Anda di halaman 1dari 61

ULASAN TEMA KEISLAMAN:

1. KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM


2. SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS
3. GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN SALAF (REFERENSI HADITS)
5. ISLAM, AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN PENEGAKAN HUKUM

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam


Dosen Pengampuh:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:
Nama : Leza Puastri Putri
NIM : E1Q020029
Fakultas&Prodi : FKIP&Pendidikan Fisika
Semester : 1 (Ganjil)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas ini
degan tepat waktu, atas hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas
pendidikan agama islam tentang TEMA KEISLAMAN

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang
sempurna dan menjadi rahmat bagi seluruh alam

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos
sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidkan Agama Islam untuk kelas pendidikan
fisika 1A

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat bagi yang membacanya, apabila ada
kesalahan nama gelar dan lain – lain mohon maaf yang sebesar besarnya

Penyusun, Lombok Tengah, 14 Oktober 2020

Nama : Leza puastri putri


NIM : E1Q020029

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER……………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..………. iii
I. Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam………………… 1
II. Sains dan Teknologi dan Al-Qur’an dan Al-Hadits………………………………. 8
III. Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits ..…………………………………………… 23
IV. Pengertian Salaf Menurut Al-Hadits ..……………………………………………. 33
V. Islam: Ajaran Tentang Berbagi serta Keadilan Penegakan Hukum …………… 46

DAFTAR PUSTAKA … ……………………………………………………………….. 57


LAMPIRAN ……………………………………………………………………………… 58

iii
BAB I

KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM

A. Siapakah tuhan itu?

Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an dipakai untuk


menyatakan berbagai objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam
surat  al-Furqan ayat 43.

Iَ I‫ ْن‬Iَ‫ أ‬I‫ َف‬Iَ‫ أ‬I‫ ُه‬I‫ ا‬I‫و‬Iَ I‫ َه‬I‫ ُه‬I‫ َه‬I‫ َل‬IٰIِ‫ إ‬I‫ َذ‬I‫خ‬Iَ I‫ َّت‬I‫ ا‬I‫ ِن‬I‫ َم‬I‫ت‬
‫اًل‬I‫ ي‬I‫ ِك‬I‫و‬Iَ I‫ ِه‬I‫ ْي‬I‫ َل‬I‫ع‬Iَ I‫ن‬Iُ I‫ و‬I‫ ُك‬I‫ َت‬I‫ت‬ Iَ I‫ ْي‬Iَ‫ أ‬I‫ر‬Iَ Iَ‫أ‬

Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai


Tuhannya ?

Dalam surat al-Qashash ayat 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri:

Dan Fir’aun berkata: ‘Wahai para pembesar hambaku, aku tidak mengetahui Tuhan
bagimu selain aku’.

Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa


mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun
benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Perkataan ilah dalam al-
Qur’an juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:
ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk
dapat mengerti tentang definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika al-Qur’an
adalah sebagai berikut:Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting)
oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya.

Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:

1
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat
berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakkal kepadanya untuk
kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di
saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin, 1989: 56).

Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan
suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus
membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam hatinya hanya
satu Tuhan yang bernama Allah.

1. Pemikiran Umat Islam

       Dikalangan umat Islam terdapat polemik dalam masalah ketuhanan.Satu kelompok


berpegang teguh dengan Jabariah, yaitu faham yang mengatakan bahwa Tuhan
mempunyai kekuatan mutlah yang menjadi penentu segalanya. Di lain pihak ada yang
berpegang pada doktrin Qodariah, yaitu faham yang mengatakan bahwa manusialah yang
menentukan nasibnya. Polemik dalam masalah ketuhanan di kalangan umat Islam pernah
menimbulkan suatu dis-integrasi (perpecahan) umat Islam, yang cukup
menyedihkan.Peristiwa al-mihnah yaitu pembantaian terhadap para tokoh Jabariah oleh
penguasa Qadariah pada zaman khalifah al-Makmun (Dinasti Abbasiah).Munculnya
faham Jabariah dan Qadariah berkaitan erat dengan masalah politik umat Islam setelah
Rasulullah Muhammad meninggal.Sebagai kepala pemerintahaan, Abu Bakar Siddiq
secara aklamasi formal diangkat sebagai pelanjut Rasulullah.Berikutnya digantikan oleh
Umar Ibnu Al-Khattab, Usman dan Ali.

Embrio ketegangan politik  sebenarnya sudah ada sejak khalifah Abu Bakar, yaitu
persaingan segitiga antara sekompok orang Anshar (pribumi Madinah), sekelompok orang
Muhajirin yang fanatik dengan garis keturunan Abdul Muthalib (fanatisme Ali), dan
kelompok mayoritas yang mendukung kepemimpinan Abu Bakar. Pada periode
kepemimpinan Abu Bakar dan Umar gejolak politik tidak muncul, karena sikap khalifah

2
yang tegas, sehingga kelompok oposisi tidak diberikan kesempatan melakukan
gerakannya.

Ketika khalifah dipegang oleh Usman Ibn Affan (khalifa ke 3), ketegangan politik
menjadi terbuka.Sistem nepotisme yang diterapkan oleh penguasa (wazir) pada masa
khalifah Usman menjadi penyebab adanya reaksi negatif dari kalangan warga Abdul
Muthalib. Akibatnya terjadi ketegangan,yang menyebabkan Usman sebagai khalifah
terbunuh. Ketegangan semakin bergejolak pada khalifah berikutnya, yaitu Ali Ibn Abi
Thalib.  Dendam yang dikumandangkan dalam bentuk slogan bahwa darah harus dibalas
dengan  darah, menjadi motto bagi kalangan oposisi di bawah kepemimpinan Muawiyah
bin Abi Sufyan. Pertempuran antara dua kubu tidak terhindarkan.Untuk menghindari
perpecahan, antara dua kubu yang berselisih mengadakan perjanjian damai.Nampaknya
bagi kelompok Muawiyah, perjanjian damai hanyalah merupakan strategi untuk
memenangkan pertempuran. Amru bin Ash sebagai diplomat Muawiyah mengungkapkan
penilaian sepihak. Pihak Ali yang paling bersalah, sementara pihaknya tidak
bersalah.Akibat perjanjian itu pihak Ali (sebagai penguasa resmi) tersudut. Setelah
dirasakan oleh pihak Ali bahwa perjanjian itu merugikan pihaknya, di kalangan pendukung
Ali terbelah menjadi dua kelompok, yaitu : kelompok yang tetap setia kepada Ali, dan
kelompok yang menyatakan keluar, namun tidak mau bergabung dengan Muawiyah.
Kelompok pertama disebut dengan kelompok SYIAH, dan kelompok kedua disebut
dengan KHAWARIJ. Dengan demikian umat Islam terpecah menjadi tiga kelompok politik,
yaitu: 1) Kelompok Muawiyah (Sunni), 2) Kelompok Syi’ah, dan 3) Kelompok Khawarij.

Untuk memenangkan kelompok dalam menghadapi oposisinya, mereka tidak


segan-segan menggunakan konsep asasi.Kelompok yang satu sampai mengkafirkan
kelompok lainnya. Menurut Khawarij  semua pihak yang terlibat perjanjian damai baik
pihak Muawiyah maupun pihak Ali dinyatakan kafir. Pihak Muawiyah dikatakan kafir
karena menentang pemerintah, sedangkan pihak Ali dikatakan kafir karena tidak bersikap
tegas terhadap para pemberontak, berarti tidak menetapkan hukum berdasarkan
ketentuan Allah. Mereka mengkafirkan Ali dan para pendukungknya, berdasarkan Al-
Quran Surat Al-Maidah (5) : 44

3
َ ‫َو َمنْ َل ْم َيحْ ُك ْم ِب َما أَ ْن َز َل هَّللا ُ َفأُولَئ‬
َ ‫ِك ُه ُم ْال َكا ِفر‬
‫ُون‬

Siapa yang tidak menegakkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah (Al-
Quran), maka mereka dalah orang-orang kafir.

Munculnya doktrin saling mengkafirkan antara satu kelompok dengan kelompok


lain membuat pertanyaan besar bagi kalangan cendikiawan. Pada suatu mimbar
akademik (pengajian) muncul pertanyaan dari peserta pengajian kepada gurunya yaitu
Hasan Al-Bashry. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan adanya perbedaan
pendapat tentang orang  yang berbuat dosa besar. Sebagian pendapat mengatakan
bahwa mereka itu adalah mukmin, sedangkan pendapat lain mengatakan kafir. Para
pelaku politik yang terlibat tahkim perjanjian antara pihak Ali dan pihak Muawiyah, mereka
dinilai sebagai pelaku dosa besar. Alasan yang mengatakan mereka itu mukmin beralasan
bahwa iman itu letaknya di hati, sedangkan orang lain tidak ada yang mengetahui hati
seseorang kecuali Allah. Sedangkan pendapat lainnya mengatakan bahwa iman itu bukan
hanya di hati melainkan berwujud dalam bentuk ucapan dan perbuatan.Berarti orang yang
melakukan dosa besar dia adalah bukan mukmin.Kalau mereka bukan mukmin berarti
mereka kafir.

Sebelum guru besarnya memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang


dimajukan tentang dosa besar tersebut, seorang peserta pengajian yang bernama Wasil
ibnu Atha mengajukan jawaban, bahwa pelaku dosa besar bukan mukmin dan bukan kafir
melainkan diantara keduanya. Hasan Al-Bashry sebagai pembina pengajian tersebut
memeberikan komentar, terhadap jawaban Wasil.Komentarnya bahwa pelaku dosa besar
termasuk yang terlibat dalam perjanjian damai termasuk kelompok fasik.Wasil membantah
komentar gurunya itu, karena orang yang fasik lebih hina dimata Allah ketimbang orang
yang kafir. Akibat polemik tersebut Wasil bersama beberapa orang  yang sependapat
dengannya memisahkan diri dari kelompok pengajian Hasal Al-Bashry. Peserta pengajian
yang tetap bergabung bersama Hasan Al-Bashry mengatakan, “I’tazala Wasil
‘anna.”(Wasil telah memisahkan diri dari kelompok kita.)Dari kata-kata inilah Wasil dan
pendukungnya disebut kelompok MUKTAZILAH.(Lebih jelasnya lihat Harun Nasution
dalam Teologi Islam).

4
Kelompok Muktazilah mengajukan konsep-konsep yang bertentangan dengan
konsep yang diajukan golongan Murjiah (aliran teologi yang diakui oleh penguasa politik
pada waktu itu, yaitu Sunni.Berarti Muktazilah sebagai kelompok penentang arus). Doktrin
Muktazilah terkenal dengan lima azas (ushul al-khamsah) yaitu:

1. meniadakan (menafikan) sifat-sifat Tuhan dan menetapkan zat-Nya


2. Janji dan ancaman Tuhan (al-wa’ad dan al-wa’id)
3. Keadilan Tuhan (al-‘adalah)
4. Al-Manzilah baina al-manzilatain (posisi diatara dua posisi)
5. Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar.

Dari lima azas tersebut – menurut Muktazilah – Tuhan terikat dengan kewajiban-
kewajiban. Tuhan wajib memenuhi janjinya.Ia berkewajiban memasukkan orang yang baik
ke surga dan wajib memasukkan orang yang jahat ke neraka, dan kewajiban-kewajiban
lain. Pandangan-pandangan kelompok ini menempatkan akal manusia dalam posisi yang
kuat.Sebab itu kelompok ini dimasukkan ke dalam kelompok teologi rasional dengan
sebutan Qadariah.

Sebaliknya, aliran teologi tradisional (Jabariah) berpendapat bahwa Tuhan


mempunyai sifat (sifat 20, sifat 13, dan maha sifat).Ia maha kuasa, memiliki kehendak
mutlak. Kehendak Tuhan tidak terikat dengan apapun. Karena itu ia mungkin saja
menempatkan orang yang baik ke dalam neraka dan sebaliknya mungkin pula ia
menempatkan orang jahat ke dalam surga, kalau Ia menghendaki. Dari faham Jabariah
inilah ilmu-ilmu kebatinan berkembang di sebagaian umat Islam.

2. Konsep Ketuhanan dalam Islam

istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia. Orang
yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-Quran
konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu  Allah, dan selain Allah. Subjektif (hawa nafsu)
dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon, binatang, dan lain-lain

5
dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti dikemukakan pada surat Al-
Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:

ً ‫ُون هَّللا ِ أَ ْن‬


ِ ‫دَادا ُي ِحبُّو َن ُه ْم َكحُبِّ هَّللا‬ ِ ‫اس َمنْ َي َّتخ ُِذ مِنْ د‬
ِ ‫َوم َِن ال َّن‬

 Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan terhadap
Allah.Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.

Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep


tauhid (monoteisme).Allah sebagai Tuhan mereka.Hal ini diketahui dari ungkapan-
ungkapan yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara ritual. Abu Thalib,
ketika memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun
sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-
Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan
masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha
besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut
timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad?
Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah
mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang
dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak
demikian kejadiannya.

Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan


dalam Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;

َ ‫ْس َو ْال َق َم َر لَ َيقُولُنَّ هَّللا ُ َفأ َ َّنى ي ُْؤ َف ُك‬


‫ون‬ َ ْ‫ت َواأْل َر‬
َ ‫ض َو َس َّخ َر ال َّشم‬ ِ ‫َولَئِنْ َسأ َ ْل َت ُه ْم َمنْ َخلَقَ ال َّس َم َوا‬

Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan lagit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti
orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan bertuhan
kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti

6
konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu Al-
Quran dalam kehidupan sehari-hari.Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta, melainkan
juga pengatur alam semesta.

Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana


dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain sebagai
jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika Allah
yang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah disamping
Allah sebagai Zat, juga Al-Quran sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai Uswah
hasanah.

7
BAB II

SAINS DAN TEKNOLOGI DAN AL - QUR’AN DAN AL – HADIST

a. Sains dan Teknologi yang dibahas dalam Al- Qur’an dan Hadist

Pengertian Sains (science) menurut Agus S. diambil dari kata latin scientia yang


arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains
merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan
bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan
mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat
dipisahkan. "Real Science is both product and process, inseparably Joint".
Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang ditempuh para ilmuwan
untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala
alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang
eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan.
Sedangkan menurut kamus bahasa seperti yang dikutip oleh Abdurrahman R
Effendi dan Gina Puspita sains adalah ilmu pengetahuan yang teratur (sistematik) yang
boleh diuji atau dibuktikan kebenarannya.Ia juga merupakan cabang ilmu pengetahuan
yang berdasarkan kebenaran atau kenyataan semata-mata, misalnya sains fisika, kimia,
biologi, astronomi, termasuklah cabang-cabang yang lebih detil lagi seperti hematologi
(ilmu tentang darah), entomologi, zoologi, botani, cardiologi, metereologi (ilmu tentang
kajian cuaca), geologi, geofisika, exobiologi (ilmu tetang kehidupan di angkasa luar),
hidrologi (ilmu tentang aliran air), aerodinamika (ilmu tentang aliran udara) dan lain-lain.
Sedangkan teknologi adalah aktivitas atau kajian yang menggunakan pengetahuan
sains untuk tujuan praktis dalam industri, pertanian, perobatan, perdagangan dan lain-
lain.Ia juga dapat didefinisikan sebagai kaedah atau proses menangani suatu masalah
teknis yang berasaskan kajian saintifik termaju seperti menggunakan peralatan elektronik,
proses kimia, manufaktur, permesinan yang canggih dan lain-lain.
Sains dan teknologi menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan karena saling
mendukung satu sama lain. Teknologi merupakan bagian dari sains yang berkembang
secara mandiri, menciptakan dunia tersendiri.Akan tetapi teknologi tidak mungkin

8
berkembang tanpa didasari sains yang kokoh.Maka sains dan teknologi menjadi satu
kesatuan tak terpisahkan.
Sedangkan ilmu sains yang tergolong dalam kumpulan ilmu sains terapan (telah
mengalami penyesuaian, antara makna dengan kenyataan) adalah dikaitkan dengan teori
dan dasar untuk menciptakan sesuatu hasil yang dapat memberi manfaat kepada
manusia.Sehingga sains mengkaji tentang fenomena fisik.
Menelusuri pandangan Al-Quran tentang teknologi, mengundang kita menengok
sekian banyak ayat Al-Quran yang berbicara tentang alam raya.Menurut sebagian ulama,
terdapat sekitar 750 ayat Al-Quran yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya,
dan yang memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini. Secara
tegas dan berulang-ulang Al-Quran menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan
ditundukkan Allah untuk manusia
Seperti yang ada dalam Tafsir Q.S. Al-Anbiya’ ayat 30:

َ ‫ض َكا َن َتا َر ْت ًقا َف َف َت ْق َنا ُه َما َو َج َع ْل َنا م َِن ْال َما ِء ُك َّل َشيْ ٍء َحيٍّ أَ َفال ي ُْؤ ِم ُن‬
‫ون‬ ِ ‫ِين َك َفرُوا أَنَّ ال َّس َم َاوا‬
َ ْ‫ت َواألر‬ َ ‫أَ َولَ ْم َي َر الَّذ‬

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada
juga beriman”.

Menurut Tafsir Ibnu Katsir

Allah swt. berfirman menunjukkan kekuasaan-Nya yang sempurna dan penciptaan-


Nya yang maha luas, “Apakah orang-orang kafir yang mengingkari ketuhanan-Nya Yang
Maha Esa dan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya tidak melihat dan renungkan
penciptaan Tuhan, langit dan bumi tujuh lapis, dan dipisahkannya langit dan bumi dengan
awan, lalu diturunkanlah hujan dari langit dan ditumbuhkanlah tumbuh-tumbuhan di bumi
serta dijadikannya air sebagai sumber hidup tiap sesuatu yang hidup. Dan dijadikannya
bumi gunung-gunung yang kokoh untuk mencegah agar bumi tidak guncang bersama
penghuninya dan di antara gunung-gunung itu dibukakan jalan-jalan yang luas yang

9
menghubungkan satu negeri dengan negeri lain dan sebuah kota dengan kota lain. langit
dijadikannya sebagai atap yang terpelihara dan tidak dapat di jangkau bagi bumi,
kemudian dibaginyalah waktu menjadi malam yang gelap dan siang yang terang dengan
matahari dan bulan yang masin-masing beredar di dalam garis-garis edarnya sendiri. 

b. Pendidikan Sains dan Teknologi yang Relevan dengan Al-Qur’an dan Hadis

Sains memang merupakan hal yang sangat penting, apalagi di zaman modern ini,
yang sangat menjunjung tinggi nilai rasionalitas (terutama negara Barat), sehingga segala
sesuatu harus disesuaikan dengan logika.Tapi, kita sebagai kaum Muslimin harus selalu
menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam, meskipun pada kenyataannya kita juga harus
menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Sebenarnya, bila kita amati, antara ajaran Islam dengan pendidikan sains tidak ada
pertentangan, bahkan Islam mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu. Salah satu dasar
(dalil) yang populer adalah hadits Rasulullah SAW.

‫ض ٌة َعلَى ُك ِّل مُســـل ٍِم َو مُسْ ـــلِ َم ٍة‬


َ ‫ َطلَبُ ْالع ِْل ِم َف ِريـ ْـ‬  :‫صلىَّ هللا تــَ َعالَى َعلَيـ ْـ ِه َو َسلـ َّ َم‬ ِ ‫َقا َل َرس ُْو ُل‬
َ ‫هللا‬
            
 Artinya            : Rasulullah SAW. bersabda : “Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi
setiap orang Islam laki-laki dan perempuan.”

