Anda di halaman 1dari 6

UTS MK.

Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingungan (PSDAL) Semester Ganjil 2022/2023


Take home exam
(Dosen : Dr. Ir. Slamet Budi Yuwono, M.S. IPU)

Uraikan secara jelas dan lengkap.

1. Bagaimana perspektif atau pandangan saudara terhadap perencanaan sumberdaya air agar
manfaatnya berkelanjutan (sustainable) untuk DAS Sekampung, sebagai informasi
Sungai/Way Sekampung memiliki luas 484.000 ha, melalui 8 kabupaten/kota dan memiliki
fungsi sebagai sumber air irigasi/padi sawah (63.000 ha), pembangkit listrik (PLTA 2 x 14
MW), perikanan dan rencana sumber air baku bagi peruhaan air minum (PDAM) Kota Bandar
Lampung sebesar 2,5 m3/det.
2. Bagaimana pendapat saudara terhadap implementasi pembayaran jasa lingkungan Way
Sekampung dalam bentuk resources sharing-cost sharing untuk perencanaan dan
perbaikan/rehabilitasi DAS Sekampung sebagai sumberdaya air yang harus dilestarikan.
3. Apakah konsep Forest Lanscape Restorations (FLR) bisa diterapakan untuk memperbaikai
DAS Sekampung, berikan alasan dan justifikasinya.

Catatan :

a. Jawablah selengkap dan sebaik mungkin, bila diperlukan silakan merujuk pada referensi
(Pustaka) yang relevan, baik jurnal nasional maupun internasional atau prosiding.
b. Jawaban ujian paling banyak 6 (enam) halaman (di luar daftar pustaka)
c. Tugas dikirimkan ke email saya : slamet.budi@fp.unila.ac.id
d. Beri nama dan npm pada jawaban yg dikirim, subject email di isi : utspsdal_nama_npm
e. Jawaban dikumpulkan paling lambat 14 Oktober 2022
f. Keterlambatan pengumpulan jawaban akan ada pengurangan 5 point untuk setiap hari
keterlambatan, sampai maksimal 5 hari terlambat.
JAWABAN SOAL

NAMA : DODY SWIYONO


NPM : 2220011001
PRODI : MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

1. Pandangan saya secara umum pendayagunaan sumber daya air yang berkelanjutan
(sustainable) pada area daerah aliran sungai way sekampung
diperlukan suatu model pengelolaan secara terintegrasi dari semua stake

holder (pemerintah, masyarakat dan swasta) baik itu tugas pokok dan fungsi,
aturan/dasar hukum, pelaksana kegiatan dilapangan, peran masyarakat sekitar DAS
serta tanggung jawab pihak swasta sebagai pemanfaaat sumber air. Pengelolaan
sumber daya air tersebut perlu didasari atas asas kelestarian, keseimbangan,
kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta
transparansi dan akuntabilitas yang dilakukan secara menyeluruh, terpadu, dan
berwawasan lingkungan hidup dengan tujuan mewujudkan kemanfaatan sumber
daya air yang berkelanjutan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Hal ini
dilakukan dengan harapan sumber daya air Way Sekampung dapat termanfaatkan
dengan optimal secara berkelanjutan untuk menyusun model pendayagunaan
sumberdaya air untuk digunakan dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang
diperoleh dari mekanisme kerjasama antar pemangku kepentingan dalam
pengelolaan sumber daya air berkelanjutan di Way Sekampung, Lampung.
Adapun analisa tambahan rujukan jawaban saya mengenai pemanfaatan air secara
berkelanjutan di Way Sekampung, yaitu hasil dari penelitian yang dilakukan oleh
(Mirza Nirwansyah, IPB 2019) menunjukkan bahwa pemanfaatan air di Way
Sekampung kondisi saat ini untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sebesar 139.637
m³/detik, air baku untuk rumah tangga, perkotaan dan industri 7.95 m³/detik,
sehingga kebutuhan total mencapai 147.10 m³/detik. Namun kebutuhan air tersebut
masih jauh dibawah potensi ketersediaan air yang mencapai 450.73 m³/det.
Ketersediaan air secara nyata sangat tergantung kepada kinerja sistem pengelolaan
yang ada. Adanya kinerja sistem pengelolaan saat ini menyebabkan ketersediaan air
nyata yang bisa dipenuhi hanya sebesar 81.55 m³/detik, sehingga debit nyata yang
tersedia ini masih sangat jauh dari kebutuhan sehingga pendayagunaan sumber daya
air untuk penyediaan air berkelanjutan di Way Sekampung saat ini berada pada
status kurang berkelanjutan. Faktor pengungkit (leverage factor) keberlanjutan di
Way Sekampung diperoleh sebanyak sembilan atribut yang dua diantaraya berasal
dari dimensi ekologi, yaitu: (1) Penurunan debit air dan (2) Pengendalian laju
sedimentasi; dimensi ekonomi empat atribut yaitu: (1) Ketersediaan dana, (2)
Peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), (3) Pengembangan iklim investasi, dan

