Anda di halaman 1dari 40

ARTIKEL KEISLAMAN:

1. KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM


2. SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS
3. GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN SALAF (REFERENSI HADITS)
5. ISLAM, AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN PENEGAKAN
HUKUM

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:

Nama : Jihan Melani


NIM : G1D020028
Fakultas&Prodi : MIPA/Matematika
Semester :1

PROGRAM STUDI MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas selesainya tugas
ini sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam,yang berjudul Artikel
Keislaman.

Sholawat dan Salam semoga ALLAH limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW
atas bimbingan menuju jalan yang lurus dan alam yang terang benderang. Semoga
syafa’atnya selalu mengalir kepada kita kelak.

Terima kasih saya sampaikan atas bimbingan Bapak Dr.Taufiq Ramdani,S.Th.I.,M.Sos


sebagai dosen pengampuh mata Kuliah Pendidikan Agama Islam Universitas
Mataram. Terima kasih karena telah membimbing saya dalam belajar dan menuntut
ilmu sehingga Artikel Keislaman ini bisa terselesaikan tepat waktu.

Besar harapan saya tugas ini akan memberi manfaat kepada pembaca dan kita
semua. Semoga apa yang kita kerjakan mendapat keberkahan dari Allah SWT. Amin
ya rabbal alamin.

Penyusun, Mataram,20 Oktober 2020

Nama : Jihan Melani


NIM : G1D020028

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
I. Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam 1
II. Sains dan Teknologi dan Al-Qur’an dan Al-Hadits 6
III. Generasi Terbaik Menurut Al-Hadits 18
IV. Pengertian Salaf Menurut Al-Hadits 27
V. Islam: Ajaran Tentang Berbagi serta Keadilan Penegakan Hukum 29
DAFTAR PUSTAKA 35
LAMPIRAN 36

iii
iv
I.Keistimewaan dan Kebenaran Konsep Ketuhanan dalam Islam
1. Pandangan umat islam tentang ketuhanan

Embrio ketegangan politik  sebenarnya sudah ada sejak khalifah Abu Bakar, yaitu
persaingan segitiga antara sekompok orang Anshar (pribumi Madinah), sekelompok
orang Muhajirin yang fanatik dengan garis keturunan Abdul Muthalib (fanatisme Ali),
dan kelompok mayoritas yang mendukung kepemimpinan Abu Bakar. Pada periode
kepemimpinan Abu Bakar dan Umar gejolak politik tidak muncul, karena sikap khalifah
yang tegas, sehingga kelompok oposisi tidak diberikan kesempatan melakukan
gerakannya.

Ketika khalifah dipegang oleh Usman Ibn Affan (khalifa ke 3), ketegangan politik
menjadi terbuka. Sistem nepotisme yang diterapkan oleh penguasa (wazir) pada masa
khalifah Usman menjadi penyebab adanya reaksi negatif dari kalangan warga Abdul
Muthalib. Akibatnya terjadi ketegangan,yang menyebabkan Usman sebagai khalifah
terbunuh. Ketegangan semakin bergejolak pada khalifah berikutnya, yaitu Ali Ibn Abi
Thalib.  Dendam yang dikumandangkan dalam bentuk slogan bahwa darah harus
dibalas dengan  darah, menjadi motto bagi kalangan oposisi di bawah kepemimpinan
Muawiyah bin Abi Sufyan. Pertempuran antara dua kubu tidak terhindarkan. Untuk
menghindari perpecahan, antara dua kubu yang berselisih mengadakan perjanjian
damai. Nampaknya bagi kelompok Muawiyah, perjanjian damai hanyalah merupakan
strategi untuk memenangkan pertempuran. Amru bin Ash sebagai diplomat Muawiyah
mengungkapkan penilaian sepihak. Pihak Ali yang paling bersalah, sementara
pihaknya tidak bersalah. Akibat perjanjian itu pihak Ali (sebagai penguasa resmi)
tersudut. Setelah dirasakan oleh pihak Ali bahwa perjanjian itu merugikan pihaknya, di
kalangan pendukung Ali terbelah menjadi dua kelompok, yaitu : kelompok yang tetap
setia kepada Ali, dan kelompok yang menyatakan keluar, namun tidak mau bergabung
dengan Muawiyah. Kelompok pertama disebut dengan kelompok SYIAH, dan
kelompok kedua disebut dengan KHAWARIJ. Dengan demikian umat Islam terpecah
menjadi tiga kelompok politik, yaitu: 1) Kelompok Muawiyah (Sunni), 2) Kelompok
Syi’ah, dan 3) Kelompok Khawarij.

