Anda di halaman 1dari 13

1 BAB 1

PENDAHULUAN
Bab ini mebahas terkait mengenai urgensi latar belakang yang mendasari penelitian
“Manajemen DAS Sampean dengan menggunakan Interpretative Structural Modelling
(ISM)”. Pada bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penelitian , pertanyaan penelititan,
manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penulisan

1.1 Latar Belakang


Daerah aliran sungai merupakan suatu wilayah daratan yang secara topografis dibatasi
oleh punggung gunung yang menampung dan menyimpan air untuk di alirkan ke laut melalui
sungai utama ( Suprayogo, Widianto, Hairiah & Nita, 2017). Rusaknya DAS merupakan
salah satu terjadi penyebab banjir. DAS di sebut rusak jika seluruh atau sebagian komponen
mengalami kerusakan. Terdapat 2 Komponen tersebut antara lain a.) Komponen retensi dari
vegetasi yang mengalami penurunan karena adanya alih fungsi lahan dari kawasan lindung
menjadi kawasan budidaya dan b.) Komponen morfologi yang berubah karena morfologi
tanpa tutupan vegetasi yang cukup akan menyebabkan erosi. Kerusakan DAS akan
menyebabkan erosi di hulu, sedimentasi di wilayah hilir, kekeringan di wilayah hulu dan
banjir serta longsor yang terjadi di beberapa tempat. (Maryono, 2015 dalam Juwono &
Subagyo, 2017). Secara ekonomi perubahan penggunaan lahan dapat meningkatkan ekonomi
akan tetapi jika perubahan penggunaan lahan tidak di di ikuti dengan kajian perencanaan
yang baik akan meningkatkan intesintas run-off dan terjadinya bencana alam. (Juwono &
Subagyo, 2017). Total kejadian bencana banjir di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 1.065
kejadian (BNPB, 2020). Perencanaan lingkungan akan bereaktif ketika sudah terjadi bencana.
Dengan kata lain di fokuskan untuk mencoba memperbaiki permasalahan setelah terjadi
bencana banjir (Haight et all, 1997 dalam Lubis 2004).

Kerusakan DAS di samping karena faktor perubahan penggunaan lahan juga di


sebabkan oleh masalah institusi, hukum dan kelembagaan yang mengatur DAS. (Nugroho,
2003 dalam Mulyawan, Wahjunie, Ichwandi & Tarigan, 2022). Selama ini belum optimalnya
fungsi DAS yang di akibatkan oleh ketidakterpaduan antar sektor dan antar wilayah dalam
pengelolaan sumberdaya alam DAS. Adanya egosentris kedaerahan menyebabkan masing
masing pemerintah kota/daerah merasa hanya bertanggung jawab pada wilayah
administrasinya sendiri. Pengelolaan lingkungan selalu menuntut beyond the administrative
boundary dan masih adanya egoisme daerah yang terjadi. Sering kali dalam pengelolaan
lingkungan lempar tanggung jawab jika terjadi kasus kerusakan lingkungan. (Hadi, 2005
dalam Mulyawan, Wahjunue, Ichwandi, & Tarigan , 2022). Kebijakan pengeloaan DAS
terbagi menjadi dua cara yakni struktural dan non struktural. (Kodatie & Sjarief, 2010)
menyatakan tindakan struktural dengan membangun sebuah fasilitas pengendali air baik dari
kualitas dan kuantitas air dan tindakan non struktural merupakan pengelolaan air melalui
sebuah program atau aktivitas yang tidak membutuhkan fasilitas terbangun. Pengelolaan
DAS terpadu merupakan penanganan integral semua stakeholder dalam pengelolaan banir.
Pengelolaan bencana banjir terpadu merupakan suatu proses yang mengkoordinasikan
pengembangan, pengelolaan banjir dan pengelolaan aspek lainya. Dengan sebuah tujuan
mengoptimalkan kepentingan ekonomi tanpa menggagu kestabilan sebuah ekosistem. Saat ini
banyak negara maju mengubah pola pengendalilan banjir dengan mengutamakan metode
nonstruktural yang kemudian di komplemenkan dengan pendekatan struktural (Kodati &
Sjarief, 2010). Tujuan akhir dalam manajemen DAS adalah pemulihan fungsi DAS melalui
terwujudnya kondisi sumberdaya vegetasi, tanah dan air sehingga mampu memberi manfaat
secara maksimal dan berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan dari manajemen DAS
terdapat 4 pokok yakni manajemen lahan melalui usaha konservasi , manajemen air melalui
pengembangan sumber air, manajemen vegetasi dan pembinaan kesadaran dan kemampuan
manusia (Mangundikoro, 1985 dalam Suprayogo, Widianto, Hairiah, & Nita, 2017). Ciri khas
dari negara berkembang yakni adanya pendekatan sektoral manajemen DAS baik dari
instansi pemerintah Lembaga swasta atau Lembaga swadaya masyarakat. Sehingga
manajemen DAS yang efektif memerlukan suatu pemahaman, identifikasi dan analisis peran
atau aktor terkait manajemen DAS. Kepentingan yang beragam setidaknya dapat di penuhi
dengan menggunakan beberapa strategi pengelolaan sumberdaya air salah satunya adalah
konsep manajemen sumberdaya terpadu atau Integrated Water Resources Management.
Konsep ini perlu di kolaborasikan dengan Good Governance. Keterpaduan dalam IWRM
menyangkut 3 hal yakni a.) Lahan dan air, b.) Air dan permukaan, dan c.) Keterpaduan
pengelolaan dari huli hingga hilir (Juwono & Subagyo, 2017).

