Anda di halaman 1dari 10

Pengelolaan Jasa Lingkungan Air di DAS Way Semaka,

Kabupaten Tanggamus

Management of Water Environmental Services in the Way Semaka


Watershed, Tanggamus Regency

Oleh:
Muhammad Pradana Wicaksono1*, Nur Fikhadillah1, Haura Adzraa Nabilla1,
Achmad Haris1
1
Universitas Lampung. Jl. Sumantri Brojonegoro 1
Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Jl. Sumantri Brojonegoro 1, Bandar
Lampung, 35145, Lampung, Indonesia
*
Email: shikigami828@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis pengelolaan jasa lingkungan air di DAS Way Semaka,
Kabupaten Tanggamus dengan melakukan analisis terhadap kriteria/prinsip jasa
lingkungan, mendeskripsikan informasi-informasi dalam pemanfaatan jasa lingkungan,
mendeskripsikan peran pihak-pihak dalam pengelolaan jasa lingkungan, dan menjabarkan
hasil negosiasi serta hasil monitoring dalam pemanfaatan jasa lingkungan. Metode
penelitian melibatkan analisis data dari berbagai penelitian, namun berfokus pada jasa
lingkungan air pada DAS Way Semaka, Kabupaten Tanggamus. Hasil dan pembahasan
mengungkapkan bahwa pengelolaan jasa lingkungan pada DAS Way Semaka bermanfaat
untuk PLTA, kebutuhan irigasi, serta kebutuhan rumah tangga. Namun, karena saat ini
kondisi DAS tersebut tergolong kritis maka perlu pengorbanan yang dikeluarkan yaitu
dengan melakukan pembayaran sebesar Rp 14.000 per pohon per rahun, berkisar Rp 2.000
- Rp 50.000. Namun, KPHL Kota Agung Utara selalu pengelola tingkat tapak perlu
mensosialisasikan mekanisme PJL ini sebagai salah satu upaya pemerintah dalam
mengkonservasi daerah hulu melalui pemberian insentif kepada masyarakat.

Kata Kunci: DAS Way Semaka, hilir, hulu

ABSTRACT

This research analyzes the management of water environmental services in the Way
Semaka Watershed, Tanggamus Regency, by conducting an analysis of the
criteria/principles of environmental services. It describes information on the utilization of
environmental services, outlines the roles of various stakeholders in environmental service
management, and details the negotiation and monitoring outcomes in the utilization of these
services. The research methodology involves data analysis from various studies, with a
specific focus on water environmental services in the Way Semaka Watershed, Tanggamus
Regency. The results and discussion reveal that the management of environmental services
in the Way Semaka Watershed is beneficial for hydropower plants, irrigation needs, and
household requirements. However, due to the current critical condition of the watershed,
there is a need for sacrifices, such as a payment of IDR 14,000 per tree per year, ranging
from IDR 2,000 to IDR 50,000. Nevertheless, the North Kota Agung Forest Management
Unit (KPHL) needs to consistently educate the ground-level managers to socialize the
mechanism of these environmental service payments as a government effort to conserve the
upstream area by providing incentives to the community.

Keywords: Watershed Way Semaka, downstream, upstream

PENDAHULUAN

Jasa lingkungan yang berkaitan dengan sumber daya air sangat penting bagi
kesejahteraan masyarakat dan lingkungan di Indonesia. Ketersediaan sumber daya air bersih
sangat penting untuk berbagai keperluan, seperti konsumsi manusia, irigasi, dan keperluan
industri. Pengelolaan sumber daya air secara berkelanjutan sangat penting untuk menjamin
ketersediaannya bagi generasi mendatang. Namun sumber daya air di Indonesia menghadapi
berbagai tantangan seperti polusi, eksploitasi berlebihan, dan perubahan iklim yang
menyebabkan degradasi sumber daya air dan hilangnya jasa ekosistem. Oleh karena itu,
pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan sangatlah penting untuk menjamin
ketersediaannya bagi generasi mendatang. Pengelolaan sumber daya air secara
berkelanjutan juga dapat berkontribusi terhadap pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan terkait ketahanan pangan, energi (Aviantara et al. 2020).
Untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan, Indonesia harus menghadapi
berbagai tantangan dalam mengelola sumber daya airnya. Tantangan-tantangan tersebut
meliputi perubahan iklim, aktivitas manusia, dan meningkatnya kebutuhan air akibat
pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi. Pengelolaan sumber daya air di
Indonesia sangat penting untuk menjamin ketersediaan air bersih bagi semua sektor dan
generasi mendatang. Sebagai manusia, kita menggunakan air tawar untuk minum, sanitasi,
irigasi, peternakan, dan banyak lagi. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya air secara
berkelanjutan sangatlah penting. Namun terdapat banyak tantangan dalam pengelolaan
sumber daya air di Indonesia, seperti konversi lahan, penggunaan air tanah yang berlebihan,
erosi, sedimentasi, perubahan iklim global, degradasi wilayah sungai, polusi air,
ketidakseimbangan permintaan dan pasokan air, konflik penggunaan air, sumber daya
manusia. manajemen, dan partisipasi kelembagaan dan masyarakat. Untuk mengatasi
tantangan ini, perlu dikembangkan strategi yang mencakup seluruh aspek pengelolaan
sumber daya air, termasuk konservasi, pemanfaatan, perlindungan, dan partisipasi
(Hidayati, 2017).
Kebijakan dan peraturan terkait jasa lingkungan yang berkaitan dengan sumber daya
air di Indonesia sangat penting untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia dan
lingkungan sekitar. Beberapa kebijakan dan peraturan yang ada di Indonesia terkait sumber
daya air antara lain Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yang
mengatur tentang pengelolaan sumber daya air, Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun
2015 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air, dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor P.20/MenLHK/Setjen/Kum.1/4/2018 tentang Pedoman Pengelolaan
Sumber Daya Air. Kebijakan dan peraturan tersebut bertujuan untuk mengatur pengelolaan
sumber daya air secara terpadu, melindungi sumber daya air dari pencemaran, serta
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air. Selain itu,
kebijakan dan peraturan tersebut juga mengatur tentang pemanfaatan sumber daya air secara
berkelanjutan dan menjaga ketersediaan air untuk kepentingan masa depan (Wulandari et
al. 2019).
METODE PENELITIAN

Metode yang diterapkan dalam responsi ini adalah studi literatur dengan pendekatan
berbasis permasalahan atau studi kasus. Pendekatan ini melibatkan pncarian referensi topik
yang relevan dengan kasus atau permasalahan yang berkaitan dengan topik responsi.
Referensi yang ditemukan akan digunakan sebagai landasan untuk mengidentifikasi
pengelolaan jasa lingkungan air. Praktikum ini dilakukan pada hari Sabtu, pukul 10.00 WIB
melalui aplikasi online zoom dengan seperangkat alat tulis (ATK), komputer atau laptop
serta makalah/jurnal/laporan penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menganalisis pengelolaan jasa lingkungan air di DAS Way Semaka,
Kabupaten Tanggamus dengan melakukan analisis terhadap kriteria/prinsip jasa
lingkungan, mendeskripsikan informasi-informasi dalam pemanfaatan jasa lingkungan,
mendeskripsikan peran pihak-pihak dalam pengelolaan jasa linkungan, dan menjabarkan
hasil negosiasi serta hasil monitoring dalam pemanfaatan jasa lingkungan. Metode
penelitian melibatkan analisis data dari berbagai penelitian, namun berfokus pada jasa
lingkungan air pada DAS Way Semaka, Kabupaten Tanggamus. Pengelolaan jasa
lingkungan pada DAS Way Semaka bermanfaat untuk PLTA, irigasi, dan rumah tangga.

Tabel 1. Analisis Kriteria


No. Kriteria/prinsip Deskripsi
1. Realistis Salah satu DAS yang perlu direhabilitasi kondisinya
adalah DAS Way Semaka yang merupakan salah satu
DAS kritis di Provinsi Lampung. Salah satu perusahaan
pengguna jasa air di Kabupaten Tanggamus adalah
perusahaan Tanggamus Electric Power yang
memanfaatkan sungai Way Semaka untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA). Selain untuk PLTA, DAS
ini juga dimanfaatkan sebagai perkebunan, kebutuhan
irigasi(pertanian), dan kebutuhan rumah tangga seperti
masak, mencuci, dan mandi. Masyarakat hulu rata-rata
bersedia di bayar sebesar Rp 14.000 per pohon per tahun
dengan kisaran Rp2.000 sampai dengan Rp50.000.
Namun ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan
masyarakat dalam menentukan besaran pembayaran
adalah masalah biaya khususnya biaya pemeliharaan,
waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk upaya
konservasi (Herwanti, 2020).
2. Sukarela DAS Way Semaka merupakan salah satu Das kritis
karena fungsi hutan lindung sebagai pengatur tata air,
pencegah erosi, pencegah banjir dan penjaga kesuburan
tanah menjadi hilang. Kondisi air di DAS Semaka telah
mengalami perubahan dari kondisi yang dulunya jernih
dan bersih menjadi keruh dan dangkal. Semua
masyarakat sekitar hutan lindung tersebut bersedia
melakukan upaya konservasi melalui penanaman dan
pemeliharaan pohon dalam kawasan hutan, kegiatan
tersebut didasarkan oleh pengorbanan yang telah
Tabel 1. Lanjutan
No. Kriteria/prinsip Deskripsi
dikeluarkan oleh masyarakat baik dari waktu, biaya, dan
tenaga. Diharapkan masyarakat dapat memberi dampak
kepada perbaikan suplai air baik secara kuantitas
maupun kualitas. Melalui izin HKm, masyarakat
menerapkan praktik-praktik agroforestri berdasarkan
prinsip-prinsip lestari yang diusahakan didalam
pemeliharaan kawasan hutan yaitu kakao, durian,
alpukat, jengkol, cengkeh, lada, kapuk, jambu, mangga,
dan beberapa jenis kayu-kayuan (Herwanti, 2020).
3. Kondisional Sekitar 30% tutupan lahan hutan di hulu DAS Way
Semaka telah berubah menjadi kebun kopi. Masyarakat
di sekitar DAS Way Semaka bersedia untuk membayar
imbal jasa lingkungan dan melakukan kegiatan untuk
melakukan restorasi dan rehabilitasi lahan. Mekanisme
PJL ini tentu saja memerlukan dukungan dari berbagai
pihak, khususnya pemerintah (KPHL Kotaagung Utara)
sebagai fasilitator agar dapat terwujud dalam rangka
menyediakan jasa lingkungan air yang berkualitas.
KPHL Kota Agung Utara selaku pengelola hutan di
tingkat tapak telah mensosialisasikan mekanisme PJL ini
sebagai salah satu upaya pemerintah dalam
mengkonservasi daerah hulu (Herwanti, 2020).
4. Berpihak pada yang miskin Prinsip Pro-poor dalam skema PJL di DAS Way Semaka
memprioritaskan akses terhadap jasa lingkungan air,
seperti konservasi hutan dan pengelolaan air bersih, bagi
masyarakat termarginalisasi dengan tingkat
kesejahteraan rendah. Topografi yang curam di kawasan
hutan memperlihatkan potensi risiko banjir bagi wilayah
padat penduduk seperti Bandar Negeri Semuong,
sehingga akses yang adil dan aman terhadap sumber
daya air menjadi krusial bagi mereka. Proses
pengambilan keputusan dalam skema PJL melibatkan
partisipasi aktif masyarakat termarginalisasi, termasuk
petani muda yang memiliki tenaga produktif dan
keterampilan untuk menjaga lahan pertanian. Status
perkawinan dan jumlah tanggungan keluarga juga
diperhitungkan dalam proses pengambilan keputusan,
mengingat dampaknya terhadap kebutuhan ekonomi dan
tenaga kerja keluarga. Keputusan terkait pemeliharaan
hutan dan pengelolaan air di DAS Way Semaka diambil
dengan memperhatikan pandangan dan aspirasi dari
kelompok termarginalisasi. Masyarakat dengan tingkat
pendidikan yang rendah juga diperhitungkan, meskipun
pendidikan yang rendah mungkin mempengaruhi
kemampuan analisis, keputusan tetap diambil dengan
mendengarkan semua pihak. Keluaran dari skema PJL di
DAS Way Semaka berfokus pada manfaat yang
dirasakan oleh masyarakat termarginalisasi, termasuk
petani yang mendapatkan kompensasi ekologi atas
pemeliharaan hutan. Upaya konservasi hutan yang
diprioritaskan dalam skema PJL diharapkan dapat
memperbaiki kualitas air sungai, yang penting bagi
Tabel 1. Lanjutan
No. Kriteria/prinsip Deskripsi
kehidupan sehari-hari masyarakat hilir yang masih
mengandalkan air sungai. Implementasi Prinsip Pro-poor
berdampak positif terhadap kaum termarginalisasi,
khususnya petani muda dan kelompok dengan tingkat
kesejahteraan rendah. Masyarakat mendapatkan manfaat
nyata dari skema PJL melalui pelestarian hutan, akses
yang lebih baik terhadap air bersih, dan peningkatan
kesempatan ekonomi (Herwanti, 2020).

Tabel 2. Informasi-informasi dalam Pemanfaatan Jasa Lingkungan


No. Jenis jasa Penyedia jasa Pembeli/pengguna Deskripsi informasi
lingkungan jasa
1. Jasa Masyarakat Perusahaan Salah satu perusahaan
Pemanfaatan hulu DAS Tanggamus Electric pengguna jasa air di
Air di Das Way Semaka Power dan Kabupaten Tanggamus adalah
Way Semaka, masyarakat hilir yang perusahaan Tanggamus
Kabupaten berada di Kecamatan Electric Power yang
Tanggamus Bandar Negeri memanfaatkan sungai Way
Semuong. Semaka untuk Pembangkit
Listrik Tenaga Air (PLTA).
Masyarakat hilir masih tetap
memanfaatkan air Sungai
Way Semaka untuk kebutuhan
rumah tangga seperti mencuci,
memasak, mandi, PLTA,
perkebunan dan keperluan
irigasi (pertanian). Pemkab
Tanggamus menyebutkan
bahwa masyarakat di
kecamatan Bandar Negeri
Semuong yang berada di hilir
DAS Way Semaka
menggantungkan hidupnya
dengan bertani, khususnya
bertani sawah dengan luas
sawah mencapai 1.372 hektar.

Tabel 3. Pihak-pihak yang terlibat dalam Pemanfaatan Jasa Lingkungan


No. Jenis jasa lingkungan Pihak yang terlibat Deskripsi peran dalam Pengelolaan
Jasa Lingkungan
1. Jasa pemanfaatan Air di Masyarakat Hulu • Masyarakat Hulu DAS Way
Das Way Semaka, DAS Way Semaka, Semaka: Melindungi tata air secara
Kabupaten Tanggamus Perusahaan keseluruhan dan menyediakan
Tanggamus Electric pasokan air tanah yang berkualitas
Power, Masyarakat • Perusahaan Tanggamus Electric
hilir yang berada di Power: Memanfaatkan sungai Way
Kecamatan Bandar Semaka untuk Pembangkit Listrik
Negeri Semuong dan Tenaga Air (PLTA)
KPHL Kotaagung
Utara.
Tabel 3. Lanjutan
No. Jenis jasa lingkungan Pihak yang terlibat Deskripsi peran dalam Pengelolaan
Jasa Lingkungan
• Masyarakat hilir yang berada di
Kecamatan Bandar Negeri
Semuong: Dimanfaatkan untuk
pertanian (irigasi) dan keperluan
sehari-hari seperti mencuci,
memasak, mandi, dan perkebunan
• KPHL Kotaagung Utara: Sebagai
pengelola tingkat tapak sebagai
fasilitator agar terselenggaranya
mekanisme PJL hulu-hilir di sekitar
kawasan Hutan Lindung Kota
Agung Utara

Tabel 4. Hasil Negosiasi para pihak dalam Pemanfaatan Jasa Lingkungan


No. Jenis jasa Pihak yang terlibat Kepentingan/ Hasil negosiasi
lingkungan permasalahan
1. Jasa Masyarakat Hulu DAS Way Semaka perlu Adanya
pemanfaatan DAS Way Semaka, direhabilitasi kondisinya pengumpulan dana
air di Das Perusahaan karena termasuk salah satu untuk merehabilitasi
Way Semaka, Tanggamus DAS kritis di Provinsi kondisi tutupan
Kabupaten Electric Power, Lampung. Sekitar 30 lahan di DAS yang
Tanggamus Masyarakat hilir persen tutupan hutan di mengalami kondisi
yang berada di hulu DAS Way Semaka krituis.
Kecamatan Bandar telah berubah menjadi
Negeri Semuong kebun kopi yang
dan KPHL mengakibatkan fungsi
Kotaagung Utara. hutan lindung sebagai
pengatur tata air, pencegah
erosi, pencegah banjir dan
penjaga kesuburan tanah
menjadi hilang.

Tabel 5. Hasil implementasi dan monitoring dalam skema Pengelolaan Jasa Lingkungan
No. Jenis jasa Pihak yang Peran para pihak Hasil negosiasi Hasil
lingkungan terlibat monitoring
1. Jasa Masyarakat • Masyarakat Hulu Adanya Rata-rata
pemanfaatan Hulu DAS DAS Way Semaka: pengumpulan pembayaran
air di Das Way Way melindungi tata air dana untuk Rp14.000/
Semaka, Semaka, secara keseluruhan merehabilitasi pohon/tahun
Kabupaten Perusahaan dan menyediakan berkisar
kondisi
Tanggamus Tanggamus pasokan air tanah Rp2.000,
Electric
tutupan lahan sampai
yang berkualitas.
Power, di DAS yang Rp50.000
• Perusahaan mengalami
Masyarakat Tanggamus
hilir yang kondisi kritis.
Electric Power:
berada di Memanfaatkan
Kecamatan sungai Way
Bandar
Tabel 5. Lanjutan
No. Jenis jasa Pihak yang Peran para pihak Hasil Hasil
lingkungan terlibat negosiasi monitoring
Negeri Semaka untuk
Semuong Pembangkit Listrik
dan KPHL Tenaga Air (PLTA)
Kotaagung • Masyarakat hilir yang
Utara. berada di kecamatan
Bandar Negeri
Semuong
memanfaatkan air
untuk pertanian
(irigasi) dan keperluan
sehari-hari seperti
mencuci, memasak,
mandi, dan
perkebunan.
• KPHL Kotaagung
Utara: Sebagai
pengelola tingkat
tapak sebagai
fasilitator agar
terselenggaranya
mekanisme PJL hulu-
hilir di sekitar
Kawasan Hutan
Lindung Kotaagung
Utara.

Pemanfaatan air di DAS Way Semaka, Kabupaten Tanggamus telah menerapkan


empat prinsip pembayaran jasa lingkungan (PJL) atau imbal jasa lingkungan. Pemanfaatan
jasa lingkungan membutuhkan pengembangan sumber daya manusia yang berilmu, kreatif
dan mampu menerapkan konsep jasa lingkungan dalam teknologi yang dikembangkannya.
Pertama ada pada bidang realistis pada DAS ini terdapat kesediaan dan kemampuan
masyarakat hilir untuk membayar imbal jasa lingkungan air tersebut pada masyarakat hulu
yakni sebesar 14.000 per pohon. Kedua ada pada bidang sukarela, PJL termasuk transaksi
sukarela untuk jasa lingkungan yang telah didefinisikan secara jelas (atau penggunaan lahan
yang dapat menjamin jasa tersebut) baik secara materi ataupun non materi. Dalam jurnal ini
disebutkan bahwa DAS ini merupakan DAS kritis sehingga diperlukan adanya penanaman
dan pemeliharaan, melalui skema PJL sukarela masyarakat sekitar hutan tersebut bersedia
untuk melakukan upaya-upaya konservasi yang diharapkan akan memberi suplai air yang
baik secara kuantitas maupun kualitas. Ketiga ada pada bidang kondisional, disebutkan
bahwa kondisi sekitar 30% dari tutupan lahan di hulu DAS sudah berubah sehingga
mekanisme PJL harus terus didukung agar dapat terus menyediakan jasa lingkungan air
yang berkualitas. Terakhir ada pada bagian pro poor atau berpihak pada yang miskin artinya
mekanisme yang dijalankan sudah mempertimbangkan kemiskinan masyarakat yang ada di
sekitar dengan bertanya pada beberapa responden dan hasilnya akan dipertimbangkan untuk
menentukan harga pembayaran jasa lingkungan baik berupa uang maupun pelatihan dan
penanaman bibit. Berpihak pada yang miskin diharapkan dapat menyejahterakan pihak hulu
dan hilir, terutama pihak hulu sebagai penyedia agar terus tetap mempertahankan wilayah
DAS tersebut (Tunggal et al., 2021).
Pemanfaatan air di DAS Way Semaka, Kabupaten Tanggamus telah memberikan efek
yang positif bagi masyarakat. Masyarakat hulu DAS tersebut sebagai penyedia jasa,
sedangkan Perusahaan Tanggamus Electric dan masyarakat hilir yang berada di Kecamatan
Bandar Negeri Semuong sebagai pembeli/pengguna jasa. Salah satu perusahaan pengguna
jasa air di Kabupaten Tanggamus adalah perusahaan Tanggamus Electric Power yang
memanfaatkan sungai Way Semaka untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Selain
sebagai PLTA, air sungai Way Semaka yang hulunya sebagian besar terletak di wilayah
kesatuan pengelolaan hutan lindung (KPHL) Kotaagung Utara juga dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar untuk pertanian (irigasi) dan keperluan sehari-hari. Jika pasokan air
tanah dan kualitas air berkurang yang ditandai dengan berkurangnya debit air dan
banyaknya sedimen, maka bisa dipastikan bagian hulu DAS mengalami gangguan. Hal ini
menyebabkan masyarakat yang ada di hilir kekurangan pasokan air, oleh karena itu daerah
hulu DAS tersebut sangat penting dijaga kelestariannya agar fungsi DAS sebagai daerah
perlindungan tata air terjaga. Apabila ada kerusakan di wilayah hulu maka keuntungan
ekonomi akan hilang karena adanya biaya yang ditimbulkan atau diperlukan untuk
pemulihan keadaan seperti semula (alami). Salah satu upaya menjaga hulu DAS melalui
skema pembayaran jasa lingkungan (PJL). Konsep PJL dapat diadopsi dan dikembangkan
di Indonesia, namun perlu merumuskan mekanisme PJL yang dapat diterima semua pihak
dan diatur dalam regulasi sehingga memiliki kepastian hukum untuk melaksanakannya
(Komarawidjaja, W., 2017)
Pengelolaan jasa lingkungan tentunya terdapat pihak-pihak yang terlibat didalamnya.
Terdapat 3 pihak yang terlibat dalam pemanfaatan air di DAS Way Semaka, Kabupaten
Tanggamus yaitu masyarakat hulu DAS Way Semaka, Perusahaan Tanggamus Electric
Power, masyarakat hilir yang berasa di Kecamatan Bandar Negeri Semuong, serta KPHL
Kota Agung Utara. Pihak-pihak yang terlibat tentunya memiliki perannya tersendiri dalam
pengelolaan jasa lingkungan. Untuk menjalankan mekanisme PJL tentu saja memerlukan
dukungan dari berbagai pihak, khususnya pemerintah (KPHL Kota Agung Utara) sebagai
fasilitator agar dapat terwujud dalam rangka menyediakan jasa lingkungan air yang
berkualitas. Selain itu, KPHL juga berperan untuk membantu mendefinisikan masalah,
memberikan saran-saran independen, ide-ide baru, keahlian teknis, memberikan pelatihan,
dan bantuan teknis, serta membantu mengembangkan rencana pengelolaan (Putra et al.,
2019).
Kondisi DAS Way Semaka termasuk salah satu DAS yang perlu direhabilitasi karena
termasuk daerah yang kritis di Provinsi Lampung. Sebanyak 30 persen tutupan lahan telah
menjadi lahan untuk agroforestri sehingga hilangnya fungsi hutan lindung sebagai pengatur
tata air, pencegah erosi, pencegah banjir, dan penjaga kesuburan tanah. Masyarakat hulu
rata-rata bersedia dibayar sebesar Rp 14.000 per pohon per tahun dengan kisaran Rp 2.000
sampai dengan Rp 50.000. Pembayaran tersebut diharapkan dapat meminimalisir kerusakan
hutan akibat perambahan dan segala aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat. Selain itu,
pembayaran tersebut juga dapat menjadi jembatan diantara kepentingan ekonomi maupun
ekologi. Namun, ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan masyarakat hilir DAS Way
Semaka dalam menentukan besaran pembayaran yakni masalah waktu dan tenaga yang
dikeluarkan untuk upaya konservasi. Kendala tersebut biasanya dikarenakan kurang
terintegrasinya antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya, termasuk kurangnya
koordinasi antara pihak pemerintah dengan masyarakat dan pemangku kepentingan.
Akibatnya, upaya konservasi menjadi gagal dan mubazir yang dapat dibuktikan dengan
identifikasi pembangunan infrastruktur yang tidak berfungsi secara maksimal karena tidak
ditunjang oleh sarana pendukung lingkungan dari sektor lainnya (Tamelan et al., 2021)
Beberapa pihak yang terlibat dalam pendanaan kondisi tutupan lahan yang kritisi
antara lain, masyarakat hulu DAS Way Semaja, Perusahaan TEP (Tanggamus Electric
Power), masyarakat Bandar Negeri Semuong, dan KPHL Kotaagung Utara. Peran
masyarakat hulu DAS Way Semaka adalah melindungi tata air secara keseluruhan dan
menyediakan pasokan air tanah yang berkualitas. Perusahaan TEP memanfaatkan air sungai
sebagai energi untuk PLTA, dan masyarakat hilir Bandar Negeri Semuong memanfaatkan
air untuk Pertanian (irigasi) serta keperluan sehari hari. Dilakukan juga negosiasi dengan
masyarakat terkait dengan rehabilitasi kondisi tutupan lahan. Tutupan lahan
menggambarkan karakteristik fisik permukaan bumi yang mencakup distribusi
vegetasi, air, tanah dan fitur fisik lahan lainnya serta termasuk yang dibuat oleh aktivitas
manusia seperti permukiman, sedangkan terkait dengan penggunaan lahan merujuk pada
keadaan lahan yang digunakan oleh manusia (Fitri et al., 2021). Implementasinya dilakukan
dengan pengumpulan dana untuk penanaman pohon. Rata-rata pembayaran
Rp14.000/pohon/tahun berkisar Rp2.000, sampai Rp50.000.

SIMPULAN

Pemanfaatan air di DAS Way Semaka, Kabupaten Tanggamus melibatkan mekanisme


Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL) dengan empat prinsip, termasuk bidang realistis,
sukarela, kondisional, dan pro poor. Masyarakat hulu bersedia membayar sebesar Rp 14.000
per pohon per tahun untuk menjaga kualitas air. Efek positif pemanfaatan air melibatkan
Perusahaan Tanggamus Electric Power dan masyarakat hilir. Upaya pelestarian DAS
dilakukan melalui skema PJL, di mana KPHL Kota Agung Utara memiliki peran sebagai
fasilitator. Meskipun terdapat kendala dalam menentukan besaran pembayaran dan
kurangnya integrasi kegiatan konservasi, pembayaran sebesar Rp 14.000/pohon/tahun
menjadi solusi yang dapat meminimalisir kerusakan hutan dan mempertahankan fungsi
ekologi serta ekonomi DAS Way Semaka.

SANWACANA

Ucapan terima kasih ditujukan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan jurnal ini dengan judul "
Pengelolaan Jasa Lingkungan Air di DAS Way Semaka, Kabupaten Tanggamus". Tidak
lupa juga terima kasih kami sampaikan untuk asisten dosen yang telah membimbing dalam
penulisan jurnal, serta kepada semua anggota kelompok yang telah membantu dan bekerja
sama dalam penulisan jurnal ini hingga selesai.
DAFTAR PUSTAKA

Aviantara, D. B., Suciati, F. 2020. Konsep imbal jasa lingkungan untuk keberlanjutan
sumberdaya air DAS 1 Cidanau. Jurnal Rekayasa Lingkungan. 13(2):116-137.

Fitri, V. A., Prasasti, I. 2021. Analisis perubahan tutupan lahan sebelum dan setelah gempa
bumi tahun 2018 di Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
Jurnal Teknologi.14(1): 39-47.

Herwanti, Susni., 2020. Kesediaan masyarakat menerima pembayaran jasa lingkungan air:
kasus Das Way Semaka, Kabupaten Tanggamus. Journal of Forestry Research.
3(1):45-54

Hidayati, D. 2017. Memudarnya nilai kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan sumber
daya air. Jurnal Kependudukan Indonesia. 11(1):39-48.

Komarawidjaja, W. 2017. Prospek pemanfaatan penyaring sampah sungai dalam


implementasi imbal jasa lingkungan di Daerah Aliran Sungai Ciliwung Segmen 2
Kota Bogor. Jurnal Teknologi Lingkungan. 18(1):37-44.

Putra, D. A., Utama, S. P., Mersyah, R. 2019. Pengelolaan sumberdaya alam berbasis
masyarakat dalam upaya konservasi daerah aliran sungai Lubuk Langkap Desa Suka
Maju Kecamatan Air Nipis Kabupaten Bengkulu Selatan. Naturalis: Jurnal Penelitian
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan. 8(2):77-86.

Tamelan, P. G., Kapa, M. M., Harijono, H. 2021. Peranan keairan lahan kering pada
kawasan konservasi resapan guna mengatasi dan memenuhi luasan areal potensial
pertanian. Jurnal Teknologi. 15(2:21-30.

Wulandari, A. S. R., Ilyas, A. 2019. Pengelolaan sumber daya air di Indonesia: tata
pengurusan air dalam bingkai otonomi daerah. Gema Keadilan. 6(3):287-299.

Anda mungkin juga menyukai