meningkatkan nilai emisi sebagai akibat dari proses
produksi sampai proses pemusnahan produk pada masa akhir penggunaan (Sari et
al., 2022). Pesatnya pertumbuhan industri manufaktur telah menciptakan banyak
masalah linkungan dan sosial diantaranya pemanasan global dan pencemaran
lingkungan.
Beberapa daerah di Jawa Tengah telah merasakan dampak negatif adanya
operasional industri. Sungai Kamplok di Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang
dan sekelilingnya tercemar karena menjadi badan penerima air limbah dari
beberapa industri yang ada disana (Siregar & Kiswiranti, 2020). Kota Pekalongan
sebagai penghasil batik di Indonesia mengalami pencemaran sungai yang cukup
parah. Banyaknya permintaan produksi batik menjadikan semakin banyak pula
limbah yang dihasilkan (Mahfudloh & Lestari, 2017). Kawasan pesisir utara Jawa
Tengah langganan rutin bencana rob. Tinggi muka tanah semakin turun,
sementara air laut makin tinggi menggenangi pemukiman warga. Hal ini akibat
perubahan iklim dan pemakaian air tanah yang berlebihan oleh industri di
kawasan tersebut (voaindonesia.com, 2023).
Upaya untuk mengurangi pencemaran maupun kerusakan lingkungan
dengan adanya industri yang semakin menjamur perlu dilakukan. Industri perlu
mengubah prinsip dan proses bisnisnya yang mempertimbangkan keberlanjutan
dengan mengubah pola produksi dan konsumsi sumber daya alam dan ekologi
(Sari et al., 2022). Proses industri tidak lagi hanya berfokus pada hasil namun juga
focus pada dampak sosial dan lingkungan. Penerapan ekonomi sirkular pada
industri dapat menghasilkan keuntungan ekonomi, lingkungan dan sosial
(PPN/Bappenas, 2021).
Berdasarkan latar belakang tersebut, artikel ini akan memetakan laju limbah
industri di Jawa Tengah dengan mengidentifikasi jumlah, jenis dan sumber limbah
yang dihasilkan industri manufaktur. Selanjutnya menganalisis potensi penerapan
ekonomi sirkular pada limbah industri manufaktur Jawa Tengah. Berdasarkan
hasil penelitian akan dirumuskan beberapa rekomendasi yang dapat menjadi
referensi dalam pengambilan kebijakan terkait ekonomi sirkular pada indutri
manufaktur Jawa Tengah.
TINJAUAN TEORI
Ekonomi Sirkular
Sistem ekonomi saat ini tidak hanya berfokus kepada memaksimalkan hasil
dan keuntungan. Model ekonomi saat ini berupa upaya memperpanjang siklus
hidup suatu produk, bahan baku serta sumber daya agar bisa dipakai selama
mungkin (Bappenas, 2021). Dengan kata lain model ekonomi dengan konsep
memaksimalkan nilai penggunaan produk beserta komponennya secara berulang.
Tujuan dari model ekonomi ini adalah tidak adanya sumber daya yang terbuang
karena termanfaatkan secara maksimal atau resource efificiency (BI Institute,
2022). Model ekonomi tersebut disebut dengan ekonomi sirkular.
Model ekonomi sirkular ada untuk menjawab tantangan isu lingkungan yang
saat ini mendapatkan perhatian besar dunia. Penerapan ekonomi sirkular dapat
mendorong pertumbuhan ekonomi hijau dibandingkan model ekonomi linier.
Model ekonomi sirkular dilakukan dengan cara mengutamakan penggunaan
sumber daya, meminimalkan emisi dan energi yang terbuang akibat proses
produksi. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam model ini bisa berupa
memperpanjang umur produk, melakukan inovasi design, pemeliharaan,
remanufaktur, daur ulang baik ke produk semula maupun produk lain (Badan
Standarisasi Nasional, 2022).
Industri Manufaktur dengan Ekonomi Sirkular
Industri manufaktur merupakan industri yang perlu mempertimbangkan
aspek keberlanjutan meliputi ekonomi, social, dan lingkungan. Analisis terkait
industri manufaktur dan ekonomi sirkular telah ada sejak beberapa tahun
sebelumnya. (Rashidi et al., 2020) mendefinisikan industri manufaktur yang
berkelanjutan merupakan kemampuan manufaktur untuk memanfaatkan
sumberdaya alam secara cermat dan bijak guna memenuhi aspek ekonomi, sosial,
dan lingkungan. Tujuan akhir dari manufaktur yang berkelanjutan tersebut adalah
sumber daya alam yang tetap terjaga serta kualitas hidup yang meningkat.
Kumar et al. (2019) mengidentifikasi hambatan dan peluang ekonomi
sirkular di sektor manufaktur melalui sosio-politik, ekonomi, hukum dan
perspektif lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesadaran
ekonomi sirkular dan penerapan prinsip-prinsipnya menjadi hambatan dari sisi
sosial-politik. Hambatan dari sisi ekonomi dapat dilihat dari kurangnya mitra yang
tepat pada rantai pasokan, sehingga membatasi kolaborasi antar perusahaan. Pada
sisi lingkungan, tidak memadainya sistem sumber daya untuk limbah menjadi
hambatan terbesar perusahaan. Berdasarkan peluang, secara sosial-politik yaitu
dapat membuka lapangan kerja baru dan memperkuat hubungan antar
mansyarakat dan industri. Dari sisi ekonomi, perusahaan bisa mengurangi biaya
melalui rantai pasokan berkelanjutan. Adanya minat masyarakat terkait produk
ramah lingkungan dan pengurangan pencemaran lingkungan menjadi peluang dari
sisi lingkungan.
Hasil penelitian dari Jaeger & Upadhyay (2020) menunjukkan beberapa
hambatan dari industri manufaktur dalam menerapkan ekonomi sirkular. Beberapa
hambatan tersebut adalah (1) biaya awal yang tinggi, (2) rantai pasokan yang
kompleks, (3) kerja sama business-to business (B2B) yang menantang, (4)
kurangnya informasi tentang desain produk dan produksi, (5) kurangnya
keterampilan teknis, (6) kompromi kualitas dan (7) pembongkaran produk
memakan waktu dan mahal.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik
kajian literatur. Kajian literatur digunakan untuk mengidentifikasi limbah yang
dihasilkan industri manufaktur di Jawa Tengah yaitu berupa jumlah, jenis, sumber
limbah. Selain itu, kajian literatur juga digunakan untuk menganalisis potensi
penerapan ekonomi sirkular bagi industri manufaktur.
Literatur yang digunakan dalam penelitian ini berupa publikasi dari lembaga
pemerintah untuk mengkaji kondisi industri manufaktur di Jawa Tengah seperti
SIPSN Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dan Badan Pusat Statistik.
Analisis penerapan ekonomi sirkular dilakukan dengan cara mengumpulkan,
mengkaji, dan menelaah beberapa jurnal yang terkait dan peraturan yang
diterbitkan oleh pemerintah.
PEMBAHASAN
Pemetaan Limbah Industri Jawa Tengah
Semakin banyaknya aktivitas di sector industri manufaktur, baik produksi
maupun konsumsi berdampak terhadap meningkatnya jumlah limbah yang
dihasilkan (DPMPTSP, 2020). Limbah industri sesuai dengan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 19 Tahun 2021 tentang Tata Cara
Pengelolaan Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun terbagi menjadi dua
yaitu limbah B3 dan limbah non B3. Banyaknya industri dan aktivitas produksi
berbanding lurus dengan limbah yang dihasilkan.
Tabel 1 Jumlah IBS dan IMK Jawa Tengah 2018-2020

