PENANGGUNG JAWAB
Harmanto
DISUSUN OLEH
Tim Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi
PENYUNTING
Harmanto
Anggri Hervani
Yayan Apriyana
Setyono Hari Adi
Husna Alfiani
REDAKSI PELAKSANA
Eko Prasetyo
Hari Kurniawan
TATA LETAK
Eko Prasetyo
DITERBITKAN OLEH:
BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Kementerian Pertanian
2020
ISSN :1693-6043
KATA PENGANTAR
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
2.4. Teknologi Panen dan Hemat Air Irigasi Berbasis Android di Era
Pertanian 4.0 ............................................................................... 17
Pada tahun 2019 terdapat 7 RPTP yaitu tiga bidang Agroklimat dan 4
bidang hidrologi sebagai berikut :
Bidang Penelitian Agroklimat
1. Pemutakhiran Sistem Informasi Katam Terpadu Mendukung Peningkatan
Produksi Pangan Menghadapi Keragaman dan Perubahan Iklim
2. Penelitian dan Pengembangan Sistem Informasi Pengelolaan Risiko
Keragaman Iklim dan Iklim Ekstrim Mendukung Program Strategis
Kementerian Pertanian
3. Pengembangan Key Area Keragaman Iklim Indonesia dan Dampaknya
Pada Produksi Pertanian untuk Mendukung Ketahanan Pangan
Berkelanjutan
Bidang Penelitian Hidrologi
1. Model Pengelolaan Air Terpadu untuk Meningkatkan Indeks Pertanaman
Tanaman Pangan dan Produksi Pertanian
2. Penelitian dan Pengembangan Sistem Irigasi Moderen untuk
Meningkatkan Produksi Hortikultura yang Hemat Air, Hemat Energi dan
Ramah Lingkungan
3. Desain dan Pengembangan Teknologi Pemanfaatan Sumber Daya Air
untuk Meningkatkan Produktivitas Tanaman Padi Gogo dan Palawija di
Bawah Tegakan Tanaman Tahunan
Informasi standing crop tanaman padi merupakan salah satu informasi yang bisa
diakses di dalam SI KATAM Terpadu. Informasi ini menyajikan gambaran real
time fase pertumbuhan di lapangan yang diterjemahkan melalui data satelit.
Saat ini terdapat data satelit Sentinel-2 dengan resolusi 10m X 10m frekwensi 5-
harian. Data citra tersebut sangat potensial diterjemahkan menjadi informasi
standing crop dengan resolusi lebih tinggi, hingga level desa di seluruh
Indonesia.
Fase Standing Crop dengan Sentinel-2, klasifikasi fase tegakan padi di
lahan sawah meliputi 4 fase (berdasarkan klasifikasi IRRI) yaitu: a. Fase
Penggenangan/Vegetatif (0-45 hari setelah tanam); b. Fase Generatif (45-90 hari
setelah tanam); c. Fase Pematangan (91-110 hari setelah tanam); dan e. Fase
Bera
Verifikasi yang telah dilakukan mencakup 8 Provinsi, yaitu Provinsi
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Sumatera
Barat, Kalimatan Selatan dan Sulawesi Selatan dengan persentase rata-rata
sebesar 83,715%.
Sistem Informasi (SI) KATAM Standing Crop Sentinel 2 terdiri dari 2 jenis,
yaitu:
1. Prototipe SI berbasis Website
Standing Crop yang berbasis website terintegrasi dengan website utama
Kalender Tanam Terpadu (KATAM) yang bisa di akses melalui halaman
http://katam.litbang.pertanian.go.id/main.aspx. Informasi standing crop yang
ditampilkan pada website adalah luas masing-masing fase standing crop, yaitu
fase bera, fase air, fase vegetatif, fase generatif dan fase pemasakan serta luas
tutupan awan dalam satuan hektar dan persentase. Selain itu terdapat juga
informasi luas prediksi panen padi tiga bulan kedepan. Informasi-informasi
tersebut sudah sampai level desa untuk seluruh provinsi di Indonesia dalam
bentuk spasial dan tabular (Gambar 1).
