Anda di halaman 1dari 30

LOMBA ARTIKEL ILMIAH SISWA DAN MAHASISWA

Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Jambi

“ PENENTUAN STATUS PENCEMARAN AIR SUNGAI KALI APEK DI


KECAMATAN ALAM BARAJO KELURAHAN BAGAN PETE KOTA JAMBI”

1. Helen Yunita Chaya F0A021003 Kimia Industri


2. Okta Indrian F0A022001 Kimia Industri
3. Ayu Adelia F0A022014 Kimia Industri

UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2023

1
LEMBAR PENGESAHAN

1
LEMBAR PERNYATAAN

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat-Nya,


maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Penentuan Status Pencemaran Air Sungai Kali Apek di Kecamatan Alam Barajo
Kelurahan Bagan Pete Kota Jambi”. Sholawat dan salam senantiasa terlimpah
untuk Nabi Muhammad SAW, Nabi junjungan yang telah membawa perubahan,
pencerahan dan rahmat bagi seluruh alam.
Dalam penulisan karya tulis ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
yang kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini,
kepada :
1. Bapak Edwin Permana, S. T., M. T.
2. Abang Ali Nurdin Hidayat
Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak kekurangan dan sangat jauh
dari sempurna. Seperti kata pepatah “Tiada Gading yang Tak Retak”. Akhirnya
kami mohon kritik, saran, dan masukan yang membangun sebagai pedoman kami
dalam melangkah ke arah yang lebih baik lagi. Semoga karya tulis ini dapat
berguna bagi kita semua.

Tempat , 14 Juni 2023

Penulis

3
DAFTAR ISI

LOMBA ARTIKEL ILMIAH SISWA DAN MAHASISWA............................................1


LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................1
LEMBAR PERNYATAAN...............................................................................................2
KATA PENGANTAR.......................................................................................................3
DAFTAR ISI......................................................................................................................4
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................5
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................7
BAB II TINJUAN PUSTAKA.........................................................................................10
BAB III METODOLOGI.................................................................................................13
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................................15
BAB 5 PENUTUP............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................21
LAMPIRAN.....................................................................................................................23
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.........................................................................................28

4
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sungai Kali Apek dikecamatan alam barajo kelurahan Bagan pete................13
Gambar 2. Penentuan kualitas air sungai..........................................................................26
Gambar 3. Pengambilan data............................................................................................27

5
ABSTRAK
PENENTUAN STATUS PENCEMARAN AIR SUNGAI KALI APEK DI
KECAMATAN ALAM BARAJO KELURAHAN BAGAN PETE KOTA
JAMBI
Helen Yunita Chaya(1) Okta Indrian(2)Ayu Adelia(3), Kimia industri (4)

Jalan Raya Jambi – Muara Bulian KM.15, Mendalo Indah, Jambi, kode pos. 36361
email: humas@unja.ac.id

Abstrak: Sungai Kali Apek di Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi merupakan sungai yang
berbatasan dengan wilayah Kabupaten Muaro Jambi, disamping telah menerima beban dari
wilayah hulu disepanjang Sungai Kali Apek juga terdapat berbagai macam kegiatan seperti
industri, perikanan, pertanian, komplek pasar, hotel dan pemukiman yang diperkirakan telah
menimbulkan penurunan kualitas air Sungai Kali Apek Kota Jambi. Kualitas air sungai
dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapannya, sedangkan kualitas
pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan aktivitas manusia yang ada di
dalamnya.Penurunan kualitas air ditandai dengan perubahan warna air dan bau padahal sebahagian
masyarakat di pinggiran sungai masih memanfaatkan air Sungai untuk kebutuhan sehari-hari.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air sungai berdasarkan baku mutu kualitas air
sungai menurut PP Nomor 82 Tahun 2001, menghitung beban pencemar Sungai Kupang dan
menentukan Status Mutu Air serta merekomendasi upaya pengelolaan kualitas air Sungai.
Pengukuran kualitas air dilakukan pada 6 titik pengambilan sampel.

Kata Kunci: Kualitas Air, Potensi pencemaran air

Abstrack: The Kali Apek River in the Alam Barajo District, Jambi City is a river that borders
the Muaro Jambi Regency, in addition to having received loads from the upstream area along the
Kali Apek River there are also various kinds of activities such as industry, fisheries, agriculture,
market complexes, hotels and settlements which are estimated to be has caused a decrease in the
water quality of the Kali Apek River in Jambi City. The quality of river water is influenced by the
quality of the water supply originating from the catchment area, while the quality of the water
supply from the catchment area is related to the human activities in it. The decline in water quality
is indicated by changes in water color and odor even though some people on the banks of the river
still use river water. for daily needs. This study aims to analyze the quality of river water based on
river water quality standards according to Government Regulation No. 82 of 2001, calculate the
pollutant load of the Kupang River and determine the Status of Water Quality and recommend
efforts to manage river water quality. Water quality measurements were carried out at 6 sampling
points.

Keywords: Water Quality, Potential for water pollution

6
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Air merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi kelangsungan
hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Dalam peraturan pemerintah nomor 82 tahun
2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air maka air
merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi
kehidupan manusia serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan
modal dasar dan faktor utama pembangunan. Dalam kehidupan sehari-hari peranan air
selain sebagai bahan baku air minum juga digunakan untuk aktivitas manusia seperti
pengairan, pertanian, kegiatan industri dan lain-lainnya (Patty et al., 2015).
Sungai merupakan sumber air permukaan yang memberikan permukaan yang
memberikan manfaat kepada kehidupan manusia. Kualitas sungai akan mengalami
perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan lingkungan sungai yang dipengaruhi
oleh berbagai aktivitas dan kehidupan manusia. Beberapa pencemaran sungai tentukan
diakibatkan oleh kehidupan manusia. Beberapa pencemaran sungai tentunya diakibatkan
oleh kehidupan di sekitarnya baik pada sungai itu sendiri maupun pemberlakuan manusia
sebagai pengguna sungai. Setiap pinggiran sungai yang dekat dengan pabrik atau daerah
perindustrian dipastikan akan terlihat saluran saluran buangan yang menuju ke dalam
sungai (Arnop et al.,2019).
Sungai Batanghari Kota Jambi dengan debit 3500 m 3 /dt merupakan sumber baku
utama air PDAM Kota Jambi. Jumlah intake PDAM terdiri dari 6 intake dengan total
kebutuhan air mencapai ± 1250 L/dt. Jumlah penduduk Kota Jambi yang sudah terlayani
sebanyak 74.781 pelangan pada bulan mei 2018. Sekitar 65 70 % pendaftar. Sepadan
sungai termasuk padat dengan segala aktifitas, diantaranya pertanian, industri, komplek
Pasar Angso Duo, objek pariwisata, untuk itu kualitas air perlu mendapatkan perhatian
khusus. Limbah dari segala aktifitas ini akan mengalir ke Sungai Batanghari, sehingga
dapat mempengaruhi kualitas air sungai. Kualitas air yang cenderung semakin buruk
merupakan persoalan yang harus dicarikan solusinya. Berdasarkan buku laporan Status
Lingkungan Hidup Daerah Kota Jambi Tahun 2015, menyatakan bahwa Sungai
Batanghari selain dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan juga sungai ini telah banyak
menerima berbagai buangan limbah. Dua macam sumber pencemar yang dianggap
mempengaruhi sungai yaitu berasal dari limbah industri dan limbah rumah tangga.
Industri yang berkembang di Kota Jambi selama ini adalah industri besar, menegah dan
kecil. Industri-industri tersebut selain menyerap tenaga kerja juga merupakan devisa bagi
Kota Jambi, akan tetapi disisi lain juga memberikan kontribusi beban pencemaran yaitu

7
BOD sebesar 54,49436 ton/tahun, COD sebesar 164,298842 ton/tahun, TSS sebesar
97,243991 ton/tahun dan 17,39875349 ton/tahun limbah lainnya (BLH Kota Jambi 2015).
Faktor terbesar dan utama penyebab menurunnya kualitas air itu adanya
pembangunan industri dan pabrik yang ada di sekitar badan sungai sehingga pembuagan
limbah industri muaranya juga akan masuk ke sungai. Untuk mengatasi permasalahan
kualitas air Sungai Batanghari maka dibutuhkan sinergitas dalam pengelolaan yang harus
segera dilakukan agar kualitas air Sungai Batanghari tidak tercemar, karena apabila
lambat maka ke depannya kondisi air Sungai Batanghari akan semakin memprihatinkan.
Makhluk hidup di bumi ini membutuhkan air untuk keberlangsungan hidupnya, sehingga
diingatkan kepada masyarakat pentingnya menjaga kelestarian sungai dan air untuk ke
berlangsungan hidupnya (Antara, 2017).
1.2. Rumusan masalah
Sungai Kali Apek di Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi merupakan sungai
yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Muaro Jambi, disamping telah menerima
beban dari wilayah hulu disepanjang Sungai Kali Apek juga terdapat berbagai macam
kegiatan seperti industri, perikanan, pertanian, komplek pasar, hotel dan pemukiman yang
diperkirakan telah menimbulkan penurunan kualitas air Sungai Kali Apek Kota Jambi.
Dari identifikasi diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pola distribusi pencemaran air Sungai Kali Apek di Kota Jambi?
2. Bagaimana status mutu air Sungai Kali Apek ditinjau dari nilai Indeks
Pencemaran (IP) air Sungai Kali Apek di Kota Jambi?
3. Bagaimana strategi pengelolaan kualitas air Sungai Kali Apek berkelanjutan di
Kota Jambi
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pola distribusi pencemaran air Sungai Kali Apek di
Kecamatan Alam Barajo Kelurahan Pate Kota Jambi.
2. Untuk mengetahui status mutu air Sungai Kali Apek di Kecamatan Alam Barajo
Kelurahan Pate Kota Jambi ditinjau dari nilai
3. Indeks Pencemaran (IP).
4. Untuk menganalisis strategi pengelolaan kualitas air Sungai Kali Apek di
Kecamatan Alam Barajo Kelurahan Pate Kota Jambi.
1.4. Manfaat
1. Mengetahui pola distribusi pencemaran air Sungai Kali Apek di Kecamatan Alam
Barajo kelurahan Pate Kota Jambi

8
2. Mengetahui status mutu air Sungai Kali Apek di Kecamatan Alam Barajo
Kelurahan Pate Kota Jambi ditinjau dari nilai
3. Mengetahui strategi pengelolaan kualitas air Sungai Kali Apek di Kecamatan
Alam Barajo kelurahan Pate Kota Jambi.

9
BAB II
TINJUAN PUSTAKA

2.1. Air Sungai

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk semua mahluk hidup. Oleh
karena itu Sumber daya air tersebut harus dilindungi agar dapat dimanfaatkan dengan
baik oleh manusia dan Makhluk hidup lainnya. Pemanfaatan air untuk berbagai
kepentingan harus dilakukan secara bijaksana Dengan memperhitungkan kepentingan
generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Salah satu sumber air yang banyak
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia Dan makhluk hidup lainnya
yaitu sungai. Sungai merupakan ekosistem yang sangat penting bagi Manusia. Sungai
juga menyediakan air bagi manusia untuk berbagai kegiatan seperti pertanian, industri
Maupun domestik (Siahaan et al., 2011).

Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah
tangkapannya, sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan
aktivitas manusia yang ada di dalamnya (Sutriati. 2011).

Air sungai yang keluar dari mata air biasanya mempunyai kualitas yang sangat baik.
Namun dalam proses pengaliran air tersebut akan menerima berbagai macam bahan
pencemar yang mengakibatkan air sungai menjadi tercemar (Sofia dkk., 2010).

Penurunan kualitas air ditandai dengan perubahan warna air dan bau padahal
sebahagian masyarakat di pinggiran sungai masih memanfaatkan air Sungai untuk
kebutuhan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air sungai
berdasarkan baku mutu kualitas air sungai menurut PP Nomor 82 Tahun 2001,
menghitung beban pencemar Sungai Kupang dan menentukan Status Mutu Air serta
merekomendasi upaya pengelolaan kualitas air Sungai. Pengukuran kualitas air dilakukan
pada 6 titik pengambilan sampel(Dedy et al., 2016).

Peningkatann jumlah penduduk dan perkembangan suatu kota berakibat pula pada
pola perubahan konsumsi masyarakat yang cukup tinggi dari tahun ke tahun, dengan luas
lahan yang tetap akan mengakibatkan tekanan terhadap lingkungan semakin berat.
Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal dari pertanian,
industri dan kegiatan rumah tangga akan menghasilkan limbah yang memberi sumbangan
pada penurunan kualitas air sungai (Mahyudin et al., 2015).

1
Air permukaan yang ada seperti sungai dan situ banyak dimanfaatkan untuk
keperluan manusia seperti tempat penampungan air, alat transportasi, mengairi sawah
dan keperluan peternakan, keperluan industri, perumahan, sebagai daerah tangkapan air,
pengendali banjir, ketersediaan air, irigasi, tempat memelihara ikan dan juga sebagai
tempat rekreasi. Sebagai tempat penampungan air maka sungai dan situ mempunyai
kapasitas tertentu dan ini dapat berubah karena aktivitas alami maupun antropogenik
(Hendrawan, 2005).

Air sungai yang keluar dari mata air biasanya mempunyai Kualitas yang sangat baik.
Namun dalam proses pengaliran air tersebut akan menerima berbagai macam Bahan
pencemar yang mengakibatkan air sungai menjadi tercemar. Beberapa tahun Terakhir ini,
kualitas air sungai di Indonesia sebagian besar dalam kondisi tercemar, terutama setelah
Melewati daerah pemukiman, dan pertanian Meningkatnya aktivitas rumah Tangga,
pertanian dan industri akan mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap kondisi
kualitas Air sungai terutama aktivitas rumah tangga yang memberikan masukan bahan
pencemar dengan Konsentrasi biological oxygen demand (BOD) terbesar ke air sungai
(Priyambada dkk., 2008).

Sungai merupakan salah satu sumber air yang diperuntukan untuk aktivitas Manusia,
aktivitas tersebut mengakibatkan aliran air sungai menjadi tercemar dan Berdampak pada
terjadinya penurunan kualitas air. Berbagai aktivitas manusia di Antaranya untuk
keperluan pertanian, keperluan perikanan, keperluan Perternakan, keperluan industry,
keperluan aktivitas rumah tangga dll, hal hal Tersebut yang mengakibatkan terjadinya
pencemaran di sungai.Setiap proses di industri pasti menghasilkan limbah, baik itu
limbah padat, Cair maupun gas. limbah merupakan sesuatu bahan yang Dibuang atau
terbuang dari sesuatu kegiatan manusia atau proses sebuah industri Yang tidak memiliki
nilai ekonomis lagi. Pencemaran sungai paling Banyak Ditemukan pada air sungai yang
di sekitar aliran sungai tersebut terdapat Industri, limbah dari industry tersebut akan
menimbulkan dampak yang kurang menguntungkan bagi lingkungan sekitar sehingga
dapat menimbulkan masalah pencemaran lingkungan. ang hidup di sungai seperti ikan,
tumbuh tumbahan yang hidup di sungai.Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua
makhluk hidup, mulai dari manusia, Tanaman dan hewan. Kegiatan manusia sehari-hari
tidak lepas dari air, mulai dari mandi,Mencuci, minum, masak, menyiram tanaman dll.
Untuk memanfaatkan air tersebut biasanya Masyarakat mengambil air dari sungai sungai
pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) (Panjaitan et al., 2011).

1
Kerusakan sumber daya perairan yang terjadi pada saat ini adalah terjadinya
pencemaran sungai. Sungai merupakan badan air yang bersifat terbuka dan mudah
menerima limbah berbagai aktivitas manusia dari daerah permukiman, pertanian dan
industri di sekitar daerah aliran sungai (DAS). Masukan pencemarsecara langsung ke
sungai akan menimbulkan penurunan kualitas air berupa terjadinya perubahan parameter
fisika, kimia dan biologi perairan sungai. Salah satu indikator terjadinya degradasi
terhadap air sungai dapat dilihat dari adanya perubahan parameter kualitas air. Perubahan
tersebut dapat disebabkan oleh adanya aktivitas pembuangan limbah, baik limbah
pabrik/industri, pertanian, maupun limbah dosmetik dari suatu pemukiman penduduk
kedalam badan air suatu perairan. Perairan merupakan satu kesatuan (perpaduan) antara
komponen-komponen fisika, kimia, dan biologi dalam suatu media air pada wilayah
tertentu. Ketiga komponen tersebut saling berinteraksi jika terjadi perubahan pada salah
satu komponenmaka akan berpengaruh terhadap komponen yang lainnya (Rudiyanti,
2011).

Konsentrasi BOD air Sungai Pakerisan diperoleh nilai konsentrasi BOD paling
tinggi pada lokasi tengah Q6 (Banjar Sema) yaitu 5,29 mg/l dan paling rendah pada lokasi
hulu Q1(Banjar Saresede) yaitu 0,32 mg/l. BOD adalah jumlah oksigen terlarut yang
dibutuhkan oleh bakteri pengurai untuk menguraikan bahan pencemar organik dalam
air.Makin besar kosentrasi BOD suatu perairan,menunjukan konsentrasi bahan organik di
dalam air juga tinggi (Yudo, 2010).

1
BAB III
METODOLOGI

3.1 TEMPAT

Penilitian dilakukan di Sungai Kali Apek dikecamatan alam barajo kelurahan


Bagan pete. Lokasi penelitian pada Sungai kali apek dikecamatan alam barajo kelurahan
Bagan Pete memiliki panjang ±29 km dengan hulu mata air yang terletak pada Dusun
Bagan Pete, Kecamatan Alam barajo sampai dengan Jembatan Kali apek, Kecamatan
Bagan pete. Pengambilan sampel air sungai dilakukan pada tanggal 5 April 2022.

Gambar 1. Sungai Kali Apek dikecamatan alam barajo kelurahan Bagan pete

Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Geokimia fakultas sains dan


teknologi diuniversitas jambi. Parameter yang diukur dan diamati adalah parameter fisika,
kimia dan mikrobiologi. Penelitian kualitas air dilakukan dengan membagi sungai
menjadi 2 titik lokasi pengambilan sampel dengan 4 segmen. Pembagian segmentasi
sungai berdasarkan pada pola penggunaan lahan yang ada dengan tetap memperhatikan
kemudahan akses, biaya dan waktu sehingga ditentukan titik yang mewakili kualitas air
sungai.

3.2 Metode Penelitian

Pengambilan sampel kualitas air dilakukan pada 2 titik di daerah hulu dan Hilir
Sungai kali apek dengan dua kali pengulangan pada tiap titik sampel. Pengambilan
sampel ada beberapa alat yang dibutuhkan. Sebelum pengambilan sampel alat yang
digunakan harus bersih. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan derigen yang
dimasukan kedalam sungai. Pengambilan sampel air limbah menggunakan metode yang
mengacu pada SNI.6989.59:2008 tentang metoda pengambilan contoh air limbah,
sedangkan untuk sampel air permukaan mengacu pada SNI.6989.57:2008 tentang metode
pengambilan contoh air permukaan. Kondisi cuaca dalam pengambilan sampel

1
diharapkan tidak pada musim hujan dikarena dapat menyebabkan terjadinya pengenceran
pada air sampel yang diambil.

Pengukuran Kecepatan Aliran Sungai dan Debit Aliran Sungai Kecepatan aliran
merupakan komponen aliran yang sangat penting. Hal ini disebabkan oleh pengukuran
debit secara langsung pada suatu penampang sungai tidak dapat dilakukan (paling tidak
menggunakan cara konvensional). Kecepatan ini diukur dalam dimensi satuan panjang
setiap satuan waktu, umumnya dinyatakan dalam satuan meter per detik (m/d).
Pengukuran kecepatan aliran dapat dilakukan dengan cara pengukuran menggunakan
pelampung (float). Pelampung digunakan sebagai alat pengukur kecepatan aliran apabila
diperlukan kecepatan aliran dengan ketelitian yang relatif kecil. Perhitungan kecepatan
aliran sungai dengan membagi antara jarak dengan waktu tempuh rata-rata.

3.3 Analisis Data

Hal pertama yang dilakukan sebelum observasi lapangan adalah melakukan analisis kondisi
ideal dan kondisi eksisting sehingga didapatkan perbedaan dan timbul permasalahan. Pada
penelitian ini, Observasi lapangan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan sekitar sungai
sehingga dapat ditentukan titik sebagai sumber pencemar (point sources dan diffuse sources).
Pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi lapangan dengan cara penyusuran sungai
untuk mengetahui kondisi sungai, titik sumber pencemar point sources dan diffuse sources
berdasarkan pengamatan langsung.

Pengujian kualitas air meliputi suhu, Kekeruhan, Total Suspended Solid (TSS), pH,
Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Dissolved Oxygen (DO).
Phospat, Nitrat, Total Coliform. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan meliputi peta Air
Sungai kali apek dikecamatan alam barajo kelurahan Bagan Pete, data klimatologi (temperatur
udara, curah hujan dan kecepatan angin), profil Sungai Kenali Besar, debit Sungai Kali apek
Besar, kualitas Sungai kali apek Besar dan jumlah penduduk disekitar Sungai Kali apek besar.
Observasi lapangan adalah kegiatan penyusuran Sungai Kali apek Besar yang dilakukan pada
tanggal 5 April 2022. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum secara
langsung lokasi titik-tik sampling dan kondisi eksisting Sungai Kenali Besar tersebut.

1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan dan pengukuran beberapa parameter yang dilakukan untuk
penentuan status pencemaran pada hulu dan hilir sungai kali Apek yang meliputi pH,
Suhu, Kekeruhan, Daya Hantar Listrik (DHL), Oksigen Terlarut (DO), Total Suspended
Solid (TSS), Total Dissolved Solid (TDS), Chemical Oxygen Demand (COD) dan
Biological Oxygen Demand disajikan pada Tabel 1 dan tabel 2, untuk selanjutnya
diidentifikasi menggunakan kriteria mutu air berdasarkan (PP No. 22 Tahun 2021).
Tabel 1. Hasil Pengukuran Parameter pada Hulu Sungai Kali Apek

NO PARAMETER HASIL UJI Satuan

1 pH 6,7 -

2 Suhu 23,6 ˚C

3 Kekeruhan 4,3 NTU

4 DHL 2,1 μS/cm

5 DO 2 Mg/L

6 TSS 4,5 Mg/L

7 TDS 3,4 Mg/L

8 COD 21,42 Mg/L

9 BOD 5 Mg/L

Tabel 2. Hasil Pengukuran Parameter pada Hilir Sungai Kali Apek

NO PARAMETER HASIL UJI Satuan

1 pH 5,3 -

2 Suhu 23,1 ˚C

1
3 Kekeruhan 3,3 NTU

4 DHL 2,5 μS/cm

5 DO 2,7 Mg/L

6 TSS 4,8 Mg/L

7 TDS 5,1 Mg/L

8 COD 27,45 Mg/L

9 BOD 6 Mg/L

Parameter pertama yang ukur pada sungai kali Apek yaitu adalah temperatur atau
suhu dimana diperoleh hasil uji 23,6˚C untuk hulu sungai dan 23,1˚C pada hilir
sungai . Kondisi suhu yang seperti ini masih masuk ambang batas baku mutu air
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 karena baku mutu untuk
Temperatur Kelas satu, dua, tiga dan empat yaitu deviasi 3 yang artinya. jika T
normal air 25°C, maka kriteria Kelas 1, 2, 3 dan 4 membatasi T air di kisaran
22°C – 28°C. Dengan demikian berarti suhu air Sungai kali Apek masih dapat
kehidupan di perairan. Suhu merupakan faktor penting dalam
keberlangsungan proses biologi dan kimia yang terjadi di dalam air, seperti
kehidupan dan perkembangbiakan organisme air.Suhu mempengaruhi
kandungan oksigen di dalam air, proses fotosintesis tumbuhan air, laju
metabolisme organisme air dan kepekaan organisme terhadap polusi, parasit
dan penyakit.
Kemudian untuk parameter kedua yaitu pH pada hulu sungai bernilai 6,7 dimana
Air dengan nilai pH sekitar 6,5-7,5 merupakan air normal yang memenuhi syarat
untuk suatu kehidupan. sedangkan pada hilir sungai pH mengalami kenaikan dengan
nilai 5,3 yang sedikit lebih asam dibandingkan dengan hulu sungai. Semakin kecil
pH maka akan semakin besar nilai DHL pada perairan tersebut hal ini ditunjukan
besarnya nilai DHL pada hilir sungai dibandingkan dengan hulu sungai. Perubahan
pH juga dapat dipengaruhi oleh buangan industri dan rumah tangga. Derajat
keasaman merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dalam

1
penyediaan air bersih. Dikarenakan pH air sangat mempengaruhi aktivitas
pengolahan.
Selanjutnya parameter kekeruhan atau density dimana pada hulu sungai kali apek
nilai kekeruhan 4,3 NTU dan pada hilir sungai 3,3 NTU, nilai ini nilai ini masih
dalam ambang batas dan memenuhi baku mutu air. kekeruhan dapat disebabkan oleh
adanya buangan air dari pertanian yang dilalui oleh sungai. Selain itu juga dapat
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya akibat dari penggerusan lapisan tanah
oleh hujan kebanyakan terdiri atas zat-zat organik yang berasal dari lapisan atas
tanah, kemudian adanya bahan organik dari pembusukan tanaman atau tumbuhan.
Parameter keempat pada pengujian status pencemaran sungai ini yaitu
parameter DHL. Nilai DHL pada suatu perairan erat kaitannya dengan kandungan
TDS pada perairan tersebut. Hal ini bisa dilihat dari kandungan TDS pada Hulu
Sungai sebesar 3,4 mg/l dengan nilai DHL 2,1 μmhos/cm yang kemudian meningkat
pada hilir sungai sebesar 4,8 mg/l yang juga diikuti dengan peningkatan nilai DHL
menjadi 2,5 μmhos/cm. Semakin tingginya kadar TDS maka semakin tinggi pula
nilai DHL pada perairan tersebut. TDS biasanya disebabkan oleh bahan anorganik
yang berupa ion-ion yang biasa ditemukan di perairan dimana jumlah ion atau garam
yang terlarut dalam air akan sangat mempengaruhi kemampuan air sebagai
penghantar listrik. Oleh karena itu, semakin banyaknya ion pada suatu perairan maka
nilai DHL akan semakin besar pada perairan tersebut.
Kondisi oksigen terlarut pada keseluruhan lokasi sampling baik hulu
maupun hilir sungai kali Apek menunjukkan bahwa kadar DO yang rendah dengan
nilai dibawah 3 mg/L untuk kelas 3 dimana nilai pada hulu sungai yaitu 2 mg/L dan
hilir sungai 2,7 mg/L yang artinya kadar oksigen terlarut sungai tersebut hanya
memenuhi baku mutu kelas 4 PP Nomor 22 Tahun 2021. Oksigen memegang
peranan penting sebagai indikator kualitas perairan, karena oksigen terlarut berperan
dalam proses oksidasi dan reduksi bahan organik dan anorganik.
Kadar TSS pada keseluruhan lokasi masih jauh dibawah standar baku mutu
sehingga kadar sedimen di Sungai Kali Apek masih relative kecil. Berdasarkan hasil
uji kandungan TSS diperoleh bahwa nilai tertinggi di lokasi sampling yaitu pada hilir
sungai dengan kadar TSS sebesar 4,8 mg/L. Kadar TSS terendah berada di lokasi
hulu sungai dengan nilai 4,5 mg/L. Besarnya kadar TSS dipengaruhi oleh banyak
sedikitnya lahan terbuka di sekitar badan air dan besarnya limpasan permukaan yang
membawa sedimen ke badan air. Tinggi nilai total suspended solid juga dipengaruhi
oleh bahan-bahan tersuspensi yang berasal dari daratan yang terbawa oleh aliran

1
sungai.
Total zat padat terlarut merupakan merupakan padatan yang terlarut
dalam larutan baik berupa zat organik maupun anorganik, yaitu semua
mineral, garam, logam, serta kation-anion yang terlarut di air. Secara umum,
konsentrasi benda-benda padat terlarut merupakan jumlah antara kation dan
anion di dalam air. Nilai total padatan terlarut (TDS) di perairan sungai Kali
Apek masih tergolong memenuhi baku mutu air yaitu masih jauh di bawah
1.000 mg/L. Kandungan TDS tertinggi terdapat pada hilir sungai sebesar 5,1
mg/L dan nilai TDS terendah terdapat pada hulu sungai sebesar 3,4 mg/L.
Tingginya nilai TDS pada hilir sungai diduga disebabkan dari sumber
pencemar dari limbah domestik, antara lain limbah detergent, bahan-bahan
kimia, dan limbah pertanian, biasanya zat padat terlarut tinggi tinggi karena
banyaknya zat padat terlarut oleh berbagai aktivitas manusia.
Kadar COD tertinggi juga ada dilokasi hilir sungai dengan nilai kadar COD
sebesar 27,45 mg/L, nilai ini tidak memenuhi baku mutu kelas 2 dengan selisih 2,45
mg/L tetapi memenuhi baku mutu kelas 3 dengan selisih 12,55 mg/L, sedangkan
kadar COD lokasi hulu sungai dengan nilai 21,42 mg/L dimana nilai ini memenuhi
standar baku mutu kelas 2 dengan selisih 3,58 mg/L. Peningkatan kadar COD dari
hulu ke hilir sungai ini dipengaruhi oleh limbah buangan dari rumah tangga maupun
dari pertanian. Faktor-faktor yang mempengaruhi COD yaitu oksigen terlarut, zat
organik dan sumber pencemar lainnya. Kelarutan oksigen di dalam air, tergantung
pada suhu, tekanan oksigen dalam atmosfer, serta kandungan garam dalam air.
Kadar COD dalam air limbah akan berkurang seiring dengan berkurangnya
konsentrasi bahan organik yang terdapat dalam air limbah.
Kondisi BOD pada lokasi hulu dan hilir sungai memenuhi standar baku
mutu untuk kelas 1, 2 dan 3. Berdasarkan definisi DO adalah kadar oksigen di dalam
perairan yang dapat dimanfaatkan mikroorganisme dalam mengurai bahan organic
serta membantu proses penguraian bahan organic secara kimia. Kadar BOD paling
tinggi berada di lokasi hilir sungai dengan nilai 6 mg/L, hal ini dikarenakan lokasi
tersebut banyak menerima jenis pencemar dari kegiatan rumah tangga dan pertanian.
Pengukuran terendah yaitu pada lokasi hulu sungai dengan nilai 5 mg/L, peningkatan
kadar COD yang ada dipengaruhi oleh limbah buangan kegiatan rumah tangga serta
pertanian. Faktor-faktor yang mempengaruhi COD yaitu oksigen terlarut, zat organik
dan sumber pencemar lainnya. Kelarutan oksigen di dalam air, tergantung pada suhu,

1
tekanan oksigen dalam atmosfer, serta kandungan garam dalam air. Kadar COD
dalam air limbah akan berkurang seiring dengan berkurangnya konsentrasi bahan
organik yang terdapat dalam air limbah.

1
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian penentuan status pencemaran kualitas air sungai ini dapat
disimpulkan bawah hasil pengukuran kualitas air sungai Kali Apek di kecamatan Alam
Barajo kelurahan Bagan Pete Kota Jambi pada parameter pH, suhu, kekeruhan, DHL,
DO, TSS, TDS, COD, dan BOD secara keseluruhan masih memenuhi baku mutu PP
Nomor 22 tahun 2021. Beberapa parameter memenuhi syarat ambang batas pada kelas 1,
2, 3, dan 4. Hal ini menunjukan bahwa air sungai kali Apek dapat di gunakan masyakat
dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti mencuci baju, mandi, atau pun mencuci
piring.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan:


1. Masyarakat membuat instalasi pembuangan air limbah sebelum dibuang ke Sungai
Kali Apek.
2. Pihak pemerintah dan masyarakat bekerja sama untuk melakukan perubahan perilaku
masyarakat agar tidak membuang limbah domestic maupun pertanian ke Sungai Kali
Apek.

2
DAFTAR PUSTAKA

Aji, A.S dan N.N.N. Mareni. 2017. Studi karakteristik dan sistem pengolahan air libah
domestik di kabupaten magelang. Magelang : UNMMA PRESS.

Atmadjaja,j. 2009. Cupang Pnduan lengkap memelihara cupang hias dan cupang adu.
Jakarta : PS.

Arnop, O., Budiyanto dan Rustama. 2019. "Kajian evaluasi mutu sungai nelaa dengan
metode storet dan indeks pencemaran''. Jurnal Penelitian Pengolahan Sumber-
sumber daya alam lingkungan. Vol 8(1):15-16.

Dwi Mardhia, Viktor Abdullah. 2018 “Studi Analisis Kualitas Air Sungai Brangbiji
Sumbawa Besar”. Jurnal biologi tropis”. Vol.18 (2) : 182 – 189.

Dedy Anwar Saleh Pohan., Budiyono., Syafrudin. 2017. "Analisis Kualitas Air Sungai
Guna Menentukan Peruntukan Ditinjau Dari Aspek Lingkungan". Jurnal ilmu
lingkungan. Vol.14(2):63-71.

Hendrawan, Diana. 2005.” Kualitas Air Sungai dan Situ di DKI Jakarta”. jurnal Makara
Teknologi Vol.9 (1):13-19.

Mahyudin, Soemarno, dan Tri B. 2015.” Analisis Kualitas Air dan Strategi Pengendalian
Pencemaran Air Sungai Metro di Kota Kepanjen Kabupaten Malang”. J-PAL
Vol. 6(2): 2087 -3522

Priyambada, I. B., Oktiawan W, dan R.P.E Suprapto. 2008. “Analisa Pengaruh


Perbedaan Fungsi Tata Guna Lahan Terhadap Beban Pencemaran BOD
Sungai (Studi Kasus Sungai Serayu Jawa Tengah)”. Jurnal Presipitasi. Vol.5.
55-62.

Patty, I.S., H.Arfah dan M.S.Abdul. 2015. "Zat terlarut dan pH kaitannya dengan
kesuburan diperairan jikumerasa Pulau Jawa". Jurnal Pesisir dan laut Tropis.
Vol 1(1):43-45.

Panjaitan, P., Supriyono, P., dan Sofian R. 2011. "Pemantauan Kualitas Air di Bagian
Hulu
Sungai Cisadane dengan Indikator Makroinvertebrata". Jurnal Sains Natural Vol. 1(1):
58 – 72.

Rudiyanti, S., 2011.” Kualitas Perairan Sungai Banger Pekalongan Berdasarkan

2
Indikator Biologis”. J. Saintek Perikanan. Vol. 4(2):46–52.

Siahaan R.,A. Indawan., D. Soedharma., L.B. Prasetyo. 2011 “kualitas air sungai
cisadena, Jawa Barat-Banten”. Jurnal Ilmiah sains. vol 4(11):268-273.

Sofia, Y., Tontowi, dan S. Rahayu. 2010. “Penelitian Pengolahan Air Sungai Yang
Tercemar Oleh Bahan Organik”. Jurnal Sumber Daya Air, 6. 145-160.

Sutriati, A. 2011. “Penilaian Kualitas Air Sungai dan Potensi Pemanfaatannya (Studi
Kasus Sungai Cimanuk)”. Jurnal Sumber Daya Air. Vol.7(4):61-76.

Yudo, S. 2010. “Kondisi Kualitas Air Sungai Ciliwung di Wilayah DKI Jakarta ditinjau
dari Parameter Organik, Amoniak, Fosfat, Deterjen dan Bakteri Coli”. Jurnal
Akuakultur Indonesia, 6. 34-42.

2
LAMPIRAN
A. PERHITUNGAN
1. DO
a. Penentuan LARUTAN STANDAR Na2S2O3
Dik : V2 = 9.92 mL
V1 = 10 mL N1 =
N2 = 0.025 N N1 =
N1 =……………? N1 = 0.0252 N
V2 = Volume titrasi Na2S2O3
V1 =Volume Na2S2O3
N2 = Normalitas K2Cr2O7
N1 = Normalitas Na2S2O3
b. Penentuan oksigen terlarut DO0
Dik : volume titrasi Hulu = 0,50
volume titrasi Hilir = 0,67
DO0 =
F = faktor ( volume botol di bagi volume botol di kurangi volume
pereaksi MnSO4 dan alkali iodide azida) atau 1,0066
V = mL Na2S2O3 / volume titrasi
N = Normalitas Na2S2O3

Hulu
DO0 =

= 2 mg/L
Hilir
DO0 =

= 2,7 mg/L
c. Penentuan blanko
Dik : volume titrasi blanko Do 0= 1,90
volume titrasi blanko Do 5= 1,70

DO0 =
F = faktor ( volume botol di bagi volume botol di kurangi volume
pereaksi MnSO4 dan alkali iodide azida) atau 1,0066

2
V = mL Na2S2O3 / volume titrasi
N = Normalitas Na2S2O3
Blanko
DO0 =
= 7,74 mg/L
Blanko
DO5 =
= 6,89 mg/L
d. Penentuan BOD BLANKO
Nilai BOD = (DO0-DO5)
Sampel Blanko
BOD = (DO0-DO5)
= (7,74 – 6,89)
= 0,85 mg/L
2. Penentuan BOD
a. Penentuan DO5
Dik : volume titrasi Hulu = 0,25
volume titrasi Hilir =
0,37

Hulu
DO0 =

= 1 mg/L
Hilir
DO0 =

= 1,5 mg/L
b. Penentuan nilai BOD
Nilai BOD = (DO0-DO5-BOD Blanko) x Faktor Pengenceran
Hulu
BOD = (2 – 1 – 0,85) x 40
= 5 mg/L
Hilir
BOD = (2,7 – 1,5 – 0,85) x 15
= 6 mg/L
3. Penentuan nilai TSS dan TDS
TSS

2
X 1000
Hulu
TSS = X 1000
Hilir
TSS = X 1000
TDS
X 1000
Hulu
TDS = X 1000
Hilir
TDS = X 1000
D. Penentuan Nilai
COD Hulu
COD = C X F
21,42 x 1 = 21,42 mg/L
Hilir
COD = C X F
27,45 x 1 = 27,45 mg/L.

2
A. DOKUMENTASI

Gambar 2. Penentuan kualitas air sungai

2
Gambar 3. Pengambilan data

2
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Helen Yunita Chaya, Lahir di


Jambi pada tanggal 28 Juni 2003 Penulis merupakan
anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak
Nofri Aldi Hasyim dan Ibu Areni Indrawati. Jalur
pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis sebagai
berikut :

1. Sekolah Dasar Negeri 60/IX Sembubuk 2009-2015


2. Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Muaro Jambi Tahun 2015-2018
3. Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Muaro Jambi 2018-2021
4. Pada tahun 2021, penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi Universitas
Jambi, Program Diploma dan tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Kimia
Industri, Jurusan Matematika Dan Pengetahuan Alam, Fakultas Sains dan Teknologi
melalui jalur Vokasi Unja secara tertulis.

Selama menempuh pendidikan jenjang D-III penulis cukup aktif dibidang akademik
maupun organisasi. Sekarang ini masih di Semester 4 dan masih menjadi mahasiswa aktif
dalam perkuliahan.

Penulis bernama Okta Indrian, Lahir di Kota Muara


Enim pada tanggal 01 Oktober 2003. Penulis merupakan
anak pertama dari Dua bersaudara dari pasangan
Rusmiadi dan Indar Yanti. Jalur pendidikan formal yang
pernah ditempuh penulis sebagai berikut ::

1. SD Negeri 13, Muara Enim Pada Tahun 2013-2018


2. SMP Negeri 5, Muara Enim Pada Tahun 2018-2020
3. SMA Negeri 3, Muara Enim Pada Tahun 2020-2022,
4. Pada tahun 20212, penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi Universitas
Jambi, Program Diploma dan tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Kimia

2
Industri, Jurusan Matematika Dan Pengetahuan Alam, Fakultas Sains dan Teknologi
melalui jalur Vokasi Unja secara tertulis.

Selama menempuh pendidikan jenjang D-III penulis cukup aktif dibidang akademik
maupun organisasi. Sekarang ini masih di Semester 2 dan masih menjadi mahasiswa aktif
dalam perkuliahan.

Penulis bernama Ayu Adelia, Lahir di Desa Nanjungan


pada tanggal 30 Mei 2004. Penulis merupakan anak
pertama dari Dua bersaudara dari pasangan Surakhman
dan Yunilia. Jalur pendidikan formal yang pernah
ditempuh penulis sebagai berikut :

1. SD Negeri 13, Muara Enim Pada Tahun 2013-2018


2. TK Darmawanita, Gunung Megang Pada Tahun 2012-2013
3. 2. Madrasah Ibtidayah Negeri 2, Muara Enim Pada Tahun 2013-2018
4. 3. Madrasah Tsanawiyah Negeri 1, Muara Enim Pada Tahun 2018-2020
5. 4. SMA Negeri 3, Muara Enim Pada Tahun 2020-2022, Selama menempuh
pendidikan jenjang D-III penulis cukup aktif dibidang akademik maupun organisasi.
Sekarang ini masih di Semester 4 dan masih menjadi mahasiswa aktif dalam
perkuliahan.
Selama menempuh pendidikan jenjang D-III penulis cukup aktif dibidang akademik
maupun organisasi. Sekarang ini masih di Semester 2 dan masih menjadi mahasiswa
aktif dalam perkuliahan.

Anda mungkin juga menyukai