Anda di halaman 1dari 43

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DINAS PEKERJAAN UMUM, PERUMAHAN DAN


ENERGI SUMBER DAYA MINERAL
Jl. Bumijo No. 5 Telepon : (0274) 589074, 589091, Fax (0274) 550320
YOGYAKARTA 55231

PENGELOLAAN AIR TANAH


DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Disampaikan Pada Acara Workshop


Tanggal 19 Maret2018
Dasar Hukum Kebijakan Pengelolaan Air Tanah DIY

Sebelum Terbit UU Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah dan Pembatalan UU
Nomor 7/2004 SDA Oleh MK Nomor 85/PUU-XII/2013 (18 Februari 2015)

PUSAT : DAERAH:
1. Undang-undang No.7 Tahun 2004 1. Perda No.5/2012 ttg Pengelolaan Air Tanah
tentang Sumber Daya Air 2. Peraturan Gubernur No.41/2014 ttg Penyusunan
2. PP No. 38 Tahun 2007 tentang Rencana Pengelolaan Air Tanah
Pembagian Urusan Pemerintahan 3. Peraturan Gubernur No.42/2014 ttg Kebijakan dan
antara Pemerintah, Pem. Prov, Pem. Strategi Pengelolaan Air Tanah
Kab/Kota 4. Peraturan Gubernur No.43/2014 ttg Tata Cara
3. Peraturan Pemerintah No.43 Tahun Penghematan Penggunaan Air Tanah
2008 tentang Air Tanah 5. Peraturan Gubernur No.44/2014 ttg Tata Cara
4. Perpres No. 33 Tahun 2011 tentang Pemantauan Pelaksanaan Pengelolaan Air Tanah
Kebijakan Nasional Pengelolaan 6. Peraturan Gubernur No. 47/2014 ttg Tata Cara
Sumber Daya Air Inventarisasi Air Tanah
5. Perpres No. 88 Tahun 2012 tentang 7. Peraturan Gubernur No.48/2014 ttg Tata Cara
Kebijakan Pengelolaan Sistem Peningkatan Kapasitas Imbuhan Air Tanah
Informasi Hidrologi, 8. Peraturan Gubernur No. 49/2014 ttg Alokasi
Hidrometeorologi, dan Hidrogeologi Penggunaan Air Tanah
6. Kepres No.26 Tahun 2011 tentang 9. Peraturan Gubernur No.50/2014 ttg Rekomendasi
Penetapan Cekungan Air Tanah Teknis Izin Pemakaian dan Pengusahaan Air Tanah
7. Instruksi Presiden No.13 Tahun 2011
tentang Penghematan Energi dan Air
8. Peraturan Menteri ESDM No.15
Tahun 2012 tentang Penghematan
Penggunaan Air Tanah
Dasar Hukum Kebijakan Pengelolaan Air Tanah DIY

Setelah Terbit UU Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah dan


Pembatalan UU Nomor 7/2004 SDA Oleh MK Nomor 85/PUU-XII/2013 (18 Februari
2015) :
1. Undang-Undang Nomor 11 tahun 1974 Tentang Pengairan
2. Undang-Unang Nomor 23 tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
3. Keputusan Menteri ESDM Nomor 1451 K/10/MEM/2000 tentang
Pedoman Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintahan di Bidang
Pengelolaan Air Bawah Tanah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 Tentang Pengusahaan
Sumber Daya Air
5. Perda No.5/2012 ttg Pengelolaan Air Tanah (sinkronisasi dengan UU No.
23 tahun 2014)
6. Pergub DIY No. 71 ttg Penyelenggaran pelayanan perizinan dan non
perizinan terpadu satu pintu.
 Kewenangan Provinsi  Mengelola CAT dalam wilayah
provinsi (CAT YK-SLM, CAT Wates)

 Permasalahan Air Tanah Pada CAT :

