Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

“EFEKTIVITAS ”

Di Susun Oleh:

1. Marisa
2. Rosdianti Purba
3. M.Gestura
4. Azmi

Dosen pengampu:
Panji ulum,S.AB.,M.AB

PRODI ADMINISTRASI BISNIS

SEKOLAH TINGGI ILMU ADINISTRASI SETIH SETIO

MUARA BUNGO
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Teknik Komunikasi Manusia Prasejarah" dengan
tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang manusia prasejarah bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Nina selaku guru Mata Pelajaran Sejarah. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

MuaraBungbo, 30 Oktober 2021


SKRIPSI TAHUN 2014
EVALUASI KINERJA PEMERINTAH
DAERAH DALAM PENERBITAN IZIN
PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH DI
WILAYAH PASAR SEROJA MUARA BUNGO
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keseimbangan atau kelestarian air tanah akan tercapai apabila input air tanah sama
dengan output air tanah atau dengan kata lain volume pengambilan air tanah sama
dengan volume penambahan debit air tanah. Pada kenyataan sekarang ini perkiraan di
masa yang akan dating, keseimbangan air tanah akan terganggu jika penggunaan air
tanah dari waktu kewaktu selalu meningkat.

Berkembangnya pembangunan baik di kota maupun di desa, akan mengurangi daerah


resapan air sehhingga jumlah air yang masuk ke dalam tanah untuk mengganti air
tanah yang keluar menjadi berkurang.

Pemenuhan kebutuhan masyarakat kota akan air bersih dirasakan sangat terbatas,
karena minimnnya potensi air permukaan. Pemanfaatan potensi air tanah merupakan
salah satu harapan, guna memenuhi kebutuhan air bersih.

Jika potensi air tanah ini dimanfaatkan secara optimal dan berwawasan kelestarian
sumber daya tersebut, maka diharapkan kebutuhan air bersih masyarakat kota akan
terpenuhi.

Secara normative, setidaknya ada 4 aspek yang perlu mendapat perhatian dalam
melaksanakan upaya pengendalian pemanfaatan air bawah tanah. Yakni:

1. ASPEK PERIZINAN
Aspek ini merupakan upaya pengendalian yang dilakukan guna menghindari
terjadinya kerusakan kuantitas, kualitas dan lengkungan air tanah akibat
penggunaan air tanah.
2. ASPEK PENGAWASAN
Aspek ini merupakan upaya pengendalian pengambilan air tanah dan upaya
mencegah terjadinya kerusakan lingkungan air tanah dan berfungsi menjaga agar
pelaksanaannya sesuai dengan ketentuan dalam rekmendasi teknis.

3. ASPEK PENERTIBAN
Aspek penertiban/penegakan aturan guna melakukan pemaksaan kepada
masyarakat agar taat aturan melalui pemberian sanksi.

Dengan maksud untuk menjaga keseimbangan ketersediaan air bawah tanah,


maka daerah konservasi air bawah tanah perlu menjadi bahan pertimbangan
tentang izin pengolahan air bawah tanah yang menyatakan bahwa konservasi air
bawah tanah harus menjadi salah satu pertimbangan dalam perencanaan
pendayagunaan air bawah tanah dan perenanaan tata ruang wilayah.

Dalam kenyataan di wilayah pasar bungo kondisi air bawah tanah mengalami
penurunan. Melihat keberadaan sumber-sumber air di wilayah pasar Maura
bungo, kalau diamati secara seksama, keberadaan dan volume air semakin hari
semakin megurang. Masalahnya menurunnya debit mata air menyebabkan
timbulnya pertanyaan mengenai upaya yang telah dilakukan guna pelestarian
sumber daya air tersebut. Kelestarian sumber daya air bawah tanah perlu di jaga
sesuai dengan peraturan bupati bungo tentang izi pemanfaatan dan pengambilan
air bawah tanah yang menyebutkan bahwa pengelolaan air bawah tanah
diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan pemanfaatan air bawah
tanah yang berkelajutan dan berkesinambugan ketersediaan dengan mencegah
dampak kerusakan lingkungan akibat pengambilan air bawah tanah.

Hampir 90%penduduk di wilayah pasar muara bungo memaanfaatkan potensi


air bawah tanah untuk kehidupan dan kebutuhannya. Meningkatnya
pemanfaatan air bawah tanah ini merupakan salah satu penyebab menurunnya
debit air sumber mata air, dari tiga factor yang dapat mempengaruhi turunnya
permukaan air tanah, selain berkurangnya lahan resapan air dan kurangnya
intensitas curah hujan. Air tanah mmerupakan sumber daya yang memiliki nilai
komoditi. Air tanah dapat diperjualbelikan sehingga memberikan keuntungan.
Keinginan untuk memperbaiki ekonominya merupakan salah satu alasan
masyarakat mengambil air tanah, yang selanjutnya menyebabkan masyarakat
lebih mengutamakan untuk mendapatkan pendapatan dari pada memperhatikan
kelestarian sumber daya tersebut.
Berkaitan dengan system perizinan, sering kali dilatarbelakangi oleh pemikiran
menjadikan sarana perizinan sebagai sumber pendapatan daerah. Konsep atau
pola pikir yang bergeser dari pengendalian ligkungan menjadi peningkatan PAD
dapat meknisme/prosedur merupakan hal yang perlu menjadi perhatian di
dalam upaya peningkatan peran pemerintah guna pengendalian pemanfaatan air
bawah tanah.