 Dalam hadits tersebut memang jelas disebutkan bahwa hukum mencari ilmu
adalah fardhu ain (harus dilakukan per individu).Tapi, banyak pendapat yang muncul
dalam menentukan ilmu mana yang dimaksud dalam hadits tersebut.Para ahli ilmu kalam
memandang bahwa belajar teologi merupakan sebuah kewajiban, sementara para fuqaha’
berpikir bahwa ilmu fiqih dicantumkan dalam al-Qur’an.Sedangkan menurut Imam Ghazali,
ilmu yang wajib dicari menurut agama adalah terbatas pada pelaksanaan kewajiban
syari’at Islam yang harus diketahui dengan pasti.Misalnya, seseorang yang bekerja
sebagai peternak binatang, haruslah mengetahui hukum-hukum tentag zakat.
Sedangkan dalam sumber lain, penulis menemukan pendapat Shadr al-Din Syirazi.
Menurutnya ada beberapa poin yang dapat diambil dari hadits tersebut:

10
1. Kata “ilm” (pengetahuan atau sains), memiliki beberapa makna yang bervariasi.
Kata “ilm” dalam hadits ini bermaksud untuk menetapkan bahwa pada tingkat ilmu
apapun seseorang harus berjuang untuk mengembangkan lebih jauh. Nabi
bermaksud bahwa mencari ilmu itu wajib bagi setiap Muslim, baik itu para
ilmuwan maupun orang-orang yang bodoh, para pemula mupun para sarjana
terdidik. Apapun tingkat ilmu yang dapat dicapainya, ia seperti anak kecil yang
beranjak dewasa, sehingga ia harus mempelajari hal-hal yang sebelumnya tak
wajib baginya.
2.  Hadits ini menyiratkan arti bahwa seorang Muslim tidak akan pernah keluar dari
tanggung jawabnya untuk mencari ilmu.
3. Tidak ada lapangan pengetahuan atau sains yang tercela atau jelek dirinya
sendiri, karena ilmu laksana cahaya, dengan demikian selalu dibutuhkan. Alasan
mengapa beberapa ilmu dianggap tercela adalah karena akibat-akibat tercela
yang dihasilkannya.
C.  Dasar Pendidikan Sains dan Teknologi yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadist
Umat Islam mulai mempelajari atau melakukan penafsiran ilmiah sejak generasi
pertama sampai abad ke-lima hijriyah hingga menjadikan diri mereka sebagai pelopor Ilmu
pengetahuan di seluruh penjuru dunia, umat Islam telah menjadi pelopor dalam research
tentang alam, sekaligus sebagai masyarakat pertama dalam sejarah ilmu pengetahuan
yang melakukan experimental science atau ilmu thabi’i berdasarkan percobaan yang
kemudian berkembang menjadi applied science atau technology.
Islam mendorong umatnya untuk selalu berupaya mengembangkan sains seperti
tercantum dalam  QS Al-'Alaq: 1-5 yang artinya :
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah.Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia mengajar kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya”.
Iqra' terambil dari akar kata yang berarti menghimpun.Dari menghimpun lahir
aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri
sesuatu, dan membaca baik teks tertulis maupun tidak. Wahyu pertama itu tidak

11
menjelaskan apa yang harus dibaca, karena Al-Quran menghendaki umatnya membaca
apa saja selama bacaan tersebut bismi Rabbik, dalam arti bermanfaat untuk
kemanusiaan. Iqra' berarti bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu; bacalah
alam, tanda-tanda zaman, sejarah, maupun diri sendiri, yang tertulis maupun yang
tidak.Alhasil, objek perintah iqra' mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkaunya.
Kebangkitan dalam bidang ilmu pengetahuan dikalangan uamt islam baru muncul
kembali di abad modern (1800 sampai dengan sekarang). Sejalan dengan itu umat islam
mulai mengkaji secara seksama terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang ada hubungannya
dengan perkembangan ilmu pengetahuan tersebut. Berkaitan dengan ini, perselisihan
pendapat para ulama sidah lama berlangsung. Dalam kitabnya jawahir Al-Qur’an, Imam
Ghazali menerangkan pada bab khusus bahwa seluruh cabang ilmu pngetahuan yang
terdahulu dan yang kemudian, yang telah diketahui maupun yang belum, semuanya
bersumber dari Al-Qur’an al-Karim. Al-Imam Al-Syathibi tidak sependapat dengan Al-
Ghazali. Dalam kitabnya, al-muwafaqat, ia antara lain berpendapat bahwa para sahabat
tentu lebih mengetahui Al-Qur’an dan apa-apa yang tercantum didalamnya, tetapi tidak
seorang pun diantara mereka yang menyatakan bahwa Al-Qur’an mencakup seluruh
cabang ilmu pengetahuan.
Berkenaan dengan pendapat tersebut, H.M. Quraish Shihab mengatakan:
“menurut hemat kami, membahas hubungan Al-Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan
dinilai dengan banyaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang tersimpul didalamnya,
dan bukan pula dengan menunjukkan kebenaran teor-teori ilmiah. Tetapi pembahasan
hendaknya diletakkan pada proporsi yang lebih sesuai dengan kemurnian dan kesucian
al-Qur’an dan sesuai dengan logika ilmu pengetahuan itu sendiri.
Lebih lanjut Quraish Shihab mengatakan, bahwa membahas hubungan ilmu
pengetahuan denagn melihat, mislanya adakah teori realivitas atau bahasan tentang
angkasa luar, ilmu komputer tercantum dalam Al-Qur’an, tetapi yang lebih utama adalah
melihat adakah jiwa ayat-ayatnya menghalangi kemajuan ilmu pengetahuan atau
sebaliknya, serta adakah satu ayat Al-Qur’an yang bertentangan dengan hasil penemuan
ilmiah yang telah mapan? Dengan kata lain, meletakkannya pada sisi “social
psychology”(psikologi sosial) bukan pada sisi “history of scientific progres” (perkembangan
ilmu pngetahuan ). 

12
Ilmuan ilmuan peneliti sains dan teknologi yamg memeluk agama islam

1. Jacques Yves Costeau


Seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Prancis, Jacques-Yves
Cousteau melakukan eksplorasi bawah laut.Tiba-tiba ia menemukan beberapa kumpulan
mata air tawar yang tidak bercampur dengan air laut. Seolah ada dinding atau membran
yang membatasi keduanya.Lalu, suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim
dan menceritakan fenomena itu.
Profesor itu teringat pada ayat Alquran tentang bertemunya dua lautan pada surat
Ar Rahman Ayat 19-20.
ِ ‫ْن َي ْل َتقِ َي‬
ِ ‫) َب ْي َن ُه َما َبرْ َز ٌخ ال َي ْب ِغ َي‬١٩( ‫ان‬
)٢٠( ‫ان‬ ِ ‫َم َر َج ْال َبحْ َري‬

"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu.Antara


keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing," (QS Ar Rahman Ayat 19-20).
Mendengar ayat-ayat Alquran itu, Costeau kagum dan dikatakan ia memeluk
Islam.jacques-Yves Cousteau lahir di Prancis pada 11 Juni 1910 dan meninggal dunia di
Paris pada 25 Juni 1997.

2. Maurice Bucail
Maurice Bucaille dikenal sebagai ilmuwan yang meneliti jasad Fir'aun.Ia
merupakan ahli bedah asal Prancis yang lahir pada 19 Juli 1920. Maurice Bucaille

13
kemudian menjadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam
penelitian tentang mumi.
Hasil penelitian menemukan hal yang mengejutkan bahwa sisa-sisa garam yang
melekat pada tubuh mumi adalah petunjuk bahwa Fir'aun meninggal karena tenggelam.
Jasadnya yang baru dikeluarkan dari laut kemudian segera dibalsem untuk diawetkan.
Namun hal ini tetap mengganjal logika sang profesor.
Bagaimana jasad mumi yang sudah tenggelam lama di dalam laut ini masih lebih baik
kondisinya dibanding mumi-mumi lainnya?
Hal tersebut mulai sesuai dengan penggambaran kematian Fir'aun di Alquran bahwa dia
mati karena ditelan ombak.Bucaille kemudian merilis laporannya yang berjudul "Les
momies des Pharaons et la midecine" (Mumi Fir'aun; Sebuah Penelitian Medis Modern).
Ia lalu mendengar bahwa Alquran sebenarnya telah mengisahkan cerita tenggelamnya
Fir'aun. Kabarnya, setelah mencari riwayat di berbagai kitab termasuk Taurat dan Injil,
Bucaille beralih ke Islam.
Ia menemui sejumlah ilmuwan autopsi Muslim dan diberitahu mengenai salah satu
ayat Alquran.

ِ ‫ك آَ َي ًة َوإِنَّ َكثِيرً ا م َِن ال َّن‬


َ ُ‫اس َعنْ آَ َيا ِت َنا لَغَافِل‬
‫ون‬ َ ‫ون لِ َمنْ َخ ْل َف‬
َ ‫ك لِ َت ُك‬ َ ‫َف ْال َي ْو َم ُن َنجِّ ي‬
َ ‫ك ِب َبدَ ِن‬

"Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran
bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia
lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami," (QS. Yunus Ayat 92).
Ayat tersebut telah menyentuh hati Bucaille hingga ia menjadi seorang mualaf.

3. Prof William Brown


Majalah sains, Journal of Plant Molecular Biologies mengungkap hasil penelitian
yang dilakukan tim ilmuwan Amerika Serikat. Tim meneliti suara halus yang tidak bisa
didengar oleh telinga manusia.Suara itu keluar dari tumbuhan dan peneliti merekamnya
dengan alat perekam canggih.Dari alat perekam itu, getaran ultrasonik diubah menjadi
gelombang elektrik optik yang dapat dipantau di monitor.
Para ilmuwan ini kabarnya membawa hasil penemuan mereka ke hadapan tim
peneliti Inggris di mana salah seorangnya adalah peneliti muslim. Mengejutkan, getaran

14
halus ultrasonik yang tertransfer dari alat perekam menggambarkan garis-garis yang
membentuk lafadz Allah.Ilmuwan lalu kagum dengan apa yang mereka saksikan.

٤٤﴿ ‫ان َحلِيمًا غَ فُورً ا‬


َ ‫يح ُه ْم إِ َّن ُه َك‬
َ ‫ُون َتسْ ِب‬ ِ ‫ات ال َّس ْب ُع َواألَرْ ضُ َو َمن ف‬
َ ‫ِيهنَّ َوإِن مِّن َشيْ ٍء إِالَّ ُي َس ِّب ُح ِب َحمْ دَ ِه َولَكِن الَّ َت ْف َقه‬ ُ ‫﴾ ُت َس ِّب ُح لَ ُه ال َّس َم َاو‬

‫ا‬

"Dan tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memujinya, tetapi kamu sekalian
tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya dia adalah Maha Penyantun Lagi Maha
Pengampun," (QS Al-Isra:44).

Peneliti muslim lalu memberikan hadiah berupa mushaf Alquran dan terjemahanya
kepada Profesor William, salah satu anggota tim peneliti Inggris.Pada suatu kesempatan,
sang profesor mengatakan bahwa dalam hidupnya, ia belum pernah menemukan
fenomena semacam ini. Dan tidak ada seorang ilmuwan pun dari mereka yang
melakukan pengkajian yang sanggup menafsirkan apa makna dari fenomena ini. Begitu
pula tidak pernah ditemukan kejadian alam yang bisa menafsirinya.
Akan tetapi, satu-satunya tafsir yang bisa kita temukan adalah dalam Alquran.
Hal ini tidak memberikan pilihan lain buatku selain mengucapkan Syahadatain," ungkap
William.

4. Fidelma O'leary
Fidelma merupakan ahli neurologi yang berasal dari Negeri Paman Sam, Amerika
Serikat.Ia mendapatkan hidayah ketika meneliti saraf otak manusia.
Saat ia melakukan penelitian, ia menemukan bahwa beberapa urat saraf di otak manusia
tidak dimasuki oleh darah. Padahal, setiap inci otak manusia memerlukan suplai darah
yang cukup untuk bisa berfungsi secara normal.
Ia menemukan bahwa darah tidak akan memasuki urat saraf di dalam otak, kecuali
ketika seseorang melakukan gerakan sujud dalam salat seperti yang dilakukan umat
Muslim.Ini menunjukkan bahwa bila seseorang tidak melakukan salat, maka otak tidak
dapat menerima darah yang cukup untuk bisa berfungsi secara normal.

15
5. Leopold Werner Von Ehrenfels
Prof. Dr. Leopold Werner von Ehrenfels merupakan seorang psikiater serta
sekaligus neurology berkebangsaan Austria, serta agama saat sebelum Islam yaitu
Kristen.Dari remaja dia sudah banyak mendapatkan kejanggalan dalam agama kristen.
Pada akhirnya ia mempelajari Islam. Satu di antara yang ia cermati yaitu mengenai
kewajiban wudhu saat sebelum lakukan solat serta ia juga mempelajari mengenai
kewajiban mandi sesudah jima’ dengan istri, serta dalam agama Kristen tidak ada
ketentuan bersuci seperti ini.Bahkan juga orang Kristen, tuturnya, walaupun dalam kondisi
junub (habis bersetubuh dengan istri tanpa mandi) langsung pergi ke gereja untuk
menyembah Tuhan.
Prof Leopold Werner von Ehrenfels, menemukannya sesuatu yang mengagumkan
pada wudhu.Ia menyampaikan satu kenyataan yang amat mengagetkan. Kalau pusat-
pusat syaraf yang paling sensitif dari tubuh manusia nyatanya ada di bagian dahi, tangan,
serta kaki.Pusat-pusat syaraf itu amat peka pada air segar. Dari sini ia temukan hikmah di
balik wudhu yang membersihkan pusat-pusat syaraf itu.
Ia bahkan juga menganjurkan supaya wudhu bukan sekedar milik serta rutinitas umat
Islam, namun untuk umat manusia secara keseluruhan. Dengan selalu membersihkan air
segar pada pusat-pusat syaraf itu, memiliki arti orang bakal memelihara kesehatan serta
kesesuaian pusat syarafnya.
Selanjutnya Leopold memeluk agama Islam serta merubah nama menjadi Baron
Omar Rolf Ehrenfels.Tiap perintah Allah SWT jelas mempunyai hikmah kebaikan di
baliknya.Renungkan kalau wudhu yaitu ritual pengkondisian semua segi hidup, dari mulai
psikologis & fisiologis.
lima panca indera, harus terkena seluruh tanpa kecuali disapu oleh air wudhu.
Mata, hidung, telinga & semua kulit tubuh.Ini benar-benar mengagumkan.

‫ْن ۚ َوإِنْ ُك ْن ُت ْم‬ ِ ‫اغسِ لُوا وُ جُو َه ُك ْم َوأَ ْي ِد َي ُك ْم إِلَى ْال َم َراف ِِق َوامْ َسحُوا ِب ُرءُوسِ ُك ْم َوأَرْ ُجلَ ُك ْم إِلَى ْال َكعْ َبي‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
َّ ‫ِين آ َم ُنوا إِ َذا قُمْ ُت ْم إِلَى ال‬
ْ ‫صاَل ِة َف‬
‫صعِي ًدا َط ِّيبًا‬ َ ‫ض ٰى أَ ْو َعلَ ٰى َس َف ٍر أَ ْو َجا َء أَ َح ٌد ِم ْن ُك ْم م َِن ْالغَائِطِ أَ ْو اَل َمسْ ُت ُم ال ِّن َسا َء َفلَ ْم َت ِجدُوا َما ًء َف َت َي َّممُوا‬
َ ْ‫اط َّهرُوا ۚ َوإِنْ ُك ْن ُت ْم َمر‬ َّ ‫ُج ُنبًا َف‬

َ ‫َفامْ َسحُوا ِبوُ جُو ِه ُك ْم َوأَ ْيدِي ُك ْم ِم ْن ُه ۚ َما ي ُِري ُد هَّللا ُ لِ َيجْ َع َل َعلَ ْي ُك ْم مِنْ َح َر ٍج َو ٰلَكِنْ ي ُِري ُد لِ ُي َطه َِّر ُك ْم َولِ ُي ِت َّم نِعْ َم َت ُه َعلَ ْي ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت ْش ُكر‬
‫ُون‬

"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan

16
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah,
dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur" (QS Al-Maidah ayat 6).
6. Keith Moore
Keith Moore adalah Presiden AACA (American Association of Clinical Anatomi )
antara tahun 1989 dan 1991.Ia menjadi terkenal karena literaturnya tentang mata
pelajaran Anatomi dan Embriologi dengan puluhan kedudukan dan gelar kehormatan
dalam bidang sains.
Dia menulis bersama profesor Arthur F. Dalley II, Clinically Oriented Anatomy,
yang merupakan literatur berbahasa Inggris paling populer dan menjadi buku kedokteran
pegangan di seluruh dunia.Buku ini juga digunakan oleh para ilmuwan, dokter, fisioterapi
dan siswa seluruh dunia.Pada suatu waktu, ada sekelompok mahasiswa yang
menunjukkan referensi Alquran tentang ‘Penciptaan Manusia’ kepada Profesor Keith L
Moore, lalu sang Profesor melihatnya dan berkata :
“Tidak mungkin ayat ini ditulis pada tahun 7 Masehi, karena apa yang terkandung di dalam
ayat tersebut adalah fakta ilmiah yang baru diketahui oleh ilmu pengetahuan modern!
Ini tidak mungkin, Muhammad pasti menggunakan mikroskop!”

ُ‫ء ِر ْز ًقا ۚ َو َما َي َت َذ َّك ُر إِاَّل َمن ُينِيب‬Iِ ‫ه َُو ٱلَّذِى ي ُِري ُك ْم َءا ٰ َي ِتهِۦ َو ُي َن ِّز ُل لَ ُكم م َِّن ٱل َّس َمٓا‬

َ ‫ك ٱهَّلل ُ أَحْ َسنُ ْٱل ٰ َخلِق‬


‫ِين‬ َ ‫اخ َر ۚ َف َت َب‬
َ ‫ار‬ َ ٰ ‫غَة َف َخلَ ْق َنا ْٱلمُضْ غَ َة عِ ٰ َظمًا َف َك َس ْو َنا ْٱلع‬
َ ‫ِظ َم لَحْ مًا ُث َّم أَن َشأْ ٰ َن ُه َخ ْل ًقا َء‬ ً ْ‫ُث َّم َخلَ ْق َنا ٱل ُّن ْط َف َة َعلَ َق ًة َف َخلَ ْق َنا ْٱل َعلَ َق َة مُض‬

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati air yang berasal dari
tanah.Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging.Kemudian Kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik."( QS A;-
Mu'Minum 13-14).