1. Kebutuhan air baku yang semakin besar di berbagai sektor


2. Terjadinya perubahan kondisi dan lingkungan air tanah :
 Turunnya muka air tanah
 Penurunan kualitas air
3. Banyaknya titik sumur tak berizin.
4. Belum mencukupinya air permukaan sebagai penyedia air baku / air bersih
UU No.23 Th.2014
PENGERTIAN
• Air Bawah Tanah adalah semua air yang terdapat dalam lapisan pengandung air di bawah
permukaan tanah, termasuk mata air yang muncul secara alamiah di atas permukaan tanah
• Cekungan air tanah adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh batas hidrogeologis, tempat
semua kejadian hidrogeologis seperti proses pengimbuhan, pengaliran, dan pelepasan air
tanah berlangsung
• Rekomendasi teknis adalah persyaratan teknis yang bersifat mengikat dalam pemberian izin
pemakaian air tanah atau izin pengusahaan air tanah
• Pengelolaan air bawah tanah adalah pengelolaan dal;am arti luas mencakup segala usaha
inventarisasi, pengaturan pemanfaatan, perizionan, pembinaan, pengendalian dan
pengawasan serta konservasi air bawah tanah
• Pengeboran air tanah adalah kegiatan membuat sumur bor air tanah yang dilaksanakan sesuai
dengan pedoman teknis sebagai sarana eksplorasi, pengambilan atau imbuhan air tanah
• Hak guna air dari pemanfaatan air tanah adalah hak guna air untuk memperoleh dan
memakai atau mengusahakan air tanah untuk berbagai keperluan
• Hak guna pakai air dari pemanfaatan air tanah adalah hak guna air untuk memperoleh dan
memakai air tanah
• Hak guna usaha air dari pemanfaatan air tanah adalah hak untuk memperoleh dan
mengusahakan air tanah
• Izin pemakaian air tanah adalah izin untuk memperoleh hak guna pakai air dari pemanfaatan
air tanah
• Izin pengusahaan air tanah adalah izin untuk memperoleh hak guna usaha air dari pemanfatan
air tanah
Pengelolaan air bawah tanah didasarkan atas asas-asas :
1. Fungsi sosial dan nilai ekonomi
2. Kemanfatan umum
3. Keterpaduan dan keserasian
4. Keseimbangan
5. Kelestarian
6. Keadilan
7. Kemandirian
8. Transparansi dan akuntabilitas publik
KEBIJAKAN PENDAYAGUNAAN AIR TANAH

RINCIAN KEBIJAKAN STRATEGI


1. Peningkatan 1. Menerapkan penetapan zona pengambilan dan pemanfaatan AT sebagai acuan penyusunan
RTRW.
upaya 2. Menerapkan penetapan peruntukan air untuk memenuhi kebutuhan.
penatagunaan AT 3. Melibatkan pemilik kepentingan dalam penyusunan RTL.
4. Mengkaji dan menilai dampak perubahan iklim.

2. Peningkatan 1. Menerapkan alokasi dan hak guna air .


2. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan air sesuai prioritas.
upaya 3. Memperhatikan neraca pemanfaatan AT.
penyediaan AT 4. Menetapkan standar pelayanan minimal kebutuhan pokok air baku.
5. Melaksanakan inventarisasi potensi, kondisi dan perubahan lingkungan.

3. Pengendalian 1. Mengatur pengusahaan AT berdasarkan fungsi keselarasan.


2. Menerapkan NSPK yang mengutamakan kepentingan masyarakat.
pengusahaan 3. Meningkatkan peran serta perseorangan, badan usaha dan LSM.
sumber daya AT 4. Mengendalikan kegiatan pertambangan di sekitar sumber air.
5. Mempercepat penetapan alokasi pemanfaatan air baku.
6. Mengembangkan dan menerapkan sistem pemantauan dan pengawasan.
7. Mengatur pengusahaan AT.

4. Peningkatan 1. Mengembangkan perangkat kelembagaan untuk pengendalian dan pengawasan.


2. Sosialisasi penggunaan sumber daya air permukaan.
upaya efisiensi 3. Meningkatkan penegakan hukum.
penggunaan AT 4. Meningkatkan efisiensi penggunaan AT oleh pengguna air irigasi.