Kementrian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan menyatakan adanya peningkatan


kerusakan DAS dari yang semula 22 DAS pada tahun 1984 meningkat 108 DAS pada tahun
2010 yang di tuangkan dalam Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.
328/Menhut-Ii/2009 Tentang Penetapan Daerah Aliran Sungai (DAS) Prioritas Dalam
Rangka Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Tahun 2010-2014. Salah satu
DAS yang menjadi prioritas pemerintah adalah DAS Sampean. Hingga tahun 2022 DAS
Sampean merupakan salah satu DAS yang statusnya termasuk DAS prioritas yang terdapat di
Jawatimur. (sipdas.menklhk.go.id). DAS sampean melintasi pada dua wilayah Kabupaten di
Provinsi Jawatimur. Dimana hulu DAS Sampean berada pada Kabupaten Bondowoso dan
hilir DAS Sampean berada pada di wilayah Kabupaten Situbodo . Kabupaten Bondowoso dan
Kabupaten Situbondo merupakan daerah yang memiliki potensi bencana banjir menengah
(Rencana Pembangunan Jangkah Menengah Daerah Jawatimur, 2019-2024). Pada bulan
februari tahun 2008 terjadi bencana banjir terbesar di Kabupaten Situbondo. Di perkirakan
terdapat 10.366 rumah di 6 Kecamatan terdampak banjir kerugian yang di akibatkan banjir
tersebut mencapai Rp 200 milyar. (Raziqa, 2012).

Wilayah DAS sampean sekitar 80% berada di Kabupaten Bondowoso dan sisanya
terletak pada Kabupaten Situbondo. Peningkatan lahan kritis di Kabupaten Bondowoso pada
tahun 2017-2018 meningkat 480 ha (BPS Kabupaten Bondowoso, 2021). Kawasan hutan
yang semakin menurun luasan nya akan berdampak buruk terhadap kelestarian DAS.
Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo termasuk dalam kawasan tertinggal di
Provinsi Jawatimur sehingga tingkat kemiskinan juga berpengaruh terhadap tingginya
tekanan terhadap lahan. Kerusakan lingkungan disebabkan oleh realtif besarnya kelompok
masyarakat miskin yang kehidupan nya tergantung pada sumberdaya alam dan lingkungan.
Adanya ekspansi usaha tani semusim ke kawasan lahan kering akibat tinggi nya angka
kemiskinan dan desakan pada kebutuhan ekonomi masyarakat perdesaan merupakan salah
satu penyebab kerusakan lingkungan (Pranadji, 2005 dalam Mulyawan, Wahjunue, Ichwandi,
& Tarigan , 2022). Dari hasil penelitian (Arfianto, 2017) upaya pengelolaan DAS Sampean
ditekankan pada kegiatan non struktural. Pendekatan non struktur dapat di lakukan dengan
Konservasi DAS, Peningkatan peran serta masyarakat, , penataan bangunan sempadan sungai
dan perlunya manajemen kelembagaan DAS Sampean.

