TUGAS
Dikerjakan Oleh:
IRMAWATI
C102 22 028
DOSEN:
Muhamad Ahlis, SE, DEA, Ph.D
Dr. Muhtar Lutfi, SE, M.Si
1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bangkalan Tahun
2005 - 2025 adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi dan
arah pembangunan daerah yang merupakan satu kesatuan dalam Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional. Penyusunannya dilakukan secara terencana, bertahap dan
sistimatis yang didasarkan pada kondisi, potensi, proyeksi sesuai kebutuhan kabupaten
dalam kurun waktu 20 tahun yang akan datang.
RPJP Kabupaten Bangkalan ditetapkan dengan maksud untuk memberikan arah dalam
penyelenggaraan pemerintahan, perencanaan pengembangan wilayah, pembuatan
program pembangunan yang berbasis potensi daerah dan melakukan peningkatan
kualitas pelayanan kepada masyarakat serta menjadi acuan bagi pemerintah dan
masyarakat Kabupaten Bangkalan dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan daerah sesuai
dengan visi, misi, dan arah pembangunan yang disepakati Bersama.
Pola penentuan isu-isu strategis sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah dalam pasal 40 menyatakan bahwa dalam penyusunan
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) antara lain mencakup analisis
isu-isu strategis. Dalam upaya menganalisa isu-isu stategis tersebut maka digunakan
metode SWOT. Isu-isu strategis Pemerintah Kabupaten Bangkalan pada dasarnya
adalah masalah/persoalan atau agenda yang perlu/harus atau dapat dilakukan atau
dikerjakan oleh pemerintah daerah selang waktu 20 tahun. Strategis tidaknya suatu isu
tertentu harus dinilai dari kerangka urgensitas dan relevansi penanganannya sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan Kabupaten Bangkalan.
Dengan demikian isu-isu strategis Kabupaten Bangkalan sesuai dengan analisis tersebut
adalah
pengembangan lintas utara, lintas tengah dan lintas selatan yang menghubungkan
Kabupaten Bangkalan dengan Kabupaten di Madura, disamping juga pengembangan
jalan-jalan sirip disekitar akses Suramadu yang merupakan rencana kawasan strategis
nasional guna pengembangan wilayah di Kabupaten Bangkalan.
Salah satu pengembangan prasarana wilayah yang terkait dengan rencana
pengembangan transportasi adalah sarana dan prasarana terminal tipe A dengan fungsi
sebagai terminal utama melayani trayek antar kota antar provinsi yang direncanakan
di Kawasan Suramadu.
2.2.2 Telekomunikasi
Memperhatikan perkembangan pembangunan Kabupaten Bangkalan ke
depan seiring dengan beroperasionalnya Jembatan Suramadu, kebutuhan teknologi
telekomunikasi akan sangat diperlukan bagi perkembangan wilayah. Kemajuan
teknologi yang disajikan dengan berbagai macam fasilitas telah menarik minat
masyarakat yang semakin hari semakin menginginkan kemudahan.
Pengembangan teknologi telekomunikasi dengan masih memanfaatkan
teknologi kabel menjadi kendala karena memerlukan investasi yang besar. Tetapi hal
ini akan menjadi tantangan bagi penyedia pelayanan jasa telekomunikasi baik
perusahaan BUMN maupun perusahaan swasta untuk meningkatkan dan
mengembangkan teknologi telekomunikasi.
Penggunaan fasilitas telekomunikasi oleh masyarakat meliputi prasarana
telekomunikasi dan informatika. Selain mengoptimalkan jaringan telepon kabel,
prasarana telematika dalam pengembangannya juga perlu penyediaan tower BTS (Base
Transceiver Station). Hal ini sangat penting untuk menjangkau pelosok pedesaan.
Dengan perkembangan teknologi komunikasi untuk meningkatkan kebutuhan dan
pelayanan prasarana telematika, perlu dilakukan peningkatan jumlah dan mutu
telematika pada tiap wilayah, yaitu :
1) Menerapkan teknologi telematika berbasis teknologi modern;
2) Pembangunan teknologi telematika pada kawasan pusat pertumbuhan;
3) Mengarahkan dan memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS untuk
provider seluler dengan pengelolaan dan pemanfaatan bersama.
Ketersediaan sumber daya air yang cukup besar dalam kenyataannya saat ini belum
dioptimalkan pemanfaatannya. Untuk mengantisipasi kekekurangan air di Kabupaten
Bangkalan diupayakan dengan pengembangan air baku dengan rencana pengembangan
sumber daya air berupa rencana pembangunan waduk blega, pemanfaatan sumber air
baku alternatif, pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi dan pembangunan
embung di masing-masing wilayah yang mempunyai potensi pengembangannya.
karena posisi mereka yang rentan dan tersubordinasi. Sedangkan kemiskinan, di sisi
yang lain akan menyebabkan terjadinya percepatan dan pendalaman kemiskinan, yang
ujung-ujungnya akan memperlebar jurang perbedaan antar kelas, antar daerah, dan
antar yang dikuasai dan yang menguasai, serta melahirkan efek domino lain berupa
peningkatan jumlah pengangguran, rendahnya pertumbuhan ekonomi di sektor riil,
terpuruknya kualitas sumber daya manusia yang ada, rendahnya akses masyarakat ke
berbagai layanan publik, dan bahkan hilangnya kesempatan si miskin untuk
meningkatkan posisi tawar dan melakukan mobilitas vertikal untuk memperbaiki taraf
kehidupannya.
Persoalan kemiskinan seringkali makin sulit teratasi ketika kesenjangan
sosial yang terjadi tak kunjung teratasi. Faktor penyebab kemiskinan seolah tak
kunjung tertangani bukan sekedar karena dan bersumber pada kelemahan dari
masyarakat miskin itu sendiri, tetapi lebih karena faktor-faktor struktural di luar
kemampuan masyarakat miskin yang cenderung makin komplek dan tidak ramah
kepada masyarakat miskin.
Kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya pulih dari krisis, dan imbas
terjadinya krisis global, bukan saja menyebabkan terjadinya gelombang PHK,
berkurangnya kesempatan kerja, dan kolapsnya sejumlah usaha mandiri yang ditekuni
masyarakat, tetapi juga menyebabkan terjadinya proses perluasan dan pendalaman
kemiskinan. Akibat kualitas SDM masyarakat yang masih tertinggal, dengan rata-rata
tingkat pendidikan yang rendah dan belum ditunjang kecakapan, serta keahlian yang
professional, seringkali menyebabkan tenaga kerja yang ada tidak sesuai (mismatch)
dengan kebutuhan pasar kerja.
Untuk menangani kemiskinan dan meningkatkan posisi tawar (bargaining)
masyarakat miskin terhadap semua bentuk eksploitasi dan sub ordinasi, yang
dibutuhkan adalah kemudahan ekonomi (economic facilities) yang benar-benar nyata
dan peluang-peluang sosial (social opportunities) yang memihak kepada masyarakat
miskin dan pengangguran. Dalam hal ini kemudahan ekonomi, adalah kesempatan dan
makin terbukanya akses masyarakat miskin terhadap berbagai sumber permodalan dan
peluang usaha tanpa dibebani dengan persyaratan yang menyulitkan. Sedangkan
peluang-peluang sosial adalah upaya untuk meningkatkan kesempatan masyarakat
miskin melakukan mobilitas sosial-ekonomi secara vertikal melalui pemenuhan
kebutuhan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, dan bahkan kebutuhan untuk
melakukan partisipasi politik secara aktif.
3. APRESIASI
Dapat diapresiasi bahwa rencana pembangunan jangka Panjang daerah bangkalan ini
telah sesui dengan landasan-landasan hukum serta regulasi yang dimuat dalam
permendagri 86 Tahun 2017 Pasal 19. pembangunan jangka Panjang daerah bangkalan
ini sangat membawa dampak positif bagi masyarakat maupun bagi daerah dikarenakan
rencana pembangunan tersebut merencanakan pembangunan yang berpotensi
meningkatkan kualitas daerah bangkalan baik kualitas masyarakat maupun kualitas
daerah,Rencana pembangunan jangka Panjang daerah karawang ini mencakup
pembangunan di berbagai sektor seperti di sektor Pendidikan,
Kesehatan,pariwisata,pertanian dan sosial budaya sehingga berpotensi meningkatkan
kualitas daerah Bangkalan, Serta rencana pembangunan jangka Panjang ini dapat
dijadikan acuan untuk rencana pembangunan jangka pendek maupun menengah daerah
bangkalan.
Dilihat dari pengambilan isu strategis yang disusun kabupaten bangkalan, telah
menyesuaikan penyusunannya dengan permendagri no 86 Thn 2017 di pasal 163 di
dalamnya menjelaskan permasalahan pokok yang dihadapi dan akar masalah, sehingga
menjadi salah satu dasar perumusan kebijakan pembangunan Daerah dan Perangkat
Daerah.
6.2 KESIMPULAN
Dapat diambil kesimpulan bahwa RPJPD ini bertujuan untuk Menetapkan visi, misi dan
arah pembangunan jangka panjang Kabupaten bangkalan serta Menjamin terwujudnya
integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antardaerah, atarruang, atarwaktu, antarfungsi
pemerintah daerah, maupun antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota.
7.REFERENSI