17
Ayat tersebutlah yang membuat sang profesor akhirnya memeluk agama Islam dan
merevisi beberapa kajian ilmiahnya karena Alquran ternyata telah menjawab beberapa
bagian yang selama ini membuat sang profesor gusar. Ia merasa materi yang ditelitinya
selama ini terasa belum lengkap atau ada tahapan dari perkembangan embrio yang
kurang.
7. Masaru Emoto
Masaru Emoto adalah seorang peneliti dari Hado Institute di Tokyo, Jepang.Pada
tahun 2003 Peneliti Masaru Emoto melakukan penelitian dan mengungkapkan adanya
suatu keanehan terhadap suatu sifat air.
Ia menemukan bahwa partikel molekul air ternyata bisa berubah-ubah tergantung
perasaan manusia di sekelilingnya yang secara tidak langsung mengisyaratkan pengaruh
perasaan terhadap klasterisasi molekul air yang terbentuk oleh adanya ikatan hidrogen.
Emoto juga menemukan bahwa partikel kristal air terlihat menjadi “indah” dan
“mengagumkan” apabila mendapat reaksi positif disekitarnya, misalnya dengan
kegembiraan dan kebahagiaan. Namun partikel kristal air terlihat menjadi “buruk” dan
“tidak sedap dipandang mata” apabila mendapat efek negatif disekitarnya, seperti
kesedihan dan bencana. Lebih dari dua ribu buah foto kristal air terdapat di dalam buku
Message from Water (Pesan dari Air) yang dikarangnya sebagai pembuktian kesimpulan
nya sehingga hal ini berpeluang menjadi suatu terobosan dalam meyakini keajaiban alam.
Emoto menyimpulkan bahwa partikel air dapat dipengaruhi oleh suara musik, doa-doa dan
kata-kata yang ditulis dan dicelupkan ke dalam air tersebut.Sampai sekarang Emoto dan
karyanya masih dianggap kontroversial.
Ernst Braun dari Burgistein di Thun, Swiss, telah mencoba dalam laboratoriumnya
metoda pembuatan foto kristal seperti yang diungkapan oleh Emoto, sayangnya hasil
tersebut tidak dapat direproduksi kembali, walaupun dalam kondisi percobaan yang sama.
Dalam kajian Masaru Emoto dengan tekun melakukan penyelidikan tentang perubahan
molekul air.Air murni dari mata air di Pulau Honshu didoakan mengikut tradisi agama
Shinto, lalu didinginkan sehingga -5°C kemudian ia diambil gambar dengan mikroskop
elektron dengan kamera kwalitas tinggi. Ternyata molekul air tersebut membentuk kristal
segi enam yang indah. Ujicoba Air diulangi dengan membacakan kata arigato (terima
kasih dalam bahasa Jepang) di depan botol air tadi. Kristal yang terbentuk sangat indah.

18
Lalu dicoba dengan menghadapkan tulisan huruf Jepang arigato, kristal membentuk
dengan keindahan yang sama.
Selanjutnya ditunjukkan kata “syaitan”, maka molekul air berbentuk buruk.
Diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga. Ketika musik heavy
metal diperdengarkan, molekul kristal air itu terus hancur.Ketika 500 orang berkonsentrasi
memusatkan pesanan peace di depan sebotol air, kristal air tadi mengembang bercabang-
cabang dengan indahnya. Dan ketika diuji dengan dibacakan doa Islam, kristal bersegi
enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan.
Maha Suci Allah yang telah mencipta makhluk yang bernama air ini. Sesungguhnya ia
adalah makhluk yang paling setia dan amat peka sekali dalam menjalankan perintah
Tuhannya.Firman Allah Swt: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami
pisahkan antara keduanya.

‫ون‬ َ ْ‫ت َواأْل َر‬


َ ‫ض َكا َن َتا َر ْت ًقا َف َف َت ْق َنا ُه َما ۖ َو َج َع ْل َنا م َِن ْال َما ِء ُك َّل َشيْ ٍء َحيٍّ ۖ أَ َفاَل ي ُْؤ ِم ُن‬ ِ ‫ِين َك َفرُوا أَنَّ ال َّس َم َاوا‬
َ ‫أَ َولَ ْم َي َر الَّذ‬

Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka
tiada juga beriman?” (QS. Al-Anbiya: 30)

Dari hasil penelitiannya, Masaru Emoto membuktikan air zamzam memiliki struktur unik
dan kemampuan penyembuhan yang luar biasa.Sejarah telah membuktikan khasiat dan
keistimewaan air zamzam dari zaman ke zaman. Karena keistimewaan dan keunikan air
zamzam ini, ia pun kemudian memeluk agama Islam.

8. Tegatat Tejasen
Tegatat Tejasen adalah ilmuan Thailand dari bidang anatomi.Tegatat Tejasen
masuk islam saat peneliatan Tagatat Tejasen masuk islam dalam penelitian dermatologi
dalam tinjauan anatomi. Lapisan Kulit terdiri atas 3 lapisan yakni, Epidermis, Dermis dan
Cut Cutis.Pada lapisan terakhir ini terdapat ujung ujung pembuluh darah dan saraf.
Penemuan modern dibidang anatomi membuktikan bahwa luka bakar yang terlalu dalam
bisa mati saraf pengatur sensasi.Saat terjadi luka bakar hingga lapisan terakhir ini orang

19
tersebut tidak akan merasa nyeri karena tidak berfungsinya ujung saraf eferen dan eferen
yang rusak akibat luka bakar tersebuut.
Penelitian ini ternyata sudah ada dalam ayat Al-Quran.

َ ‫اب ۗ إِنَّ ٱهَّلل َ َك‬


ً ‫ان َع ِز‬
‫يزا َحكِيمًا‬ ۟ ُ‫ت جُلُو ُدهُم َبد َّْل ٰ َن ُه ْم جُلُو ًدا غَ ي َْر َها لِ َي ُذوق‬
َ ‫وا ْٱل َع َذ‬ ْ ‫ِيه ْم َنارً ا ُكلَّ َما َنضِ َج‬
ِ ‫ف ُنصْ ل‬ ۟ ‫ِين َك َفر‬
َ ‫ا ٰ َي ِت َنا َس ْو‬Iََٔ‫ُوا ِبٔـ‬ َ ‫إِنَّ ٱلَّذ‬
"Allah akan memasukkan orang-orang kafir ke dalam neraka dan mengganti kulit mereka
yang baru setiap kali kulit itu habis terbakat" (QS An-Nisa:56).

Tanggal 3 November 1983 adalah hal bersejaranh bagi Tagatat karena pada hari itu dia
mengucap kalimat syahadat dihadapan peserta konferensi dan memberitahukan hal layak
umum bahwa ia masuk Islam.

9. Carner Nasa
Mantan pejabat Amerika Serikat ini juga masuk islam karena menemukan fakta-fakta
tentang malam Lailatul Qadar dan Ka'bah.
Setelah masuk Islam, Carnar kemudian meneliti fenomena mencium Hajar Aswad.
Nasa menyembunyikan kepada dunia bukti empiris ilmiah tentang (malam) Lailatul
Qadar.Ia menyayangkan kelompok jutawan Arab yang kurang perhatian dengan masalah
ini sehingga dunia tidak mengetahuinya. Menurutnya, sesuai dengan hadits Nabi bahwa
malam Lailatul Qadar adalah “baljah” (‫;) َب ْل َجة‬tingkat suhunya sedang), tidak ada bintang
atau meteor jatuh ke (atmosfer) bumi, dan pagi harinya matahari keluar dengan tanpa
radiasi cahaya. Menurutnya, sesuai dengan hadits Nabi bahwa malam Lailatul Qadar
adalah “baljah” (‫;) َب ْل َجة‬tingkat suhunya sedang), tidak ada bintang atau meteor jatuh ke
(atmosfer) bumi, dan pagi harinya matahari keluar dengan tanpa radiasi cahaya.
”Sayyid menegaskan, terbukti secara ilmiah bahwa setiap hari (hari-hari biasa) ada 10
bintang dan 20 ribu meteor yang jatuh ke atmosfer bumi, kecuali malam Lailatul dimana
tidak ada radiasi cahaya sekalipun. Hal ini sudah pernah ditemukan Badan Antariksa
NASA 10 tahun lalu.Namun mereka enggan mempublikasikannya.Statemen ini mengutip
ucapan seorang pakar di NASA Carner , seperti yang dikutip oleh harian Al-Wafd Mesir.
Abdul Basith Sayyid, Kepala Lembaga Mukjizat Ilmiah Al-Quran dan Sunnah di Mesir, Dr
Abdul Basith As-Sayyid dalam sebuah program di TV Mesir Sayyid juga menegaskan,

20
pakar Carner akhirnya masuk Islam dan harus kehilangan jabatannya di NASA. Ini bukan
pertama kalinya, NASA mendapatkan kritikan dari pakar Islam.Pakar geologi Islam Zaglol
Najjar pernah menegaskan, NASA pernah meremove satu halaman di situs resminya
yang pernah dipublish selama 21 hari.
Halaman itu tentang hasil ilmiah yakni cahaya aneh yang tidak terbatas dari Ka’bah di
Baitullah ke Baitul Makmur di langit.
Sayyid menegaskan, “jendela” yang berada di langit itu mirip yang disebutkan dalam Al-
Quran.

“Dan jika seandainya Kami membukakan kepada mereka salah satu dari (pintu-pintu)
langit, lalu mereka terus menerus naik ke atasnya.tentulah mereka berkata:
“Sesungguhnya panda ngan kamilah yang dikaburkan, bahkan kami adalah orang orang
yang kena sihir”.” (Al-Hijr: 14)

Saat itu Carner dengan bukti jelas bahwa jagat raya saat itu gelap setelah “jendela” itu
tersibak.Karenanya, setelah itu Carner mendeklarasikan keislamannya.

10. Jon Dean


Kisah Jon Dean kembali pada Islam bermula ketika ia memutuskan bekerja di Riyadh,
Arab Saudi. Ia bekerja di industri kesehatan dan nutrisi. Bidang itu kebetulan sedang
membutuhkan individu seperti dirinya."Mereka membutuhkan saya guna membangun
industri mereka.Saya tahu, negara ini begitu kaya, banyak uang di sini," kenang pria asal
Amerika Serikat itu seperti dinukil onislam.net.Ketika tiba di Riyadh, Jon sebelumnya tidak
tahu banyak tentang Islam.Yang ia tahu, Saudi seperti negara Arab lainnya, kaya minyak,
terlibat perang dan pertikaian. Ia sempat khawatir apakah pilihan ini yang terbaik baginya
atau tidak. berbekal keyakinan tinggi, dan bermodalkan pemahaman tentang Islam, Jon
memulai petualangnya di Jazirah Arab dengan satu tujuan, tidak terlibat dalam hal buruk,
seperti dipenjara.
Setiap hari Jon membaca buku tentang Islam. Baginya, Islam merupakan hal yang
asing meski ia berteman dengan penganut Hindu, Buddha, Ateis atau Yahudi.Sekelebat
membaca ada ketertarikan. Maklum, ia seorang peneliti biologi yang haus akan rasa ingin

21
tahu. Memang, ketertarikan itu lebih kepada ilmu pengetahuan belum sampai menyentuh
aspek spiritual."Saya memang pribadi yang gemar membaca hal yang menarik, semisal
saja, Muhammad Ali, Bruce Lee," kata dia. Dean mendapati Alquran begitu sederhana
bahasanya sehingga mudah dipahami. Ayat-ayatnya sangat mudah untuk diintegrasikan
ke dalam kehidupan sehari-hari.Ini sangat mengejutkannya.Sangat bertolak belakang
dengan asumsinya bahwa Alquran sangat kaku dalam mengatur kehidupan umat muslim.
Dean mendapat penjelasan dari seorang rekannya yang lain bahwa agama Islam juga
berfungsi seperti panduan hidup. Yang paling menyenangkan dalam Islam, menurut Dean,
adalah perintah agama tersebut untuk membuktikan semua ayat-ayat Alquran jika
mampu.Agama Islam juga menyarankan untuk terus belajar kepada pemeluknya.Dean
bersyukur bisa bertemu orang-orang yang mampu membuka matanya bahwa yang
dipercayainya selama ini tentang Islam ternyata salah. Dan ketika dia mulai
mempelajarinya, agama tersebut ternyata mudah dipahami dan masuk akal.Setelah
menyadari hal tersebut,Dean mengungkapkan keinginannya untuk menjadi mualaf.
Ditemani dua rekannya, Dean mengucapkan dua kalimat syahadat.

22
BAB III
GENERASI TERBAIK MENURUT AL- HADIST

Generasi terbaik umat ini adalah para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Mereka adalah sebaik-baik manusia.Lantas disusul generasi berikutnya,
lalu generasi berikutnya. Tiga kurun ini merupakan kurun terbaik dari umat ini. Dari Imran
bin Hushain radhiyallahu ‘anhuma, bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
َ ‫َخي َْر أُ َّمتِـي َقرْ نِي ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُو َن ُه ْم ُث َّم الَّذ‬
‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬

“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku.Kemudian orang-orang yang setelah mereka


(generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (Shahih Al-Bukhari, no.
3650)
Mereka adalah orang-orang yang paling baik, paling selamat dan paling
mengetahui dalam memahami Islam.Mereka adalah para pendahulu yang memiliki
keshalihan yang tertinggi (as-salafu ash-shalih).
Karenanya, sudah merupakan kemestian bila menghendaki pemahaman dan
pengamalan Islam yang benar merujuk kepada mereka (as-salafu ash-shalih). Mereka
adalah orang-orang yang telah mendapat keridhaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
mereka pun ridha kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala:

ٍ ‫ان َرضِ َي هللاُ َع ْن ُه ْم َو َرضُوا َع ْن ُه َوأَ َع َّد لَ ُه ْم َج َّنا‬


‫ت َتجْ ِري َتحْ َت َها‬ َ ‫ار َوالَّذ‬
ٍ ‫ِين ا َّت َبعُو ُه ْم ِبإِحْ َس‬ ِ ‫ص‬َ ‫ين َواأْل َ ْن‬ َ ‫ون م َِن ْال ُم َها ِج ِر‬ َ ُ‫ون اأْل َوَّ ل‬
َ ُ‫َّابق‬
ِ ‫َوالس‬
‫ِين فِي َها َأ َب ًدا َذل َِك ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ي ُم‬َ ‫اأْل َ ْن َها ُر َخالِد‬

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-
orang Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi
mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (At-Taubah: 100)

23
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan untuk mengikuti para sahabat.
Berjalan di atas jalan yang mereka tempuh. Berperilaku selaras apa yang telah mereka
perbuat. Menapaki manhaj (cara pandang hidup) sesuai manhaj mereka. Firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala:

َ ‫َوا َّت ِبعْ َس ِبي َل َمنْ أَ َن‬


َّ‫اب إِلَي‬

“Dan ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku.” (Luqman: 15)

Menukil ucapan Ibnul Qayyim rahimahullahu dalam I’lam Al-Muwaqqi’in, terkait


ayat di atas disebutkan bahwa setiap sahabat adalah orang yang kembali kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Maka, wajib mengikuti jalannya, perkataan-perkataannya, dan
keyakinan-keyakinan (i’tiqad) mereka. Dalil bahwa mereka adalah orang-orang yang
kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, (dikuatkan lagi) dengan firman-Nya yang
menunjukkan mereka adalah orang-orang yang telah diberi Allah Subhanahu wa Ta’ala
petunjuk. Firman-Nya:

ُ‫َو َي ْهدِي إِلَ ْي ِه َمنْ ُينِيب‬

“Dan (Allah) memberi petunjuk kepada (agama)-Nya, orang yang kembali (kepada-Nya).”
(Asy-Syura: 13) (Lihat Kun Salafiyan ‘alal Jaddah, Abdussalam bin Salim bin Raja’ As-
Suhaimi, hal. 14)
Maka, istilah as-salafu ash-shalih secara mutlak dilekatkan kepada tiga kurun yang
utama.Yaitu para sahabat, at-tabi’un, dan atba’u tabi’in (para pengikut tabi’in). Siapapun
yang mengikuti mereka dari aspek pemahaman, i’tiqad, perkataan maupun amal, maka
dia berada di atas manhaj as-salaf. Adanya ancaman yang diberikan Allah Subhanahu wa
Ta’ala terhadap orang-orang yang memilih jalan-jalan selain jalan yang ditempuh as-
salafu ash-shalih, menunjukkan wajibnya setiap muslim berpegang dengan manhaj as-
salaf. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ ‫يل ْالم ُْؤ ِمن‬


ْ ‫ِين ُن َولِّ ِه َما َت َولَّى َو ُنصْ لِ ِه َج َه َّن َم َو َسا َء‬
‫ت مَصِ يرً ا‬ ِ ‫َو َمنْ ُي َشاق ِِق الرَّ سُو َل مِنْ َبعْ ِد َما َت َبي ََّن لَ ُه ْالهُدَى َو َي َّت ِبعْ غَ ي َْر َس ِب‬

24
“Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap
kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan
Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (An-Nisa’: 115)
Disebutkan oleh Asy-Syaikh Ubaid bin Abdillah bin Sulaiman Al-Jabiri
hafizhahullah, bahwa tidaklah orang yang berpemahaman khalaf (lawan dari salaf),
termasuk orang-orang yang tergabung dalam jamaah-jamaah dakwah sekarang ini,
kecuali dia akan membenci (dakwah) as-salafiyah. Karena, as-salafiyah tidak semata
pada hal yang terkait penisbahan (pengakuan). Tetapi as-salafiyah memurnikan
keikhlasan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan memurnikan mutaba’ah (ikutan)
terhadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Manusia itu terbagi dalam dua kelompok
(salah satunya) yaitu hizbu Ar-Rahman, mereka adalah orang-orang Islam yang keimanan
mereka terpelihara, tidak menjadikan mereka keluar secara sempurna dari agama.Jadi,
hizbu Ar-Rahman adalah orang-orang yang tidak sesat dan menyesatkan serta tidak
mengabaikan al-huda (petunjuk) dan al-haq (kebenaran) di setiap tempat dan zaman.
(Ushul wa Qawa’id fi al-Manhaj As-Salafi, hal. 12-13)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdasar hadits dari Al-Mughirah bin Syu’bah
radhiyallahu ‘anhu, berkata:
ِ ‫الَ َي َزا ُل َطا ِئ َف ٌة مِنْ أ ُ َّمتِـي َظاه ِِري َْن َح َّتى َيأْ ِت َي ُه ْم أَ ْم ُر‬
َ ‫هللا َو ُه ْم َظا ِهر‬
‫ُون‬

“Akan selalu ada sekelompok orang dari umatku yang unggul/menang hingga tiba pada
mereka keputusan Allah, sedang mereka adalah orang-orang yang unggul/menang.”
(Shahih Al-Bukhari, no. 7311)

Menurut Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullahu, bahwa


yang dimaksud hadits tersebut adalah adanya sekelompok orang yang berpegang teguh
dengan apa yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat berada di atasnya.
Mereka adalah orang-orang yang unggul/menang, tak akan termudaratkan oleh orang-
orang yang menelantarkannya dan orang-orang yang menyelisihinya. (Syarhu Ash-Shahih
Al-Bukhari, 10/104)

25
Bila menatap langit zaman, di setiap kurun, waktu, senantiasa didapati para
pembela al-haq.Mereka adalah bintang gemilang yang memberi petunjuk arah dalam
kehidupan umat.Mereka memancarkan berkas cahaya yang memandu umat di tengah
gelap gulita. Kala muncul bid’ah Khawarij dan Syi’ah, Allah Subhanahu wa Ta’ala
merobohkan makar mereka dengan memunculkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu
dan Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Begitupun saat Al-Qadariyah hadir, maka
Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, dan Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu ‘anhum dari
kalangan sahabat yang utama melawan pemahaman sesat tersebut. Washil bin ‘Atha’
dengan paham Mu’tazilahnya dipatahkan Al-Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin, dan lain-lainnya
dari kalangan utama tabi’in. Merebak Syi’ah Rafidhah, maka Al-Imam Asy-Sya’bi, Al-Imam
Syafi’i, dan para imam Ahlus Sunnah lainnya menghadapi dan menangkal kesesatan
Syi’ah Rafidhah. Jahm bin Shafwan yang mengusung Jahmiyah juga diruntuhkan Al-Imam
Malik, Abdullah bin Mubarak, dan lainnya. Demikian pula tatkala menyebar pemahaman
dan keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk bukan Kalamullah.Maka, Al-Imam
Ahmad bin Hanbal tampil memerangi pemahaman dan keyakinan sesat tersebut.
Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memunculkan para pembela risalah-Nya.
Mereka terus berupaya menjaga as-sunnah, agar tidak redup diempas para ahli bid’ah.
Bermunculan para imam, seperti Al-Imam Al-Barbahari, Al-Imam Ibnu Khuzaimah, Al-
Imam Ibnu Baththah, Al-Imam Al-Lalika’i, Al-Imam Ibnu Mandah, dan lainnya dari
kalangan imam Ahlus Sunnah. Lantas pada kurun berikutnya, ketika muncul bid’ah
sufiyah, ahlu kalam dan filsafat, hadir di tengah umat para imam, seperti Al-Imam Asy-
Syathibi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah beserta murid-muridnya, yaitu Ibnul Qayyim, Ibnu
Abdilhadi, Ibnu Katsir, Adz-Dzahabi, dan lainnya rahimahumullah.
Sosok Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sendiri bagi sebagian umat Islam bukan lagi
sosok yang asing.Kiprah dakwahnya begitu agung.Pengaruhnya sangat luas. Kokoh
dalam memegang sunnah. Sebab, menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, sesungguhnya
tidak ada kebahagiaan bagi para hamba, tidak ada pula keselamatan di hari kembali nanti
(hari kiamat) kecuali dengan ittiba’ (mengikuti) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