Manajemen ruang sangat penting terutama barang umum dengan karakteristik


common goods atau common pool resources memiliki sifat non excludable seperti daerah
aliran sungai serta kawasan lindung. Lemahnya koordinasi antar aktor dalam pengelolaan
DAS menyebabkan program dan kegiatan belum berorientasi pada pencapaian tujuan
bersama Sering kali program kerja yang disusun pemerintah berdasarkan kepetingan masing
masing aktor dan sering kali terjadi tumpeng tindih peraturan. Kepentingan yang tumpang
tindih terjadi karena masing masing aktor berusaha mendapat keuntungan yang sebesar
besarnya (Kartodiharjo, Purwanto & Murtilaksono, 2019). Penelitian manajemen DAS sudah
banyak di lakukan akan tetapi untuk perencanaan strategis yang melibatkan keterkaitan
berbagai kelembagaan belum banyak yang mengkaji dengan metode Interpretation Structural
Modelling (ISM) padahal metode ini analisis ini dinilai dapat membantu dalam memecahkan
permasalahan terkait kelembagaan. Metode ISM adalah Teknik permodelan deskirptif yang
merupakan alat strukturisasi untuk menentukan hubungan langsung (Saxena et al, 1992 dalam
Sianipar, 2012). Melalui teknik ISM model mental yang tidak jelas di transformasikan lebih
jelas menjadi model sistem yang yang tampak. (Sianipar, 2012). Metode ISM berkaitan
dengan interpretasi sebuah objek dari perwakilan melalui aplikasi teori grafis Metode ini
dibagi menjadi dua yaitu penyusunan hierarki dan klasifikasi sub elemen. (Noywuli, Sapei,
Pandjaitan dan Eriyatno, 2018). Pengelolaan DAS Sampean sedianya menjadi kewenangan
Provinsi Jawatimur dan BPDAS Brantas – Sampean, namun karena keberadaan nya di antara
dua Kabupaten yakni Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo berpotensi konflik
yang sangat besar sehingga perlu perencanaan dan pengelolaan secara terpadu dengan
melibatkan seluruh stakeholders terkait. (Wahyuni & Yunarni , 2014). Dengan permodelan
kelembagaan menggunakan metode ISM di harapkan dapat merumuskan aktor yang terlibat
dalam manajemen pengelolaan DAS Sampean.

1.2 Pertanyaan Penelitian


Mengingat bahwa wilayah DAS yang terletak pada beberapa wilayah lintas adminstrasi
dan melibatkan banyak sektor maka pengelolaan DAS seharusnya bersifat terpadu sehingga
dapat menjembatani kepentingan antar sektor atau antar Kabupaten (Asdak, 2010 dalam
Mulyawan, Wahjunue, Ichwandi, & Tarigan , 2022). Adanya fragmentasi kegiatan
pengelolaan DAS antar lembaga maupun antar sektor sehingga di perlunya peran yang
terpadu dari pemangku kepentingan melalui koordinasi, integrasi, singkronisasi dan
sinergitas (KISS). Dalam manajemen pengelolaan DAS sudah banyak diteliti dengan
menggunakan analisis deskriptif belum banyak yang meneliti dengan menggunakan metode
interpretive structural modelling (ISM). Metode ini dinilai dapat mebantu merumuskan
sesuatu permasalahan yang kompleks menjadi sebuah model. DAS sampean merupakan salah
satu DAS yang termasuk dalam penanganan prioritas. DAS Sampean yang melewati batas
administrasi Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Situbondo menjadi permasalahan
bagaimana manajemen pengelolaan DAS Sampean. Hingga sampai penelitian ini di lakukan
belum ada yang meneliti terkait manajemen DAS Sampean menggunakan metode ISM.

