“EFEKTIVITAS ”
Di Susun Oleh:
1. Marisa
2. Rosdianti Purba
3. M.Gestura
4. Azmi
Dosen pengampu:
Panji ulum,S.AB.,M.AB
MUARA BUNGO
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Teknik Komunikasi Manusia Prasejarah" dengan
tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nina selaku guru Mata Pelajaran Sejarah. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Keseimbangan atau kelestarian air tanah akan tercapai apabila input air tanah sama
dengan output air tanah atau dengan kata lain volume pengambilan air tanah sama
dengan volume penambahan debit air tanah. Pada kenyataan sekarang ini perkiraan di
masa yang akan dating, keseimbangan air tanah akan terganggu jika penggunaan air
tanah dari waktu kewaktu selalu meningkat.
Pemenuhan kebutuhan masyarakat kota akan air bersih dirasakan sangat terbatas,
karena minimnnya potensi air permukaan. Pemanfaatan potensi air tanah merupakan
salah satu harapan, guna memenuhi kebutuhan air bersih.
Jika potensi air tanah ini dimanfaatkan secara optimal dan berwawasan kelestarian
sumber daya tersebut, maka diharapkan kebutuhan air bersih masyarakat kota akan
terpenuhi.
Secara normative, setidaknya ada 4 aspek yang perlu mendapat perhatian dalam
melaksanakan upaya pengendalian pemanfaatan air bawah tanah. Yakni:
1. ASPEK PERIZINAN
Aspek ini merupakan upaya pengendalian yang dilakukan guna menghindari
terjadinya kerusakan kuantitas, kualitas dan lengkungan air tanah akibat
penggunaan air tanah.
2. ASPEK PENGAWASAN
Aspek ini merupakan upaya pengendalian pengambilan air tanah dan upaya
mencegah terjadinya kerusakan lingkungan air tanah dan berfungsi menjaga agar
pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan dalam rekmendasi teknis.
3. ASPEK PENERTIBAN
Aspek penertiban/penegakan aturan guna melakukan pemaksaan kepada
masyarakat agar taat aturan melalui pemberian sanksi.
Dalam kenyataan di wilayah pasar bungo kondisi air bawah tanah mengalami
penurunan. Melihat keberadaan sumber-sumber air di wilayah pasar Maura
bungo, kalau diamati secara seksama, keberadaan dan volume air semakin hari
semakin megurang. Masalahnya menurunnya debit mata air menyebabkan
timbulnya pertanyaan mengenai upaya yang telah dilakukan guna pelestarian
sumber daya air tersebut. Kelestarian sumber daya air bawah tanah perlu di jaga
sesuai dengan peraturan bupati bungo tentang izi pemanfaatan dan pengambilan
air bawah tanah yang menyebutkan bahwa pengelolaan air bawah tanah
diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan pemanfaatan air bawah
tanah yang berkelajutan dan berkesinambugan ketersediaan dengan mencegah
dampak kerusakan lingkungan akibat pengambilan air bawah tanah.
Berdasarkan data, pemanfaatan air bawah tanah di wilayah pasar seroja muara
bungo dan sekitarnya mempunyai kecenderungan meningkat, namun ada
indikasi sebagian besar pemanfaatan air bawah tanah tersebut belum memiliki
izin dari dinas terkait seperti dinas energy dan sumber daya mineral (ESDM)
Kabupaten bungo.
Upaya untuk menutup sumur produksi yang tidak berizi pun belum dilakukan
oleh pemerintah. Kondisi ini menyebabkan pemanfaatan air bawah tanah
semakin tidak terkendali. Pengendalian pemanfaatan air bawah tanah guna
pelestarian sumber daya tersebut merupakan kewenangan dinas energy dan
sumber daya alam.
Upaya penertiban dengan melakukan pengenaan sanksi terhadap sumur-sumur
produksi yang memperjual belikan air bawah tanah seperti depot air yang tidak
memiliki izin, bak dari pihak dinas ESDM maupun pihak lain.
Soekarno K. (1986:42)
efektif adalah pencapaian tujuan atau hasil yang dikehendaki tanpa menghiraukan
faktor-faktor tenaga, waktu, biaya, fikiran alat dan lain-alat yang telah dikeluarkan/
digunakan. Hal ini berarti bahwa pengertian efektivitas yang dipentingkan adalah
semata-mata hasil atau tujuan yang dikehendaki. Jadi pengertian efektivitas kinerja
organisasi adalah pencapaian tujuan atau hasil yang dilakukan dikerjakan oleh setiap
individu secara bersama-sama.
