Sebelum Terbit UU Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah dan Pembatalan UU
Nomor 7/2004 SDA Oleh MK Nomor 85/PUU-XII/2013 (18 Februari 2015)
PUSAT : DAERAH:
1. Undang-undang No.7 Tahun 2004 1. Perda No.5/2012 ttg Pengelolaan Air Tanah
tentang Sumber Daya Air 2. Peraturan Gubernur No.41/2014 ttg Penyusunan
2. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Rencana Pengelolaan Air Tanah
Pembagian Urusan Pemerintahan 3. Peraturan Gubernur No.42/2014 ttg Kebijakan dan
antara Pemerintah, Pem. Prov, Pem. Strategi Pengelolaan Air Tanah
Kab/Kota 4. Peraturan Gubernur No.43/2014 ttg Tata Cara
3. Peraturan Pemerintah No.43 Tahun Penghematan Penggunaan Air Tanah
2008 tentang Air Tanah 5. Peraturan Gubernur No.44/2014 ttg Tata Cara
4. Perpres No. 33 Tahun 2011 tentang Pemantauan Pelaksanaan Pengelolaan Air Tanah
Kebijakan Nasional Pengelolaan 6. Peraturan Gubernur No. 47/2014 ttg Tata Cara
Sumber Daya Air Inventarisasi Air Tanah
5. Perpres No. 88 Tahun 2012 tentang 7. Peraturan Gubernur No.48/2014 ttg Tata Cara
Kebijakan Pengelolaan Sistem Peningkatan Kapasitas Imbuhan Air Tanah
Informasi Hidrologi, 8. Peraturan Gubernur No. 49/2014 ttg Alokasi
Hidrometeorologi, dan Hidrogeologi Penggunaan Air Tanah
6. Kepres No.26 Tahun 2011 tentang 9. Peraturan Gubernur No.50/2014 ttg Rekomendasi
Penetapan Cekungan Air Tanah Teknis Izin Pemakaian dan Pengusahaan Air Tanah
7. Instruksi Presiden No.13 Tahun 2011
tentang Penghematan Energi dan Air
8. Peraturan Menteri ESDM No.15
Tahun 2012 tentang Penghematan
Penggunaan Air Tanah
Dasar Hukum Kebijakan Pengelolaan Air Tanah DIY
1. Peningkatan 1. Menerapkan peta zona kerentanan AT, peta zona konservasi AT, peta neraca
pemanfaatan AT, peta zona pemanfaatan AT sebagai acuan dalam penyusunan RTRW
upaya dan pengendalian pemanfaatan ruang.
pencegahan 2. Meningkatkan kemampuan adaptasi masyarakat di daerah imbuhan AT, kawasan rawan
dan kritis AT.
3. Memprakarsai pembentukan kerjasama antara daerah imbuhan, transisi dan lepasan
AT.
4. Meningkatkan dan menjaga kelestarian fungsi hutan dan fungsi daerah imbuhan.
5. Meningkatan kesadaran masyarakat.
6. Melakukan pengendalian aliran air permukaan.
2. Peningkatan 1. Menetapkan dan melaksanakan sosialisasi penanggulangan kerusakan dan bencana
akibat daya rusak AT.
upaya 2. Mengembangkan dan publikasi hasil prakiraan dampak pemanfaatan dan
penanggulangan pengembangan AT.
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi bencana akibat daya rusak
AT.
4. Memperbaiki sistem dan meningkatkan kinerja penanggulangan bencana.
5. Mensosialisasikan kerentanan AT, peta zona konservasi AT, peta neraca pemanfaatan
AT, peta zona pemanfaatan AT terhadap pemompaan.
3. Peningkatan 1. Merehabilitasi dan merekonstruksi kerusakan prasarana SDAT dan memulihkan fungsi
lingkungan hidup.
upaya pemulihan 2. Mengembangkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam kegiatan yang
terkoordinasi untuk pemulihan akibat bencana daya rusak AT.
3. Memulihkan dampak sosial dan psikologis akibat bencana AT oleh para pemilik
kepentingan.
PERUNTUKAN PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH
Persyaratan :
Mengajukan permohonan izin perusahaan pengeboran bawah
tanah dilampiri :
1. Surat pernyataan kepemilikan instalasi bor bermetarai
2. Foto instalasi bor berukuran 9 x 12 cm dan 4 x 6 cm, masing-
masing sebanyak 3 lembar
3. Data teknis instalasi bor
4. Salinan sertifikat klasifikasi dan sertifikat kualifikasi badan
usaha yang dikeluarkan oleh Asosiasi dan telah diregistrasi di
LPJKP
5. Fotocopy KTP pemohon
IZIN JURU BOR AIR BAWAH TANAH (SIJB)
Persyaratan :
Mengajukan permohonan izin juru bor dilampiri :
1. Salinan ijazah calon juru bor dengan pendidikan paling rendah
SMU atau sederajad
2. Pengalaman kerja calon juru bor lebih dari 3 (tiga) tahun di
bidang pengeboran air bawah tanah
3. Pas foto calon juru bor ukuran 2 x 3 cm sebanyak 3 lembar
4. Foto copy KTP calon juru bor
5. Sertifikat ketrampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja dari
Asosiasi dan telah diregistrasi oleh LPJK
1. Mengutamakan akifer dalam
PRINSIP PENGGUNAAN AIR TANAH 2. Mewajibkan pengguna air besar
dari PAM/PDAM
3.Mewajibkan eksplorasi air tanah
Pengusahaan Izin
Hak Guna Usaha
Pengusahaan
Izin pengusahaan
Izin pemakaian
200 cm
Penutup sumur sementara
Pisometer 19 mm
Lapisan tanah penutup 60 cm
Lapisan lempung
Pipa jambang Ø ≤ 15 cm
Semen penyekat
Lapisan lempung
Lempung penyekat
Pipa saringan 15 cm
Lapisan pasir
Akuifer
Pipa naik Ø ≤ 15 cm
Lapisan lempung
Pipa saringan 15 cm
Lapisan pasir Akuifer
Lapisan lempung
Krikil pembalut
Akuifer
Lapisan pasir
Pipa saringan 15 cm
Lapisan lempung
Penutup
Lapisan
Semen penyekat
lempung
Lempung penyekat
Reducer
Pipa saringan Ø 10 cm
Lapisan pasir Akuifer
Lapisan lempung
Penutup
izin
0m
30 m
sumur bor
produksi
akuifer sumur
dalam resapan
dalam
100 m
PROSEDUR PERIZINAN PENGEBORAN AIR TANAH
PENGEBORAN EKSPLORASI
LAPORAN
SURAT IZIN • PENGEBORAN
• LOGGING HASIL
PENGEBORAN (SIP) • KONSTRUKSI
Pelaporan (6) PENGEBORAN
Pelaksanaan (5) • UJI POMPA
• ANALISA LAB
Pengawasan
Pengawasan
Sumur dangkal
Sumur bor
Permukaan tanah
Lempung /impermeable
Breksi massif/impermeable
Lempung/impermeable
KONSEP KETAHANAN AIR
APA YANG SEBENARNYA DIPERTAHANKAN…?
• Jawab :
AIR TAWAR di daratan, baik kuantitas maupun
kualitasnya.
• Jawab :
MEMPERPANJANG WAKTU TINGGAL (Residence Time) Air
DI DARATAN
Konsep KETAHANAN AIR
Kebijakan
Konservasi Airtanah
UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
PP No. 43 tahun 2008 tentang Air Tanah
• Pencemaran Airtanah
(1) Setiap Orang yang memakai dan/atau mengusahakan air tanah yang berasal
dari 5 (lima) buah sumur dalam kawasan kurang dari 10 (sepuluh) hektar atau
50 (lima puluh) liter per detik atau lebih yang berasal lebih dari 1 (satu) sumur
dalam kawasan kurang dari 10 (sepuluh) hektar, tidak menyediakan 1 (satu)
sumur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b, dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang melakukan kegiatan dalam radius 200 (dua ratus) meter
dari lokasi pemunculan mata air kecuali untuk keperluan seharihari dan
pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf a dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling
banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(3) Setiap Orang yang melakukan pengambilan air tanah baru pada zona kritis air
tanah, atau melakukan pengambilan air pada zona rusak air tanah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (4) huruf a dan huruf b dan
Pasal 50 , dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau
denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
KETENTUAN PIDANA
Perda DIY No. 5/2012 Pasal 66
(4) Setiap Orang yang melakukan kegiatan penggunaan air tanah tanpa
melakukan eksplorasi air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
39 ayat (4), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
(5) Setiap Orang yang tidak memakai air dari Perusahaan Air
Minum/Perusahaan Daerah Air Minum bagi wilayah yang terjangkau
layanan Perusahaan Air Minum/Perusahaan Daerah Air Minum
jaringan air bagi wilayah yang telah disediakan oleh Pemerintah
Daerah dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud
Dalam Pasal 39 ayat (3) huruf c, dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(6) Setiap Orang yang melakukan pengeboran atau penggalian pada
zona perlindungan air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
ayat (3) , dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
KETENTUAN PIDANA
Perda DIY No. 5/2012 Pasal 66
(7) Setiap Orang yang melakukan pengambilan air tanah pada zona rusak dan
pengambian air tanah baru pada zona kritis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau
denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(8) Setiap Orang yang tidak memperbaiki kondisi dan lingkungan air tanah yang
rusak akibat penggunaan air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda
paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(9) Setiap Orang yang melakukan pengeboran dan/atau penggalian air tanah tanpa
izin, merubah ketentuan-ketentuan yang ada dalam izin, melakukan kegiatan
yang mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya dan melakukan
kegiatan yang mengakibatkan terjadinya daya rusak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(10) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat
(4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (8) dan ayat (9) adalah pelanggaran.
1. Gubernur Berkaitan dengan ketentuan
Melakukan pengawasan dalam rekomendasi teknis dan
Pengawasan
Ditujukan untuk menjamin kesesuaian antara penyelenggaraan pengelolaan air tanah dengan
peraturan perundang-undangan terutama menyangkut ketentuan administrati dan teknis
pengelolaan AT
TERIMA KASIH