Untuk memenangkan kelompok dalam menghadapi oposisinya, mereka tidak segan-


segan menggunakan konsep asasi. Kelompok yang satu sampai mengkafirkan
kelompok lainnya. Menurut Khawarij  semua pihak yang terlibat perjanjian damai baik
pihak Muawiyah maupun pihak Ali dinyatakan kafir. Pihak Muawiyah dikatakan kafir

1
karena menentang pemerintah, sedangkan pihak Ali dikatakan kafir karena tidak
bersikap tegas terhadap para pemberontak, berarti tidak menetapkan hukum
berdasarkan ketentuan Allah. Mereka mengkafirkan Ali dan para pendukungknya,
berdasarkan Al-Quran Surat Al-Maidah (5) : 44

َ ‫َو َمنْ لَ ْم َيحْ ُك ْم ِب َما أَ ْن َز َل هَّللا ُ َفأُولَئ‬


َ ‫ِك ُه ُم ْال َكافِر‬
‫ُون‬

Siapa yang tidak menegakkan hukum sesuai dengan apa yang diturunkan Allah (Al-
Quran), maka mereka dalah orang-orang kafir.

Munculnya doktrin saling mengkafirkan antara satu kelompok dengan kelompok lain
membuat pertanyaan besar bagi kalangan cendikiawan. Pada suatu mimbar akademik
(pengajian) muncul pertanyaan dari peserta pengajian kepada gurunya yaitu Hasan Al-
Bashry. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan adanya perbedaan pendapat
tentang orang  yang berbuat dosa besar. Sebagian pendapat mengatakan bahwa
mereka itu adalah mukmin, sedangkan pendapat lain mengatakan kafir. Para pelaku
politik yang terlibat tahkim perjanjian antara pihak Ali dan pihak Muawiyah, mereka
dinilai sebagai pelaku dosa besar. Alasan yang mengatakan mereka itu mukmin
beralasan bahwa iman itu letaknya di hati, sedangkan orang lain tidak ada yang
mengetahui hati seseorang kecuali Allah. Sedangkan pendapat lainnya mengatakan
bahwa iman itu bukan hanya di hati melainkan berwujud dalam bentuk ucapan dan
perbuatan. Berarti orang yang melakukan dosa besar dia adalah bukan mukmin. Kalau
mereka bukan mukmin berarti mereka kafir.

Sebelum guru besarnya memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang dimajukan


tentang dosa besar tersebut, seorang peserta pengajian yang bernama Wasil ibnu
Atha mengajukan jawaban, bahwa pelaku dosa besar bukan mukmin dan bukan kafir
melainkan diantara keduanya. Hasan Al-Bashry sebagai pembina pengajian tersebut
memeberikan komentar, terhadap jawaban Wasil. Komentarnya bahwa pelaku dosa
besar termasuk yang terlibat dalam perjanjian damai termasuk kelompok fasik. Wasil
membantah komentar gurunya itu, karena orang yang fasik lebih hina dimata Allah
ketimbang orang yang kafir. Akibat polemik tersebut Wasil bersama beberapa orang 
yang sependapat dengannya memisahkan diri dari kelompok pengajian Hasal Al-

2
Bashry. Peserta pengajian yang tetap bergabung bersama Hasan Al-Bashry
mengatakan, “I’tazala Wasil ‘anna.” (Wasil telah memisahkan diri dari kelompok kita.)
Dari kata-kata inilah Wasil dan pendukungnya disebut kelompok MUKTAZILAH. (Lebih
jelasnya lihat Harun Nasution dalam Teologi Islam).

Kelompok Muktazilah mengajukan konsep-konsep yang bertentangan dengan konsep


yang diajukan golongan Murjiah (aliran teologi yang diakui oleh penguasa politik pada
waktu itu, yaitu Sunni. Berarti Muktazilah sebagai kelompok penentang arus). Doktrin
Muktazilah terkenal dengan lima azas (ushul al-khamsah) yaitu:

1. meniadakan (menafikan) sifat-sifat Tuhan dan menetapkan zat-Nya


2. Janji dan ancaman Tuhan (al-wa’ad dan al-wa’id)
3. Keadilan Tuhan (al-‘adalah)
4. Al-Manzilah baina al-manzilatain (posisi diatara dua posisi)
5. Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar.

Dari lima azas tersebut – menurut Muktazilah – Tuhan terikat dengan kewajiban-
kewajiban. Tuhan wajib memenuhi janjinya. Ia berkewajiban memasukkan orang yang
baik ke surga dan wajib memasukkan orang yang jahat ke neraka, dan kewajiban-
kewajiban lain. Pandangan-pandangan kelompok ini menempatkan akal manusia
dalam posisi yang kuat. Sebab itu kelompok ini dimasukkan ke dalam kelompok teologi
rasional dengan sebutan Qadariah.

Sebaliknya, aliran teologi tradisional (Jabariah) berpendapat bahwa Tuhan mempunyai


sifat (sifat 20, sifat 13, dan maha sifat). Ia maha kuasa, memiliki kehendak mutlak.
Kehendak Tuhan tidak terikat dengan apapun. Karena itu ia mungkin saja
menempatkan orang yang baik ke dalam neraka dan sebaliknya mungkin pula ia
menempatkan orang jahat ke dalam surga, kalau Ia menghendaki. Dari faham Jabariah
inilah ilmu-ilmu kebatinan berkembang di sebagaian umat Islam.

3
2.Konsep Ketuhanan dalam Islam

Istilah Tuhan dalam sebutan Al-Quran digunakan kata ilaahun, yaitu setiap yang
menjadi penggerak atau motivator, sehingga dikagumi dan dipatuhi oleh manusia.
Orang yang mematuhinya di sebut abdun (hamba). Kata ilaah (tuhan) di dalam Al-
Quran konotasinya ada dua kemungkinan, yaitu  Allah, dan selain Allah. Subjektif
(hawa nafsu) dapat menjadi ilah (tuhan). Benda-benda seperti : patung, pohon,
binatang, dan lain-lain dapat pula berperan sebagai ilah. Demikianlah seperti
dikemukakan pada surat Al-Baqarah (2) : 165, sebagai berikut:

ِ ‫ُون هَّللا ِ أَ ْندَ ا ًدا ُي ِحبُّو َن ُه ْم َكحُبِّ هَّللا‬


ِ ‫اس َمنْ َي َّتخ ُِذ مِنْ د‬
ِ ‫َوم َِن ال َّن‬

 Diantara manusia ada yang bertuhan kepada selain Allah, sebagai tandingan
terhadap Allah. Mereka mencintai tuhannya itu sebagaimana mencintai Allah.

Sebelum turun Al-Quran dikalangan masyarakat Arab telah menganut konsep tauhid
(monoteisme). Allah sebagai Tuhan mereka. Hal ini diketahui dari ungkapan-ungkapan
yang mereka cetuskan, baik dalam do’a maupun acara-acara ritual. Abu Thalib, ketika
memberikan khutbah nikah Nabi Muhammad dengan Khadijah (sekitar 15 tahun
sebelum turunya Al-Quran) ia mengungkapkan kata-kata Alhamdulillah. (Lihat Al-
Wasith,hal 29). Adanya nama Abdullah (hamba Allah) telah lazim dipakai di kalangan
masyarakat Arab sebelum turunnya Al-Quran. Keyakinan akan adanya Allah, kemaha
besaran Allah, kekuasaan Allah dan lain-lain, telah mantap. Dari kenyataan tersebut
timbul pertanyaan apakah konsep ketuhanan yang dibawakan Nabi Muhammad?
Pertanyaan ini muncul karena Nabi Muhammad dalam mendakwahkan konsep ilahiyah
mendapat tantangan keras dari kalangan masyarakat. Jika konsep ketuhanan yang
dibawa Muhammad sama dengan konsep ketuhanan yang mereka yakini tentu tidak
demikian kejadiannya.

Pengakuan mereka bahwa Allah sebagai pencipta semesta alam dikemukakan dalam
Al-Quran surat Al-Ankabut (29) ayat 61 sebagai berikut;

4
َ ‫ْس َو ْال َق َم َر َل َي ُقولُنَّ هَّللا ُ َفأ َ َّنى ي ُْؤ َف ُك‬
‫ون‬ َ ْ‫ت َواأْل َر‬
uَ ‫ض َو َس َّخ َر ال َّشم‬ ِ ‫َولَئِنْ َسأ َ ْل َت ُه ْم َمنْ َخلَقَ ال َّس َم َوا‬

Jika kepada mereka ditanyakan, “Siapa yang menciptakan langit dan bumi, dan
menundukkan matahari dan bulan?” Mereka pasti akan menjawab Allah.

Dengan demikian seseorang yang mempercayai adanya Allah, belum tentu berarti
orang itu beriman dan bertaqwa kepada-Nya. Seseorang baru laik dinyatakan bertuhan
kepada Allah jika ia telah memenuhi segala yang dimaui oleh Allah. Atas dasar itu inti
konsep ketuhanan Yang Maha Esa dalam Islam adalah memerankan ajaran Allah yaitu
Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan berperan bukan sekedar Pencipta,
melainkan juga pengatur alam semesta.

Pernyataan lugas dan sederhana cermin manusia bertuhan Allah sebagaimana


dinyatakan dalam surat Al-Ikhlas. Kalimat syahadat adalah pernyataan lain sebagai
jawaban atas perintah yang dijaukan pada surat Al-Ikhlas tersebut. Ringkasnya jika
Allah yang harus terbayang dalam kesadaran manusia yang bertuhan Allah adalah
disamping Allah sebagai Zat, juga Al-Quran sebagai ajaran serta Rasullullah sebagai
Uswah hasanah.

5
II.SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM AL-QURAN DAN AL-HADITS

Kata sains dan teknologi ibarat dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan satu
sama lain. Sains, menurut Baiquni, adalah himpunan pengetahuan manusia tentang
alam yang diperoleh sebagai konsensus para pakar, melalui penyimpulan secara
rasional mengenai hasil-hasil analisis yang kritis terhadap data pengukuran yang
diperoleh dari observasi pada gejala-gejala alam. Sedangkan teknologi adalah
himpunan pengetahuan manusia tentang proses-proses pemanfaatan alam yang
diperoleh dari penerapan sains, dalam kerangka kegiatan yang produktif ekonomis
(Baiquni, 1995: 58-60). Al-Qur’an, sebagai kalam Allah, diturunkan bukan untuk tujuan-
tujuan yang bersifat praktis. Oleh sebab itu, secara obyektif, al-Qur’an bukanlah
ensiklopedi sains dan teknologi apalagi al-Qur’an tidak menyatakan hal itu secara
gamblang. Akan tetapi, dalam kapasitasnya sebagai huda li al-nas, al-Qur’an
memberikan informasi stimulan mengenai fenomena alam dalam porsi yang cukup
banyak, sekitar tujuh ratus lima puluh ayat (Ghulsyani, 1993: 78). Bahkan, pesan
(wahyu) paling awal yang diterima Nabi SAW mengandung indikasi pentingnya proses
investigasi (penyelidikan). Informasi alQur’an tentang fenomena alam ini, menurut
Ghulsyani, dimaksudkan untuk menarik perhatian manusia kepada Pencipta alam
Yang Maha Mulia dan Maha Bijaksana dengan mempertanyakan dan merenungkan
wujud-wujud alam serta mendorong manusia agar berjuang mendekat kepada-Nya
(Ghulsyani, 1993). Dalam visi al-Qur’an, fenomena alam adalah tanda-tanda
kekuasaan Allah. Oleh sebab itu, pemahaman terhadap alam itu akan membawa
manusia lebih dekat kepada Tuhannya. Pandangan al-Qur’an tentang sains dan
teknologi dapat ditelusuri dari pandangan al-Qur’an tentang ilmu. Al-Qur’an telah
meletakkan posisi ilmu pada tingkatan yang hampir sama dengan iman seperti
tercermin dalam surat al-Mujadalah ayat 11: “… niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat.” Ayat-ayat al-Qur’an yang memerintahkan manusia
mencari ilmu atau menjadi ilmuwan begitu banyak. Al-Qur’an menggunakan berbagai
istilah yang berkaitan dengan hal ini. Misalnya, mengajak melihat, memperhatikan, dan
mengamati kejadian-kejadian (Fathir: 27; al-Hajj: 5; Luqman: 20; alGhasyiyah: 17-20;
Yunus: 101; al-Anbiya’: 30), membaca (al- ‘Alaq: 1-5) supaya mengetahui suatu
kejadian (al-An’am: 97; Yunus: 5), supaya mendapat jalan (al-Nahl: 15), menjadi yang
berpikir atau yang menalar berbagai fenomena (al-Nahl: 11; Yunus: 101; al-Ra’d: 4; al-
Baqarah: 164; al-Rum: 24; al-Jatsiyah: menjadi ulu al-albab (Ali ‘Imran: 7; 190-191; al-
Zumar: 18), dan mengambil pelajaran (Yunus: 3). Sedangkan pandangan al-Qur’an