Berfokus pada latar belakang dan permasalahan yang telah di jelaskan di atas maka
rumusan masalah penelitian ini terdapat tiga pertanyaan yakni :
1. Lembaga apa saja yang berperan dalam pengelolaan DAS Sampean?
2. Bagaimana keterpaduan lembaga terkait pengelolaan DAS Sampean?
3. Bagaimana model kelembagaan pengelolaan DAS Sampean ?
4. Strategi apa yang mungkin di lakukan untuk peningkatan keterpaduan pengelolaan
DAS Sampean ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah mengkaji model dan pola aktor dalam manajemen DAS
Sampean. Berikut merupakan tujuan khusus dalam penelitian ini :

1. Mengidentifikasi dan menganalisis lembaga yang terkait dalam upaya pengelolaan


DAS Sampean
2. Mengkaji bagaimana tingkat keterpaduan pemangku kepentingan (Stakeholders)
dalam pengelolaan DAS Sampean
3. Mengembangkan model kelembagaan pengelolaan DAS Sampean dengan metode
Interpretative structural modelling (ISM)
4. Merumuskan strategi peningkatan keterpaduan dalam pengelolaan DAS Sampean

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini mempelajari bagaimana manajamen pengelolaan DAS dengan
menggunakan konsensus dari pakar ahli serta mempelajari bagaimana manajemen
pengelolaan DAS yang terbentuk serta model aktor yang terlibat dalam manajemen
pengelolaan DAS. Berikut manfaat penelitian ini :

1. Memberikan rekomendasi serta arahan kepada pemerintah terkait dalam manajemen


pengelolaan DAS Sampean
2. Sebagai pengembangan ilmu manajemen pengelolaan DAS dan pengembangan ilmu
dari teori kolaborasi manajemen DAS
3. Sebagai masukan terhadap pemilihan alternatif rencana pengelolaan DAS dalam
meminimalisir resiko terjadi bencana banjir

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Pada ruang lingkup penelitian membahas mengenai batasan penelitian dari batasan
wilayah dan batasan materi. Sehingga penelitian dengan judul “Manajemen DAS Bedadung
dengan menggunakan Interpretative Structural Modelling (ISM)” memperoleh hasil
penelitian yang sesuai dengan pertanyaan dan tujuan penelitian.
1.5.1 Ruang Lingkup Lokasi
Ruang lingkup lokasi berada pada DAS Sampean yang berada di Kabupaten
Bondowoso dan Kabupaten Situbondo. DAS Sampean berbatasan langsung dengan utara..,
barat.. timur, dna selatan…

1.5.2 Ruang Lingkup Materi


Dalam ruanglingkup materi penelitian ini memeiliki batasan batasan yang akan di
bahas……………………………

1.6 Keaslian Penelitian


Keaslian sebuah penelitian dapat dilihat berdasarkan tiga aspek, yaitu lokasi, fokus dan
metode penelitian. Penelitian dengan tema manajemen pengelolaan DAS telah banyak di
lakukan. Sehingga perlu melihat apa perbedaan dari penelitian yang di lakukan dari peneliti
sebelumnya. Untuk lebih jelasnya mengenai penelitian sebelumnya sebagai berikut:
No Nama Judul Tahun Fokus Metode Perbedaan
1 Nicolaus Noywuli, Asep Sapei, Nora H. Model Kelembagaan 2018 Fokus dalam penelitian ini adalah: Metode Kualitatif  Lokasi penelitian
Pandjaitan dan Eriyatno Pengelolaan DAS  Menganalisis peran kelembagaan di Analisis ISM  Tujuan penelitian

Provinsi NTT tinjau dari aspek kendala yang di


hadapi, kebutuhan program terkait
dan lembaga atau aktor yang
berperan dalam pengelolaan DAS
AF
 Mengembangkan model
kelembagaan pengelolaan DAS AF
dengan metode Interpretative
Structural Modelling (ISM)
2 Rikky Mulyawan, Enni Dwi Wahjunie, Iin Kajian Peran 2022 Fokus dalam penelitian ini adalah “ Metode deskriptif  Fokus penelitian
Ichwandi, Suria Darma Tarigan Stakeholder Pada  Menganalisis biofisik DAS Kureng kualitatif  Lokasi penelitian
Aceh  Metode analisa
Implementasi
 Menganalisis Stakeholders terlibat
Kebijakan Pengelolaan dalam pengelolaan DAS Krueng
DAS Terpadu, Studi Aceh
 Menganalisis implementasi
Kasus DAS Krueng
kebijakan pengelolaan DAS.
Aceh

3 Igatius Sriyana Indeks Stakeholders 2018 Tujuan Penelitian mengukur seberapa Metode pemnbagian  Fokus penelitian
 Lokasi penelitian
dalam pengelolaan besar tingkat koordinasi, integrasi, angket, quisioner dan
 Metode analisa
Daerah Aliran Sungai singkronisasi dan sinergitas (KISS) yang wawancara . Dengan 65
Dengan pendekatan telah dilakukan oleh masing masing Sample dari seluruh
KISS di Indonesia stakeholders dalam pengelolaan DAS. Indonesia. Metode
analisa uji kualitas data
dari uji validitas dan
reabilitas serta analisis
deskriptif dengan
metode angka indeks.
4 Reynaldo Jeffry Polie, Rispiningtati, Very Kajian Sistem 2014 Fokus dalam penelitian ini adalah: Metode mix method  Lokasi penelitian
Dermawan Manajemen dengan metode  Metode analisa
 Fungsi manajemen terpadu dalam
penelitian
No Nama Judul Tahun Fokus Metode Perbedaan
Pengelolaan Daerah pengelolaan DAS Garang. Dengan kualitatif dan
Aliran aspek yang dinilai keterpaduan kuantitatif. Pendekaytan
perencanaan, pengoorganisasian,
Sungai Dalam Upaya kualitatif memberikan
pelaksanaan serta pengawasan dan
Pelestarian Sumber pengendalian. penelian secara
Dayaair  Melakukan kajian keterpaduan kuantitatif terhadap
penngelolaan DAS Garang
(Studi Kasus: Das Bone variabel penelitian.
 Merumuskan rekomendasi
Provinsi Gorontalo) alternatif dalam meningkatkan Analisis prioritas
keterpaduan pengelolaan DAS strategi pengelolaan
Garang Berkelanjutan
menggunakan metode
AHP
Mengacu pada tabel .. maka keaslian penelitian ini dapat di uraikan sebagai berikut:

 Fokus : Penelitian ini mengkaji model kelembagaan dalam pengelolaan DAS


Sampean
 Lokasi : Daerah Aliran Sungai yang berada lintas Kabupaten Bondowoso dan
Kabupaten Situbondo
 Metode penelitian : Deduktif- kualitatif.

Penelitinan mengenai manajemen pengelolaan daerah aliran sungai Sampean, sejauh


pengetahuan peneliti belum pernah di lakukan. Penelitia ini berfokus pada mengkaji model
dan pola aktor dalam manajemen DAS Sampean. Hasil penelitian yang di harapkan adalah
menemukan sebuah model pengelolaan aktor dalam pengelolaan DAS Sampean dengan
menggunakan metode interpretative structural modelling. Dengan mengetahui model aktor
penanganan DAS Sampean, diharapkan dapat membantu pemerintah Kabupaten Bondowoso
dan Kabupaten Situbondo dalam pengelolaan DAS Sampean.

Berbeda dengan penelitian oleh

1.7 Sistematika Penulisan


2 BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab tinjauan ini membahas teori teori yang digunakan dalam peneliti sebagai
arahan dalam melakukan penelitian “Manajemen DAS Sampean dengan menggunakan
Interpretative Structural Modelling (ISM)”. Teori yang akan di bahas dalam bab ini adalah
pengertian daerah aliran sungai, karakteristik daerah aliran sungai,

2.1 Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)


Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan
mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas
di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang
masih terpengaruh aktivitas daratan (Asdak, 2013).Definisi DAS yang lain Adalah suatu
ekosistem yang di dalamnyaterjadisuatu proses interaksi antara faktor-faktorbiotik, non
biotikdan manusia.(Suripin,2001) Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu Sistem
kompleks yang dibangun atas sistem fisik (physical systems), sistem biologis (biological
systems) dan sistem manusia (human systems) yang saling terkait dan berinteraksi satu sama
lain.Tiap komponen dalam sistem/sub sistemnya memiliki sifat yang khas dan keberadaannya
berhubungan dengan komponen lain membentuk kesatuan sistem ekologis (ekosistem).
Dengan demikian jika terdapat gangguan atau ketidakseim-bangan pada salah satu komponen
maka akan memiliki dampak berantai terhadap komponen lainnya. (Susetyaningsi ,2012) .
Bila di tinjau sebagai fungsi sungai maka DAS adalah wilayah daratan yang dibatasi oleh
punggung-punggung bukit dalam bentang topografis yang memiliki fungsi untuk
menampung,menyimpan dan kemudian mengalirkan seluruh air hujan yang jatuh diatasnya
menuju system sungai terdekat yang pada akhirnya bermuara ke danau/wadukd dan laut
(Seyhan & Manan, 2017). (Hadipurnomo, 1990) menyatakan batasan DAS sebagai berikut

 Satu kesatuan wilayah perairan yang menampung dan menyimpan air hujan yang jatuh di atasnya
kemudian mebgalirkan melalui saluran drainase menuju sungai utama dan berakir dialirkan ke
laut
 Satuan ekosistem yang memiliki komponen utamanya berupa sumberdaya alam berupa flora,
fauna,tanah dan air juga sumberdaya manusia dengan berbagai akitivitas yang saling berinteraksi
satu sama lain`
Daerah Aliran Sungai (Easter & Hufsmith, 1985) adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh
suatu topografi dimana dalam sistem aliran sungai. DAS sebagai kesatuan hidrologis dan
sebagai kesatuan sosioekonomik dan sosiopolitik untuk merencanakan dan menerapkan
aktivitas manajemen sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Dalam mempelajari
ekosistem DAS, dapat diklasifikasikan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. DAS bagian
hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, DAS bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan.
DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi perlindungan fungsi tata air,
karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir
dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen serta material terlarut dalam
sistem aliran airnya. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi oleh batas
terluar gigir gunung dan membentuk suatu pengaliran air yang bersatu mengalir hingga
muara sungai. (Asdak, 1995) mendefinisikan DAS sebagai suatu wilayah daratan yang secara
topografik dibatasi oleh punggung-punggung yang menampung dan menyimpan air hujan
untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai utama. Sedangkan (Radhir, 2005)
DAS sebagai area yang dibatasi oleh suatu sistem hidrologi, di dalamnya terdapat suatu
kehidupan yang tidak memungkinkan berdiri sendiri atau lepas dari air. Melihat dari definisi
di atas

Maka dapat dikatakan bahwa suatu DAS bisa sangat kecil, bisa sangat besar. Bisa hanya
terdiri dari satu kabupaten, bisa lintas kabupaten, lintas propinsi, bahkan lintas negara.
Sehingga dimanapun kita berada, per definisi kita berada di suatu daerah aliran sungai.
Secara biogesik, DAS dapat dibagi menjadi daerah hulu, tengah dan hilir.