Gibson (1984:28)
mengemukakan bahwa “efektivitas adalah konteks perilaku organisasi merupakan
hubungan antar produksi, kualitas, efisiensi, fleksibilitas, kepuasan, sifat keunggulan
dan pengembangan.”
Bemard (1938:20)
Efektivitas organisasi merupakan kemahiran dalam sasaran spesifik dari organisasi
yang bersifat objektif (“if it accomplished its specific objective aim”). Schein dalam
bukunya “organizational Psychology mendefinisikan efektivitas organisasi sebagai
kemampuan untuk bertahan, menyesuaikan diri, memelihara diri dan juga bertumbuh,
lepas dari fungsi-fungsi tertentu yang dimiliki oleh organisasi tersebut.
Knsep dasar
Hakekat organisasi tidak lain adalah alat capai untuk mencapai tujuan.
Tujuan organisasi /sasaran ialah keadaan yang dikehendaki padamasa yang dating yang
senantiasa dikejar oleh organisasi agar dapat direalisasikan . Etzioni ( 1994 )
(1) Produktivitas.
Secara lebih operasional, Emitai Atzoni yang dikutip oleh Indrawijaya (1989:227)
mengemukakan “efektivitas organisasi akan tercapai apabila organisasi tersebut
memenuhi kriteria mampu beradaptasi, berintegrasi, memiliki motivasi, dan
melaksanakan produksi dengan baik”.
Efektivitas dapat diukur dari berbagai hal, yaitu: kejelasan tujuan yang hendak
dicapai, kejelasan strategi pencapaian tujuan, proses analisa dan perumusan kebijakan
yang mantap, perencanaan yang matang, penyusunan program yang tepat, tersedianya
sarana dan prasarana kerja, pelaksanaan yang efektif dan efisien, sistem pengawasan
dan pengendalian yang mendidik.
Sumber Efektivitas
Efektivitas individu ( kemampuan, keahlian, pengetahuan, sikap, motovasi)
Efektiitas kelompok ( kepaduan, kepemimpinan, struktur, status, norma-norma,
peranan)
Efektivitas organisasi ( lingkungan, teknologi, pilihan, strategis, strukur, proses,
kebudayaan)
Organisasi akan berjalan terarah jika memiliki tujuan yang jelas. Adanya tujuan
akan memberikan motivasi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Selanjutnya tujuan organisasi mencakup beberapa fungsi diantaranya yaitu
memberikan pengarahan dengan cara menggambarkan keadaan yang akan datang yang
senantiasa dikejar dan diwujudkan oleh organisasi.
Di bawah ini adalah empat faktor yang mempengaruhi efektivitas, yang dikemukakan
oleh Richard M Steers (1985:8):
1) organisasi terdiri atas berbagai unsur yang saling berkaitan, jika salah satu unsur
memiliki kinerja yang buruk, maka akan mempengaruhi kinerja organisasi secara
keseluruhan;
Keterlibatan tersebut perlu juga dihargai oleh kelompok maupun pimpinan suatu
organisasi sepanjang menyangkut ide untuk dapat memajukan dan juga
mengembangkan organisasi atau perusahaan. Keterlibatan terdiri dari 3(tiga) indikator
yakni pemberdayaan (Empowerment), kerja tim (Team Orientation) dan juga
kemampuan berkembang (Capability Development) (Casida, 2007).
Pemberdayaan (empowerment)
Pemberdayaan (empowerment) ialah proses yang memungkinkan staf untuk
dapat memiliki input serta kontrol atas pekerjaan mereka, dan juga kemampuan
untuk secara terbuka berbagi saran serta ide tentang pekerjaan mereka.
Pemberdayaan akan dapat membuat staf memiliki kekuasan untuk dapat mampu
membuat pilihan dan juga berpartisipasi pada tingkat yang lebih bertanggung
jawab yang pada akhirnya akan dapat menimbulkan perasaan bahagia pada diri
staf tersebut dan juga mengakibatkan staf akan dapat berpikiran positif terhadap
lingkungannya.