5. Peningkatan 1. Menyusun dan melaksanakan rencana pengembangan AT.


2. Memperhatikan peta neraca pemanfaatan AT pada upaya pengembangan SDAT.
upaya 3. Mengembangkan sistem penyediaan air baku.
pengembangan 4. Memberikan insentif untuk pihak yang berhasil mengembangkan teknologi pemenuhan
kebutuhan air bersih.
AT
KEBIJAKAN PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR TANAH

RINCIAN KEBIJAKAN STRATEGI

1. Peningkatan 1. Menerapkan peta zona kerentanan AT, peta zona konservasi AT, peta neraca
pemanfaatan AT, peta zona pemanfaatan AT sebagai acuan dalam penyusunan RTRW
upaya dan pengendalian pemanfaatan ruang.
pencegahan 2. Meningkatkan kemampuan adaptasi masyarakat di daerah imbuhan AT, kawasan rawan
dan kritis AT.
3. Memprakarsai pembentukan kerjasama antara daerah imbuhan, transisi dan lepasan
AT.
4. Meningkatkan dan menjaga kelestarian fungsi hutan dan fungsi daerah imbuhan.
5. Meningkatan kesadaran masyarakat.
6. Melakukan pengendalian aliran air permukaan.
2. Peningkatan 1. Menetapkan dan melaksanakan sosialisasi penanggulangan kerusakan dan bencana
akibat daya rusak AT.
upaya 2. Mengembangkan dan publikasi hasil prakiraan dampak pemanfaatan dan
penanggulangan pengembangan AT.
3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi bencana akibat daya rusak
AT.
4. Memperbaiki sistem dan meningkatkan kinerja penanggulangan bencana.
5. Mensosialisasikan kerentanan AT, peta zona konservasi AT, peta neraca pemanfaatan
AT, peta zona pemanfaatan AT terhadap pemompaan.
3. Peningkatan 1. Merehabilitasi dan merekonstruksi kerusakan prasarana SDAT dan memulihkan fungsi
lingkungan hidup.
upaya pemulihan 2. Mengembangkan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam kegiatan yang
terkoordinasi untuk pemulihan akibat bencana daya rusak AT.
3. Memulihkan dampak sosial dan psikologis akibat bencana AT oleh para pemilik
kepentingan.
PERUNTUKAN PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH

• Peruntukan pemanfaaatan air bawah tanah untuk keperluan air minum


merupakan prioritas utama di atas segala keperluan lain
• Urutan prioritas peruntukan air bawah tanah adalah sbb :
1. air minum
2. Air untuk rumah tangga
3. Air untuk peternakan dan pertanian sederhana
4. Air untuk industri
5. Air untuk irigasi
6. Air untuk pertambangan
7. Air untuk usaha perkotaan
8. Air untuk kepentingan lainnya
PERIZINAN
1. Kegiatan eksplorasi, pengeboran, penggalian, dan
pengambilan air bawah tanah hanya dapat dilaksanakan
setelah memperoleh izin
2. Macam-macam izin :
a. Izin eksplorasi air bawah tanah
b. Izin penggalian atau pengeboran air bawah tanah
c. Izin pengambilan air bawah tanah
d. Izin pengambilan mata air
e. Izin Perusahaan Pengeboran Air Tanah
f. Izin Juru Bor
3. Izin diberikan Gubernur
IZIN EKSPLORASI
Persyaratan :
Mengajukan proposal kegiatan yang berisi :
1. Maksud dan tujuan
2. Rencana kerja dan peralatan
3. Peta topografi skala 1 : 50.000 yang mencantumkan
lokasi rencana eksplorasi air bawah tanah
4. Daftar tenaga ahli dalam bidang air bawah tanah
5. Salinan atau fotocopy Surat Izin Perusahaan
Pengeboran Air Bawah Tanah (SIPPAT), Surat tanda
Instalasi Bor (STIB) dan Surat Juru Bor (SIJB)
IZIN PENGEBORAN AIR BAWAH TANAH (SIP)
Persyaratan :
Mengajukan permohonan izin pengeboran air bawah tanah dilampiri :
1. Peta situasi skala 1 : 10.000
2. Peta topografi skala 1 : 50.000 yang memperlihatkan titik lokasi rencana pengeboran air
bawah tanah
3. Lokasi titik pengeboran (alamat dan koordinat)
4. Informasi mengenai rencana pengeboran air bawah tanah
5. Salinan atau fotocopy Surat Izin Perusahaan Pengeboran Air Bawah Tanah (SIPPAT), Surat
tanda Instalasi Bor (STIB) dan Surat Juru Bor (SIJB) yang masih berlaku
6. Dokumen UKL –UPL atau AMDAL yangvtelah disyahkan oleh instansi yang berwenang
7. Tanda bukti kepemilikan 1 (satu) buah sumur pantau yang dilengkapi alat perekam
otomatis muka air (AWLR) bagi pemohon sumur kelima atau kelipatannya atau jumlah
pengambilan air bawah tanah sama atau lebih besar dari 50 (lima puluh) l/det dari satu
atau beberapa sumur pada kawasan kurang dari 10 (sepuluh) hektar
8. Surat pernyataan kesangupan membuat sumur resapan
9. Surat persetujuan pemilik tanah apabila lokasi poengeboran bukan milik sendiri
10. Fotocopy akta pendirian perusahaan dan perubahannya jika berbentuk badan hukum
11. Fotocopy KTP pemohon
IZIN PENGAMBILAN /PENGUSAHAAN AIR TANAH
(SIPA)
Persyaratan :
Mengajukan permohonan izin pengambilan bawah tanah dilampiri :
1. Peta situasi skala 1 : 10.000 yang dilengkapi lokasi sitik sumur bor (alamat dan koordinat)
2. Fotocopy KTP pemohon
3. Rencana pemakaian air bawah tanah
4. Laporan penyelesaian pengeboran sumur dan dilampiri :
a. Surat izin pengeboran (SIP
b. Gambar penampang litologi/batuan dan hasil rekamana logging sumur
c. Gambar bagan penampang penyelesaian konstruksi sumur bor
d. Berita acara pengawasan logging dan pemasangan konstruksi sumur bor
e. Berita acara uji pemompaan
f. Laporan uji pemompaan
g. Hasil analisis fisika dan kimia air bawah tanah
h. Bukti pemasangan water meter (BA dan Foto)
i. Bukti pembuatan sumur resapan (foto) dilengkapi jumlah dan lokasi
5. Dokumen UKL –UPL atau AMDAL yang telah disyahkan oleh instansi yang berwenang
6. Surat kesanggupan membayar pajak air tanah.
IZIN PERUSAHAAN PENGEBORAN AIR BAWAH TANAH (SIPPAT)

