Anda di halaman 1dari 4

Pencapaian visi indonesia emas 2025-2045 dituangkan dalam 8 misi agenda pembangunan:

1. Transformasi sosial
2. Transformasi ekonomi
3. Transformasi tata kelola
4. Supermasi hukum, stabilitas dan kepemimpinan indonesia
5. Ketahanan sosial budaya dan ekologi, ditopang dengan
6. Pembangunan kewilayahan yang merata dan berkeadilan
7. Sarana dan prasarana yang berkualitas dan ramah lingkungan
8. Kesinambungan pembangunan

Ketahanan pangan juga terus diupayakan di tengah rendahnya produktivitas pertanian dan
resiko ketentanan pangan global.
Pembangunan pangan dilaksanakan melalui
- peningkatan produktivitas dan regenerasi SDM pertanian
- peningkatan produktivitas dan keberlanjutan sumber daya pertanian
- tata kelola sistem pangan nasional
- peningkatan kualitas konsumsis dan keamanan pangan
- konservasi sumber daya air dan pembangunan jaringan irigasi untuk ketahanan air

Produktivitas sektor pertanian rendah dikarenakana:


- lambatnya regenerasi petani
- terbatasnya adopsi teknologi dan akses keuangan
- masih lemahnya kelembagaan ekonomi pertanian yang berbadan hukum
- semakin berkurangnya daya dukung lahan pertanian

produktivitas sektor pertanian terus melabat dari 41,5 juta per pekerja pada tahun 2010
menjadi 22,9 juta per pekerja tahun 2022

Pencemaran dan kerusakan lingkungan masih menjadi tantangan untuk mencapai ekonomi
hijau.
Tekanan penduduk dan pembangunan perkotaan di negara emerging econmies yang umumnya
tidak memadai dan kurang terencana dengan baik beirmpilikais kepada perubahan guna lahan
pertanian menjadi tempat bermukim dan kawasan perdagangan/jasa. Dari sisi ekonomi terjadi
perubahan aktivitas penduduk ke arah dominasi sektor industri, jasa dan perdagangan.
Perubahan iklim, kerusakan lingkungan dan polusi, serta kehilangan keanekaragaman hayati
(tiga krisis global / the triple planetary crisis) secara global diperkirakan akan berlangsung terus
dan tidak dapat dihindari. 3 krisis global diperkirakan berdampak negatif pada berbagai aspek
kehidupan.

Modal
2022- Indo no 4 didunia dengan jumlah penduduk 277 juta jiwa dengan perkiraan tingkat
fertilitas sekitar2%, pertumbuhan penduduk akan melabar dengan rata rata 1% sehingga
diproyeksikan jumlah penduduk Indo 2045 mencapai 324,05 juta jiwa.

Jumlah penduduk yang besar dapat memberikan peluang sekaligus ancamanan bagi
kesejahteraan masyarakat. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi potensi pembangunan
yang besar apabila dipersiapkan dengan baik menjadi sumber daya manusia produktif. Jumlah
penduduk yang besar => memiliki pasar yang besar=>meningkatkan daya saing Indo dalam
pasar global dan dapat meningkatkan investasi asing di Indo, selain itu potensi tenaga kerja
besar.

Perubahan iklim berpotensi menyebabkan kerugian ekonomi secara signifikan dan


mengakibatkan 319 kab/kota memiliki tingkat kerentanan yang sangat tinggi terutama disektor
petanian, keluatan, kesehatan. Penduduk misikin memiliki tingkat kerentanan yang lebih tinggi
dari perubahan iklim. Potensi kerugian akibat perubahan iklim mencapai 544 trilian periode
2020-2024 yang diperkirakan akan terus meningkat apabila tidak dibangun ketahanan ekologi
yang memadai.

Daya dukung lahan dan air dalam menopang ketahanan pangan semakin menurun.
Ketersediaan dan kualitas lahan untuk penyediaan pangan mengalami penurunan. Ketersediaan
lahan mengalami tekanan dengan semakin mengingkatnya alih fungsi lahan pangan ke
penggunaan lain. Ketersedaan dan pasokan air untuk enyediaan pangan akan menuru,
terutama akibat persaiangan dengan penggunaan lain. Penurunan kualitas lahan dan air juga
berdampak nyata pada menurunnya daya dukung untuk penyediaan pangan. Selan itu
menurunnya keanekaragaman hayati berdampak pada penurunan keragaman sumber pangan.
Nantinya, potensi kerentanan pangan di beberapa wilayah perlu diwaspadai.