Adapatasi (Adadptation)
Kemampuan adaptasi adalah kemampuan pada organisasi untuk dapat
menerjemahkan pengaruh lingkungan terhadap organisasi. Adaptasi ialah kemampuan
organisasi didalam merespon perubahan-perubahan lingkungan eksternal dengan cara
melakukan perubahan internal pada suatu organisasi. Denison dan juga Mirsha (1995)
dalam Casida (2007) tersebut menggemukakan yakni kemampuan adaptasi dapat
dilihat dari 3(tiga) indikator yakni perubahan (Creating Change), berfokus pada pasien
(Customer Focus) dan juga keadaan organisasi (Organizational Learning).
Misi (Mission)
Misi ialah dimensi budaya yang menunjukkan pada tujuan inti organisasi yang
menjadikan anggota organisasi teguh serta fokus terhadap apa yang dianggap penting
oleh suatu organisasi. Sesuai dengan penelitian Denison (2006) yang menunjukkan
bahwa organisasi yang kurang didalam menerapkan misi akan dapat mengakibatkan
staf tidak dapat mengerti hasil yang akan dicapai dan juga tujuan jangka panjang yang
ditetapkan menjadi tidak jelas.
Denison dan Mirsha (1995) menyatakan ialah bahwa kemampuan adaptasi dapat
dilihat dari 3 (tiga) indikator yakni strategi yang terarah serta tetap (Strategic Direction
and Intent), Tujuan dan juga objektivitas (Goals and Objectif), Visi (Vision) .
Strategi yang terarah dan juga tetap (strategic direction and intent)
Strategi yang terarah dan juga tetap (Strategic Direction and Intent) ialah
rencana yang jelas tentang tujuan organisasi dan juga membuat anggota
organisasi dapat memahami kontribusi serta fungsi mereka di dalam suatu
organisasi. Manager tingkat pertama yang secara umum akan lebih dilibatkan
dalam penetapan suatu strategi. Strategi adalah elemen terpenting yang
memberikan penjelasan mengenai cara-cara untuk dapat melaksanakan suatu
tindakan.
Visi (vision)
Visi (Vision) ialah pandangan bersama mengenai tujuan yang akan dicapai pada
suatu organisasi yang terdiri dari nilai-nilai dan juga pemikiran bersama yang
mampu untuk memberikan arahan bagi anggota organisasi. Visi adalah
rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita maupun impian suatu organisasi
atau juga perusahaan yang ingin dicapai di masa depan atau juga dapat
dikatakan bahwa visi adalah pernyataan “apa yang diinginkan”dari organisasi
ataupun perusahaan. Visi juga ialah hal yang sangat krusial bagi suatu
perusahaan untuk dapat menjamin kelestarian dan juga kesuksesan jangka
panjang.
Konsistensi (Consistency)
Konsistensi (Consistency) ialah tingkat kesepakatan anggota suatu organisasi
terhadap asumsi dasar dan juga nilai-nilai inti organisasi. Konsistensi dalam
menekankan pada sistem keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, dan juga simbol-simbol yang
dimengerti serta dianut bersama oleh para anggota organisasi dan juga pelaksanaan
kegiatan-kegiatan yang terkoordinasi.
Adanya konsistensi dalam suatu organisasi akan ditandai oleh staf merasa
terikat; terdapat nilai-nilai kunci; kejelasan mengenai tindakan yang dapat dilakukan
dan juga tidak dapat dilakukan. Konsistensi didalam organisasi adalah dimensi yang
menjaga kekuatan serta juga stabilitas di dalam organisasi. Denison dan Mirsha (1995)
menyatakan bahwa konsistensi dapat dilihat dari 3(tiga) indikator yakni nilai inti (core
value), kesepakatan (Agreement), koordinasi dan juga integrasi (Coordination and
Integration).
Kesepakatan (agreement)
Kesepakatan (Agreement) ialah suatu proses ketika staf di dalam organisasi
dapat mencapai kesamaan pendapat mengenai masalah-masalah yang terjadi
ataupun suatu hal yag mendasari dan juga mampu menyelesaikan perbedaan
pendapat yang terjadi di dalam suatu organisasi.
Pendekatan-Pendekatan Keefektifan
Organisasi
Namun demikian agar pencapaian tujuan bisa menjadi ukuran yang sah dalam
mengukur keefektifan organisasi, asumsi-asumsi lain juga harus diperhatikan. Pertama,
organisasi harus mempunyai tujuan akhir. Kedua, tujuan-tujuan tersebut harus
diidentifikasi dan ditetapkan dengan baik agar dapat dimengerti. Ketiga, tujuan-tujuan
tersebut harus sedikit saja agar mudah dikelola. Keempat, harus ada consensus atau
kesepakatan umum mengenai tujuan-tujuan tersebut.
apa yang dinyatakan secara resmi oleh sebuah organisasi sebagai suatu tujuan
tidak selalu mencerminkan tujuan yang sebenarnya.