Berdasarkan data, pemanfaatan air bawah tanah di wilayah pasar seroja muara
bungo dan sekitarnya mempunyai kecenderungan meningkat, namun ada
indikasi sebagian besar pemanfaatan air bawah tanah tersebut belum memiliki
izin dari dinas terkait seperti dinas energy dan sumber daya mineral (ESDM)
Kabupaten bungo.
Upaya untuk menutup sumur produksi yang tidak berizi pun belum dilakukan
oleh pemerintah. Kondisi ini menyebabkan pemanfaatan air bawah tanah
semakin tidak terkendali. Pengendalian pemanfaatan air bawah tanah guna
pelestarian sumber daya tersebut merupakan kewenangan dinas energy dan
sumber daya alam.
Upaya penertiban dengan melakukan pengenaan sanksi terhadap sumur-sumur
produksi yang memperjual belikan air bawah tanah seperti depot air yang tidak
memiliki izin, bak dari pihak dinas ESDM maupun pihak lain.

Evaluasi kinerja pemerintah daerah dalam penertiban izin


pemanfaatan airbawah tanah di wilayah pasar seroja muara bungo

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana kinerja Dinas Energy dan Sumber Daya Mineral kabupaten bungo
dalam penertiban izin pemanfaatan air bawah tanah di wilayah pasar seroja
muara bungo?
2. Apa hambatan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Bungo
dalam penertiban izin pemanfaatan air bawah tanah di Wilayah Pasar Seroja
Muara Bungo?
3. Apa upaya dalam mengatasi hambatan yang diahadapi Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral Kabupaten Bungo dalam penertiban izin pemanfaatan
air bawah tanah di wilayah pasar seroja muara bungo?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui kinerja dinas energy dan sumber daya mineral kabupaten
bungo dalam penertiban izin pemanfaatan air bawah tanah di wilayah pasar
seroja muara bungo
2. Untuk mengetahui hambatan dinas energy dan sumber daya mineral
kabupaten bungo dalam penertiban izin pemanfaatan air bawah tanah di
wilayah pasar seroja muaro bungo.
3. Untuk mengetahui upaya dalam mengatasi hmbatan yang dihadapi dinas
energi dan sumber daya mineral kabupaten bungo dalam penertiban izin
pemanfaatan air bawah tanah di wilayah pasar seroja muara bungo.

1.4 Kegunaan penelitian


a. Kegunaan teoritis
Kegunaan teoritis diharapkan dapat memberikan bahan
masukan/sumbangan pemikiran serta informasi yang berguna dalam
pengembangan ilmu administrasi Negara dan ilmu social.
b. Kegunaan praktis
Kegunaan praktis diharapkan dapat memberikan masukan dan saran-saran
kepada pemerintah daerah kabupaten bungo khususnya bagi dinas ESDM
dalam melakukan penertiban izin pemanfaatan air bawah tanah di kabupaten
bungo.
Pengertian Efektivitas Organisasi Menurut
Para Ahli

Berikut ini merupakan definisi sudut pandang dalam pengertian Efektivitas


Organisasi Menurut Para Ahli.

 Emitai Etzioni (1982:54)


mengemukakan bahwa “efektivitas organisasi dapat dinyatakan sebagai tingkat
keberhasilan organisasi dalam usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran.”
Komaruddin (1994:294) juga mengungkapkan “efektivitas adalah suatu keadaan yang
menunjukan tingkat keberhasilan kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan terlebih dahulu.”

 The Liang Gie (2000:24)


juga mengemukakan “efektivitas adalah keadaan atau kemampuan suatu kerja yang
dilaksanakan oleh manusia untuk memberikan guna yang diharapkan.”

 Soekarno K. (1986:42)
efektif adalah pencapaian tujuan atau hasil yang dikehendaki tanpa menghiraukan
faktor-faktor tenaga, waktu, biaya, fikiran alat dan lain-alat yang telah dikeluarkan/
digunakan. Hal ini berarti bahwa pengertian efektivitas yang dipentingkan adalah
semata-mata hasil atau tujuan yang dikehendaki. Jadi pengertian efektivitas kinerja
organisasi adalah pencapaian tujuan atau hasil yang dilakukan dikerjakan oleh setiap
individu secara bersama-sama.
 Gibson (1984:28)
mengemukakan bahwa “efektivitas adalah konteks perilaku organisasi merupakan
hubungan antar produksi, kualitas, efisiensi, fleksibilitas, kepuasan, sifat keunggulan
dan pengembangan.”

 Bemard (1938:20)
Efektivitas organisasi merupakan kemahiran dalam sasaran spesifik dari organisasi
yang bersifat objektif (“if it accomplished its specific objective aim”). Schein dalam
bukunya “organizational Psychology mendefinisikan efektivitas organisasi sebagai
kemampuan untuk bertahan, menyesuaikan diri, memelihara diri dan juga bertumbuh,
lepas dari fungsi-fungsi tertentu yang dimiliki oleh organisasi tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diketahui bahwa efektivitas


merupakan suatu konsep yang sangat penting karena mampu memberikan gambaran
mengenai keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasarannya atau dapat
dikatakan bahwa efektivitas merupakan tingkat ketercapaian tujuan dari aktivasi-
aktivasi yang telah dilaksanakan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan
sebelumnya.

Knsep dasar
Hakekat organisasi tidak lain adalah alat capai untuk mencapai tujuan.