Daya dukung keanekaragaman hayati diproyeksikan akan menurun seiring dengan hilangnya
habitat, peningkatan pencemaran, perubahan iklim dan persebaran jenis asing invasif (JAS).

Produksi hasil pertanian diharapkan mengalami transformasi ekonomi secara bertahap dari
berbasis komoditas bernilai tambah rendah, menjadi berbasis pada industri yang bernilai
tambah tinggi didukung oleh teknologi dan inovasi sehingga lebih produktif, efisien dan berdaya
saing tinggi.

Peningkatan produktivitas pertanian dan kesejahteraan pentani menjadi salah satu transfrmasi
ekonomi. Kebijakan jangka panjang untuk peningkatan produktivitas sektor pertanian
diarahkan melalui :
1. moderenisasi dan digitalisasi pertanian, kehutanan, perikanan terutam modernisasi
perbenihan/pembibitan baritas baru bernilai tambah tinggi dan adaptif, sistem
perbenihan berbasis masyarkat dan penelolaan kemurnian benih/bibit
2. peremajaan perkebunanan rakyat secara insentif, progresif, dan berkelanjutan
3. pengembangan kwasan sentra produksi pangan (food cluster) sebagai salah satu sumber
ekonomi baru dari kawasan
4. adopsi pertanian presisi, digitasi pertanian, dan teknologi pertanian regeneratif
5. penerapan standar dan ketelusuran terhadap proses dan produk pertanian,
perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan
6. efisiensi dan integrasi anatar infrasturktur on-farm dengan distribusi komoditas
pertanian
kebijakan peningkatan kesejahteraan petani jangka panjang melalui;
1. perluasan kelembagaan ekonomi petani yang berbadan hukum dan sinergis dengan
lembaga pembiayaan dan badan usaha lainnya
2. regenerasi petani dan penguatan vokasi pertanian
3. perluasan akses dan literasi keuangan inklusif dan produktif bagi petani

peningkatan nilai tambah pengolahan sumberdaya alam hayati melalui bioekonomi sebagai
sumber pertumbuhan ekonomi baru. Arah kebijakan pengembangan bioekonomi meliputi :
1. mendorong peningkatan riset dan terapan di bidang bioteknologi pertanian

untuk mewujudkan berbagai pembangunan sesuai visi indonesia emas 2045 diperlukan
investasi yang tinggi dan berkualitas. Kebijakan investasi ke depan ditujukan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, inklusif, dan berkelanjutan yang diarahkan pada
peningkatan :
1. investasi yang diprioritaskan untuk mengembangkan industri prioritas, mendukung
transformasi digital, moderenisasi dan digitalisasi pertanian, ekonomi biru dan
bioeknomi, industri kreatif dan pariwisata
transformasi sistem pangan menuju eco-region sistem pangan yang berkelanjutan, sehat, dan
tangguh berbasis sumber daya dan kearifan lokal. Hal ini dilakukan melalui arah kebijakan :
1. pemenuhan hak dasar atas pangan secara berkelanjutan bagi seluruh individu
2. pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi yang cukup, beragam, seimbang dan aman
3. diversifikasi dan hilirisasi pangan lokal untuk mendukung kemandirian pangan
4. peningkatan asupan zat gizi mikro yang penting untuk SDM berkualitas dan produktif
melalui pengembangan biofortifikasi dan fortifikasi pangan skala luas
5. penjamin akses dan keterjangkuan dan gizi terutama pada anak dalam periode 1000 hari
pertama kehidupan, masyarakat berpendapatan rendah, tinggal di wilayah 3TP atau
terlena dampak bencana
6. penerapan pertanian konservasi, pertanian regeneratif, adaptif dan rendah karbon
7. pengembangan blue food dan potensi sumber pangan alternatif lainnya

Pembangunan berketahanan iklim untuk menekan potensi kerugian ekonomi akibat perubahan
iklim. Kebijakan berketahanan iklim diprioritaskan pada 4 sektor utama yaitu kelautan dan
pesisir, sumber daya air, pertanian, kehutanan dan perikanan serta sektor kesehatan di lokasi
prioritas ketahanan iklim. Beberapa arah kebijakan yang diperlukan :
1. Peningkatan kapasitas pesisir dan sektor kelautan, dengan melakukan upaya mitigasi
dan adaptasi baik struktural dan non struktural, serta peningkatan kapasitas dan
kapabilitas pemangku kepentingan dan masyarakat
2. Pencegahan dan penganggulangan kejadian luar biasa (KLB) terhadap penyakit yang
dipengaruhi oleh iklim di sektor kesehatan
3. Peningkatan tata kelola sumber daya air sebagai upaya menjaga ketersediaan air dalam
memenuhi kebutuhan serta menjaga ketahanan ekonomi air
4. Penerapan climate smart agriculture, pertanian konservasi dan pertanian regeneratif di
sektor pertanian, kehutanan dan perikanan