Tujuan jangkan pendek sering kali berbeda dengan tujuan jangka panjangnya.
Organisasi yang memiliki tujuan majemuk akan menciptakan kesulitan .
2. Pendekatan Sistem (system approach)
Pendekatan system terhadap efektifitas organisasi mengimplikasikan bahwa
organisasi terdiri dari sub-sub bagian yang saling berhubungan. Jika slah satu sub
bagian ini mempunyai performa yang buruk, maka akan timbul dampak yang negative
terhadap performa keseluruhan system.
Kekurangan dari pendekatan ini adalah dalam praktik, tugas untuk memisahkan
konstituensi strategis dari lingkungan yang lebih besar mudah untuk diucapkan, tetapi
sukar untuk dilaksanakan. Karena lingkungan berubah dengan cepat, apa yang kemarin
kritis bagi organisasi mungkin tidak lagi untuk hari ini.
1) MENCARI definisi keefektivan organisasi Pendekatan awal terhadap Efektifitas
Organisasi sampai th 1950 sangat sederhana dimana keefektifan didefinisikan
sebagai sejauh mana organisasi mewujudkan tujuan-tujuannya. Dalam definisi
ini memiliki makna ganda yg sangat membatasi baik penelitian mengenai subyek
tsb maupun kemampuan manager praktek untuk menangkap arti dan
menggunakan konsep tersebut. Misalnya : tujuan siapa ? Tujuan jangka panjang
atau jangka pendek ? Tujuan resmi ataukah tujuan aktual?
2) Lanjutan … • Akan lebih jelas jika mengambil tujuan yang paling disetujui oleh
para peneliti dan praktisi sbg kondisi yg penting bagi keberhasilan organisasi
yaitu kelangsungan hidup. • Jika ada upaya yg dicari oleh sebuah organisasi
untuk dikerjakan, maka itu adh upaya untuk mempertahankan kelangsungan
hidup. • Pada tahun 1960 – 1970-an ada 30 kriteria berbeda yang semuanya
dapat mengukur “keefektifan organisasi “
4) Dalam buku “ In Search of Execellent” karya Tom Petters dan Robert Waterman
ada 8 karakteristik Keefektifan Organisasi
1. Mempunyai bias thd tindakan dan penyelesaian pekerjaan.
2. Selalu dekat dgn para pelanggan
3. Memberi para pegawai tkt otonomi yg tinggi dan memupuk semangat
kewiraswastaan.
4. Berusaha meningkatkan produktivitas lewat partisipasi para
pegawainya.
5. Para pegawai mengetahui apa yg diinginkan perusahaan, pr manajer
aktif pd masalah disemua tingkatan.
6. Mereka sll dekat dgn usaha yg mereka ketahui dan pahami
7. Mempunyai struktur organisasi yg luwes dan sederhana dgn jumlah
orang yg minimal dlm aktivitas staf pendukung.
8. Menggabungkan kontrol yg ketat dan desentralisasi u/ mengamankan
nilai2 inti perusahaan.
9) Pendekatan Sistem
Sebuah organisasi harus dinilai berdasarkan kemampuannya u/
memperoleh masukan, memproses masukan, menyalurkan keluarannya
dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangan.
Asumsi yg mendasari thd EO orgz sbg sistem diimplikasikan bhw orgz.
Terdiri dr sub-sub bagian yg saling berhubungan.
Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yg berhasil dgn
kostituensi lingkungan.
Sistem memfokuskan pada cara2 yg diperlukan u/ memastikan
kelansungan hidup orgz yg terus menerus.
10)Tabel : Contoh Ukuran Keefektifan Sistem Untuk berbagai jenis Orgz. Variabel
Sistem Perusahaan Rumah Sakit Perguruan Tinggi O/I Laba atas investasi
Jumlah total pasien yg dilayani Jumlah publikasi fakultas T/I Perputaran
persediaan Investasi modal dlm teknologi kesehatan Biaya u/ sistem informasi
T/O Volume penjualan Jumlah total pasien yg dilayani Jumlah mahasiswa yg
lulus I/I Perub. Modal kerja Perub. Jmlh pasien yg dilayani Perub. Mahasiswa
mendaftar