Persyaratan :
Mengajukan permohonan izin perusahaan pengeboran bawah
tanah dilampiri :
1. Surat pernyataan kepemilikan instalasi bor bermetarai
2. Foto instalasi bor berukuran 9 x 12 cm dan 4 x 6 cm, masing-
masing sebanyak 3 lembar
3. Data teknis instalasi bor
4. Salinan sertifikat klasifikasi dan sertifikat kualifikasi badan
usaha yang dikeluarkan oleh Asosiasi dan telah diregistrasi di
LPJKP
5. Fotocopy KTP pemohon
IZIN JURU BOR AIR BAWAH TANAH (SIJB)

Persyaratan :
Mengajukan permohonan izin juru bor dilampiri :
1. Salinan ijazah calon juru bor dengan pendidikan paling rendah
SMU atau sederajad
2. Pengalaman kerja calon juru bor lebih dari 3 (tiga) tahun di
bidang pengeboran air bawah tanah
3. Pas foto calon juru bor ukuran 2 x 3 cm sebanyak 3 lembar
4. Foto copy KTP calon juru bor
5. Sertifikat ketrampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja dari
Asosiasi dan telah diregistrasi oleh LPJK
1. Mengutamakan akifer dalam
PRINSIP PENGGUNAAN AIR TANAH 2. Mewajibkan pengguna air besar
dari PAM/PDAM
3.Mewajibkan eksplorasi air tanah

Penggunaan Tanpa izin


Pemakaian Hak Guna Pakai
Izin Pemakaian
Pengeboran
1. kebutuhan pokok sehari-
Penggalian hari,
2. pertanian rakyat,
3. kegiatan bukan usaha
Pengambilan (al. kantor pemerintah)

Pengusahaan Izin
Hak Guna Usaha
Pengusahaan

1. bahan baku industri,


2. pemanfaatan potensi,
3. media usaha,
4. bahan pembantu
proses produksi.
Tidak Perlu Izin
2. pertanian rakyat , debit tidak lebih dari
1 lt/dt per hektar

1. Kebutuhan pokok sehari-hari


Volume < 100 m3/bulan
Perlu Izin
1. sumur untuk kegiatan non usaha
volume > 100 m3/detik per bulan

