Anda di halaman 1dari 132

Laporan Tahunan 2019

BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI

PENANGGUNG JAWAB
Harmanto

DISUSUN OLEH
Tim Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

PENYUNTING
Harmanto
Anggri Hervani
Yayan Apriyana
Setyono Hari Adi
Husna Alfiani

REDAKSI PELAKSANA
Eko Prasetyo
Hari Kurniawan

TATA LETAK
Eko Prasetyo

DITERBITKAN OLEH:
BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian
2020

Jl. Tentara Pelajar 1A. Bogor 16111. Indonesia


Telp: +62-0251-8312760
Faks: +62-0251-8323909
E-mail: balitklimat@litbang.pertanian.go.id
Website: http://www.balitklimat.litbang.pertanian.go.id

ISSN :1693-6043
KATA PENGANTAR

Mengakhiri Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun


2015 – 2019, Satker Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat), Bogor
telah menghasilkan 5 (lima) teknologi unggulan mendukung program utama
Kementerian Pertanian, antara lain: Pengembangan Sistem Informasi Kalender
Tanam Standing Crop (SI KATAM SC) Sentinel-2 untuk estimasi produksi padi;
Pemutakhiran Peta Sumberdaya Agroklimat Indonesia Skala 1:500.000 untuk
memberikan arahan budidaya tanaman pangan yang sesuai lokasi; Teknologi dan
Metode Survei Investigasi dan Desain (SID) untuk Optimalisasi Produksi dan
Pengembangan Pertanian Lahan Rawa; Teknologi Panen dan Hemat Air Irigasi
Berbasis Android di Era Pertanian 4.0 untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi penggunaan sumberdaya air untuk pertanian; serta Pengembangan
Hidroponik Sayuran dengan Tenaga Surya untuk mendukung Ketahanan Pangan
Keluarga.
Dengan mempertimbangkan isu-isu aktual yang harus diselesaikan dan
sejalan dengan program dan kebijakan Badan Litbang Pertanian, maka pada
Tahun Anggaran (TA) 2019, telah dilakukan berbagai kegiatan yang
direalisasikan dalam 7 RPTP, 3 RDHP dan 5 RKTM yang dibiayai melalui DIPA
APBN TA. 2019 dan didukung oleh 6 kegiatan penelitian kerjasama untuk
mendukung tugas pokok fungsi Satker Balitklimat. Berbagai kegiatan tersebut
diharapkan dapat memperkuat kinerja dan output Balai sehingga dapat
memberikan dampak yang signifikan bagi pembangunan pertanian di Indonesia.
Kegiatan penelitian tahun 2019 pada umumnya merupakan kegiatan
lanjutan dari tahun sebelumnya atau bersifat multiyear. Sebagai keluaran
(output) utama dari Balitklimat kegiatan penelitian bidang iklim dan air
merupakan hal yang sangat penting dan diharapkan dampaknya dalam
pembangunan pertanian di Indonesia. Di bidang agroklimat, telah dilakukan 3
(tiga) rencana penelitian tingkat peneliti (RPTP), meliputi: (1) Pemutakhiran
Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu mendukung Peningkatan produksi
Pangan menghadapi Keragaman dan Perubahan Iklim; (2) Penelitian dan
Pengembangan Sistem Informasi Pengelolaan Risiko Keragaman Iklim dan Iklim
Ekstrim mendukung Program Strategis Kementerian Pertanian; (3)
Pengembangan Key Area Keragaman Iklim Indonesia dan Dampaknya pada

LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi i


Produksi Pertanian untuk mendukung Ketahanan Pangan Berkelanjutan. Di
bidang hidrologi, telah dilakukan 4 (empat) RPTP, meliputi: (1) Model
Pengelolaan Air Terpadu untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman Tanaman
Pangan dan Produksi Pertanian; (2) Penelitian dan Pengembangan Sistem Irigasi
Modern untuk Meningkatkan Produksi Hortikultura yang Hemat Air, Hemat Energi
dan Ramah Lingkungan; (3) Desain dan Pengembangan Teknologi Pemanfaatan
Sumber Daya Air untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Padi Gogo dan
Palawija di Bawah Tegakan Tanaman Tahunan; dan (4) Pengelolaan Lahan dan
Air menurut Karakteristik Hidrologis Rawa Pasang Surut.
Hasil-hasil penelitian agroklimat dan hidrologi berupa teknologi, sistem
informasi dan produk tersebut disebarluaskan kepada pengguna melalui kegiatan
diseminasi dan publikasi serta kerjasama hasil-hasil penelitian dengan para pihak
(stakeholder) sebagai sumbangsih Balitklimat untuk kemajuan pertanian di
Indonesia. Laporan tahunan ini juga menginformasikan profil Balai yang memuat
tentang sumber daya manusia, organisasi, anggaran dan fasilitas untuk
mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut. Laporan ini juga merupakan salah
satu bentuk pertanggungjawaban penggunaan anggaran dalam DIPA APBN TA.
2019 Balitklimat, oleh karena itu akuntabilitas dan pemantauan keuangan dan
barang milik negara yang dikelola dengan baik, efektif dan efisien merupakan
tolok ukur penting terhadap kinerja Balitklimat.
Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan gagasan, pemikiran
dan dukungan teknis dalam penyusunan laporan tahunan ini disampaikan
penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih. Semoga laporan
ini bermanfaat bagi kita semua.

Bogor, Maret 2020


Kepala Balai,

Dr. Ir. Harmanto, M.Eng.


NIP. 19671123 199303 1 001

ii LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

RINGKASAN EKSEKUTIF ............................................................................. xiii

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

II. TEKNOLOGI UNGGULAN ........................................................................ 5

2.1. Pengembangan SIKATAM SC Sentinel-2 untuk Estimasi


Produksi Padi .................................................................................5

2.2. Pemutakhiran Peta Sumberdaya Agroklimat Indonesia Skala


1:500.000 .................................................... ..................................8

2.3. Metode Survei Investigasi Desain (SID) untuk Pengembangan


Lahan Rawa .......................................... ...................................... 12

2.4. Teknologi Panen dan Hemat Air Irigasi Berbasis Android di Era
Pertanian 4.0 ............................................................................... 17

2.5. Pengembangan Hidroponik Sayuran Tenaga Surya Mendukung


Ketahanan Pangan Keluarga .......................................................... 21

III. PROGRAM PENELITIAN ........................................................................ 24

3.1. Bidang Penelitian Agroklimat ......................................................... 24

3.1.1. Pemutakhiran Sistem Informasi Katam Terpadu Mendukung


Peningkatan Produksi Pangan Menghadapi Keragaman Dan
Perubahan Iklim .......................................................................... 24

3.1.2. Penelitian dan Pengembangan Sistem Informasi Pengelolaan


Risiko Keragaman Iklim dan Iklim Ekstrim Mendukung
Program Strategis Kementerian Pertanian ...................................... 28

LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi iii


3.1.3. Pengembangan Key Area Keragaman Iklim Indonesia dan
Dampaknya Pada Produksi Pertanian untuk Mendukung
Ketahanan Pangan Berkelanjutan .................................................. 31

3.2. Bidang Penelitian Hidrologi ........................................................... 36

3.2.1. Model Pengelolaan Air Terpadu untuk Meningkatkan Indeks


Pertanaman Tanaman Pangan dan Produksi Pertanian .................... 36

3.2.2. Penelitian dan Pengembangan Sistem Irigasi Moderen untuk


Meningkatkan Produksi Hortikultura yang Hemat Air, Hemat
Energi dan Ramah Lingkungan ...................................................... 43

3.2.3. Desain dan Pengembangan Teknologi Pemanfaatan Sumber


Daya Air untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Padi
Gogo dan Palawija Di Bawah Tegakan Tanaman Tahunan .............. 46

3.2.4. Pengelolaan Lahan dan Air Menurut Karakteristik Hidrologis


Rawa Pasang Surut ...................................................................... 51

IV. DISEMINASI HASIL PENELITIAN ........................................................... 58

4.1. Diseminasi Teknologi Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


................................................................................... ................. 58

4.1.1. Pameran Festival Iklim .................................................................. 59


4.1.2. Hari Pangan Sedunia (HPS) 2019 .................................................. 60
4.1.3. World Soil Day ............................................................................. 62

4.2. Kerjasama Penelitian .................................................................... 64

4.2.1. Pengembangan Aplikasi dengan Start-Up PT. Mercy Indonesia ......... 64


4.2.2. Pengembangan Demfarm Pertanian Korporasi Bekerjasama
dengan Pemda Kabupaten Karawang dan TETO Taiwan .................. 67
4.2.3. Studi Kelayakan Teknis dan Tata Kelola Air Perkebunan Sawit
PT. Borneo Indah Tani, Kalimantan Selatan .................................... 69
4.2.4. SID untuk Penanganan Banjir dan Kekeringan di Perkebunan
Sawit PT. Persada Dinamika Lestari, Kalimantan Selatan ................. 72
4.2.5. Pengembangan Hidroponik Sayuran Tenaga Surya Mendukung
Ketahanan Pangan Keluarga Bekerjasama dengan SMAN 7
Bogor .......................................................................................... 74

iv LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


4.2.6. Pengembangan KATAM-BUN Bekerja Sama dengan Direktorat
Jendral Perkebunan Kementerian Pertanian .................................... 76

V. MANAJEMEN PENELITIAN ..................................................................... 79

5.1. Pengelolaan Keuangan dan Perlengkapan Litbang Sumberdaya


Lahan Pertanian ........................................................................... 79

5.2. Manajemen Kepegawaian dan Kelembagaan Litbang


Sumberdaya Lahan Pertanian ........................................................ 81

5.3. Koordinasi, Bimbingan, dan Dukungan UPSUS, Komoditas


Strategis, TSP, TTP dan Bio-Industri ............................................. 83

5.4. Monitoring, Evaluasi, Pelaporan dan SPI Litbang Sumberdaya


Lahan Pertanian ........................................................................... 90

5.5. Pengelolaan, Operasional dan Pemeliharaan Laboratorium dan


Kebun Percobaan ......................................................................... 98

VI. PROFIL BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI .................. 103

6.1. Struktur Organisasi .................................................................... 103

6.2. Sumber daya Manusia ................................................................ 103

6.3. Sarana dan Prasarana Penelitian ................................................. 113

6.4. Anggaran ....................................................................... ............ 114

6.4.1. Anggaran Penelitian (DIPA, Kerjasama Penelitian) ........................ 114


6.4.2. Laporan Realisasi Pendapatan (PNBP) .......................................... 114

LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi v


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pemanfaatan informasi standing crop Oktober 2019 untuk


menduga luas panen dan produksi beras pada November,
Desember 2019 dan Januari 2020 ....................................................... 7
Tabel 2. Parameter Klasifikasi ........................................................................ 11
Tabel 3. Hasil Panen Kegiatan Opal 2019 ........................................................ 23
Tabel 4. Hasil jagung pipilan kering per ha, Superimpose di Desa
Tambirejo ....................................................................................... 40
Tabel 5. Hasil pipilan kering jagung per ha pada lahan kering di Desa
Tanjungharjo ................................................................................... 41
Tabel 6. Luas plot percobaan dan teknik irigasi pada Demfarm Sistem
Irigasi Tanaman Hortikultura di Desa Akar-akar, Kecamatan
Bayan, Kabupaten Lombok Utara ...................................................... 45
Tabel 7. Luas wilayah pengembangan pdi gogo di pulau Sumatera
berbasis sumber daya iklim dan air (infrastruktur panen air) ............... 48
Tabel 8. Luas wilayah pengembangan pdi gogo di pulau Kalimantan
berbasis sumber daya iklim dan air (infrastruktur panen air) ............... 49
Tabel 9. Laporan Realisasi Anggaran untuk Periode yang Berakhir 31
Desember 2019 dan 2018 (SAIBA) ................................................... 80
Tabel 10. Kenaikan Pangkat Pegawai Sampai dengan AkhirTahun 2019 .............. 81
Tabel 11. Perubahan Pemangku Jabatan s/d Akhir Tahun 2018 .......................... 82
Tabel 12. Lokasi SID Optimasi Lahan Rawa yang akan dilakukan pada
tahun 2018 dan 2019 ....................................................................... 85
Tabel 13. Potensi Tanam Padi Bulan Agustus 2019 Kabupaten Cilacap ................ 86
Tabel 14. Rencana Kegiatan TA. 2020 .............................................................. 91
Tabel 15. Realisasi anggaran Balitklimat tahun 2019 menurut jenis belanja ......... 92
Tabel 16. Anggaran Balitklimat tahun 2019 menurut output kegiatan (Revisi
2 POK DIPA 02 ................................................................................ 92
Tabel 17. Realisasi fisik dan keuangan tahun 2019 ............................................ 94
Tabel 18. Rincian tenaga berdasarkan jabatan fungsional non peneliti s/d
Desember 2019 ............................................................................. 105
Tabel 19. Rincian tenaga berdasarkan jabatan fungsional peneliti ..................... 106

vi LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Tabel 20. Jumlah pegawai yang sedang melaksanakan pendidikan tahun
2019 ............................................................................................. 106
Tabel 21. Jumlah pegawai berdasarkan golongan dan pendidikan Tahun
2019 ............................................................................................. 106
Tabel 22. Jumlah pegawai berdasarkan golongan dan pendidikan Tahun
2019 ............................................................................................. 106
Tabel 23. Daftar Nominatif Pegawai Balitklimat 31 Desember 2019 ................... 107
Tabel 24. Alat Transportasi ............................................................................ 114
Tabel 25. Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan ....................................... 115

LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi vii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tampilan Standing Crop Sentinel 2 di website KATAM ........................ 6


Gambar 2. Tampilan Standing Crop Sentinel 2 di aplikasi android ..................... 6
Gambar 3. Diagram alir tahapan pelaksanaan pemutakhiran peta sumber
daya agroklimat ........................................................................... 10
Gambar 4. Narasumber, undangan, dan peserta workshop 2 Pemutakhiran
Peta Sumber Daya Agroklimat ....................................................... 10
Gambar 5. Peta Sumber daya Agroklimat Indonesia ......................................... 12
Gambar 6. (a). Tampilan menu Akuisisi Citra Google Earth dari perangkat
lunak LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat
dan Hidrologi Universal Map Downloader, (b) Citra Google
Earth Lokasi D.I.R Jejangkit hasil unduha ....................................... 14
Gambar 7. Deliniasi infrastruktur DIR pada Citra Google Earth berdasarkan
interprertasi citra satelit serta informasi dari peta Digital RBI
dan layout DIR .......................................................................... 14
Gambar 8. Pesawat Tanpa Awak Tipe Farm Mapper UAV ................................ 15
Gambar 9. Hasil identifikasi saluran irigasi menggunakan smartphone yang
diperlengkapi perangkat lunak Avenza Map .................................. 16
Gambar 10. Pengukuran profil melintang saluran sekunder Jejangkit
menggunakan Total Station ........................................................ 16
Gambar 11. Embung geomembrane untuk pertanian ....................................... 19
Gambar 12. Rotating sprinkler irrigation (a) dan mini big gun irrigation (b) ........ 20
Gambar 13. End house dripper irrigation (a) dan irigasi tetes (b) ..................... 21
Gambar 14. Persiapan benih kangkung, pakcoy dan bayam merah ................... 22
Gambar 15. Penanaman ................................................................................ 22
Gambar 16. Pemeliharaan ............................................................................. 23
Gambar 17. Panen ........................................................................................ 23
Gambar 18. Dinamika Elevasi Muka Air Sungai dan Lahan pada Tipologi
Rawa Lebak Desa Tanjung Alai, Kecamapan SP. Padang, Ogan
Komering Ilir, Sumsel .................................................................. 25
Gambar 19. Kalibrasi Model Debit DAS Ogan Menurut Aplikasi Model GR2M ....... 26
Gambar 20. Produktivitas tanaman padi di Subang .......................................... 27
Gambar 21. Bimtek Purwokerto Pada Tanggaal 12 Maret 2019 ......................... 27

viii LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Gambar 22. Bimtek Manado Pada Tanggal 25 April 2019 ................................. 28
Gambar 23. Bimtek Papua Barat pada tanggal 30 Juli 2019 .............................. 28
Gambar 24. Prediksi risiko kekeringan tanaman padi bulan Maret 2020 di
Provinsi Bali dan Kalimatan Selatan ............................................. 29
Gambar 25. Pelaksanaan Forum Diskusi Iklim menghadapi MH2019/2020,
Balitklimat tanggal 20 Agustus 2019 ........................................... 30
Gambar 26. Acara pelaksanaan bimtek di Kabupaten Sorong, Papua Barat ........ 30
Gambar 27. Key Area keragaman Iklim Indonesia untuk Indeks Nino 3.4
pada kondisi El-Nino .................................................................. 33
Gambar 28. Key Area keragaman Iklim Indonesia untuk Indeks Nino 3.4
pada kondisi La-Nina .................................................................. 33
Gambar 29. Key Area keragaman Iklim Indonesia pada kondisi El-Nino ............. 34
Gambar 30. Key Area keragaman Iklim Indonesia pada kondisi La-Nina ............ 34
Gambar 31. Cover Atlas Wilayah Kunci Indikator Pengaruh Iklim Ekstrem di
Indonesia untuk Sektor Pertanian ............................................... 35
Gambar 32. Bimbingan teknis pemanfaatan informasi iklim untuk pertanian
di Purwokerto 12 Maret 2019 (atas), Manado 25 April 2019
(tengah) dan Sorong 30 Juli 2019 (bawah) .................................. 35
Gambar 33. Tampilan utama prototipe Sistem Informasi Sumberdaya Air
Nasional berbasis web ................................................................ 38
Gambar 34. Tampilan menu pilihan kecamatan dalam prototipe Sistem
Informasi Sumberdaya Air Nasional berbasis web ......................... 38
Gambar 35. Detail infromasi sisda per kecamatan dalam prototipe Sistem
Informasi Sumberdaya Air Nasional berbasis web ........................ 38
Gambar 36. Desain jaringan irigasi untuk Lahan Sawah Tadah Hujan di
Grobogan .................................................................................. 39
Gambar 37. Desain jaringan irigasi untuk Lahan Kering di Grobogan ................. 40
Gambar 38. Desain demplot Irigasi Tetes terintegrasi Sistem Irigasi Sumur
Air Tanah Dalam di Desa Akar-akar, Kecamantan Bayan,
Lombok Utara ........................................................................... 44
Gambar 39. Peta potensi wilayah pengembangan padi gogo di Pulau
Sumatera berbasis sumber daya air dan iklim ............................... 47
Gambar 40. Peta potensi wilayah pengembangan padi gogo di Pulau
Kalimantan berbasis sumber daya air dan iklim ............................ 48

LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi ix


Gambar 41. Periode Surplus-Defisit Air Bulanan di Kecamatan Tanjung
Bintang, Lampung Selatan .......................................................... 49
Gambar 42. Aplikasi teknik penyiraman hosespray/kabut (kiri),
furriw/genangan (tengah), dan springkler/curah (kanan) Desa
Trimulyo, Kecamatan Tanjung Bintang, Kabupaten Lampung
Selatan ..................................................................................... 50
Gambar 43. Berat gabah kering padi pada teknik irigasi curah (sprinkler),
kabut (sprayhose), genangan (furrow) di bawah naungan
sengon dan karet di desa Trimulyo, kecamatan Tanjung
Bintang, kabupaten Lampung Selatan (B1, B2, B3, sengon; T1
Karet; T2, T3, sengon) ................................................................ 50
Gambar 44. Berat pipilan kering jagung pada teknik irigasi curah
(sprinkler), kabut (sprayhose), genangan (furrow) di bawah
naungan sengon dan karet di desa Trimulyo, kecamatan
Tanjung Bintang, kabupaten Lampung Selatan (B1, B2, B3,
sengon; T1 Karet; T2, T3, sengon) ............................................. 51
Gambar 45. Peta desain optimalisasi tata kelola air lahan superimpose
demfarm SERASI di Desa Telang Rejo, Banyuasin, Sumatera
Selatan .................................................................................... 55
Gambar 46. Peta desain optimalisasi tata kelola air irigasi di demfarm
SERASI Jejangkit, Banyuasin, Kalimantan Selatan ........................ 55
Gambar 47. Hasil analisis banjir menggunakan HEC RAS dengan 3 debit
asumsi. Lingkaran biru pada data geometri sungai adalah titik
profil melintang sungai yang ditampilkan, merupakan titik inlet
ke demfarm Jejangki .................................................................. 56
Gambar 48. Kegiatan diseminasi teknologi dan hasil penelitian Balai
Agroklimat dan Hidrologi dalam acara Festival Iklim di
Kementerian LingkunganHidup dan Kehutanan ............................. 59
Gambar 49. Embung geomembrane (a) dan sumur dalam (b) .......................... 62
Gambar 50. Torent penampung air kapasitas 2200 liter (a) dan control
panel irigasi otomatis berbasis android (b) ................................... 62
Gambar 51. Bimbingan teknis Iklim dalam rangka World Soil Day ..................... 63
Gambar 52. Sekolah lapang Iklim dalam rangka World Soil Day ........................ 64

x LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Gambar 53. Aplikasi PETANI pada android; (a) ikon aplikasi, (b) halaman
muka ........................................................................................ 66
Gambar 54. Penampilan kandungan informasi Katam Terpadu pada aplikasi
PETANI ...................................................................................... 66
Gambar55. Peta sebaran micro dam pada lahan demfarm pertanian
korporasi .................................................................................. 67
Gambar 56. Empat buat micro dam sebagai fasilitas penyedia air long
storage pada musim kemarau untuk kebutuhan demfarm padi
1000 hektar .............................................................................. 68
Gambar 57. Contoh box bagi dan pintu airnya pada lahan demfarm
pertanian korporasi .................................................................... 68
Gambar 58. Luas Genangan Banjir Maksimum Lokasi PT. BIT berdsarkan
hasil simulasi .............................................................................. 70
Gambar 59. Persiapan terbang drone tipe Fixed Wing di kebun Sawit PT
BIT, Kalsel ................................................................................ 71
Gambar 60. Contoh simulasi sebaran banjir di perkebunan Sawit PT PDL .......... 73
Gambar 61. Pembuatan sumur PVC diameter 6” pada lahan terkompaksi
(kiri) dalam rangka pengamatan aliran air bawah tanah tanah
................................................................................................. 73
Gambar 62. kegiatan workshop pembuatan perangkat OPAL ............................ 76
Gambar 63. Kebutuhan Air Tanaman Kakao untuk tanam pada bulan April
di Provinsi Aceh ......................................................................... 78
Gambar 64. Sertifikat ISO 9001-2015 ............................................................. 83
Gambar 65. Workshop SID di propinsi Sumsel: Pemaparan Hasil Survei dan
SID .......................................................................................... 85
Gambar 66. Suasana acara Rakor di kabupetan Cilacap ................................... 87
Gambar 67. Informasi Prediksi Iklim (Curah Hujan) untuk Upsus Pajale
Jawa Tengah ............................................................................ 88
Gambar 68. Bantuan pompa aksial Balitklimat untuk peningkatan LTT di
kabupaten Cilacap dan Kebumen ............................................... 88
Gambar 69. Uji coba pompa aksial (low lift pump) dan operasi di
Gandrungmangu, Cilacap .......................................................... 89
Gambar 70. Pengamatan dan pencatatan data stasiun AWS Cimel
Sukamandi .............................................................................. 100

LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi xi


Gambar 71. Rumah kassa dan tanaman di halaman belakang Balitklimat .......... 102
Gambar 72. Display CCTV di Jawa barat Kabupaten Sukabumi dan Cianjur
(http://katam.litbang.pertanian.go.id/display_cctv.aspx?id_dis
play_cctv=1) .......................................................................... 102
Gambar 73. Struktur Organisasi Balitklimat .................................................. 103

xii LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


RINGKASAN EKSEKUTIF

Dalam upaya mendukung visi dan misi Presiden RI bersama Kabinet


Indonesia Maju, Kementerian Pertanian memiliki tugas utama dalam
menyediakan pangan yang cukup bagi 267 juta rakyat Indonesia. Oleh karena itu
program utama Kementerian Pertanian harus diarahkan pada upaya kedaulatan
pangan, peningkatan produk pertanian berorientasi ekspor dan kesejahteraan
petani menuju pertanian yang maju, mandiri dan modern. Sejalan dengan hal
tersebut, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi dituntut untuk berperan aktif
dalam penyediaan teknologi maju dan modern sehingga menghasilkan
pembangunan pertanian yang efektif dan efisien. Di sisi lain, adanya tantangan
perubahan iklim dan iklim ekstrim menyebabkan pergeseran musim dan pola
tanam serta gangguan hama dan penyakit karena kenaikan suhu bumi yang
dapat mengganggu produksi pangan bagi petani. Sesuai tupoksinya, Balai
Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat) telah melaksanakan kegiatan
penelitian dalam optimalisasi sumberdaya iklim dan air untuk memaksimalkan
produksi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
Pada tahun 2019, Balitklimat telah menghasilkan 5 (lima) teknologi
unggulan mendukung program utama Kementerian Pertanian, antara lain: (1)
Pengembangan Sistem Informasi Kalender Tanam Standing Crop (SIKATAM SC)
Sentinel-2 untuk estimasi produksi padi; (2) Pemutakhiran Peta Sumberdaya
Agroklimat Indonesia Skala 1:500.00 untuk memberikan arahan budidaya
tanaman pangan yang sesuai lokasi; (3) Teknologi dan Metode Survei Investigasi
dan Desain (SID) untuk Optimalisasi Produksi dan Pengembangan Pertanian
Lahan Rawa; (4) Teknologi Panen dan Hemat Air Irigasi Berbasis Android di Era
Pertanian 4.0 untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan
sumberdaya air untuk pertanian; serta (5) Pengembangan Hidroponik Sayuran
dengan Tenaga Surya untuk mendukung Ketahanan Pangan Keluarga.
Untuk mencapai sistem usahatani yang rendah risiko iklim, perlu
dilakukan perencanaan praktek budidaya yang sudah memperhitungkan kondisi
iklim pada musin tanam yang akan datang. Balitklimat telah mengembangkan
dan meyediakan informasi iklim untuk pertanian berupa prediksi curah hujan dan
karakteristiknya hingga 6 bulan mendatang. Selanjutnya informasi tersebut
dikembangkan menjadi prediksi dampak yaitu prediksi risiko kekeringan tanaman

LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi xiii


padi. SI KATAM Terpadu menyediakan informasi prediksi waktu tanam padi,
jagung dan kedelai, rekomendasi pupuk, rekomendasi varietas, status alsintan,
pakan ternak, risiko banjir, kekeringan dan OPT. Informasi ini akan diperbaharui
dua kali setahun, yaitu Musim Hujan dan Musim Kemarau. Untuk melakukan
identifikasi wilayah-wilayah yang rentan terhadap kejadian iklim ekstrim dikaji
wilayah kunci (key area) sebagai indikatornya. Hubungan indikator global dengan
anomali curah hujan yang signifikan digunakan untuk mengetahui wilayah yang
rentan dan sensitif terhadap perubahan maupun kejadian iklim ekstrim.
Pemanfaatan air hujan yang ditampung dalam embung, dam parit dan
long storage seharusnya diikuti dengan aplikasi pemanfaatan irigasi hemat air
untuk meningkatkan indeks pertanaman yang pada gilirannya meningkatkan
produksi pangan. Teknologi panen air berupa pembuatan dan pemanfaatan
bangunan penampung air di musim hujan seperti: embung, dam parit, long
storage maupun pompa air yang sesuai dengan dikombinasikan dengan teknologi
hemat air berupa sarana/ peralatan distribusi air irigasi di lahan kering. Dalam uji
coba untuk tanaman pagi gogo di bawah tegakan tanaman tahunan telah
diperoleh model yang cukup handal dan potensi untuk direplikasi di kawasan
lahan sejenis di lokasi lain. Untuk komoditas hortikultura, sistem irigasi hemat air,
hemat energi dan ramah lingkungan juga telah menghasilkan rekomendasi dan
paket sesuai kondisi spesifik lokasi setempat. Selain itu, untuk memperkuat
teknologi pengelolaan lahan air di lahan pasang surut dalam penyusunan SID,
pengukuran dan analisis komponen tinggi muka air, keasaman air dan
salinitasnya untuk periode waktu yang panjang telah dihasilkan informasi
karakteristik hodrologis lahan rawa pasang surut yang memadai. Hal ini penting
karena diperlukan untuk merencanakan dan merancang desain sarana
pengelolaan air yang tepat dan sesuai, seperti: pintu air, saluran irigasi/ drainasi
serta pompa air yang dibutuhkan agar lahan rawa bisa ditanami sepanjang
tahun.
Kegiatan diseminasi hasil penelitian agroklimat dan hidrologi adalah untuk
mempublikasikan dan menyebarluaskan hasil-hasil penelitian bidang agroklimat
dan hidrologi agar dimanfaatkan sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya oleh
masyarakat pengguna, dalam beberapa bentuk seperti penerbitan publikasi
tercetak, yaitu: (i) Buletin hasil penelitian agroklimat dan hidrologi; (ii) Info
Agroklimat dan Hidrologi; (iii) Laporan Tahunan; (iv) Petunjuk Teknis; (v)

xiv LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Seminar Rutin Bulanan; serta (vi) Partisipasi kegiatan pameran di kegiatan Hari
Pangan Sedunia di Sulawesi Tenggara, Festival Iklim dan World Soil Day di
Cimanggu, Bogor.
Publikasi merupakan salah satu bentuk diseminasi hasil penelitian
Balitklimat dan pada tahun 2019 ini telah diterbitkan antara lain: Buletin Hasil
Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebanyak 2 kali; Info Agroklimat dan
Hidrologi terbit sebanyak 6 edisi. Pada tahun 2019 juga telah diterbitkan leaflet
SI KATAM Terpadu, Petunjuk Teknis Penggunaan Alat Laboratorium, dan
Pembuatan Draft Website Baru Balitklimat.
Kerjasama merupakan salah satu upaya diseminasi dan peningkatan
kinerja Balitklimat agar lebih berdaya guna dan lebih manfaat bagi pengguna
pada umumnya. Pada tahun 2019, terdapat beberapa kerjasama dengan
berbagai jenis kegiatan yang dapat menguntungkan kedua belah pihak dan
kemajuan teknologi pertanian di Indonesia. Kerjasama untuk pengembangan
teknologi yang sudah dihasilkan oleh Baltiklimat, dilanjutkan pengembangan oleh
swasta seperti: pengembangan aplikasi SI KATAM Terpadu Android oleh Start-Up
PT. Mercy Corps Indonesia dan selanjutnya kerjasama pemanfaatan teknologi
Balitklimat juga telah dilakukan dengan baik, seperti: pengembangan long
storage pada Demfarm Karawang; penerapan teknologi panen-hemat air di tiga
propinsi; pengembangan desain pengelolaan air air di lahan kelapa sawit dengan
swasta serta pengembangan hidroponik sayuran menggunakan tenaga surya
mendukung ketahanan pangan keluarga.

LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi xv


I. PENDAHULUAN

Pembangunan pertanian dalam lima tahun ke depan berlandaskan pada Rencana


Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ketiga (2015- 2019), dimana
berdasarkan rincian dari Sembilan Agenda Prioritas (Nawa Cita), maka agenda
prioritas di bidang pertanian terdiri dari dua hal, yaitu Peningkatan Agroindustri,
dan Peningkatan Kedaulatan Pangan. Arah kebijakan dan strategi litbang ke
depan disusun dengan mempertimbangkan agenda prioritas di bidang Pertanian
2015–2019 melalui peningkatan penguasaan dan pengembangan IPTEK yang
inovatif, efisien, dan efektif dengan mengedepankan kaidah ilmiah dan
berkontribusi terhadap perkembangan IPTEK dalam mewujudkan pertanian
modern.
Prioritas Kebijakan Pengembangan Balitbangtan ke depan dalam 5 tahun
ke depan adalah 1. Upaya optimalisasi pemanfaatan lahan sub-optimal dan
mendorong diversifikasi pangan untuk mengantisipasi pengembangan kelas
menengah dengan pola konsumsi yang berbeda, 2. Mendorong pengembangan
dan penerapan advance technology untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pemanfaatan sumberdaya pertanian, 3. Mendorong terciptanya suasana
keilmuan dan kehidupan ilmiah yang kondusif untuk mengoptimalkan
sumberdaya manusia dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan serta
diseminasi hasil penelitian, 4. Meningkatkan kerjasama dan sinergi yang saling
menguatkan antara UK/UPT di lingkup Balitbangtan dan antara Balitbangtan
dengan berbagai lembaga terkait di dalam dan luar negeri.
Penelitian dan pengembangan sumberdaya lahan khususnya sumber daya
iklim dan air harus mampu mendukung Prioritas Kebijakan Pengembangan
Balitbangtan ke depan dalam 5 tahun ke depan melalui Perakitan teknologi
pengelolaan sumberdaya lahan, hara, iklim dan air. Hal ini didasarkan pada
kenyataan bahwa sumber daya iklim dan air merupakan faktor yang dapat
menunjang peningkatan ketersediaan dan pemanfaatan lahan, selain itu juga
menunjang peningkatan produktivitas pertanian. Dalam 5 tahun ke depan
Indikator Kinerja Utama Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi adalah (1)
Menghasilkan teknologi dan model pengelolaan sumber daya iklim dan air
terpadu mendukung pertanian bioindustri berkelanjutan; (2) Menghasilkan
Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu tanaman pangan lahan sawah di

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 1


seluruh Indonesia; (3) Menghasilkan model numerik hidroklimatologis dan sistem
informasi sumberdaya iklim dan air, (4) Menghasilkan teknologi inovatif dan
adaptif untuk pengelolaan sumber daya iklim dan air, dan (5) Menghasilkan
bahan rujukan kebijakan terkait dengan sumber daya iklim dan air.
Dalam mencapai target prioritas pertanian, Dampak perubahan iklim
global terhadap sektor pertanian di Indonesia tidak dapat dihindari, baik berupa
bencana banjir, kekeringan dan ledakan Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT). Dampak tersebut cenderung terus meningkat (frekuensi, intensitas, dan
distribusi kejadiannya), dan diperparah dengan kondisi Daerah Aliran Sungai
(DAS) yang semakin rusak dan menjadi kritis akibat alih fungsi lahan yang tidak
terkendali. Dampak perubahan iklim global tidak hanya terjadi pada
keseimbangan hidrologis (masukan dan kehilangan air) pada suatu daerah
tangkapan hujan atau DAS, tetapi juga berpengaruh pada sistem usaha tani,
terkait dengan ketersediaan air dan masa tanam. Perubahan iklim global telah
menyebabkan meningkatnya frekuensi kejadian iklim ekstrim (basah dan kering)
yang sulit diprediksi
Dalam upaya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya iklim dan air untuk
mengantisipasi kelangkaan air dan perubahan iklim, Balai Penelitian Agroklimat
dan Hidrologi memfokuskan kegiatan sesuai dengan Indikator Kinerja Utama
tahun 2015-2019 sebagai berikut: (1) Menghasilkan teknologi dan model
pengelolaan sumber daya iklim dan air terpadu mendukung pertanian bioindustri
berkelanjutan; (2) Menghasilkan Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu
tanaman pangan lahan sawah di seluruh Indonesia; (3) Menghasilkan model
numerik hidroklimatologis dan sistem informasi sumberdaya iklim dan air, (4)
Menghasilkan teknologi inovatif dan adaptif untuk pengelolaan sumber daya iklim
dan air, dan (5) Menghasilkan bahan rujukan kebijakan terkait dengan sumber
daya iklim dan air.
Dalam upaya optimalisasi pemanfaatan sumberdaya iklim dan air untuk
mengantisipasi kelangkaan air dan perubahan iklim, Balai Penelitian Agroklimat
dan Hidrologi memfokuskan kegiatan penelitian guna menghasilkan data,
informasi, dan teknologi pengelolaan iklim dan air yang dapat diaplikasikan di
lapangan sesuai Rencana Strategis Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
Tahun 2015–2019.

2 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Pada tahun 2019 sebagian besar merupakan lanjutan dan pengembangan
dari penelitian tahun-tahun sebelumnya, sebagai bagian dari penelitian jangka
panjang penelitian dan pengembangan sistem informasi dan pengelolaan sumber
daya iklim dan air dengan penelitian Unggulan sebagai berikut :
1. Pengembangan SIKATAM SC Sentinel-2 untuk Estimasi Produksi Padi
2. Pemutakhiran Peta Sumberdaya Agroklimat Indonesia Skala 1:500.000
3. Metode Survey Investigasi Desain (SID) untuk Pengembangan Lahan
Rawa
4. Teknologi Panen dan Hemat Air Irigasi Berbasis Android di Era Pertanian
4.0
5. Budidaya Sayur Hidroponik Berbasis Surya Dalam Pelaksanaan Obor
Pangan Lestari

Pada tahun 2019 terdapat 7 RPTP yaitu tiga bidang Agroklimat dan 4
bidang hidrologi sebagai berikut :
Bidang Penelitian Agroklimat
1. Pemutakhiran Sistem Informasi Katam Terpadu Mendukung Peningkatan
Produksi Pangan Menghadapi Keragaman dan Perubahan Iklim
2. Penelitian dan Pengembangan Sistem Informasi Pengelolaan Risiko
Keragaman Iklim dan Iklim Ekstrim Mendukung Program Strategis
Kementerian Pertanian
3. Pengembangan Key Area Keragaman Iklim Indonesia dan Dampaknya
Pada Produksi Pertanian untuk Mendukung Ketahanan Pangan
Berkelanjutan
Bidang Penelitian Hidrologi
1. Model Pengelolaan Air Terpadu untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman
Tanaman Pangan dan Produksi Pertanian
2. Penelitian dan Pengembangan Sistem Irigasi Moderen untuk
Meningkatkan Produksi Hortikultura yang Hemat Air, Hemat Energi dan
Ramah Lingkungan
3. Desain dan Pengembangan Teknologi Pemanfaatan Sumber Daya Air
untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Padi Gogo dan Palawija di
Bawah Tegakan Tanaman Tahunan

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 3


4. Pengelolaan Lahan dan Air Menurut Karakteristik Hidrologis Rawa Pasang
Surut

Selain kegiatan yang dibiayai DIPA juga beberapa kegiatan kerjasama


dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta yaitu Pengembangan
Aplikasi dengan Start-Up PT. Mercy Corps Indonesia, 2) Pengembangan
Demfarm Pertanian Korporasi Bekerjasama dengan Pemda Kabupaten Karawang
dan TETO Taiwan, 3) Studi Kelayakan Teknis dan Tata Kelola Air Perkebunan
Sawit PT. Borneo Indo Tani, Kalimantan Selatan dengan PT BRI AGRO Tbk, 4)
SID untuk Penanganan Banjir dan Kekeringan di Perkebunan Sawit PT. Persada
Dinamika Lestari, Kalimantan Selatan dengan PT PT ASTRA AGROLESTARI TBK,
5) Pengembangan Hidroponik Sayuran Tenaga Surya Mendukung Ketahanan
Pangan Keluarga Bekerjasama dengan SMAN 7 Bogor, 6) Pengembangan
KATAM-BUN Bekerja Sama dengan Direktorat Jendral Perkebunan Kementerian
Pertanian.
Pada tahun anggaran 2019, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidologi telah
melakukan kegiatan diseminasi teknologi hasil penelitian yang telah dihasilkan.
Diseminasi dan penyebaran hasil hasil penelitian tersebut dikemas dalam
berbagai bentuk penerbitan publikasi ilmiah semi popular seperti: Laporan
Tahunan Balai, Buletin Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Info Agroklimat
dan Hidrologi, Petunjuk Teknis, dan Leafet, Pameran dan Bimbingan Teknis
(Bimtek). Publikasi tercetak berupa tulisan ilmiah populer atau laporan hasil
penelitian yang merupakan media yang efektif untuk penyebarluasan informasi
hasil. Oleh sebab itu, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi dituntut untuk
senantiasa mengembangkan cara penyajian dan teknik penulisan seiring dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kebutuhan pengguna. Pameran
yang diikuti adalah Simposium VIII dan Kongres VII Perhimpi, serta saat Hari
Pangan Sedunia, dan Pameran Festival Iklim. Sedangkan Bimtek terkait teknologi
Agrklimat dan Hidrologi disampaikan pada acara World Soil Day.

4 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


II. TEKNOLOGI UNGGULAN

2.1. Pengembangan SI KATAM SC Sentinel-2 untuk Estimasi


Produksi Padi

Informasi standing crop tanaman padi merupakan salah satu informasi yang bisa
diakses di dalam SI KATAM Terpadu. Informasi ini menyajikan gambaran real
time fase pertumbuhan di lapangan yang diterjemahkan melalui data satelit.
Saat ini terdapat data satelit Sentinel-2 dengan resolusi 10m X 10m frekwensi 5-
harian. Data citra tersebut sangat potensial diterjemahkan menjadi informasi
standing crop dengan resolusi lebih tinggi, hingga level desa di seluruh
Indonesia.
Fase Standing Crop dengan Sentinel-2, klasifikasi fase tegakan padi di
lahan sawah meliputi 4 fase (berdasarkan klasifikasi IRRI) yaitu: a. Fase
Penggenangan/Vegetatif (0-45 hari setelah tanam); b. Fase Generatif (45-90 hari
setelah tanam); c. Fase Pematangan (91-110 hari setelah tanam); dan e. Fase
Bera
Verifikasi yang telah dilakukan mencakup 8 Provinsi, yaitu Provinsi
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera
Barat, Kalimatan Selatan dan Sulawesi Selatan dengan persentase rata-rata
sebesar 83,715%.
Sistem Informasi (SI) KATAM Standing Crop Sentinel 2 terdiri dari 2 jenis,
yaitu:
1. Prototipe SI berbasis Website
Standing Crop yang berbasis website terintegrasi dengan website utama
Kalender Tanam Terpadu (KATAM) yang bisa di akses melalui halaman
http://katam.litbang.pertanian.go.id/main.aspx. Informasi standing crop yang
ditampilkan pada website adalah luas masing-masing fase standing crop, yaitu
fase bera, fase air, fase vegetatif, fase generatif dan fase pemasakan serta luas
tutupan awan dalam satuan hektar dan persentase. Selain itu terdapat juga
informasi luas prediksi panen padi tiga bulan kedepan. Informasi-informasi
tersebut sudah sampai level desa untuk seluruh provinsi di Indonesia dalam
bentuk spasial dan tabular (Gambar 1).

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 5


Gambar 1. Tampilan Standing Crop Sentinel 2 di website SI KATAM TERPADU

2. Prototipe Berbasis Aplikasi Android


Standing crop juga dikembangkan berbasis aplikasi android yang bisa
diunduh di Play Store:
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.litbang.googlemapsretrofit
Informasi standing crop yang ditampilkan di aplikasi android juga sama
dengan yang ditampilkan di website dengan informasi yang sama hingga level
kecamatan. informasi diperoleh dengan mengetik langsung nama kecamatan
untuk level kecamatan, ketik nama kabupaten untuk level kabupaten dan ketik
provinsi untuk level provinsi (Gambar 2).

Gambar 2. Tampilan Standing Crop Sentinel 2 di aplikasi android

6 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Informasi standing crop Sentinel-2 menyajikan data luasan tanaman padi
pada berbagai fase pertumbuhan. Karena setiap fase pertumbuhan disertai
informasi umum untuk umur pertanaman padi, maka dapat diperkirakan kapan
tanaman padi pada setiap fase akan mencapai umur panen. Dengan demikian
dapat diperkirakan pula seberapa luas potensi tanaman padi yang akan dipanen
pada beberapa bulan ke depan.

Pada Tabel 1 disajikan contoh hasil analisis prediksi luas panen padi pada
bulan November, Desember 2019 dan Januari 2020 berdasarkan informasi
standing crop bulan Oktober 2019 di 6 provinsi di Jawa-Bali. Hasil prediksi luas
panen ini kemudian dikalikan dengan rata-rata produktivitas masing-masing
provinsi, faktor penyusutan, dan faktor konversi padi menjadi beras, kemudian
menghasilkan prediksi produksi beras bulan November, Desember 2019 dan
Januari 2020.

Tabel 1. Pemanfaatan informasi standing crop Oktober 2019 untuk menduga luas
panen dan produksi beras pada November, Desember 2019 dan Januari
2020

Sistem Informasi Katam SC yang menampilkan luasan dari masing-


masing fase pertumbuhan tanaman padi di lahan seluruh Indonesia harus
memiliki ruang lingkup (cakupan) dengan Luas Baku Sawah (LBS) yang sudah
ditetapkan bersama oleh BPS, BIG, LAPAN dan Kementan seluas 7,4 juta hektar
yang akan terbagi ke dalam masing-masing level propinsi, kabupaten, kecamatan
hingga tingkat desa dengan mengacu pada peta administrasi terbaru (BIG,
2019). Selain itu, informasi standing crop ini dapat digunakan untuk prediksi
potensi luasan padi dalam 3 bulan ke depan dan menprediksi produksi beras
yang akan dihasilkan untuk suatu wilayah. Sinkronisasi data luas baku sawah
dengan luas cakupan sawah dalam SI Katam Standing Crop ini harus selalu

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 7


dilakukan agar akurasi pengukuran luasan tegakan padi di lahan seluruh
Indonesia menjadi lebih presisi dan akurat.
Saran dan tindak lanjut terkait hasil-hasil Penelitian SI Katam Standing
Crop yang sedang dikembangkan di atas, antara lain 1. Akan diperkenalkan
perbaruan Metode Verifikasi dengan menggunakan Drone untuk cakupan
hamparan padi yang lebih luas, sehingga menimalisir error yang mungkin terjadi.
Hal ini juga penting untuk validasi hamparan sawah yang sudah dijangkau
dengan kendaraan (remote area); 2. Pemanfaatan lebih lanjut dari aplikasi SI
Katam Standing Crop adalah menghitung potensi luas panen dan luas tanam
tanaman padi, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mendapatkan
asumsi yang benar dalam perhitungan produksi padi dan akurasi serta
mengidentifikasi kondisi bera maupun luas tanam padi yang sebenarnya di
lapangan sehingga akan memberikan kepastian penyiapan sarana pertanian di
suatu daerah agar lebih tepat.

2.2. Pemutakhiran Peta Sumberdaya Agroklimat Indonesia Skala


1:500.000

Indonesia adalah negara luas yang diapit oleh 2 benua (Asia dan Australia) dan 2
Samudra (Indonesia dan Pasifik) yang menjadikan Indonesia sebagai daerah
pertemuan dua sirkulasi udara global (Hadley dan Walker) yang sangat
mempengaruhi keragaman iklim Indonesia. Demikian juga bentuk kepulauan
dengan topografi yang beragam menyebabkan pengaruh lokal terhadap
keragamam iklim Indonesia. Unsur iklim dengan keragaman yang paling tinggi di
Indonesia adalah curah hujan dan diikuti dengan suhu udara. Luasnya wilayah
dan keragaman yang tinggi antar waktu dan wilayah menuntut perlunya
penyederhanaan dan pengelompokkan wilayah berdasarkan karakter iklim yang
sama melalui klasifikasi iklim. Klasifikasi iklim merupakan metode untuk
mengkelaskan/mengelompokan wilayah yang mempunyai karakter iklim yang
sama berdasarkan data rata-rata unsur iklim, antara lain curah hujan periode 30
tahun.
Klasifikasi iklim telah dilakukan orang sejak jaman dahulu, di Indonesia
klasifikasi iklim dilakukan pertama kali oleh Boerema (1926) berupa Peta
Wilayah Hujan untuk keperluan perhubungan dan pertanian. Schmidt-Ferguson

8 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


(1951), Oldeman (1975) juga menyusun peta iklim Indonesia untuk pertanian.
Terakhir Balitklimat (2003) menyusun Atlas Sumber daya Iklim Pertanian
Indonesia skala 1:1.000.000 dengan melakukan pewilayahan curah hujan melalui
pengelompokan sejumlah stasiun curah hujan pada suatu wilayah berdasarkan
jumlah curah hujan tahunan, pola hujan dan jumlah curah hujan bulanan. Atlas
Sumber daya iklim Pertanian Indonesia membagi Indonesia menjadi 21
wilayah/pola, mulai I.A sampai VI.D., dimana I.A berarti curah hujan tahunan <
1000 mm dan pola hujan tunggal dengan curah hujan terendah Juli/Agustus dan
VI.D berarti curah hutan tahunan > 5.000 mm dan pola hujan tunggal dengan
curah hujan tertinggi pada Juli/Agustus.
Sejalan dengan terjadinya perubahan iklim yang menyebabkan perubahan
pola curah hujan di Indonesia diantaranya, (1) terdapat pengurangan curah
hujan tahunan di wilayah yang umumnya memiliki rata-rata curah hujan tahunan
tinggi, (2) terdapat peningkatan curah hujan bulanan pada puncak musim hujan
(MH) , disertai pengurangan curah hujan bulanan pada musim kemarau (MK)
hingga awal MH (BMKG, 2017), (3) di beberapa tempat terdapat perubahan pola
curah hujan akibat pengurangan dan penambahan curah hujan bulanan, (4)
terdapat perubahan tren AMK dan AMH yang mengakibatkan semakin pendek MK
dan semakin panjang MH di wilayah curah hujan tinggi, dan (5) wilayah-wilayah
sentra pangan umumnya mengalami pertambahan rata-rata curah hujan
tahunan, peningkatan curah hujan pada puncak musim hujan, dan penurunan
curah hujan pada MK, sekaligus mengalami perpanjangan durasi MK (Faqih,
2013). Untuk itu perlu dibuat Peta Sumberdaya Agroklimat menggunakan data
yang lebih lengkap dan terbaru sehingga dapat memberikan informasi sumber
daya agroklimat lebih baik, agar dapat memberikan dukungan dalam
pengembangan kawasan pertanian dan perencanaan budidaya yang lebih baik.
Tujuan kegiatan ini adalah : 1). Updating pengkayaan data iklim (curah
hujan), 2). Sistem Klasifikasi Baru yaitu Peta Sumberdaya Agroklimat Indonesia
untuk Perencanaan Pertanian, 3) Design format web Peta Sumberdaya
Agroklimat Indonesia dan 4) Atlas Sumberdaya Agroklimat Indonesia Skala
1:500.000 untuk Mendukung Perencanaan Pertanian. Tahapan yang dilakukan
untuk mencapai tujuan tersebut, adalah sebagai berikut :

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 9


Gambar 3. Diagram alir tahapan pelaksanaan pemutakhiran peta sumber daya
agroklimat

Workshop dilakukan untuk menggali informasi metodologi yang tepat dari


narasumber dari berbagai instansi (Perguruan Tinggi, Dinas Pertanian dan
Kementan), agar ada kesepakatan metodologi yang memenuhi syarat yang akan
digunakan.

Gambar 4. Narasumber, undangan, dan peserta workshop 2 Pemutakhiran Peta


Sumber Daya Agroklimat

Klasifikasi parameter yang digunakan untuk menyusun peta sumber daya


agroklimat yang utama adalah : curah hujan tahunan, jumlah bulan basah bulan
kering, dan ketinggian tempat dari atas permukaan laut. Klasifikasi ini
berkembang seiring waktu dan diskusi. Tabel berikut menunjukkan
perkembangan parameter dan kriteria yang digunakan untuk menyusun peta
sumber daya agroklimat.

10 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Tabel 2. Parameter Klasifikasi

Kebaruan dalam penyusunan peta sumber daya agroklimat adalah: 1.


data (periode data lebih baru (1981-2010), jumlah stasiun yang digunakan 4031
stasiun hujan, dilakukan pengendalian mutu data dan pengisian data kosong); 2.
metode klasifikasi menggunakan analisis geostatistik, dan dipilih metode co-
kriging dengan ketinggian yang merupakan korelasi terbaik dibandingkan kriging,
inverse distance weight, spline, dan co-kriging dengan data GPCC; 3. Informasi
yang dihasilkan : indeks pertanaman (IP), pola tanam tanaman pangan dan
semusim, kesesuaian dan alternatif pilihan komoditas berdasarkan ketinggian; 4.
informasi pilihan kelompok tanaman pangan, perkebunan, dan hortikultura.
Informasi Peta Sumberdaya Agroklimat meliputi :1) tipe agroklimat, 2)
potensi indeks pertanaman, 3) alternatif pola tanam, 4) alternatif pilihan
kelompok komoditas (tanaman pangan, perkebunan dan hortikultura). Indonesia
mempunyai potensi indeks pertanaman 1-3 per tahun untuk tanaman pangan
semusim dengan 18 Tipe Agroklimat dan 18 alternatif pola tanam, mulai dari
paling basah A.III.1 (CH Tahunan >2.500 mm, Jumlah BK berturut-turut < 3
bulan, dan Jumlah BB berturut-turut > 9 bulan, dengan alternatif pola tanam
padi-padi-padi)) sampai yang paling kering C.I. 4 (CH Tahunan <1.500 mm,
Jumlah BK berturut-turut > 7 bulan, Jumlah BB berturut-turut < 3 bulan, dengan
alternatif pola tanam palawija).

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 11


Gambar 5. Peta Sumber daya Agroklimat Indonesia

Diseminasi Peta Sumber Daya Agroklimat agar mudah dan cepat diakses,
disajikan dalam bentuk Atlas Sumber Daya Agroklimat Skala 1 : 500.000 dan
informasi peta sumber daya agroklimat yang dapat dibuka/diakses di web:
http://informasi-sd-agroklimat.com/agroklimat.

2.3. Metode Survei Investigasi Desain (SID) untuk Pengembangan


Lahan Rawa

Pengembangan lahan rawa mutlak diperlukan sebagai kegiatan


mendukung rencana pengembangan lahan baru dan optimalisasi lahan rawa.
Kegiatan tersebut diawali dengan pelaksanaan Survei Investigasi dan Desain
(SID) yang dilaksanakan di tahun 2019 pada lahan seluas 100.000 ha di Provinsi
Jambi, Sumsel, Lampung, Kalsel, dan Sulsel untuk pengembangan lahan baru
serta SID pada lahan seluas 50.000 ha di Provinsi Sumsel dan Provinsi Kalsel.
SID diperlukan untuk mengkarakterisasi lahan dan air serta menyusun
desain dan rekomendasi pengelolaan lahan dan air sehingga perencanaan dan
desain serta implementasi kegiatan dapat dilakukan secara efektif, efisien dan
tepat sasaran.

12 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Tujuan penyusunan metode ini yaitu, untuk memberikan arah yang jelas
kepada semua pihak terkait, termasuk Lingkup Kementerian Pertanian di Provinsi
dan Kabupaten, Kementerian dan SKPD non pertanian tentang kegiatan SID
pengembangan dan optimalisasi lahan rawa. Sasaran kegiatan SID
Pengembangan dan Optimalisasi Lahan Rawa ialah tersedianya Basis Data dan
informasi spasial dan tabular Daerah Irigasi Rawa (DIR) serta lahan
pengembangan rawa. Empat sasaran utama kegiatan SID adalah tersedianya
informasi kondisi aktual infrastruktur, informasi karakteristik dan penggunaan
lahan, informasi karakteristik dinamika ketersediaan air, desain dan rekomendasi
pengelolaan lahan dan air DIR serta Lahan Pengembangan Rawa.
Tahap persiapan meliputi penentuan lokasi, studi pustaka, pengumpulan
dan pengadaan peta-peta dan citra satelit, serta pembuatan peta dasar.
Penentuan lokasi berdasarkan Daftar Daerah Irigasi Rawa menurut Kewenangan
Pusat (Luas > 3.000 ha).

Penyusunan Peta Digital Daerah Irigasi Rawa (DIR)


Peta digital DIR diperlukan dalam mengidentifikasi dan menginventarisasi
permasalahan kinerja DIR yang disebabkan akibat kerusakan dan penurunan
fungsi infrastruktur seperti pintu dan saluran. Peta digital DIR yang dihasilkan
disimpan dalam Smarphone berbasis Android yang sudah dilengkapi perangkat
lunak AVENZA map. Perangkat lunak ini mampu membaca file peta dalam format
pdf serta dapat mengindentifikasi posisi geografik titik yang diindentifikasi
dilapangan sekaligus memberi informasi posisi geografis foto infrastruktur yang
dimaksud.
Tahap awal penyusunan peta digital DIR adalah menetapkan lokasi yang
akan diidentifikasi berdasarkan informasi daftar nama DIR dan kewenangannya
menurut Permen PUPR No 14 Tahun 2015 tentang Kriteria dan Penetapan Status
Daerah Irigasi. Selanjutnya melakukan Akuisisi Citra Google Earth untuk DIR
terpilih menggunakan Perangkat Lunak Universal Map Downloader.

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 13


Gambar 6. (a). Tampilan menu Akuisisi Citra Google Earth dari perangkat lunak
Universal Map Downloader, (b) Citra Google Earth Lokasi D.I.R Jejangkit
hasil unduhan

Citra Google Earth hasil akuisisi selanjutnya dianalisis menggunakan


perangkat lunak ARC GIS. Analisis yang diperlukan meliputi delineasi layer peta
batas DIR, saluran primer/sekunder, jalan, dan lain lain berdasarkan interpretasi
peta digital RBI, citra Google Earth dan peta layout D.I.R dari BBWS/BWS.
Selanjutnya peta disimpan dalam format pdf yang dapat dibaca oleh perangkat
lunak AVENZA map yang diinstall dalam Smartphone.

Gambar 7. Delineasi infrastruktur DIR pada Citra Google Earth berdasarkan


interprertasi citra satelit serta informasi dari peta Digital RBI dan layout
DIR

Survey Karakteristik DIR


Aktivitas yang dilakukan dalam melaksanakan survey karakteristik DIR antara
lain:

14 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


(1) Survei Foto Udara Menggunakan PTA/UAV
Penyusunan SID memerlukan citra foto udara terkini dengan skala detil.
Untuk maksud tersebut perlu dilakukan survei photo udara dengan menggunakan
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau Pesawat Tanpa Awak (PTA) yang berfungsi
membawa kamera beresolusi tinggi untuk mengambil citra permukaan bumi
secara terprogram dengan menerapkan presisi.

Gambar 8. Pesawat Tanpa Awak Tipe Farm Mapper UAV

(2) Identifikasi Infrastruktur


Survei identifikasi infrastruktur bertujuan untuk mengidentifikasi
ketersediaan air serta kinerja DIR yang terkait dengan kondisi dan fungsi
infrastruktur (pintu air, saluran, pompa dan lain-lain). Ketersediaan air pada
DIR diidentifikasi dari hubungan dinamika elevasi muka air sungai dengan
dinamika elevasi muka air pada saluran dan pada lahan.
Kinerja DIR diidentifikasi berdasarkan kondisi infrastruktur. Kondisi
bangunan maupun saluran di lokasi demfarm dan sekitarnya di observasi
menggunakan alat bantu smartphone yang diperlengkapi perangkat lunak
AVENZA map. AVENZA map adalah perangkat lunak berbasis Android yang dapat
mengunduh peta lapangan dalam format pdf bergeoreferensi, serta menentukan
posisi geografis pengguna saat di lapangan dengan cara mengindikasikan titik
lokasi pada peta di dalam smartphone. Dengan memanfaatkan menu tracking
pada Avenza, saluran sekunder dan tersier dapat ditelusuri dan selanjutnya jalur
tesebut akan tercetak pada peta dasar hasil unduhan dari Google Earth di dalam
smartphone.

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 15


Gambar 9. Hasil identifikasi saluran irigasi menggunakan smartphone yang
diperlengkapi perangkat lunak Avenza Map

(3) Survei Topografi


Karakterisasi saluran dilakukan melalui pengukuran topografi lahan serta
profil melintang dan profil memanjang saluran. Profil melintang (CS, Cross
Section) dan profil memanjang (LS, Long Section) saluran primer/sekunder pada
titik hilir dan hulu diukur menggunakan Total Station. Selanjutnya elevasi setiap
pengukuran diikat terhadap elevasi referensi (Datum) menggunakan GPS
Geodetik.

Gambar 10. Pengukuran profil melintang saluran sekunder Jejangkit menggunakan


Total Station

(4) Survei Identifikasi dan Karakterisasi Sumberdaya Lahan


Kegiatan ini meliputi penyusunan peta rencana kerja dan identifikasi
lapangan melalui survey. Dalam penyusunan peta rencana kerja, peta tanah
skala 1:25.000 (draft) disusun dari interpretasi citra satelit resolusi tinggi, data
SRTM/DEM, peta RBI, dan peta geologi, serta peta tanah tingkat semidetail skala
1:50.000 hasil penelitian terdahulu sebagai referensi. Peta ini dijadikan sebagai
peta rencana kerja untuk identifikasi di lapangan. Sedangkan untuk

16 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


survei/identifikasi lapangan meliputi pengamatan satuan tanah dan sifat-sifat
lingkungannya, deskripsi penampang tanah, dan klasifikasi tanah. Pengamatan
tanah dilakukan pada titik-titik yang sudah ditentukan dalam peta rencana kerja.

Pengolahan dan Analisis Data


Analisis yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini meliputi, analisis
kebutuhan air tanaman dan interval irigasi, analisis contoh tanah dan air serta
pengolahan data. Dosis irigasi tanaman dihitung berdasarkan Metode FAO
(Doorenbos and Pruit, 1975). Metode ini menghitung kebutuhan air tanaman
dengan mempertimbangkan karakteristik fisik tanah serta kedalaman perakaran
setiap fase pertumbuhan tanaman. Untuk Analisis contoh tanah, Contoh tanah
sekitar 0,5-1,0 kg diambil dari setiap horizon dari profil tanah pewakil untuk
dianalisis di laboratorium yang sudah mendapatkan akreditasi, dalam hal ini di
laboratorium Balittanah. Jenis analisis contoh tanah terdiri atas analisis kimia
standar, dan analisis tambahan disesuaikan dengan kebutuhan. Sedangkan
analisis contoh air diperlukan untuk menilai kualitas air untuk keperluan sumber
air pengairan. Analisis contoh air meliputi penetapan pH, daya hantar listrik
(DHL), kadar lumpur, kadar kation-kation dan anion-anion. Untuk pengolahan
data meliputi penyusunan peta tanah dan karakteristik lahan, evaluasi lahan,
penyusunan peta kesesuaian lahan dan rekomendasi.

2.4. Teknologi Panen dan Hemat Air Irigasi Berbasis Android di Era
Pertanian 4.0

Air merupakan salah satu kebutuhan utama untuk manusia dan pertumbuhan
tanaman yang sehat. Akan tetapi di daerah iklim arid dan semi-arid, kekurangan
air sering terjadi akibat kurangnya curah hujan. Di daerah seperti ini, laju
evapoprasi yang tinggi selama musim tanaman juga lazim terjadi. Hujan di
daerah-daerah iklim semi-arid, biasanya berupa hujan lebat. Kondisi tanah yang
ada tidak dapat menyerap semua air hujan yang volumenya besar dalam waktu
singkat. Akibatnya hujan di daerah-daerah semi-arid ini biasanya diikuti dengan
volume air limpasan-permukaan (runoff) yang besar.
Faktor-faktor klimatik di daerah arid dan semi-arid ini mengisyaratkan
bahwa kita harus dapat memanfaatkan jumlah curah hujan yang terbatas

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 17


seefisien mungkin. Salah satu cara untuk dapat melakukan hal ini adalah
memanfaatkan air limpasan permukaan (runoff) dengan jalan pemanenan air
Teknik panen air biasanya menggunakan sumber air yang besar (utama) seperti
sungai dan air tanah (mis. Sumur dan sistem irigasi), dan memerlukan investasi
sekala besar. Tetapi di banyak negara dunia, beragam metode sekala kecil dan
sederhana telah dikembangkan untuk menangkap dan mengumpulkan air
limpasan permukaan (runoff) digunakan untuk beragam tujuan produktif. Kalau
limpasan permukaan ini dibiarkan saja akan dapat menyebabkan erosi tanah,
runoff ini dapat dipanen dan dimanfaatkan. Beragam teknik memanen air
dengan aneka ragam aplikasinya telah tersedia.
Salah satu contoh teknik pemanenan air yang dikembangkan oleh
Balitklimat untuk lahan pertanian adalah pembangunan embung geomembrane.
Embung merupakan tandon air atau waduk berukuran kecil pada lokasi pertanian
yang bertujuan untuk memanen aliran permukaan dan kelebihan air hujan di
musim penghujan dan pemanfaatannya pada musim kemarau untuk berbagai
keperluan khususnya di bidang pertanian. Pembentukan embung pada dasaranya
adalah untuk mengairi lahan pertanian terutama pada musim kemarau, manfaat
lain dari embung adalah di bidang perikanan yang bisa dijadikan untuk kolam
pemeliharaan ikan dan sebagai persediaan minuman ternak maupun untuk
keperluan rumah tangga.
Geomembrane merupakan produk lembaran plastik yang terbuat dari
bahan HDPE, LDPE atau PVC, ditambah dengan bahan UV-stabilizer, antioksidan
dan carbon block. Fungsi embung geomembrane sebagai lapisan kedap air agar
tidak terjadi rembesan air pada tempat penampungan air yang tahan terhadap
paparan ultraviolet matahari, tahan terhadap larutan asam serta basa.
Dalam pemasangan geomembrane diperlukan pembuatan lubang sesuai ukuran
geomembrane, perataan dan pembersihan permukaan dari benda-benda tajam
serta sedikit pemadatan terlebih dahulu sebelum geomembrane di pasang.
Setelah siap, embung yang dilengkapi dengan geomembrane diisi dengan air.
Keunggulan:
1. Murah pembuatan dan mudah dalam pemasangan
2. Umur pakai hingga 5 tahun
3. Cocok untuk air bersih dan teknologi irigasi hemat air

18 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Gambar 11. Embung geomembrane untuk pertanian

Setelah adanya teknologi pemanenan air, maka penggunaan air untuk


lahan pertanian perlu dihemat. Kelangkaan air pertanian meningkat oleh
berbagai hal di berbagai lokasi. Mulai dari menurunnya permukaan air tanah,
pendangkalan waduk, polusi kimia, salinisasi, buruknya manajemen sistem
irigasi, persaingan kebutuhan air dengan sektor lain. Diakui bahwa dalam dua
dekade terakhir ada kemajuan dalam pengembangan teknologi penghematan
penggunaan air irigasi dalam sistem pertanian padi tanpa mengurangi hasil.
Beberapa teknologi hemat air bahkan telah dikembangkan ke dalam sistem
android untuk otomatisasi irigasi. Beberapa contoh teknologi hemat air berbasis
android yang telah dikembangkan oleh Balitklimat antara lain:
1. Mini-Big gun Sprinkler: sistem irigasi curah seperti hujan dengan jarak <
15 m dengan efisiensi pemanfaatan air sampai 80%. Irigasi ini cocok
diaplikasikan pada lahan kering. Secara umum alat ini mirip dengan water
canon yang dipakai polisi untuk membubarkan demo atau yang
digunakan oleh pasukan pemadam kebakaran. Perbedaanya adalah
bahwa pada big gun sprinkler untuk irigasi ada tambahan peralatan yang
berfungsi untuk mengatur agar supaya air yang jatuh ketanah didalam
areal radius pancarannya seragam sehingga kondisinya mirip hujan,
sedangkan pada water canon yang diutamakan adalah jangkauannya.
Pada waktu beroperasi, posisi big gun sprinkler ini dapat dipindah-
pindahkan sedemikian rupa sehingga seluruh areal yang dilayani dapat
menerima air.
2. End house Dripper: irigasi melalui pipa yang berlubang, lebih murah
dengan efisiensi pemanfaatan air sampai 80%. Pipa dilubangi dengan

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 19


jarak tertentu kemudian diletakkan diatas permukaan tanah pada sela
baris tanaman. Air didistribusikan melalui pompa bertekanan. Teknologi
ini berupa irigasi sederhana tanpa ada penambahan alat-alat yang detail
namun sudah dapat dikendalikan dengan android;
3. Rotating sprinkler: irigasi kabur dan curah dengan radius kurang dari 1
meter dengan efisiensi pemanfaatan air sampai 80%. Sistem irigasi ini
memungkinkan tanaman terkena air secara maksimal karena putaran air
dapat menjangkau area yang diatur;
4. Drip Irrigation: irigasi tetes melalui pipa PE yan terus menerus dengan
efisiensi pemanfaatan air sampai 95%. Irigasi ini berupa metode
pemberian air pada tanaman secara langsung baik pada areal perakaran
tanaman maupun pada permukaan tanah melalui tetesan secara kontinyu
dan perlahan. Sistem irigasi tetes memenfaatkan tekanan gravitasi dan
tekanan pompa sebagai sumber energi untuk mengalirkan air dari
reservoir ke tanaman. Dari berbagai literatur, debit rata-rata tetesan yang
memanfaatkan tekanan gravitasi sebesar 0,78 l/jam sedangkan debit
rata-rata tetesan yang menggunakan tekanan pompa sebesar 1,19 l/jam.

Masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan tergantung


keperluan, efisiensi irigasi, jenis komoditas, cara irigasi dan biaya instalasi dari
masing-masing sistem irigasi. Untuk mengoperasikan irigasi ini dikendalikan
dengan HP tipe Android dengan teknologi IoT (Internet of Thing) maupun dapat
dikendalikan dengan sensor lengas tanah maupun pewaktu (timmer).

(a) (b)
Gambar 12. rotating sprinkler irrigation (a) dan mini big gun irrigation (b)

20 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


(a) (b)
Gambar 13. End house dripper irrigation (a) dan irigasi tetes (b)

2.5. Pengembangan Hidroponik Sayuran Tenaga Surya Mendukung


Ketahanan Pangan Keluarga

Untuk mendukung percepatan penganekaragaman konsumsi pangan melalui


optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan, Kementerian Pertanian akan
melaksanakan Obor Pangan Lestari (OPAL) sebagai sarana percontohan untuk
masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan sebagai sumber pangan dan
gizi keluarga. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi sebagai salah satu UPT
lingkup kementerian pertanian merupakan Lembaga penelitian yang wajib turut
serta mengembangkan OPAL di pekarangan perkantoran. OPAL di Balitklimat
akan dibangun dengan menerapkan berbagai teknologi unggulan yang telah dan
sedang dikembangkan oleh Balitklimat yang bertujuan untuk mendiseminasikan
contoh pendayagunaan energi terbarukan dalam memproduksi sayur-sayuran di
pekarangan perkantoran serta menyediakan sarana percontohan untuk
masyarakat dalam memanfaatkan pekarangan sebagai sumber pangan dan gizi.
Dalam kegiatan OPAL 2019 telah dikembangkan sistem pertanian organik
dengan model hidroponik berbasis tenaga matahari. Sistem Hidroponik
merupakan cara budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, namun
menggunakan air sebagai media tanamnya. Perangkat hidroponik tenaga surya
dibuat sebagai pengganti listrik dengan tujuan agar mudah dipindah-pindah dan
dibawa ke mana-mana (portable) karena perangkatnya dibuat dengan sistem
knockdown yang dapat dengan mudah dibongkar pasang ketika hidroponik akan
dipindahkan ke tempat lain ke seluruh wilayah di Indonesia. Dengan sistem ini

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 21


diharapkan sistem pertanian hidroponik yang dikembangkan Balitklimat mampu
memenuhi kebutuhan listrik secara mandiri walaupun ditempatkan di wilayah
yang sangat jauh dan tidak terjangkau listrik.
Tenaga pompa hidroponik disuplai dari panel surya yang juga dipasang
secara portable. Sel surya atau juga sering disebut fotovoltaik adalah divais yang
mampu mengkonversi langsung cahaya matahari menjadi listrik. Sel surya bisa
disebut sebagai pemeran utama untuk memaksimalkan potensi sangat besar
energi cahaya matahari yang sampai ke bumi, walaupun selain dipergunakan
untuk menghasilkan listrik, energi dari matahari juga bisa dimaksimalkan energi
panasnya melalui sistem solar thermal. Besar tegangan dan arus ini tidak cukup
untuk berbagai aplikasi, sehingga umumnya sejumlah sel surya disusun secara
seri membentuk modul surya. Satu modul surya biasanya terdiri dari 28-36 sel
surya, dan total menghasilkan tegangan DC sebesar 12 V untuk menggerakan
pompa submersibel berbasis tenaga DC. Sistem ini memungkinkan pertanian
hidroponik mampu mencukupi listriknya secara mandiri.
Berikut ini gambar-gambar mengenai persiapan rak hidroponik portabel
berbasis tenaga surya:

Gambar 14. Persiapan benih kangkung, pakcoy dan bayam merah

Gambar 15. Penanaman

22 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Gambar 16. Pemeliharaan

Gambar 17. Panen

Tabel 3. Hasil Panen Kegiatan Opal 2019


No Tanaman Tanggal Tanam Tanggal Panen Jumlah Hasil Produktivitas
netpot kg/netpot
1 Kangkung 23 Juli 2019 30 Agustus 2019 768 51.2 Kg 0.067
27 Oktober 2019 768 42 Kg 0.054
24 Oktober 2019 768 36 Kg 0.046
4 September
11 Oktober 2019 432 27.8 Kg 0.064
2019
2 Pakcoy 23 Juli 2019 30 Agustus 2019 432 12 Kg 0.027
2 September 432 12.3 Kg 0.028
11 Oktober 2019
2019
22 November 432 12.5 Kg 0.029
14 Oktober 2019
2019
3 Bayam merah 4 September 144 8 Kg 0.055
11 Oktober 2019
2019
22 November 144 8 Kg 0.055
14 Oktober 2019
2019

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 23


III. PROGRAM PENELITIAN

Pada tahun anggaran 2019, terdapat 7 (tujuh) kegiatan penelitian termasuk


dalam kategori penelitian unggulan yang dibiayai DIPA Balitklimat.

3.1. Bidang Penelitian Agroklimat

3.1.1. Pemutakhiran Sistem Informasi Katam Terpadu


Mendukung Peningkatan Produksi Pangan Menghadapi
Keragaman Dan Perubahan Iklim

Sistem Informasi Kalender Tanam Terpadu berbasis web yang dikembangkan


sejak 2011 hingga 2014 telah mengintegrasikan Database Kalender Tanam
Tanaman Pangan yang dikembangkan sejak 2007 dengan informasi prediksi awal
musim (Musim Kemarau dan Musim hujan) dan prediksi hujan bulanan.
Peningkatan akurasi penetapan awal tanam dan pola tanam dalam SI KATAM
Terpadu dengan mempertimbangkan input ketersediaan air pada berbagai zona
agroekologi masih terus dilakukan. Namun ada beberapa permasalahan secara
substantif yang sampai saat ini masih perlu dicermati antara lain : 1). Informasi
hidrologi yang belum dimasukkan dalam perhitungan penentuan awal waktu
tanam; 2). Informasi sarana prasarana pertanian yang belum tersedia berkaitan
dengan rekomendasi waktu tanam; dan 3). Konsistensi produksi padi dengan
menggunakan rekomendasi informasi Kalender Tanam Terpadu yang lebih baik
dibandingkan dengan cara petani. Penelitian dilaksanakan untuk meningkatkan
akurasi potensi waktu tanam sehingga dapat merespon beberapa permasalahan
di atas.
Hasil ini diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi direktorat teknis dalam
perencanaan penyediaan sarana produksi pertanian. Selain itu pengguna/petani
dapat mengaplikasikan informasi rekomendasi Kalender Tanam Terpadu Modern
tersebut di lapang dengan masif. Pada tahun anggaran 2019 dilakukan 3
kegiatan, yaitu : 1. Melakukan penyempurnaan waktu dan pola tanam
Kalender Tanam lahan rawa dan pembaruan Kalender Tanam lahan kering pada
level kecamatan; 2. Melakukan Pembaruan SI Katam Terpadu pada MK 2019 dan
MH 2019/2020 disertai dengan integrasi prediksi iklim dan sistem (simulasi)
estimasi potensi produksi dan produktivitas setiap musim; 3. Melakukan

24 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


bimbingan teknis Sistem Informasi Katam Terpadu mendukung peningkatan
produksi pangan menghadapi keragaman dan perubahan iklim. Inventarisasi dan
karakterisasi keragaan daerah irigasi meliputi identifikasi luas D.I, sebaran dan
luas blok tersier, sebaran pintu intake tersier, cakupan daerah administrasi (desa
dan kecamatan), ketersediaan air irigasi temporal dan spasial, distribusi curah
hujan, awal tanam, pola tanam, indeks pertanaman serta produktivitas.
Inventarisasi dan karakterisasi dilakukan terhadap D.I terpilih yang
mewakili kewenangan pusat, provinsi dan kabupaten. Inventarisasi dan
karakterisasi keragaan D.I dilakukan terhadap beberapa periode musim tanam.
Analisis kebutuhan air irigasi dilakukan berdasarkan survei lapang serta
perhitungan kebutuhan air tanaman menurut Metode Buletin FAO No. 56.
Gambar 18 menunjukkan dinamika temporal data input mode simulasi
Tinggi Muka Air (TMA) Lahan Rawa lebak pada Tipologi Rawa Lebak Desa
Tanjung Alai, Kecamapan SP. Padang, Ogan Komering Ilir, Sumsel. Sedangkan
Gambar 19 menyajikan hasil kalibrasi model debit Sungai Ogan menurut aplikasi
model debit GR2M. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa tingkat
kemiripan model dengan data pengukuran mencapai 65 persen. Dengan nilai
kemiripan seperti ini sudah meungkinkan model diaplikasikan menggunakan
peubah input pada periode lainnya.

Gambar 18. Dinamika Elevasi Muka Air Sungai dan Lahan pada Tipologi Rawa
Lebak Desa Tanjung Alai, Kecamapan SP. Padang, Ogan Komering
Ilir, Sumsel

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 25


Gambar 19. Kalibrasi Model Debit DAS Ogan Menurut Aplikasi Model GR2M

Model penentuan awal tanam dan pola tanam level kecamatan disusun
berdasarkan integrasi antara sub model prediksi curah hujan dan sub model
neraca air level kecamatan. Penentuan potensi produksi menggunakan model
tanaman Agricultural Production Systems Simulator (APSIM). Model ini
mengintegrasikan dampak cuaca variabel harian (terutama curah hujan, suhu
dan radiasi matahari) dengan parameter tanah, air dan pengelolaan tanaman
padi, dengan 3 skenario, yaitu pada tahun Normal, El Nino dan La Nina.
Estimasi Produktivitas berdasarkan waktu tanam pada SI Katam Terpadu
dilakukan sebagai upaya untuk memberikan informasi bagi pemangku kebijakan
dalam memperkirakan potensi produktivitas pada suatu wilayah di tingkat
kecamatan. Pada tahun 2019 ini skenario dilakukan pada 3 agroekosistem yang
berbeda di sentra produksi padi. Untuk lahan sawah irigasi dilakukan di
kecamatan Subang, kabupaten Subang, lahan sawah tadah hujan di kecamatan
Cariu kabupaten Bogor dan lahan sawah pasang surut di kecamatan Banyuasin
II, kabupaten Banyuasin.
Contoh Hasil Simulasi Produktivitas Tanaman Padi di Subang untuk 2 kali
tanam selama 30 tahun bervariasi antara 4.36 sampai 6,26 Ton/ha dengan rata-
rata 5.29 Ton/ha, disajikan pada Gambar 20.

26 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Gambar 20. Produktivitas tanaman padi di Subang

Bimbingan Teknis SI Katam Terpadu dilaksanakan di tiga provinsi sentra


produksi padi yaitu di Jawa Tengah (Gambar 21), Sulawesi Utara (Gambar 22)
dan Papua Barat (Gambar 23). Kegiatan Bimtek merupakan bentuk sinergi antara
Balai Agroklimat dan Hidrologi. Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian,
Balibangtan di Bogor dengan BPTP di ketiga Provinsi Tersebut. Kegiatan Bimtek
ini bertujuan untuk memberikan pemahaman teknis tentang kalender tanam
terpadu, dan dua inovasi terbaru, yaitu: informasi sumberdaya iklim dan key area
dampak iklim ekstrim. Di mana informasi sumberdaya iklim sudah terintegrasi
dengan Sistem Informasi Katam Terpadu.

Gambar 21. Bimtek Purwokerto Pada Tanggal 12 Maret 2019

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 27


Gambar 22. Bimtek Manado Pada Tanggal 25 April 2019

Gambar 23. Bimtek Papua Barat pada tanggal 30 Juli 2019

3.1.2. Penelitian dan Pengembangan Sistem Informasi


Pengelolaan Risiko Keragaman Iklim dan Iklim Ekstrim
Mendukung Program Strategis Kementerian Pertanian

Salah satu dampak perubahan iklim yang paling besar pengaruhnya terhadap
sektor pertanian adalah kejadian iklim ekstrim. Dampak tersebut makin
diperparah oleh rendahnya kapasitas adaptasi karena terbatasnya sumberdaya
dan akses terhadap informasi iklim dan teknologi. Untuk meminimalkan risiko
bencana 1-2 musim ke depan perlu dipersiapkan prediksi dan rekomendasi serta
implikasi kebijakan adaptasi 1-2 musim yang akan datang. Informasi keragaman
iklim dapat didekati dengan melakukan prediksi 3-6 bulan ke depan. Penelitian
bertujuan untuk 1) Memutakhirkan peta prediksi iklim untuk pertanian tingkat
nasional dan provinsi seluruh Indonesia, 2) Memutakhirkan peta prediksi risiko
kekeringan tanaman padi untuk pertanian tingkat provinsi dan dan kabupaten
seluruh Indonesia, 3) Menganalisis periode kritis kejadian hari tanpa hujan >10
hari berturut-turut di daerah sentra produksi pertanian, 4) Menyusun implikasi
prediksi dan rekomendasi strategi adaptasi menghadapi MK 2019 dan MH

28 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


2019/2020, dan 5) Melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis sistem informasi
iklim untuk pertanian dan prediksi risiko kekeringan tanaman padi.
Update Informasi Iklim untuk pertanian telah dilakukan sesuai dengan
target yaitu 4 kali yaitu pada bulan Februari untuk prediksi Maret–Agustus 2019,
bulan April untuk periode Mei-Oktober, bulan Juli untuk periode Agustus 2019-
Januari 2020, dan bulan Oktober untuk prediksi November 2019-April 2020.
Informasi berupa peta prediksi tersebut dapat diakses melalui website Balitkllimat
dengan alamat http://balitklimat.litbang.pertanian.go.id/. Sedangkan Update
prediksi risiko kekeringan padi juga dalam 5 tahap untuk periode April 2019-
Maret 2020. Periode Maret sudah menggunakan Versi 1.1b dengan yang
merupakan hasil pengembangan dengan model simulasi tanaman. Contoh
prediksi risiko kekeringan padi versi 1.1 untuk bulan Maret 2020 disajikan pada
Gambar 24.

Gambar 24. Prediksi risiko kekeringan tanaman padi bulan Maret 2020 di Provinsi
Bali dan Kalimatan Selatan

Analisis periode kritis HTH menggunakan data TRMM periode 1998-2010.


Berdasarkan hasil analisis periode kritis HTH> 10 hari berturut-turut mulai terjadi
pada bulan April sampai Oktober. HTH dimulai pada bulan April yaitu di Provinsi
NTT, dan selanjutnya meluas ke wilayah barat dari NTB, Jawa dan Lampung
bagian Selatan, Kalimantan bagian barat dan selatan, Sulawesi Selatan, Tengah
dan Utara, Maluku dan Maluku Utara dan bagian barat Papua Barat. Pada bulan
November dan Desember seluruh wilayah Indonesia tidak mengalami HTH>10
hari.
Forum diskusi iklim telah dilaksanakan tanggal 6 Maret 2019 untuk
menyusun rekomendasi dan strategi menghadapi MK 2019 dan tanggal 20
Agustus 2019 untuk MH 2019/2020. Pada acara ini disampaikan paparan oleh

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 29


BMKG, BBPOPT dan Balitklimat. Diskusi FDI dihadiri oleh Wakil dari Puslitbang
Tanaman Pangan, Ditlin Tanaman Pangan, Ditlin Hortikultura, Sie Iklim Direktorat
Irigasi, SDA PUPR, BBPOPT, Pusdatin, PE BBSDLP, serta Peneliti Agroklimat dan
Hidrologi. Rekomendasi disusun dalam Nota Dinas yang ditujukan ke Kepala
Badan Litbang Pertanian. Pelaksanaan FDI tanggal 20 Agustus 2019 disajikan
pada Gambar 25.

Gambar 25. Pelaksanaan Forum Diskusi Iklim menghadapi MH2019/2020,


Balitklimat tanggal 20 Agustus 2019

Bimbingan teknis pemanfaatan informasi iklim untuk adaptasi perubahan


iklim telah dilaksanakan di Purwokerto, BPTP Sulawesi Utara dan Sorong
(Gambar 26). Bimtek dihadiri oleh peneliti dan penyuluh dari BPTP Balitbangtan,
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Dinas PU Pengairan, Fakultas Pertanian,
BBOPT, dan Stasiun Meteorologi. Dalam Bimtek disampaikan paparan 4 topik,
yaitu: 1). Sistim informasi prediksi iklim untuk pertanian, 2). Prediksi risiko
kekeringan tanaman padi, 3). Sistim Informasi Katam Terpadu MK 2019 dan 4).
Key Area keragaman iklim Indonesia dan Kerentanan Usahatani Pangan dan
Risiko Iklim untuk Mendukung Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim. Selain Bimtek
juga dilakukan sosialisasi khusus untuk peneliti dan penyuluh di BPTP Yogyakarta
dan Sumatera Selatan.

Gambar 26. Acara pelaksanaan bimtek di Kabupaten Sorong, Papua Barat

30 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


3.1.3. Pengembangan Key Area Keragaman Iklim Indonesia dan
Dampaknya Pada Produksi Pertanian untuk Mendukung
Ketahanan Pangan Berkelanjutan

Perilaku iklim sekarang ini semakin sulit untuk diprediksi sebagai akibat dampak
perubahan iklim. Wilayah-wilayah yang masih terbatas ketersediaan data
iklimnya perlu dimutakhirkan agar diperoleh informasi untuk mendukung
kegiatan pertanian. Hubungan indikator global dengan anomali curah hujan yang
kuat dan signifikan digunakan untuk mengetahui wilayah yang rentan dan
sensitif terhadap perubahan maupun kejadian iklim ekstrem.
Upaya adaptasi terhadap perubahan iklim dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi keragaman dan kejadian iklim ekstrem yang menyebabkan
adanya bencana terkait iklim (banjir, kekeringan) di beberapa wilayah di
Indonesia. Keragaman, kejadian iklim ekstrem, dan bencana terkait iklim
tersebut, akan berdampak terhadap menurunnya luas tanam luas panen dan
produksi pangan khususnya padi. Hasil-hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan antara indikator global dengan curah hujan, dan curah huan ini
merupakan salah satu parameter iklim yang paling erat hubungannya dengan
aktifitas pertanian. Intensitas dan sebaran curah hujan sangat menentukan pola
dan waktu tanam.
Dampak kejadian iklim ekstrem terhadap sektor pertanian berbeda-beda
di setiap wilayah. Oleh karena itu sebaran lokasi dimana curah hujannya sangat
dipengaruhi oleh indeks global perlu diidentifikasi dan dipetakan. Penentuan
lokasi Key Area didasarkan pada korelasi yang kuat dan sangat kuat serta
signifikan atau sangat signifikan antara anomaly curah hujan dengan indeks
global. Lokasi ini menjadi wilayah kunci (Key Area) keragaman iklim Indonesia
untuk mengetahui besar dampak serta untuk melakukan monitoring dampaknya.
Selanjutnya Key Area perlu dilengkapi dengan informasi tentang fluktuasi
produksi, luas tanam, prediksi curah hujan, serta prediksi luas panen.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1). Melakukan pemutakhiran Key Area
keragaman iklim Indonesia, 2). Melakukan analisis hubungan antara data
Standing Crop (SC) dengan data luas panen di Key Area keragaman iklim
Indonesia dan 3). Menyusun prototipe sistem informasi Key Area Keragaman
Iklim Indonesia untuk sektor Pertanian.

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 31


Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pembaharuan data
diperoleh data sebanyak 2.268 stasiun hujan dimana 1.283 diantaranya lolos uji
quality kontrol data dan 985 tidak lolos quality control data, atau sekitar 43,43%
baik ditinjau dari nilai Q/n0,5 dan R/n0,5 maupun kelengkapan datanya (data
kosong tidak boleh lebih dari 10%). Penentuan Key Area dilakukan untuk setiap
indeks global pada lag 1 hingga 4 bulan. Contoh salah satu luaran disajikan
dalam Gambar 27 dan 28. Indeks global yang digunakan ada 10 antara lain :
Anomali suhu muka laut pada zona NINO-1.2 (NINO12), Anomali suhu muka laut
pada zona NINO-3 (NINO3), Anomali suhu muka laut pada zona NINO-4
(NINO4), Anomali suhu muka laut pada zona NINO-3.4 (NINO34), Oceanic Nino
Index (ONI), Multivariate Nino Index (MEI), Japan Meteorologi Agency Sea
Surface Temperature (JMASST), ENSO Modoki Index (EMI), Southern Oscillation
Index (SOI) dan Outgoing longwave radiation (OLR). Apabila dirangkum
berdasarkan lokasi tanpa melihat indeks global dan lag, maka untuk seluruh
wilayah Indonesia peta Key area keragaman iklim Indonesia menghasilkan 26
lokasi pada kondisi El-Niño (Gambar 29) dan 30 lokasi pada kondisi La-Niña
(Gambar 30). Lokasi ini dapat digunakan untuk melihat dampak serta sekaligus
monitoring dampak kejadian iklim ekstrem untuk sektor pertanian.
Model pembelajaran hubungan Standing Crop dan luas panen padi telah
disusun untuk prediksi luas panen padi menggunakan 3 pendekatan.
Berdasarkan nilai R2 maka model yang terbaik adalah model ke-2 yaitu yang
memperhitungkan faktor prediksi curah hujan, penggenangan serta setiap fase
padi dengan persamaan (LP = f{CH-4, CH-3, CH-2, CH-1,CH-0, SCP-4, SCVeg-1-
3, SCVeg-1-4, SCVeg-2-2, SCVeg-2-3, SCGen-1-2, SCGen-2-1}. Peta-peta hasil
penelitian disajikan dalam bentuk Atlas “Wilayah Kunci Indikator Pengaruh Iklim
ekstrim di Indonesia untuk Sektor Pertanian” (Gambar 31). Selain itu juga
dilengkapi dengan informasi yang dikemas dalam bentuk prototipe sistem
informasi. Prototipe SI Key Area disusun untuk memberikan informasi dengan
lebih mudah dan cepat bagi para pengguna yang dapat diakses di
http://informasi-sd-agroklimat.com/balitklimat/. Informasi yang disajikan pada
setiap wilayah kunci antara lain indeks global yang berkorelasi kuat dan
signifikan, prediksi curah hujan, fluktusi produksi padi 2011-2018 dan prediksi
luas panen padi berdasarkan data SC. Hasil-hasil penelitian disosialisasikan dan
diseminasikan dalam bentuk Bimbingan Teknis dengan tema Pemanfaatan

32 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Informasi Iklim untuk sektor Pertanian Mendukung Adaptasi Terhadap Perubahan
Iklim (Gambar 32).

Gambar 27. Key Area keragaman Iklim Indonesia untuk Indeks Nino 3.4 pada
kondisi El-Nino

Gambar 28. Key Area keragaman Iklim Indonesia untuk Indeks Nino 3.4 pada
kondisi La-Nina

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 33


Gambar 29. Key Area keragaman Iklim Indonesia pada kondisi El-Nino

Gambar 30. Key Area keragaman Iklim Indonesia pada kondisi La-Nina

34 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Gambar 31. Cover Atlas Wilayah Kunci Indikator Pengaruh Iklim Ekstrem di
Indonesia untuk Sektor Pertanian

Gambar 32. Bimbingan teknis pemanfaatan informasi iklim untuk pertanian di


Purwokerto 12 Maret 2019 (atas), Manado 25 April 2019 (tengah)
dan Sorong 30 Juli 2019 (bawah)

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 35


3.2. Bidang Penelitian Hidrologi

3.2.1. Model Pengelolaan Air Terpadu untuk Meningkatkan


Indeks Pertanaman Tanaman Pangan dan Produksi
Pertanian

Pencapaian dan keberlanjutan swasembada padi, jagung, kedelai, bawang, cabe,


daging dan tebu harus didukung oleh penelitian dan pengembangan pengelolaan
sumber daya iklim dan air melalui peningkatan indeks pertanaman dan dengan
peningkatan produksi pertanian. Ketersediaan air merupakan faktor utama pada
sektor pertanian yang akan menentukan tingkat produksi dan keberlanjutannya.
Tetapi dalam pengelolaannya, sumber daya air masih menghadapi banyak
kendala baik pada skala daerah irigasi maupun daerah aliran sungai (DAS) dan
seringkali memunculkan masalah baru yaitu kelangkaan air, kekeringan dan
banjir, dan banyak permasalahan air lain yang terkait. Kondisi ini diperparah
dengan maraknya kompetisi penggunaan air antara sektor pertanian dengan
pengguna air lainya baik domestik, municipal maupun industri.
Untuk itu data dan informasi sumberdaya air yang akurat, terekam dalam
format sistem informasi berbasis DAS mutlak diperlukan. Permasalahan yang
dihadapi saat ini keberadaan data tersebut terfragmentasi di berbagai institusi
dengan bentuk, format, jenis, waktu penyajian dan metode yang berbeda. Untuk
mengatasi kendala tersebut diperlukan kuantifikasi dan integrasi data
sumberdaya air sehingga dapat memberikan informasi secara menyeluruh baik
spasial, tabular dan temporal tentang kondisi sumberdaya air di suatu wilayah.
Data dan informasi sumberdaya air yang terintegrasi dapat digunakan
sebagai dasar penyusunan model optimalisasi sumberdaya air untuk menjawab
permasalahan kelangkaan air, peningkatan produksi dan lainnya yang berkaitan
dengan produksi pertanian. Model tersebut dapat digunakan sebagai informasi
awal dalam menentukan teknologi pengelolaan air yang tepat, untuk menjamin
keberlanjutan ketersediaan sumberdaya air suatu DAS. Lebih lanjut model
pengelolaan air tersebut perlu diaplikasikan pada skala petani untuk menjawab
permasalahan aktual di lapangan terutama upaya adaptasi perubahan iklim.
Tujuan penelitian adalah: 1. Menyusun Sistem Informasi Sumberdaya Air
Pertanian Nasional berbasis web; 2. Menyusun rekomendasi pengelolaan air
terpadu untuk meningkatkan indeks pertanaman tanaman pangan dan produksi

36 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


pertanian pada lahan kering; 3. Menyusun rekomendasi pengelolaan air terpadu
untuk meningkatkan indeks pertanaman tanaman pangan dan produksi pertanian
pada lahan sawah tadah hujan.
Untuk mencapai tujuan 1, dilakukan serangkaian metodologi dari mulai
analisis ketersediaan air secara spasial dan temporal pada Wilayah Administratif
(Kecamatan), menggunakan data dari Kementerian PUPR yaitu Potensi
Ketersediaan Air Wilayah Sungai (WS). Selanjutnya di Down Scaling menjadi data
ketersediaan air kecamatan. Untuk mencapai tujuan 2 dan 3, dilakukan
serangkaian metodologi dari mulai melakukan eksplorasi, eksploitasi dan
menyusun rancang bangun pengelolaan air dari sumber air alternatif; melakukan
survei identifikasi potensi sumberdaya air permukaan dan melakukan desain dan
implementasi pengelolaan air dan teknik irigasi hemat air pada kawasan
pengembangan tanaman pangan lahan kering dan lahan sawah tadah hujan.
Prototipe Sistem informasi sumberaya air pertanian nasional merupakan
capain dari tujuan 1. Sistem informasi sumberdaya air pertanian nasional adalah
system informasi ketersediaan air berbasis kecamatan di seluruh Indonesia yang
disajikan dalam bentuk website. Ketersediaan air dibangun berdasarkan analisis
GIS berbasis model debit terdistribusi. Debit ketersediaan air per kecamatan
diturunkan dari proporsi jaringan sungai dalam sebuah DAS yang berada dalam
wilayah kecamatan. Jaringan sungai yang ada di wilayah kecamatan tersebut
diidentifikasi berdasarkan ordo sungai ke-1 hingga ordo sungai terbesar, yang
kemudian proporsi kontribusinya terhadap debit ketersediaan air di kecamatan
dihitung berdasarkan analisis frekuensi sebaran normal.
Jaringan sungai digeneralisasi menggunakan model hidrologi dalam
program ArcGIS dengan cara mengekstrasi peta kontur digital SRTM sehingga
diperoleh sebaran jaringan sungai seluruh Indonesia yang kemudian dibatasi
dengan menggunakan peta wilayah satuan DAS. Sedangkan debit DAS diperoleh
dari daftar debit DAS seluruh indonesia yang diterbitkan oleh Balai Besar Wilayah
Sungai. Prototipe website sistem informasi sumberaya air pertanian nasional
masih telah dicoba diupload ke internet pada domain lokal dengan alamat :
http://sisda.metrikgfm.com/index.php dengan visualisasi seperti terlihat pada
Gambar 33, 34 dan 35.

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 37


Gambar 33. Tampilan utama prototipe Sistem Informasi Sumberdaya Air
Nasional berbasis web

Gambar 34. Tampilan menu pilihan kecamatan dalam prototipe Sistem Informasi
Sumberdaya Air Nasional berbasis web

Gambar 35. Detail infromasi sisda per kecamatan dalam prototipe Sistem
Informasi Sumberdaya Air Nasional berbasis web

Pengelolaan air secara terpadu dengan menerapkan irigasi hemat air


pada agroekosistem lahan sawah tadah hujan dan lahan kering merupakan
capaian tujuan penelitian ke 2 dan 3. Ketersediaan air yang terbatas untuk irigasi
pertanian pada lahan sawah tadah hujan di Desa Tambirejo dapat diatasi dengan
efisiensi penggunaan air, pengelolaan air yang tepat. Pengelolaan air yang
dilakukan dimulai dengan membuat desain pendistribusian air dan penerapan

38 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


irigasi hemat air. Implementasi dari desain pendistribusian air dimulai dengan
melakukan instalasi pendistribusian air irigasi seluas 2 ha. Tahapan yang
dilakukan: 1). melakukan pemasangan pipa paralon/saluran tertutup pada
kedalaman 40 cm dibawah tanah agar aman pada waktu pengolahan tanah, 2)
pemasangan penampung dari buis beton, saluran dari pipa paralon tersebut atau
saluran tertutup selanjutnya dihubungkan dengan penampung/bak kecil dengan
volume 1000 liter yang terbuat dari buis beton sebanyak 2 buah yang ditumpuk
ke bawah (Gambar 36).

Gambar 36. Desain jaringan irigasi untuk Lahan Sawah Tadah Hujan di Grobogan

Agroekosistem lahan kering pada musim kemarau di Desa Tanjungharjo,


Kecamatan Ngaringan biasanya diberakan karena keterbatasan air. Pengelolaan
air yang tepat, dimulai dengan membuat desain pendistribusian air yang efisien
dan penerapan irigasi hemat air akan dapat meningkatkan indeks pertanaman
tanaman pangan. Implementasi dari desain pendistribusian air dengan saluran
tertutup dan sistem penampungan dimulai dengan melakukan instalasi

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 39


pendistrisian air irigasi selua 2 ha. Tahapan yang dilakukan: 1). melakukan
pemasangan pipa paralon/saluran tertutup pada kedalaman 40 cm dibawah
tanah agar aman pada waktu pengolahan tanah, 2) pemasangan penampung
dari buis beton, saluran dari pipa paralon tersebut atau saluran tertutup
selanjutnya dihubungkan dengan penampung/bak kecil dengan volume 1000
liter yang terbuat dari buis beton sebanyak 2 buah yang ditumpuk kebawah
(Gambar 37).

Gambar 37. Desain jaringan irigasi untuk Lahan Kering di Grobogan

Tabel 4. Hasil jagung pipilan kering per ha, Superimpose di Desa Tambirejo
Pipilan kering/ha
No Perlakuan
(Ton/ha)
1 Tanpa bahan organik irigasi petani 5 kali, 200 ml 5.80 abcd
2 Tanpa bahan organik irigasi petani 10 kali, 200 ml 5.93 abcd
3 Tanpa bahan organik irigasi petani diperbaiki (12 kali) 5.20 ac
4 Ditambah pupuk kandang, irigasi petani 5 kali, 200 ml 5.29 acd
5 Ditambah pupuk kandang, irigasi petani 10 kali, 200 ml 5.52 acd
6 Ditambah pupuk kandang, irigasi diperbaiki (12 kali) 5.95 abcd
7 Ditambah biochar, irigasi petani 5 kali, 200 ml 5.84 ac
8 Ditambah biochar, irigasi petani 10 kali, 200 ml 5.24 abcd
9 Ditambah biochar, irigasi diperbaiki (12 kali) 5.50 ac

40 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Berdasarkan Tabel 4, hasil jagung pipilan kering tidak menunjukkan
perbedaan yang nyata. Kisarannya antara 5,20 ton/ha – 5,95 ton/ha. Perlakuan
penambahan pupuk kandang dengan irigasi petani yang diperbaiki 12 kali dan
diirigasi sebanyak 200 ml menunjukkan berat pipilan kering panen paling banyak,
sebesar 5,95 ton/ha. Perlakuan tanpa bahan organik dengan irigasi petani yang
dilakukan sebanyak 10 kali sampai panen menujukkan hasil jagung pipilan kering
ke dua sebesar 5,93 ton/ha. Hasil demikian yang dicapai diduga karena air
irigasi yang disiramkan ke tanaman jagung baik irigasi petani maupun irigasi
petani yang diperbaiki mencukupi untuk pertumbuhannya dan perlakuan bahan
organik baik pupuk kandang maupun biochar tidak menunjukkan pengaruh yang
nyata.
Tabel 5. Hasil pipilan kering jagung per ha pada lahan kering di Desa
Tanjungharjo
Pipilan kering
Perlakuan
No (Ton/ha)
Tanpa bahan organik irigasi petani (modifikasi) setiap 3
1
hari, 20 kali, sebanyak 200 ml 6.70 ad
Tanpa bahan organik irigasi petani (modifikasi) setiap 3
2
hari, 30 kali, sebanyak 200 ml 7.11 abc
Tanpa bahan organik irigasi petani yang diperbaiki setiap
3
2 hari, 30 kali, sebanyak 200 ml. 6.88 acd
Ditambah pupuk kandang, irigasi petani (modifikasi)
4
setiap 3 hari, 20 kali, sebanyak 200 ml 6.26 ad
Ditambah pupuk kandang, irigasi petani (modifikasi)
5
setiap 3 hari, 30 kali, sebanyak 200 ml 5.57 a
Ditambah pupuk kandang, irigasi petani yang diperbaiki
6
setiap 2 hari, 30 kali, sebanyak 200 ml. 5.36 a
Ditambah biochar, irigasi petani (modifikasi) setiap 3
7
hari, 20 kali, sebanyak 200 ml. 5.05 a
Ditambah biochar, irigasi petani (modifikasi) setiap 3 hari,
8
30 kali, sebanyak 200 ml 5.34 a
Ditambah biochar, irigasi petani yang diperbaiki setiap 2
9
hari, 30 kali, sebanyak 200 ml. 5.20 a

Berdasarkan Tabel 5, hasil jagung pipilan kering tidak terlalu


bervariasi, menunjukkan perbedaan yang tidak nyata. Bobot jagung pipilan
kering antara 5,05 ton/ha – 7,11 ton/ha. Perlakuan tanpa bahan organik dengan
irigasi petani 3 hari sekali sebanyak 200 ml dan dilakukan sebanyak 30 kali
sampai panen menunjukkan jagung pipilan kering paling banyak, sebanyak 7,11
ton/ha. Perlakuan tanpa bahan organik dengan irigasi petani yang dilakukan
setiap 2 hari sebanyak 200 ml dan dilakukan 30 kali sampai panen menujukkan
hasil tertinggi ke dua sebanyak 6,88 ton/ha. Hasil demikian yang dicapai diduga

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 41


karena air perlakuan irigasi yang disiramkan ke tanaman jagung dan perlakuan
bahan organik, tidak berpengaruh secara nyata, mencukupi untuk pertumbuhan
jagung sehingga tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Irigasi hemat air yang diterapkan pada agroekosistem lahan sawah tadah
hujan untuk pertanaman Jagung menunjukkan sangat efisien, dapat menghemat
air sangat banyak dengan hasil jagung yang tidak berbeda.
Irigasi petani yang dilakukan 5 kali sebanyak 200 ml dengan penjenuhan
1 kali, hanya memerlukan irigasi sebesar 6,11 persen dari kebutuhan air untuk
tanaman Jagung yang biasa dilakukan petani berdasarkan Kementerian PUPR
(0,6 liter/detik).
Irigasi hemat air atau irigasi petani yang dilakukan 10 kali sebanyak 200
ml dengan penjenuhan 1 kali, hanya memerlukan irigasi sebesar 7,30 persen dari
kebutuhan air untuk tanaman Jagung yang biasa dilakukan petani berdasarkan
Kementerian PUPR (0,6 liter/detik).
Irigasi petani yang diperbaiki berdasarkan FAO yang memperhatikan fase
inisiasi, fase vegetative, fase pembungaan dan fase pengisian biji, dilakukan 12
kali dengan penjenuhan 1 kali, hanya memerlukan irigasi sebesar 8,90 persen
dari kebutuhan air untuk tanaman Jagung yang biasa dilakukan petani
berdasarkan Kementerian PUPR (0,6 liter/detik).
Irigasi hemat air yang diterapkan pada agroekosistem lahan kering untuk
pertanaman Jagung menunjukkan sangat efisien, dapat menghemat air sangat
banyak dengan hasil jagung yang tidak berbeda.
Irigasi petani yang dilakukan 15 kali sebanyak 200 ml dengan penjenuhan
2 kali, hanya memerlukan irigasi sebesar 20,00 persen dari kebutuhan air untuk
tanaman Jagung yang biasa dilakukan petani berdasarkan Kementerian PUPR
(0,6 liter/detik).
Irigasi hemat air atau irigasi petani yang dilakukan 25 kali sebanyak 200
ml dengan penjenuhan 2 kali, hanya memerlukan irigasi sebesar 22,10 persen
dari kebutuhan air untuk tanaman Jagung yang biasa dilakukan petani
berdasarkan Kementerian PUPR (0,6 liter/detik).
Irigasi petani yang diperbaiki berdasarkan FAO yang memperhatikan fase
inisiasi, fase vegetative, fase pembungaan dan fase pengisian biji, dilakukan 22
kali dengan penjenuhan 2 kali, hanya memerlukan irigasi sebesar 22,50 persen

42 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


dari kebutuhan air untuk tanaman Jagung yang biasa dilakukan petani
berdasarkan Kementerian PUPR (0,6 liter/detik).

3.2.2. Penelitian dan Pengembangan Sistem Irigasi Moderen


untuk Meningkatkan Produksi Hortikultura yang Hemat
Air, Hemat Energi dan Ramah Lingkungan

Pompa air merupakan kebutuhan pokok bagi kebanyakan petani untuk


memenuhi kebutuhan air tanaman dari sumber air yang lebih rendah menuju
hamparan tanaman lahan pertanian mereka. Intensitas penyedotan atau
pengairan yang tinggi pada bulan-bulan tertentu membutuhkan biaya besar
untuk membeli bahan bakar minyak (BBM) agar irigasi bisa berjalan optimal.
Untuk menekan biaya yang tinggi dari konsumsi BBM perlu didukung oleh inovasi
teknologi dengan memanfaatkan sumber energi alternatif untuk menggerakkan
pompa. Salah satu sumber energi alam yang dapat dimanfaatkan dan tersedia
setiap saat adalah sumber energi matahari. Pompa ini tidak menggunakan listrik,
sangat hemat energi dan ramah lingkungan, selain itu penggunaannya mudah,
efisiensi tinggi, kinerja stabil, dan dapat digunakan dalam jangka waktu lama.
Hasil penelitian sebelumnya dengan penggunaan pompa air tenaga surya dengan
kombinasi sistem distribusi irigasi mikro dengan impact sprinkler pada luasan 0,5
ha lahan yang ditanami bawang merah dapat menghemat konsumsi BBM per
musim dari 162,5 liter menjadi 58 liter dan biaya pembelian BBM dari Rp.
1.202.000,- menjadi Rp. 425.500, sehingga terjadi penghematan 185%.
Selanjutnya penggunaan pompa tenaga surya dapat menekan emisi gas rumah
kaca (GRK) yang bersumber dari penggunaan bahan hidrokarbon sehingga
ramah lingkungan.
Penelitian ini adalah melakukan pengembangan (scale up) aplikasi pompa
air tenaga surya untuk budidaya tanaman bawang merah di lahan kering dengan
melibatkan stake holder terkait dalam kerjasama penelitian. Sehingga, tujuan
dari penelitian ini adalah: 1) Melakukan pengembangan (scale up) penerapan
prototipe pompa tenaga surya hemat energi, 2) Melakukan uji lapang
implementasi teknologi irigasi modern berbasis sistem irigasi pompa tenaga surya
(SIPTS) pada tanaman hortikultura (bawang merah), 3) Melakukan
pendampingan teknologi pada model usaha tani bawang merah pada demfarm,

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 43


4) Melakukan analisis finansial dan kelayakan Sistem Usaha Pertanian (SUP)
inovatif berbasis irigasi modern, 5) Menghasilkan karya tulis ilmiah (jurnal dan
prosiding). Sistem irigasi pompa tenaga surya memiliki karakteristik hemat
energi, hemat air, dan ramah lingkungan dan diharapkan dalam
pengoperasiannya lebij mudah, efisiensi tinggi, kinerja stabil dan dapat
digunakan dalam jangka waktu lama karena direncanakan menggunakan sistem
otomatis dalam pemberian air irigasi pada tanamannya.

Gambar 38. Desain demplot Irigasi Tetes terintegrasi Sistem Irigasi Sumur Air Tanah
Dalam di Desa Akar-akar, Kecamantan Bayan, Lombok Utara

Berdasarkan hasil survei lapang, dapat disimpulkan bahwa teknik irigasi


yang sesuai untuk diterapkan di Demfarm adalah irigasi sprinkler dan irigasi
kabut (Spray Hose).

44 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Tabel 6. Luas plot percobaan dan teknik irigasi pada Demfarm Sistem Irigasi
Tanaman Hortikultura di Desa Akar-akar, Kecamatan Bayan, Kabupaten
Lombok Utara
No Petak Luas (m2) Teknik Irigasi

1 PB-1 555.1 Sprinkler


2 PB-2 555.5 Sprinkler
3 PB-3 601.2 Sprinkler
4 PT-1 509.4 Irigasi Kabut
5 PT-2 500.2 Irigasi Kabut
6 PT-3 525.6 Irigasi Kabut
7 PT-4 844.1 Irigasi Kabut
2
Luas Total (m ) 4,091.1

Lokasi Demfarm Sistem Irigasi Tetes Tanaman Hortikultura ditetapkan di Dusun


Temuan Baru, Desa Akar-akar, Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara.
Pertimbangan pemilihan lokasi ini karena adanya sumber air yang berasal dari
sumur air tanah dalam, mudah dijangkau, serta adanya respon petani yang ingin
melakukan budi daya bawang merah dengan sistem irigasi tetes.
Berdasarkan pertimbangan karakteristik lahan, komoditas yang akan
dibudidayakan serta karakteristik sumber air dan teknologi eksploitasi sumber
daya air yang tersedia di lapangan, maka teknik irigasi yang diterapan di
lapangan adalah irigasi sprinkler dan irigasi kabut (spray hose). Plot percobaan
untuk sprinkler adalah seluas 1,711.8 m2, sedangkan untuk irigasi kabut adalah
seluas 2,379.3 m2.
Panen bawang di Demplot Akar-akar tidak dapat dilakukan karena
serangan ulat yang terjadi pada pertengahan September pada fase pemasangan.

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 45


3.2.3. Desain dan Pengembangan Teknologi Pemanfaatan
Sumber Daya Air untuk Meningkatkan Produktivitas
Tanaman Padi Gogo dan Palawija Di Bawah Tegakan
Tanaman Tahunan

Upaya peningkatan produksi pangan terutama beras dapat diarahkan pada


lahan-lahan kering yang sesuai untuk tanaman pangan, pada beberapa alternatif
tipe lahan antara lain lahan kering berlereng, lahan kering datar, dan lahan
perkebunan di bawah tegakan tanaman tahunan. Namun demikian kendala yang
dihadapi dalam budi daya tanaman di lahan kering adalah curah hujan sangat
bervariasi secara spasial dan temporal sehingga produksi tanaman seringkali
terkendala dengan ketidakpastian ketersediaan air. Dengan demikian analisis
agroklimatologis (pola curah hujan, neraca air untuk melihat surplus-defisit dan
penentuan waktu tanam) serta analisis hidrologi secara komprehensif (penentuan
lokasi panen air sebagai sumber irigasi suplementer untuk meningkatkan
produktivitas lahan, teknik pendistribusian dan teknik irigasi) sangat penting
diteliti untuk dapat merencanakan peningkatan produksi pangan dengan tepat.
Kegiatan ini bertujuan untuk 1) menyusun peta potensi wilayah
pengembangan padi gogo di Sumatera dan Kalimantan berbasis sumber daya
iklim dan air; 2) menentukan pola tanam padi gogo di lahan kering berdasarkan
potensi sumber daya iklim dan air; 3) menyusun desain pengelolaan air dan
teknik irigasi pada budi daya tanaman padi gogo di lahan kering.
Beberapa hasil penting dari penelitian yaitu: 1) Peta Wilayah
Pengembangan Padi Gogo berbasis Sumber Daya Iklim dan Air, yang
dilaksanakan dalam dua bagian yaitu: penentuan lahan kering yang tersedia
untuk pengembangan padi gogo, dan jenis infrastruktur panen air sebagai
sumber irigasi suplementer, 2) Alternatif pola tanam berdasarkan kondisi surplus
defisit ketersediaan air, 3) Desain pengelolaan air untuk budi daya tanaman di
bawah tegakan, terdiri dari pengelolaan sumber irigasi suplementer dan jenis
teknik irigasinya.
Hasil pemetaan potensi wilayah pengembangan padi gogo di Sumatera
dan Kalimantan berbasis sumber daya iklim dan air menunjukkan bahwa di Pulau
Sumatera sekitar 63% dari luas wilayah lahan kering yang berpotensi untuk
pengembangan padi gogo (sekitar 2,3 juta ha) dapat dikembangkan infrastruktur

46 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


panen air berupa embung dan dam parit, sedangkan di pulau Kalimantan sekitar
78% dari luas wilayah lahan kering yang berpotensi untuk pengembangan padi
gogo (sekitar 25 ribu ha) dapat dikembangkan infrastruktur panen air berupa
embung (Gambar 39 dan 40, Tabel 7 dan 8).
Berdasarkan Gambar 3, di kecamatan Tanjung Bintang terjadi kondisi
surplus air pada bulan Januari hingga April, dengan nilai bervariasi antara dari
25 hingga 80 mm. Potensi tanam untuk tanaman pertanian terdapat pada masa
periode surplus ini. Selama bulan Mei hingga Desember, terjadi defisit
ketersediaan air maksimum hingga 72 mm. Selama empat bulan defisit, terjadi
penurunan kadar air tanah dari 209 mm menjadi 171 mm di bulan Mei hingga 23
mm di November. Total surplus neraca air tahunan di Kecamatan Tanjung
Bintang, Lampung Selatan selama 4 bulan mencapai 223 mm, tertinggi pada
bulan Januari sebesar 80 mm. Berdasarkan kondisi surplusi tersebut, tersedia
potensi akumulasi aliran permukaan maksimum hingga mencapai 111 mm hingga
bulan Mei. Pola tanam yang dapat dikembangkan pada lahan di bawah tegakan
adalah padi-bera-bera atau padi/palawija-bera-bera. Di lahan yang terdapat
sumber irigasi tambahan seperti embung dapat dikembangkan pola tanam padi-
padi-bera, padi-palawija-bera, padi-padi/palawija-bera, padi/palawija-
padi/palawija-bera.

Gambar 39. Peta potensi wilayah pengembangan padi gogo di Pulau Sumatera
berbasis sumber daya air dan iklim

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 47


Tabel 7. Luas wilayah pengembangan pdi gogo di pulau Sumatera berbasis
sumber daya iklim dan air (infrastruktur panen air)
No Jenis Infrastruktur Luas Padi Gogo (Ha)
1 Embung 411,007
2 Embung & Dam Parit 2,328,140
3 Embung & Long Storage 121,351
4 Embung & Pompanisasi 0
5 Embung & Pompanisasi dan DAM Parit 785,979
6 Embung & Sumur Dangkal 39,156
7 Long Storage 18,144
8 Non Infrastruktur 857
9 Pompanisasi 0
10 Sumur Dangkal 4,597
TOTAL 3,709,232

Gambar 40. Peta potensi wilayah pengembangan padi gogo di Pulau Kalimantan
berbasis sumber daya air dan iklim

48 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Tabel 8. Luas wilayah pengembangan pdi gogo di pulau Kalimantan berbasis
sumber daya iklim dan air (infrastruktur panen air)
No Jenis Infrastruktur Luas Padi Gogo (Ha)
1 Embung 25,229
2 Embung & Dam Parit 6,131
3 Embung & Long Storage 97
4 Embung & Pompanisasi 0
5 Embung & Pompanisasi dan DAM Parit 568
6 Embung & Sumur Dangkal 447
7 Long Storage 6
TOTAL 32,479

SURPLUS-DEFISIT AIR TANAH DI KECAMATAN TANJUNG BINTANG


100

75
TINGGI KOLOM AIR (mm/bulan) .

50

25

0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des

-25 Surplus

-50
Defisit

-75

-100

Gambar 41. Periode Surplus-Defisit Air Bulanan di Kecamatan Tanjung Bintang,


Lampung Selatan

Sumber irigasi pada budi daya tumpangsari padi gogo dan palawija di
bawah tegakan tanaman sengon dan karet berasal dari embung yang terletak di
sekitar lahan penelitian. Air dipompa dari embung dan dialirkan ke lahan
menggunakan pipa tertutup. Teknik irigasi yang diaplikasikan adalah irigasi
sprinkler, furrow, dan spray hose (Gambar 42). Volume dan frekuensi irigasi
diberikan sesuai kebutuhan air tanaman pada setiap fase pertumbuhan. Pada
fase vegetatif selama 60 hari, irigasi diberikan sebanyak 37,2 mm setiap 9 hari,
sedangkan pada masa generatif atau tanaman berumur 61-90 hari, irigasi
diberikan sebanyak 50,2 mm setiap 10 hari. Pada akhir pertumbuhan tanaman,
yakni pada fase pematangan, umur lebih dari 90 hari sampai menjelang panen,
irigasi diberikan selang 23 hari sebanyak 29 mm.

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 49


Gambar 42. Aplikasi teknik penyiraman hosespray/kabut (kiri), furrow/genangan
(tengah), dan sprinkler/curah (kanan) di Desa Trimulyo, kecamatan
Tanjung Bintang, kabupaten Lampung Selatan

Pada fase vegetatif pada umumnya pertumbuhan tanaman padi, dengan


indikator tinggi tanaman pada umur 60 hari setelah tanam, kurang optimal. Rata-
rata tinggi tanaman padi berkisar 48 sampai 70 cm, sedangkan tanaman jagung
berkisar antara 66-139 cm. Kondisi kekeringan memicu hasil tanaman padi dan
jagung lebih rendah dari kondisi normal. Tanaman padi varietas Rindang 2,
Inpago 10, dan Rindang 1 berturut-turut menghasilkan 2,8; 2,6, dan 2,3 t gabah
kering/ha, jauh lebih rendah dari rata-rata produktivitas yang mencapai 4,20;
4,0; dan 4,62 t/ha (Gambar 43). Berat pipilan kering jagung tertinggi mencapai
6t/ha pada teknik irigasi furrow. Teknik irigasi furrow memberikan hasil gabah
kering jagung dan pipilan kering lebih tinggi dari sprinkler dan hosespray (kabut).
Berat gabah kering dan pipilan kering jagung dengan irigasi kabut pada naungan
tanaman sengon lebih tinggi daripada naungan karet (Gambar 44).

3,0
2,5
Berat Gabah kering (t/ha)

2,0
1,5
1,0
0,5
0,0

Jenis teknik pengairan dan naungan


Rindang 1

Gambar 43. Berat gabah kering padi pada teknik irigasi curah (sprinkler), kabut
(sprayhose), genangan (furrow) di bawah naungan sengon dan
karet di desa Trimulyo, kecamatan Tanjung Bintang, kabupaten
Lampung Selatan (B1, B2, B3, sengon; T1 Karet; T2, T3, sengon)

50 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


7,0

Berat pipilan kering (t/ha)


6,0
5,0
4,0
3,0
2,0
1,0
0,0
B1-Sprinkler B2-Kabut B3-Furrow T1-Kabut T2-Furrow T3-Sprinkler
Jenis teknik pengairan dan naungan
Gambar 44. Berat pipilan kering jagung pada teknik irigasi curah (sprinkler),
kabut (sprayhose), genangan (furrow) di bawah naungan sengon
dan karet di desa Trimulyo, kecamatan Tanjung Bintang, kabupaten
Lampung Selatan (B1, B2, B3, sengon; T1 Karet; T2, T3, sengon)

3.2.4. Pengelolaan Lahan dan Air Menurut Karakteristik


Hidrologis Rawa Pasang Surut

Lahan rawa pasang surut merupakan lahan pertanian marginal yang


tersedia dan belum dimanfaatkan secara optimal di Indonesia. Dari total 34,92
juta hektar lahan rawa yang tersedia (pasang surut, lebak, dan gambut), sekitar
19,2 juta ha lahan berpotensi untuk pengembangan pertanian; namun baru
sekitar 19% (3,68 juta ha) yang sudah diusahakan untuk lahan pertanian
(BBSDLP, 2014). Sedangkan, terdapat sekitar 7,5 juta hektar lahan rawa
potensial tersedia yang belum diusahakan (semak belukar) yang berpotensi
untuk dioptimalkan sebagai lahan pertanian. Optimalisasi lahan rawa
memerlukan dukungan teknologi pengelolaan lahan dan air lahan rawa yang
sesuai dengan karakteristik setempat sehingga produktifitas lahan dapat
ditingkatkan melalui efisiensi penggunaanan input yang optimal.
Masalah utama dalam pemanfaatan lahan rawa (terutama rawa pasang
surut) untuk pertanian adalah hambatan fisika-kimia lahan, kendala biologis, dan
masalah sosial ekonomi (Alihamsyah, 2001). Sarwani et al. (1994) dan
Adimiharja et al. (1998) mengidentifikasi masalah fisika-kimia lahan rawa pasang
surut untuk pertanian, meliputi genangan air, kemasaman tanah (pH) rendah,
adanya zat kimia beracun, salinitas tinggi, dan tingginya keragaman kondisi
lahan. Lebih lanjut, Sastramihardja et al. (1992) mengidentifikasi kendala biologis

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 51


di lahan rawa pasang surut, meliputi: hama penyakit dan infeksi gulma.
Sedangkan kendala sosial ekonomi di lahan pasang surut secara umum meliputi:
(1) rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan petani, (2) kuatnya budaya
tradisional, (3) keterbatasan sumber daya dan model petani, dan (4) belum
berkembangnya fungsi kelembagaan agribisnis pertanian (Alihamsyah, 2001).
Dari beberapa kendala pemanfaatan lahan rawa, pengelolaan sumber daya air
merupakan kunci utama keberhasilan pemanfaatan lahan rawa pasang surut
untuk pertanian.
Selain dari kendala eksisting lahan rawa, kegiatan optimalisasi lahan rawa
untuk pertanian sering terkendala terbatasnya ketersediaan informasi
sumberdaya lahan dan air sebagai dasar penyusunan rekomendasi, dan teknologi
tepat guna pengelolaan air lahan rawa yang belum terdesiminasi sampai level
petani. Berdasarkan kendala yang teridentifikasi, maka tujuan dari penelitian ini
adalah: 1) melakukan karakterisasi hidrodinamika demfarm lahan rawa pasang
surut dengan tipe luapan B atau C, 2) melakukan evaluasi saluran irigasi pada
demfarm lahan rawa pasang surut eksisting sebagai dasar penyusunan
rekomendasi perbaikan sarana dan prasaran irigasi, 3) melakukan analisis jadwal
dan pola tanam menurut skenario ketersediaan air, dan karakteristik iklim pada
demfarm lahan rawa pasang surut berdasarkan keluaran tujuan 1, dan 4)
menyusun model pengelolaan lahan dan air berdasarkan jenis dan karakteristik
infrastruktur pengelolaan air yang telah dan akan dibangun pada pada demfarm
lahan rawa pasang surut dengan tipe luapan B atau C berdasarkan keluaran
tujuan 3.
Penelitian dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Desember 2019
di dua lokasi, yaitu kecamatan Muara Telang, Kabupaten Banyuasin, Sumatera
Selatan, dan kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan.
Bahan yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian ini terdiri atas (1) data
primer dan sekunder dinamika air lahan rawa pasang surut, dan (2) bahan
penelitian percobaan pertanaman padi berdasarkan perlakuan pemberian pupuk
dan amelioran. Ruang lingkup kegiatan karakterisasi lahan dan air mendukung
optimalisasi lahan rawa meliputi karakterisasi dinamika kuantitas dan kualitas air,
optimalisasi jadwal tanam, dan penyusunan model pengelolaan air lahan rawa.
Lebih lanjut lima tahapan utama yang telah dilaksanakan meliputi: (1) survei
lapangan (survei topografi, pemetaan dengan drone), (2) inventarisasi data

52 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


hidrodinamika lahan rawa (pemasangan data logger, penataan lahan dan saluran
irigasi), (3) analisis prediksi dinamika tinggi muka air dan penentuan waktu
tanam berbasis model neraca air, serta prediksi banjir menggunakan model HEC
RAS.
Hasil kegiatan survei investigasi dan desain di demfarm Telang Rejo
menunjukkan bahwa lokasi demfarm Telang Rejo merupakan dataran Fluvio
Marin dengan tipe luapan C berjenis tanah Sulfic endoaquepts dengan
kedalaman pirit 50-100 cm. Faktor pembatas untuk pertanian adalah adanya
materi Sulfidic, tingkat Kejenuhan Basa (KB) yang rendah, pH tanah masam, dan
kandungan NPK rendah. Lebih lanjut, kendala lain yang dihadapi di lokasi
penelitian ini adalah potensi kekeringan di musim kemarau. Selain masalah
kekeringan, pada akhir musim kemarau menuju musim hujan (bulan Agustus –
September) terdapat juga potensi intrusi air laut yang mengakibatkan
peningkatan salinitas air tanah di lahan pertanian. Optimalisasi tata kelola air
lahan rawa pasut demfarm Telang Rejo difokuskan di lahan sawah utama seluas
20 hektar. Tujuan utama optimalisasi tata kelola air lahan rawa pasut adalah
untuk mempercepat keluar-masuk air di lahan pertanian untuk meningkatkan
efisiensi pencucian pirit terlarut. Kegiatan optimalisasi tata kelola air meliputi: (1)
normalisasi tanggul (galengan sawah) dan saluran kuarter, (2) pemasangan
pintu tabat PVC 4” di tanggul pembatas lahan dan saluran kuarter, dan (3)
pemasangan pintu tabat PVC 6” di Jalan Usaha Tani (JUT) dan tanggul pembatas
saluran kuarter dan tersier. Peta desain optimalisasi tata kelola air lahan
superimpose demfarm SERASI di Desa Telang Rejo, Banyuasin, Sumatera
Selatan disajikan pada Gambar 45.

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 53


Gambar 45. Peta desain optimalisasi tata kelola air lahan superimpose demfarm
SERASI di Desa Telang Rejo, Banyuasin, Sumatera Selatan

Kegiatan survei investigasi dan desain di demfarm Jejangkit menunjukkan


bahwa lokasi demfarm Jejangkit termasuk kedalam subgrup Sulfic endoaquepts
dan merupakan lahan rawa pasang surut dengan tipe luapan B, yaitu merupakan
lahan rawa yang permukaan lahannya dapat diluapi hanya oleh air pasang besar
saja, sedangkan pada saat pasang kecil permukaan lahannya tidak terluapi. Hasil
dari pengamatan lapang menunjukkan bahwa kedalaman pirit di lokasi penelitian
berkisar lebih dari 100 cm. Faktor pembatas utama kegiatan pertanian di lokasi
demfarm selain pH tanah yang bersifat masam adalah periode surut yang
singkat, sehingga kegiatan pertanian rentan gagal apabila tanggal mulai tanam
terlambat. Optimalisasi tata kelola air lahan rawa pasut akan difokuskan pada
kegiatan pembangunan infrastruktur irigasi terutama saluran tersier di lahan,
meliputi: (1) pembuatan tanggul batas lahan (galengan sawah, ±1029 meter),
saluran kuarter (±783 meter), tersier (±2523 meter), dan peninggian tanggul
blok belakang (±601 meter), (2) pemasangan gorong-gorong PVC 4” di tanggul
pembatas saluran kuarter dan tersier (blok 9), dan (3) pemasangan pintu tabat
PVC 6” di tanggul pembatas saluran tersier dan sekunder. Peta desain

54 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


optimalisasi tata kelola air irigasi di demfarm SERASI Jejangkit, Banyuasin,
Kalimantan Selatan disajikan pada Gambar 46.

Gambar 46. Peta desain optimalisasi tata kelola air irigasi di demfarm SERASI
Jejangkit, Banyuasin, Kalimantan Selatan

1. Inventarisasi Data Hidrodinamika Lahan Rawa Pasang Surut


Hasil inventarisasi data hidrodinamika lahan rawa pasang surut
menunjukkan 2 dinamika tinggi muka air, meliputi 1) dinamika musiman dan 2)
dinamika harian. Dinamika pasang surut musiman terpengaruh oleh dinamika
curah hujan. Data dinamika pasang surut musiman dapat digunakan sebagai
dasar optimasi waktu tanam di lahan rawa pasang surut. Lebih lanjut, dinamika
harian terpengaruh oleh dinamika pasang surut air laut harian. Data dinamika
harian dapat digunakan sebagai dasar tata kelola air mikro (penjadwalan buka
tutup pintu air irigasi) di lahan rawa pasang surut.
Hasil inventarisasi data dinamika kualitas air menunjukkan bahwa di
lokasi demfarm Jejangkit, tingkat keasaman air relatif stabil dan tidak banyak
terpengaruh oleh dinamika curah hujan. Hal ini terjadi karena tingkat keasaman
air di hulu sungai alalak relatif rendah karena terekspose nya lapisan pirit

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 55


terutama di lahan perkebunan sawit. Berbeda dengan demfarm Jejangkit,
dinamika kualitas air di demfarm Telang Rejo terpengaruh oleh dinamika curah
hujan. Tingkat keasaman air meningkat seiring dengan tingginya intensitas
hujan, sedangkan tingkat salinitas air menurun seiring dengan masuknya musim
penghujan.
2. Analisis Data dan Pemodelan
Hasil pemodelan banjir sungai Alalak menggunakan HEC RAS
menunjukkan bahwa tanggul sungai eksisting hanya mampu menahan debit
sungai sampai dengan 50 m3/detik. Untuk menahan luapan air pada musim
pasang besar, tanggul sungai Alalak perlu ditinggikan minimal 1 m. Lebih lanjut,
hasil prediksi dinamika tinggi muka air berdasarkan model neraca air
menunjukkan bahwa waktu tanam optimum di demfarm Jejangkit adalah dari
Mei dasarian I/II sampai dengan Januari dasarian III/Februari dasarian I. Hasil
analisis banjir menggunakan HEC RAS dengan 3 debit asumsi disajikan pada
Gambar 47.

Gambar 47. Hasil analisis banjir menggunakan HEC RAS dengan 3 debit asumsi.
Lingkaran biru pada data geometri sungai adalah titik profil
melintang sungai yang ditampilkan, merupakan titik inlet ke
demfarm Jejangkit

56 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Hasil karakterisasi hidrodinamika lahan rawa pasang surut di demfarm
Telang Rejo dan demfarm Jejangkit menunjukkan terdapat 2 dinamika tinggi
muka air, yaitu: 1) dinamika harian yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut,
dan 2) dinamika musiman yang dipengaruhi oleh musim hujan. Dinamika pasang
surut harian dapat digunakan sebagai acuan untuk penjadwalan tata kelola air
mikro (buka tutup pintu irigasi), sedangkan dinamika pasang surut musiman
dapat digunakan sebagai acuan optimasi jadwal masa tanam. Lebih lanjut, hasil
simulasi prediksi dinamika pasang surut tinggi muka air sungai Alalak
menunjukkan bahwa jadwal tanam di demfarm Jejangkit adalah antara Mei
dasarian I/II dan Januari dasarian III/Februari dasarian I. Jadwal buka tutup
pintu saluran irigasi harian dapat ditentukan berdasarkan dinamika pasang surut
harian yang teridentifikasi.
Berdasarkan hasil pengamatan hidrodinamika lahan rawa pasang surut
selama periode kegiatan tahun 2019, kegiatan ini merekomendasikan bahwa
kegiatan optimalisasi lahan rawa untuk pertanian di demfarm SERASI
Balitbangtan perlu memperhatikan hal-hal berikut: 1) peninggian tanggul sungai
Alalak minimal 1 meter dari tinggi eksisting, 2) manajemen tata kelola air mikro
(penataan saluran irigasi dan penjadwalan buka tutup pintu air) berdasarkan
data pengamatan hidrodinamika, 3) penjadwalan masa tanam berdasarkan data
dinamika kuantitas dan kualitas air lahan rawa.

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 57


IV. DISEMINASI HASIL PENELITIAN

Diseminasi Satker Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi merupakan


kegiatan untuk mempublikasikan, mengembangkan serta mendokumentasikan
hasil-hasil penelitian teknologi Agroklimat dan hidrologi kepada pengguna melalui
publikasi tercetak, mengkomunikasikan melalui kegiatan pameran, ekspose dan
seminar.
Kegiatan Diseminasi Teknologi Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
merupakan kegiatan rutin yang menunjang tupoksi Balitklimat dan dilaksanakan
setiap tahun. Tujuan kegiatan adalah menyebarluaskan, mengkomunikasikan dan
mempublikasikan hasil-hasil penelitian di bidang agroklimat dan hidrologi
terutama teknologi yang berkaitan dengan sumberdaya iklim dan air agar dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya dan sebanyak-banyaknya oleh masyarakat dan
pengguna hasil penelitian dalam berbagai bentuk seperti publikasi tercetak
maupun dalam bentuk komunikasi hasil penelitian seperti kegiatan seminar dan
partisipasi pada kegiatan pameran.
Pada tahun anggaran 2019, Balai Penelitian Agroklimat dan Hidologi telah
melakukan kegiatan diseminasi teknologi hasil penelitian yang telah dihasilkan.
Diseminasi dan penyebaran hasil hasil penelitian tersebut dikemas dalam
berbagai bentuk penerbitan publikasi ilmiah semi popular seperti: Laporan
Tahunan Balai, Buletin Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Info Agroklimat
dan Hidrologi, Petunjuk Teknis, dan Leafet.

4.1. Diseminasi Teknologi Hasil Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

Kegiatan diseminasi dilaksanakan berdasarkan jadwal atau undangan dari


Kegiatan Kementerian atau Pemerintah Pusat atau kegiatan pameran skala
nasional. Setelah menerima undangan dan jadwal serta lokasi kegiatan, Tim
Jasa Penelitian (Jaslit) akan mempersiapkan bahan serta materi yang sesuai
dengan kegiatan pameran, dalam kegiatan pameran ini sekaligus sosialisasi
kegiatan dari Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, dan melihat respon dari
masyarakat terhadap beberapa teknologi yang di hasilkan oleh Peneitian Balai
Penelitian Agroklimat dan Hidrologi.

58 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Partisipasi kegiatan Pameran
Sampai dengan bulan Desember 2019, partisipasi kegiatan pameran yang telah
diikuti oleh Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi diantaranya adalah Pameran
Iklim, Pameran saat Simposium VIII dan Kongres VII Perhimpi, serta saat Hari
Pangan Sedunia.
4.1.1. Pameran Festival Iklim
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi ambil bagian dalam festival iklim yang
diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Balitklimat
melakukan penyampaian teknologi-teknologi tentang adaptasi perubahan iklim
diantaranya sistem penghematan air. Selama pameran juga ditampilkan
indografis prediksi hujan di beberapa wilayah di Indonesia serta alat Automatic
Weather Station yang dapat merekam data cuaca secara real time.
Dalam kesempatan pameran tersebut, booth Balitklimat yang tergabung
dalam booth Kementerian Pertanian dikunjungi oleh Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar, M.Sc. Beliau menghendaki adanya info
terbaru mengenai pengelolaan lahan gambut untuk sector pertanian beserta aksi
adaptasi dan mitigasinya terhadap emisi gas rumah kaca.

Gambar 48. Kegiatan diseminasi teknologi dan hasil penelitian Balai Agroklimat
dan Hidrologi dalam acara Festival Iklim di Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 59


4.1.2. Hari Pangan Sedunia (HPS) 2019
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Bogor telah berpartisipasi sejak awal
penentuan lokasi yang akan digunakan sebagai lokasi Gelar Teknologi oleh
Badan Litbang Pertanian Berkaitan terkait dalam penyediaan air bersama
dengan Balittanah untuk menyiapkan lahan dengan tingkat kesuburan yang
cukup dan kebutuhan air tanaman untuk demplot bermacam-macam tanaman
total seluas 21 hektar, bertambah 19 hektar dari yang sebelumnya
direncanakan 2 hektar.
Secara teknis sistem irigasi yang digunakan pada lokasi Gelar Teknologi
HPS Ke-39, Kendari menggunakan beberapa komponen dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Sumber air: Sumur dalam (40 meter) dan Embung aktif (3 m x 2,5 m x 2
m)
Sumber air utama untuk mengairi suluruh tanaman baik kakao, tanaman
pangan padi jagung kedelai, tanaman hortikultura termasuk KRPL (Kawasan
Rumah Pangan Lestari) dan OPAL (Obor Pangan Lestari) maupun untuk SITT
(Sistem Integrasi Tanaman Ternak) ternak akan mengandalkan sumber air dari
sumur dalam 40 meter dan Embung Aktif yang selalu mengeluarkan debit air
hingga 10 liter per detik. Sumber air permukaan dari embung didistribusikan
dengan pompa sedangkan sumber air dalam berupa sumur bor didistribusikan
dengan torent malalui gaya gravitasi. Ke dua sumber air ini menggunakan
system distribusi air terttutup menggunakan pipa.
2) Bak Penampung dan Embung: Toren 7-unit (kapasitas 2.200 liter) dan
Embung terpal (9 m x 4,5 m x dalam 1,5 m)
Untuk mendistribusikan sumber air dari Embung aktif dan Sumur dalam 40
meter yang telah dibuat di atas perlu didistribusikan ke beberapa Bak
penampung agar luasan hamparan tanaman seluas 21 Ha dapat dengan
mudah didistribusikan lagi ke masing-masing tanaman baik tanaman utama
(kakao off season) dan tanaman sela serta tanaman di sekitar panggung
utama HPS ke-39 di desa Puudambu, kecamatan Angata, Konawe Selatan,
Sulawesi Tenggara. Total bak penampung adalah 7 x 2.200 liter atau 15.400
liter dan embung ukuran 9 x 4,5 x 1,5 m3 = 60,75 m3 atau 60.750 liter,
sehingga total volume air yang tersedia setiap hari adalah 76.150 liter. Pompa

60 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


multistage dengan kapasitas 60 – 75 l/min yang terpasang di sumber air
embung akan bekerja sepanjang 15 – 20 jam per hari.
Embung geomembrane di bangun di tengah lokasi Geltek untuk mendekatkan
sumber air. Geomembrane merupakan produk lembaran plastik yang terbuat
dari bahan HDPE, LLDPE atau PVC. Bahan pembuatan geomembrane ditambah
dengan bahan UV stabilizer, antioksidan dan carbon block. Fungsi
geomembrane ini sebagai lapisan kedap air agar tidak terjadi rembesan air
pada tempat penampungan air. Keunggulan embung geomembrane adalah
tahan terhadap paparan ultraviolet matahari, tahan terhadap larutan asam
basa. Dalam pemasangan embung geomembrane, diperlukan pembersihan
lubang tanah dari benda benda tajam kemudian sedikit dipadatkan tanahnya
baru setelah itu dipasang geomembrannya.
3) Irigasi Hemat Air berbasis Android: (4 jenis irigasi mikro dan Box control
serta HP Android)
Selanjutnya untuk lebih mengalirkan air irigasi dari beberapa bak penampung
ke masing-masing tanaman yang ada di lokasi Gelar Teknologi digunakan 4
(empat) jenis irigasi mikro yang hemat air, yaitu:
a) Mini-Big gun Sprinkler: sistem irigasi curah seperti hujan dengan jarak < 15
m dengan efisiensi pemanfaatan air sampai 80%. Irigasi ini cocok
diaplikasikan pada lahan kering.
b) End house Dripper: irigasi melalui pipa yang berlubang, lebih murah
dengan efisiensi pemanfaatan air sampai 80%. Pipa dilubangi dengan jarak
tertentu kemudian diletakkan diatas permukaan tanah pada sela baris
tanaman. Air didistribusikan melalui pompa bertekanan. Teknologi ini
berupa irigasi sederhana tanpa ada penambahan alat-alat yang detail
namun sudah dapat dikendalikan dengan android;
c) Rotating sprinkler: irigasi kabur dan curah dengan radius kurang dari 1-
meter dengan efisiensi pemanfaatan air sampai 80%. Sistem irigasi ini
memungkinkan tanaman terkena air secara maksimal karena putaran air
dapat menjangkau area yang di atur;
d) Drip Irrigation: irigasi tetes melalui pipa PE yan terus menerus dengan
efisiensi pemanfaatan air sampai 95%. Irigasi ini berupa metode pemberian
air pada tanaman secara langsung baik pada areal perakaran tanaman
maupun pada permukaan atanah melalui tetesan secara kontinyu dan

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 61


perlahan. Sistem irigasi tetes memenfaatkan tekanan gravitasi dan tekana
pompa sebagai sumber energi untuk mengalirkan air dari reservoir ke
tanaman. Dari berbagai literatur, debit rata-rata tetesan yang
memanfaatkan tekanan gravitasi sebesar 0,78 L/jam sedangkan debit rata-
rata tetesan yang menggunakan tekanan pompa sebesar 1,19 L/jam.
Masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan tergantung keperluan,
efisiensi irigasi, jenis komoditas, cara irigasi dan biaya instalasi dari masing-
masing sistem irigasi. Untuk mengoperasikan irigasi ini dikendalikan dengan
HP tipe Android dengan teknologi IoT (Internet of Thing) maupun dapat
dikendalikan dengan sensor lengas tanah maupun pewaktu (timer).

(a) (b)
Gambar 49. Embung geomembrane (a) dan sumur dalam (b)

(a) (b)
Gambar 50. Torent penampung air kapasitas 2200liter (a) dan control panel
irigasi otomatis berbasis android (b)

4.1.3. World Soil Day

Peringatan hari tanah sedunia (World Soil Day/WSD) diperingati setiap


tanggal 5 Desember, untuk tahun 2019 peringatan WSD diperingati dengan

62 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


tema "Hentikan Erosi Tanah, Selamatkan Masa Depan". Balitklimat ikut serta
dalam rangkaian acara WSD yang berlangsung selama 3 hari, pada 3 – 5
Desember 2019, dengan mengadakan 2 Bimbingan Teknis (Bimtek), yaitu :
1. Sekolah Lapang Iklim dengan peserta adalah siswa, mahasiswa, guru, dan
dosen
2. Bimtek Iklim dengan peserta adalah Kelompok Tani dari Dinas Pertanian
Kota Bogor

Bimbingan Teknis Iklim


Balitklimat bekerja sama dengan Dinas Pertanian Kota Bogor mengadakan
Sekolah Lapang Iklim dilaksanakan pada 28 November dan 2 – 4 Desember
2019, bertempat di Ruang Rapat Utama Balitklimat dan berlangsung selama 4
jam dari pukul 09.00 – 13.00. Bimtek Iklim bertujuan meningkatkan kapasitas
para penyuluh dan petani Dinas Pertanian Kota, maka dari itu materi yang
dibawakan oleh pemateri (peneliti dari lingkup BBSDLP) sangat aplikatif untuk
diterapkan di lapangan.

Gambar 51. Bimbingan teknis Iklim dalam rangka World Soil Day

Sekolah Lapang Iklim


Bimtek Iklim yang diikuti lebih dari 50 orang yang berasal dari latar belakang
yang berbeda, dilaksanakan satu hari sebelum acara puncak WSD, 4 Desember
2019. Bertempat di Ruang Operasional Katam Terpadu Balitklimat terdapat 4
materi yang dibawakan oleh para peneliti Balitklimat, diantaranya:
1. Pemahaman tentang iklim, oleh Dr. Ir. Suciantini, M.Si
2. Iklim dalam pertanian oleh Dr. Ir. Woro Estiningtyas, M.Si
3. Prediksi iklim untuk pertanian oleh Ir. Erni Susanti, M.S
4. Tata kelola air untuk pertanian oleh Dr. Ir. Popi Redjekiningrum, MS

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 63


Berlangsung selama 8 jam, dari pukul 09.00 – 17.00, banyak diskusi menarik
terutama terkait iklim dan pengelolaan lingkungan.

Gambar 52. Sekolah lapang Iklim dalam rangka World Soil Day

4.2. Kerjasama Penelitian

4.2.1 Pengembangan Aplikasi dengan Start-Up PT. Mercy Corps


Indonesia

Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Program Leveraging ICT for Irrigated
Agricultural Extension yang dilakukan oleh PT. Mercy Corps Indonesia dengan SI
Kalender Tanam Terpadu yang dikembangkan oleh Balitklimat. Program
Leveraging ICT for Irrigated Agricultural Extension sendiri merupkan kerjasama
antara Pemerintah Indonesia dengan Asian Development Bank. Kegiatan
kerjasama antara Mercy Corps Indonesia dengan Balitklimat ditujukan untuk
memperluas deliveri informasi Katam Terpadu kepada pengguna. Tekniknya
adalah dengan cara membuat aplikasi android yang link dengan SI Katam
Terpadu, atau memanfaatkan data dan informasi dari SI Katam Terpadu.
Mercy Corps Indonesia adalah suatu lembaga swasta yg bergerak dalam
bidang IoT. Pada kegiatan kerja sama ini, Mercy Corps Indonesia melibatkan
mitranya 8 villages, PT. Mitra Sarana Membangun Bangsa (MSMB) dan Microaid
untuk me-link-kan web Katam Terpadu Balitbangtan ke dalam aplikasi android yg
sudah dikembangkannya. Terdapat 2 aplikasi yang dikembangkan oleh mitra dari
Mercy Corps Indonesia, yaitu PETANI dan RiTx.
Pada tahap awal kerjasama, Mercy Corps Indonesia berkesempatan
mengajak Tim Katam Terpadu untuk menyajikan SI Katam Terpadu dalam
3rd World Irrigation Forum dan 70th International Executive Council Meeting di
Nusa Dua Bali yg diselenggarakan oleh Indonesia National committee of ICID

64 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


(INACID Indonesia), pada sessi Supporting Event 14 on Leveraging ICT for a
Better Future in Agriculture Through Public – Private Collaboration (SE-
14) tanggal 03 September 2019. Pada kesempatan tsb Tim Katam Terpadu
memaparkan ttg perkembangan dan isi SI Katam Terpadu, tantangan dalam
mengkomunikasikan informasinya melalui teknologi informasi, serta harapan
akan peningkatan diseminasi informasi Katam Terpadu melalui aplikasi android.
Untuk kebutuhan tampilan pada aplikasi android, Balitklimat menyediakan
data dan informasi Katam yang akan diupload pada aplikasi android, antara lain
informasi prediksi waktu tanam, potensi luas tanam, rekomendasi pemupukan,
dan lain-lain. Data yang sudah disiapkan tersebut kemudian didisplay pada
aplikasi android PETANI atau RiTx. Pada tahap awal ini, informasi yang
dimunculkan hanya untuk 4 kabupaten, yaitu Kabupaten Pasaman Provinsi
Sumatera Barat, Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat, Kabupaten Garut
Provinsi Jawa Barat, dan Kabupaten Lombok Timur Provinsi NTB.
Aplikasi PETANI merupakan aplikasi berbasis android yang diciptakan
untuk membantu memudahkan para petani. Aplikasi ini dikembangkan oleh PT.
8villages Indonesia, sebagai mitra dari Mercy Corps Indonesia, yang bertujuan
untuk membantu memudahkan akses bagi para petani dalam mendapatkan atau
bertukar informasi langsung dengan para pakar pertanian khususnya mengenai
kendala-kendala serta permasalahan yang dihadapi para petani dalam
membudidayakan tanamannya, termasuk juga informasi tentang kalender tanam.
Penampilan aplikasi PETANI yang dikeluarkan oleh MSMB disajikan pada
Gambar 53 dan Gambar 54. Gambar 53.a adalah ikon aplikasi PETANI setelah
diunduh dan terpasang pada gadget. Gambar 53.b adalah halaman muka
aplikasi. Di dalam aplikasi PETANI ditampilkan halaman muka web SI Katam
Terpadu (Gambar 54.a), serta halaman kandungan informasi Katam Terpadu
pada aplikasi tersebut. Informasi yang dapat diakses dari aplikasi, antara lain
informasi prediksi curah hujan, prediksi waktu tanam, rekomendasi pemupukan
untuk tanaman padi, jagung dan kedelai.

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 65


(a) (b)
Gambar 53. Aplikasi PETANI pada android; (a) ikon aplikasi, (b) halaman muka

(a) (b) (c)


Gambar 54. Penampilan kandungan informasi Katam Terpadu pada aplikasi
PETANI

66 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


4.2.2. Pengembangan Demfarm Pertanian Korporasi Bekerjasama
dengan Pemda Kabupaten Karawang dan TETO Taiwan

Tahun 2019 adalah tahun kedua bagi Balitklimat dalam membangung demfarm
pertanian korporasi di Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Demfarm
korporasi adalah sebuah pertanian modern yang dikelolah secara professional
oleh para petani di Kecamatan Jayakerta yang tergabung dalam sebuah
korporasi. Output utama demfarm pertanian modern antara lain adalah beras
premium, hortikultura unggul dan bebek unggul beserta produk turunannya.
Produk-produk tersebut dipasarkan khusus dengan target seperti super market
bahkan hingga tujuan ekspor. Demfarm pertanian korporasi diinisiasi oleh
Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Karawang
dengan melibatkan TETO-Taiwan sebagai ekspertise yang telah berpengalaman
lama dalam model korporasi dan penerapan teknologi modern.
Salah satu kegiatan utama dalam pengembangan demfarm tersebut adalah
pengembangan long storage dan bangunan irigasi lainnya untuk pemenuhan
kebutuhan air pertanian, 1000 hektar terutama di musim kemarau juga sebagai
sarana sekolah lapang pertanian korporasi untuk scaling up, dan sarana
mengimplementasikan inovasi teknologi pertanian korporasi. Hingga tahun akhir
2019, Balitklimat berhasil membangun 4 buah microdam dan 18 box bagi dengan
total pintu air sejumlah 32 unit.

Gambar 55. Peta sebaran micro dam pada lahan demfarm pertanian korporasi

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 67


Gambar 56. Empat buat micro dam sebagai fasilitas penyedia air long storage
pada musim kemarau untuk kebutuhan demfarm padi 1000 hektar

Boks bagi adalah bangunan irigasi yang berfungsi antara lain mengatur
dan mendistribusikan air irigasi menuju saluran tersier dan kuarter. Box bagi
terletak pada percabangan saluran irigasi yang bekerja dengan cara menahan
dan menaikan air irigasi hingga dapat menjangkau dasar saluran pembagi.

Gambar 57. Contoh box bagi dan pintu airnya pada lahan demfarm pertanian
korporasi

Micro dam dan Long storage ini hanya difungsikan pada akhir musim
hujan memasuki musim kemarau dengan harapan hasil panen air buangan
tersebut dapat digunakan sepanjang musim kemarau sebagai irigasi
suplementer. Sementara itu pada musim hujan, seluruh pintu air akan dicabut
sehingga long storage kembali berfungsi sebagai saluran drainase utama.

68 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Kelebihan dari long storage yang dibuat di areal demfarm karawang ini
adalah kemampuanya mendistribusikan air secara gravitasi tanpa bantuan
pompa, sehingga berfungsi sebagai pensuplai irigasi di musim kemarau.
Berdasarkan hasil pantauan di lapang, pembangunan empat micro dam dan box
baginya telah berhasil mengairi target irigasi demfarm pertanian korporasi 1000
ha, karena jangkauan irigasi yang diberikan ternyata tidak hanya memenuhi
kebutuhan irigasi lahan demfarm saja tetapi telah menjangkau wilayah lain yang
tidak termasuk dalam program. Jika mengacu dari kebutuhan irigasi per hektar
sawah pada angka 1 liter per detik per hektar per hari, maka sudah dapat
dipastikan bahwa pasokan air irigasi yang ditangani oleh ke empat micro dam
adalah lebih dari 1000 liter per detik per hektar per hari. Pada gambar di bawah
ini diperlihatkan sebaran lahan sawah yang mampu dijangkau irigasi yang
bersumber dari micro dam. Pada gambar diperlihatkan ada sebesar 177 Ha
sawah di luar lahan demfarm pertanian korporasi yang mendapat manfaat dari
adanya pembangunan micro dam 4.

4.2.3. Studi Kelayakan Teknis dan Tata Kelola Air Perkebunan


Sawit PT. Borneo Indo Tani, Kalimantan Selatan

PT Borneo Indo Tani sebagai salah satu perusahaan perkebunan nasional,


memiliki lahan konsesi seluas 7,700 ha di Kecamatan Martapura, Kabupaten
Banjar, Kalimantan Selatan. Lahan konsesi ini merupakan lahan marjinal yang
secara alami dahulunya merupakan lahan rawa atau wilayah dataran banjir di
tepi sungai. Akibatnya, setiap musim hujan areal-areal yang baru ditanami
tanaman muda selalu didera banjir dan mengalami genangan hingga beberapa
hari, sehingga mengakibatkan banyak tanaman yang terhambat pertumbuhannya
dan bahkan mengalami kematian. Untuk mendapatkan informasi yang lebih
detail mengenai faktor-faktor penyebab banjir dan genangan serta
mengidentifikasi tindakan yang harus dilakukan, diperlukan survey hidrologi, foto
udara dan topografi serta penyusunan desain pengelolaan tanah dan air di areal
perkebunan PT. Borneo Indo Tani.
Balitklimat, sebagai Balai Penelitian nasional yang telah berpengalaman
dalam penanganan banjir pada perkebunan besar digandeng untuk menjadi
mitra PT BRI AGRO Tbk sebagai penjamin pendanaan dalam operasional

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 69


perkebunan sawit PT. Borneo Indo Tani untuk mencari solusi dalam penanganan
masalah banjir di perkebunan sawit tersebut. Ada 7 fokus utama yang dikerjakan
oleh Balitklimat sebagai dasar pemecahan masalah banjir di perkebunan sawit
tersebut, yaitu:
1) melaksanakan pengukuran parameter hidrologi (kedalaman sungai, debit
sungai dan dinamika elevasi muka air sungai saat kemarau dan banjir)
2) melaksanakan survey foto udara menggunakan drone
3) Mengidentifikasi sebaran populasi pokok per hektar (sensus), jumlah sisipan,
jumlah tanaman sehat, tanaman tidak sehat ataupun tanaman mati
berdasarkan citra foto udara
4) melaksanakan survey topografi untuk pengukuran cross section dan long
section lahan serta beberapa segmen sungai
5) menyusun rekomendasi sebaran kelayakan lahan yang dapat dibudidayakan
dan yang tidak dapat dibudidayakan berdasarkan identifikasi citra foto udara
dan peta kontur
6) menyusun DED (Detailed Engineering Design) infrastruktur pintu, saluran,
tanggul serta blok lahan perkebunan sawit
7) menyusun rekomendasi pengelolaan tanah dan air pada perkebunan sawit
8) menyusun rekomendasi pemeliharaan tanaman (TM, TBM
eksisting/replanting) baik biaya maupun jumlah dan jenis pupuk yang
digunakan, serta mengeluarkan proyeksi produktivitas hasil TBS setelah
dilakukan pemeliharan sesuai rekomendasi pemupukan tersebut.

Gambar 58. Luas Genangan Banjir Maksimum Lokasi PT. BIT berdsarkan hasil
simulasi

70 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Gambar 59. Persiapan terbang drone tipe Fixed Wing di kebun Sawit PT BIT, Kalsel

Beberapa rekomendasi yang dapat dikeluarkan dalam penelitian


kerjasama ini antara lain:
1. Implementasi Konsep Polder yang direalisasikan melalui pembuatan sistem
tanggul keliling dan penggunaan pompa di Kebun PT. BIT dalam pengelolaan
air di daerah rawa lebak sudah sangat tepat, akan tetapi perlu optimalisasi
melalui pembuatan pintu air tipe flap gate (pintu ayun) serta penambahan
jumlah pompa.
2. Banjir dan genangan masih menjadi permasalahan pada beberapa lokasi
disebabkan karena pada beberapa titik keluaran saluran (outlet) belum
dilengkapi pintu air tipe flap gate.
3. Permasalahan pirit yang telah menyebabkan tanman tumbuh kerdil dan
bahkan mengalami kematian dapat diatasi dengan pemberian dolomit.
4. Setelah masalah banjir dan pirit teratasi, diperlukan pemupukan unsur hara
makro dan mikro lengkap, sehingga pertumbuhan sawit kembali normal
dengan produktivitas optimal.
5. Hasil analisis citra foto udara hasil pemotretan menggunakan drone fixed
wing, menunjukkan terdapat areal lahan yang ditanami seluas 5,075.0 ha,
areal belum diolah seluas 1,674.8 ha, lahan sudah diolah tapi belum ditanami
seluas 932.1 ha, serta lahan untuk dutanam ulang (replanting ) seluas 1,234.6
ha.

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 71


6. Analisis biaya revitalisasi kebun PT. BIT menunjukkan besaran biaya masing
masing untuk beberapa komponen kegiatan meliputi biaya pengolahan lahan
sebesar Rp. 10,888,429,611; biaya tanam ulang dan tanam baru masing-
masing sebesar Rp. 7,941,540,000 dan Rp. 14,269,080,000; biaya
pengapuran dan pemupukan selama periode 1 tahun untuk lahan tanam
ulang dan lahan sudah ditanami sebesar Rp. 34,579,633,000; biaya
pengapuran dan pemupukan selama periode 1 tahun untuk lahan tanam baru
sebesar Rp. 8,810,213,000; biaya pengadaan 46 unit pompa sebesar Rp.
13,800,000,000 dan biaya operosional pompa per tahun sebesar Rp.
1,785,168,000; serta biaya instalasi pintu air 10 unit sebesar Rp.
750,000,000.

4.2.4. SID untuk Penanganan Banjir dan Kekeringan di


Perkebunan Sawit PT. Persada Dinamika Lestari,
Kalimantan Selatan

Salah satu perkebunan sawit yang bermasalah dengan banjir adalah perkebunan
sawit milik PT. Persada Dinamika Lestari (PT PDL) yang merupakan anak
perusahaan dari PT ASRA AGROLESTARI TBK. Perkebunan sawit ini terletak di
Kawasan gambut di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan.
Balitklimat sebagai balai nasional yang Tangguh dalam penanganan masalah
banjir di Kawasan perkebunan kembali dipercaya menjadi mitra dalam rangka
mengatasi permasalahan banjir di perkebunan sawit ini. Berkaitan dengan upaya
penanganan banjir di PT. PDL, diperlukan data kondisi hidrologi dan topografi
lahan saat ini, yang selanjutnya akan digunakan sebagai data input dalam
menyusun model pengelolaan air. Data hidrologi dan topografi tersebut
dikumpulkan melalui pelaksanaan survey hidrologi dan topografi terpadu oleh tim
yang beranggotakan berbagai disiplin ilmu.
Ada empat kegiatan yang menjadi focus utama dalam kegiatan ini, yaitu :
1) melaksanakan pengukuran parameter hidrologi (debit sungai dan saluran,
elevasi muka air lahan saat banjir, neraca air lahan) pada lahan kebun sawit PT.
PDL; 2) melaksanakan survey foto udara menggunakan drone pada lahan kebun
sawit PT. PDL; 3) melaksanakan survey topografi untuk pengukuran cross section
dan long section beberapa segmen sungai dan saluran lahan kebun sawit PT.

72 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


PDL dan 4) menyusun desain pengelolaan air pada lahan perkebunan sawit PT.
PDL.

Gambar 60. Contoh simulasi sebaran banjir di perkebunan Sawit PT PDL

Gambar 61. Pembuatan sumur PVC diameter 6” pada lahan terkompaksi (kiri)
dalam rangka pengamatan aliran air bawah tanah tanah

Rekomendasi yang dihasilkan pada kerjasama penelitian ini antara lain :


1. Implementasi Konsep Polder yang direalisasikan melalui pembuatan sistem
tanggul keliling dan penggunaan pompa di Kebun PT.Persada Duta Lestari
dalam pengelolaan air di daerah rawa lebak sudah sangat tepat.

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 73


2. Banjir dan genangan masih menjadi permasalahan pada beberapa lokasi
disebabkan karena pada beberapa titik elevasi tanggul lebih rendah dari
elevasi muka air saat banjir sehingga perlu penambahan elevasi tanggul.
3. Adanya beberapa titik rembesan dibawah tanggul yang cukup besar
disebabkan sifat gambut yang memiliki permeabilitas tinggi. Adanya
rembesan ini menjadikan perlu analisis ulang jumlah pompa dan durasi
penggunaannya pada beberapa zona.
4. Perlu pembuatan tanggul dari tanah mineral pada sisi tanggul barat sepanjang
lebih kurang 400 m untuk mencegah luapan air dari sungai di sebelah utara
kebun.
5. Hasil analisis laju penurun elevasi gambut tertinggi di Blok OE-4 yang
menunjukkan nilai sebesar 10.38 cm/bulan, mengindikasikan bahwa proses
pemadatan lahan di bawah tanggul sisi utara akan berdampak pada
penurunan permukaan tanggul hingga 1.5 m yang berlangsung selama lebih
kurang 1 tahun.
6. Hasil pengukuran penampang memanjang dan penampang melintang pada
beberapa saluran TR dan CR, mengindikasikan adanya beberapa titik
sumbatan akibat sedimentasi. Perlu adanya tindakan pengerukan sedimen
pada titik-titik sumbatan tersebut sehingga aliran air menjadi lancar dan tidak
berisiko menggenangi lahan.

4.2.5. Pengembangan Hidroponik Sayuran Tenaga Surya


Mendukung Ketahanan Pangan Keluarga Bekerjasama
dengan SMAN 7 Bogor

SMA Negeri 7 Bogor merupakan salah satu sekolah terluas di Bogor yang
berwawasan lingkungan (Green School) karena memiliki kawasan hijau dengan
bnayak pohon yang tumbuh. SMA Negeri 7 Bogor merupakan sekolah Adiwiyata,
gelar „Sekolah Adiwiyata‟ diberikan pada sekolah yang peduli dan berbudaya
lingkungan. Program Adiwiyata sendiri merupakan sebuah program dengan
tujuan untuk mewujudkan sekolah yang demikian. Program ini dilaksanakan
dengan berdasarkan pada tiga prinsip utama, yaitu edukatif, partisipatif, dan
berkelanjutan. Ketentuan tentang Sekolah Adiwiyata tertera dalam Peraturan

74 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2013 tentang pedoman pelaksanaan
Program Adiwiyata.
Salah satu komponen penilian adiwiyata yaitu penerapan teknologi. Untuk
mendukung hal tersebut, SMA Negeri 7 Bogor dan Balitklimat bekerjasama dalam
mewujudkan teknologi keberlanjutan berwawasan lingkungan di SMA Negeri 7
Bogor. Dalam kegiatan ini dikembangkan sistem pertanian organik dengan model
hidroponik berbasis tenaga matahari. Perangkat hidroponik tenaga surya dibuat
sebagai pengganti listrik dengan tujuan agar mudah dipindah-pindah dan dibawa
ke mana-mana (portable) karena perangkatnya dibuat dengan sistem knockdown
yang dapat dengan mudah dibongkar pasang ketika hidroponik akan dipindahkan
ke tempat lain ke seluruh wilayah di Indonesia. Dengan sistem ini diharapkan
sistem pertanian hidroponik yang dikembangkan Balitklimat mampu mengedukasi
peserta didik di SMA Negeri 7 Bogor dalam pemenuhan pangan sehat.
Dalam alih tehnologi dan diseminasi Balitklimat ke SMA Negeri 7 Bogor,
siswa-siswa SMA Negeri 7 Bogor diajari cara membuat, merakit dan merawat
system hidroponik tenaga surya tersebut. Pada tanggal 6 September 2019
sebanyak 20 orang siswa dan 5 guru berkunjung untuk welakukan workshop
sekaligus untuk praktek pembuatan perangkat OPAL (hidroponik menggunakan
tenaga surya).

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 75


Gambar 62. kegiatan workshop pembuatan perangkat OPAL

4.2.6. Pengembangan KATAM-BUN Bekerja Sama dengan


Direktorat Jendral Perkebunan Kementerian Pertanian

Direktorat Jenderal Perkebunan bekerjasama dengan Badan Litbang Pertanian


cq. Balitklimat telah membuat peta informasi prediksi tanam dan kebutuhan air
komoditas perkebunan sebagai upaya untuk mengembangkan informasi yang
diperlukan berkaitan dengan ketersediaan benih di daerah. Informasi prediksi
tanam dan kebutuhan air dapat menjadi pedoman bagi Pemerintah Daerah untuk
menetapkan jadwal tanam tanpa harus menunggu datangnya musim hujan
dalam rangka percepatan proses pembangunan perkebunan sehingga
memperkecil risiko kegagalan tanam.
Pemetaan prediksi waktu tanam tanaman perkebunan diprioritaskan pada
10 (sepuluh) komoditas strategis perkebunan sesuai Renja Perkebunan TA. 2019,
6 (enam) komoditas tanaman tahunan dan penyegar yaitu: kopi, kakao, karet,
kelapa dalam, teh, dan kelapa sawit, dan 4 (empat) komoditas tanaman semusim
dan rempah yaitu: tebu, lada, pala, dan cengkeh.
Tujuan pembuatan peta pada 10 komoditas strategis perkebunan adalah
1) memberikan informasi prediksi waktu tanam optimal pada musim kemarau
(April-September) tahun 2019 berdasarkan kebutuhan air masing-masing

76 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


komoditas; 2) memberikan informasi kebutuhan air 10 komoditas strategis
perkebunan untuk mengurangi risiko kegagalan kegiatan pembangunan
perkebunan akibat dinamika iklim, serta 3) menyajikan informasi prediksi waktu
tanam dan kebutuhan air untuk mendorong percepatan realisasi kegiatan
pembangunan perkebunan dan antisipasi dampak kekurangan air berkaitan
dengan penyediaan sarana prasarana yang diperlukan.
Pendekatan yang digunakan dalam menyusun peta prediksi waktu tanam
dan kebutuhan air tanaman perkebunan disusun berdasarkan prediksi curah
hujan bulanan periode April-September 2019 yang merupakan keluaran ECMWF
(European Centre for Medium-Range Weather Forecasts ) yang disediakan oleh
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Analisis kebutuhan air
tanaman disusun berdasarkan koefisien tanaman (Kc) setiap fase tanaman dari
FAO no 24 tahun 1977 dan FAO no 56 tahun 1998. Kebutuhan air tanaman
dihitung untuk setiap bulan berdasarkan fase tanaman untuk setelah tanam dari
April sampai September 2019. Selanjutnya penyusunan peta menggunakan di
peta software Arc GIS dan software Phyton.
Salah satu contoh hasil analisis untuk tanaman Kakao di Provinsi Aceh.
Potensi kebutuhan air tanaman kakao (m3/ha/bulan) menurut jadwal tanam
(April, Mei, Juni, Juli, Agustus, dan September) di Kabupaten Aceh Tenggara.
Penanaman kakao pada bulan April, di Provinsi Aceh, mengalami kecukupan air
dari bulan April-September. Penanaman pada bulan Mei, di Provinsi tersebut
tanaman kakao mengalami kecukupan air sampai Bulan September. Penanaman
pada bulan Juni, akan mengalami kecukupan air sampai Bulan September
sedangkan penanaman Kakao di Bulan Juli, akan mengalami kekurangan air
terjadi di bulan September sebesar 750-1000 m3/ha/bulan. Untuk penanaman
yang dilakukan pada bulan Agustus, tanaman kakao akan mengalami kecukupan
air sampai Bulan September. Untuk penanaman bulan September tidak
mengalami kekurangan air dengan kebutuhan air yang bervariasi (Gambar 63).

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 77


Gambar 63. Kebutuhan Air Tanaman Kakao untuk tanam pada bulan April di
Provinsi Aceh

Secara umum berbagai komoditas ditanami pada wilayah dengan pola


curah hujan Monsunal atau Ekuatorial, diperkirakan memiliki kecukupan air jika
ditanam pada bulan April dan Mei 2019. Terlihat keragaman tinggi dalam
kebutuhan air pada bulan Juni, berkisar pada 250-500 hingga 500-750
m3/ha/bulan. Pada bulan Juli, Agustus dan September diperkirakan tercapai
kebutuhan air tertinggi hingga kisaran 1250-1500 atau >1500 m3/ha/bulan.

78 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


V. MANAJEMEN PENELITIAN

Untuk meningkatkan kinerja institusi dalam rangka mendukung pelaksanaan


reformasi birokrasi dan transparansi pelaporan keuangan, perlu dukungan
akuntabilitas pelaporan dan pelaksanaan administrasi kepegawaian serta
keuangan yang akurat, cepat, efisien, dan efektif. Pada TA 2019, Balai Penelitian
Agroklimat dan Hidrologi, telah melakukan peningkatan sistem kinerja melalui
kegiatan Pengelolaan Tata Usaha (TU) dan Perkantoran.
Kegiatan Manajemen Penelitian dan Pengelolaan Tata Usaha Perkantoran
terdiri atas: 1). Pengelolaan Keuangan dan Perlengkapan Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian, 2). Manajemen Kepegawaian dan Kelembagaan Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian, 3). Koordinasi, Bimbingan, dan Dukungan Upaya
Khusu (UPSUS), Komoditas Strategis, Taman Sains Pertanian (TSP), Taman
Teknologi Pertanian (TTP) dan Bio-Industri, 4). Monitoring, Evaluasi, Pelaporan
dan SPI Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, 5). Pengelolaan, Operasional dan
Pemeliharaan Laboratorium dan Kebun Percobaan.

5.1. Pengelolaan Keuangan dan Perlengkapan Litbang Sumberdaya


Lahan Pertanian
Untuk menjamin sistem pelaporan yang akuntabel dan transparan maka
Pemerintah Pusat melalui Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang
Keuangan Negara yang menyatakan Menteri Negara Pimpinan Lembaga sebagai
Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang Kementerian
Negara/Lembaga wajib menyusun dan menyampaikan laporan keuangan
Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya. Selanjutnya Menteri Keuangan
sebagai pemegang otoritas keuangan telah menerbitkan Peraturan Menteri
Nomor: 270/PMK.05/2014 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Aktual yang dimulai pada Tahun Anggaran 2016 pada Pemerintah Pusat.
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat pemerintah melalui
kementerian keuangan telah mewajibkan setiap instansi Pemerintah yang
mendapatkan anggaran dari APBN menerapkan sistem pelaporan berbasis
aplikasi yaitu Sistem Akuntansi Instansi Berbasis Aktual (SAIBA) yang terintegrasi
dengan Sistem Perbendaharaan Negara (SPAN) yang juga berbasis teknologi
Informasi secara online.

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 79


Hasil dari pengelolaan administrasi keuangan dan perlengkapan TA. 2019
adalah laporan Realisasi Anggaran 5 (lima) output dengan nilai input: Rp.
11.250.019 setelah dilakukan revisi Rp. 12.230.019.000,- dengan realisasi
sebesar Rp. 10,918,930,123,- atau sebesar 97.23 %. Terdiri dari 1) Teknologi
Pengelolaan Sumberdaya Lahan Pertanian Tanah, Air, dan Lingkungan Pertanian
dengan nilai input sebesar Rp. 2.750.000.00 yang terdiri dari 5 (lima) sub output
dengan realisasi sebesar Rp. 2.654.933.434 atau 96.54 %; 2) Diseminasi Inovasi
Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Lahan Pertanian dengan nilai input sebesar
Rp. 600.000.000,- Realisasi sebesar Rp. 597.021.800,- atau 99.50 %; 3) Laporan
Pengelolaan Satker dengan nilai input sebesar Rp. 943.604.000 terdiri dari 6
(enam) sub output, Realisasi anggaran sebesar Rp. 884.759.961 atau 93.76 %;
5) Layanan Perkantoran dengan nilai input sebesar Rp. 6.116.415.000 terdiri dari
2 (dua) sub output. Realisasi anggaran sebesar 5.872.606.676 atau 96.81 %.
Tabel 9. Laporan Realisasi Anggaran untuk Periode yang Berakhir 31 Desember
2019 dan 2018 (SAIBA)
2019 % thd 2018
Uraian
Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi
Pendapatan Negara dan Hibah
Penerimaan Negara Bukan Pajak 51.500.000 55.104.440 218.71 120.521.170
Jumlah Pendapatan Negara dan 120.521.170
51.500.000 55.104.440 218.71
Hibah

Belanja Negara
Rupiah Murni 11.230.019.000 10.918.926.814 95.42 10.419.137.373
Belanja Pegawai 3.795.265.000 3.625.646.254 108.03 3.916.679.137
Belanja Barang 7.064.754.000 6.924.147.060 88.18 6.105.702.236
Belanja Modal 370.000.000 369.133.500 107.48 396.756.000

Hibah 0 0 0 0
Belanja Pegawai 0 0 0 0
Belanja Barang 0 0 0 0
Belanja Modal 0 0 0 0

Jumlah Belanja Negara 11.230.019.000 10.419.137.373 97,23 10.419.137.373

80 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


5.2. Manajemen Kepegawaian dan Kelembagaan Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian
Salah satu kegiatan pendukung untuk kelancaran pengadministrasian di bidang
kepegawaian adalah Kegiatan Pengelolaan Kepegawaian dan Rumah Tangga
Litbang Sumberdaya Lahan.
Pengelolaan Kepegawaian dan Rumah Tangga terdiri dari 2 sub kegiatan,
yaitu 1) Pengelolaan Kepegawaian Litbang Sumberdaya Lahan; 2) Pengelolaan
Arsip dan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001-2015 Litbang Sumberdaya Lahan.

Hasil Pengelolaan Adminstrasi Kepegawaian dan Pengelolaan Arsip


serta Manajemen Mutu ISO 9001-2015 Tahun 2019
Melakukan pengurusan kenaikan pangkat periode April dan Oktober 2019.
Updating SIMASN berbasis Teknologi Informasi, Pengurusan SKP 2019 untuk
seluruh pegawai, rekapitulasi kehadiran pegawai setiap bulan dan Rencana SKP
2019.
Penyusunan Daftar nominatif untuk permintaan pembayaran Tunjangan
Kinerja pegawai dari Bulan Januari - Bulan Desember 2019, penyampaian data
perubahan pemangku jabatan dari Januari - Desember 2019. Perubahan
pemangku jabatan yang terjadi akibat pensiun, meninggal dunia, perubahan alih
jenjang jabatan, kenaikan jenjang jabatan yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada perubahan Grade Jabatan untuk mendapatkan tunjangan Kinerja.
Tabel 10. Kenaikan Pangkat Pegawai Sampai dengan AkhirTahun 2019
No Periode Jumlah Nama Pegawai Keterangan
1 1 April 19 – 13 1. Dr. Ir. Woro Estiningtyas, M.Si IVa ke IVb
1 Okt 19 2. Dr. Ir. Suciantini, M.Si IIId ke IVa
3. Dhany Henra Pradana, ST, IIIb ke IIIc
4. Catur Nengsusmoyo, S.Kom IIIb ke IIIc
5. Husna Alfiani, ST IIIb ke IIIc
6. Muhammad Nur Imansyah, S.Kom IIIb ke IIIc
7. Yulius Argo Baroto, ST, IIIb ke IIIc
8. Budi Rahayu, IIIa ke IIIb
9. Dian Andriani, A.Md IIIa ke IIIb
10. Sulistyawati, A.Md IId ke IIIa
11. Sujihaddin IIc ke IId
12. Muchamad Wahyu Trinugroho, ST, M. IIIb ke IIIc
M.Eng
13. Asep Hidayat IIc ke IId

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 81


Tabel 11. Perubahan Pemangku Jabatan s/d Akhir Tahun 2018
No. Bulan Jumlah Keterangan
Perubahan Data
1 Januari JS JFT JFU tmt 1 Januari 2019 1 PNS Fungsional
1 Tertentu (Teknisi Litkayasa Penyelia)
memasuki Pensiun
2 Februari 1 1 1 orang PNS (Tuti Muliani, SH) Meninggal
Dunia, 1 Pejabat structural tmt 1 Pebruari
2019 pensiun
3 Maret 4 25 Maret 2019 1 orang PNS (Dr. Ir.
Suciantini, M.Si) mendapatkan promosi
menjadi Peneliti Madya , 3 CPNS Baru
4 April 1 tmt 20 Maret 2018 1 orang PNS Fungsional
Umum masuk jenjang peneliti Muda (Elsa
Rakhmi Dewi, M.Sc. PhD)
5 Mei Tidak Ada Perubahan
6 Juni 1 Tmt 1 Juni 2019 1 orang PNS (Asda) masuk
pensiun
7 Juli Tidak Ada Perubahan
8 Agustus Tidak Ada Perubahan
9 September Tidak Ada Perubahan
10 Oktober 2 2 2 Pejabat Strutural TMT 1 Oktober 2 orang
Fungsional masuk jenjang Peneliti Muda dan
Peneliti Madya
11 November Tidak Ada
12 Desember Tidak Ada
JS = Jabatan Struktural; JFT = Jabatan Fungsional Tertentu; JFU = Jabatan Fungsional Umum

Kegiatan penguatan ISO Tahun 2019 adalah Audit Surveilance I setelah


migrasi ke dalam ISO 9001-2015. Audit ditujukan untuk melihat apakah Satker
masih menerapkan secara konsisten klausul-klausul yang sesuai dengan ISO
9001-2015, dan pendampingan sebelum dilakukan audit oleh nara sumber yang
berkompeten dan berpengalaman.
Beberapa saran dari tinjauan manajemen adalah: Mengidentifikasi isu
internal dan eksternal untuk pelanggan agar sesuai dengan yang diharapkan.
Kebijakan mutu supaya ditinjau kembali dan perlu dilakukan updating dan
disosialisasikan segera kepada seluruh pegawai, Updating prosedur dan pedoman
mutu sesuai standard ISO 9001:2015, sosialisasi secara bertahap kepada personil
yang terkait dengan penyusunan dan revisi dokumen; Perlu adanya peningkatan
kompetensi auditor dan penambahan jumlah auditor, untuk mempertajam proses
audit yang ada. Berdasarkan uraian analisis terhadap hasil survey kepuasan
pelanggan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pelayanan prima yang dilakukan
oleh Balitklimat terhadap para pelanggannya tergolong Baik.

82 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Hasil Audit Surveilance sebagai berikut: masih ditemukan beberapa
temuan yang sifatnya minor sebanyak 4 (empat) temuan dan yang sifatnya
mayor 2 (dua) temuan dan saran sebanyak 5 (lima). Semua temuan baik minor
dan mayor sudah ditindaklanjuti dan dinyatakan closed oleh auditor.
Sertifikat ISO 9001-2015 yang telah diperoleh dan berlaku s/d 29 Juni
2019.

Gambar 64. Sertifikat ISO 9001-2015

5.3. Koordinasi, Bimbingan, dan dukungan UPSUS, Komoditas


strategies, TSP, TTP, Bioindustri
Koordinasi, bimbingan, dan dukungan teknologi dilakukan melalui kegiatan yang
difokuskan antara lain pada: (1) pemetaan keragaan jaringan irigasi dan kegiatan
identifikasi potensi serta distribusi curah hujan baik di lahan sawah irigasi, tadah
hujan maupun lahan rawa, (2) pemetaan potensi masa tanam, (3) pemetaan
sentra produk padi, jagung, dan kedelai, (4) monitoring ketersediaan air di
daerah irigasi, waduk, dan bendung, pemetaan wilayah layanan irigasi, (5)
survei, investigasi, dan desain irigasi tersier, dan (6) pendampingan dalam
pengembangan inovasi teknologi pengelolaan iklim dan air pada kawasan TSP
dan TTP serta UPSUS Pajale.
Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh Balitklimat berikut adalah
kegiatan implementasi dan diseminasi teknologi sumber daya iklim dan air untuk
peningkatan produksi pangan. Kegiatan tersebut merupakan replikasi di lokasi

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 83


lain sehingga teknologi Balitklimat menjadi inovasi yang sangat bermanfaat bagi
masyarakat dan petani pada khususnya.

a. Koordinasi, Bimbingan dan Pendampingan SID Lahan Rawa di


Sumsel
Koordinasi dan workshop penyusunan SID untuk lahan rawa di kabupaten
Banyuasin, Sumatera Selatan di Aula BPTP Balitbangtan Sumatera Selatan
dilaksanakan pada tanggal 28 – 29 Januari 2019. Acara dimulai tepat pukul 13.00
WIB sesuai dengan Agenda, yang dibuka Oleh Kepala BPTP Sumsel Bapak Ir.
Amir Pohan M.Sc. selaku tuan rumah, dengan memperkenalkan BPTP selaku
wakil Badan Litbang Kementerian Pertanian di Sumatera Selatan, untuk
membantu Petani, masyarakat pertanian pada umumnya, termasuk didalamnya
ketersedian berbagai teknologi terkini hasil Penelitian Balitbangtan yang akan di
sebarkan ke Masyarakat sebagai wujud dari percepatan informasi kepada
masyarakat, yang merupakaan wujud komitmen Kementerian Pertanian dalam
rangka swasembada pangan dan peningkatan produksi pertanian khususnya
peningkatan IP Padi.
Untuk tujuan Pengembangan lahan rawa dan pasang surut di atas,
dilakukan kerjasama kegiatan survei investigasi dan desain untuk melakukan
optimalisasi lahan rawa agar frekuensi tanam padi atau palawija bisa meningkat
dari sekali setahun menjadi dua atau bahkan tiga kali setahun, yang pada
gilirannya akan meiningkatkan produksi pangan di daerah lahan rawa atau
pasang surut tersebut, Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) dengan
BBDSLP, Balitbangtan, Kementerian Pertanian telah melaksanakan kerjasama
penyusunan dokumen SID yang diawali dengan kegiatan survei. Adapun sebagai
tahap awal telah dilakukan kegiatan SID di 4 propinsi seluas 500.000 Ha seperti
ditunjukkan pada Tabel 13. di bawah ini dari potensi lahan rawa di 6 (enam)
propinsi lainnya, yaitu: Jambi, Lampung, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah dan Sulawesi Selatan.

84 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Tabel 12. Lokasi SID Optimasi Lahan Rawa yang akan dilakukan pada tahun 2018
dan 2019

Beberapa narasumber dan tenaga ahli lokal yang hadir pada acara
koordinasi dan pengarahan SID tersbut dapat disajikan dalam Gambar 65.

Gambar 65. Workshop SID di propinsi Sumsel: Pemaparan Hasil Survei dan SID

b. Rapat Koordinasi Upsus Pajale di Propinsi Jawa Tengah


Berdasarkan SK Mentan pada Revisi Keenam sejak tanggal 12 Januari 2017 dari
SK tersebut di atas, Kepala Balitklimat mendapat tugas menjadi pendamping
sekaligus Penanggung jawab di 4 (empat) kabupaten di Jawa Timur, yaitu:
kabupaten Pacitan, Trenggalek, Tulungagung dan Blitar. Selanjutnya, tim
Balitklimat mendapatkan tugas dan tanggung jawab baru sejak tanggal 05
Agustus 2019 melalui Sk Mentan No: 517/Kpts/OT.050/M/08/2019 tentang
Perubahan Ke-13 dari Keputusan Mentan No. 1243/Kpts/OT.160/12/2014
tentang Kelompok Kerja UPSUS Peningkatan Produksi Pajale melalui Program
perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya, bahwa Balitklimat
diberikan tugas untuk mengawal program Upsus Pajale di 4 lokasi lingkup
Provinsi Jawa Tengah, yaitu: Kabupaten Cilacap, Kabupaten Kebumen,
Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo. Tugas utama dari

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 85


Penanggung jawab kabupaten adalah melaukan koordinasi, bimbingan dan
pendampingan dukungan teknologi pertanian yang sesuai dengan kondisi
setempat (kabupaten binaan) guna peningkatan produksi padi, jagung dan
kedelai.
Pelaksanaan kegiatan dengan mengikuti beberapa Rakor tingkat
Kabupaten Cilacap. Target dan realisasi luas tambah tanam padi, jagung dan
kedelai harus dapat tercatat dengan benar dari Potensi Tanam Padi di kabupaten
Cilacap untuk bulan Agustus dapat disajikan dalam Tabel 13 di bawah ini. Dari
table tersebut sesuai dengan kondisi lahan di kabupaten Cilacap, hanya mampu
manambah luas tanam pad abulan Agustus sebesar 1.520 Ha di lahan sawah dan
348 Ha Gowah di 2 kecapatan yang memeiliki potensi sumber air yaitu di
kecamatan Majenang dan kecamatan Gandrung mangu.
Tabel 13. Potensi Tanam Padi Bulan Agustus 2019 Kabupaten Cilacap

Rapat koordinasi kabupaten Cilacap dilaksanakan di Hotel Whiz pada


tanggal 27 – 28 Agustus 2019. Rakor dengan agenda utama percepatan tanam
pado gogo sawah dan sosialisasi metode ubinan panen padi model KSA tersebut
mendatangkan narasumber dari BPS kabupaten Cilacap dan Penanggung jawab
Upsus Kabupaten.

86 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Gambar 66. Suasana acara Rakor di kabupetan Cilacap

c. Dukungan Teknologi Balitklimat pada Upsus Pajale Jawa Tengah


Ada 2 (dua) jenis teknologi Balitklimat yang dapat digunakan untuk
mendukung program Upsus Pajale dalam kerangka peningkatan produksi padi,
jagung dan kedelai terutama menghadapi musim kemarau sekaligus
menyongsong musim hujan, yaitu:
(1) Teknologi prediksi iklim 6 bulan kedepan: menampilkan informasi
perkiraan curah hujan (baik > 50 mm per dasarian) per kabupaten.
Informasi ini diolah dari data iklim BMKG maupun sumber lainnya dan
disajikan ke dalam website: www.balitklimat.litbang.pertanian.go.id
(2) Teknologi irigasi sederhana elevasi rendah (low lift pump); adalah
pompa air yang berfungsi untuk memindahkan air yang mengalir di
saluran atau tempat yang lebih rendah (1 – 3 meter) dari pada lokasi
saluran cacing di petakan sawah agar dapat terairi. Pompa ini telah
dihibahkan ke dua lokasi kecamatan Gandrungmangu dan Majenang di
kabupaten Cilacap guna mengejar percepatan tanam padi.

Informasi perkiraan iklim (curah hujan) per kabupaten ini disampaikan


pada saat Rakor baik di tingkat provinsi maupun kabupaten sehingga baik petani
maupun pihak Dinas Pertanian dapat mempersiapkan sarana, benih, pupuk dan
alsintan apakah kegiatan tanam dapat dilakukan atau tidak terkait dengan
ketersediaan air hujan. Informasi prakiraan curah hujan ini juga disebar luaskan
dalam bentuk infografis sehingga petani lebih mudah memahami terhadap
informasi tersebut sekaligus memberikan keyakinan petani untuk menanam padi
karena tersedia air hujan. Informasi perkiraan curah hujan yang telah
dipresentasikan dalam setiap Rakor Upsus tersebut disajikan seperti pada
Gambar 67 berikut.

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 87


(a) Menu Prediksi Iklim di Website (b) Infografis Perkiraan Curah Hujan
Gambar 67. Informasi Prediksi Iklim (Curah Hujan) untuk Upsus Pajale Jawa
Tengah

Sedangkan dukungan teknologi lain dari Balitklimat adalah bantuan 4 unit


pompa aksial elevasi rendah (low lift pump) untuk menaikkan air dari waduk
yang saluran primernya sedang diperbaiki sehingga debit aliran tidak maksimal
dan tidak bisa mencapai lahan pertanian untuk irigasi tanaman padi. Oleh karena
itu, dengan bantuan pompa tersebut, sebagaimana disajikan dalam Gambar 68 di
bawah ini, petani bisa mendapatkan air irigasi mendukung program Gowah
percepatan tanam padi.

Gambar 68. Bantuan pompa aksial Balitklimat untuk peningkatan LTT di


kabupaten Cilacap dan Kebumen

88 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Gambar 69. Uji coba pompa aksial (low lift pump) dan operasi di
Gandrungmangu, Cilacap

Pompa air bantuan Balitklimat ini dimaksudkan untuk menaikkan air yang
mengalir di saluran primer yang masih terbatas (karena ada kegiatan rehab
jaringan) dan masih belum bisa mengalir ke lahan sawah habis panen (Gambar
69) karena lokasinya lebih rendah. Dengan aplikasi low lift pump ini diharapkan
air dari saluran primer bisa masuk lahan dan membasahi sawah yang baru saja
dipanen untuk segera ditanami benih padi gogo menjadi “gogo sawah” dalam
rangka percepatan tanam (LTT).

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 89


5.4. Monitoring, Evaluasi, Pelaporan dan SPI Litbang Sumberdaya
Lahan Pertanian

Dukungan Program dan Pelaporan


Penyusunan program, rencana kerja dan anggaran merupakan kegiatan yang
bersifat administratif. Penyusunan program dimaksudkan untuk menjabarkan
tugas pokok dan fungsi Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi guna
menentukan indikator kinerja utama (IKU) yang terukur dan akan dicapai dalam
kurun waktu tertentu. Penyusunan rencana kerja dimaksudkan untuk
menjabarkan program kerja kedalam rencana kerja tahunan (RKT). Sedangkan
penyusunan anggaran dimaksudkan untuk menentukan alokasi anggaran sesuai
dengan rencana kerja tahunan.
Penyusunan program kerja mengacu ada Renstra Badan Litbang
Pertanian dengan berpedoman pada Permentan Nomor
44/Permentan/OT.140/8/2011 tentang Pedoman Umum Perencanaan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Sedangkan penyusunan anggaran berpedoman
pada Peraturan Menteri Keuangan tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga dan Pengesahan
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran.
Tujuan kegiatan penyusunan program, rencana kerja dan angaran
adalah: Sesuai dengan mekanisme dan rencana kegiatan tahun 2019, maka
kegiatan penyusunan program, rencana kerja dan anggaran tahun 2019, meliputi
kegiatan: (1) Memfasilitasi pemantapan proposal RPTP/RKTM/RDHP TA 2019, (2)
Melakukan updating I-PROG Balitklimat TA 2019, (3) Menyusun matrik program
penelitian Balitklimat TA 2020, (4) Memfasilitasi penyusunan dan evaluasi
proposal TA 2020, (5) Melakukan input data I-PROG Balitklimat TA 2020, (6)
Menyusun RKA-KL (Rencana Kerja dan AnggaranKementerian/Lembaga)
Balitklimat TA 2020.
Keluaran kegiatan penyusunan program, rencana kerja dan anggaran
tahun 2019 adalah sebagai berikut: (1). 8 proposal RPTP, 6 proposal RKTM, dan
3 proposal RDHP TA 2019, (2). Data i-program Badan Litbang Pertanian satker
Balitklimat TA 2019 yang terupdate, (3). 1 paket matriks program penelitian
Balitklimat TA 2020, (4). proposal RPTP/RDHP/RKTM Balitklimat TA 2019 (draft

90 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


dan hasil evaluasi), (5). Data i-program Badan Litbang Pertanian satker
Balitklimat TA 2019, (6). 1 paket anggaran dalam format RKA-KL/DIPA TA 2019.
Dalam kegiatan tahun berjalan 2019 satker Balitklimat telah melakukan 2
kali proses revisi Anggaran. Alokasi revisi anggaran Balai Penelitian Agroklimat
dan Hidrologi pada tahun 2019 sebesar Rp. 11.230.019.000,00. Balitklimat pada
tahun 2019 mempunyai usulan kegiatan terdiri atas 8 kegiatan RPTP, 1 kegiatan
Bimtek, 3 kegiatan RDHP, serta 6 kegiatan manajemen. Usulan kegiatan TA 2019
disajikan pada tabel berikut.
Tabel 14. Rencana Kegiatan TA. 2020
No. Judul Kegiatan Biaya (Rp) Status
RPTP
1. Penelitian dan Pengembangan Sistem 646.500.000 Flagship (Padi,
Informasi Kalender Tanam Terpadu dan jagung)
Pemantauan Dampak Kejadian Iklim
Ekstrem Di Key Area Keragaman Iklim
Indonesia Mendukung Kedaulatan Pangan
Menuju Revolusi Industri 4.0
2. Penelitian dan Pengembangan Sistem 646.500.000 Flagship (Padi)
Peringatan Dini Risiko iklim Menuju
Pertanian Tangguh Iklim Mendukung
Kedaulatan Pangan
3. Model Pengelolaan Air Terpadu Berbasis 664.500.000 Flagship (Padi)
Revolusi Industri 4.0 Untuk Meningkatkan
Indeks Pertanaman dan Produktivitas
Lahan
4. Pengembangan Model Pengelolaan 1.000.000.000 SERASI
Sumber Daya Air Lahan Rawa berbasis
Karakteristik Hidrodinamika untuk
Peningkatan Produktivitas Tanaman
Pangan
5. Pengembangan Teknologi Agroklimat dan 1.267.500.000 In-House
Hidrologi mendukung Pertanian Tangguh
Iklim dan Revolusi Industri 4.0 Sektor
Pertanian
RDHP
1. Diseminasi teknologi hasil penelitian 495.000.000 Lanjutan
pengelolaan sumber daya iklim dan air
dan publikasi hasil penelitian
2 Taman Agro Inovasi Tagrimart 50.000.000 OPAL
2. Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan 300.000.000 Lanjutan
Teknologi UPSUS, Komoditas Strategis,
TSP, TTP dan Bio-Industri
RKTM
1. Pengelolaan keuangan dan perlengkapan 132.800.000 Lanjutan
2. Pengelolaan kepegawaian, rumah tangga 148.800.000 Lanjutan
dan Sistem Manajemen Mutu
3. Pembinaan, Koordinasi dan Sinkronisasi 159.300.000 Lanjutan
Kelembagaan Satker
4. Penyusunan Program, Rencana Kerja, 165.000.000 Lanjutan

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 91


No. Judul Kegiatan Biaya (Rp) Status
dan Anggaran
5. Monitoring, Evaluasi, Pelaporan dan 180.000.000 Lanjutan
Sistem Pengendalian Intern (SPI)
6. Pengelolaan operasional dan 389.100.000 Lanjutan
pemeliharaan laboratorium agrohidromet

Tabel 15. Realisasi anggaran Balitklimat tahun 2019 menurut jenis belanja
JENIS BELANJA Pagu Anggaran Realisasi %
(Rp.)
A BELANJA PEGAWAI 3.795.265.000,00 3.625.646.254,00 95,53
B BELANJA BARANG 7.064.754.000,00 6.924.147.060,00 98,01
1. OPERASIONAL 2.271.150.000 2.243.731.065 98,76
2. NON OPERASIONAL 4.793.604.000 4.680.415.995 91,93
C BELANJA MODAL 370.000.000,00 369.133.500,00 99,77
TOTAL 11.230.019.000 10.918.930.123 97,23

Tabel 16. Anggaran Balitklimat tahun 2019 menurut output kegiatan (Revisi 2 POK
DIPA 02)
Output Anggaran %
Penelitian (RPTP) 2.750.000.000 24,38
Diseminasi (RDHP) 600.000.000 5,32
Teknologi Adaptasi Perubahan Inklim (Ontop) 500.000.000 4,43
Layanan Internal (Belanja Modal) 370.000.000 3,28
Layanan Dukungan Manajemen Satker 943.604.000 8,36
Layanan Perkantoran (Gaji dan Operasional) 6.066.415.000 54,22
Total 11.230.019.000 100,00

Monitoring dan Evaluasi Kegiatan dan Pelaporan


Monitoring dan Evaluasi kegiatan terdiri dari 2 sub kegiatan, yaitu 1). Sistem
pengendalian Intern (SPI) dan, 2) Monitoring dan evaluasi kegiatan. Tujuan
kegiatan ini adalah: (1) Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan penelitian
terutama realisisasi fisik dan anggaran (bulanan, tengah tahun, dan akhir tahun
pelaksanaan kegiatan/penelitian) dan, (2) Melakukan evaluasi kinerja Balai
Penelitian Agroklimat dan Hidrologi berdasarkan Laporan Kinerja (LAKIN) TA
2018.
Keluaran yang diharapkan dari tujuan pertama adalah : (1) Tata kelola
pelaksanaan dan pengelolaan anggaran yang akuntabel, efektif, efisien, taat
aturan melalui pemanfaatan Sistem Pengendalian Internal; (2) Hasil penilaian
unsur lingkungan pengendalian (5 unsur SPI); (3) Paket laporan realisasi fisik

92 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


dan keuangan bulanan, semesteran dan tahunan Satker Balai Penelitian
Agroklimat dan Hidrologi; (4) Paket laporan kegiatan RKTM, RDHP dan RPTP
Tahun Anggaran 2018; (5) Laporan Kinerja (LAKIN) Satker Balitklimat Tahun
Anggaran 2018.
Monitoring, evaluasi dan pelaporan kegiatan merupakan alat ukur untuk
memantau sejauh mana kegiatan penelitian, diseminasi dan manajemen dapat
dilaksanakan oleh Satker. Sesuai Permentan No. 31 tahun 2010 pemantauan
adalah kegiatan yang teratur, berkesinambungan dan dilakukan terhadap
kegiatan yang sedang berlangsung. Sedangkan evaluasi lebih ditekankan pada
suatu periode tertentu dalam suatu kurun waktu kegiatan, dan diatur sesuai
dengan kebutuhan. Evaluasi menghasilkan rekomendasi untuk perbaikan
pelaksanaan dan atau perencanaan berikutnya. Monitoring, evaluasi dan
pelaporan kegiatan dapat membantu para pelaksana dan pengelola kegiatan
dalam memantau dan mengukur tingkat keberhasilan kegiatan yang dikelolanya.
Kegiatan ini bertujuan untuk: 1) Melakukan evaluasi pelaksanaan
kegiatan penelitian terutama realisasi fisik dan keuangan (bulanan, triwulan,
tengah tahun, dan akhir tahun), 2) Melakukan evaluasi kinerja lingkup Satker
Balitklimat berdasarkan Laporan Kinerja (LAKIN) TA 2018.
Sedangkan keluarannya adalah: 1) laporan bulanan realisasi fisik dan
keuangan RPTP, RDHP dan RKTM, 2) laporan kemajuan tengah tahun kegiatan
RPTP, RDHP dan RKTM, 3) laporan akhir kegiatan RPTP, RDHP, dan RKTM, 4)
LAKIN Satker Balitklimat 2019.
Pelaksanaan monitoring dilaksanakan selama kegiatan berjalan dan
evaluasi dilakukan dalam tiga tahap, yakni: 1) Evaluasi pra kegiatan, yang
meliputi evaluasi rencana strategis, matrik program dan proposal penelitian, 2)
Evaluasi kegiatan yang sedang berjalan (termasuk evaluasi laporan tengah
tahun), 3) Evaluasi pasca kegiatan, yakni evaluasi terhadap laporan akhir
penelitian.
Melalui monitoring pelaksanaan kegiatan dan anggaran dapat
menghasilkan laporan kamajuan fisik dan keuangan bulanan, triwulanan, tengah
tahunan dan akhir tahun dari masing-masing kegiatan. Hasil monitoring tersebut
dapat digunakan sebagai bahan evaluasi kemajuan hasil dan kendala yang
dihadapi serta upaya mengatasi kendala yang dihadapi.

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 93


Berikut ini disampaikan laporan realisasi fisik dan keuangan berdasarkan
output kegiatan pada akhir tahun 2018 (posisi per 31 Desember 2018).
Tabel 17. Realisasi fisik dan keuangan tahun 2019
REALISASI
KODE KEGIATAN KEUANGAN FIISIK
(%) (%)
202 PENELITIAN (RPTP) 97.72 100,00
204 DISEMINASI
99.50 100,00
TEKNOLOGI (RDHP)
209 TEKNOLOGI ADAPTASI 97.88 100,00
PERUBAHAN IKLIM (ON
TOP)
951 LAYANAN INTERNAL 99.77 100,00
LAYANAN
96.10 100,00
994 PERKANTORAN
TOTAL 97.23 100,00

Dalam setiap kegiatan baik RPTP, RDHP, dan RKTM, evaluasi digunakan untuk
mengukur keragaan dan kualitas kemajuan, serta keberhasilan penyelesaian
kegiatan. Evaluasi dilakukan secara mendalam dengan menganalisis kuantitas,
kualitas, dan relevansi pelaksanaan kegiatan penelitian serta kesesuaiannya
terhadap rencana yang telah disusun. Evaluasi menghasilkan rekomendasi untuk
perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian yang sedang berjalan dan
perencanaan berikutnya. Formulir Isian Monitoring Kegiatan Penelitian Balai
Penelitian Agroklimat dan Hidrologi TA 2019 disajikan pada Lampiran 2.
Balitklimat telah melaksanakan kegiatan monitoring kemajuan pelaksanaan
kegiatan penelitian pada bulan Mei 2019, kegiatan tersebut dilakukan untuk
melihat sampai sejauh mana progress pelaksanaan kegiatan.
Balitklimat juga melaksanakan koordinasi tim SPI dan monev, koordinasi
penajaman SPI dan monev, tindak lanjut pelaksanaan monev dan pengisian SPI
Balitklimat dan monev lapang workshop aplikasi monev tahun 2019 di D.I.
Yogyakarta yaitu Aplikasi e-monev Bappenas (PP 39/2006)dan aplikasi Smart
(PMK 214/2017). Pada workshop tersebut juga dilakukan monitoring dan evalusi
dalam pengisian aplikasi. Apikasi tersebut setiap akhir tahun akan dipantau oleh
kemenkeu dan e-monev.bappenas. go.id/emon3/ dipantau oleh bappenas setiap
bulan. Pelaksanaan kegiatan workshop dapat dilihat pada Lampiran 20.
Pelaksanaan monev lapang pada tahun 2019 dilakukan di dua lokasi yaitu
Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan pada kegiatan RPTP Pengelolaan

94 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Lahan dan Air Menurut Karakteristik Hidrologis Rawa Pasang Surut. Hasil Monev
Lapang di dua lokasi tersebut dapat dilihat pada Lampiran 23. Kegiatan
monitoring lapang dilakukan pada tanggal 23 oktober 2019. Kegiatan
Pengelolaan Lahan dan Air Menurut Karakteristik Hidrologis Rawa Pasang Surut
merupakan kegiatan strategis yang mendukung program Kementerian Pertanian
yaitu Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (SERASI) sehingga dijadikan
pertimbangan untuk dilakukan kegiatan Monitoring lapang.

Sistem Pengendalian Internal (SPI)


Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 60 tahun 2008, Sistem Pengendalian
Internal bertujuan untuk meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan keuangan negara, pengamanan aset negara dan pelaksanaan
kegiatan sesuai tupoksi. Pengawasan internal adalah seluruh proses kegiatan
audit, review, pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan tugas pokok
dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai
bahwa kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah
ditetapkan secara efektif, efisien, dan accountable dalam mewujudkan tata
kelola pemerintahan yang baik.
Selaras dengan tujuan SPI tersebut, maka pelaksanaan Sistem
Pengendalian Intern (SPI) di lingkungan Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
bertujuan untuk melakukan pengendalian pada kegiatan pengelolaan Anggaran
Pembangunan dan Belanja Negara (APBN) dan melakukan penilaian penerapan
sistem pengendalian internal guna pencapaian tujuan organisasi melalui kegiatan
yang dilaksanakan secara efektif, efisien, accountable, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
Ruang lingkup SPI meliputi 5 (lima) unsur, yaitu: 1) Lingkungan
pengendalian; 2) Penilaian risiko; 3) Kegiatan pengendalian; 4) Informasi dan
komunikasi; serta 5) Pemantauan.
(1) Lingkungan Pengendalian
Menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian adalah melalui upaya:
(a) Penegakan integritas dan nilai etika; (b) Komitmen terhadap kompentensi;
(c) Kepemimpinan yang kondusif; (d) Pembentukan struktur orgasisasi sesuai
kebutuhan; (e) Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat; (f)

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 95


Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan SDM;
(g) Perwujudan peran aparat pengawasan internal pemerintah yang efektif;
dan (h) Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.
(2) Penilaian Risiko
Penilaian risiko terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guna
menghidari penyimpangan, dilakukan melalui upaya: (a) Menetapkan tujuan
program/kegiatan; (b) Mengidentifikasi risiko; dan (c) Melakukan analisis
sebab dan dampak risiko.
(3) Kegiatan Pengendalian
Kebijakan dan prosedur pengendalian harus ditetapkan, dilaksanakan dan
dievaluasi secara teratur untuk memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan
masih sesuai dan berfungsi seperti yang diharapkan. Kegiatan pengendalian
dilakukan melalui upaya: (a) Reviu atas kinerja pelaksana kegiatan; (b)
Pembinaan sumber daya manusia (SDM); (c) Pengendalian atas pengelolaan
sistem informasi (SI) yang meliputi: (1) Pengamanan sistem informasi, (2)
Pengendalian atas akses, (3) Pengendalian atas pengembangan dan
perubahan perangkat lunak aplikasi, (4) Pengendalian atas perangkat lunak
sistem, (5) Pemisahan tugas; (6) Kontinyuitas pelayanan, (7) Pengendalian
otoritas, (8) Pengendalian kelengkapan, (9) Pengendalian akurasi, (10)
Pengendalian terhadap keandalan proses dan file data; (d) Pengendalian fisik
atas aset negara; (e) Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
Pemisahan fungsi; (f) Otorisasi atas transaksi dan kejadian penting,
pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian; (g)
Pembatasan akses atas sumber daya; (h) Akuntabilitas terhadap sumber
daya; dan (i) Dokumentasi SPI, transaksi dan kejadian penting.
(4) Informasi dan Komunikasi
Informasi yang relevan dan dapat diandalkan sangat dibutuhkan dalam
mengelola suatu organisasi. Informasi tersebut meliputi informasi internal
(laporan keuangan, aset, hasil kegiatan penelitian, diseminasi dan penelitian)
dan informasi eksternal (kebijakan pemerintah, masukan dari masyarakat, dan
pemangku kepentingan). Untuk mendapatkan informasi tersebut perlu
dilakukan identifikasi, pencatatan, penyimpanan dengan baik, serta
dikomunikasikan tepat waktu dan sasaran. Untuk itu perlu melakukan: (a)
Identifikasi hasil analisis informasi yang diperlukan untuk pengendalian berupa

96 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


informasi pengelolaan keuangan, aset dan capaian kinerja; (b) Menciptakan
model pelaporan yang berisi informasi secara lengkap, tepat dan akurat; (c)
Menjamin seluruh pedomam umum, pedoman teknis pelaksanaan, dan
peraturan-peraturan dapat dipahamin oleh seluruh pegawai; (d) menyediakan
fasilitas dan sarana komunikasi yang memadai; (e) Menciptakan mekanisme
yang menjamin seluruh informasi sampai kepada seluruh bagian dan pegawai;
(f) Menjamin adanya mekanisme penyampaian penyempurnaan informasi dari
pegawai; (g) Menyediakan sarana komunikasi yang efektif dengan para
pegawai dan para pemangku kepentingan; (h) Melakukan pemantauan
kelayakan dan keakuratan informasi dan memberi kemudahan untuk
mengaksenya; (i) Memberi dukungan terhadap pengembangan teknologi
informasi; (j) Memberikan respon yang baik atas setiap kritik dan saran yang
membangun; (k) Memanfaatkan secara efisien dan efektif berbagai bentuk
sarana komunikasi seperti: Rakor, Raker, Ratek, laporan, seminar, media
cetak, media elektronik, dan lain-lain.
(5) Pemantauan
Pemantauan SPI dilakukan untuk dapat menilai kualitas kerja dari waktu ke
waktu dan memastikan bahwa rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya
dapat ditindaklanjuti. Pemantauan SPI dilaksanakan melalui 1) Pemantauan
berkelanjutan melalui kegiatan pengelolaan rutin, supervisi, pembandingan,
rekonsiliasi, dan tindakan lain terkait pelaksanaan tugas; 2) Evaluasi terpisah
melalui penilaian sendiri, reviu, dan pengujian efektivitas SPI; 3) Tindak lanjut
atas rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya melalui (a) Melakukan reviu
dan evaluasi temuan hasil audit, penilaian dan mengidentifikasi saran dan
rekomendasi perbaikan; (b) Memberikan tanggapan hasil audit dan
rekomendasi pada saat proses audit berlangsung; (c) menetapkan kegiatan
yang terencana untuk menindaklanjuti seluruh temuan dan rekomendasi
dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

Sistem Pengendalian Internal di lingkungan Balai Penelitian Agroklimat


dan Hidrologi dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja, transparansi,
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, dan pengamanan aset negara. Pada
saat pelaksanaan evaluasi SPI menghadirkan narasumber dari Litbang Pertanian
untuk mempertajam capaian SPI Balitklimat. Pelaksanaan evaluasi SPI Balitklimat

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 97


tahun 2019 dilaksanakan 1 kali pada bulan Oktober sampai Desember 2019.
Dari hasil evaluasi, kategori pelaksanaan SPI Balitklimat termasuk kategori cukup
handal dengan nilai 57.7. Untuk periode tahun mendatang pelaksanaan SPI
Balitklimat dapat ditingkatkan lagi menjadi kategori handal. Hal yang menjadi
penghambat penilaian adalah ketersediaan data dukung serta pengaturan
dokumen data dukung. Masing masing unsur SPI diperlukan data dukung yang
banyak dan komplek, sehingga hal ini menjadi kendala penanggung jawab dalam
menyediakan data dukung tersebut. Ada hal yang perlu ditingkatkan performa
kinerja satker balitklimat berdasarkan unsur SPI, diantaranya adalah unsur
pengendalian. Secara umum pengendalian telah dilakukan oleh tim manajemen
Balitklimat, namun kendala pendokumentasian pada setiap kegiatan yang masih
kurang lengkap. Pengendalian meliputi: pemantauan surat masuk dan keluar
SATKER, dokumen dan proses pengadaan barang/jasa, dokumen LHKP dan pakta
integritas pegawai, stock opname, laporan keuangan, dokumen SOP dan SK
Balai, dokumen Renstra, dokumen DIPA/POK, dokumen kegiatan meliputi
proposal dan laporan, laporan kemajauan kegiatan setiap bulannya, termasuk
dokumen hasil evaluasi kegiatan, dan lain-lain.
Hasil-hasil dokumen pengendalian intern Balai tersebut setiap waktu,
secara berkala diperiksa oleh Satlak SPI. Kelengkapan dokumen tersebut harus
dipersiapkan sebaik-baiknya sebagai bahan evaluasi pengendalian internal Balai,
apakah sudah berjalan dengan baik atau tidak.

5.5. Pengelolaan, Operasional, dan Pemeliharaan Laboratorium dan


Kebun Percobaan
Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi (Balitklimat) memiliki Laboratorium
Agrohidromet sejak tahun 2003. Laboratorium Agrohidromet digunakan untuk
membantu institusi dalam memecahkan permasalahan terkait tupoksinya dan
juga melayani pelanggan dari luar institusi. Laboratorium Agrohidromet
beranggotakan peneliti dan teknisi yang terbagi ke dalam beberapa divisi sesuai
dengan keahliannya.
Seluruh kegiatan di dalam laboratorium perlu dibuat terstruktur dengan
dokumen-dokumen pengendalian yang bersifat mampu telusur sehingga akan
memudahkan pengelolaan asset yang ada. Lebih lanjut dengan terpenuhinya
persyaratan teknis laboratorium akan memudahkan pencapaian target

98 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


laboratorium terakreditasi (ISO-IEC 17025), bahkan dalam jangka panjang
keluaran hasil penelitian dan pelayanan jasanya merupakan sumber pendapatan
pemerintah bukan pajak (PNBP) yang dapat diandalkan.
Tujuan kegiatan adalah : 1). Meningkatkan database hasil pemantauan
dan pengamatan stasiun iklim dan hidrologi pertanian nasional; 2) Meningkatkan
kapasitas analisis dan prediksi iklim dan hidrologi; 3) Meningkatkan kemampuan
identifikasi dan teknologi pengelolaan sumberdaya iklim dan air; 4)
Mengembangkan teknologi modifikasi iklim mikro dan teknologi irigasi. Untuk
memudahkan pengelolaan Laboratorium, dilakukan pengelompokan divisi yang
disesuaikan dengan fokus kegiatan pekerjaan yang dilakukan. Saat ini kegiatan
laboratorium dikelompokkan ke dalam empat bagian, yaitu : 1). Bagian
Pemantauan dan Pengamatan Iklim dan Hidrologi Pertanian; dengan Indikator
input berupa Perjalanan dinas dalam rangka kalibrasi sensor dan penelusuran
status dan kondisi stasiun-stasiun tersebut, termasuk komitmen lembaga terkait,
sedangkan Indikator output berupa Peningkatan akurasi data iklim dan hidrologi
serta peningkatan efektifitas dan cakupan pengamatannya. 2) Bagian Identifikasi
Sumberdaya Iklim dan Air; dengan Indikator input berupa Pemeliharaan
peralatan dan pemodelan iklim dan hidrologi dan Pengadaan sparepart stasiun
iklim dan hidrologi Sedangkan Indikator output berupa peningkatan kecepatan
dan akurasi dalam melakukan identifikasi potensi sumberdaya iklim dan air; 3)
Bagian Modifikasi Iklim Mikro dan Teknik Irigasi; Indikator input berupa
Pemeliharaan bangunan dan peralatan di rumah kasa sedangkan Indikator
output berupa Rumah kasa dan pipa irigasi siap digunakan untuk mendukung
kegiatan terutama kegiatan visitor plot; 4) Bagian Pengembangan Sistem
Informasi Agroklimat dan Hidrologi; dengan Indikator input berupa penambahan
sistem jaringan, peningkatan kapasitas kerja personal komputer, sedangkan
Indikator output berupa tersedianya database iklim dan hidrologi yang siap
analisis dan tersedianya informasi iklim dan hidrologi yang dapat diupdate secara
kontinyu. Kegiatan antar bagian saling menunjang satu dengan lainnya untuk
mendukung kegiatan pengelolaan sumberdaya iklim dan air.
Pemantauan dan Pengamatan Iklim dan Hidrologi Pertanian dilakukan
melalui Monitoring dan Penggantian spare part AWS dan identifikasi AWLR Cimel.
Dalam peningkatan database hasil pemantauan dan pengamatan stasiun iklim
dan hidrologi pertanian nasional, dilakukan kegiatan pemantauan dan

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 99


pengamatan stasiun iklim dan hidrologi di lokasi Jawa Barat dan lokasi luar Jawa
Barat, dengan fokus pada AWS Cimel dan Telemetri dan AWLR Cimel. Untuk
lokasi Jawa Barat ada beberapa stasiun AWS Cimel yaitu; Cimanggu-Bogor,
Muara-Bogor, 2 Tang/Cidahu-Sukabumi, KP Pakuwon-Sukabumi, Pacet-Cianjur,
Sukamandi, Kuningan, dan Pusakanagara.
Pengambilan data pada AWS Cimel dilakukan melalui pengambilan data
yang terekam di catridge, berikutnya catridge diganti dengan yang kosong.
Dapat juga dilakukan pengambilan data dan pengosongan catridge dan
berikutnya catridge dipasang kembali. Pengambilan data AWS Cimel lingkup
Bogor, Sukabumi dan Cianjur dilaksanakan secara bergilir setiap bulan oleh
teknisi dan peneliti Balitklimat, sedangkan lingkup Sukamandi, Kuningan, dan
Pusakanagara diambil oleh BBPADI. Untuk luar Jawa Barat, data diambil oleh
instansi setempat.
Selain pengambilan data dan penggantian cartridge dilakukan juga
pengecekan dan pemeliharaan stasiun dan lingkungan serta peningkatan
koordinasi dengan penjaga stasiun AWS/AWLR, yang melakukan pemeliharaan
lingkungan dan stasiun. Untuk sensor yang tidak atau belum terpasang,
dilakukan pemasangan seiring dengan ketersediaan sensor yang dimiliki
laboratorium. Selain pengambilan data dan penggantian cartridge dilakukan juga
pengecekan dan pemeliharaan stasiun dan lingkungan. Salah satu kegiatan
pengamatan dan pencatatan disajikan pada Gambar 70.

Gambar 70. Pengamatan dan pencatatan data stasiun AWS Cimel Sukamandi

100 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Monitoring AWS Telemetri di daerah Jawa Barat dilakukan melalui
pengecekan alat dan penggantian spare part. Peralatan yang dipantau adalah
AWS Telemetri di KP Balitsa Lembang Kabupaten Bandung Barat dan AWS
Telemetri di TTP Sedong Kabupaten Cirebon. Salah satu kegiatan Pengecekan,
penggantian simcard dan pemeliharaan AWS Telemetri
Bagian Identifikasi Sumberdaya Iklim dan Air bertanggungjawab pada
pemeliharaan dan operasional peralatan sumberdaya iklim dan air. Salah satu hal
yang diperlukan untuk mengetahui kondisi alat serta untuk mendapatkan data
yang tepat dan akurat adalah dengan melakukan kalibrasi. Kalibrasi dilakukan
setiap tahun pada instrumentasi yang sering dipergunakan, seperti pada Total
Station dan Theodolit. Kalibrasi yang telah dilakukan adalah kalibrasi peralatan
Theodolit, Total Station dan Sprinter. Kalibrasi alat dilakukan dalam dua cara,
yaitu kalibrasi yang dilakukan sendiri dan kalibrasi yang dilakukan oleh
pabrik/lembaga terkait. Dokumentasi seluruh peralatan yang digunakan untuk
kegiatan survey dan analisis dilakukan di bagian ini.
Instrumentasi di Balitklimat tidak saja digunakan oleh pengguna di dalam
Balitklimat sendiri, melainkan juga oleh instansi/lembaga lain. Oleh karena itu
dalam upaya memudahkan dalam melayani kebutuhan pengguna dilakukan
pengecekan ulang instrumentasi. Instrumentasi yang tersedia, dicek
kelayakannya, apakah masih berfungsi dengan baik atau sudah mengalami
kerusakan. Inventarisasi ulang dilakukan pada seluruh instrumentasi yang dimiliki
laboratorium, baik alat ukur Agroklimat maupun Hidrologi. Dari hasil inventarisasi
diketahui bahwa sudah banyak instrumentasi yang mengalami kerusakan dan
perlu tindak lanjut perbaikan, yang tergantung pada tingkat keparahannya dan
ketersediaan lembaga yang menangani kerusakan alat.
Modifikasi iklim mikro dan teknik irigasi pada tahun ini lebih kepada
pemeliharaan yang sudah ada dan penanaman komoditas sayuran untuk
memanfaatkan halaman Balitklimat. Penanaman di rumah kassa masih
terkendala dengan ketersediaan air untuk penyiraman. Rencana akan dilakukan
pembuatan sumur untuk memenuhi kebutuhan penyiraman air untuk tanaman.
Pemeliharaan tanaman buah dalam pot dilakukan secara intensif dengan
menggunakan sistem irigasi tetes.

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 101


Gambar 71. Rumah kassa dan tanaman di halaman belakang Balitklimat

Kegiatan penelitian yang dilakukan di Balitklimat meliputi pengamatan,


inventarisasi data, analisis dan pemodelan, aplikasi teknologi/spasialisasi hasil
analisis, penyebaran informasi dan pemanfaatan oleh pengguna. Sementara itu
fungsi utama dari Laboratorium Agrohidromet difokuskan pada pengamatan dan
inventarisasi sumberdaya iklim dan air, kegiatan analisis selanjutnya dilakukan
pada penelitian. Bagian ini bertugas sebagai pendukung jalannya alur kegiatan
penelitian yang ada di Balitklimat. Sejalan dengan peningkatan Sistem Informasi
Kalender Tanam Terpadu, bagian ini memberikan dukungan yang sangat baik
untuk penyebaran sistem informasi dan sekaligus monitoringnya. Pembenahan
basis data merupakan bagian penting pada sistem. Terdapat penambahan basis
data yang dapat diakses untuk wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Pengambilan
data dari tim kegiatan penelitian Agroklimat diserahkan untuk digabungkan di
basis data.
Salah satu alat monitoring untuk pelaksanaan kegiatan katam terpadu
adalah penggunaan CCTV. Telah dipasang sebanyak 54 buah CCTV yang
tersebar di 7 Provinsi, meliputi; Jawa Barat, Jawa Tegah, Jawa Timur, DI
Yogyakarta, Banten, Lampung dan Bali. CCTV dipasang untuk memantau
kegiatan tanam petani. Contoh display CCTV disajikan pada Gambar 72.

Gambar 72. Display CCTV di Jawa barat Kabupaten Sukabumi dan Cianjur
(http://katam.litbang.pertanian.go.id/display_cctv.aspx?id_display_
cctv=1)

102 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


VI. PROFIL BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI

6.1. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi. dan Tatakerja Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


sampai saat ini masih ditetapkan berdasarkan Permentan No.
22/Permentan/OT.140/3/2013 Tanggal 11 Maret 2013 dan belum mengalami
perubahan yang mencakup tugas pokok, fungsi, rincian tata hubungan kerja dan
pelaksanaan organisasi seperti gambar 73.

STRUKTUR ORGANISASI
BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI

KEPALA

SUBBAGIAN
TATA USAHA

SEKSI SEKSI
PELAYANAN TEKNIK JASA PENELITIAN

KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL

Gambar 73. Struktur Organisasi Balitklimat

6.2. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia memegang peran yang sangat penting dan strategis
dalam mendukung Reformasi birokrasi dan pencapaian kinerja institusi
khususnya Balitklimat menuju institusi yang akuntabel, transparan, efisien dan
efektif. Perencanaan, pembinaan dan pengembangan SDM di Balitklimat yang
berkualitas dan kegiatan pendukungnya dapat memberikan dampak langsung
dan tidak langsung terhadap perbaikan potensi, kinerja dan dorongan untuk
terus berprestasi dan mengembangkan diri. Pelaksanaan reformasi birokrasi

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 103


dilingkup Kementerian Pertanian sejak tahun 2009 dengan berpedoman pada
Perpres Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010 –
2025 dan Permenpan Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi
Birokrasi 2010 – 2014, telah memberikan dampak yang sangat jelas bagi
pegawai dilingkungan Kementerian Pertanian, sebagai reward-nya seluruh
pegawai dilingkungan Kementan, yang telah melaksanakan program dan
kegiatan Reformasi Birokrasi diberikan tunjangan kinerja berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 134 Tahun 2015. Untuk lebih meningkatkan kinerja dan
efektivitas pegawai di lingkup Kementan, telah diberikan kenaikan Tunjangan
Kinerja sebesar 80% dan telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 17 Tahun 2019 tentang Pedoman Pemberian Tunjangan Kinerja Bagi
Pegawai di Lingkungan Kementerian Pertanian.
Dalam melaksanakan mandatnya Balitklimat pada tahun 2019, didukung
oleh 47 orang pegawai organik (ASN) dan 28 orang tenaga non organik (out
sourcing/pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja). Tabel 49 Jumlah Pegawai
BALITKLIMAT berdasarkan jabatan fungsional Non Peneliti sampai akhir 31
Desember 2019.
SDM Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi berdasarkan pendidikan
dapat dilihat pada Tabel 52. Untuk meningkatkan kapasitas pegawai,
pengembangan SDM dilakukan melalui program pendidikan dan pelatihan baik
jangka panjang maupun pendek diantaranya pendidikan bergelar, dari S1 sampai
S3, melalui program beasiswa maupun ijin belajar dengan biaya sendiri, serta
pelatihan, Selama kurun waktu tahun 2019. Balitklimat mendapatkan tambahan
pegawai karena mutasi dari UPT lain dan pengurangan karena ada yang
meninggal dunia. Untuk memenuhi kondisi yang ideal agar jumlah peneliti dan
teknisi seimbang dengan jumlah RPTP yang dilaksanakan oleh Balitklimat dan
menggantikan pegawai yang memasuki usia pensiun, maka pemenuhan
penambahan pegawai dilakukan melalui usulan kepada Biro Organisasi dan
Kepegawaian Kementan dengan jumlah formasi sesuai pegawai yang pensiun
walaupun pada kenyataannya selalu tidak terpenuhi.
Tetapi apabila UU ASN dan RPP-nya sudah disetujui oleh DPR maka untuk
memenuhi kekurangan tenaga peneliti dan teknisi serta tenaga penunjang yang
akan memasuki pensiun dapat dipenuhi dari P3K (Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja) yang hak-haknya sama dengan PNS namun tidak mendapatkan

104 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


pensiun. Berkurangnya tenaga PNS yang ada, sementara rekruitmen setiap tahun
antara yang diusulkan dengan pemenuhan tidak sebanding. Terutama SDM
administrasi dan keuangan yang sama dengan SDM peneliti, lebih khusus SDM
yang memiliki keahlian di bidang pengelolaan keuangan dan manajemen.
Padahal, SDM di bidang pengelolaan keuangan dan manajemen memiliki peran
penting dalam menangani proses-proses administrasi berdasarkan peraturan
Perundangan, Permentan, PERKA-BKN, PMK yang semakin kompleks dan
berbasis aplikasi.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, serta untuk mewujudkan hasil
yang ingin dicapai pada akhir Renstra 2019, maka Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi memerlukan pegawai sesuai dengan kebutuhan. Untuk mengetahui
kebutuhan sumber daya manusia bisa dihitung berdasarkan Analisis Beban Kerja
(ABK) dan Analisis Jabatan (Anjab). Hasil perhitungan kebutuhan SDM
berdasarkan Anjab dan ABK.
Untuk Jabatan Administrasi pada Sub. Bagian Tata Usaha yang belum
terpenuhi adalah: verifikator keuangan, Petugas SAIBA, pengadministrasi
keuangan, sekretaris pimpinan, Analis Kepegawaian masing-masing dibutuhkan 1
orang. Untuk Seksi Pelayanan Teknik adalah: Penyusun Laporan, Penyusun
Rencana Kerja dan Anggaran serta Penghimpun/pengolah data masing-masing
dibutuhkan 1 orang; Seksi Jasa Penelitian adalah: Pramu pameran dan Peraga,
Petugas Pendayagunaan hasil Penelitian dan pada Kelompok Fungsional yang
belum terpenuhi adalah: Peneliti Pertama 4 orang, dan Teknisi Litkayasa 1 orang.
Dengan catatan pejabat calon teknisi dan Peneliti yang sampai saat ini belum
mengajukan ke JFT segera mengusulkan.
Tabel 18. Rincian tenaga berdasarkan jabatan fungsional non peneliti s/d
Desember 2019
NO JABATAN FUNGSIONAL JUMLAH
1. TEKNISI LITKAYASA PENYELIA 2
2. TEKNISI LITKAYASA PELAKSANA LANJUT 2
3. TEKNISI LITKAYASA PELAKSANA 1
4. TEKNISI LITKAYASA PELAKSANA PEMULA
5. TEKNISI LITKAYASA NON KLAS 1
6. ARSIPARIS MUDA 0
7. ARSIPARIS PERTAMA 0
8. PUSTAKAWAN PERTAMA 6
JUMLAH 6

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 105


Tabel 19. Rincian tenaga berdasarkan jabatan fungsional peneliti

NO JABATAN FUNGSIONAL PENELITI JUMLAH


1. Peneliti Utama 2
2. Peneliti Madya 7
3. Peneliti Muda 8
4. Peneliti Pertama 2
5. Peneliti Non Klasifikasi 2
JUMLAH 21

Tabel 20. Jumlah pegawai yang sedang melaksanakan pendidikan tahun 2019
NO Jenjang Pendidikan JUMLAH
1. S3 2
JUMLAH 2

Tabel 21. Jumlah pegawai berdasarkan golongan dan pendidikan Tahun 2019

No Gol/Ruang S3 S2 S1 SM D3 SLTA Jumlah


1 I 0 0 0 0 0 0 0
2 II 0 0 0 0 1 10 11
3 III 2 8 9 1 4 1 25
4 IV 10 1 0 0 0 0 11
Jumlah 12 9 9 1 5 11 47

Tabel 22. Jumlah pegawai organik (PNS) BALITKLIMAT berdasarkan kelompok


umur dan pendidikan akhir per 31 Desember 2019

No Usia(Thn) S3 S2 S1 SM D3 SLTA Jumlah


1 26-30 0 0 1 0 1 0 2
2 31-35 0 1 4 0 0 0 5
3 36-40 0 4 2 0 1 1 8
4 41-45 2 1 1 0 1 4 9
5 46-50 0 2 0 0 0 3 5
6 51-55 7 1 1 0 1 2 12
7 56-60 1 0 0 1 1 1 4
8 >60 2 0 0 0 0 0 2
Jumlah 12 9 9 1 5 11 47

106 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Tabel 23. Daftar Nominatif Pegawai Balitklimat 31 Desember 2019
No NAMA PEGAWAI GOL/RUANG JABATAN STRUKTURAL
TMT STRUKTURAL/JAB. FUNGSIONAL
NIP/NIP LAMA TMT
UMUM
TEMPAT/TANGGAL LAHIR MASA KERJA JABATAN FUNGSIONAL
NOMOR KARPEG/KARIS/KARSU GOLONGAN TMT FUNGSIONAL
1 2 4 5
Dr. Ir. NANI HERYANI, M.SI
4C PENELITI UTAMA
195805161993032002 / 080114551
1 KUNINGAN, 16-05-1958 10/1/2017 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
G.062475/ 29 tahun, 9 bulan
PERTANIAN
Dr. Ir. POPI REDJEKININGRUM DWI
MUSTATININGSIH, M.S. 4C PENELITI UTAMA
196411291990032002 / 080101649
2
SEMARANG, 29-11-1964 10/1/2017 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
E. 772396/354744 28 tahun, 5 bulan
PERTANIAN
DR. ELZA SURMAINI, ., SP, M.SI
4C PENELITI MADYA
196901241998032001 / 080124601
3 PADANG PANJANG, 24-01-1969 10/1/2019 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
H.032647/035329 GG 25 tahun, 6 bulan
PERTANIAN
DR. IR. NONO SUTRISNO SA`AD, MS
4B PENELITI MADYA
195612101984031001 /
4 MAJALENGKA, 10-12-1956 4/1/2007 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
C.0739246/178766C 24 tahun, 0 bulan
PERTANIAN
Dr. Ir. BUDI KARTIWA, CESA
4B PENELITI MADYA
196803301994031001 / 080116192
5 BOGOR, 30-03-1968 3/1/2012 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
G.144550/ 19 tahun, 6 bulan
PERTANIAN
DR. Ir HARMANTO, M. ENG
4B KEPALA BALITKLIMAT
196711231993031001 / 080113110
6 WONOGIRI, 23-11-1967 4/1/2017 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
F 411771/022651 I 19 tahun, 7 bulan
PERTANIAN
Dr. Ir. WORO ESTININGTYAS, M.Si
4B PENELITI MADYA
196710081994032013 / 080117942
7 NGANJUK, JAWA TIMUR, 08-10-1967 4/1/2019 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
G.234638/011450 D 22 tahun, 7 bulan
PERTANIAN

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 107


Dr.Ir. ARIS PRAMUDIA, M.SI
4A PENELITI MUDA
196504121992031003 / 080109868
8 BOGOR, 12-04-1965 4/1/2009 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
E.784014/ 19 tahun, 5 bulan
PERTANIAN
Dr. Ir. YAYAN APRIYANA, M.SC
4A PENELITI MADYA
196603101992031002 / 080110525
9 INDRAMAYU, 10-03-1966 4/1/2011 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
E.903835/139597 19 tahun, 1 bulan
PERTANIAN
Ir. ERNI SUSANTI, M.Sc
4A PENELITI MADYA
196505281991032001 / 080105904
10 SUKABUMI, 28-05-1965 4/1/2018 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
E.778600/212926 BB 23 tahun, 5 bulan
PERTANIAN
Dr. Ir. SUCIANTINI, M.Si
4A PENELITI MADYA
196711301998032001 / 080124602
11 BANDUNG, 30-11-1967 4/1/2019 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
H. 032648/021460 DD 25 tahun, 0 bulan
PERTANIAN
KHARMILA SARI HARIYANTI, S.SI.,M.SI
3D PENELITI MUDA
197205162002122001 / 080132734
12 JAKARTA, 16-05-1972 4/1/2018 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
L. 020984/092353HH 18 tahun, 2 bulan
PERTANIAN
SETYONO HARI ADI, S.Kom, M.Sc
3D PENELITI MUDA
197912072003121002 / 080133972
13 WONOSOBO, 07-12-1979 4/1/2018 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
M 010784/ 14 tahun, 4 bulan
PERTANIAN
ADANG HAMDANI, SP, M.Si
3D PENELITI MUDA
197412262002121002 / 080132733
14 BOGOR, 26-12-1974 10/1/2019 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
020982/ 11 tahun, 5 bulan
PERTANIAN
NURWINDAH PUJILESTARI, S.Si, M.Si.
3C PENELITI MUDA
197701082001122001 / 080130413
15 JAKARTA, 08-01-1977 4/1/2013 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
L.016016/ 12 tahun, 11 bulan
PERTANIAN
ELSA RAKHMI DEWI, Ph.D
3C PENELITI MUDA
16 197511082009122001 /
BANDUNG, 08-11-1975 4/1/2014 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI

108 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
P.319299/142859L 4 tahun, 4 bulan
PERTANIAN
FADHLULLAH RAMADHANI, S.KOM., M.Sc
3C PENELITI MUDA
198007242005011001 / 080135312
17 UJUNG PANDANG, 24-07-1980 4/1/2016 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
M022295/ 11 tahun, 3 bulan
PERTANIAN
YELI SARVINA, S.SI, MSc
3C PENELITI MUDA
198310012008012009 / 080138593
18 SUNGAI KALU, SUMBAR, 01-10-1983 4/1/2018 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
N. 407480/ 10 tahun, 3 bulan
PERTANIAN
MISNAWATI, S.Si., M.Si
3B CALON PENELITI
198403092019022001 /
19 PIDIE, 09-03-1984 2/1/2019 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
/ 0 tahun, 0 bulan
PERTANIAN
RADEN IMAN MUHARDIONO
BROTOHADIPARINGGO, S.P., MPSDA 3B CALON PENELITI
199007242019021001 /
20
Bandung, 24-07-1990 2/1/2019 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
/ 0 tahun, 0 bulan
PERTANIAN
RISQA NURKHAIDA SEPTIA RAKHMA, STP
3A PENELITI PERTAMA
198909292014032004 /
21 WONOSOBO, 29-09-1989 7/1/2015 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
B 03002564/BB03007951 1 tahun, 4 bulan
PERTANIAN
DARIIN FIRDA, S.SI 199410302018012002 / 3A CALON PENELITI
JAKARTA, 30-10-1994 1/1/2019 BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
22
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
B03039619/ 1 tahun, 0 bulan
PERTANIAN
MUHAMMAD NUR IMANSYAH, S.KOM
3C KEPALA SUBBAGIAN TATA USAHA
198503012011011007 /
PEMALANG, 01-03-1985 4/1/2019 SUBBAGIAN TATA USAHA
23
Q 024872/ 8 tahun, 3 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
DIAN ANDRIANI, A.MD
3B BENDAHARA PENERIMAAN
197501142007012001 / 080138222
24
BOGOR, 14-01-1975 4/1/2019 SUBBAGIAN TATA USAHA
Q 166525/133667 LL 16 tahun, 11 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 109


BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
SULISTYAWATI, A.Md
3A BENDAHARA PENGELUARAN
198307122011012010 /
BANDUNG, 12-07-1983 4/1/2019 SUBBAGIAN TATA USAHA
25 Q 024879/ 6 tahun, 3 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
SUHENDAR, 196408101999031003 / PETUGAS OPERASIONAL KENDARAAN
2D
080125174 DINAS
BOGOR, 10-08-1964 4/1/2018 SUBBAGIAN TATA USAHA
26
H O62312/0134376 29 tahun, 7 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
MUHAMAD AMIR, 196607202006041011 /
2D PETUGAS SARANA & PRASARANA
080135991
BOGOR, 20-07-1966 4/1/2018 SUBBAGIAN TATA USAHA
27
N132156/105886J 22 tahun, 11 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
EPEN SUPENDI, 196911142006041008 /
2D PETUGAS SIMAK BMN
080136636
BOGOR, 14-11-1969 4/1/2018 SUBBAGIAN TATA USAHA
28
N132158/105887J 21 tahun, 0 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
AKHMAD FAISAL RAKHMAN,
2D PENGADMINISTRASI KEPEGAWAIAN
198104132006041002 / 080135563
BOGOR, 13-04-1981 4/1/2018 SUBBAGIAN TATA USAHA
29
N132156/151557k 12 tahun, 3 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
SUJIHADDIN, 197708202007011001 /
2D PENGADMINISTRASI KEPEGAWAIAN
080137216
BOGOR, 20-08-1977 4/1/2019 SUBBAGIAN TATA USAHA
30
N 235017/145106 K 21 tahun, 0 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
SACA WIHARJA, 197507122007011001 /
2D TEKNISI GEDUNG
080138248
BOGOR, 12-07-1975 4/1/2019 SUBBAGIAN TATA USAHA
31
N163698/056230 L 13 tahun, 0 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN

110 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


ASEP HIDAYAT, 197505232007101001 /
2D PENGADMINISTRASI UMUM
080138734
BOGOR, 23-05-1975 10/1/2019 SUBBAGIAN TATA USAHA
32
P 296846/ 16 tahun, 5 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
RUSLI ROYANI, 197710142008121001 /
2C PEKARYA KEBUN
197710142
BOGOR, 14-10-1977 4/1/2017 SUBBAGIAN TATA USAHA
33
P.050843/199883 K 13 tahun, 11 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
YUDI KUSMANA, 197207112009101001 / 2C CARAKA
BOGOR, 11-07-1972 10/1/2017 SUBBAGIAN TATA USAHA
34 P296845/118595L 13 tahun, 9 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
PURWANINGSIH, B.Sc
3D TEKNISI LITKAYASA PENYELIA
196310071990032004 / 080101347
KLATEN, 07-10-1963 4/1/2016 SEKSI PELAYANAN TEKNIK
35
E.758925/148366 BB 26 tahun, 1 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
SUMARNO, A.Md 196209121999031001 /
3D TEKNISI LITKAYASA PENYELIA
080125462
MAJALENGKA, 12-09-1962 4/1/2017 SEKSI PELAYANAN TEKNIK
36
H.062309/013442 G 24 tahun, 8 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
TRI NANDAR WIHENDAR, S.Si
3C ANALIS OPTIMASI AIR
196905312000031001 / 080129307
BOGOR, 31-05-1969 4/1/2018 SEKSI PELAYANAN TEKNIK
37
J.120428/132453 24 tahun, 2 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
TUBAGUS GUGUM GUMELAR, A.Md.
3C TEKNISI LITKAYASA MAHIR
196605122001121001 / 080130690
BOGOR, 12-05-1966 4/1/2019 SEKSI PELAYANAN TEKNIK
38
L.017125/014141.I 18 tahun, 4 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
DHANY HENDRA PRADANA, ST
39 3C PENGUMPUL DATA
197909172011011009 /

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 111


LAMONGAN, 17-09-1979 4/1/2019 SEKSI PELAYANAN TEKNIK
Q 024878/ 8 tahun, 3 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
CATUR NENGSUSMOYO, S.Kom.
3C ANALIS DATA DAN INFORMASI
198312062011011011 /
SUMEDANG, 06-12-1983 4/1/2019 SEKSI PELAYANAN TEKNIK
40
Q. 097597/03002941 8 tahun, 3 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
MUCHAMAD WAHYU TRINUGROHO, ST.,
3C KEPALA SEKSI PELAYANAN TEKNIK
M.Eng 198305302009101001 /
BOYOLALI, 30-05-1983 10/1/2019 SEKSI PELAYANAN TEKNIK
41
P.296844/118596 8 tahun, 0 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
BUDI RAHAYU, 197010192002121001 /
3B TEKNISI LITKAYASA MAHIR
080133112
BOGOR, 19-10-1970 4/1/2019 SEKSI PELAYANAN TEKNIK
42
L.020983/ 18 tahun, 3 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
ANTON APRILYANTO,
2D TEKNISI LITKAYASA TERAMPIL
197404162007011001 / 080138184
BOGOR, 16-04-1974 10/1/2016 SEKSI PELAYANAN TEKNIK
43
N.313043/147650 K 16 tahun, 2 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
NAADAA RACHMAWATI, A.Md
2C CALON TEKNISI LITKAYASA
199506012019022003 /
JAKARTA, 01-06-1995 2/1/2019 SEKSI PELAYANAN TEKNIK
44
/ 0 tahun, 0 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
YULIUS ARGO BAROTO, ST
3C ANALIS DATA DAN INFORMASI
198506172011011008 /
YOGYAKARTA, 17-06-1985 4/1/2019 SEKSI JASA PENELITIAN
45
Q057019/ 8 tahun, 3 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
HUSNA ALFIANI, ST 198711202011012015
3C ANALIS DATA DAN INFORMASI
/
46 BOGOR, 20-11-1987 4/1/2019 SEKSI JASA PENELITIAN
Q 101341/ 8 tahun, 3 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI

112 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN
ANGGRI HERVANI, SP
3C KEPALA SEKSI JASA PENELITIAN
198403312009121003 /
PATI, 31-03-1984 4/1/2019 SEKSI JASA PENELITIAN
47 P 512824/097918 K 4 tahun, 4 bulan BALIT AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
BALAI BESAR SUMBERDAYA LAHAN
PERTANIAN

6.3. Sarana dan Prasarana Penelitian

Dalam rangka pelaksanaan operasional kegiatan. Balai Penelitian Agroklimat dan


Hidrologi memerlukan dukungan sarana dan prasarana yang memadai, baik
barang bergerak maupun tidak bergerak. Barang tidak bergerak meliputi antara
lain: tanah dan bangunan gedung kantor, sedangkan barang bergerak meliputi:
kendaraan, peralatan laboratorium, peralatan penelitian, pengolah data,
peralatan kantor dan lain-lain. Sarana dan prasarana Balai Penelitian Agroklimat
dan Hidrologi sumber perolehannya melalui APBN masuk dari Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian dan pengadaan melalui DIPA Balai Penelitian
Agaroklimat dan Hidrologi.

Barang Tidak Bergerak

Barang tidak bergerak berupa tanah dan bangunan gedung kantor. Balai
Penelitian Agroklimat dan Hidrologi berada di satu lingkup Kampus Penelitian
Pertanian Cimanggu, Jalan Tentara Pelajar Nomor 1A, Kelurahan Menteng,
Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor 16111. Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi tidak memiliki aset tetap berupa tanah. Tanah tempat Gedung dan
Bangunan berdiri serta halaman yang digunakan masih berstatus pinjam pakai
dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aromatika, tanah persil yang dipinjam
oleh Balitklimat seluas 8.800 m2. Barang inventaris tidak bergerak, yaitu
bangunan perkantoran berasal dari eks Puslitbangbun seluas 500 m2, transfer
masuk dari Badan Litbang Pertanian berupa gedung perkantoran 2 lantai seluas
1.400 m2, bangunan laboratorium pengatur cuaca seluas 160 m2 dan
penambahan hasil renovasi TA 2013 lantai 2 diatas Mess Balitklimat seluas
312,65 m2, sedangkan garasi mobil seluas 80 m2 dan garasi motor seluas 24 m2.
Pada tahun 2014 dan 2015, Balitklimat melakukan renovasi dan perluasan

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 113


bangunan laboratorium menjadi gedung Multi Purpose (Laboratorium,
Perpustakaan, Arsip, dan Diseminasi) yang dibangun 2 lantai dengan masing-
masing lantai seluas 411,6 m2 dan sudah selesai 100% serta sudah difungsikan.

Fasilitas
Setiap tahun secara berangsur melalui DIPA SATKER Balitklimat juga
mengadakan penambahan aset belanja modal berwujud peralatan laboratrium
atau penunjangnya, peralatan kantor dan penambahan nilai gedung berupa
renovasi gedung utama dan gedung mess dan Gedung Laboratorium.
Fasilitas transportasi berupa kendaraan roda 2, 3, dan 4 yang telah
dimiliki Balitklimat adalah seperti pada Tabel 24.
Tabel 24. Alat Transportasi

No. Nama alat Baik Total


1 Mini bus 4 6
2 Sepeda motor roda 2 6 6
3 Sepeda motor roda 3 1 1
3 Pick Up double cabin 2 2

6.4. Anggaran
6.4.1. Anggaran Penelitian (DIPA, Kerjasama Penelitian)
Sistem penganggaran tahun 2019 berbasis kinerja (unified budget) yang tertuang
dalam Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga, Anggaran SATKER Balai
Penelitian Agroklimat dan Hidrologi pada tahun 2019 berasal dari Program
Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing dalam kegiatan
Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Lahan Pertanian yang dituangkan
melalui DIPA Satker Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun anggaran
2019. Dalam Pagu, alokasi anggaran DIPA yang diterima Balitklimat TA 2019
adalah sebesar Rp. 11.230.019.000,-
6.4.2. Laporan Realisasi Pendapatan (PNBP)
Realisasi Pendapatan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2019
adalah sebesar Rp. 55.104.440 atau mencapai 107 persen dari estimasi
pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp. 51.500.000. Rincian estimasi
pendapatan dan realisasinya adalah sebagai berikut:

114 LAPORAN TAHUNAN 2019 - Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi


Tabel 25. Rincian Estimasi dan Realisasi Pendapatan
2019
No Uraian %
Estimasi Realisasi
Real
1. Pendapatan sewa tanah, gedung, dan
6.763.000
bangunan
2. Penerimaan kembali belanja Pegawai
26.500.000 5.241.140 179
TAYL
3. Penerimaan kembali belanja barang
35.450.300
TAYL
4. Pendapatan Penggunaan Sarana dan
9.000.000 6.650.000 73.8
Prasarana sesuai Tugas dan Fungsi
5. Pendapatan Layanan Penelitian / Riset
9.000.000 300.000 3.3
dan Pengembangan Iptek
6. Pendapatan Hasil Survei dan Pemetaan
Jasa Perpustakaan, Pengolahan Data, 7.000.000 700.000 10
Reproduksi Peta
Jumlah 51.500.000 55.104.440 107

LAPORAN TAHUNAN 2018 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi 115

Anda mungkin juga menyukai