Tujuan organisasi /sasaran ialah keadaan yang dikehendaki padamasa yang dating yang
senantiasa dikejar oleh organisasi agar dapat direalisasikan . Etzioni ( 1994 )

Efektivitas didefinisikan sebagai sejauhmana sebuah organisasi mewujudkan


tujuan-tujuannya. Kebanyakan rumusan mengenai efektivitas organisasi bergantung
pada masalah seberapa berhasilnya suatu organisasi mencapai sasaran atau tujuan yang
diinginkan.

Efektvitas organisasi merupakan konsep yang sangat penting dalam Teori


Organisasi, karena mampu memberikan gambaran keberhasilan organisasi dalam
mencapai sasarannya ( Jangka Panjang, Jangka Menengah dan Jangka Pendek )

 Jangka panjang ( produksi, efisiensi, muu, fleksibilitas, kepuasan )


 Jangka menengah ( dapat memyesuaikan diri dengan lingkungan )
 Jangka pendek ( keberlajutan)
Kriteria Pengukuran Efektivitas Organisasi
Tercapainya tingkat efektivitas yang tinggi perlu memperhatikan kriteri-kriteri
efektivitas sebagaimana yang dikemukakan oleh Richard M Steers (1985:46) sebagai
berikut:

(1) Produktivitas.

(2) Kemampuan berlaba.

(3) Kesejahteraan pegawai

Secara lebih operasional, Emitai Atzoni yang dikutip oleh Indrawijaya (1989:227)
mengemukakan “efektivitas organisasi akan tercapai apabila organisasi tersebut
memenuhi kriteria mampu beradaptasi, berintegrasi, memiliki motivasi, dan
melaksanakan produksi dengan baik”.

Gibson (1984:32-34) berpendapat bahwa kriteria efektivitas meliputi:

1. Kriteria efektivitas jangka pendek: Produksi, Efisiensi, Kepuasan.


2. Kriteria efektivitas jangka menengah: Persaingan, dan Pengembangan
3. Kriteria efektivitas jangka panjang
4. Kelangsungan hidup

Sondang P Siagian (2000:32) mengungkapkan beberapa hal yang menjadi


kriteria dalam pengukuran efektivitas:

Efektivitas dapat diukur dari berbagai hal, yaitu: kejelasan tujuan yang hendak
dicapai, kejelasan strategi pencapaian tujuan, proses analisa dan perumusan kebijakan
yang mantap, perencanaan yang matang, penyusunan program yang tepat, tersedianya
sarana dan prasarana kerja, pelaksanaan yang efektif dan efisien, sistem pengawasan
dan pengendalian yang mendidik.

Di atas telah dibahas tentang beberapa pendapat tentang pengertian efektivitas


dalam konteks organisasi. Pembahasan ini bermaksud menghubungkan pengertian
efektivitas dalam teori efektivitas organisasi dengan teori efektivitas pembelajaran. Inti
definisi efektivitas dalam teori efektivitas organisasi adalah tercapainya tujuan. Dalam
pembelajaran, tujuan merupakan komponen utama yang mesti dicapai sebagai ukuran
efektivitas.
Perspektif efektivitas
 Efektivitas organisasi ( Hasil karya individu & kelompok)
 Efektivitas kelompok ( Hasil karya kelompok)
 Efektivitas individu ( Hasil karya individu)

Sumber Efektivitas
 Efektivitas individu ( kemampuan, keahlian, pengetahuan, sikap, motovasi)
 Efektiitas kelompok ( kepaduan, kepemimpinan, struktur, status, norma-norma,
peranan)
 Efektivitas organisasi ( lingkungan, teknologi, pilihan, strategis, strukur, proses,
kebudayaan)

Faktor Efektivitas Organisasi


Efektivitas organisasi dipengaruhi oleh 4(empat) faktor di dalam budaya
organisasi yakni keterlibatan (Involvement), adapatasi (Adadptation), Misi (Mision) ,
dan konsistensi (consistency).

Organisasi akan berjalan terarah jika memiliki tujuan yang jelas. Adanya tujuan
akan memberikan motivasi untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Selanjutnya tujuan organisasi mencakup beberapa fungsi diantaranya yaitu
memberikan pengarahan dengan cara menggambarkan keadaan yang akan datang yang
senantiasa dikejar dan diwujudkan oleh organisasi.

Di bawah ini adalah empat faktor yang mempengaruhi efektivitas, yang dikemukakan
oleh Richard M Steers (1985:8):

1. Karakteristik Organisasi adalah hubungan yang sifatnya relatif tetap seperti


susunan sumber daya manusia yang terdapat dalam organisasi. Struktur
merupakan cara yang unik menempatkan manusia dalam rangka menciptakan
sebuah organisasi. Dalam struktur, manusia ditempatkan sebagai bagian dari
suatu hubungan yang relatif tetap yang akan menentukan pola interaksi dan
tingkah laku yang berorientasi pada tugas.

2. Karakteristik Lingkungan, mencakup dua aspek. Aspek pertama adalah


lingkungan ekstern yaitu lingkungan yang berada di luar batas organisasi dan
sangat berpengaruh terhadap organisasi, terutama dalam pembuatan keputusan
dan pengambilan tindakan. Aspek kedua adalah lingkungan intern yang dikenal
sebagai iklim organisasi yaitu lingkungan yang secara keseluruhan dalam
lingkungan organisasi.

3. Karakteristik Pekerja merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap


efektivitas. Di dalam diri setiap individu akan ditemukan banyak perbedaan,
akan tetapi kesadaran individu akan perbedaan itu sangat penting dalam upaya
mencapai tujuan organisasi. Jadi apabila suatu rganisasi menginginkan
keberhasilan, organisasi tersebut harus dapat mengintegrasikan tujuan individu
dengan tujuan organisasi.

4. Karakteristik Manajemen adalah strategi dan mekanisme kerja yang dirancang


untuk mengkondisikan semua hal yang di dalam organisasi sehingga efektivitas
tercapai. Kebijakan dan praktek manajemen merupakan alat bagi pimpinan
untuk mengarahkan setiap kegiatan guna mencapai tujuan organisasi. Dalam
melaksanakan kebijakan dan praktek manajemen harus memperhatikan
manusia, tidak hanya mementingkan strategi dan mekanisme kerja saja.
Mekanisme ini meliputi penyusunan tujuan strategis, pencarian dan
pemanfaatan atas sumber daya, penciptaan lingkungan prestasi, proses
komunikasi, kepemimpinan dan pengambilan keputusan, serta adaptasi
terhadap perubahan lingkungan inovasi organisasi.

Menurut pendapat di atas,dapat diambil kesimpulan bahwa:

1) organisasi terdiri atas berbagai unsur yang saling berkaitan, jika salah satu unsur
memiliki kinerja yang buruk, maka akan mempengaruhi kinerja organisasi secara
keseluruhan;

2) Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yang baik dengan lingkungan;

3) kelangsungan hidup organsiasi membutuhkan pergantian sumber daya secara terus


menerus. Suatu perusahaan tidak memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas organisasi, akan mengalami kesulitan dalam mencapai tujuannya tetapi
apabila suatu perusahaan memperhatikan faktor-faktor tersebut maka tujuan yang
ingin dicapai dapat lebih mudah tercapai hal itu dikarenakan efektivitas akan selalu
dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut.
Keterlibatan (involvement)
Keterlibatan ialah suatu perlakuan yang membuat staf merasa diikut sertakan
didalam kegiatan organisasi sehingga dapat membuat staf bertanggung jawab mengenai
tindakan yang dilakukannya (Casida, 2007). Keterlibatan (involvement) ialah
kebebasan (independensi) yang dipunyai pada setiap individu didalam mengemukakan
pendapat.

Keterlibatan tersebut perlu juga dihargai oleh kelompok maupun pimpinan suatu
organisasi sepanjang menyangkut ide untuk dapat memajukan dan juga
mengembangkan organisasi atau perusahaan. Keterlibatan terdiri dari 3(tiga) indikator
yakni pemberdayaan (Empowerment), kerja tim (Team Orientation) dan juga
kemampuan berkembang (Capability Development) (Casida, 2007).

 Pemberdayaan (empowerment)
Pemberdayaan (empowerment) ialah proses yang memungkinkan staf untuk
dapat memiliki input serta kontrol atas pekerjaan mereka, dan juga kemampuan
untuk secara terbuka berbagi saran serta ide tentang pekerjaan mereka.

Pemberdayaan akan dapat membuat staf memiliki kekuasan untuk dapat mampu
membuat pilihan dan juga berpartisipasi pada tingkat yang lebih bertanggung
jawab yang pada akhirnya akan dapat menimbulkan perasaan bahagia pada diri
staf tersebut dan juga mengakibatkan staf akan dapat berpikiran positif terhadap
lingkungannya.

 Kerja tim (team orientation)


Kerja tim (Team Orientation) tersebut akan menunjukkan efektifnya kerja secara
tim didalam memberikan kontribusi pada suatu organisasi yang mana proses di
dalam kerja tim ialah usaha untuk dapat memecahkan suatu masalah dan juga
meningkatkan inovasi anggotanya.

 Kemampuan berkembang (capability development)


Kemampuan berkembang (Capability Development) ialah kemampuan pada
suatu organisasi untuk dapat meningkatkan kemampuan stafnya sehingga dapat
ataupun mampu berkompetisi serta juga untuk mencapai tujuan organisasi.

Adapatasi (Adadptation)
Kemampuan adaptasi adalah kemampuan pada organisasi untuk dapat
menerjemahkan pengaruh lingkungan terhadap organisasi. Adaptasi ialah kemampuan
organisasi didalam merespon perubahan-perubahan lingkungan eksternal dengan cara
melakukan perubahan internal pada suatu organisasi. Denison dan juga Mirsha (1995)
dalam Casida (2007) tersebut menggemukakan yakni kemampuan adaptasi dapat
dilihat dari 3(tiga) indikator yakni perubahan (Creating Change), berfokus pada pasien
(Customer Focus) dan juga keadaan organisasi (Organizational Learning).

 Perubahan (creating change)


Perubahan (Creating Change) ialah kemampuan pada organisasi untuk dapat
melakukan pembaharuan, dan juga mampu mengikuti perkembangan
serta bereaksi dengan cepat terhadap tren serta mengantisipasi dampak dari
pembaharuan tersebut.

 Berfokus pelanggan (costumer focus)


Berfokus pada pasien (Customer Focus) ialah kemampuan pada organisasi untuk
dapat mampu memberikan perhatian kepada kepuasan pelanggan.

 Keadaan organisasi (organizational learning)


Keadaan organisasi (Organizational Learning) ialah proses yang mendukung
suatu organisasi untuk dapat mampu beradaptasi terhadap perubahan, dan juga
mampu untuk bertumbuh ke arah yang lebih baik dengan melalui penciptaaan
serta pengaplikasian hal-hal baru seperti knowledge, kemampuan serta
kompetensi sekaligus juga mampu untuk mentransformasikannya kepada
anggota lainnya.

Keadaan organisasi ialah kemampuan pada organisasi untuk menerima,


menerjemahkan, dan juga menginterpretasi dari lingkungan eksternal menjadi
suatu usaha untuk dapat mendorong inovasi, memperoleh pengetahuan serta
meningkatkan pengetahuan.

Misi (Mission)
Misi ialah dimensi budaya yang menunjukkan pada tujuan inti organisasi yang
menjadikan anggota organisasi teguh serta fokus terhadap apa yang dianggap penting
oleh suatu organisasi. Sesuai dengan penelitian Denison (2006) yang menunjukkan
bahwa organisasi yang kurang didalam menerapkan misi akan dapat mengakibatkan
staf tidak dapat mengerti hasil yang akan dicapai dan juga tujuan jangka panjang yang
ditetapkan menjadi tidak jelas.

Denison dan Mirsha (1995) menyatakan ialah bahwa kemampuan adaptasi dapat
dilihat dari 3 (tiga) indikator yakni strategi yang terarah serta tetap (Strategic Direction
and Intent), Tujuan dan juga objektivitas (Goals and Objectif), Visi (Vision) .

 Strategi yang terarah dan juga tetap (strategic direction and intent)
Strategi yang terarah dan juga tetap (Strategic Direction and Intent) ialah
rencana yang jelas tentang tujuan organisasi dan juga membuat anggota
organisasi dapat memahami kontribusi serta fungsi mereka di dalam suatu
organisasi. Manager tingkat pertama yang secara umum akan lebih dilibatkan
dalam penetapan suatu strategi. Strategi adalah elemen terpenting yang
memberikan penjelasan mengenai cara-cara untuk dapat melaksanakan suatu
tindakan.

 Tujuan dan objektivitas (goals and objectivity)


Tujuan dan jufa objektivitas (Goals and Objectivity) ialah hasil yang diinginkan
dengan melalui usaha yang terarah dapat diukur, ambisius tetapi harus tetap
realistis. Tujuan dan juga objektivitas adalah kumpulan sasaran yang dikaitkan
dengan misi, visi, dan juga strategi dan juga mampu memberikan arahan yang
jelas bagi staf dalam bertindak.

 Visi (vision)
Visi (Vision) ialah pandangan bersama mengenai tujuan yang akan dicapai pada
suatu organisasi yang terdiri dari nilai-nilai dan juga pemikiran bersama yang
mampu untuk memberikan arahan bagi anggota organisasi. Visi adalah
rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita maupun impian suatu organisasi
atau juga perusahaan yang ingin dicapai di masa depan atau juga dapat
dikatakan bahwa visi adalah pernyataan “apa yang diinginkan”dari organisasi
ataupun perusahaan. Visi juga ialah hal yang sangat krusial bagi suatu
perusahaan untuk dapat menjamin kelestarian dan juga kesuksesan jangka
panjang.

Konsistensi (Consistency)
Konsistensi (Consistency) ialah tingkat kesepakatan anggota suatu organisasi
terhadap asumsi dasar dan juga nilai-nilai inti organisasi. Konsistensi dalam
menekankan pada sistem keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, dan juga simbol-simbol yang
dimengerti serta dianut bersama oleh para anggota organisasi dan juga pelaksanaan
kegiatan-kegiatan yang terkoordinasi.

Adanya konsistensi dalam suatu organisasi akan ditandai oleh staf merasa
terikat; terdapat nilai-nilai kunci; kejelasan mengenai tindakan yang dapat dilakukan
dan juga tidak dapat dilakukan. Konsistensi didalam organisasi adalah dimensi yang
menjaga kekuatan serta juga stabilitas di dalam organisasi. Denison dan Mirsha (1995)
menyatakan bahwa konsistensi dapat dilihat dari 3(tiga) indikator yakni nilai inti (core
value), kesepakatan (Agreement), koordinasi dan juga integrasi (Coordination and
Integration).

 Nilai inti (core value)


Nilai inti (core value) ialah pedoman atau kepercayaan permanen tentang
sesuatu tepat dan juga tidak tepat yang mengarahkan tindakan serta juga
perilaku staf dalam mencapai tujuan suatu organisasi.

 Kesepakatan (agreement)
Kesepakatan (Agreement) ialah suatu proses ketika staf di dalam organisasi
dapat mencapai kesamaan pendapat mengenai masalah-masalah yang terjadi
ataupun suatu hal yag mendasari dan juga mampu menyelesaikan perbedaan
pendapat yang terjadi di dalam suatu organisasi.

 Koordinasi dan integrasi (coordination and integration)


Koordinasi dan integrasi (Coordination and Integration) ialah berbagai fungsi
serta unit di dalam organisasi yang bekerja sama untuk dapat mencapai tujuan
organisasi tanpa harus mengganggu hak masing-masing. Koordinasi dan juga
integrasi sangat bermanfaat untuk dapat meningkatkan efisiensi, kualitas, serta
juga pelayanan yang diberikan kepada publik.

Pendekatan-Pendekatan Keefektifan
Organisasi

  Berikut ini merupakan pendekatan yang dilakukan organisasi untuk mencapai


tujuanya.

1. Pendekatan Pencapaian Tujuan (goal attainment approach)


Pendekatan pencapaian tujuan mengasumsi bahwa organisasi adalah kesatuan
yang dibuat dengan sengaja, rasional, dan mencari tujuan. Oleh karena itu, pencapaian
tujuan yang berhasil menjadi sebuah ukuran yang tepat tentang keefektifan.

Namun demikian agar pencapaian tujuan bisa menjadi ukuran yang sah dalam
mengukur keefektifan organisasi, asumsi-asumsi lain juga harus diperhatikan. Pertama,
organisasi harus mempunyai tujuan akhir. Kedua, tujuan-tujuan tersebut harus
diidentifikasi dan ditetapkan dengan baik agar dapat dimengerti. Ketiga, tujuan-tujuan
tersebut harus sedikit saja agar mudah dikelola. Keempat, harus ada consensus atau
kesepakatan umum mengenai tujuan-tujuan tersebut.

Beberapa permasalahan dalam pendekatan ini antara lain adalah :

 apa yang dinyatakan secara resmi oleh sebuah organisasi sebagai suatu tujuan
tidak selalu mencerminkan tujuan yang sebenarnya.
 Tujuan jangkan pendek sering kali berbeda dengan tujuan jangka panjangnya.
 Organisasi yang memiliki tujuan majemuk akan menciptakan kesulitan .
2. Pendekatan Sistem (system approach)
Pendekatan system terhadap efektifitas organisasi mengimplikasikan bahwa
organisasi terdiri dari sub-sub bagian yang saling berhubungan. Jika slah satu sub
bagian ini mempunyai performa yang buruk, maka akan timbul dampak yang negative
terhadap performa keseluruhan system.

Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yang berhasil dengan


konstituensi lingkungan. Manajemen tidak boleh gagal dalam mempertahankan
hubungan yang baik dengan para pelanggan, pemasok, lembaga pemerintahan, serikat
buruh, dan konstituensi sejenis yang mempunyai kekuatan untuk mengacaukan operasi
organisasi yang stabil.

Kekurangan yang paling menonjol dari pendekatan system adalah hubungannya


dengan pengukuran dan masalah apakah cara-cara itu memang benar-benar penting.
Keunggulan akhir dari pendekatan system adalah kemampuannya untuk diaplikasikan
jika tujuan akhir sangat samar atau tidak dapat diukur.

3. Pendekatan Konstituen-Strategis (strategic-constituencies


approach)
Pendekatan konstituensi-strategis memandang organisasi secara berbeda.
Organisasi diasumsikan sebagai arena politik tempat kelompok-kelompok yang
berkepentingan bersaing untuk mengendalikan sumber daya. Dalam konteks ini,
keefektifan organisasi menjadi sebuah penilaian tentang sejauh mana keberhasilan
sebuah organisasi dalam memenuhi tuntutan konstituensi kritisnya yaitu pihak-pihak
yang menjadi tempat bergantung organisasi tersebut untuk kelangsungan hidupnya di
masa depan.

Kekurangan dari pendekatan ini adalah dalam praktik, tugas untuk memisahkan
konstituensi strategis dari lingkungan yang lebih besar mudah untuk diucapkan, tetapi
sukar untuk dilaksanakan. Karena lingkungan berubah dengan cepat, apa yang kemarin
kritis bagi organisasi mungkin tidak lagi untuk hari ini.

Dengan mengoperasikan pendekatan konstituensi strategis, para manajer


mengurangi kemungkinan bahwa mereka mungkin mengabaikan atau sangat
mengganggu sebuah kelompok yang kekuasaannya dapat menghambat kegiatan-
kegiatan sebuah organisasi secara nyata.
4. Pendekatan Nilai-nilai Bersaing (Competing-values
approach)
Nilai-nilai bersaing secara nyata melangkah lebih jauh dari pada hanya
pengakuan tentang adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut
mengasumsikan tentang adanya pilihan yang beraneka ragam. Pendekatan tersebut
mengasumsikan bahwa berbagai macam pilihan tersebut dapat dikonsolidasikan dan
diorganisasi.

Pendekatan nilai-nilai bersaing mengatakan bahwa ada elemen umum yang


mendasari setiap daftar criteria Efektifitas Organisasi yang komprehensif dan bahwa
elemen tersebut dapat dikombinasikan sedemikian rupa sehingga menciptakan
kumpulan dasar mengenai nilai-nilai bersaing. Masing-masing kumpulan tersebut lalu
membentuk sebuah model keefektifan yang unik.

 Pendekatan sumber ( input sumber)


 Pendekatan proses ( organisasi kegiatan dan proses internal)
 Pendekatan sasaran ( output barang/jasa)

PERBANDINGAN KEEMPAT PENDEKATAN


Setelah membahas empat pendekatan yang berbeda untuk menilai keefektifan
organisasi yang masing-masing mempunyai cara tersendiri serta dapat menjadi model
yang bermanfaat. Untuk menentukan dalam kondisi bagaimana dari masing-masing
pendekatan itu agar dapat dicapai hasil yang optimal, berikut ini akan diikhtisarkan
setiap pendekatan tersebut dengan cara mengidentifikasikan apa yang dibutuhkan
dalam menetapkan keefektifan beserta kondisi-kondisi yang diperlukan.

PENDEKATAN DEFINISI BERGUNA PADA


SAAT
Pencapaian tujuan Organisasi efektif jika Tujuan jelas, dibatasi
organisasi dapat waktu, dan dapat
mencapai tujuan yang diukur
telah ditetapkan
Sistem Organisasi Ada hubungan yang
memperoleh sumber jelas antara masukan
yang dibutuhkan dan keluaran
Konstituensi Semua konstituensi Konstituensi
strategis strategis paling tidak mempunyai pengaruh
dipenuhi yang kuat terhadap
organisasi, dan
organisasi harus
menanggapi tuntutan-
tuntutan
Nilai-nilai Pendekatan organisasi Organisasi sendiri
bersaing dikeempat bidang tidak jelas mengenai
utama sesuai dengan apa yang menjadi
preferensi dan penekanannya, atau
konstituen mengenahi minat
dalam perubahan
kriteria dalam jangka
waktu tertentu.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa pendekatan tujuan


didasarkan pada pandangan organisasi diciptakan sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Dalam teori sistem, organisasi dipandang sebagai suatu unsur dari sejumlah unsur yang
saling berhubungan antara satu dengan yang lain.

Sedangkan pendekatan Multiple Constituency merupakan pendekatan yang


menggabungkan pendekatan tujuan dengan pendekatan sistem sehingga diperoleh satu
pendekatan yang lebih tepat bagi tercapainya efektifitas organisasi. Sedangkan untuk
pendekatan nilai-nilai bersaing merupakan pendekatan yang menyatukan ketiga
pendekatan yang telah dikemukakan di atas yang disesuaikan dengan nilai suatu
kelompok.

 
1)  MENCARI definisi keefektivan organisasi Pendekatan awal terhadap Efektifitas
Organisasi sampai th 1950 sangat sederhana dimana keefektifan didefinisikan
sebagai sejauh mana organisasi mewujudkan tujuan-tujuannya. Dalam definisi
ini memiliki makna ganda yg sangat membatasi baik penelitian mengenai subyek
tsb maupun kemampuan manager praktek untuk menangkap arti dan
menggunakan konsep tersebut. Misalnya : tujuan siapa ? Tujuan jangka panjang
atau jangka pendek ? Tujuan resmi ataukah tujuan aktual?

2) Lanjutan … • Akan lebih jelas jika mengambil tujuan yang paling disetujui oleh
para peneliti dan praktisi sbg kondisi yg penting bagi keberhasilan organisasi
yaitu kelangsungan hidup. • Jika ada upaya yg dicari oleh sebuah organisasi
untuk dikerjakan, maka itu adh upaya untuk mempertahankan kelangsungan
hidup. • Pada tahun 1960 – 1970-an ada 30 kriteria berbeda yang semuanya
dapat mengukur “keefektifan organisasi “

3)  Kriteria tentang Keefektifan Organisasi


1. Keefektifan keseluruhan
2. Produktivitas
3. Efesiensi
4. Laba
5. Kualitas
6. Kecelakaan
7. Pertumbuhan
8. Kemungkinan
9. Pergantian pegawai
10. Kepuasan kerja
11. Motivasi
12. Moral/Semangat juang
13. Kontrol
14. Konflik/solidaritas
15. Fleksibilitas/penyesuaian
16. Perencanaan dan Penetapan
Tujuan
17. Konsensus tentang tujuan
18. Internalisasi tujuan organisasi
19. Keterampilan interpersonal manajerial
20. Keterampilan manajerial
21. Manajemen Informasi dan komunikasi
22. Kesiapan
23. Pemanfaatan Lingkungan
24. Evaluasi pihak luar
25. Stabilitas
26. Nilai sumberdaya manusia
27. Partisipasi dan pengaruh yg digunakan bersama
28. Penekanan pada pelatihan dan Pengembangan
29. Penekanan pada performa

4) Dalam buku “ In Search of Execellent” karya Tom Petters dan Robert Waterman
ada 8 karakteristik Keefektifan Organisasi
1. Mempunyai bias thd tindakan dan penyelesaian pekerjaan.
2. Selalu dekat dgn para pelanggan
3. Memberi para pegawai tkt otonomi yg tinggi dan memupuk semangat
kewiraswastaan.
4. Berusaha meningkatkan produktivitas lewat partisipasi para
pegawainya.
5. Para pegawai mengetahui apa yg diinginkan perusahaan, pr manajer
aktif pd masalah disemua tingkatan.
6. Mereka sll dekat dgn usaha yg mereka ketahui dan pahami
7. Mempunyai struktur organisasi yg luwes dan sederhana dgn jumlah
orang yg minimal dlm aktivitas staf pendukung.
8. Menggabungkan kontrol yg ketat dan desentralisasi u/ mengamankan
nilai2 inti perusahaan.

5)  Pendekatan Efektifitas Organisasi


 Pendekatan Pencapaian Tujuan
 Pendekatan Sistem
 Pendekatan Konstituensi Strategis
 Pendekatan Nilai-Nilai Bersaing

6) Pendekatan Pencapaian Tujuan

 Sebuah Organisasi diciptakan u/ mencapai tujuan yg tlh ditetapkan


sebelumnya.
 Keefektifan Organisasi harus dinilai sehubungan dgn pencapaian tujuan
organisasi ketimbang caranya

7) Organisasi dibuat dengan sengaja, rasional dan mencapai tujuan. Agar tujuan
menjadi ukuran yg harus mengandung asumsi, organisasi mempunyai tujuan
akhir. Tujuan dapat diidentifikasikan dengan baik , tujuan sedikit saja agar
mudah dikelola

8) Masalah-masalah dalam endekatan Pencapaian Tujuan


 Tujuan orang tersebut tujuan siapa ?
 Kadang apa yang telah secara resmi dinyatakan oleh perusahaan
bukanlah tujuan yang sebenarnya.
 Fakta bahwa organisasi memiliki tujuan yang majemuk. "Agar suatu
tujuan menjadi lebih jelas maka harus diadakan konsensus."

9) Pendekatan Sistem
 Sebuah organisasi harus dinilai berdasarkan kemampuannya u/
memperoleh masukan, memproses masukan, menyalurkan keluarannya
dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangan.
 Asumsi yg mendasari thd EO orgz sbg sistem diimplikasikan bhw orgz.
Terdiri dr sub-sub bagian yg saling berhubungan.
 Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yg berhasil dgn
kostituensi lingkungan.
 Sistem memfokuskan pada cara2 yg diperlukan u/ memastikan
kelansungan hidup orgz yg terus menerus.

10)Tabel : Contoh Ukuran Keefektifan Sistem Untuk berbagai jenis Orgz. Variabel
Sistem Perusahaan Rumah Sakit Perguruan Tinggi O/I Laba atas investasi
Jumlah total pasien yg dilayani Jumlah publikasi fakultas T/I Perputaran
persediaan Investasi modal dlm teknologi kesehatan Biaya u/ sistem informasi
T/O Volume penjualan Jumlah total pasien yg dilayani Jumlah mahasiswa yg
lulus I/I Perub. Modal kerja Perub. Jmlh pasien yg dilayani Perub. Mahasiswa
mendaftar

11) Pendekatan Konstituensi Strategis


 Organisasi akan efektif apabila dpt memenuhi tuntutan dari konstituen yg
terdapat dlm lingk. Orgz tsb.
 Organisasi diartikan sbg arena politik tempat kelompok2 yg
berkepentingan, bersaing mengendalikan sumber daya.

12) Tabel kriteria Efektivitas Organisasi yg Khas dr Konstituensi Strategis


Konstituesi Kriteria EO yang khas Pemilik Laba atas investasi pertumbuhan
penghasilan Pegawai/karyawan/pekerja Kompensasi tunjangan,tambahan,
kepuasan pada kondisi kerja Pelanggan Kepuasan terhadap harga, kualitas
pelayanan pemasok (yang memasukkan barang) Kepuasan terhadap
pembayaran, potensi dar penjualan masa datang Kreditur Kemampuan untuk
membayar hutang Serikat Buruh Upah dan tunjangan Yg bersaing, kondisi kerja
yg memuaskan, kesediaan u/ melak. Tawar menawar yg fair Pejabat Masyarakt
(pemerintah daerah) Keikutsertaan para anggota orgz. Dalam masalah lokal,
tidak ada kerusakan pd lingkungan. Lembaga pemerintah Tunduk pd hukum,
menghindari denda dan teguran.
13)  Pendekatan Nilai-Nilai Bersaing
 Menawarkan kerangka kerja inegratif dari seluruh variabel utama yg slg
berhubungan.
 Tidak ada tujuan tunggal yg disepakati o/ semua orang
 Ada 3 kumpulan dasar mengenai nilai2 bersaing ;
a. Fleksibilitas vs kontrol
b. Ada hub dgn apa penekanan hrs ditempatkan pd kesejahteraan dan
pengembangan manusia
c. Berhubungan dgn cara vs tujuannya.
14) Fleksibilitas (F) Pengawasan Organisasi (O)Manusia(P) Cara (M) Tujuan (E)
15) Fleksibilitas OFM OFE ORG OCE OCM Pengawasan PCE PCM Manusia PFM
PFE OPEN SYSTEM MODEL RATIONAL GOAL MODEL HUMAN RELATION
MODEL INTERNAL PROCESS MODEL
16) Delapan Sel kriteria EO SEL DESKRIPSI DEFINISI OFM Fleksibilitas Mampu
menyesuaikan diri dengan baik terhadap perubahan pada kondisi dan tuntutan
dari luar OFE Perolehan sumber Mampu meningkatkan dukungan dari luar dan
memperluas jumlah tenaga kerja OCM Perencanaa- Tujuan jelas dan dapat
dipahami dengan benar OCE Produktivitas dan Efisiensi Volume keluaran tinggi,
resiko keluaran thd masukan tinggi PCM Ketersediaan Informasi Saluran
komunikasi membantu pemberian informasi kpd orang mengenai hal-hal yg
mempengaruhi pekerjaan mereka PCE Stabilitas Perasaan tentram, kontinuitas,
kegiatan-kegiatan berfungsi secara lancar PFM Tenaga kerja yg kohesif pegawai
mempercayai , menghormati dan bekerjasama dengan yangg lain PFE Tenaga
kerja trampil pegawai. Pelatihan, mempunyai ketrampilan dan kapasitas u/
melaksanakan dpekerjaan dengan baik
Efektivitas individu tentu akanefektivitas kelompok dan efektivitas kelompok
akan mendukung efektivits organisasi, sehingga dengan begitu pencapain tujuan
organisasi bergantung kepada suatuefektivitas kelompok yang bergantung dengan
efektivitas individu.

Anda mungkin juga menyukai