2. sumur untuk kegiatan usaha

Izin pengusahaan
Izin pemakaian
200 cm
Penutup sumur sementara
Pisometer  19 mm
Lapisan tanah penutup  60 cm

Lantai beton blok  25 cm

Lapisan lempung
Pipa jambang Ø ≤ 15 cm

Lapisan pasir Akuifer


Muka air tanah

Semen penyekat

Anulus pipa jambang


dan lubang bor ≥ 7,5 cm

Lapisan lempung

Lempung penyekat

Pipa saringan   15 cm
Lapisan pasir
Akuifer
Pipa naik Ø ≤ 15 cm

Lapisan lempung

Anulus pipa naik/saringan dan


lubang bor ≥ 7,5 cm

Pipa saringan   15 cm
Lapisan pasir Akuifer

Lapisan lempung

Krikil pembalut

Akuifer
Lapisan pasir
Pipa saringan   15 cm

Lapisan lempung

Penutup

Gambar Konstruksi Sumur Bor Sesuai Dengan SNI No. 03-6422-2000


200 cm
Pisometer   19 mm Penutup sumur
 60 cm sementara
Lapisan tanah penutup Lantai beton blok  25 cm

Lapisan Pipa jambang  ≤ 15 cm


lempung

Lapisan pasir Akuifer Muka air tanah

Anulus pipa jambang


dan lubang bor  7,5 cm

Lapisan
Semen penyekat
lempung

Lempung penyekat
Reducer

Lapisan pasir Akuifer


Pipa saringan Ø  10 cm
Anulus pipa naik/saringan dan
lubang bor ≥ 7,5 cm Anulus pipa naik/saringan dan
Lapisan lempung lubang bor  7,5 cm

Pipa naik Ø < 10 cm

Lapisan pasir Akuifer


Pipa saringan Ø  10 cm

Lapisan lempung Kerikil pembalut

Pipa saringan Ø  10 cm
Lapisan pasir Akuifer

Lapisan lempung

Penutup

Gambar Konstruksi Sumur Bor Sesuai Dengan SNI No. 03-6422-2000


niaga dan
kebutuhan pokok industri besar
niaga kecil / industri
sehari-hari, rumah tangga
pertanian rakyat

izin
0m

tanpa sumur sumur


pasak sumur pasak
izin akuifer
resapan
dangkal dangkal

30 m

sumur bor
produksi

akuifer sumur
dalam resapan
dalam

100 m
PROSEDUR PERIZINAN PENGEBORAN AIR TANAH

GUBERNUR Permohonan Rekomtek (2)

Permohonan Izin (1) cq Gerai Pelayanan


Perizinan Terpadu INSTANSI TEKNIS
PEMOHON
(DINAS PUP-ESDM)
Rekomendasi
Teknis (3)

Kepada Pemohon (4)

PENGEBORAN EKSPLORASI
LAPORAN
SURAT IZIN • PENGEBORAN
• LOGGING HASIL
PENGEBORAN (SIP) • KONSTRUKSI
Pelaporan (6) PENGEBORAN
Pelaksanaan (5) • UJI POMPA
• ANALISA LAB

Pengawasan

DINAS TEKNIS PROVINSI


PROSEDUR PERIZINAN PENGAMBILAN AIR TANAH

GUBERNUR Permohonan Rekomtek (2)

Permohonan Izin (1) cq Gerai Pelayanan


Perizinan Terpadu INSTANSI TEKNIS
PEMOHON
(DINAS PUP-ESDM)
Rekomendasi
Teknis (3)

Kepada Pemohon (4)

PEMANFAATAN AIR BAWAH TANAH

SURAT IZIN • MEMASANG WATER METER


PENGAMBILAN AIR • LAPORAN PEMAKAIAN AIR SETIAP
BAWAH TANAH Pelaksanaan (5) BULAN
• PEMERIKSAAN UJI LABORATORIUM
AIR BAWAH TANAH SECARA PERIODIK

Pengawasan

DINAS TEKNIS PROVINSI


Air yang diambil oleh sumur penduduk dari akuifer bebas,
sedang untuk sumur bor adalah dari akuifer tertekan

Sumur dangkal
Sumur bor
Permukaan tanah

Permukaan air tanah (water table)

Pasir lepas, akuifer bebas (I)

Lempungpasiran, semi permeable

Pasir lepas, akuifer semi tertekan (II)

Lempung /impermeable

Screen Pasir lepas, akuifer tertekan (III)

Breksi massif/impermeable

Screen Pasir lepas, akuifer tertekan (IV)

Lempung/impermeable
KONSEP KETAHANAN AIR
APA YANG SEBENARNYA DIPERTAHANKAN…?

• Jawab :
AIR TAWAR di daratan, baik kuantitas maupun
kualitasnya.

BAGAIMANA CARA MEMPERTAHANKAN


KELANGSUNGAN KEBERADAAN AIR TAWAR …?

• Jawab :
MEMPERPANJANG WAKTU TINGGAL (Residence Time) Air
DI DARATAN
Konsep KETAHANAN AIR
Kebijakan
Konservasi Airtanah
UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
PP No. 43 tahun 2008 tentang Air Tanah

Konservasi Air tanah :

Adalah upaya melindungi dan memelihara keberadaan, kondisi


dan lingkungan airtanah guna mempertahankan kelestarian dan
atau kesinambungan ketersediaan dalam kuantitas dan kualitas
yang memadai demi kelangsungan fungsi dan pemanfaatannya
untuk memenuhi kebutuhan mahluk hidup, baik waktu sekarang
maupun pada generasi yang akan datang.
UPAYA KONSERVASI AIRTANAH

UPAYA PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN AIRTANAH :


• Penetapan kawasan lindung airtanah/daerah imbuhan airtanah
• Pengendalian kegiatan yang mengganggu sistem akuifer
• Penetapan zona konservasi dan tata guna airtanah
• dll

UPAYA PENGAWETAN AIRTANAH :


• Membuat imbuhan airtanah buatan
• Penerapan rekomendasi teknis untuk setiap izin
• reduce – reuse – recycle
• Penerapan conjunctive use, panen air hujan
• dll

UPAYA PENGELOLAAN KUALITAS DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN :


• Mencegah dan menanggulangi pencemaran airtanah
• Mempertahankan dan memulihkan kualitas airtanah
• dll
PELESTARIAN AIRTANAH

Upaya menjaga kelestarian


kondisi dan lingkungan airtanah
agar tidak mengalami perubahan

Pelestarian dengan Pelestarian dengan


Pelestarian
Penerapan Pengaturan
dengan Vegetasi
Teknologi Lahan
PENENTUAN ZONA
KONSERVASI AIRTANAH

Kuantitas dan Alokasi pemanfaatan


Kualitas airtanah airtanah
Dampak Pemanfaatan
Airtanah

• Aquifer Depletion : penurunan muka airtanah

secara menerus hingga melebihi batas aman

• Intrusi air laut

• Pencemaran Airtanah

• Penurunan muka tanah atau land subsidence


Penurunan muka airtanah
Penurunan muka airtanah
Perubahan pola aliran airtanah
Pendorong terjadinya Pencemaran Airtanah
• Panen air hujan (Rainwater Harvesting)

• Panen air hujan merupakan suatu cara untuk menampung air


pada saat hujan dan disimpan dalam suatu tampungan, yang
selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber air baku.
• Metode panen air hujan umumnya dilakukan di daerah
perkotaan dengan memanfaatkan aliran permukaan, atap rumah
dan lainnya pada saat hujan.
• Salah satu teknik panen air hujan yang banyak diterapkan adalah
teknik panen air hujan dengan memanfaatkan atap rumah, yaitu
air hujan yang jatuh di atas atap dikumpulkan dan ditampung ke
dalam tangki atau bak penampung air hujan.
LARANGAN
(Perda DIY No.5/2012 Psl.64)