Pada Tabel 1 disajikan contoh hasil analisis prediksi luas panen padi pada
bulan November, Desember 2019 dan Januari 2020 berdasarkan informasi
standing crop bulan Oktober 2019 di 6 provinsi di Jawa-Bali. Hasil prediksi luas
panen ini kemudian dikalikan dengan rata-rata produktivitas masing-masing
provinsi, faktor penyusutan, dan faktor konversi padi menjadi beras, kemudian
menghasilkan prediksi produksi beras bulan November, Desember 2019 dan
Januari 2020.
Tabel 1. Pemanfaatan informasi standing crop Oktober 2019 untuk menduga luas
panen dan produksi beras pada November, Desember 2019 dan Januari
2020
Indonesia adalah negara luas yang diapit oleh 2 benua (Asia dan Australia) dan 2
Samudra (Indonesia dan Pasifik) yang menjadikan Indonesia sebagai daerah
pertemuan dua sirkulasi udara global (Hadley dan Walker) yang sangat
mempengaruhi keragaman iklim Indonesia. Demikian juga bentuk kepulauan
dengan topografi yang beragam menyebabkan pengaruh lokal terhadap
keragamam iklim Indonesia. Unsur iklim dengan keragaman yang paling tinggi di
Indonesia adalah curah hujan dan diikuti dengan suhu udara. Luasnya wilayah
dan keragaman yang tinggi antar waktu dan wilayah menuntut perlunya
penyederhanaan dan pengelompokkan wilayah berdasarkan karakter iklim yang
sama melalui klasifikasi iklim. Klasifikasi iklim merupakan metode untuk
mengkelaskan/mengelompokan wilayah yang mempunyai karakter iklim yang
sama berdasarkan data rata-rata unsur iklim, antara lain curah hujan periode 30
tahun.
Klasifikasi iklim telah dilakukan orang sejak jaman dahulu, di Indonesia
klasifikasi iklim dilakukan pertama kali oleh Boerema (1926) berupa Peta
Wilayah Hujan untuk keperluan perhubungan dan pertanian. Schmidt-Ferguson
Diseminasi Peta Sumber Daya Agroklimat agar mudah dan cepat diakses,
disajikan dalam bentuk Atlas Sumber Daya Agroklimat Skala 1 : 500.000 dan
informasi peta sumber daya agroklimat yang dapat dibuka/diakses di web:
http://informasi-sd-agroklimat.com/agroklimat.
2.4. Teknologi Panen dan Hemat Air Irigasi Berbasis Android di Era
Pertanian 4.0
Air merupakan salah satu kebutuhan utama untuk manusia dan pertumbuhan
tanaman yang sehat. Akan tetapi di daerah iklim arid dan semi-arid, kekurangan
air sering terjadi akibat kurangnya curah hujan. Di daerah seperti ini, laju
evapoprasi yang tinggi selama musim tanaman juga lazim terjadi. Hujan di
daerah-daerah iklim semi-arid, biasanya berupa hujan lebat. Kondisi tanah yang
ada tidak dapat menyerap semua air hujan yang volumenya besar dalam waktu
singkat. Akibatnya hujan di daerah-daerah semi-arid ini biasanya diikuti dengan
volume air limpasan-permukaan (runoff) yang besar.
Faktor-faktor klimatik di daerah arid dan semi-arid ini mengisyaratkan
bahwa kita harus dapat memanfaatkan jumlah curah hujan yang terbatas
(a) (b)
Gambar 12. rotating sprinkler irrigation (a) dan mini big gun irrigation (b)
Gambar 18. Dinamika Elevasi Muka Air Sungai dan Lahan pada Tipologi Rawa
Lebak Desa Tanjung Alai, Kecamapan SP. Padang, Ogan Komering
Ilir, Sumsel
Model penentuan awal tanam dan pola tanam level kecamatan disusun
berdasarkan integrasi antara sub model prediksi curah hujan dan sub model
neraca air level kecamatan. Penentuan potensi produksi menggunakan model
tanaman Agricultural Production Systems Simulator (APSIM). Model ini
mengintegrasikan dampak cuaca variabel harian (terutama curah hujan, suhu
dan radiasi matahari) dengan parameter tanah, air dan pengelolaan tanaman
padi, dengan 3 skenario, yaitu pada tahun Normal, El Nino dan La Nina.
