Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Regional
Dosen Pengampuh : Fahmi Wibawa, SE,MBA.
EKONOMI PEMBANGUNAN
2019
Pendahuluan
Pembangunan ekonomi dalam lima tahun ke depan diarahkan untuk meningkatkan ketahanan
ekonomi yang ditunjukkan oleh kemampuan dalam pengelolaan dan penggunaan sumber
daya ekonomi, dalam memproduksi barang dan jasa bernilai tambah tinggi untuk memenuhi
pasar dalam negeri dan ekspor. Hasilnya diharapkan mendorong pertumbuhan yang inklusif
dan berkualitas yang ditunjukkan dengan keberlanjutan daya dukung sumber daya ekonomi
bagi peningkatan kesejahteraan secara adil dan merata.
Pembangunan ekonomi dilaksanakan melalui dua pendekatan, yaitu: (1) pengelolaan sumber
daya ekonomi, dan (2) peningkatan nilai tambah ekonomi. Kedua pendekatan ini menjadi
landasan bagi sinergi dan keterpaduan kebijakan lintas sektor yang mencakup sektor pangan
dan pertanian, kemaritiman, perikanan dan kelautan, industri pengolahan, pariwisata,
ekonomi kreatif, dan ekonomi digital. Pelaksanaan kedua fokus tersebut didukung dengan
perbaikan data untuk menjadi rujukan pemantauan dan evaluasi capaian pembangunan, serta
perbaikan kualitas kebijakan.
Ada beberapa capaian pembangunan yang terjadi pada periode 2015 – 2019 diantaranya :
Ketiga, kualitas investasi diakatakan rendah jika investasi belum sepenuhnya berorientasi
ekspor, khususnya dalam PMA. transfer teknologi dan pengetahuan dari masuknya PMA yg
dapat mendorong inovasi pada ekspor belum sepenuhnya terwujud. Sebagian besar investasi
masih menyasar pasar dalam negeri dan belum banyak yang mengekspor. Investasi juga
bergeser dari sektor sekunder ke tersier dalam dau tahun terakhir.
Transformasi structural yang berjalan lambat juga ditunjukkan oleh dominasi usaha skala
mikro. Kondisi ini menunjukan adanya hollow middle yang menjadikan kapasitas dunia usaha
untuk membangun ketekaitan hulu – hilir menjadi terbatas.
Upaya untuk meningkatkan skala UMKM saat ini belum menunjukan hasil yang optimal.
Upaya ini masih menghadapi tantangan kapasitas koperasi unutkk menjadi usaha yang
modern dan professional. Baru sekitar 7% UMKm yang menjalin kemitraan dengan
perusahaan lain.
Tapi, dalam tren perbaikan terdapat pada sisi kewirausahaan yang sudah mencapai 3,3% pada
tahun 2019. Kondisi ini disebabkan karena banyaknya masyarakat yang berwirausaha. Data
Global Entrepreneurship Monitor (2017) menunjukan peningkatan kepercayaan diri,
kapasitas dan partisipasi masyarakat Indonesia untuk berwirausaha. Tren ini sejalan dengan
perkembangan ekonomi global yang membuka banyak kesempatan berusaha.
Namun, dengan banyaknya masyarakat yang berwirausaha tidak didasarkan pada pemahaman
tentang model bisnis, pasar dan inovasi. Masih banyak masyarakat yang berwirausaha
merupakan usaha yang mencontoh, ini adalah tantangan berat untuk menjamin keberlanjutan
wirausaha.
Pada tahun 2018, Pemerintah meluncurkan gerakan Making Indonesia 4.0. Gerakan ini
sejalan dengan era digitalisasi untuk tujuan peningkatan produktivitas, efisiensi, dan kualitas
layanan. Pemanfaatan ekonomi digital ke depan memiliki potensi yag besar untuk tujuan
peningkatan nilai tambah ekonomi.
Tantangan yang dihadapi Indonesia dalam era digitalisasi juga cukup besar. Dari sisi
kesiapan inovasi untuk menghadapi revolusi digital. Indonesia memiliki keunggulan dalam
harga, tapi jauh tertinggal dalam infrastruktur dan pemanfaatan oleh masyarakat.
Kesiapan Indonesia dalam menghadapi tantangan di era digitalisasi yang mampu mendorong
inovasi dalam pemerintahan, model usaha, dan pola hidup masyarakat juga kurang. Cara
beradaptasi, pendidikan dan pelatihan, ekosistem teknologi dan itegrasi informasi teknologi
menjadi isu-isu yang perliu ditangani agar segera memanfaatkan kemajuan teknologi digital.
Tantangan lain yang dihadapi berkaitan dengan pengembangan SDM dan persaingan
usaha.Era digitalisasi membawa dampak padapola bekerja yang Membuat pekerjaan menjadi
lebih sederhana dan repetitif. Pola perdagangan dan penyediaan layanan daring serta
penggunaan pembayaran nontunai menjadikan banyak usaha tidak lahi relevan. Kondisi ini
mengharuskan adanya kebijakan dan pola adaptasi menyeluruh dalam pemanfaatan
transformasi digital.
Dalam lima tahun mendatang, sasaran yang akan diwujudkan dalam rangka memperkuat
ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya daya dukung dan kualitas sumber daya ekonomi sebagai modalitas
bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan; dan
2. Meningkatnya nilai tambah, lapangan kerja, investasi, ekspor dan daya saing
perekonomian.
A. Meningkatnya daya dukung dan kualitas sumber daya ekonomi sebagai modalitas
bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan
1. Pemenuhan kebutuhan energi dengan mengutamakan peningkatan energi baru
terbarukan (EBT)
2. Peningkatan kuantitas/ketahanan air untuk mendukung pertumbuhan ekonomi
3. Peningkatan ketersediaan, akses dan kualitas konsumsi pangan
4. Peningkatan pengelolaan kemaritiman, perikanan, dan kelautan
B. Meningkatnya nilai tambah, lapangan kerja, investasi, ekspor dan daya saing
perekonomian
1. Penguatan kewirausahaan dan UMKM, dan koperasi
2. Peningkatan nilai tambah, lapangan kerja, dan investasi di sektor riil, dan
industrialisasi
3. Peningkatan ekspor bernilai tambah tinggi dan penguatan Tingkat Komponen
Dalam Negeri (TKDN)
4. Penguatan pilar pertumbuhan dan daya saing ekonomi
Target-target diatas diharapkan dapat diwujudkan dalam lima tahun mendatang yaitu tahun
2024. Dengan adanya target-target tersebut Pemerinah diharapkan bisa lebih memfokuskan
anggaran serta kebijakan yang mengarah pada target-target tersebut.
Di dalam subbab ini terdapat dua poin utama yang didalamnya terbagi dalam beberapa poin
lagi, poin yang pertama yaitu pengelolaan sumber daya ekonomi dan poin yang kedua yaitu
peningkatan nilai tambah ekonomi.
Di dalam poin ini berisi arah kebijakan dalam rangka pengelolaan sumber daya ekonomi pada
tahun 2020-2024.
Di dalam poin ini berisi arah kebijakan dalam rangka peningkatan nilai tambah ekonomi pada
tahun 2020-2024.
Kebijakan yang pertama yaitu penguatan kewirausahaan, usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) dan koperasi. Di tahun 2019 kontribusi UMKM terhadap PDB meningkat 5%
sehingga total kontribusinya adalah 65% maka dari itu pemerintah mempunyai beberapa
strategi seperti meningkatkan kemitraan usaha antara usaha mikro kecil dan usaha menengah
besar; meningkatkan kapasitas usaha dan akses pembiayaan bagi wirausaha; meningkatkan
kapasitas, jangkauan, dan inovasi koperasi; meningkatkan penciptaan peluang usaha dan
start-up; serta meningkatkan nilai tambah usaha sosial.
Kebijakan yang kedua yaitu peningkatan nilai tambah, lapangan kerja, dan investasi di sektor
riil, dan industrialisasi di dalam kebijakan ini pemerintah berfokus kepada peningkatan
akselerasi dan kualitas industrialisasi baik pertanian maupun non pertanian yang secara
umum dapat dilakukan dengan cara peningkatan produktivitas; penguatan rantai pasok atau
nilai melalui harmonisasi kebijakan yang mempengaruhi efisiensi alur input-proses-output-
distribusi; diversifikasi dan peningkatan kualitas produk industri hulu, antara dan hilir untuk
penyediaan bahan baku, bahan antara/penolong dan barang jadi; perluasan pengembangan
permesinan; penguatan infrastruktur pendukung industri; penguatan circular economy sebagai
sumber efisiensi dan nilai tambah; dan penyediaan insentif melalui pembiayaan industri.
Semua strategi ini bertujuan untuk memperbaiki iklim usaha dan meningkatkan investasi,
termasuk reformasi ketenagakerjaan.
Kebijakan yang ketiga yaitu peningkatan ekspor bernilai tambah tinggi dan penguatan
Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), kebijakan ini mempunyai hubungan yang erat
dengan kedua kebijakan sebelumnya yaitu UMKM dan industrialisasi dimana jika kedua
kebijakan tersebut berjalan dengan lancar maka target selanjutnya yaitu ekspor,salah satu
target yang ingin dicapai yaitu peningkatan ekspor produk industri yang lebih kompleks yang
berteknologi menengah dan tinggi. Indonesia juga memiliki potensi yang cukup besar jika
dapat memanfaatkan nation branding dengan cara Peningkatan citra dan diversifikasi
pemasaran pariwisata difokuskan pada inovasi dan keterpaduan pemasaran yang juga
melibatkan kekayaan budaya, termasuk kekayaan kuliner Indonesia.
Kebijakan yang keempat yaitu penguatan pilar pertumbuhan dan daya saing ekonomi, di
dalam kebijakan ini yang menjadi fokus pemerintah yaitu mengoptimalkan pemanfaatan
teknologi digital dan industri 4.0, industri 4.0 dilaksanakan secara bertahap pada lima
subsektor yaitu makanan-minuman, tekstil dan pakaian jadi, otomotif, elektronik, dan kimia
termasuk farmasi. Penerapannya diperluas untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan
daya saing di sektor pertanian, perikanan dan kemaritiman, kehutanan, energi, pariwisata,
ekonomi kreatif, transportasi, perdagangan, dan jasa keuangan. Pada kebijakan ini pemerintah
juga berpedoman terhadap sustainable development goals (SDGS) lebih tepatnya SDGS 12
(Responsible consumption and production) yang dalam pelaksanaannya akan dilakukan
penerapan Standar Industri Hijau oleh industri pengolahan untuk pengelolaan risiko
lingkungan, serta sertifikasi praktik pariwisata berkelanjutan.