26
‫هللا‬
َ ‫ص‬ ِ ْ‫ َو َمنْ َيع‬.‫ك ْال َف ْو ُز ْال َعظِ ي ُم‬ َ ‫ت َتجْ ِري مِنْ َتحْ ِت َها اأْل َ ْن َها ُر َخا ِلد‬
َ ‫ِين فِي َها َو َذ ِل‬ ٍ ‫هللا َو َمنْ يُطِ ِع هَّللا َ َو َرسُولَ ُه ي ُْدخ ِْل ُه َج َّنا‬
ِ ‫ك ُحدُو ُد‬ َ ‫ت ِْل‬
ٌ‫َو َرسُولَ ُه َو َي َت َع َّد ُحدُودَ هُ ي ُْدخ ِْل ُه َنارً ا َخال ًِدا فِي َها َولَ ُه َع َذابٌ م ُِهين‬

“(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah.Barangsiapa taat


kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang
mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah
kemenangan yang besar.Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan
melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka
sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan.” (An-Nisa’: 13-14)

Maka, ketaatan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan poros


kebahagiaan yang seseorang berupaya mengitarinya, juga merupakan tempat kembali
yang selamat yang seseorang tak akan merasa bingung darinya.
Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menciptakan makhluk dalam rangka untuk
beribadah kepada-Nya, sebagaimana firman-Nya:
‫ُون‬ َ ‫ت ْال ِجنَّ َواإْل ِ ْن‬
ِ ‫س إِاَّل لِ َيعْ ُبد‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(Adz-Dzariyat: 56)
Sesungguhnya peribadahan mereka dengan menaati-Nya dan taat terhadap
Rasul-Nya. Tidak ada ibadah kecuali atas sesuatu yang telah Dia (Allah Subhanahu wa
Ta’ala) wajibkan dan sunnahkan dalam agama Allah Subhanahu wa Ta’ala. Selain dari itu,
maka yang ada hanyalah kesesatan dari jalan-Nya. Untuk hal ini Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ْس َعلَ ْي ِه أَ ْمرُنا َ َفه َُو َر ٌّد‬
َ ‫َمنْ َع ِم َل َع َمالً لَي‬
“Barangsiapa melakukan satu amal yang tidak ada dasar perintah kami, maka tertolak.”
(Shahih Al-Bukhari no. 2697 dan Shahih Muslim, 1718)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda pula dalam hadits Al-Irbadh bin Sariyah
radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan Ahlu Sunan dan dishahihkan At-Tirmidzi
rahimahullahu:

27
َ ‫ِين ْالـ َم ْه ِدي‬
‫ِّين مِنْ َبعْ دِي َت َم َّس ُكوا ِب َها َو َعضُّوا‬ َ ‫اخ ِتاَل ًفا َكثِيرً ا َف َعلَ ْي ُك ْم ِب ُس َّنتِـي َو ُس َّن ِة ْالـ ُخلَ َفا ِء الرَّ اشِ د‬
ْ ‫ِش ِم ْن ُك ْم َبعْ دِي َف َس َي َرى‬ْ ‫إِ َّن ُه َمنْ َيع‬
‫ضاَل لَ ٌة‬ ُ ِ ‫ َوإيَّا ُك ْم َومُحْ دَ َثا‬،ِ‫َعلَي َها بال َّن َواجذ‬
َ ‫ُور َفإِنَّ ُك َّل ِب ْد َع ٍة‬ ِ ‫ت اأْل م‬ ِ ِ ِ

“Sesungguhnya kalian akan hidup setelahku, kalian akan mendapati banyak perselisihan.
Maka, pegang teguh sunnahku dan sunnah khulafa ar-rasyidin yang mendapat petunjuk
setelahku. Pegang teguh sunnah dan gigit dengan gerahammu. Dan hati-hatilah dari
perkara yang diada-adakan, karena setiap bid’ah itu sesat.” (HR. At-Tirmidzi no. 2676)
[Lihat Majmu’ah Al-Fatawa,1/4]
Itulah manhaj (cara pandang) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu dalam
menetapi Islam. Cara pandang inilah yang telah hilang dari sebagian kaum muslimin
sehingga terjatuh pada perkara-perkara yang diada-adakan, yang perkara tersebut tidak
dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.Perkara tersebut mereka ada-adakan
dengan mengatasnamakan Islam.Padahal Islam sendiri tak mengajarkan semacam itu.
Mereka terbelenggu bid’ah nan menyesatkan.
Kekokohan memegang teguh prinsip beragama oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullahu digambarkan oleh Al-Hafizh Al-Mizzi rahimahullahu.Kata Al-Hafizh Al-Mizzi
rahimahullahu, “Aku tak pernah melihat orang yang seperti beliau.Tidak pula dia melihat
orang yang seperti dirinya. Aku melihat, tidak ada seorangpun yang lebih mengetahui dan
sangat kuat mengikuti Al-Kitab dan sunnah Rasul-Nya dibanding beliau. Pantaslah bila
sosok Syaikhul Islam senantiasa membuat susah para ahlu bid’ah. Disebutkan Al-Hafizh
Ibnu Abdilhadi rahimahullahu, bahwa beliau rahimahullahu adalah pedang terhunus bagi
orang-orang yang menyelisihi (Al-Kitab dan As-Sunnah).Menyusahkan orang-orang yang
mengikuti hawa nafsu, yang suka mengada-adakan ajaran (baru) dalam agama. (Al-Ushul
Al-Fikriyah Lil-Manahij As-Salafiyah ‘inda Syaikhil Islam, Asy-Syaikh Khalid bin
Abdirrahman Al-‘Ik)
Kecemburuan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu terhadap harkat
martabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam begitu besar.Itu bisa tergambar melalui
tulisan beliau rahimahullahu yang berjudul Ash-Sharimu Al-Maslul ‘ala Syatimi Ar-Rasul
(Pedang Terhunus terhadap Orang yang Mencaci Rasul Shallallahu ‘alaihi wa
sallam).Tulisan ini merupakan sikap ilmiah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu
dalam menyikapi orang yang mencaci-maki Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

28
Mencaci Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri bukan perkara ringan. Ini
menyangkut nyawa manusia.Sikap tegas, ilmiah, dan selaras akal sehat ini merupakan
bentuk penjagaan beliau rahimahullahu terhadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan risalah yang dibawanya.
Bahkan tatkala beliau dipenjara pun, senantiasa menyebarkan kebaikan kepada
sesama penghuni penjara.Beliau rahimahullahu memberi bimbingan, melakukan amar
ma’ruf, dan mencegah kemungkaran.Dikisahkan Al-Hafizh Ibnu Abdilhadi rahimahullahu,
tatkala beliau masuk tahanan, didapati para penghuni tahanan sibuk dengan beragam
permainan yang sia-sia.Di antara mereka sibuk dengan main catur, dadu, dan
lainnya.Mereka sibuk dengan permainan tersebut hingga melalaikan shalat.Lantas
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu mencegah hal itu secara tegas.Beliau
memerintahkan mereka untuk menetapi shalat. Mengarahkan kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala dalam setiap amal shalih. Bertasbih, beristighfar, dan berdoa. Mengajari mereka
tentang sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sesuai yang mereka butuhkan.
Beliau rahimahullahu mendorong mereka untuk suka melakukan amal-amal
kebaikan.Sehingga jadilah tempat tahanan tersebut senantiasa dipenuhi kesibukan
dengan ilmu dan agama.Bilamana tiba waktu pembebasan, para narapidana tersebut
lebih memilih hidup bersama beliau.Banyak dari mereka yang lantas kembali ke
tahanan.Akibatnya, ruang tahanan itu pun penuh. (Al-Ushul Al-Fikriyah hal. 51)
Demikianlah kehidupan seorang alim.Keberadaannya senantiasa memberi
manfaat kepada umat.Dia menebar ilmu, menebar cahaya di tengah keterpurukan
manusia.Dia laksana rembulan purnama di tengah bertaburnya bintang gemilang.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi perumpamaan keutamaan antara
seorang alim dengan seorang abid (ahli ibadah). Dari Abud Darda’ radhiyallahu ‘anhu,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ا‬II‫ إِ َّن َم‬،‫ إِنَّ اأْل َ ْن ِب َيا َء لَـ ْم ي َُورِّ ُثوا ِد ْي َنارً ا َوالَ دِرْ َهمًا‬،‫ إِنَّ ْال ُعلَ َما َء َو َر َث ُة اأْل َ ْن ِب َيا َء‬،ِ‫َو َفضْ ُل ْال َعال ِِم َعلَى ْال َع ِاب ِد َك َفضْ ِل ْال َق َم ِر َعلَى َسائ ِِر ْال َك َوا ِكب‬
‫َورَّ ُثوا ْالع ِْل َم َف َمنْ َأ َخ َذهُ أَ َخ َذ ِب َح ٍّظ َواف ٍِر‬

“Dan keutamaan seorang alim dibanding seorang ahli ibadah, bagai rembulan atas
seluruh bintang.Sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi.Sesungguhnya para nabi

29
tidaklah mewariskan dinar dan dirham, (tetapi) mereka mewariskan ilmu.Barangsiapa
mampu mengambilnya, berarti dia telah mengambil keberuntungan yang banyak.” (Sunan
At-Tirmidzi, no. 2682, Sunan Abi Dawud no. 3641, Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin
Al-Albani rahimahullahu menshahihkan hadits ini)
Begitulah seorang alim.Dia laksana rembulan di langit zaman.Wallahu a’lam.

Ada penjelasan 3 generasi terbaik yang menjadi panutan bagi kaum muslimin. Tiga
generasi itu adalah:

1. Para Sahabat Nabi : murid Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam.Sahabat


Nabi adalah seorang yang pernah bertemu dengan Nabi dalam keadaan beriman
dan meninggal dalam keadaan beriman. Masa Nabi dan para Sahabatnya : sejak
Nabi diutus hingga 110 Hijriyah. Sahabat Nabi yang terakhir meninggal dunia
adalah Abut Thufail Aamir bin Waatsilah al-Laitsy (wafat 110 Hijriyah). Para
Sahabat Nabi seperti: Abu Bakr ash-Shiddiq, Umar bin al-Khoththob, Utsman bin
Affan, Ali bin Abi Tholib, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Mas’ud, Jabir bin Abdillah,
Hudzaifah bin al-Yaman, Muadz bin Jabal, Abu Dzar al-Ghiffary, Abud Darda’,
Anas bin Malik, Aisyah bintu Abi Bakr ash-Shiddiq, Abu Hurairah, dan masih
banyak lagi yang lain.

2. Tabiin : murid para Sahabat Nabi. Satu orang yang termasuk kelompok Tabiin
disebut tabi’i.Taabi’in adalah orang-orang yang pernah bertemu dengan paling
tidak seorang Sahabat Nabi dalam keadaan beriman dan meninggal dalam
keadaan beriman. Masa Taabiin : hingga 181 H (wafatnya Taabiin terakhir: Kholf
bin Kholiifah)
al-Bulqiiniy menyatakan: Tabiin pertama yang meninggal dunia adalah Abu Zaid
Ma’mar bin Zaid yang terbunuh di Khurosan, dan ada yang mengatakan:
(meninggal) di Azerbaijan pada tahun 30 H. Sedangkan Taabiin yang paling akhir
meninggal dunia adalah Kholf bin Kholiifah pada tahun 180 H (Tadriibur roowiy
karya as-Suyuthiy (2/234)). Para Tabiin, di antaranya: Uwais al-Qorony, Said bin
al-Musayyib, Mujahid, Qotadah, al-Hasan al-Bashri, Abul ‘Aaliyah, Abu Qilabah,
Said bin Jubair, dan masih banyak lagi yang lain.

30
3. Atbaaut Taabiin : murid para Tabiin. Satu orang yang termasuk kelompok atbaaut
Tabiin disebut Tabiut Tabiin. Para atbaaut Taabiin adalah orang-orang yang
pernah bertemu dengan paling tidak satu orang Tabiin dalam keadaan beriman
dan meninggal dalam keadaan beriman. Masa atbaaut Taabi’iin : hingga 220 H. Al-
Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolaany menyatakan:
Para Ulama sepakat bahwa akhir Atbaaut Tabiin yang bisa diterima ucapannya
adalah yang masa kehidupannya hingga batasan tahun 220 (Hiriyah)(Fathul Baari
karya Ibnu Hajar al-Asqolaany (7/6)).
Para atbaut Tabiin, di antaranya: Malik bin Anas, Sufyan ats-Tsaury, Sufyan bin
Uyainah, al-Auza’i, Abdullah bin al-Mubarok (Ibnul Mubarok) dan masih banyak
lagi yang lain.

Ketiga generasi inilah sebagai teladan dan panutan bagi umat Islam setelahnya
dalam menjalankan Dien ini.Mereka juga disebut sebagai para pendahulu yang sholih
atau Salafus Sholih (disingkat salafi), atau kadang disebut juga dengan para Ulama
Salaf.Mengikuti manhaj mereka dalam memahami dan mengamalkan Dien ini berarti
mengikuti manhaj Salaf.

KEUTAMAAN TIGA GENERASI TERSEBUT

ُ ‫ط ْو َبى لِ َمنْ َرأَى َمنْ َرآنِي َولِ َمنْ َرأَى َمنْ َرأَى َمنْ َرآنِي َوأَ َم َن ِبي‬
ٍ ‫ط ْو َبى لَ ُه ْم َوحُسْ َن َمآ‬
‫ب‬ ُ ‫ط ْو َبى لِ َمنْ َرآنِي َوآ َم َن ِبي َو‬
ُ

Beruntunglah bagi orang melihatku dan beriman kepadaku, dan beruntunglah bagi orang
yang melihat orang yang melihatku dan orang yang melihat orang yang melihat orang
yang melihatku dan beriman kepadaku. Beruntung bagi mereka dan tempat kembali yang
baik (H.R atThobarony dishahihkan Syaikh al-Albany dalam Shahihul Jami’)

, ‫اح َبنِي‬
َ ‫ص‬َ ْ‫ب َمن‬
َ ‫اح‬
َ ‫ص‬َ ‫ َو‬, ‫ َما دَ ا َم فِي ُك ْم َمنْ َرأَى َمنْ َرآنِي‬, ‫ون ِب َخي ٍْر‬
َ ُ‫هللا الَ َت َزال‬
ِ ‫ َو‬, ‫اح َبنِي‬
َ ‫ص‬ َ ُ‫الَ َت َزال‬
َ ‫ون ِب َخي ٍْر َما دَ ا َم فِي ُك ْم َمنْ َرآنِي َو‬
‫اح َبنِي‬
َ ‫ص‬َ ْ‫ب َمن‬
َ ‫اح‬ َ ‫ص‬ َ ْ‫ب َمن‬ َ ‫اح‬
َ ‫ص‬ َ ‫ َو‬, ‫ َما دَا َم فِي ُك ْم َمنْ َرأَى َمنْ َرأَى َمنْ َرآنِي‬, ‫ون ِب َخي ٍْر‬ َ ُ‫هللا الَ َت َزال‬
ِ ‫َو‬

31
Kalian senantiasa dalam kebaikan selama di antara kalian ada orang yang
melihatku dan menjadi sahabatku.Demi Allah kalian senantiasa dalam kebaikan selama di
antara kalian ada orang yang melihat orang yang melihatku dan menjadi Sahabat dari
Sahabatku. Demi Allah, kalian senantiasa dalam kebaikan selama di antara kalian ada
orang yang melihat orang yang melihat orang yang melihatku dan menjadi Sahabat dari
Sahabat para Sahabatku (H.R Ibnu Abi Syaibah dan al-Hafidz Ibnu Hajar menyatakan
sanadnya hasan dalam Fathul Bari).

ْ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َف ُي َقا ُل َن َع ْم َف ُي ْف َت ُح َعلَ ْي ِه ُث َّم َيأْتِي َز َمانٌ َف ُي َقا ُل فِي ُك ْم َمن‬
َ َّ‫ِب ال َّن ِبي‬
َ ‫صح‬َ ْ‫اس َف ُي َقا ُل فِي ُك ْم َمن‬ ْ
ِ ‫َيأتِي َز َمانٌ َي ْغ ُزو فِ َئا ٌم م َِن ال َّن‬
ُ ‫صلَّى هَّللا‬
َ ِّ‫ب ال َّن ِبي‬ Iِ ‫ِب أَصْ َحا‬ َ ‫صاح‬ َ ‫ِب‬َ ‫صح‬ َ ْ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َف ُي َقا ُل َن َع ْم َف ُي ْف َت ُح ُث َّم َيأْتِي َز َمانٌ َف ُي َقا ُل فِي ُك ْم َمن‬ Iَ ‫ِب أَصْ َح‬
َ ِّ‫اب ال َّن ِبي‬ َ ‫صح‬
َ
‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َف ُي َقا ُل َن َع ْم َف ُي ْف َت ُح‬

Akan datang suatu zaman ketika sekelompok manusia berperang. Dikatakan


kepada mereka: Apakah ada di antara kalian yang merupakan Sahabat Nabi shollallahu
alaihi wasallam? Dikatakan: Ya. Maka diberikan kemenangan kepada mereka. Kemudian
datang suatu zaman, yang ditanyakan: Apakah ada yang menjadi Sahabat bagi para
Sahabat Nabi shollallahu alaihi wasallam? Dikatakan: Ya. Maka diberikan kemenangan
untuk mereka. Kemudian datang suatu zaman, dikatakan: Apakah ada di antara kalian
orang menjadi Sahabat dari Sahabat bagi para Sahabat Nabi. Dikatakan: Ya. Maka
diberikan kemenangan kepada mereka (H.R al-Bukhari dan Muslim dari Abu Said al-
Khudry)

‫ِين َيلُو َن ُه ْم ُث َّم َي ِجي ُء َق ْو ٌم َتسْ ِب ُق َش َها َدةُ أَ َح ِد ِه ْم َيمِي َن ُه َو َيمِي ُن ُه َش َها َد َت ُه‬
َ ‫ِين َيلُو َن ُه ْم ُث َّم الَّذ‬
َ ‫اس َقرْ نِي ُث َّم الَّذ‬
ِ ‫َخ ْي ُر ال َّن‬
Sebaik-baik manusia adalah generasiku (Nabi dan para Sahabatnya) kemudian yang
setelahnya (tabiin) kemudian yang setelahnya (Atbaut Tabiin) kemudian akan datang
suatu kaum yang persaksiannya mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului
persaksiannya (orang-orang yang banyak berdusta dan tidak bisa dipercaya) (H.R al-
Bukhari dan Muslim)

32
BAB IV

PENGERTIAN SALAF (REFERENSI HADIST)

Definisi Salaf ( ُ‫لَف‬II‫)الس‬


َّ Menurut bahasa (etimologi), Salaf ( ُ‫لَف‬I ‫لس‬
َّ َ‫ ) ا‬artinya yang
terdahulu (nenek moyang), yang lebih tua dan lebih utama. Salaf berarti para
pendahulu.Jika dikatakan (‫ ) َسلَفُ الرَّ ج ُِل‬salaf seseorang, maksudnya kedua orang tua yang
telah mendahuluinya.

Ibnul Atsir –rahimahullah– mengatakan:

I‫ة‬I‫{النهاي‬ . ‫الِ َح‬I‫الص‬


َّ ‫ف‬َ َ‫ل‬I‫الس‬ َ ‫ ْد ُر األَوَّ ُل مِنْ ال َّت ِابع‬I‫الص‬
َّ ‫ِين‬ َّ ‫ِّي‬ ِ ‫ان َمنْ َت َق َّد َم ُه ِب ْال َم ْو‬
Iَ ‫ه َولِ َه َذا ُسم‬Iِ ِ‫ت مِنْ آ َبائِ ِه َو َذ ِوي َق َرا َبت‬ Iِ ‫َوقِ ْي َل َسلَفُ اإلِ ْن َس‬
})981 ‫ ص‬/ 2 ‫ األثر – (ج‬I‫في غريب‬

“Salaf seseorang juga diartikan sebagai siapa saja yang mendahuluinya (meninggal
lebih dahulu), baik dari nenek moyang maupun sanak kerabatnya. Karenanya, generasi
pertama dari kalangan tabi’in dinamakan As Salafus Shaleh” 

Perhatikanlah firman-firman Allah berikut:

‫ان َفا ِح َش ًة َو َم ْق ًتا َو َسا َء َس ِبياًل‬ َ َ‫َواَل َت ْن ِكحُوا َما َن َك َح آ َباؤُ ُك ْم م َِن ال ِّن َسا ِء إِاَّل َما َق ْد َسل‬
َ ‫ف ۚ إِ َّن ُه َك‬

“Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu,
terkecuali  pada masa yang telah lampau …” (Q.S.An Nisa’:22).

َ ‫ت اأْل َوَّ ل‬
‫ِين‬ ُ ‫ت ُس َّن‬
ْ ‫ض‬
َ ‫ف َوإِنْ َيعُودُوا َف َق ْد َم‬ َ ‫قُ ْل لِلَّذ‬
َ َ‫ِين َك َفرُوا إِنْ َي ْن َتهُوا ي ُْغ َفرْ لَ ُه ْم َما َق ْد َسل‬

 Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu :”Jika mereka berhenti (dari
kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka  yang
sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka)
sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu” (Q.S. Al Anfal:38).

Jadi, ‘Salaf  ’ artinya mereka yang telah berlalu. Sedangkan kata ‘shaleh’ artinya
baik.Maka ‘As Salafus Shaleh’ maknanya secara bahasa ialah setiap orang baik yang
telah mendahului kita.

33
Dalam kitab Al Wajiz fi ‘Aqidatis Salafis Shalih Ahlissunnah wal Jama’ah , Syaikh
Abdullah bin Abdul Hamid Al Atsary mengatakan sebagai berikut:

َّ ‫ أَ ِو‬،ِ‫ َحا َبة‬I ‫الص‬


‫ة‬Iِ ‫ َحا َب‬I ‫الص‬ َّ ‫ ْو َل‬I‫م َح‬Iْ ‫ات ِِه‬II‫ ُّل َتعْ ِر ْي َف‬I ‫ دُو ُر ُك‬I‫ َت‬I‫ ا‬I‫د َفإِ َّن َم‬Iِ ‫ا‬II‫ء االِعْ تِ َق‬Iِ ‫ا‬II‫د ُعلَ َم‬Iَ I‫ ِع ْن‬ ))  ُ‫لَف‬I ‫الس‬ َّ  ((  َ‫ق‬IIِ‫ إِ َذا أ ُ ْطل‬: ‫طِ الَ ِح‬I ‫ص‬ ْ ِ‫َوفِي اال‬
‫اع‬I ْ ‫ة َوال َف‬Iِ I‫م ِباإلِ َما َم‬Iْ ‫د لَ ُه‬Iِ ‫هُو‬I‫م ْال َم ْش‬Iِ َ‫ِمن األَئِ َّم ِة األَعْ ال‬
ِ I‫ ِل َوا ِّت َب‬I ‫ض‬ َ ‫لَ ِة ؛‬I‫ض‬ َّ ‫م م َِن ْالقُ ُر ْو ِن ْال ُم َف‬Iْ ‫ِين َو َت ِاب ِعي ِْه‬ َّ ‫ أَ ِو ال‬، ‫ِين‬
َ ‫ص َحا َب ِة َوال َّت ِابع‬ َ ‫َوال َّت ِابع‬
‫ِّي‬ Iَ ‫م‬I‫ َذا ُس‬I‫ َولِ َه‬، ‫ْن‬ ْ َ ‫َّة َع‬Iُ ‫ت األُم‬
ِ ‫ ِّدي‬I‫م فِي ال‬Iْ ‫أن ِِه‬I ‫ْم َش‬Iِ ‫م َو َعظِ ي‬Iْ ‫ا َمت ِِه‬II‫لى إِ َم‬ Iِ ‫ َو ِممَّنْ ا َّت َف َق‬I،‫ب ْال ِب ْد َع ِة َو ْال َح َذ ِر ِم ْن َها‬
Iِ ‫ َواجْ تِ َنا‬، I‫ة فِي َها‬Iِ ‫ال ُّس َّن ِة َواإلِ َما َم‬
)1/15 ‫ (الوجيز‬.‫صال ِِح‬ َّ ‫ص ْد ُر األَوَّ ُل ِبال َّسلَفِ ال‬ َّ ‫ال‬

Menurut istilah (terminologi), kata Salaf berarti generasi pertama dan terbaik dari
ummat (Islam) ini, yang terdiri dari para Sahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in dan para Imam
pembawa petunjuk pada tiga kurun (generasi/masa) pertama yang dimuliakan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

‫اس َقرْ نِيْ ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه ْم ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُ ْو َن ُه ْم‬
ِ ‫خ ْي ُر ال َّن‬.
َ

“Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para Sahabat), kemudian yang
sesudahnya (masa Tabi’in), kemudian yang sesudahnya (masa Tabi’ut Tabi’in).”

generasi pertama dari umat ini dinamakan As Salafus Shalih (Al Wajiez hal 15).

Demikian pula yang dinyatakan oleh Ibnu Abil ‘Izz Al Hanafy dalam kitabnya ‘Syarh
Aqidah At Thahawiyah’:

َّ ‫ َو ُه ُم ال َّسلَفُ ال‬، ‫ان‬


…ُ‫صالِح‬ Iٍ ‫م ِبإِحْ َس‬Iْ ‫ِين لَ ُه‬ َّ ‫… َه َذا َق ْو ُل ال‬
َ ‫ة َوال َّت ِابع‬Iِ ‫ص َحا َب‬

“…Ini adalah pendapat para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik. Dan mereka lah As Salafus Shaleh…” 

Dalil dari As Sunnah

Berikut ini beberapa hadits yang menjadi landasan dalam bermanhaj salafus shaleh;

َ ‫و َن ُه ْم ُث َّم الَّذ‬IIُ‫ِين َيل‬


,2652 ( ‫اري‬II‫ه البخ‬II‫ أخرج‬ I…‫و َن ُه ْم‬IIُ‫ِين َيل‬ َ ‫اس َقرْ نِي ُث َّم الَّذ‬
Iِ ‫ل َخ ْي ُر ال َّن‬Iَ ‫ َقا‬  ِّ‫ه َعنْ ال َّنبِي‬Iُ ‫َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن‬
) 2533 ( ‫) و مسلم‬6429 ,3651

34
Dari Abdullah (ibnu Mas’ud) radhiyallahu ‘anhu, katanya: Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam  bersabda: “Sebaik-baik manusia ialah mereka yang hidup di zamanku,
kemudian yang datang setelah mereka, kemudian yang datang setelahnya lagi …” (H.R.
Bukhari no 2652,3651,6429; dan Muslim no 2533).

ُ‫ ِة َوال َّناس‬I‫ ِّل ْال َكعْ َب‬Iِ‫ الِسٌ فِي ظ‬I‫اص َج‬I ِ I‫ْن ْال َع‬ ِ ‫ ِرو ب‬I‫ ُد هَّللا ِ بْنُ َع ْم‬I‫إِ َذا َع ْب‬II‫د َف‬Iَ ‫ج‬ ِ I‫ت ْال َم ْس‬ Iُ ‫ل َد َخ ْل‬Iَ ‫ا‬II‫ة َق‬Iِ I‫ْن َع ْب ِد َربِّ ْال َكعْ َب‬ ِ ‫ن ب‬Iِ ‫َعنْ َع ْب ِد الرَّ حْ َم‬
‫ ُل َو ِم َّنا‬II‫ض‬ ِ ‫ َمنْ يُصْ لِ ُح‬I‫ َم ْن ِزاًل َف ِم َّنا‬I‫في َس َف ٍر َف َن َز ْل َنا‬  ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫ َو ِم َّنا َمنْ َي ْن َت‬Iُ‫خ َبا َءه‬ ِ ‫ت إِلَ ْي ِه َف َقا َل ُك َّنا َم َع َرس‬ Iُ ْ‫ُون َعلَ ْي ِه َفأ َ َت ْي ُت ُه ْم َف َجلَس‬
Iَ ‫مُجْ َت ِمع‬
I‫ًّا‬IÁ‫ان َحًق‬I
Iَ I‫ل إِ َّن ُه لَ ْم َي ُكنْ َن ِبيٌّ َق ْبلِي إِاَّل َك‬Iَ ‫ا‬II‫ َف َق‬  Iِ ‫ول هَّللا‬
ِ I ‫ إِلَى َر ُس‬I‫ ا‬I‫صاَل َة َجا ِم َع ًة َفاجْ َت َمعْ َن‬ َّ ‫ال‬  ِ ‫ُول هَّللا‬ِ ‫ه إِ ْذ َنا َدى ُم َنادِي َرس‬Iِ ‫َمنْ ه َُو فِي َج َش ِر‬
‫ا‬II‫يبُ آخ َِر َه‬I ‫ُص‬ ِ ‫ َو َسي‬I‫ ا‬I‫ فِي أَوَّ لِ َه‬I‫م َوإِنَّ أ ُ َّم َت ُك ْم َه ِذ ِه ُج ِع َل َعافِ َي ُت َها‬Iْ ‫ه لَ ُه‬Iُ ‫ َيعْ لَ ُم‬I‫ه لَ ُه ْم َو ُي ْنذ َِر ُه ْم َشرَّ َما‬Iُ ‫ َيعْ لَ ُم‬I‫َعلَ ْي ِه أَنْ َي ُد َّل أ ُ َّم َت ُه َعلَى َخي ِْر َما‬
I‫ء َوأُمُو ٌر ُت ْن ِك ُرو َن َها … الحديث‬Iٌ ‫َباَل‬

Dari Abdurrahman bin Abdi Rabbil Ka’bah katanya: Sewaktu aku masuk ke
masjidil haram, kudapati Abdullah bin Amru bin Ash  sedang duduk berteduh di bawah
ka’bah, sedangkan di sekelilingnya ada orang-orang yang berkumpul mendengarkan
ceritanya. Lalu aku ikut duduk di majelis itu dan kudengar ia mengatakan: “Pernah suatu
ketika kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu safar. Ketika
kami singgah di sebuah tempat, diantara kami ada yang sibuk membenahi kemahnya,
ada pula yang bermain panah, dan ada yang sibuk mengurus hewan gembalaannya.
Tiba-tiba penyeru Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berseru lantang: “Ayo… mari
shalat berjamaah!!” maka segeralah kami berkumpul di tempat Rasulullah  shallallahu
‘alaihi wa sallam, lalu beliau bersabda: “Sesungguhnya tak ada seorang Nabi   pun
sebelumku, melainkan wajib baginya untuk menunjukkan umatnya akan setiap kebaikan
yang ia ketahui; dan memperingatkan mereka dari setiap kejahatan yang ia
ketahui.  Sesungguhnya umat kalian ini ialah umat yang keselamatannya ada pada
generasi awalnya; sedangkan generasi akhirnya akan mengalami bala’ dan berbagai hal
yang kalian ingkari… al hadits” (H.R. Muslim no 1844).

Kami rasa dua hadits di atas cukup jelas maknanya bagi para pembaca.Jadi,
jelaslah bahwa generasi awal (As Salafus Shaleh) dari umat ini, ialah generasi terbaik
yang terpelihara dari fitnah-fitnah besar yang menimpa umat ini di kemudian hari.Maka
wajar jika manhaj mereka yang paling dekat kepada kebenaran, dan paling terjaga dari
penyimpangan.Kemudian disusul oleh generasi kedua dan ketiga.

35
Berangkat dari sini, maka setiap praktik ibadah yang muncul sepeninggal mereka
harus kita waspadai.Janganlah terkecoh dengan banyaknya pengikut, karena jumlah
yang banyak bukanlah jaminan sebuah kebenaran.

Mutiara Hikmah As Salafus Shaleh

pelengkap, berikut ini adalah wasiat-wasiat berharga dari para salaf yang lebih
memperjelas akan pentingnya ittiba’ (mengikuti) dan bahayanya ibtida’ (membuat
bid’ah). Sebagian besar mutiara hikmah ini kami nukil dari kitab Al Wajiez fi Aqidatis
Salafis Shaleh Ahlissunnah wal Jama’ah, oleh syaikh Abdullah bin Abdil Hamid Al Atsary
–hafidhahullah– jilid 1 hal 153-160.

1. Hudzaifah ibnul Yaman  :

َّ Lُ‫ َر الق‬L‫ش‬
، ِ‫ر اء‬L َ ‫ا َم ْع‬LL‫ا َّت قُوا هللاَ َي‬LL‫ ؛ َف‬Lً‫اال‬LL‫ر َم َق‬L ِ ‫فالَ َت َت َع َّبد ُْوا بِ َها ؛ فإ َِنَّ األَ َّو ل َ لَ ْم َي َد ْع لِآل‬  ِ ‫ول هللا‬
ِ L‫خ‬ ِ ‫س‬ُ ‫اب َر‬
Lُ ‫ص َح‬ ْ َ‫ُكل ُّ ِع َبا َد ٍة لَ ْم َي َت َعبَّدْ بِ َها أ‬
‫ُخ ُذ ْوا َط ِر ْيقَ مَنْ َكانَ َق ْبلَ ُك ْم‬

)I‫ في اإلبانة‬I‫(رواه ابن بطة‬

“Setiap ibadah yang tidak pernah diamalkan oleh para sahabat Rasulullah  shallallahu
‘alaihi wa sallam, janganlah kalian beribadah dengannya.Karena generasi pertama tak
menyisakan komentar bagi yang belakangan.Maka takutlah kepada Allah wahai orang
yang gemar beribadah, dan ikutilah jalan orang-orang sebelummu” (Diriwayatkan oleh
Ibnu Baththah dalam Al Ibanah).

2. Abdullah bin Mas’ud:

‫ا‬LL‫ َوأَ َقلَّ َه‬، ً ‫ا‬L‫ا عِ ْلم‬LL‫ َوأَ ْع َم َقه‬، ً ‫ا‬L‫ا قُلُوب‬LL‫ َوأَ َب َّر َه‬L، ‫ ِذ ِه األ ُ َّم ِة‬L‫ر َه‬L
َ L‫ َكا ُنوا َخ ْي‬  ‫اب ُم َح َّم ٍد‬ ُ ‫ص َح‬ ْ َ‫ َف ْل َي ْس َتنِّ بِمَنْ َقدْ َماتَ أ ُ ْولَئِ َك أ‬L|ًّ ‫مَنْ كان ُم ْست َنًا‬
َ
I‫ه‬I‫(أخرج‬  ‫ِيم‬ ِ ‫ َتق‬L‫دْ يِ ال ُم ْس‬LL‫ا ُنوا َعلَى ال َه‬LL‫ش َّب ُه ْوا ِبأ ْخالَقِ ِه ْم َو َط َرائِقِ ِه ْم ؛ َف ُه ْم َك‬ َ ‫ َو َن ْق ِل ِد ْينِ ِه َف َت‬  ‫ص ْح َبة َنبِ ِّي ِه‬ َ ‫ َق ْو ٌم ا ِْخ َت‬، ‫َت َكلُّ ًفا‬
ُ ِ‫ار ُه ُم هللا ُ ل‬
)I‫ في شرح السنة‬I‫البغوي‬

“Siapa yang ingin mengikuti ajaran tertentu, hendaklah ia mengikuti ajaran orang yang
telah wafat, yaitu para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.Mereka ialah

36
sebaik-baik umat ini.Hati mereka paling baik, ilmu mereka paling dalam, dan mereka
paling tidak suka berlebihan (takalluf) dalam beragama.Merekalah kaum yang dipilih
Allah untuk menjadi pendamping Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan
menyampaikan dien-Nya.Maka tirulah akhlak dan tingkah laku mereka, karena mereka
selalu berada di atas petunjuk yang lurus” (Diriwayatkan oleh Al Baghawi dalam Syarhus
Sunnah).

Beliau juga mengatakan:

)‫ الدارمي في سننه‬I‫(أخرجه‬  ‫ ِا َّتبِ ُعوا َوالَ َت ْب َت ِد ُعوا َف َقدْ ُكفِ ْي ُت ْم ؛ َعلَ ْي ُك ْم بِاألَ ْم ِر ال َعتِ ْي ِق‬ 

“Ikutilah dan jangan berbuat bid’ah, karena kalian telah dicukupi.Hendaklah kalian
berpegang teguh dengan perkara yang terdahulu” (Diriwayatkan oleh Ad Darimi
dalam Sunan-nya).

3. Umar i=Ibnul Khatthab:

ُ ‫ إِ ِّني ألَ ْعلَ ُم أَ َّن َك َح َج ٌر الَ َت‬: ُ ‫ َو َيقُ ْول‬-‫ َي ْعنِي األَ ْس َو َد‬-‫الح َج َر‬
Lَ‫ض ُّر ُوال‬ ِ َّ ‫الخ َطا‬
َ ُ ‫ ُيق ِّبل‬  ‫ب‬ ْ َ‫ت ُع َم َر بْن‬ Lُ ‫ َرأَ ْي‬: َ ‫ قاَل‬، ‫س ْب ِن َربِ ْي َع َة‬ٍ ِ‫َو َعنْ َعاب‬
‫سول َ هللا ِ ُي َق ِّبل ُ َك َما َق َّب ل ُت َك‬ ُ ‫ َرأَ ْيتُ َر‬L‫ َولَ ْوالَ أَ ِّني‬، ‫َت ْن َف ُع‬

)‫(متفق عليه‬

Dari ‘Aabis bin Rabi’ah, katanya: Aku melihat ‘Umar ibnul Khatthab shallallahu ‘alaihi wa
sallam mencium Hajar Aswad seraya berkata: “Aku tahu pasti, bahwa engkau hanyalah
sebuah batu yang tak dapat memberi madharat maupun manfaat. Kalaulah bukan
karena aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menciummu, kau tak akan
kucium!” (Muttafaq ‘Alaih)

‫ َك‬L‫ َو َعلَ ْي‬: ‫ ُر‬L‫ال َ ُع َم‬LL‫ َف َق‬، ‫ َك‬L‫الَ ُم َعلَ ْي‬L‫لس‬ َّ َ‫ ا‬: َ ‫ال‬LL‫ب َف َق‬Lِ ‫س َر ُجل ٌ ِع ْن َد ُع َم َر ْب ِن ا ْل َخ َّطا‬ َ ‫ َع َط‬: َ ‫ ا ْل َعالَءِ ْب ِن َع ْب ِد هللاِ ْب ِن شِ ِّخ ْي ٍر َقال‬L‫ َعنْ أَبِي‬ 
ْ‫ل‬Lُ‫ َو ْل َيق‬، ُ ‫ َك هللا‬L‫ َي ْر َح ُم‬: ‫و ُم‬Lْ L‫ ِل ا ْل َق‬Lُ‫ َو ْل َيق‬، ِ‫ ُد ِهلل‬L‫ اَ ْل َح ْم‬: ْ‫ل‬Lُ‫س أَ َح َد ُك ْم َف ْل َيق‬
َ ‫ إِ َذا َع َط‬L‫س ؟‬َ ‫ أَ َما َي ْعلَ ُم أَ َح ُد ُك ْم َما َيقُ ْول ُ إِ َذا َع َط‬، ‫لى أ ٌ ِّم َك‬
َ ‫َو َع‬
‫ َي ْغفِ ُر هللا ُ لَ ُك ْم‬: ‫ه َُو‬

I‫اطس‬II‫ول الع‬II‫ يق‬I‫ا‬I‫ل فيم‬II‫ فص‬,39 ‫ اإليمان‬I‫؛ و البيهقي في شعب‬19677 I‫ رقم‬,452-10/451 ,‫(رواه عبد الرزاق في المصنف‬
.)9030 I‫ رقم‬I,‫في جواب التشميت‬

37
Dari Abul ‘Ala’ bin Abdillah bin Syikhkhir, katanya: “Ada seseorang bersin di samping
Umar bin Khatthab t, lalu mengucapkan: “Assalaamu ‘alaika…”, maka sahut
‘Umar: “Alaika wa ‘ala ummik…! Apa kalian tidak tahu apa yang musti diucapkan ketika
bersin? Kalau kalian bersin hendaknya mengucapkan: “Alhamdulillah”, sedang yang
mendengar mengucapkan: “Yarhamukallaah”  lalu yang bersin
membalas: “Yaghfirullaahu lakum” (H.R. Abdurrazzaq dalam Mushannaf-nya, dan Al
Baihaqy dalam Syu’abul Iman).