Setiap Orang dilarang:


a. Mengebor dan/atau menggali air tanah tanpa izin, kecuali untuk kebutuhan pokok
sehari-hari atau kebutuhan rumah tangga dan pertanian rakyat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 42 ayat (3);
b. Merubah ketentuan yang ada dalam izin, meliputi:
1. merusak, melepas, menghilangkan dan memindahkan meter air atau alat ukur
debit air dan/atau merusak segel tera dan segel dinas teknis terkait pada meter air
atau alat ukur debit air;
2. mengambil air dari pipa sebelum meter air;
3. mengambil air melebihi debit yang ditentukan dalam izin;
4. menyembunyikan titik air atau lokasi pengambilan air tanah;
5. memindahkan letak titik air atau lokasi pengambilan air tanah;
6. memindahkan rencana letak titik pemboran atau lokasi pengambilan air tanah.
c. Melakukan kegiatan yang mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya,
mengganggu upaya pengawetan air tanah, dan/atau mengakibatkan pencemaran air
tanah; dan
d. Melakukan kegiatan yang mengakibatkan terjadinya daya rusak air.
KETENTUAN PIDANA
Perda DIY No. 5/2012 Pasal 66

(1) Setiap Orang yang memakai dan/atau mengusahakan air tanah yang berasal
dari 5 (lima) buah sumur dalam kawasan kurang dari 10 (sepuluh) hektar atau
50 (lima puluh) liter per detik atau lebih yang berasal lebih dari 1 (satu) sumur
dalam kawasan kurang dari 10 (sepuluh) hektar, tidak menyediakan 1 (satu)
sumur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 huruf b, dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(2) Setiap Orang yang melakukan kegiatan dalam radius 200 (dua ratus) meter
dari lokasi pemunculan mata air kecuali untuk keperluan seharihari dan
pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) huruf a dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling
banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang melakukan pengambilan air tanah baru pada zona kritis air
tanah, atau melakukan pengambilan air pada zona rusak air tanah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (4) huruf a dan huruf b dan
Pasal 50 , dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau
denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
KETENTUAN PIDANA
Perda DIY No. 5/2012 Pasal 66

(4) Setiap Orang yang melakukan kegiatan penggunaan air tanah tanpa
melakukan eksplorasi air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
39 ayat (4), dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
(5) Setiap Orang yang tidak memakai air dari Perusahaan Air
Minum/Perusahaan Daerah Air Minum bagi wilayah yang terjangkau
layanan Perusahaan Air Minum/Perusahaan Daerah Air Minum
jaringan air bagi wilayah yang telah disediakan oleh Pemerintah
Daerah dan/atau Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud
Dalam Pasal 39 ayat (3) huruf c, dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(6) Setiap Orang yang melakukan pengeboran atau penggalian pada
zona perlindungan air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40
ayat (3) , dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam)
bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah).
KETENTUAN PIDANA
Perda DIY No. 5/2012 Pasal 66

(7) Setiap Orang yang melakukan pengambilan air tanah pada zona rusak dan
pengambian air tanah baru pada zona kritis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 51 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau
denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(8) Setiap Orang yang tidak memperbaiki kondisi dan lingkungan air tanah yang
rusak akibat penggunaan air tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52
dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda
paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(9) Setiap Orang yang melakukan pengeboran dan/atau penggalian air tanah tanpa
izin, merubah ketentuan-ketentuan yang ada dalam izin, melakukan kegiatan
yang mengakibatkan rusaknya sumber air dan prasarananya dan melakukan
kegiatan yang mengakibatkan terjadinya daya rusak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 64 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
(10) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat
(4), ayat (5), ayat (6), ayat (7), ayat (8) dan ayat (9) adalah pelanggaran.
1. Gubernur Berkaitan dengan ketentuan
Melakukan pengawasan dalam rekomendasi teknis dan
Pengawasan

penyelenggaraan, pengelolaan izin pemakaian AT/ izin


AT di wilayahnya pengusahaan AT

a. Pelaksanaan pengeboran, penggalian air tanah :


 Logging
 Lokasi dan kedalaman pengeboran atau penggalian AT
 Pemasangan konstruksi sumur;
 Pelaksanaan uji pemompaan AT;
b. Pemakaian dan/atau pengusahaan AT
 Analisis kualitas AT;
 Jumlah pengambilan AT; peruntukan pemanfaatan AT;
 Kewajiban membangun sumur resapan;
 Pajak pemanfaatan air tanah;
c. Kegiatan yang menyebabkan kerusakan lingkungan AT; atau
d. Pelaksanaan UKL-UPL dan/atau AMDAL

Ditujukan untuk menjamin kesesuaian antara penyelenggaraan pengelolaan air tanah dengan
peraturan perundang-undangan terutama menyangkut ketentuan administrati dan teknis
pengelolaan AT
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai