Disusun Oleh:
CANDRA RIFKI TRIWAHYUDI
Kelas X
Guru Pembimbing:
Ibu Desikasari, S.Pd
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul “Pencemaran Kualitas Air di Kota
Palembang”. Dalam penulisan makalah ini kami pun mendapat banyak ilmu yang
berguna, bagi diri sendiri dan pembaca untuk kedepannya.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuan
tentang Cuaca dan Iklim, selain itu juga dengan adanya makalah ini diharapkan
bagi pembaca agar dapat mengembangkannya lagi. Makalah yang kami buat ini,
kami ambil dari beberapa sumber. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang ikut ambil alih sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
dan khususnya pada diri saya sendiri serta dapat memberikan wawasan yang
lebih luas bagi kita semua.
Penyusun menyadari makalah yang kami buat ini memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kami mohon untuk saran dan kritiknya demi kesempurnaan makalah
yang kami buat ini
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah................................................................................. 2
1.3. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Kajian Teori.......................................................................................... 3
2.2. Pencemaran kualitas Air di Palembang................................................ 10
3.2 Saran..................................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
meningkat tajam lima tahun ini. Kondisi ini diketahui dari hasil sampling di 72
lokasi yang diambil secara periodik (dalam Kompas: 2015). Berdasarkan
penelitian dan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kualitas dan
kuantitas air Sungai Musi memburuk. Diperlukan dukungan oleh semua pihak
dan cara mengatasi pencemaran air Sungai Musi. Dengan berbagai cara
mengatasi masalah tersebut kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya pun
tidak akan terganggu. Berdasarkan masalah tersebut, penulis akan menulis
mengenai cara menurunkan pencemaran air Sungai Musi dengan judul “Upaya
Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Air Sungai Musi Sumatera
Selatan”.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Kajian Teori
1. Pengertian Kualitas dan Kuantitas
Menurut wikipedia, kualitas ialah tingkat baik buruknya atau taraf
atau derajat sesuatu. Istilah ini lebih sering digunakan pada bidang bisnis,
teknis dan lain sebagainya. Ukuran dari sebuah kualitas ialah di saat ukuran
tersebut dinilai oleh baik atau buruknya sesuatu.
Kuantitas merupakan banyaknya atau jumlah (artikata.com). Berbeda
halnya dengan kualitas yang memiliki standard ukuran dengan baik atau
buruk. Sedangkan kuanitas lebih terarah pada jumlah sesuatu.
Tabel 1.1 Perkiraan Kuantitas Air di Bumi
Jenis Air Areal Volume Persentase Persen dari
(setiap km dari total air Air Tawar
kubik) di bumi
Laut 361,3 1.338.000.000 96,5-
Air bawah tanah
Air tawar 134,8 10.530.000 0,76 30,1
Air asin 134,8 12.870.000 0,93 -
Lengas tanah 82,0 16.500 0,0012 0,05
Es di kutub 16,0 24.023.500 1,7 68,6
Es lain dan salju 0,3 340.600 0,025 1,0
Danau
Air tawar 1,2 91.000 0,007 0,26
Air asin 0,8 85.400 0,006 -
Marshes 2,7 11.470 0,0008 0,03
Sungai 148,8 2.120 0,0002 0,006
Air biologis 510,0 1.120 0,0001 0,003
Air di atmosfer 510,0 12.900 0,001 0,04
Total air 510,0 1.385.984.610 100 -
Air tawar 148,0 35.029.210 2,5 100
Tabel dari World Water Balance and Water Resources of The Earth,
Copyright: UNESCO (1978); dikutip dari Chow (1998), Maidment (1993)
(dalam Hidrologi, Indarto: 7)
3
2. Sungai
Sungai merupakan bagian permukaan bumi yang letaknya lebih
rendah dari tanah di sekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar
menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai lainnya (Satrio:2013,
http://satrio-aji-p.blogspot.com/2013/03/perairan-darat-sungai-daerah-
aliran.html). Menurut wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai),
sungai adalah aliran air yang besar dan memanjang yang mengalir secara
terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara).
Pada beberapa kasus, sebuah sungai secara sederhana mengalir
meresap ke dalam tanah sebelum menemukan badan air lainnya. Melalui
sungai merupakan cara yang biasa bagi air hujan yang turun
di daratan untuk mengalir ke laut atau tampungan air yang besar
seperti danau. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata
air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung
untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan
saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Pengujung
sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai.
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam
sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air,
limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu juga berasal dari
lelehan es/salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian,
bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air
limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai.
Di Indonesia saat ini terdapat 5.950 daerah aliran sungai (DAS).
3. Sungai Musi
Sungai Musi adalah sebuah sungai yang terletak di provinsi Sumatera
Selatan, Indonesia. Dengan panjang 750 km, sungai ini merupakan yang
terpanjang di pulau Sumatera dan membelah Kota Palembang menjadi dua
bagian. Jembatan Ampera yang menjadi ikon Kota Palembang pun melintas
di atas sungai ini. Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya hingga sekarang, sungai
4
ini terkenal sebagai sarana transportasi utama bagi masyarakat (situs
http://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Musi).
Permukaan air Sungai Musi sangat dipengaruhi oleh pasang surut air
laut. Pada musim kemarau terjadi penurunan debit sungai sehingga
permukaan air Sungai Musi mencapai ketinggian yang minimum. Pola
aliran di sungai Kota Palembang dapat digolongkan sebagai pola aliran
dendritik yang artinya merupakan ranting pohon, dimana dibentuk oleh
aliran sungai utama yaitu Sungai Musi sebagai batang pohon. Sedangkan
anak-anak sungai sebagai ranting pohonnya. Pola aliran sungai seperti ini
menggambarkan bahwa daerah yang dialiri sungai tersebut memiliki
topografi mendatar. Dengan kekerasan batuan relative sama (uniform),
sehingga air permukaan (run off) dapat bekembang secara luas, dan
akhirnya akan membentuk pola aliran sungai (river channels) yang
menyebar ke daerah tangkapan aliran sungai (catchment area). Sumber
utama mata air Sungai Musi berasal dari Kepahiang-Bengkulu dan bermuara
di Sembilan anak sungai besar atau yang biasa disebut Batanghari Sembilan.
Sembilan anak sungai tersebut adalah sungai Ogan, sungai Komering,
sungai Lematang, sungai Kelingi, sungai Lakitan, sungai Leko, sungai
Telang, sungai semanggus dan sungai rawas.
Sejak zaman Kerajaan Sriwijaya hingga sekarang, Sungai Musi
terkenal sebagai sarana transportasi utama bagi masyarakat. Di tepi Sungai
musi terdapat Pelabuhan Boom Baru dan Museum Sultan Mahmud
Badaruddin II. Fungsi sungai di kota Palembang sebelumnya adalah sebagai
alat anggkutan sungai ke daerah pedalaman, namun sekarang sudah banyak
mengalami perubahan fungsi, antara lain sebagai drainase dan untuk
5
pengendalian banjir. Selain itu aliran sungai Musi juga dimanfaatkan untuk
PLTA (dalam situs http://fransiskatya.blogspot.com/2012/11/sungai-musi-
sumatera-selatan_11.html).
6
perubahan keadaan di suatu tempat penampungan air seperti danau, sungai,
lautan dan air tanah akibat aktivitas manusia. Danau, sungai, lautan dan air
tanah adalah bagian penting dalam siklus kehidupan manusia dan
merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Selain mengalirkan air
juga mengalirkan sedimen dan polutan. Berbagai macam fungsinya sangat
membantu kehidupan manusia. Pemanfaatan terbesar danau, sungai, lautan
dan air tanah adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai
saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan sebenarnya berpotensi
sebagai objek wisata.