Hadits yang senada juga diriwayatkan dari sahabat Salim bin ‘Ubeid:

‫ ِك ِل‬L‫ش‬ ْ ‫اوي فِي ُم‬ ِ L‫ َد ال َّط َح‬L‫ َو ِع ْن‬-َ‫ َك َو َعلَى أ ُ ِّم ك‬L‫ال َ َعلَ ْي‬LL‫اَل ُم َعلَ ْي ُك ْم َف َق‬L‫الس‬
َّ َ ‫ال‬LL‫و ِم َف َق‬Lْ L‫س َر ُجل ٌ مِنْ ا ْل َق‬ َ ‫أَ َّن ُه َكانَ َم َع ا ْل َق ْو ِم فِي‬ 
َ ‫س َف ٍر َف َع َط‬
‫ لَ َودِدْ تُ أَ َّن َك لَ ْم َت ْذ ُك ْر أ ُ ِّمي بِ َخ ْي ٍر َواَل‬:َ‫ لَ َك ؟ َقال‬  ُ‫ لَ َعلَّ َك َو َجدْ تَ ِم َّم ا قُ ْلت‬: ‫ ُث َّم َقال َ َب ْع ُد‬ ، -‫شأْنُ َما َها ُه َنا ؟‬ َّ ‫شأْنُ ال‬
َ ‫سالَ ِم َو‬ َ ‫ َما‬:‫ار‬ ِ ‫اآل َث‬
‫و ِم‬Lْ L‫ ل ٌ مِنْ ا ْل َق‬L‫س َر ُج‬ َ ‫ ِه َو‬L‫لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي‬L‫ص‬
َ ‫لَّ َم إ َذا َع َط‬L‫س‬ َ ِ ‫و ِل هَّللا‬L‫س‬
ُ ‫ َد َر‬L‫ا َن ْحنُ ِع ْن‬LL‫ول ُ هَّللا ِ إ َّن ا َب ْي َن‬L‫س‬ ُ ‫ال َ َر‬LL‫ إ َّن َما قُ ْلتُ لَ َك َك َما َق‬: َ ‫ش ٍّر َقال‬ َ ِ‫ب‬
ْ‫ل‬L ُ‫ظٍ { َف ْل َيق‬LL‫ لَ ْف‬L‫ } َو َر َواهُ أَ ْح َم ُد َوفِي‬L‫س أَ َح ُد ُك ْم ا ْل َحدِيث‬َ ‫ إ َذا َع َط‬: َ ‫ َو َعلَ ْي َك َو َعلَى أ ُ ِّم َك ُث َّم َقال‬  ِ ‫سول ُ هَّللا‬ ُ ‫س اَل ُم َعلَ ْي ُك ْم َف َقال َ َر‬
َّ ‫ ال‬: َ ‫َف َقال‬
I‫ في صحيحه‬I‫ وأحمد وابن حبان‬I‫ رواه أبو داود والترمذي‬ .} َ‫ب ا ْل َعالَمِين‬ ِّ ‫ َر‬Lِ ‫ أَ ْو ا ْل َح ْم ُد هَّلِل‬، ‫ َعلَى ُكل ِّ َحا ٍل‬Lِ ‫ا ْل َح ْم ُد هَّلِل‬

Bahwa ketika beliau bersama rombongannya dalam sebuah safar, ada seseorang yang
bersin lantas mengucap: “Assalaamu ‘alaikum!”, maka sahut Salim: “Alaika wa ‘ala
ummik –dalam riwayat Ath Thahawy ditambahkan: “Apa hubungannya antara salam
dengan orang bersin?”– Kemudian Salim berkata lagi: “Nampaknya kau tersinggung
dengan ucapanku barusan…?” jawabnya: “Ya… andai saja kau tak menyebut-nyebut
ibuku tadi…” lalu kata Salim: “Aku tak mengucapkan lebih dari yang diucapkan
Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam  … suatu ketika kami sedang bersama
beliau  shallallahu ‘alaihi wa sallam  tatkala ada orang yang bersin dan
mengucapkan:  “Assalaamu ‘alaikum..”  maka Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa
sallam  menjawab:  “Alaika wa ‘ala ummik…”  lalu lanjutnya: “Kalau kalian bersin
hendaklah mengucapkan:  “Alhamdulillah”  atau  “Alhamdulillahi‘ala kulli
haal”  atau:  “Alhamdulillahi rabbil ‘alamien”  (H.R. Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, dan Ath
Thahawy).

4. Abdullah bin Umar:

38
)‫ الاللكائي في شرح أصول االعتقاد‬I‫(رواهما‬ ‫س َن ًة‬ ُ ‫ضاللَ ٌة ؛ َوإِنْ َرآها َ ال َّن‬
َ ‫اس َح‬ َ ‫ ُكل ُّ بِدْ َع ٍة‬ 

“Semua bid’ah adalah kesesatan, meski orang-orang menilainya baik (bid’ah hasanah)”
(Diriwayatkan oleh Al Laalaka-i dalam Syarh Ushulil I’tiqad) 

‫ ُر‬L‫ أَ ْو أَ ْم‬، ‫ع‬L


َ L‫ قُّ أَنْ ُي َّت َب‬L‫أَ َح‬   ِ ‫ ْو ِل هللا‬L‫س‬
ُ ‫ ُر َر‬L‫ أَأَ ْم‬:‫ا‬LL‫اك نهى عنه‬LL‫ إِن أَب‬: ‫ه‬LL‫ال ل‬LL‫ وق‬، ‫أل ٍة‬LL‫أله عن مس‬LL‫لمن س‬  ‫ر‬L
َ L‫ َقال َ َع ْب ُد هللا ِ بْنُ ُع َم‬ 
)I‫(زاد المعاد‬ !‫أَبِي؟‬

Ketika ada seseorang yang mengatakan kepada Abdullah bin ‘Umar : “Sesungguhnya
ayahmu (Umar bin Khatthab) melarang hal itu”. Ibnu Umar balik bertanya: “Perintah
siapakah yang lebih berhak untuk ditaati, perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam atau perintah ayahku??” (Zaadul Ma’aad 2/178).

Ibnu Umar memang terkenal sebagai sahabat yang paling ittiba’ kepada sunnah dan 
anti bid’ah. Imam At Tirmidzi meriwayatkan dalam Sunan-nya:

Dari Nafi’ katanya; ada seseorang yang bersin di samping Ibnu Umar lantas
mengatakan: Alhamdulillah was salaamu ‘ala Rasuulillaah!  Maka Ibnu ‘Umar
mengatakan: “Aku pun mengatakan: Alhamdulillah was salaamu ‘ala Rasuulillaah, tapi
bukan begitu yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ajarkan kepada kami (ketika
bersin). Beliau mengajarkan kami agar

:mengucapkan Alhamdulillaahi ‘ala kulli haal” 

5. Abdullah bin ‘Abbas 

‫ك أَنْ َت ْنـ ِزل َ َعلَ ْي ُك ْم‬ ِ ‫ َب ْك ٍر َو ُع َم َر َر‬L‫س َّن َة ؛ بِ َق ْو ِل أَبِي‬


ُ L‫ ُيوش‬: ‫ا‬LL‫ي هللا ُ َع ْن ُه َم‬Lَ L‫ض‬ ُّ ‫ض ال‬
َ ‫ار‬َ ‫ لِمَنْ َع‬-‫اس – َرضِ َي هللا ُ َع ْن ُه َما‬ ٍ ‫َو َقال َ ابْنُ َع َّب‬
‫د‬II‫(رواه عب‬  ‫ قاَل َ أَ ُبو َب ْك ٍر َو ُع َم ُر‬: َ‫ َو َتقُ ْول ُ ْون‬-‫سلَّ َم‬ َ ‫صلَّى هللا ُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َو‬ ُ ‫ َقال َ َر‬: ‫س مَاءِ ؛ أَقُ ْول ُ لَ ُك ْم‬
َ -ِ‫سول ُ هللا‬ َّ ‫ار ًة مِنَ ال‬
َ ‫ح َِج‬
)‫ صحيح‬I‫الرزاق في المصنف بسند‬

Beliau mengatakan kepada orang yang menolak Sunnah Nabi dengan perkataan Abu
Bakar dan Umar: “Hampir saja hujan batu menimpa kalian…!! Kukatakan bahwa:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda begini dan begitu…” namun kalian
malah mengatakan: “Abu Bakar dan Umar mengatakan begini dan begitu…!!”

39
(Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq Ash Shan’ani dalam Mushannaf-nya dengan sanad
shahih) 

6. Mu’adz bin Jabal

Dirwayatkan dari Yazid bin ‘Umairah -salah seorang sahabat Mu’adz– bahwa
Mu’adz bin Jabal  dalam setiap majelisnya selalu mengatakan: “Allah itu bijaksana dan
Maha Adil. Celakalah orang-orang yang ragu…”. Kemudian pada suatu hari Mu’adz
mengatakan: “Sesungguhnya di belakang kalian akan ada fitnah yang banyak…. Saat itu
harta melimpah ruah, Al Qur’an dibaca beramai-ramai oleh orang mu’min maupun
munafik, wanita maupun anak-anak, dan hamba sahaya maupun orang merdeka…
sampai-sampai ada yang mengatakan: “Mengapa orang-orang tak mau mengikutiku,
padahal aku telah membaca Al Qur’an? Sungguh, mereka memang tidak mau
mengikutiku sampai aku membikin bid’ah yang lain bagi mereka…”. Maka waspadalah
kalian dari bid’ah yang diperbuatnya, karena setiap bid’ah itu sesat. Dan waspadalah
kalian dari kesesatan orang bijak… karena Syaithan kadang menyampaikan kesesatan
melalui lisan si Bijak; dan kadang si Munafik mengatakan yang haq”. Maka tanyaku:
“Semoga Allah merahmatimu… lantas bagaimana aku tahu bahwa si Bijak
menyampaikan kesesatan, dan si Munafik berkata benar?” “Bisa…” jawab Mu’adz.
“Yaitu ketika si Bijak mengatakan sesuatu yang jelas-jelas batil; hingga kamu
mengatakan: “Omongan apa ini !?” Namun jangan sampai hal itu menjauhkanmu
darinya; karena boleh jadi ia segera bertaubat dan kembali kepada kebenaran… Maka
terimalah al haq begitu kamu mendengarnya, karena dalam al haq itu terdapat cahaya” 

Makna kesesatan orang bijak (‫ة الحكيم‬LLL‫)زيغ‬, sebagaimana yang dijelaskan dalam
kitab ‘Aunul Ma’bud ialah:

‫(عون‬  ُ‫خاَل ف ْال َح ّق َفاَل َت َّت ِبعُوه‬


ِ ‫الزلَّة َو‬ َ I‫ َو ْال َمعْ َنى أ ُ َح ِّذ ر ُك ْم ِم َّما‬.‫أَيْ ِا ْنح َِراف ْال َعالِم َعنْ ْال َح ّق‬
َّ ْ‫ مِن‬I‫ ْال ُعلَ َماء‬I‫ص َد َر مِنْ لِ َسان‬
َّ ‫الز ْي َغة َو‬
)‫ لزوم السنة‬:‫ باب‬,‫ السنة‬I‫ كتاب‬,‫ سنن أبي داود‬I‫المعبود شرح‬

(Yaitu) menyimpangnya seorang ‘alim dari al haq. Jadi maksud ucapan Mu’adz ialah:
“Kuperingatkan kalian akan penyimpangan, kekeliruan dan pernyataan yang tidak benar,

40
yang muncul dari lisan para ‘ulama; jangan sampai kalian mengikutinya” (‘Aunul Ma’bud,
lihat pada syarah hadits di atas).

7. Abdullah bin Mas’ud

َ ‫ َو ُكل َّ بِدْ َع ٍة‬،‫ش َّر األ ُ ُم ْو ِر ُم ْح َد َثا ُت َها‬


)2/428 ‫(إعالم الموقعين‬ ‫ضالَلَ ٌة‬ َ َّ‫ َفإِن‬L‫ت؛‬
ِ ‫َوإِ َّيا ُك ْم َوا ْل ُم ْح َد َثا‬

“Waspadailah setiap yang baru (dalam agama), karena sejelek-jelek perkara ialah
perkara yang diada-adakan dalam agama, dan setiap bid’ah itu sesat” (I’laamul
Muwaqqi’in 2/428).

8. Sufyan Ats Tsaury -rahimahullah-

Lُ َ ‫ َوالبِدْ َع ُة الَ ي ُتا‬L، ‫اب ِم ْن َها‬


‫ب ِم ْن َها‬ ُ ‫ ال َم ْعصِ َي ُة ُي َت‬، ‫س مِنَ ال َم ْعصِ َي ِة‬ ُّ ‫البِدْ َع ُة أَ َح‬
َ ‫ب إِلَى إِ ْبلِ ْي‬

)‫ البغوي في شرح السنة‬I‫(أخرجه‬ 

“Bid’ah itu lebih disukai oleh Iblis dari pada kemaksiatan. Dosa maksiat masih ada
harapan taubat, tapi dosa bid’ah tidak ada harapan taubat”  (Diriwayatkan oleh Al
Baghawy dalam Syarhus Sunnah).

9. Abdullah Ibnul Mubarak –rahimahullah–

ْ ‫إِلَى هللا ِ َن‬LL‫ونَ ؛ َف‬LL


‫ ُك ْو‬LL‫ش‬ ْ ‫ج ُع‬ ِ ‫ ِه َرا‬LL‫ َوإِ َّنا إِلَ ْي‬Lِ ‫ا َّ هّلِل‬LL‫ َفإِن‬، ‫ َّن ِة‬LL‫الس‬ ٌ ‫و َم َك َرا َم‬LL
َ ‫ل ٍِم لَق َِي هللاَ َع‬LL‫ ل ِّ ُم ْس‬LL‫ة لِ ُك‬LL
ُّ ‫لى‬ ْ ‫ أَنَّ ال َم‬-‫ أَ ْي أَخِي‬-‫ا ِْعلَ ْم‬
ْ ‫وتَ ال َي‬LL
ِ ‫ا‬LL‫ ِذ ِه األ ُ َّم ِة مِنْ َذ َه‬L‫ ل َّ ِب َه‬L‫ا َح‬LL‫ش ُك ْو َعظِ ْي َم َم‬
، ِ‫اء‬LL‫ب ا ْل ُعلَ َم‬ َ ِ‫ َوإ‬، ‫ َو ُظ ُه ْو َر ا ْْلبِ َد ِع‬، ‫ان‬
ْ ‫لى هللاِ َن‬ َّّ
ِ ‫ َة األَ ْع َو‬L|‫ َوقَِل‬، ‫ان‬ َ ‫ َو َذ َه‬L، َ ‫ش َتنا‬
ِ ‫اب اإلِ ْخ َو‬ َ ‫َو ْح‬
ُّ ‫َوأَهْ ِل ال‬
‫ َو ُظ ُه ْو ِر ا ْلبِ َد ِع‬، ‫س َّن ِة‬

)‫ عنها البن وضاح‬I‫(البدع والنهي‬

“Saudaraku, ketahuilah bahwa kematian hari ini adalah karamah (kemuliaan) bagi setiap


muslim yang menghadap Allah di atas Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Kita semua adalah milik Allah, dan kita semua akan kembali kepada-Nya. Kepada Allah
lah kita mengadukan kesendirian kita, mangkatnya saudara kita, sedikitnya penolong
kita,  dan kemunculan bid’ah di mana-mana. Kepada-Nya jua kita mengeluh akan

41
besarnya musibah yang menimpa umat ini, karena mangkatnya para ulama dan
pengikut sunnah, serta munculnya berbagai bid’ah” (Al Bida’u wan Nahyu ‘Anha oleh
Ibnu Wadhdhah).

10. Al Fudail bin ‘Iyadh –rahimahullah–

)I‫(االعتصام‬  َ‫ َت ْغ َت ُّر بِ َك ْث َر ِة ا ْل َهالِكِين‬Lَ‫ َوال‬، ‫ضالَلَ ِة‬ َّ ‫ض ُّر َك قلَ ُِّة ال‬
َّ ‫ق ال‬Lَ ‫ َوإِيا َّ َك َو ُط ُر‬، َ‫سالِكِين‬ ُ ‫ َي‬Lَ‫ِا َّتبِ ْع ُط ُرقَ ال ُه َدى َوال‬

“Ikutilah jalan-jalan petunjuk, dan janganlah risau dengan sedikitnya pengikut.Tapi


waspadailah jalan-jalan kesesatan, dan janganlah terkecoh dengan banyaknya orang
celaka” (Al I’tisham).

11. Amirul Mukminin Umar bin ‘Abdul ‘Aziez –rahimahullah–

‫ا‬LL‫انَ فِ ْي َه‬LL‫و َك‬Lْ Lَ‫ ِل ل‬L‫ض‬ ْ ‫ َوبِا ْل َف‬، ‫وى‬L َ L‫ا ُنوا أَ ْق‬LL‫فِ َها َك‬L‫ش‬
ْ ‫ َو ُه ْم َعلَى َك‬، ‫ص ٍر ناَفِ ٍذ َك ُّف ْوا‬ َ ‫ َوبِ َب‬، ‫ َفإِ َّن ُه ْم َعنْ عِ ْل ٍم َو َقفُوا‬، ‫ف ال َق ْو ُم‬ Lَ ‫ث َو َق‬Lُ ‫ِف َح ْي‬
ْ ‫ق‬
L، L‫فِي‬L‫ش‬ ْ ‫ا ُي‬L‫ ُه َم‬L‫فُوا ِم ْن‬L‫ص‬ َ ‫دْ َو‬L‫ َولَ َق‬، ‫ َّنتِ ِه ْم‬L‫س‬ ُ ْ‫ب َعن‬ َ
َ َ‫ ال‬L‫ ُه إِالَّ مَنْ َخ‬L‫ا أ ْح َدث‬LL‫ َف َم‬L‫ َد ُه ْم ؛‬L‫ث َبع‬
َ ‫ َو َر ِغ‬L، ‫دْ َي ُه ْم‬LL‫ف َه‬ Lَ ‫ َح َد‬: ‫ َفلَئِنْ قُ ْل ُت ْم‬، ‫أَ ْح َرى‬
ْ َ‫آخ ُر ْونَ َف َغل‬
‫ َوإِ َّن ُه ْم‬، ‫وا‬LL َ ‫تج َاو َزهُم‬ َ ‫ص َر َع ْن ُه ْم َقو ٌم َف َج َف ْوا َو‬
َ ‫ َل َقدْ َق‬، ‫ص ٌر‬ ِّ ‫س ٌر َو َما د ُْو َن ُه ْم ُم َق‬ ِّ ‫ َف َما َف ْو َق ُه ْم ُم َح‬، ‫َو َت َكلَّ ُموا ِم ْن ُه بِ َما َي ْكفِي‬
)‫ االعتقاد‬I‫ في لمعة‬I‫(أورده ابن قدامة‬ ‫لى ُه ًدى ُم ْس َت َق ْي ٍم‬
َ ‫فِ ْيما َ َبيْنَ َذلِ َك لَ َع‬

“Berhentilah saat mereka (para salaf) berhenti.Karena mereka berhenti berdasarkan


ilmu.Mereka menahan diri setelah berpikir jeli.Padahal merekalah yang lebih mampu
untuk menyingkap setiap masalah, dan lebih gencar tuk mengejar setiap fadhilah. Kalau
kalian berkata: “Banyak hal baru (dalam agama) yang muncul setelah mereka…”
ingatlah, bahwa hal tersebut tidak dimunculkan kecuali oleh mereka yang menyelisihi
pentunjuk salaf, dan menolak ajaran mereka. Para salaf telah menjelaskan agama
segamblang-gamblangnya, dan menerangkannya sejelas mungkin. Siapa yang
mendahului mereka akan menyesal, dan siapa yang berada di bawah mereka berarti
pemalas. Sungguh, orang-orang yang berada dibawah mereka akhirnya gagal, namun
yang ingin mengungguli mereka justru melampaui batas, sedangkan mereka (para salaf)
tetap berada di antara keduanya, di atas jalan yang lurus” (disebutkan oleh Ibnu
Qudamah dalam Lum’atul I’tiqad).

12. Al Imam Ahmad bin Hambal –rahimahullah–

42
-ِ‫ول هللا‬
ِ L‫س‬ُ ‫اب َر‬ ْ َ‫ ِه أ‬L‫انَ َعلَ ْي‬LL‫ا َك‬LL‫ك بِ َم‬
ُ ‫ َح‬L‫ص‬ ُ L‫س‬ُّ ‫ اَل َّت َم‬: َ ‫ َدنا‬L‫س َّن ِة عِ ْن‬ ُ ُ ‫ أ‬: ُ ‫ح َم ُه هللا‬
ُّ ‫ص ْول ُ ال‬ ِ ‫س َّن ِة َر‬ُّ ‫َقال َ اإلِ َما ُم أَ ْح َم ُد بْنُ َح ْن َب ٍل ؛ إِ َما ُم أَهْ ِل ال‬
I‫ام‬II‫ لألم‬,‫اد‬II‫ول االعتق‬II‫(شرح أص‬ ‫الَلَ ٌة‬L‫ض‬ َ ‫ي‬Lَ ‫ ٍة َف ِه‬L‫ ل ُّ بِدْ َع‬L‫ َو ُك‬، ‫ َد ِع‬Lِ‫ك ا ْلب‬ ْ L‫ َو َت‬، ‫ َدا ُء بِ ِه ْم‬Lِ‫ َواالِ ْقت‬-‫لَّ َم‬L‫س‬
ُ ‫ر‬L َ ‫ ِه َو‬Lِ‫لى آل‬ َ ‫ ِه َو َع‬L‫لَّى هللا ُ َعلَ ْي‬L‫ص‬ َ
.)‫الاللكائي‬

Imam Ahmad, Imam Ahlussunnah wal jama’ah mengatakan: Pokok-pokok


aqidah  menurut kami ialah berpegang teguh dengan apa yang dipraktikkan oleh
sahabat-sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, meneladani mereka, dan
meninggalkan bid’ah. Karena setiap yang bid’ah berarti kesesatan” (Syarh Ushul I’tiqad
Ahlissunnah wal Jama’ah, oleh Imam Al Laalaka-i).

13. Imam Malik bin Anas —rahimahullah—

َ َ – ً‫س َن ًة ؛ َف َقدْ َز َع َم أَن ُم َح َّم دا‬


َ ‫الَ َة ؛ ِأل نَّ هللا‬L‫س‬ L|ِّّ َ‫ ان‬L‫ َخ‬-‫لَّ َم‬L‫س‬
َ ‫الِر‬ َ ‫ ِه َو َع‬L‫لى هللا ُ َعلَ ْي‬
َ ‫ ِه َو‬Lِ‫لى آل‬ َّ L‫ص‬ َ ‫َمن ا ْب َت َد َع فِي اإلِ ْسال ِِم بِدْ َع ًة َي َراها َ َح‬
)‫ للشاطبي‬,‫ والسنة‬I‫)االعتصام بالكتاب‬ ً ‫ { ا ْل َي ْو َم أَ ْك َم ْلتُ لَ ُك ْم دِي َن ُك ْم } َف َما لَ ْم َي ُكنْ َي ْو َمئِ ٍذ ِد ْينا ً َفالَ َي ُكونُ ال َي ْو َم ِد ْينا‬: ُ ‫َيقُول‬

“Barangsiapa melakukan bid’ah dalam Islam yang ia pandang sebagai bid’ah hasanah,
berarti ia mengatakan bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
mengkhianati kerasulan beliau. Sebab Allah Ta’ala berfirman: “Pada hari ini telah
kusempurnakan bagi kalian agama kalian…” (Al Ma’idah: 3). Karenanya, apa pun yang
hari itu tidak dianggap sebagai ajaran agama, maka hari ini pun bukan termasuk ajaran
agama. (Al I’tisham bil Kitab was Sunnah, oleh Imam Asy Syathiby).

Kemudian Imam Malik meletakkan sebuah kaidah agung, yang merupakan intisari dari
perkataan para ulama yang tadi kita sebutkan:

َ ‫خ ُر َه ِذ ِه األ ُ َّم ِة إِالَّ بِ َما‬


,‫طفي‬II‫وق المص‬II‫فا في حق‬II‫(الش‬ ً ‫ا‬L‫و ُم ِد ْين‬Lْ L‫ونُ ال َي‬LL‫ا ً الَ َي ُك‬L‫ َف َما لَ ْم َي ُكنْ َي ْو َمئِ ٍذ ِد ْين‬L‫ح بِ ِه أَ َّول ُ َها ؛‬Lَ ُ ‫صل‬ ِ ‫صل ُ َح آ‬
ْ ‫لَنْ َي‬ 
)2/88 ‫للقاضي عياض‬

“Generasi terakhir umat ini tak akan menjadi baik (shaleh), kecuali dengan apa-apa yang
menjadikan generasi pertamanya baik. Karenanya, apa pun yang pada hari itu –saat
turunnya surat Al Ma’idah ayat 3– tidak dianggap sebagai agama, maka hari ini pun juga
bukan bagian dari agama” (Asy Syifa fi Huquuqil Musthafa 2/88, oleh Al Qadhi ‘Iyadh).

43
Contoh-Contoh Penggunaan Kata “Salaf”

Kata salaf sering digunakan oleh Imam Bukhari di dalam kitab Shahihnya. Imam
Bukhari rahimahullah mengatakan, “Rasyid bin Sa’ad berkata: Para salaf menyukai kuda
jantan. Karena ia lebih lincah dan lebih berani.” Al Hafizh Ibnu
Hajar rahimahullah menafsirkan kata salaf tersebut, “Maksudnya adalah para sahabat
dan orang sesudah mereka.”Syaikh Salim mengatakan, “Yang dimaksud (oleh Rasyid)
adalah para sahabat radhiyallahu’anhum.Karena Rasyid bin Sa’ad adalah
seorang tabi’in (murid sahabat), sehingga orang yang disebut salaf olehnya adalah para
sahabat tanpa ada keraguan padanya.” Demikian pula perkataan Imam Bukhari, “Az
Zuhri mengatakan mengenai tulang bangkai semacam gajah dan selainnya: Aku
menemui sebagian para ulama salaf yang bersisir dengannya (tulang) dan
menggunakannya sebagai tempat minyak rambut. Mereka memandangnya tidaklah
mengapa.”Syaikh Salim mengatakan, “Yang dimaksud (dengan salaf di sini) adalah para
sahabat radhiyallahu’anhum, karena Az Zuhri adalah seorang tabi’in.” (lihat Limadza,
hal. 31-32).

Kata salaf juga digunakan oleh Imam Muslim di dalam kitab Shahihnya. Di dalam
mukaddimahnya Imam Muslim mengeluarkan hadits dari jalan Muhammad bin ‘Abdullah.
Ia (Muhammad) mengatakan: Aku mendengar ‘Ali bin Syaqiq mengatakan: Aku
mendengar Abdullah bin Al Mubarak mengatakan di hadapan orang
banyak, “Tinggalkanlah hadits (yang dibawakan) ‘Amr bin Tsabit. Karena dia mencaci
kaum salaf.” Syaikh Salim mengatakan, “Yang dimaksud adalah para
sahabat radhiyallahu ‘anhum.”(Limadza, hal. 32).

Kata salaf juga sering dipakai oleh para ulama akidah di dalam kitab-kitab
mereka.Seperti contohnya sebuah riwayat yang dibawakan oleh Imam Al Ajurri di dalam
kitabnya yang berjudul Asy Syari’ah bahwa Imam Auza’i pernah berpesan, “Bersabarlah
engkau di atas Sunnah.Bersikaplah sebagaimana kaum itu (salaf) bersikap.Katakanlah
sebagaimana yang mereka katakan.Tahanlah dirimu sebagaimana sikap mereka
menahan diri dari sesuatu.Dan titilah jalan salafmu yang shalih.Karena sesungguhnya
sudah cukup bagimu apa yang membuat mereka cukup.”Syaikh Salim mengatakan,

44
“Yang dimaksud adalah sahabat ridhwanullahi ‘alaihim.” (lihat Limadza, hal. 32) Hal ini
karena Al Auza’i adalah seorang tabi’in.

BAB V

45
ISLAM: AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN PENEGAKAN HUKUM

a. Berbagi

ِ ‫ب َو ٰلـكِنَّ ْال ِبرَّ َمنْ ٰا َم َن ِباهّٰلل ِ َو ْال َي ْو ِم ااْل ٰ خ ِِر َو ْال َم ٰ ٓل ِئکَ ِة َو ْالك ِٰت‬
‫ب َوال َّن ِب ٖ ّي َن ۚ َو ٰا َتى ْال َما َل‬ ِ ‫ْس ْال ِبرَّ اَنْ ُت َولُّ ْوا وُ ج ُْو َه ُك ْم قِ َب َل ْال َم ْش ِر ِق َو ْال َم ْغ ِر‬
َ ‫لَي‬
‫الز ٰکو َة ۚ َو ْالم ُْوفُ ْو َن ِب َع ْه ِد ِه ْم‬ َّ ‫ب ۚ َواَ َقا َم الص َّٰلو َة َو ٰا َتى‬ ِ ‫َع ٰلى ُحبِّهٖ َذ ِوى ْالقُرْ ٰبى َو ْال َي ٰت ٰمى َو ْال َم ٰس ِكي َْن َواب َْن الس َِّبي ِْل ۙ َوالسَّآ ِئلِي َْن َوفِى الرِّ َقا‬
ٓ ٰ ُ ‫ولئِك الَّ ِذيْن صدَ قُ ْوا ۗ وا‬ ٓ ْ ْ
‫ك ُه ُم ْال ُم َّتقُ ْو َن‬َ ‫ول ِئ‬ َ َ َ َ ٰ ُ‫س ۗ ا‬ ِ ‫ص ِب ِري َْن فِى ْال َبأ َسآ ِء َوالضَّرَّ آ ِء َو ِحي َْن ْال َبأ‬ ّ ٰ ‫ِا َذا ٰع َهد ُْوا ۚ َوال‬

"Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi
kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-
malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir),
peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan sholat dan
menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang
sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-
orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Baqarah 2:
Ayat 177)
Berbagi merupakan indikator tingkat ketaqwaan seorang mukmin dan salah satu
perbuatan yang akan mendatangkan cinta Allah SWT sebagaimana firman-Nya.
 
‫اس ۗ َوهّٰللا ُ ُيحِبُّ ْالمُحْ سِ ِنيْن‬ َ ‫الَّ ِذي َْن ُي ْنفِقُ ْو َن فِى السَّرَّ آ ِء َوالضَّرَّ آ ِء َو ْال ٰكظِ ِمي َْن ْال َغي‬
ِ ‫ْظ َو ْال َعافِي َْن َع ِن ال َّن‬

"(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai
orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali Imran 3: Ayat 134) 
Berbagi mengindikasikan pengorbanan dan kerelaan untuk memberi. Semakin banyak
memberi, semakin tidak akan merasa kekurangan. Disinilah keindahan berbagi daripada
sekedar menerima. Ketika telah meraih kesuksesan, kadang seseorang lupa daratan.

Ketika bisnis di puncak kejayaan, manusia pun lupa akan kewajiban dari harta yang mesti
dikeluarkan dan lupa untuk saling berbagi. Ketahuilah harta hanyalah titipan Ilahi

46
‫ِين آَ َم ُنوا ِم ْن ُك ْم َوأَ ْن َفقُوا لَ ُه ْم أَجْ ٌر َك ِبي ٌر‬ َ ‫آَ ِم ُنوا ِباهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َوأَ ْنفِقُوا ِممَّا َج َعلَ ُك ْم مُسْ َت ْخلَف‬
َ ‫ِين فِي ِه َفالَّذ‬

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu
yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya.Maka orang-orang yang beriman di
antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.”
(QS. Al Hadiid: 7) 

Ayat ini jelas menunjukkan bahwa harta hanyalah titipan Allah Karen
Allah Ta’ala firmankah (yang artinya), “Hartamu yang Allah telah menjadikan kamu
menguasainya.” Hakikatnya, harta tersebut adalah milik Allah.Allah Ta’ala yang beri
kekuasaan pada makhluk untuk menguasai dan memanfaatkannya.Al
Qurthubi rahimahullah menjelaskan, “Ayat ini merupakan dalil bahwa pada hakekatnya
harta itu milik Allah. Hamba tidaklah memiliki apa-apa melainkan apa yang Allah ridhoi.
Siapa saja yang menginfakkan harta pada jalan Allah, maka itu sama halnya dengan
seseorang yang mengeluarkan harta orang lain dengan seizinnya. Dari situ, ia akan
mendapatkan pahala yang melimpah dan amat banyak.

Keutamaan Berbagi 

Allah Ta’ala berfirman

ْ ‫يل هَّللا ِ َك َم َث ِل َح َّب ٍة أَ ْن َب َت‬


,‫ت َسب َْع َس َن ِاب َل فِي ُك ِّل ُس ْن ُبلَ ٍة ِم َئ ُة َح َّب ٍة َوهَّللا ُ ُيضَاعِ فُ ِل َمنْ َي َشا ُء َوهَّللا ُ َواسِ ٌع َعلِي ٌم‬ ِ ‫ون أَ ْم َوالَ ُه ْم فِي َس ِب‬ َ ‫َم َث ُل الَّذ‬
َ ُ‫ِين ُي ْن ِفق‬

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya


di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji.Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia
kehendaki.Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al Baqarah:
261)

Ibnu Katsir rahimahullah dalam tafsirnya mengatakan, “Ayat ini sangat memotivasi hati

47
untuk gemar berinfak. Ayat ini merupakan isyarat bahwa setiap amal sholih yang
dilakukan akan diiming-imingi pahala yang berlimpah bagi pelakunya. Sebagaimana Allah
mengiming-imingi tanaman bagi siapa yang menanamnya di tanah yang baik
(subur).Terdapat dalam hadits bahwa setiap kebaikan akan dilipatgandakan hingga 700
kali lipat”.Inilah permisalan yang Allah gambarkan yang menunjukkan berlipat gandanya
pahala orang yang berinfak di jalan Allah dengan selalu selalu mengharap ridho-Nya.

‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa tatkala turun firman


Allah Ta’ala

,‫َمنْ َذا الَّذِي ُي ْق ِرضُ هَّللا َ َقرْ ضًا َح َس ًنا َفيُضَاعِ َف ُه َل ُه َولَ ُه أَجْ ٌر َك ِري ٌم‬

“Barangsiapa memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah
akan melipatgandakan balasan pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh pahala
yang banyak” (QS. Al Hadid: 11);

Abud Dahdaa Al Anshori mengatakan, “Wahai Rasulullah, apakah Allah menginginkan


pinjaman dari kami?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Betul, wahai
Abud Dahdaa.”Kemudian Abud Dahdaa pun berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah
tanganmu.”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyodorkan tangannya.Abud
Dahdaa pun mengatakan, “Aku telah memberi pinjaman pada Rabbku kebunku ini.Kebun
tersebut memiliki 600 pohon kurma.

”Ummud Dahda, istri dari Abud Dahdaa bersama keluarganya ketika itu berada di kebun
tersebut, lalu Abud Dahdaa datang dan berkata, “Wahai Ummud Dahdaa!” “Iya,” jawab
istrinya.Abud Dahdaa mengatakan, “Keluarlah dari kebun ini.Aku baru saja memberi
pinjaman kebun ini pada Rabbku.”Dalam riwayat lain, Ummud Dahdaa menjawab,
“Engkau telah beruntung dengan penjualanmu, wahai Abud Dahdaa.”Ummu Dahda pun
pergi dari kebun tadi, begitu pula anak-anaknya.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam pun terkagum dengan Abud Dahdaa.Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
mengatakan, “Begitu banyak tandan anggur dan harum-haruman untuk Abud Dahdaa di
surga.” Dalam lafazh yang lain disebutkan, “Begitu banyak pohon kurma untuk Abu

48
Dahdaa di surga. Akar dari tanaman tersebut adalah mutiara dan yaqut (sejenis batu
mulia).”

Bagaimanakah balasan untuk orang yang menginvestasikan hartanya di jalan Allah.


Lihatlah Abud Dahdaa radhiyallahu ‘anhu, di saat Allah melimpahkan padanya nikmat
harta yang begitu melimpah, ia pun tidak melupakan Sang Pemberi Nikmat.

Jika seseorang mengerti dan pahami, investasi dan infak di jalan Allah sama sekali
tidaklah mengurangi harta. Cobalah renungkan baik-baik firman Allah Ta’ala,

َ
‫ِين‬ ِ َّ‫َو َما أ ْن َف ْق ُت ْم مِنْ َشيْ ٍء َفه َُو ي ُْخ ِلفُ ُه َوه َُو َخ ْي ُر الر‬
َ ‫ازق‬

“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah
Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).

Lihatlah bagaimanakah penjelasan yang amat menarik dari Ibnu


Katsir rahimahullah mengenai ayat ini. Beliau mengatakan, “Selama engkau
menginfakkan sebagian hartamu pada jalan yang Allah perintahkan dan jalan yang
dibolehkan, maka Allah-lah yang akan memberi ganti pada kalian di dunia, juga akan
memberi ganti berupa pahala dan balasan di akhirat kelak.” 

Dalam sebuah hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu juga disebutkan,

‫ َتلَ ًفا‬I‫اآلخ ُر اللَّ ُه َّم أَعْ طِ ُممْسِ ًكا‬


َ ‫ َو َيقُو ُل‬، ‫ان َي ْن ِزالَ ِن َف َيقُو ُل أَ َح ُد ُه َما اللَّ ُه َّم أَعْ طِ ُم ْنفِ ًقا َخلَ ًفا‬
ِ ‫َما مِنْ َي ْو ٍم يُصْ ِب ُح ْال ِع َبا ُد فِي ِه إِالَّ َملَ َك‬

“Tidak ada suatu hari pun ketika seorang hamba melewati paginya kecuali akan turun
(datang) dua malaikat kepadanya lalu salah satunya berkata; “Ya Allah berikanlah
pengganti bagi siapa yang menafkahkan hartanya”, sedangkan yang satunya lagi berkata;
“Ya Allah berikanlah kehancuran (kebinasaan) kepada orang yang menahan hartanya
(bakhil).” (HR. Bukhari no. 1442 dan Muslim no. 1010)

49
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyemangati sahabat Bilal bin
Robbah radhiyallahu ‘anhu untuk berinfak dan beliau katakan jangan khawatir miskin.
Beliau bersabda,

ً‫ش إِ ْقالَال‬
ِ ْ‫العر‬ َ ‫أَ ْنف ِْق ِبالَل ! َو الَ َت ْخ‬
َ ْ‫ش مِنْ ذِي‬

“Berinfaklah wahai Bilal!Janganlah takut hartamu itu berkurang karena ada Allah yang


memiliki ‘Arsy (Yang Maha Mencukupi).”(HR. Al Bazzar dan Ath Thobroni dalam Al
Kabir.Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.

Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan sendiri bahwa harta tidaklah


mungkin berkurang dengan sedekah. Beliau bersabda

ٍ ‫ص َد َق ٌة مِنْ َم‬
,,‫ال‬ ْ ‫ص‬
َ ‫ت‬ َ ‫َما َن َق‬

“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim no. 2558, dari Abu Hurairah)

Dari Asma’ binti Abi Bakr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padaku

, ِ‫الَ ُتوكِي َفيُوكى َعلَيْك‬

“Janganlah engkau menyimpan harta (tanpa mensedekahkannya).Jika tidak, maka Allah


akan menahan rizki untukmu.”

Dalam riwayat lain disebutkan

َ ‫ أَ ْو ا ْن‬، ‫أنفقي أَ ِو ا ْن َفحِي‬


, ِ‫ َوالَ ُتوعي َفيُوعي هللاُ َعلَيْك‬، ِ‫ َوالَ ُتحصي َفيُحْ صِ ي هللاُ َعلَيْك‬، ‫ضحِي‬

“Infaqkanlah hartamu.Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau

50
mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut.
Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu.Jika tidak, maka Allah akan menahan
anugerah dan kemurahan untukmu.” (HR. Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029, 88)

Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, “Janganlah engkau menyimpan-nyimpan harta


tanpa mensedekahkannya (menzakatkannya).Janganlah engkau enggan bersedekah
(membayar zakat) karena takut hartamu berkurang. Jika seperti ini, Allah akan menahan
rizki untukmu sebagaimana Allah menahan rizki untuk para peminta-minta. Sedekah
(zakat) itu dapat mengembangkan harta.Maksudnya adalah sedekah merupakan sebab
semakin berkah dan bertambahnya harta. Barangsiapa yang memiliki keluasan harta,
namun enggan untuk bersedekah (mengeluarkan zakat), Allah akan menahan rizki
darinya. Allah akan menghalangi keberkahan hartanya. Allah pun akan menahan
perkembangan hartanya.”

‫ُول ۚ أَٓاَل إِ َّن َها قُرْ َب ٌة لَّ ُه ْم ۚ َسي ُْد ِخلُ ُه ُم ٱهَّلل ُ فِى‬ َ ‫ت عِ ندَ ٱهَّلل ِ َو‬
ِ ‫صلَ ٰ َو‬
ِ ‫ت ٱلرَّ س‬ ِ ‫َوم َِن ٱأْل َعْ َرا‬
ٍ ‫ب َمن ي ُْؤمِنُ ِبٱهَّلل ِ َو ْٱل َي ْو ِم ٱ ْل َءاخ ِِر َو َي َّتخ ُِذ َما يُنف ُِق قُ ُر ٰ َب‬
‫َرحْ َم ِت ِهۦٓ ۗ إِنَّ ٱهَّلل َ َغفُو ٌر رَّ حِي ٌم‬

”Dan di antara orang-orang Arab Badui itu ada yang beriman kepada Allah dan hari
kemudian, dan memandang apa yang diinfakkannya (di jalan Allah) sebagai jalan
mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai jalan untuk (memperoleh) doa Rasul.
Ketahuilah, sesungguhnya infak itu suatu jalan bagi mereka untuk mendekatkan diri
(kepada Allah).Kelak Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat (surga)-Nya
sesungguhnya Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS At Taubah, 9: 99)
Berdasarkan ayat ini, sedekah akan mendekatkan kita kepada Allah, Zat Yang Maha
Pemberi rezeki. Dekat dengan Allah Yang Mahakaya akan menjamin terjaganya rezeki
dan harta yang kita miliki. Artinya, semakin bakhil kita, akan semakin jauh kita dari rezeki
dan nilai hakiki kekayaan yang sebenarnya
Semoga Allah selalu memberi taufik kepada kita untuk menyalurkan harta kita di jalan
yang diperintahkan dan jalan yang halal. Semoga Allah senantiasa memberi keberkahan.

Keadilan Penegakan Hukum

51
Munculnya agama Islam di abad pertengahan membawa pengaruh dan perubahan
tatanan nilai kemasyarakatan yang dikenalkan oleh ajaran Kristen.Islam tumbuh di daerah
gersang yang tidak memiliki sistem dan tatanan nilai kemasyarakatan seperti pada
imperium Romawi tempat tumbuhnya ajaran Kristiani, sehingga corak dan watak ajaran
Islam berbeda dengan ajaran Kristiani.

Keadaan seperti ini justru merupakan keadaan yang paling tepat, sebab dengan
demikian Islam dapat memiliki kekuasaan untuk menumbuhkan masyarakat yang
menginginkannya tanpa sifat kecongkakan, lalu meletakkan aturan dan sistem baginya
yang selanjutnya membimbing hati dan jiwa mereka seperti halnya dengan sikap dan
amaliah mereka, serta menyatakan urusan duniawi dan agama dalam cita-cita dan
syariatnya.
Semua dibangun atas asas kesatuan antara alam dunia dan alam akhirat dalam
sistem tunggal yang hidup dalam hati setiap individu. Ajaran Islam menurut
Quthb mengatur bentuk hubungan Tuhan dengan makhluk-Nya, hubungan antara sesama
makhluk, dengan alam semesta dan kehidupan, hubungan manusia dengan dirinya,
antara individu dengan masyarakat, antara individu dengan negara, antara seluruh umat
manusia, antara generasi yang satu dengan generasi yang lain, semuanya dikembalikan
kepada konsep menyeluruh yang terpadu, dan inilah yang disebut sebagai filsafat Islam.
Islam memerintahkan kepada setiap manusia untuk berbuat adil atau menegakkan
keadilan pada setiap tindakandan perbuatan yang dilakukan (Qs. an-Nisaa (4): 58):

۞ ‫ان َسمِي ۢ ًعا‬ ۟ ‫اس أَن َتحْ ُكم‬


ُ ‫ُوا ِب ْٱل َع ْد ِل ۚ إِنَّ ٱهَّلل َ ِن ِعمَّا َيع‬
َ ‫ِظ ُكم ِب ِهۦٓ ۗ إِنَّ ٱهَّلل َ َك‬ ِ ‫ُّوا ٱأْل َ ٰ َم ٰ َن‬
ِ ‫ت إِلَ ٰ ٓى أَهْ لِ َها َوإِ َذا َح َك ْم ُتم َبي َْن ٱل َّن‬ ۟ ‫إِنَّ ٱهَّلل َ َيأْ ُم ُر ُك ْم أَن ُت َؤد‬
‫بَصِ يرً ا‬

“Sesungguhnya Allah menyuruhmu menyampaikan ama- nat kepada yang berhak


menerimanya, dan (menyuruh kamu) apa bila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil.Sesungguhnya Allah memberikan pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu.Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha
Melihat.”

52
Dalam Al-Qur’an Surat an-Nisaa ayat 135 juga dijumpal perintah kepada orang-
orang yang beriman untuk menjadi penegak keadilan, yaitu:

َ ‫ِين ِب ْالقِسْ طِ َفاهَّلل ُ أَ ْولَى ِب ِه َما َفاَل َت َّت ِبعُوا ْال َه َوى أَنْ َتعْ دِلُوا َوإِنْ َت ْلوُ وا أَ ْو ُتعْ ِرضُوا َفإِنَّ هَّللا َ َك‬
َ ُ‫ان ِب َما َتعْ َمل‬
‫ون‬ َ ‫ِين آ َم ُنوا ُكو ُنوا َقوَّ ام‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
َ ‫ْن َواأْل َ ْق َر ِب‬
‫ين إِنْ َي ُكنْ غَ ِن ًّيا أَ ْو َفقِيرً ا رً ا‬ ِ ‫ش َهدَ ا َء هَّلِل ِ َولَ ْو َعلَى أَ ْنفُسِ ُك ْم أَ ِو ْال َوالِدَ ي‬
ُ ‫َخ ِبي‬

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benarpenegak


keadilan, menjadi saksi karena Allah walaupun terhadap dirimu sendiri atau Ibu, Bapak
dan kaum kerabatmu. Jika ia, kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemasalahatanya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang
dan kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau dengan menjadi saksi,
maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Segalanya apa yang kamu lakukan’
Perintah untuk berlaku adil atau menegakkan keadilan dalam menerapkan hukum tidak
memandang perbedaan agama, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an
Surat asSyuura (42) ayat 15, yakni:

ُ ْ‫ت ِب َما أَ ْن َز َل هَّللا ُ مِنْ َوأُمِر‬


ٍ ‫ت أِل َعْ ِد َل َب ْي َن ُك ُم ِك َتا‬
‫ب هَّللا ُ َر ُّب َنا َو َر ُّب ُك ْم لَ َنا أَعْ َمالُ َنا‬ ُ ‫َفل َِذل َِك َف ْاد ُع َو ْا َتقِ ْم َك َما أُمِرْ تَ َواَل َت َّت ِبعْ أَهْ َوا َء ُه ْم َوقُ ْل آ َم ْن‬
‫م اَل حُجَّ َة َب ْي َن َنا َو َب ْي َن ُك ُم هَّللا ُ َيجْ َم ُع َب ْي َن َنا َوإِلَ ْي ِه ْالمَصِ ي ُر‬Iْ ‫َولَ ُك ْم أَسعْ َمالُ ُك‬

Maka karena itu serulah (mereka kepada agama itu) dan tetaplah sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah:
“Aku beriman kepada semua kitab yaig diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya
berlaku adil di antara kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-
amal kamu.Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu Allah mengumpulkan antara
kita dan kepada-Nyalah kebali (kita).
Begitu pentingnya berlaku adil atau menegakkan keadilan, sehingga Tuhan
memperingatkan kepada orang-orang yang beriman supaya jangan karena kebencian
terhadap suatu kaum sehingga memengaruhi dalam berbuat adil, sebagaimana
ditegaskan dalam A1-Qur’an Surat al-Maidah (5) ayat 8, yakni:

53
َ ‫ش َهدَ ا َء ِب ْالقِسْ طِ َواَل َيجْ ِر َم َّن ُك ْم َش َنآنُ َق ْو ٍم َعلَى أَاَّل َتعْ دِلُوا اعْ دِلُوا ه َُو أَ ْق َربُ لِل َّت ْق َوى َوا َّتقُوا هَّللا َ إِنَّ هَّللا‬
ُ ِ ‫ِين هَّلِل‬ َ ‫َيا أَ ُّي َها الَّذ‬
َ ‫ِين آ َم ُنوا ُكو ُنوا َقوَّ ام‬
َ ُ‫َخ ِبي ٌر ِب َما َتعْ َمل‬
‫ون‬

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil.Dan janganlah sekali-
kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu Untuk berlaku tidak
adil.Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa.Dan takwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Keadilan dalam sejarah perkembangan pemikiran Filasafat Islam tidak terlepas


dan persoalan keterpaksaan dan kebebasan. Para Teolog muslim terbagi dalam dua
kelompok, yaitu Kaum Mu’tazilah yang membela keadilan dan kebebasan, sedangkan
Kaum Asy’ari yang membela keterpaksaan. Kaum Asy’ari menafsirkan keadilan dengan
tafsiran yang khas yang menyatakan Allah itu adil, tidak berarti bahwa Allah mengikuti
hukum-hukum yang sudah ada sebelumnya, yaitu hukum-hukum keadilan tetapi berarti
Allah merupakan rahasia bagi munculnya keadilan. Setiap yang dilakukan oleh Allah
adalah adil dan bukan setiap yang adil harus dilakukan oleh Allah, dengan demikian
keadilan bukan lah tolok ukur untuk perbuatan Allah melainkan perbuatan Allahlah yang
menjadi tolok ukur keadilan.Adapun Kaum Mu’tazilah yang membela keadilan
berpendapat bahwa keadilan memiliki hakikat yang tersendiri dan sepanjang Allah
mahabijak dan adil, maka Allah melaksanakan perbuatannya menurut kriteria keadilan.

Murtadha Muthahhari mengemukakan bahwa konsep adil dikenal dalam empat


hal; pertama, adil bermakna keseimbangan dalam arti suatu masyarakat yang ingin tetap
bertahan dan mapan, maka masyarakat tersebut harus berada dalam keadaan seimbang,
di mana segala sesuatu yang ada di dalamnya harus eksis dengan kadar semestinya dan
bukan dengan kadar yang sama. Keseimbangan sosial mengharuskan kita melihat neraca
kebutuhan dengan pandangan yang relatif melalui penentuan keseimbangan yang relevan

54
dengan menerapkan potensi yang semestinya terhadap keseimbangan tersebut. Al-
Qur’an Surat ar-Rahman 55:7: 

َ ۙ ‫ض َع ۡالم ِۡي َز‬


‫ان‬ َ ‫ء َر َف َع َها َو َو‬Iَ ‫َوال َّس َمٓا‬

“Allah meninggikan langit dan dia meletakkan neraca (keadilan)”.


Para ahli tafsir menyebutkan bahwa, yang dimaksud oleh ayat tersebut adalah
keadaan alam yang diciptakan dengan seimbang. Alam diciptakan dan segala sesuatu
dan dan setiap materi dengan kadar yang semestinya dan jarak-jarak diukur dengan cara
yang sangat cermat. Kedua, adil adalah persamaan penafian terhadap perbedaan apa
pun. Keadilan yang dimaksudkan adalah memelihara persamaan ketika hak memilikinya
sama, sebab keadilan mewajibkan persamaan seperti itu, dan
mengharuskannya. Ketiga, adil adalahmemelihara hak-hak individu dan memberikan hak
kepada setiap orang yang berhak menerimanya.Keadilan seperti ini adalah keadilan sosial
yang harus dihormati di dalam hukum manusia dan setiap individu diperintahkan untuk
menegakkannya. Keempat, adil adalah memelihara hak atas berlanjutnya eksistensi.
Konsepsi keadilan Islam menurut Qadrimempunyai arti yang lebih dalam daripada
apa yang disebut dengan keadilan distributif dan finalnya Aristoteles; keadilan formal
hukum Romawi atau konsepsi hukum yang dibuat manusia lainnya. Ia merasuk ke
sanubari yang paling dalam dan manusia, karena setiap orang harus berbuat atas nama
Tuhan sebagai tempat bermuaranya segala hal termasuk motivasi dan tindakan.
Penyelenggaraan keadilan dalam Islam bersumber pada Al-Qur’an serta kedaulatan
rakyat atau komunitas Muslim yakni umat.
Makna yang terkandung pada konsepsi keadilan Islam ialah menempatkan sesuatu pada
tempatnya, membebankan sesuatu sesuai daya pikul seseorang, memberikan sesuatu
yang memang menjadi haknya dengan kadar yang seimbang. Prinsip pokok keadilan
digambarkan oleh Madjid Khadduridengan mengelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu
aspek substantifdan prosedural yang masing-masing meliputi satu aspek dan keadilan
yang berbeda.Aspek substantif berupa elemen-elemen keadilan dalam substansi syariat
(keadilan substantif), sedangkan aspek prosedural berupa elemen-elemen keadilan dalam
hukum prosedural yang dilaksanakan (keadilan prosedural).

55
Manakala kaidah-kaidah prosedural diabaikan atau diaplikasikan secara tidak
tepat, maka ketidakadilan prosedural muncul.Adapun keadilan substantif merupakan
aspek internal dan suatu hukum di mana semua perbuatan yang wajib pasti adil (karena
firman Tuhan) dan yang haram pasti tidak adil (karena wahyu tidak mungkin membebani
orangorang yang beriman suatu kezaliman). Aplikasi keadilan prosedural dalam Islam
dikemukakan oleh Ali bin Abu Thalib pada saat perkara di hadapan hakim Syuraih dengan
menegur hakim tersebut sebagai berikut:
1. Hendaklah samakan (para pihak) masuk mereka ke dalam majelis, jangan ada yang
didahulukan.

2. Hendaklah sama duduk mereka di hadapan hakim.

3. Hendaklah hakim menghadapi mereka dengan sikap yang sama.

4. Hendaklah keterangan-keterangan mereka sama didengarkan dan diperhatikan.

5. Ketika menjatuhkan hukum hendaklah keduanya sama mendengar.

Sebagai penutup uraian tentang keadilan dan perspektif Islam, saya mengutip pendapat
Imam Ali sekaligus sebagai “pemimpin Islam tertinggi di zamannya” beliau mengatakan
bahwa prinsip keadilan merupakan prinsip yang signifikan dalam memelihara
keseimbangan masyarakat dan mendapat perhatian publik. Penerapannya dapat
menjamin kesehatan masyarakat dan membawa kedamaian kepada jiwa mereka.
Sebaliknya penindasan, kezaliman, dan diskriminasi tidak akan dapat membawa
kedamaian dan kebahagiaan.

DAFTAR PUSTAKA

56
https://sites.google.com/site/ujppai/materi-kuliah/materi-03

http://widyaelrahma.blogspot.com/2014/07/pendidikan-sains-dan-teknologi-dalam-al.html

https://palembang.tribunnews.com/amp/2020/02/22/10-ilmuwan-ini-langsung-bersyahadat-
masuk-islam-jadi-mualaf-saat-penelitiannya-terjawab-di-alquran

https://qurandansunnah.wordpress.com/2009/07/29/tiga-generasi-terbaik-umat-manusia/
+&cd=7&hl=id&ct=clnk&gl=id

https://web.facebook.com/Koleksi.Hadis.Shahih/posts/tiga-generasi-terbaik-yang-menjadi-
panutanada-3-generasi-terbaik-yang-menjadi-pa/1298298420196653/?_rdc=1&_rdr

https://almanhaj.or.id/3428-definisi-salaf-definisi-ahlus-sunnah-wal-jamaah.html

https://muslim.or.id/7259-ini-dalilnya-2-jadikan-manhaj-salaf-sebagai-rujukan.html

https://muslim.or.id/430-mari-mengenal-manhaj-salaf.html

http://bmtitqan.org/artikel/detail/34/berbagi.html

https://customslawyer.wordpress.com/2014/06/21/keadilan-dalam-perspektif-islam/

LAMPIRAN

Ilmuan – ilmuan peneliti sains dan teknologi yang memeluk agama islam……………..13

57
58

Anda mungkin juga menyukai