6
tentang sains dan teknologi, dapat diketahui dari wahyu pertama yang diterima Nabi
Muhammad saw.: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan.
Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah. Yang Mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam (tulis baca). Dia
Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS al-‘Alaq: 1-5) Kata iqra’,
menurut Quraish Shihab, diambil dari akar kata yang berarti menghimpun. Dari
menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah, mendalami,
meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik yang tertulis maupun tidak.
Sedangkan dari segi obyeknya, perintah iqra’ itu mencakup segala sesuatu yang dapat
dijangkau oleh manusia. (Shihab, 1996:433) Atas dasar itu, sebenarnya tidak ada
alasan untuk membuat dikotomi ilmu agama dan ilmu non agama. Sebab, sebagai
agama yang memandang dirinya paling lengkap tidak mungkin memisahkan diri dari
persoalan-persoalan yang bereperan penting dalam meningkatkan kesejahteraan
umatnya. Berkaitan dengan hal ini, Ghulsyani mengajukan beberapa alasan untuk
menolak dikotomi ilmu agama dan ilmu non agama sebagai berikut: 1. Dalam sebagian
besar ayat al-Qur’an, konsep ilmu secara mutlak muncul dalam maknanya yang umum,
seperti pada ayat 9 surat al-Zumar “Katakanlah: adakah sama orang-orang yang
mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui.” Beberapa ayat lain yang
senada di antaranya QS 2:31; QS 12:76; QS 16: 70. 2. Beberapa ayat al-Qur’an
secara eksplisit menunjukkan bahwa ilmu itu tidak hanya berupa prinsip-prinsip dan
hukum-hukum agama saja. Misalnya, firman Allah pada surat Fathir ayat 27-28:
“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami
hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka ragam jenisnya. Dan di antara
gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka ragam warnanya
dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-
binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya
(dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya
hanyalah “ulama”. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."
Dengan jelas kata ulama (pemilik pengetahuan) pada ayat di atas dihubungkan
dengan orang yang menyadari sunnatullah (dalam bahasa sains: “hukum-hukum
alam”) dan misteri-misteri penciptaan, serta merasa rendah diri di hadapan Allah Yang
Maha Mulia. 3. Di dalam al-Qur’an terdapat rujukan pada kisah Qarun. “Qarun berkata:
Sesungguhnya aku diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku.” (QS al-Qashash: 78)
(Ghulsyani, 1993: 44- 45). Di samping itu, subyek yang dituntut oleh wahyu pertama
(al-‘Alaq: 1-5) adalah manusia, karena potensi ke arah itu hanya diberikan oleh Allah