Ketimpangan kepemilikan dan penguasaan tanah serta rendahnya kesejahteraan pemilik tanah
juga menyebabkan kemampuan memanfaatkan tanah yang dimiliki menjadi rendah. Sebagian
kecil kelompok masyarakat menguasai tanah dalam jumlah besar, namun pemanfaatannya
tidak optimal. Sementara itu sisa tanah yang sedikit dikelola oleh sebagian masyarakat lainnya
khususnya petani, tidak memenuhi nilai keekonmian untuk dapat mensejahterakan di tingkat
kehidupan dan penghidupan yang layak. Selain itu keterbatasan sarana produksi pertanian
serta keahlian yang dimiliki masih menjadi masalah.

Di daerah tertinggal, terdapat permasalahan terkait aspek kemandirian pangan, pembiayaan,


dan interaksi wilayah. Rendahnya ketahanan pangan ditunjukkan oleh IKP pada daerah
tertinggal termasuk dalam klasifikasi sanagat rentan <41. Hal ini disebabkan oleh kualitas
konsumsi pangan dan pengendalian volatilitas harga pangan, serta sistem pemanfaatan areal
pertanian.

Potensi ketersediaan air di Indonesia merupakan salah satu yang terbesar di dunia, tetapi hanya
sebagaian kecil yang telah dimanfaatkan akibat variasi spasial antar pulau dan temporal antar
musim. Walapun ketersediaan air melimpah di kalimantan dan papua, penggunaan air
cenderung masih rendah jawa, sumatra, dan sulawasi memiliki ketersediaan air yang lebih
rendah, tetapi merupakan lumbung pangan nasional. Wilayah jawa dengan share ketersediaan
air nasional sebesar 5,9 % menjadi tempat tinggal 56 % penduduk sekaligus merupakan pulau
yang memproduksi lebih dari setengah total beras di Indonesia. Kebutuhan air yang besar untuk
kebutuhan penduduk dan peran penting wilayah jawa sebagai sentra produksi pertanian
menyebabkan sebagian besar infrasturktur sumber daya air saat ini dibangun di wilayah jawa
terutama bendungan dan sistem irigasi. Kelangkaan air juga dihadapi beberapa wilayah di luar
jawa seperti NT serta wilayah selatan sumatra dan sulawesi di sisi lain penyediaan infrastuktur
tampungan air masih terbatas. Saat ini, kapasitas penyimpanan air masih sangat terbatas, 3x
lebih rendah dibandingkan dengan negara maju dengan variabilitas musim dan karakteristik
wilayah sungai serupa di Asia.

Permasalahan pertanian di sumatra ditandai dengan terjadinya penurunan produksi padi


tertinggi di prov sumatra selatan, padahal lebih dari 90% wilayah sumatra adalah lokasi prioritas
ketahanan iklim sektor pertanian.
Transformasi ekonomi di jawa diarahkan pada :
1. Pengembangan kawasan strategis pertanian mendukung kemandirian pangan di
citarum-cimanuk-cisanggarung, jratunseluna, citanduy-serayu, bengawan solo-brantas,
tapal kuda jatim, yang terintegrasi dengan pusat riset dan inovasi pertanian pertanian
guna meningkatkan nilai komoditas pertanian dan menurunkan biaya benih
2. Pengembangan sentra produksi pangan yang dilakukan secara kolektif antarwilayah,
peningkatan produksi pangan lokal melalui pengembangan teknologi pertanian yang
modern dan efisien, serta pemberian insentif dan dukungan bagi petani untuk
menggunakan teknologi dan inovasi pertanian yang ramah lingkungan.

Arah kebijakan ekologi difokuskan pada penerapan tata ruang permanen kawasan sentra
produksi pangan untuk mengurangi alih fungsi lahan pertanian dan penguatan kemandirian
pangan dan ketahanan air melalui modernisasi irigasi dan menambah pasokan air baku untuk
perkotaan pesisir utara wilayah jawa

Anda mungkin juga menyukai