(4) kelembagaan ekonomi, serta dimensi sosial tiga atribut, yaitu: (1) Penanganan
konflik sosial; (2) Kondisi infrastruktur (aksesibilitas), dan (3) Multiplier sosial. Untuk
meningkatkan status keberlanjutan jangka panjang, skenario yang perlu dilakukan
untuk pendayagunaan sumber daya air berkelanjutan di Way Sekampung adalah
Skenario III (Optimis), dengan melakukan perbaikan secara menyeluruh terhadap
semua atribut yang sensitif, minimal terhadap sembilan atribut faktor kunci yang
dihasilkan dalam analisis (seperti yang disebutkan diatas), sehingga semua dimensi
yang ada menjadi berkelanjutan.

Pengelolaan sumber daya air untuk penyediaan air irigasi, air baku berkelanjutan,
PDAM serta pembangkit tenaga listrik di Way Sekampung masih menghadapi
kendala lain diantaranya: selalu kekurangan air pada musim kemarau, walaupun
Bendungan Batutegi sudah berfungsi tetapi permasalahan kebutuhan air bersih di
wilayah tersebut masih mengalami kekurangan terutama pada musim kemarau,
menurunnya fungsi resapan air akibat berkurangnya vegetasi pada daerah tangkapan
air, kurangnya koordinasi dan keterpaduan pengelolaan sumber daya air antar
stakeholder. Program mendayagunakan sumber daya air dari sungai Way Sekampung
masih dimungkinkan dengan upaya konservasi berupa pembuatan bendungan baru
sebagai antispasi terhadap keberlangsungan air di DAS way sekampung.

2. Implementasi pemanfaatan dana kompensasi dalam bentuk resources sharing-cost


sharing dalam skema pembayaran jasa lingkungan adalah ditujukan kepada kegiatan
restorasi dan rehabilitasi kawasan yang berpengaruh pada kondisi ekologi suatu jasa
lingkungan. Pertama dana kompensasi sebaiknya merupakan dana insentif dan
bantuan lainnya terhadap partisipasi masyarakat dalam menjaga kondisi ekologi dan
kontinuitas pemanfaatan jasa lingkungan di area DAS way sekampung, sebaiknya
berbentuk kepada hal hal dapat meningkatkan pemeliharaan lahan pada catchment
area serta dapat meringankan kebutuhan hidup masyarakat yang ada disekitar DAS
sebagai contoh bantuan bibit dan pupuk yang dapat digunakan dalam melakukan
upaya konservasi hutan pada area tangkapan air diperlukan bibit-bibit pohon yang
berkualitas agar menghasilkan tanaman yang dapat berfungsi menjaga tata air di
hutan serta bantuan pupuk agar pertumbuhan tanaman semakin baik, dengan
adanya resources sharing-cost sharing maka diharapkan akan mengurangi kegiatan
deforestasi maupun degradasi yang dilakukan oleh masyarakat sekitar terhadap
pohon/vegetasi kayu-kayuan yang berada disekitar DAS karena dengan adanya dana
insentif dan bantuan lainnya dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan jangka
pendek.

Kedua Bentuk insentif yang lain adalah dalam bentuk pembangunan sarana dan
prasarana yang menunjang kegiatan dalam pengawasan dan peremajaan DAS yaitu
pembangunan infrastruktur berupa jalan, kegiatan pengerukan sedimentasi pada
area bendungan, pembuatan bendungan/tanggul baru, tarasering di area lahan
rawan longsor serta jalur irigasi baru yang dapat digunakan untuk kepentingan
bersama. Ketiga adalah insentif dalam bentuk kemudahan mendapatkan akses air
bersih bagi masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam memelihara area DAS way
sekampung, sehingga hal tersebut dapat meningkatkan minat untuk berpatispasi
menjaga keberlangsungan sumberdaya air pada area DAS way sekampung.

3. Konsep Forest Lanscape Restorations (FLR) atau Restorasi lanskap hutan menurut
saya merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan kembali
fungsi ekologis pada area DAS sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
bentang alam hutan pada area DAS yang sudah terdeforestasi ataupun terdegradasi.
Selain menanam pohon, restorasi lanskap hutan juga bertujuan memulihkan seluruh
bentang alam untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan masa depan, serta
menawarkan banyak manfaat dan penggunaan lahan dari waktu ke waktu. Jenis
kegiatannya pun dapat berbeda-beda, seperti penanaman pohon, regenerasi alami
yang dikelola, kegiatan wanatani ataupun pengelolaan lahan yang lebih baik untuk
mengakomodasi mosaik penggunaan lahan, termasuk pertanian, suaka margasatwa
yang dilindungi, perkebunan yang dikelola, penanaman di tepi sungai, dan kegiatan
sejenisnya.

Upaya konservasi tersebut menyelaraskan kegiatan konservasi lahan dan


memaksimalkan fungsi ekologis di area tersebut sehingga curah hujan yang berada
pada area tangkapan (catchment area) yang berupa hutan alami ataupun hutan
rakyat tidak langsung mengalir terbawa aliran air pada DAS sekampung melainkan
mengalami siklus hydrologi air baik berupa cadangan air tersimpan dalam tanah,
dalam pohon dan dalam uap air. Jadi justifikasi saya pemulihan hutan dan lanskap
hutan merupakan langkah penting dalam memulihkan kesehatan dan fungsi
ekosistem di area DAS way sekampung. Namun Dalam praktik di lapangan,
pengelolaan restorasi di area DAS ini serupa dengan pengelolaan ekosistem hutan
lainnya diluar das, masih diliputi oleh persoalan konflik dan klaim penggunaan
hutan/lahan, kebijakan pemerintah yang terlalu teknis dan tidak sesuai dengan
kondisi lapangan, perubahan tata ruang, illegal logging, maupun rendahnya
dukungan pemerintah daerah. Tentu hal ini harus didukung dengan regulasi dan
dasar hukum yang jelas serta peran pemerintah/stake holder terkait untuk dapat
memaksimalkan kegiatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. (1998). Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Pengelolaan Lingkungan Hidup.


Dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua (1994/1995 – 2019/2020). Kantor Menteri
Lingkungan Hidup.
2. Hary Puji Astuti. (2020). Kajian Implementasi Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu
(PSDAT) pada Daerah Aliran Sungai Brantas Hulu. Jurnal Kajian Teknik Sipil Vol.2 No.2.
3. Meine van Noordwijk, dkk. (2004). Peranan Agroforestri Dalam Mempertahankan Fungsi
Hidrologi Daerah Aliran Sungai (DAS). Jurnal Agrivita Vol. 26 No.1. ISSN : 0126 – 0537.
4. Muhammad Amin , dkk,.(2018). Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Diktat Kuliah Jurusan
Teknik Pertanian Universitas Lampung.
5. Mirza Nirwansyah, (2019). Model Pendayagunaan Sumber Daya Air Berkelanjutan Di Way
Sekampung, Provinsi Lampung. Disertasi IPB.
6. Osmar Shalih. (2022). Strategi Pengelolaan Daerah Aliran Sungai DAS di Indonesia. Jurnal
Magister Ilmu Geografi, Departemen Geografi Universitas Indonesia.
7. Sudaryono. (2002). Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Terpadu, Konsep
Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Teknologi Lingkungan, Vol.3, No. 2,: 153-158.
8. Sutopo Purwo Nugroho. (2003). Pergeseran Kebijakan Dan Paradigma Baru Dalam
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Di Indonesia. Jurnal Teknologi Lingkungan. P3TL-
BPPT.4(3): 136-142.
9. Tatan Sukwika. (2019). Partisipasi Masyarakat Menyediakan Jasa Lingkungan Hidrologis
Di Kawasan Daerah Aliran Sungai. Jurnal Sustainable Environmental and Optimizing
Industry Journal, 1 (1): 27-37.
10. Tejoyuwono Notohadiprawiro, (2006). Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Dan
Program Penghijauan . Jurnal Ilmu Tanah Universitas Gadjah Mada.
11. Yohan surtiani dkk,. (2015). Evaluasi Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) di Daerah Aliran
Sungai (DAS) Juwana pada Kawasan Gunung Muria Kabupaten Pati. Jurnal Biro Planologi
Undip Volume 11 (1): 117-128.

Anda mungkin juga menyukai