Estimasi Produktivitas berdasarkan waktu tanam pada SI Katam Terpadu
dilakukan sebagai upaya untuk memberikan informasi bagi pemangku kebijakan
dalam memperkirakan potensi produktivitas pada suatu wilayah di tingkat
kecamatan. Pada tahun 2019 ini skenario dilakukan pada 3 agroekosistem yang
berbeda di sentra produksi padi. Untuk lahan sawah irigasi dilakukan di
kecamatan Subang, kabupaten Subang, lahan sawah tadah hujan di kecamatan
Cariu kabupaten Bogor dan lahan sawah pasang surut di kecamatan Banyuasin
II, kabupaten Banyuasin.
Contoh Hasil Simulasi Produktivitas Tanaman Padi di Subang untuk 2 kali
tanam selama 30 tahun bervariasi antara 4.36 sampai 6,26 Ton/ha dengan rata-
rata 5.29 Ton/ha, disajikan pada Gambar 20.
Salah satu dampak perubahan iklim yang paling besar pengaruhnya terhadap
sektor pertanian adalah kejadian iklim ekstrim. Dampak tersebut makin
diperparah oleh rendahnya kapasitas adaptasi karena terbatasnya sumberdaya
dan akses terhadap informasi iklim dan teknologi. Untuk meminimalkan risiko
bencana 1-2 musim ke depan perlu dipersiapkan prediksi dan rekomendasi serta
implikasi kebijakan adaptasi 1-2 musim yang akan datang. Informasi keragaman
iklim dapat didekati dengan melakukan prediksi 3-6 bulan ke depan. Penelitian
bertujuan untuk 1) Memutakhirkan peta prediksi iklim untuk pertanian tingkat
nasional dan provinsi seluruh Indonesia, 2) Memutakhirkan peta prediksi risiko
kekeringan tanaman padi untuk pertanian tingkat provinsi dan dan kabupaten
seluruh Indonesia, 3) Menganalisis periode kritis kejadian hari tanpa hujan >10
hari berturut-turut di daerah sentra produksi pertanian, 4) Menyusun implikasi
prediksi dan rekomendasi strategi adaptasi menghadapi MK 2019 dan MH
Gambar 24. Prediksi risiko kekeringan tanaman padi bulan Maret 2020 di Provinsi
Bali dan Kalimatan Selatan
Perilaku iklim sekarang ini semakin sulit untuk diprediksi sebagai akibat dampak
perubahan iklim. Wilayah-wilayah yang masih terbatas ketersediaan data
iklimnya perlu dimutakhirkan agar diperoleh informasi untuk mendukung
kegiatan pertanian. Hubungan indikator global dengan anomali curah hujan yang
kuat dan signifikan digunakan untuk mengetahui wilayah yang rentan dan
sensitif terhadap perubahan maupun kejadian iklim ekstrem.
Upaya adaptasi terhadap perubahan iklim dapat dilakukan dengan
mengidentifikasi keragaman dan kejadian iklim ekstrem yang menyebabkan
adanya bencana terkait iklim (banjir, kekeringan) di beberapa wilayah di
Indonesia. Keragaman, kejadian iklim ekstrem, dan bencana terkait iklim
tersebut, akan berdampak terhadap menurunnya luas tanam luas panen dan
produksi pangan khususnya padi. Hasil-hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan antara indikator global dengan curah hujan, dan curah huan ini
merupakan salah satu parameter iklim yang paling erat hubungannya dengan
aktifitas pertanian. Intensitas dan sebaran curah hujan sangat menentukan pola
dan waktu tanam.
Dampak kejadian iklim ekstrem terhadap sektor pertanian berbeda-beda
di setiap wilayah. Oleh karena itu sebaran lokasi dimana curah hujannya sangat
dipengaruhi oleh indeks global perlu diidentifikasi dan dipetakan. Penentuan
lokasi Key Area didasarkan pada korelasi yang kuat dan sangat kuat serta
signifikan atau sangat signifikan antara anomaly curah hujan dengan indeks
global. Lokasi ini menjadi wilayah kunci (Key Area) keragaman iklim Indonesia
untuk mengetahui besar dampak serta untuk melakukan monitoring dampaknya.
Selanjutnya Key Area perlu dilengkapi dengan informasi tentang fluktuasi
produksi, luas tanam, prediksi curah hujan, serta prediksi luas panen.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1). Melakukan pemutakhiran Key Area
keragaman iklim Indonesia, 2). Melakukan analisis hubungan antara data
Standing Crop (SC) dengan data luas panen di Key Area keragaman iklim
Indonesia dan 3). Menyusun prototipe sistem informasi Key Area Keragaman
Iklim Indonesia untuk sektor Pertanian.
Gambar 27. Key Area keragaman Iklim Indonesia untuk Indeks Nino 3.4 pada
kondisi El-Nino
Gambar 28. Key Area keragaman Iklim Indonesia untuk Indeks Nino 3.4 pada
kondisi La-Nina
Gambar 30. Key Area keragaman Iklim Indonesia pada kondisi La-Nina
Gambar 34. Tampilan menu pilihan kecamatan dalam prototipe Sistem Informasi
Sumberdaya Air Nasional berbasis web
Gambar 35. Detail infromasi sisda per kecamatan dalam prototipe Sistem
Informasi Sumberdaya Air Nasional berbasis web
Gambar 36. Desain jaringan irigasi untuk Lahan Sawah Tadah Hujan di Grobogan
Tabel 4. Hasil jagung pipilan kering per ha, Superimpose di Desa Tambirejo
Pipilan kering/ha
No Perlakuan
(Ton/ha)
1 Tanpa bahan organik irigasi petani 5 kali, 200 ml 5.80 abcd
2 Tanpa bahan organik irigasi petani 10 kali, 200 ml 5.93 abcd
3 Tanpa bahan organik irigasi petani diperbaiki (12 kali) 5.20 ac
4 Ditambah pupuk kandang, irigasi petani 5 kali, 200 ml 5.29 acd
5 Ditambah pupuk kandang, irigasi petani 10 kali, 200 ml 5.52 acd
6 Ditambah pupuk kandang, irigasi diperbaiki (12 kali) 5.95 abcd
7 Ditambah biochar, irigasi petani 5 kali, 200 ml 5.84 ac
8 Ditambah biochar, irigasi petani 10 kali, 200 ml 5.24 abcd
9 Ditambah biochar, irigasi diperbaiki (12 kali) 5.50 ac
Gambar 38. Desain demplot Irigasi Tetes terintegrasi Sistem Irigasi Sumur Air Tanah
Dalam di Desa Akar-akar, Kecamantan Bayan, Lombok Utara
Gambar 39. Peta potensi wilayah pengembangan padi gogo di Pulau Sumatera
berbasis sumber daya air dan iklim
Gambar 40. Peta potensi wilayah pengembangan padi gogo di Pulau Kalimantan
berbasis sumber daya air dan iklim
75
TINGGI KOLOM AIR (mm/bulan) .
50
25
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
-25 Surplus
-50
Defisit
-75
-100
Sumber irigasi pada budi daya tumpangsari padi gogo dan palawija di
bawah tegakan tanaman sengon dan karet berasal dari embung yang terletak di
sekitar lahan penelitian. Air dipompa dari embung dan dialirkan ke lahan
menggunakan pipa tertutup. Teknik irigasi yang diaplikasikan adalah irigasi
sprinkler, furrow, dan spray hose (Gambar 42). Volume dan frekuensi irigasi
diberikan sesuai kebutuhan air tanaman pada setiap fase pertumbuhan. Pada
fase vegetatif selama 60 hari, irigasi diberikan sebanyak 37,2 mm setiap 9 hari,
sedangkan pada masa generatif atau tanaman berumur 61-90 hari, irigasi
diberikan sebanyak 50,2 mm setiap 10 hari. Pada akhir pertumbuhan tanaman,
yakni pada fase pematangan, umur lebih dari 90 hari sampai menjelang panen,
irigasi diberikan selang 23 hari sebanyak 29 mm.
3,0
2,5
Berat Gabah kering (t/ha)
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
Gambar 43. Berat gabah kering padi pada teknik irigasi curah (sprinkler), kabut
(sprayhose), genangan (furrow) di bawah naungan sengon dan
karet di desa Trimulyo, kecamatan Tanjung Bintang, kabupaten
Lampung Selatan (B1, B2, B3, sengon; T1 Karet; T2, T3, sengon)
Gambar 46. Peta desain optimalisasi tata kelola air irigasi di demfarm SERASI
Jejangkit, Banyuasin, Kalimantan Selatan
Gambar 47. Hasil analisis banjir menggunakan HEC RAS dengan 3 debit asumsi.
Lingkaran biru pada data geometri sungai adalah titik profil
melintang sungai yang ditampilkan, merupakan titik inlet ke
demfarm Jejangkit
Gambar 48. Kegiatan diseminasi teknologi dan hasil penelitian Balai Agroklimat
dan Hidrologi dalam acara Festival Iklim di Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan
(a) (b)
Gambar 49. Embung geomembrane (a) dan sumur dalam (b)
(a) (b)
Gambar 50. Torent penampung air kapasitas 2200liter (a) dan control panel
irigasi otomatis berbasis android (b)
Gambar 51. Bimbingan teknis Iklim dalam rangka World Soil Day
Gambar 52. Sekolah lapang Iklim dalam rangka World Soil Day
Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Program Leveraging ICT for Irrigated
Agricultural Extension yang dilakukan oleh PT. Mercy Corps Indonesia dengan SI
Kalender Tanam Terpadu yang dikembangkan oleh Balitklimat. Program
Leveraging ICT for Irrigated Agricultural Extension sendiri merupkan kerjasama
antara Pemerintah Indonesia dengan Asian Development Bank. Kegiatan
kerjasama antara Mercy Corps Indonesia dengan Balitklimat ditujukan untuk
memperluas deliveri informasi Katam Terpadu kepada pengguna. Tekniknya
adalah dengan cara membuat aplikasi android yang link dengan SI Katam
Terpadu, atau memanfaatkan data dan informasi dari SI Katam Terpadu.
Mercy Corps Indonesia adalah suatu lembaga swasta yg bergerak dalam
bidang IoT. Pada kegiatan kerja sama ini, Mercy Corps Indonesia melibatkan
mitranya 8 villages, PT. Mitra Sarana Membangun Bangsa (MSMB) dan Microaid
untuk me-link-kan web Katam Terpadu Balitbangtan ke dalam aplikasi android yg
sudah dikembangkannya. Terdapat 2 aplikasi yang dikembangkan oleh mitra dari
Mercy Corps Indonesia, yaitu PETANI dan RiTx.
Pada tahap awal kerjasama, Mercy Corps Indonesia berkesempatan
mengajak Tim Katam Terpadu untuk menyajikan SI Katam Terpadu dalam
3rd World Irrigation Forum dan 70th International Executive Council Meeting di
Nusa Dua Bali yg diselenggarakan oleh Indonesia National committee of ICID
Tahun 2019 adalah tahun kedua bagi Balitklimat dalam membangung demfarm
pertanian korporasi di Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat. Demfarm
korporasi adalah sebuah pertanian modern yang dikelolah secara professional
oleh para petani di Kecamatan Jayakerta yang tergabung dalam sebuah
korporasi. Output utama demfarm pertanian modern antara lain adalah beras
premium, hortikultura unggul dan bebek unggul beserta produk turunannya.
Produk-produk tersebut dipasarkan khusus dengan target seperti super market
bahkan hingga tujuan ekspor. Demfarm pertanian korporasi diinisiasi oleh
Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Pemda Kabupaten Karawang
dengan melibatkan TETO-Taiwan sebagai ekspertise yang telah berpengalaman
lama dalam model korporasi dan penerapan teknologi modern.
Salah satu kegiatan utama dalam pengembangan demfarm tersebut adalah
pengembangan long storage dan bangunan irigasi lainnya untuk pemenuhan
kebutuhan air pertanian, 1000 hektar terutama di musim kemarau juga sebagai
sarana sekolah lapang pertanian korporasi untuk scaling up, dan sarana
mengimplementasikan inovasi teknologi pertanian korporasi. Hingga tahun akhir
2019, Balitklimat berhasil membangun 4 buah microdam dan 18 box bagi dengan
total pintu air sejumlah 32 unit.
Gambar 55. Peta sebaran micro dam pada lahan demfarm pertanian korporasi
Boks bagi adalah bangunan irigasi yang berfungsi antara lain mengatur
dan mendistribusikan air irigasi menuju saluran tersier dan kuarter. Box bagi
terletak pada percabangan saluran irigasi yang bekerja dengan cara menahan
dan menaikan air irigasi hingga dapat menjangkau dasar saluran pembagi.
Gambar 57. Contoh box bagi dan pintu airnya pada lahan demfarm pertanian
korporasi
Micro dam dan Long storage ini hanya difungsikan pada akhir musim
hujan memasuki musim kemarau dengan harapan hasil panen air buangan
tersebut dapat digunakan sepanjang musim kemarau sebagai irigasi
suplementer. Sementara itu pada musim hujan, seluruh pintu air akan dicabut
sehingga long storage kembali berfungsi sebagai saluran drainase utama.
Gambar 58. Luas Genangan Banjir Maksimum Lokasi PT. BIT berdsarkan hasil
simulasi
Salah satu perkebunan sawit yang bermasalah dengan banjir adalah perkebunan
sawit milik PT. Persada Dinamika Lestari (PT PDL) yang merupakan anak
perusahaan dari PT ASRA AGROLESTARI TBK. Perkebunan sawit ini terletak di
Kawasan gambut di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan.
Balitklimat sebagai balai nasional yang Tangguh dalam penanganan masalah
banjir di Kawasan perkebunan kembali dipercaya menjadi mitra dalam rangka
mengatasi permasalahan banjir di perkebunan sawit ini. Berkaitan dengan upaya
penanganan banjir di PT. PDL, diperlukan data kondisi hidrologi dan topografi
lahan saat ini, yang selanjutnya akan digunakan sebagai data input dalam
menyusun model pengelolaan air. Data hidrologi dan topografi tersebut
dikumpulkan melalui pelaksanaan survey hidrologi dan topografi terpadu oleh tim
yang beranggotakan berbagai disiplin ilmu.
Ada empat kegiatan yang menjadi focus utama dalam kegiatan ini, yaitu :
1) melaksanakan pengukuran parameter hidrologi (debit sungai dan saluran,
elevasi muka air lahan saat banjir, neraca air lahan) pada lahan kebun sawit PT.
PDL; 2) melaksanakan survey foto udara menggunakan drone pada lahan kebun
sawit PT. PDL; 3) melaksanakan survey topografi untuk pengukuran cross section
dan long section beberapa segmen sungai dan saluran lahan kebun sawit PT.
Gambar 61. Pembuatan sumur PVC diameter 6” pada lahan terkompaksi (kiri)
dalam rangka pengamatan aliran air bawah tanah tanah
SMA Negeri 7 Bogor merupakan salah satu sekolah terluas di Bogor yang
berwawasan lingkungan (Green School) karena memiliki kawasan hijau dengan
bnayak pohon yang tumbuh. SMA Negeri 7 Bogor merupakan sekolah Adiwiyata,
gelar „Sekolah Adiwiyata‟ diberikan pada sekolah yang peduli dan berbudaya
lingkungan. Program Adiwiyata sendiri merupakan sebuah program dengan
tujuan untuk mewujudkan sekolah yang demikian. Program ini dilaksanakan
dengan berdasarkan pada tiga prinsip utama, yaitu edukatif, partisipatif, dan
berkelanjutan. Ketentuan tentang Sekolah Adiwiyata tertera dalam Peraturan
Belanja Negara
Rupiah Murni 11.230.019.000 10.918.926.814 95.42 10.419.137.373
Belanja Pegawai 3.795.265.000 3.625.646.254 108.03 3.916.679.137
Belanja Barang 7.064.754.000 6.924.147.060 88.18 6.105.702.236
Belanja Modal 370.000.000 369.133.500 107.48 396.756.000
Hibah 0 0 0 0
Belanja Pegawai 0 0 0 0
Belanja Barang 0 0 0 0
Belanja Modal 0 0 0 0
Beberapa narasumber dan tenaga ahli lokal yang hadir pada acara
koordinasi dan pengarahan SID tersbut dapat disajikan dalam Gambar 65.
Gambar 65. Workshop SID di propinsi Sumsel: Pemaparan Hasil Survei dan SID
Pompa air bantuan Balitklimat ini dimaksudkan untuk menaikkan air yang
mengalir di saluran primer yang masih terbatas (karena ada kegiatan rehab
jaringan) dan masih belum bisa mengalir ke lahan sawah habis panen (Gambar
69) karena lokasinya lebih rendah. Dengan aplikasi low lift pump ini diharapkan
air dari saluran primer bisa masuk lahan dan membasahi sawah yang baru saja
dipanen untuk segera ditanami benih padi gogo menjadi “gogo sawah” dalam
rangka percepatan tanam (LTT).
Tabel 15. Realisasi anggaran Balitklimat tahun 2019 menurut jenis belanja
JENIS BELANJA Pagu Anggaran Realisasi %
(Rp.)
A BELANJA PEGAWAI 3.795.265.000,00 3.625.646.254,00 95,53
B BELANJA BARANG 7.064.754.000,00 6.924.147.060,00 98,01
1. OPERASIONAL 2.271.150.000 2.243.731.065 98,76
2. NON OPERASIONAL 4.793.604.000 4.680.415.995 91,93
C BELANJA MODAL 370.000.000,00 369.133.500,00 99,77
TOTAL 11.230.019.000 10.918.930.123 97,23
Tabel 16. Anggaran Balitklimat tahun 2019 menurut output kegiatan (Revisi 2 POK
DIPA 02)
Output Anggaran %
Penelitian (RPTP) 2.750.000.000 24,38
Diseminasi (RDHP) 600.000.000 5,32
Teknologi Adaptasi Perubahan Inklim (Ontop) 500.000.000 4,43
Layanan Internal (Belanja Modal) 370.000.000 3,28
Layanan Dukungan Manajemen Satker 943.604.000 8,36
Layanan Perkantoran (Gaji dan Operasional) 6.066.415.000 54,22
Total 11.230.019.000 100,00
Dalam setiap kegiatan baik RPTP, RDHP, dan RKTM, evaluasi digunakan untuk
mengukur keragaan dan kualitas kemajuan, serta keberhasilan penyelesaian
kegiatan. Evaluasi dilakukan secara mendalam dengan menganalisis kuantitas,
kualitas, dan relevansi pelaksanaan kegiatan penelitian serta kesesuaiannya
terhadap rencana yang telah disusun. Evaluasi menghasilkan rekomendasi untuk
perbaikan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian yang sedang berjalan dan
perencanaan berikutnya. Formulir Isian Monitoring Kegiatan Penelitian Balai
Penelitian Agroklimat dan Hidrologi TA 2019 disajikan pada Lampiran 2.
Balitklimat telah melaksanakan kegiatan monitoring kemajuan pelaksanaan
kegiatan penelitian pada bulan Mei 2019, kegiatan tersebut dilakukan untuk
melihat sampai sejauh mana progress pelaksanaan kegiatan.
Balitklimat juga melaksanakan koordinasi tim SPI dan monev, koordinasi
penajaman SPI dan monev, tindak lanjut pelaksanaan monev dan pengisian SPI
Balitklimat dan monev lapang workshop aplikasi monev tahun 2019 di D.I.
Yogyakarta yaitu Aplikasi e-monev Bappenas (PP 39/2006)dan aplikasi Smart
(PMK 214/2017). Pada workshop tersebut juga dilakukan monitoring dan evalusi
dalam pengisian aplikasi. Apikasi tersebut setiap akhir tahun akan dipantau oleh
kemenkeu dan e-monev.bappenas. go.id/emon3/ dipantau oleh bappenas setiap
bulan. Pelaksanaan kegiatan workshop dapat dilihat pada Lampiran 20.
Pelaksanaan monev lapang pada tahun 2019 dilakukan di dua lokasi yaitu
Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan pada kegiatan RPTP Pengelolaan
Gambar 70. Pengamatan dan pencatatan data stasiun AWS Cimel Sukamandi
Gambar 72. Display CCTV di Jawa barat Kabupaten Sukabumi dan Cianjur
(http://katam.litbang.pertanian.go.id/display_cctv.aspx?id_display_
cctv=1)
STRUKTUR ORGANISASI
BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI
KEPALA
SUBBAGIAN
TATA USAHA
SEKSI SEKSI
PELAYANAN TEKNIK JASA PENELITIAN
KELOMPOK
JABATAN FUNGSIONAL
Sumber daya manusia memegang peran yang sangat penting dan strategis
dalam mendukung Reformasi birokrasi dan pencapaian kinerja institusi
khususnya Balitklimat menuju institusi yang akuntabel, transparan, efisien dan
efektif. Perencanaan, pembinaan dan pengembangan SDM di Balitklimat yang
berkualitas dan kegiatan pendukungnya dapat memberikan dampak langsung
dan tidak langsung terhadap perbaikan potensi, kinerja dan dorongan untuk
terus berprestasi dan mengembangkan diri. Pelaksanaan reformasi birokrasi
Tabel 20. Jumlah pegawai yang sedang melaksanakan pendidikan tahun 2019
NO Jenjang Pendidikan JUMLAH
1. S3 2
JUMLAH 2
Tabel 21. Jumlah pegawai berdasarkan golongan dan pendidikan Tahun 2019
Barang tidak bergerak berupa tanah dan bangunan gedung kantor. Balai
Penelitian Agroklimat dan Hidrologi berada di satu lingkup Kampus Penelitian
Pertanian Cimanggu, Jalan Tentara Pelajar Nomor 1A, Kelurahan Menteng,
Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor 16111. Balai Penelitian Agroklimat dan
Hidrologi tidak memiliki aset tetap berupa tanah. Tanah tempat Gedung dan
Bangunan berdiri serta halaman yang digunakan masih berstatus pinjam pakai
dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Aromatika, tanah persil yang dipinjam
oleh Balitklimat seluas 8.800 m2. Barang inventaris tidak bergerak, yaitu
bangunan perkantoran berasal dari eks Puslitbangbun seluas 500 m2, transfer
masuk dari Badan Litbang Pertanian berupa gedung perkantoran 2 lantai seluas
1.400 m2, bangunan laboratorium pengatur cuaca seluas 160 m2 dan
penambahan hasil renovasi TA 2013 lantai 2 diatas Mess Balitklimat seluas
312,65 m2, sedangkan garasi mobil seluas 80 m2 dan garasi motor seluas 24 m2.
Pada tahun 2014 dan 2015, Balitklimat melakukan renovasi dan perluasan
Fasilitas
Setiap tahun secara berangsur melalui DIPA SATKER Balitklimat juga
mengadakan penambahan aset belanja modal berwujud peralatan laboratrium
atau penunjangnya, peralatan kantor dan penambahan nilai gedung berupa
renovasi gedung utama dan gedung mess dan Gedung Laboratorium.
Fasilitas transportasi berupa kendaraan roda 2, 3, dan 4 yang telah
dimiliki Balitklimat adalah seperti pada Tabel 24.
Tabel 24. Alat Transportasi
6.4. Anggaran
6.4.1. Anggaran Penelitian (DIPA, Kerjasama Penelitian)
Sistem penganggaran tahun 2019 berbasis kinerja (unified budget) yang tertuang
dalam Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga, Anggaran SATKER Balai
Penelitian Agroklimat dan Hidrologi pada tahun 2019 berasal dari Program
Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing dalam kegiatan
Penelitian dan Pengembangan Sumber daya Lahan Pertanian yang dituangkan
melalui DIPA Satker Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi tahun anggaran
2019. Dalam Pagu, alokasi anggaran DIPA yang diterima Balitklimat TA 2019
adalah sebesar Rp. 11.230.019.000,-
6.4.2. Laporan Realisasi Pendapatan (PNBP)
Realisasi Pendapatan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2019
adalah sebesar Rp. 55.104.440 atau mencapai 107 persen dari estimasi
pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp. 51.500.000. Rincian estimasi
pendapatan dan realisasinya adalah sebagai berikut: