Kriteria dasar untuk menjadi negara industri maju 1) Memiliki peranan dan kontribusi tinggi bagi perekonomian Nasional, 2) IKM memiliki kemampuan yang seimbang dengan Industri Besar, 3) Memiliki struktur industri yang kuat (Pohon Industri lengkap dan dalam), 4) Teknologi maju telah menjadi ujung tombak pengembangan dan penciptaan pasar, 5) Telah memiliki jasa industri yang tangguh yang menjadi penunjang daya saing internasional industri, 6) Telah memiliki daya saing yang mampu menghadapi liberalisasi penuh dengan negara-negara APEC Permasalahan sektor industri 1. Belum terdapat komitmen yang kuat dan keserasian ide untuk pengembangan sektor industri pengolahan. 2. Industri pengolahan sebagian tidak berbasis sumber daya ekonomi domestik, sehingga tergantung dari bahan baku impor. 3. Belum ada pemihakan yang kuat kepada investor domestik ( menengah dan kecil ) sebagai pemain inti dalam sektor industri. 4. Kebijakan liberalisasi yang dilakukan tanpa kalkulasi yang cermat sehingga pasar domestik dibanjiri komoditas impor Data impor Nilai impor Desember 2013 sebesar US$15,46 miliar, naik 2,04 persen dibanding impor November 2013 dan turun 0,79 persen jika dibanding impor Desember 2012. Nilai impor menurut golongan penggunaan barang Desember 2013 mencakup barang konsumsi sebesar US$1,18 miliar, bahan baku/penolong US$11,85 miliar, dan barang modal US$2,43 miliar.
Pertumbuhan produksi sektor industri
Y-on Y ( triwulan IV-2013 dengan triwulan IV-2012) q to q (triwulan IV- 2013 dengan triwulan III-2013) Pertumbuhan produksi industri pengolahan / manufaktur besar dan sedang naik 0,13 persen
naik 0,55 persen Pertumbuhan produksi industri mikro dan kecil naik 5,18 persen naik1,58 persen Sumber: data sosial ekonomi BPS Februari 2014 29.04% 25.50% 12.05% 10.18% 23.23% Sektor utama industri nasional sub sektor peralatan, mesin dan perlengkapan transportasi sub sektor makanan. Minuman. Dan tembakau sub sektor produk pupuk,kimia dan karet sub sektor tekstil, barang dari kulit dan alas kaki lain-lain *Sumber: Buku Ahmad Erani Yustika (2012) langkah yang bisa dilakukan pemerintah untuk memperkuat lagi sektor industri a. Memperkuat empat sub-sektor yang memiliki kontribusi terhadap sektor industri. Empat sektor ini perlu lebih didorong karena keunggulan komparatifnya bagus dan ketergantungan terhadap bahan baku impor tidak terlalu besar. b. Diluar empat sub-sektor tersebut, sebetulnya kita juga memiliki beberapa subsektor industri lainnya yang potensial dikembangkan karena produktivitas tenaga kerjanya bagus atau penetrasi ekspornya kuat seperti sub-sektor mutiara,batu permata, logam mulia, dan perhiasan imitasi, sub-sektor batu bara , minyak dan gas bumi dan bahan bakar dari nuklir dan kimia serta barang-barang dari bahan kimia Strategi untuk menjadi negara industri maju 1) Meningkatnya nilai tambah industri, 2) Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri, 3) Kokohnya faktor-faktor penunjang pengembangan industri, 4) Meningkatnya kemampuan inovasi dan penguasaan teknologi industri yang hemat energi dan ramah lingkungan, 5) Menguat dan lengkapnya struktur industri, 6) Meningkatnya persebaran pembangunan industri, serta 7) Meningkatnya peran industri kecil dan menengah terhadap PDB Nasib sektor pertanian Sektor pertanian merupakan kisah sukses perekonomian nasional pada masa lampau. Secara tegas GBHN yang pernah dimiliki indonesia menempatkan sektor pertanian sebagai pondasi pembangunan ekonomi. Namun setelah krisis 1997/1998 keadaan tiba-tiba berubah sangat cepat. Secara nasional indonesia tidak memiliki lagi panduan strategi pembangunan ekonomi yang tegas untuk mendudukkan sektor pertanian sebagai basis perekonomian. Secara teknis, kebijakan ekonomi banyak didikte oleh asing, khususnya melalui perjanjian letter of intent dan IMF, yang meliberalisasi sektor pertanian secara drastis kenyataan itu membuat insentif melakukan kegiatan produksi disektor pertanian menjadi menurun karena banjir produk impor. Implikasinya beberapa produk atau komoditas andalan seperti kedelai dan jagung, produksinya menurun drastis Latar belakang pembangunan wilayah pedesaan, khususnya pertanian 1. Pertanian merupakan sektor yang bertanggung jawab menyediakan kebutuhan pangan masyarakat sehingga eksistensinya mutlak diperlukan; 2. Sektor pertanian ikut menyediakan bahan baku bagi sektor industri (agro industri) sehingga proses produksi aktivitas industri dapat terus berlangsung; 3. Sektor pertanian turut memberi kontribusi meningkatkan besarnya devisa negara dengan komoditas yang dapat diekspor; 4. Pertanian merupakan sektor yang menyediakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja pedesaan. Permasalahan struktural yang dihadapi oleh sektor pertanian Indonesia: 1. Kepemilikan lahan sempit; 2. Tingkat pendidikan petani rendah (sebagian besar SD dan tidak tamat SD) 3. Mayoritas miskin, keterbatasan modal 4. Akses informasi dan pasar terbatas 5. Ancaman perdagangan bebas
Sektor Pertanian Rumah tangga usaha pertanian, rumah tangga petani gurem, jumlah petani, rata-rata luas lahan yang dikuasai, jumlah sapi dan kerbau, (angka tetap ST2013) Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 26,14 juta rumah tangga usaha pertanian. Jumlah rumah tangga usaha pertanian menurut subsektor sebanyak 17,73 juta rumah tangga Tanaman Pangan, 10,60 juta rumah tangga Hortikultura, 12,77 juta rumah tangga Perkebunan, 12,97 juta rumah tangga Peternakan, 1,19 juta rumah tangga Budidaya Ikan, 0,86 juta rumah tangga Penangkapan Ikan, 6,78 juta rumah tangga Kehutanan, dan 1,08 juta rumah tangga Usaha Jasa Pertanian.
Jumlah rumah tangga petani gurem di Indonesia tahun 2013 sebanyak 14,25 juta rumah tangga atau 55,33 persen dari rumah tangga pertanian pengguna lahan. Jumlah rumah tangga petani gurem 2013 mengalami penurunansebanyak 4,77 juta rumah tangga atau sebesar 25,07 persen dibandingkan tahun 2003. Jumlah petani di Indonesia sebanyak 31,70 juta orang, terbanyak di Subsektor Tanaman Pangan sebanyak 20,40 juta orang dan paling sedikit di Subsektor Perikanan kegiatan penangkapan ikan sebanyak 0,93 juta orang. Jumlah rumah tangga menurut petani utama yang berusia di atas 54 tahun relatif besar, yaitu 8,56 juta rumah tangga (32,76 persen). Rata-rata luas lahan yang dikuasai rumah tangga usaha pertanian tahun 2013 seluas 0,89 hektar, meningkat sebesar 118,80 persen dibandingkan tahun 2003 sebesar 0,41 hektar.
PERMASALAHAN PANGAN
Krisis pangan dan minyak dunia menjadi sumber malapetaka yang saat itu karena indonesia telah menjadi importir penting untuk kedua barang tersebut. Inflasi bukan hanya membuat daya saing komoditas domestik menjadi turun, namun yang lebih mencemaskan adalah turunnya daya beli masyarakat sehingga menggerogoti kesejahtraan mereka.rakyat miskin sendiri menjadi fokus disini karena konsumsi pangan mereka bisa menghabiskan 70-80% dari total pendapatannya. Harga Pangan Rata-rata harga beras Januari 2014 sebesar Rp11.224,00 per kg, naik 1,36 persen dari bulan sebelumnya. Harga cabai rawit naik 23,89 persen; telur ayam ras naik 9,11 persen; cabai merah naik 8,10 persen; daging ayam ras naik 4,83 persen; ikan kembung naik 4,14 persen; susu kental manis naik 2,11 persen; daging sapi naik 2,08 persen.
Produksi Tanaman Pangan Angka Ramalan II Tahun 2013 Produksi padi tahun 2013 diperkirakan sebesar 70,87 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) atau meningkat sebesar 2,62 persen dibanding tahun 2012. Produksi jagung tahun 2013 diperkirakan sebesar 18,51 juta ton pipilan kering atau turun sebesar 4,52 persen dibanding tahun 2012. Produksi kedelai tahun 2013 diperkirakan sebesar 807,57 ribu ton biji kering atau turun sebesar 4,22 persen dibanding tahun 2012.
Produksi Hortikultura Produksi cabai besar pada tahun 2012 sebanyak 954,36 ribu ton. Produksi cabai rawit pada tahun 2012 sebanyak 702,25 ribu ton. Produksi bawang merah pada tahun 2012 sebanyak 964,22 ribu ton.
kebijakan yang dapat ditempuh pemerintah untuk memitigasi problem krisis pangan agar tidak menggerogoti daya beli masyarakat a. Pemerintah mesti menyiapkan skema bantuan pangan ( khususnya beras ) kepada penduduk yang diidentifikasikan sebagai kelompok miskin versi BPS, yang jumlahnya sekitar 31,02 juta jiwa. Subsidi ini harus datang tepat jumlah, tepat mutu, dan tepat waktu. b. Manajemen impor dan distribusi pangan harus dilakukan secara hati-hati untuk memastikan pasokan cukup tanpa merugikan kepentingan petani. c. Melakukan langkah besar, drastis, dan sistematis untuk menempatkan kembali sektor pertanian dan industri ( yang berbasis pertanian ) sebagai sektor pemimpin di Indonesia.