Pencemaran air merupakan masalah global utama yang membutuhkan
evaluasi dan revisi kebijakan sumber daya air pada semua tingkat (dari
tingkat internasional hingga sumber air pribadi dan sumur). Telah dikatakan
bahwa pousi air adalah penyebab terkemuka di dunia untuk kematian dan
penyakit, dan tercatat atas kematian lebih dari 14.000 orang setiap harinya.
Ditambah lagi selain polusi air merupakan masalah akut di negara
berkembang, negara-negara industri/maju masih berjuang dengan masalah
polusi juga.
5. Faktor-Faktor Pencemaran Air
Menurut Achmad Lutfi,2009:01 pada dasarnya pencemaran air sungai
di indonsia disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu:
a. Berkembangnya industri-industri di Indonesia
Dewasa ini industri-industri di Indonesia semakin berkembang,
baik jumlah, teknologi, tingkat produksi maupun limbah yang di
hasilkan. Industri-industri khususnya yang berada di dekat aliran sungai
cenderung akan membuang limbahnya ke dalam sungai yang dapat
mencemari ekosistem air, karena pembuangan limbah industri ke dalam
sungai dapat menyebabkan berubahnya susunan kimia, bakteriologi, serta
fisik air. Polutan yang di hasilkan oleh pabrik dapat berupa:
7
2) Panas: air yang tinggi temperaturnya sulit menyerap oksigen
yang pada akhirnya akan mematikan biota air.
8
menyebabkan air menjadi keruh, masuknya sinar matahari berkurang,
dan air kurang mampu mengasimilasi sampah. Iklim juga berpengaruh
pada tingkat pencemaran air sungai misalnya pada musim kemarau
volume air pada sungai akan berkurang, sehingga kemampuan sungai
untuk menetralisir bahan pencemaran juga berkurang.
9
herbisida, polimer seperti plastik, deterjen, serat sintesis, limbah industri
dan limbah minyak.
e. Bahan pencemar berupa makanan tumbuh-tumbuhan seperti senyawa
nitrat dan senyawa fosfat.
f.Bahan pencemar berupa zat radioaktif yang biasanya berasal dari limbah
PLTN dan dari percobaan- percobaan nuklir lainnya.
g. Bahan pencemar berupa endapan/sedimen seperti tanah dan lumpur
akibat erosi pada tepi sungai atau partikulat-partikulat padat/lahar yang
disemburkan oleh gunung berapi yang meletus.
h. Bahan pencemar berupa kondisi (misalnya panas), berasal dari limbah
pembangkit tenaga listrik atau limbah industri yang menggunakan air
sebagai pendingin.
10
sungai tercemar. Ekosistem di sungai pun juga terganggu, makhluk hidup
air mati, dan air berwarna hitam (kotor).
c. Lahan di sekitar sungai dijadikan perkebunan dan perindustrian sehingga
fungsi daerah sungai menurun, daerah aliran sungai tidak terdapat tempat
penyerapan. Sehingga jika musim hujan tidak ada tempat resapan dan
menyebabkan banjir. Kebakaran hutan saat musim kemarau dapat
menyebabkan kualitas air menurun karena abu dan asap yang
mengkontaminasi air sungai.
d. Dari sisi sedimentasi, kedalaman Musi tidak merata, mulai dari 2 meter
hingga 20 meter. Beda kedalaman air saat musim hujan dan kemarau ada
yang mencapai 2 meter sehingga riskan bagi aktivitas pelayaran dan
pemanfaatan air bersih oleh perusahaan air minum daerah.
e. kerusakan yang terjadi pada Musi jelas mengancam pasokan air bersih
kepada warga. Selama ini Musi dan delapan anak sungainya menjadi
sumber utama bahan baku air bersih. Pendangkalan sungai juga
mengakibatkan bencana banjir terus meluas beberapa tahun terakhir.
f. Pada tahun ini tingkat pencemaran naik 10 persen karena angka baku
mutu menjadi 10 miligram perliter. Untuk besi, fosfat, dan fenol, nilai
ambang baku mutu masing-masing 0,3 miligram per liter. Penyebabnya:
(1) fosfat berasal dari limbah detergen; (2) fenol adalah zat kimia yang
kerap dipakai dalam aktivitas industri. Di Palembang, fenol digunakan
untuk menghilangkan karat pada kapal. Fenol paling berbahaya bagi
manusia. Oleh karena itu, perlu menjadi perhatian semua pihak. Kondisi
ini tidak hanya memengaruhi ekosistem di Sungai Musi, tetapi juga
berdampak ke anak-anak sungainya.
g. Data yang disampaikan Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Sumsel
menyebutkan, sekitar 70 persen air Sungai Musi tercemar limbah rumah
tangga, sedangkan sisanya 30 persen tercemar limbah perusahaan atau
industri.. Berdasarkan hasil pengujian 9 dari 10 anak sungai yang airnya
diteliti ternyata kualitas baku mutu sungai terus menurun. Dengan kata
lain, terjadi kenaikan kenaikan kadar kandungan zat berbahaya.Beberapa
11
anak sungai di Kota Palembang berisiko tercemar tersebut di antaranya,
yaitu Sungai Bendung, Sungai Aur, Sungai Sekanak, Sungai Buah,
Sungai Ogan, Sungai Demang Jambul, Sungai Sintren, Sungai Jeurju,
dan Sungai Rendang. Selain menimbulkan bau tidak sedap, sampah
mengambang di aliran anak sungai ini.
3. Solusi untuk Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Air Sungai Musi
Aspek sosial kelembagaan menjadi aspek prioritas dalam
pengendalian pencemaran air dikarenakan pemanfaatan sumber daya alam
dan kualitas lingkungan berkaitan dengan pola perilaku masyarakat di
sekitarnya. Begitu pula dengan kondisi dan kualitas air sungai Musi,
dipengaruhi oleh masukkan buangan air limbah yang berasal dari daerah
tangkapan airnya yang dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat di dalamnya.
Aspek managemen perencanaan menjadi aspek prioritas kedua. Hal
ini mengindikasikan bahwa dalam strategi pengendalian pencemaran air
diperlukan suatu instrumen kebijakan yang dijadikan pedoman dalam
pengendalian pencemaran termasuk pembagian peran antar instansi terkait.
Selain itu, Aspek ekologi menjadi prioritas ketiga, bahwa dalam melakukan
upaya pencegahan pencemaran air dapat dilakukan melalui perbaikan
kualitas lingkungan sekitar sumber air.
Diperlukan peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat dalam
menjaga kualitas sumber daya air dengan cara pencegahan terjadinya
pencemaran air sungai. Hal ini dikarenakan kondisi dan kualitas air sungai
Musi, dipengaruhi oleh masukkan buangan air limbah yang berasal dari
daerah tangkapan airnya yang dipengaruhi oleh pola perilaku masyarakat di
sekitarnya. Masyarakat dalam hal ini adalah penduduk yang menggunakan
air sungai Blukar sebagai tempat mandi, cuci dan buang air besar, perilaku
petani di daerah sekitar sungai dalam penggunaan pupuk dan pestisida serta
masyarakat industri yang membuang air limbah sisa produksi ke sungai
Musi.
Peningkatan koordinasi antar instansi yang berkaitan dengan
pengendalian pencemaran air juga perlu dilakukan. Peningkatan koordinasi
12
disini dapat dilakukan dengan penerapan persyaratan prinsip - prinsip
pengendalian pencemaran air terhadap rencana usaha/kegiatan yang
mengajukan perizinan dimana masing-masing instansi menjadi anggota tim
pertimbangan perizinan maupun dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan
yang berkaitan dengan pencegahan pencemaran air.
Selama ini masing-masing instansi menjalankan program dan kegiatan
secara sektoral dan belum terpadu dan terkoordinir, sehingga kegiatan yang
dilakukan antar masing-masing instansi belum sinkron dan belum secara
bersama-sama fokus menangani suatu daerah tertentu. Untuk melaksanakan
program dan kegiatan secara terpadu dan terkoordinir diperlukan suatu
pedoman berupa rencana induk pengelolaan sumber daya air berbasis
Daerah Aliran Sungai termasuk pembagian peran antar instansi.
Upaya meningkatkan dengan melakukan pengawasan industri yang
berada di bantaran Sungai Musi dengan memperketat baku mutu limbah
sebelum dibuang ke sungai. Seluruh masyarakat dan termasuk industri, agar
tidak membuang limbah bahan berbahaya, zat kimia, dan kotoran ke sungai.
Selain itu, pemerintah kota segera menerbitkan peraturan daerah yang
melarang orang membuang sampah dan kotoran berbahaya di Sungai Musi,
baik langsung maupun melalui anak sungainya.
Partisipasi masyarakat terutama yang berdomisili di sekitar anak-anak
Sungai Musi merupakan kunci utama yang diperlukan untuk mempercepat
pembangunan dan mengatasi pencemaran anak Sungai Musi. Partisipasi
masyarakat tersebut dapat dimulai dengan mendukung kebersihan dan
menggalakkan gotong royong tiap rumah masing-masing. Mulai dari
halaman rumah dan saluran pembuangan air. Di samping itu, diperlukan
peran aktif BLH Propinsi Sumsel dengan melakukan kerja sama dengan
semua pihak yang terkait guna melakukan pembersihan di beberapa anak
Sungai Musi yang tercemar.
Pemerintah mengajak perusahan-perusahan untuk menggali lumpur
Musi, kemudian ditimbunkan ke kawasan rawa-rawa di daerah Jakabaring,
Palembang.Ada pula perusahaan yang bernaung di bawah bendera PT
13
Pupuk Indonesia Holding Company itu menanam pohon bambu sepanjang
tepian Sungai Musi. Tahap awal ada seribu bibit pohon bambu yang
ditanam. Tanaman ini akan dilakukan terus-menerus setiap tahun, sehingga
akan ada sejuta bambu yang tumbuh di tegalan Musi.
Program yang diberi tajuk "Serumpun Bambu, Sejuta Berkah" itu
merupakan salah satu bentuk kepedulian perusahaan pupuk tersebut
terhadap lingkungan hidup, khususnya terhadap Sungai Musi yang saat ini
terus mengalami pendangkalan. Program tersebut juga untuk pemberdayaan
masyarakat karena prospeknya yang tinggi sebagai tanaman industri, yakni
sebagai bahan baku industri tekstil dan industri kreatif (situs pusri,
http://www.pusri.co.id/ina/berita-amp-kegiatan-media-massa/sejuta-bambu-
untuk-pelestarian-sungai-musi-dan-tingkatkan-perekonomian-masyarakat/)
Bambu mempunyai manfaat untuk menahan erosi, menampung air,
dijadikan sumber pendapatan,dan makanan. Bambu bisa dibuat jadi apa
saja. Mulai rebung hingga tunasnya bisa dimakan. Di sisi lain, budaya
Indonesia tidak terlepas dari peranan bambu. Bambu juga dapat dibuat
untuk keperluan rumah sakit, rumah tinggal, tempat tidur, alat musik, alat
memasak, hingga senjata yang digunakan melawan penjajah. Kelak bambu
yang ditanam bisa menjadi sumber ekonomi masyarakat, terutama yang
berada di bantaran Sungai Musi. Selain bambu, Pusri juga menanam pohon
manggis, jabon, ketapang, gaharu, dan salam untuk menjaga ekologi dan
mendorong pemberdayaan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
14
3.1.Simpulan
3.2.Saran
DAFTAR PUSTAKA
15
P. Aji Satrio, 2013. Perairan Darat diakses di
http://satrio-aji-p.blogspot.com/2013/03/perairan-darat-sungai-daerah-
aliran.html pada 10 April 2015.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air
dan Pengendalian Pencemaran Air.
Tya Fransiska. 2012. Sungai Musi Sumatera Selatan diakses di
http://fransiskatya.blogspot.com/2012/11/sungai-musi-sumatera-
selatan_11.html pada 16 April 2015.
16