Tahun Jumlah IBS Jumlah IMK


2018 4.378 914.850
2019 4.372 912.000
2020 4.259 898.160
Sumber: BPS Jawa Tengah (jateng.bps.go.id), diolah penulis
Provinsi Jawa Tengah memiliki jumlah industri yang banyak. Bahkan
jumlah IMK Jawa Tengah menjadi IMK terbanyak di Indonesia dengan
prosentase 21,33 persen (Badan Pusat Statistik, 2020a). Dinas Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah mencatat dari tujuh kawasan industri di
Jawa Tengah meliputi 1) Kawasan Industri Wijayakusuma Kota Semarang, 2)
Jatengland Industrial Park Sayung Kabupaten Demak, 3) Aviarna Industrial Park
Kota Semarang, 4) BSB Industrial Park Kota Semarang, 5) Kawasan Industri
Terpadu Batang Kabupaten Batang, 6) Tahung Emas Export Processing Zone
Kota Semarang dan 7) Kawasan Industri Kendal, pada tahun 2022 menghasilkan
limbah B3 sebanyak 1.985.000 ton pertahun.
Sumber: DLHK Provinsi Jawa Tengah, diolah penulis
Gambar 2 Jumlah Limbah B3 dari 7 Kawasan Industri
Industri manufaktur menjadi penyumbang terbesar kedua penghasil limbah
B3 di Jawa Tengah sebanyak 616.000 ton limbah pertahun. Proses penyimpanan
sementara limbah B3 dan pengangkutan ke pengolahan akhir harus mengikuti
beberapa persyaratan penyimpanan dan pengangkutan dengan melihat
karakteristik dan potensi bahaya dari setiap limbah B3 (Anggarini et al., 2014).
Karakteristik limbah B3 meliputi 1) mudah meledak, 2) pengoksidasi, 3) sangat
mudah menyala, 4) mudah menyala, 5) amat sangat beracun, 6) sangat beracun, 7)
beracun, 8) berbahaya, 9) korosif, 10) bersifat iritasi, 11) berbahaya bagi
lingkungan, 12) karsinogenik, 13) teratogenik, 14) mutagenik (Anggarini et al.,
2014).
Limbah B3 yang dibuang langsung ke lingkungan akan membahayakan
keselamatan manusia serta organisme lainnya. Proses pencemaran yang
disebabkan limbah B3 bisa terjadi secara langsung maupun tidak langsung.
Pencemar berdampak langsung berupa keracunan. Sedangkan proses tidak
langsung dimana bahan kimia bereaksi dengan air dan tanah (Nursabrina et al.,
2021). Selain menghasilkan limbah B3, industri manufaktur juga menghasilkan
limbah non B3.
Limbah non B3 merupakan limbah yang tidak mengandung bahan
berbahaya dan beracun seperti sisa sayuran, dedaunan, kertas, plastik, kaleng dan
tetrapack. Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan, melaporkan bahwa Jawa Tengah tahun 2022
menghasilkan 4.790.267,63 ton timbulan sampah tahunan dengan timbulan
sampah harian sebesar 13.124,01 ton. Timbulan sampah tahunan tersebut
menyumbang 19,3% dari timbulan sampah nasional.
Sumber: SIPSN Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(sipsn.menlhk.go.id/), diolah penulis
Gambar 3 10 Provinsi Penghasil Timbulan Sampah Terbanyak Indonesia 2022

Menilik data SIPSN Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dari


tahun 2019 sampai 2021 timbulan sampah Jawa Tengah terus mengalami
peningkatan.
Tabel 2 Timbulan Sampah Provinsi Jawa Tengah 2019-2021
Timbulan Timbulan Sampah Prosentase
Tahun Provinsi
Sampah (ton) Nasional (ton) (%)
2019 Jawa Tengah 3.746.508,54 29.246.738,28 12,8
2020 Jawa Tengah 4.600.999,38 33.270.415,94 13,8
2021 Jawa Tengah 5.494.227,01 31.135.306,20 17,6
Sumber: SIPSN Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(sipsn.menlhk.go.id/), diolah penulis

Penyumbang terbesar timbulan sampah diantara 35 kota/kabupaten di Jawa


Tengah adalah Kota Semarang.
Tabel 3 15 Kota/Kab Jawa Tengah Penyumbang Timbulan Sampah Th 2022

Prosentase
No Kota/Kabupaten Timbulan Sampah (ton)
(%)
1 Kota Semarang 431.085,22 9,00
2 Kab. Brebes 366.937,60 7,66
3 Kab. Grobogan 310.021,75 6,47
4 Kab. Demak 263.666,36 5,50
5 Kab. Tegal 252.115,34 5,26
6 Kab. Pati 246.223,89 5,14
7 Kab. Klaten 234.703,44 4,90
8 Kab. Pemalang 216.694,51 4,52
9 Kab. Sragen 215.417,38 4,50
10 Kab. Banyumas 195.964,49 4,09
11 Kab. Semarang 193.421,53 4,04
12 Kab. Purbalingga 186.120,80 3,89
13 Kab. Kebumen 169.013,40 3,53
14 Kab. Kudus 163.578,95 3,41
15 Kab. Jepara 150.516,42 3,14
Sumber: SIPSN Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(sipsn.menlhk.go.id/), diolah penulis
Timbulan sampah Kota Semarang berkolerasi dengan jumlah industri yang
berada di kota tersebut. Pada tahun 2021 industri manufaktur yang berada di Kota
Semarang sebanyak 520 industri dan menjadi kota dengan jumlah industri
manufaktur terbanyak di Jawa Tengah.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah (jateng.bps.go.id), diolah penulis


Gambar 4 10 Kota/Kabupaten dengan Jumlah Industri Manufaktur Terbanyak di
Tabel 4 Tabel 3. Enam Besar Industri Provinsi Jawa Tengah 2022

No Jenis Industri Jumlah


1 Makanan 895
2 Konveksi 546
3 Furniture 485
4 Tekstil 426
5 Kayu 268
6 Karet 243
Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah (jateng.bps.go.id), diolah penulis
Berdasarkan jenis industri komposisi industri di Jawa Tengah didominasi
industri makanan. Pada urutan kedua industri konveksi, diurutan ketiga industri
furniture. Menilik komposisi sampah berdasarkan jenis sampah di Provinsi Jawa
Tengah, maka sisa makanan berkontribusi paling besar.
Sumber: SIPSN Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(sipsn.menlhk.go.id/), diolah penulis
Gambar 4. Komposisi Sampah Berdasarkan Jenis Sampah Jawa Tengah 2022

Sampah sisa makanan menyumbang 45,49 persen sampah Jawa Tengah.


Kayu/ranting menempati urutan kedua dengan kontribusi 11,39 persen sampah.
Jumlah jenis sampah tersebut sesuai dengan industri Jawa Tengah yang
didominasi industri makanan (BPS Provinsi Jawa Tengah, 2022).
Potensi Sirkular Ekonomi Limbah Industri Manufaktur Jawa Tengah
Setiap industri menghasilkan jenis limbah yang berbeda-beda dan hal ini
sangat berpengaruh terhadap lingkungan jika limbah tidak diolah terlebih dahulu
sebelum dibuang (Sitogasa et al., 2021). Penerapan ekonomi sirkular pada industri
dapat memperpanjang usia produksi dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Ekonomi sirkular pada industri manufaktur juga termasuk dalam tujuan ke 9 dan
ke 12 Sustainable Development Goals (SDGs). Tujuan 9 yaitu industri, inovasi,
dan infrastruktur serta tujuan ke 12 konsumsi dan produksi yang
bertanggungjawab. Ekonomi sirkular diterapkan dengan pendekatan 5R: Reduce,
Reuse, Recycle, Refurbish, Renew (PPN/Bappenas, 2021).

Sumber: binus.ac.id
Gambar 5 Ekonomi Sirkular Pada Industri
Limbah B3 berpotensi dimanfaatkan sebagai sumber daya sebagai factor
produksi untuk menghasilkan produk baru. Limbah B3 tidak dapat diolah secara
langsung perlu tahapan berupa 1) penetapan limbah B3, 2) penyimpanan limbah,
3) pengangkutan, 4) pengumpulan, 5) pemanfaatan (DPMPTSP, 2020). Di Jawa
Tengah telah terdapat 43 perusahaan pengelola limbah B3 yang tersebar di
beberapa daerah, khususnya daerah industri.
Limbah B3 yang telah diolah dapat dimanfaatkan kembali melalui proses
tertentu untuk mengurangi sifat racun menjadi produk baru yang dapat digunakan
kembali dan bernilai ekonomis. Pemanfaatan limbah B3 yang dilakukan dapat
meliputi pemanfaatan sebagai subtitusi bahan baku, subtitusi sumber energy,
sebagai bahan baku dan pemanfaatan lain sesuai perkembangan teknologi.
Tabel 5 Pemanfaatan Limbah B3
No Jenis Limbah B3 Pemanfaatan
1 Sludge minyak Bahan pembuatan aspal
Bahan material bangunan
bahan bakar tungku cement klin
2 Katalis bekas Bahan baku semen
Bahan pengisi (filler)
Bahan material bangunan
3 Oli Bekas Pelumas kendaraan (oli)
Produk base oil
bahan bakar alternatif
4 Tailing (sisa industri logam) Tailing (sisa industri logam)
5 Slag nikel /buangan peleburan bijih Bahan material konstruksi jalan
nikel) (B403)
6 Fly ash Bahan campuran semen
Bahan pembuatan batako,
paving block, beton
Sumber: DPMPTSP Provinsi Jawa Tengah
Berbeda dengan limbah B3 yang harus diolah terlebih dahulu baru dapat
dimanfaatkan. Limbah non B3 dapat langsung dimanfaatkan tanpa menunggu
pengolahan terlebih dulu. Limbah industri berupa plastic dapat diolah menjadi
aneka kerajinan begitupun dengan limbah kertas. Peluang ekonomi sirkuler pada
limbah non B3 berupa:
Sumber: Kementerian PPN/Bappenas, 2021
Gambar 6 Penerapan 5R pada Limban Non B3
Penerapan ekonomi sirkular dapat membantu mempercepat transisi ekomi
yang inklusif, tangguh dan rendah karbon. Pada saat yang sama dapat mendukung
regenerasi system alam, menanggapi krisi iklim dan keanekaragaman hayati, serta
menciptakan pekerjaan hijau baru di Jawa Tengah
PENUTUP
Simpulan
Semakin banyaknya aktivitas di sector industri manufaktur, baik produksi
maupun konsumsi berdampak terhadap meningkatnya jumlah limbah yang
dihasilkan. Limbah industri terbagi menjadi dua yaitu limbah B3 dan limbah non
B3. dari tujuh kawasan industri di Jawa Tengah pada tahun 2022 menghasilkan
limbah B3 sebanyak 1.985.000 ton pertahun. Industri manufaktur menjadi
penyumbang terbesar kedua penghasil limbah B3 di Jawa Tengah sebanyak
616.000 ton limbah pertahun.
Jawa Tengah tahun 2022 menghasilkan 4.790.267,63 ton timbulan sampah
tahunan dengan timbulan sampah harian sebesar 13.124,01 ton. Timbulan sampah
tahunan tersebut menyumbang 19,3% dari timbulan sampah nasional.
Penyumbang terbesar timbulan sampah diantara 35 kota/kabupaten di Jawa
Tengah adalah Kota Semarang. Hal tersebut berkolerasi dengan jumlah industri
yang berada di kota Semarang. Menilik komposisi sampah berdasarkan jenis
sampah di Provinsi Jawa Tengah, maka sisa makanan berkontribusi paling besar.
Limbah B3 yang telah diolah dapat dimanfaatkan kembali melalui proses
tertentu untuk mengurangi sifat racun menjadi produk baru yang dapat digunakan
kembali dan bernilai ekonomis. Pemanfaatan limbah B3 yang dilakukan dapat
meliputi pemanfaatan sebagai subtitusi bahan baku, subtitusi sumber energy,
sebagai bahan baku dan pemanfaatan lain sesuai perkembangan teknologi.
Berbeda dengan limbah B3 yang harus diolah terlebih dahulu baru dapat
dimanfaatkan. Limbah non B3 dapat langsung dimanfaatkan tanpa menunggu
pengolahan terlebih dulu. Limbah industri berupa plastic dapat diolah menjadi
aneka kerajinan begitupun dengan limbah kertas. Jawa Tengah memiliki potensi
besar dalam penerapan ekonomi sirkular pada industri manufakturnya.
Rekomendasi
a. Dalam rangka menangani permasalahan limbah B3, Pemerintah Provinsi
Jawa Tengah dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas
Perindustrian, Dinas berupaya meningkatkan kualitas layanan perizinan bagi
industri pengelolaan limbah B3. Kualitas layanan yang baik akan
mendorong pihak swasta untuk membangun industri pengolahan limbah B3
di Jawa Tengah. Pada akhirnya limbah B3 di Jawa Tengah dapat di kelola
serta mampu membuka lapangan pekerjaan.
b. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah membuat peraturan mengikat terkait
pengelolaan limbah B3 serta seluruh mekanisme ekonomi sirkular yang
harus dilakukan industri agar limbah yang dihasilkan tidak disalurkan ke
lingkungan melainkan melalui proses dan diupayakan untuk dapat
digunakan kembali. Peraturan yang jelas dan mengikat mempermudah
pelaksanaan dan pengawasan industri.
c. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah membuka peluang selebar-lebarnya bagi
pemasaran produk kreatif berbahan dasar limbah serta memberdayakan
masyarakat sekitar. Apabila permintaan pasar akan produk kreatif
meningkat maka antusias industri untuk memproduksi semakin tinggi. Hal
ini akan mengurangi jumlah limbah, membuka lapangan usaha juga dapat
menjadi kegiatan pariwisata di Jawa Tengah.
d. Pemerintah membuat kanal-kanal pengaduan yang dapat diakses oleh
masyarakat umum. Aduan oleh masyarakat sekitar industri yang diteruskan
langsung kepada pihak berwenang turut menjadi bentuk pengawasan
terhadap kegiatan industri tersebut. Sehingga setiap bentuk penyelewengan
industri terhadap lingkungan dapat segera ditindak oleh pihak berwenang.
e. Pemerintah memberikan edukasi dan memperbanyak lembaga ditingkat
terendah seperti RT maupun RW untuk mengolah limbah pekarangan.
Kebiasaan untuk mengolah limbah disekitar akan turut mengurangi limbah
dan mempercepat pelaksanaan ekonomi sirkular di Jawa Tengah.

DAFTAR PUSTAKA
Anggarini, N. H., Stefanus, M., & Prihatiningsih. (2014). Pengelolaan Dan
Karakterisasi Limbah B3. Jurnal Beta Gamma, 5(1), 41–49.
Badan Pusat Statistik. (2020a). Profil Industri Mikro dan Kecil 2020. 22(2), 300.
https://doi.org/10.25104/transla.v22i2.1713
Badan Pusat Statistik. (2020b). Provinsi Jawa Tengah dalam Angka 2020. 3(2),
861.
Badan Pusat Statistik. (2023). Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I-2023.
Www.Bps.Go.Id, 13, 12.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. (2020). Statistik Industri Manufaktur
Besar dan Sedang Provinsi Jawa Tengah 2020 (Vol. 21, Issue 1).
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. (2021). Perkembangan Industri
Manufaktur Provinsi Jawa Tengah 2021.
Badan Standarisasi Nasional. (2022). Memahami konsep ekonomi sirkular dalam
mendorong pemulihan ekonomi yang berkelanjutan. BSN (Badan
Standarisasi Nasional).
Bappenas. (2021). Manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan dari ekonomi sirkular
di Indonesia. In Bappenas. Bappenas.
BI Institute. (2022). Ekonomi sirkular dan anti hedonism tak sekedar mimpi. BI
Institute.
DPMPTSP. (2020). Kajian Investasi Pengelolaan Limbah B3 di Jawa Tengah:
Excecutive Summary. Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu
Satu Pintu Provinsi Jawa Tengah, 1–13.
Jaeger, B., & Upadhyay, A. (2020). Understanding barriers to circular economy:
cases from the manufacturing industry. Journal of Enterprise Information
Management, 33(4), 729–745. https://doi.org/10.1108/JEIM-02-2019-0047
Jamil, I. R., Ananda Sintia Putri, & Nur Azizah Arianggi Suryaatmaja. (2023).
Evaluating Green Efficiency of Manufacture Sector and Its Determinants in
East Java Province. East Java Economic Journal, 7(1), 90–108.
https://doi.org/10.53572/ejavec.v7i1.90
Kementerian Perindustrian. (2022). Laporan Informasi Industri 2022. 174.
https://kemenperin.go.id/download/25641/Laporan-Informasi-Industri-2020
Kumar, V., Sezersan, I., Garza-Reyes, J. A., Gonzalez, E. D. R. S., & AL-Shboul,
M. A. (2019). Circular economy in the manufacturing sector: benefits,
opportunities and barriers. Management Decision, 57(4), 1067–1086.
https://doi.org/10.1108/MD-09-2018-1070
Lubis, A. A. (2020). Analisis Dampak Sektor Industri Manufaktur, Kemiskinan
Dan Belanja Pemerintah Bidang Lingkungan Terhadap Kualitas Air Di
Indonesia. Quantitative Economics Journal, 4(2), 100–110.
https://doi.org/10.24114/qej.v4i2.17465
Mahfudloh, & Lestari, hesti. (2017). Strategi Penanganan Limbah Industri Batik.
Journal Public Policy and Management Review, 6(3), 54–69.
Mirajhusnita, I., Santosa, T. H., & Hidayat, R. (2020). Pemanfaatan Limbah B3
Sebagai Bahan Pengganti Sebagian Agregat Halus Dalam Pembuatan Beton.
Eengineering, 11(1), 24–33.
http://e-journal.upstegal.ac.id/index.php/eng/article/view/1495
Nursabrina, A., Joko, T., & Septiani, O. (2021). Kondisi Pengelolaan Limbah B3
Industri Di Indonesia Dan Potensi Dampaknya: Studi Literatur. Jurnal Riset
Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung, 13(1), 80–90.
https://doi.org/10.34011/juriskesbdg.v13i1.1841
PPN/Bappenas, K. (2021). Manfaat Ekonomi, Sosial dan Lingkungan dari
Ekonomi Sirkular di Indonesia. Alpha Beta, 202, 6–7.
Rashidi, K., Noorizadeh, A., Kannan, D., & Cullinane, K. (2020). Applying the
triple bottom line in sustainable supplier selection: A meta-review of the
state-of-the-art. Journal of Cleaner Production, 269, 122001.
Sari, D. P., Hartini, S., Alkaisi, F., & Naufal, T. R. (2022). Sustainable
Manufacturing Dan Circular Economy: a Systematic Literature Review. J@ti
Undip: Jurnal Teknik Industri, 17(3), 191–201.
https://doi.org/10.14710/jati.17.3.191-201
Siregar, S., & Kiswiranti, D. (2020). ANALISIS KUALITAS AIR TANAH
AKIBAT PENGARUH SUNGAI KLAMPOK YANG TERCEMAR
LIMBAH INDUSTRI DI KECAMATAN BERGAS SEMARANG JAWA
TENGAH (Analysis of Groundwater Quality Due to Effect Klampok River
that was Contaminated Industrial Waste in Bergas Semarang Centra. Jurnal
Manusia Dan Lingkungan, 26(1), 36. https://doi.org/10.22146/jml.39962
Sitogasa, P. S. A., Novembrianto, R., & Hidayah, E. N. (2021). Perencanaan Ipal
Kawasan Industri Di Jawa Tengah. Prosiding ESEC, 2(1), 43–50.
Susanti, E. (2017). Pemanfaatan Limbah Slag Baja Sebagai Pengganti. V(1), 31–
36.
VOAIndonesia.com. 15 Maret 2023. Rumah Panggung di Pesisir Jateng yang
Tenggelam Solusi Paten atau Palsu. diakses melalui
https://www.voaindonesia.com/a/rumah-panggung-di-pesisir-jateng-yang-
tenggelam-solusi-paten-atau-palsu-/7006073.html

Anda mungkin juga menyukai