Gambar 2.1 Ilustrasi Daerah Aliran Sungai


Sumber : Visualisasi daerah aliran sungai (Brown, Peterson, Kline-Robach, Smith, dan Wolfson, 2000)

Tabel 2. 1 Kajian Penulis Pengertian Daerah Aliran Sungai


No Sumber Pengertian DAS Kata kunci

1. Suripin, Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu Sistem kompleks 1.sistem fisik
2001 yang dibangun atas sistem fisik (physical systems), sistem biologis
2.sistem biologis
(biological systems) dan sistem manusia (human systems) yang
saling terkait dan berinteraksi satu sama lain. 3.sistem manusia

2. Easter Dan DAS adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh suatu topografi 1.Wilayah dibatasi
Hufsmith dimana dalam system aliran sungai.DAS sebagai kesatuan topografi
1985 hidrologis dan sebagai kesatuan sosioekonomik dan sosiopolitik
2.Sistem aliran sungai
untuk merencanakan dan menerapkan aktivitas manajemen
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. 3.Kesatuan
hidrologis,
sosioekonomik dan
sosiopolitik

4.Aktivitas
manajemen
sumberdaya alam dan
manusia

3. Asdak 1995 DAS sebagai suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi 1.Topografi
oleh punggung-punggung yang menampung dan menyimpan air yangdibatasi oleh
hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melalui sungai punggung
utama.
2. Menyimpan air
hujan

3.Menyalurkan kelaut

4. Radhir DAS sebagai area yang dibatasi oleh suatu sistem hidrologi, di 1. Sistem hidrologis
2005 dalamnya terdapat suatu kehidupan yang tidak memungkinkan
2. Suatu kehidupann
berdiri sendiri atau lepas dari air.

Sumber : Kajian Penulis 2020

Berdasarkan beberapa pengertian menurut ahli diatas, maka dapat didefinisikan bahwa
daerah aliran sungai adalah wilayah daratan yang dibatasi oleh topografi yang didalam nya
terdapat sistem fisik,biologi dan sistem manusia dengan satu kesatuan sungai dan anak sungai
yang berfungsi menyimpan air hujan dan menyalurkan kelaut atau danau.
2.2 Karakteristik DAS
(Suripin, 2011) menyatakan bahwa karakteristik DAS merupakan gambaran spesifik
mengenai DAS yang dicirikan oleh parameter yang berkaitan dengan keadaan morfometri,
topografi, tanah geologi, vegetasi, penggunaan lahan, hidrologi dan manusia. Karakteristik
DAS pada dasarnya dibagi menjadi 2 (dua) yaitu karakteristik biogeofisik dan karakteristik
sosial ekonomi budaya dan kelembagaan. Karakteristik DAS secara rinci dapat dijelaskan
sebagai berikut :

a. Karakteristik biogeofisik meliputi : karakteristik meteorologi DAS, karakteristik


morfologi DAS, karakteristik morfometri DAS, karakteristik hidrologi DAS, dan
karakteristik kemampuan DAS.
b. Karakteristik sosial ekonomi budaya dan kelembagaan meliputi :karakteristik
sosial kependudukan DAS, karakteristik sosial budaya DAS, karakteristik sosial
ekonomi DAS dan karakteristik kelembagaan DAS.

Dalam sistem DAS ditunjukkan bahwa mekanisme perubahan hujan menjadi aliran
permukaan sangat tergantung pada karakteristik daerah pengalirannya. Menurut
(Asdak, 2011 ) besar kecilnya aliran permukaan dipengaruhi 2 (dua) faktor, yaitu faktor
yang berhubungan dengan curah hujan dan karakteristik fisik DAS. Faktor karakteristik
fisik DAS yang ikut berpengaruh terhadap aliran permukaan dapat dibedakan atas
2 (dua) kelompok, yaitu

a. Karakteristik DAS yang stabil (stable basin characteristics), meliputi : jenis batuan
dan tanah, kemiringan lereng, kerapatan aliran di dalam DAS
b. Karakteristik DAS yang berubah (variable basin characteristics), yaitu
penggunaan lahan. Struktur dan tekstur tanah berpengaruh terhadap proses
terjadinya infiltrasi, kemiringan lereng akan mempengaruhi perjalanan aliran
untuk mencapai outlet,dan alur-alur drainase akan mempengaruhi terbentuknya
timbunan air permukaan (rawa, telaga, danau), kerapatan vegetasi/penutup lahan
berpengaruh sebagai penghambat jatuhnya air hujan ke permukaan tanah

Anda mungkin juga menyukai