7
swt. kepada jenis makhluk ini. Pemberian potensi ini tentunya tidak terlepas dari fungsi
dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah Allah di atas muka bumi. Sedangkan
bumi dan langit beserta isinya telah ‘ditundukkan’ bagi kepentingan manusia. Mari
perhatikan firman Allah di dalam surat al-Jatsiyah ayat 13: “Dan Dia menundukkan
untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai rahmat
dari-Nya). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.” Kata sakhkhara (menundukkan) pada ayat
di atas atau kata yang semakna dengan itu banyak ditemukan di dalam alQur’an yang
menegaskan bahwa Allah swt. menundukkan semua ciptaan-Nya sesuai dengan
peraturan-peraturan (sunnatullah) Nya, sehingga manusia dapat mengambil manfaat
sepanjang manusia mau menggunakan akal dan pikirannya serta mengikuti langkah
dan prosedur yang sesuai dengan sunnatullah itu. Misalnya, menurut Baiquni, (1997:
15- 16 ) tertiupnya sehelai daun yang kering dan pipih oleh angin yang membawanya
membumbung tinggi ke atas adalah karena aliran udara di sekitarnya. Orang yang
melakukan pengamatan dan penelitian untuk menemukan jawaban atas pertanyaan:
“bagaimana daun itu diterbangkan?”, niscaya akan sampai kepada sunnatullah yang
menyebabkan daun itu bertingkah laku seperti yang tampak dalam pengamatannya.
Pada dasarnya, sebuah benda yang bentuknya seperti daun itu, yang panjang dan
bagian pinggir dan lebarnya melengkung ke bawah, akan mengganggu aliran udara
karena pada bagian yang melengkung itu aliran udara tidak selancar di tempat lain.
Akibatnya, tekanan udara di lengkungan itu lebih tinggi dari pada bagian lainnya
sehingga benda itu terangkat. Orang yang melakukan pengamatan dan penelitian itu
menemukan sunnatullah yang dalam ilmu pengetahuan disebut aerodinamika. Dengan
pengetahuan yang lengkap dalam bidang aerodinamika dan pengetahuan tentang
sifat-sifat material tertentu manusia mampu menerapkan ilmunya itu untuk membuat
pesawat terbang yang dapat melaju dengan kecepatan tertentu. Untuk dapat
memahami sunnatullah yang beraturan di alam semesta ini, manusia telah dibekali
oleh Allah SWT dua potensi penting, yaitu potensi fitriyah (di dalam diri manusia) dan
potensi sumber daya alam (di luar diri manusia). Di samping itu, al-Qur’an juga
memberikan tuntunan praktis bagi manusia berupa langkah-langkah penting
bagaimana memahami alam agar dicapai manfaat yang maksimal. Suatu cara
penghampiran yang sederhana dalam mempelajari ilmu pengetahuan ditunjukkan al-
Qur’an dalam surat al-Mulk ayat 3-4 yang intinya mencakup proses kagum,
mengamati, dan memahami. Dalam konteks sains, al-Qur’an mengembangkan
beberapa langkah/proses sebagai berikut. Pertama, al-Qur’an memerintahkan kepada

8
manusia untuk mengenali secara seksama alam sekitarnya seraya mengetahui sifat-
sifat dan proses-proses alamiah yang terjadi di dalamnya. Perintah ini, misalnya,
ditegaskan di dalam surat Yunus ayat 101. “Katakanlah (wahai Muhammad):
Perhatikan (dengan nazhor) apa yang ada di langit dan di bumi….” Dalam kata
unzhuru (perhatikan), Baiquni memahaminya tidak sekedar memperhatikan dengan
pikiran kosong, melainkan dengan perhatian yang seksama terhadap kebesaran Allah
SWT dan makna dari gejala alam yang diamati (Baiquni, 1997:20). Perintah ini tampak
lebih jelas lagi di dalam firman Allah di surat al-Ghasyiyah ayat 17-20: “Maka apakah
mereka tidak memperhatikan (dengan nazhor) onta bagaimana ia diciptakan. Dan
langit bagaimana ia diangkat. Dan gunung-gunung bagaimana mereka ditegakkan.
Dan bumi bagaimana ia dibentangkan.” Kedua, al-Qur’an mengajarkan kepada
manusia untuk mengadakan pengukuran terhadap gejala-gejala alam. Hal ini
diisyaratkan di dalam surat al-Qamar ayat 149. “Sesungguhnya Kami menciptakan
segala sesuatu dengan ukuran.” Ketiga, al-Qur’an menekankan pentingnya analisis
yang mendalam terhadap fenomena alam melalui proses penalaran yang kritis dan
sehat untuk mencapai kesimpulan yang rasional. Persoalan ini dinyatakan dalam surat
al-Nahl ayat 11- 12. “Dia menumbuhkan bagimu, dengan air hujan itu,
tanamantanaman zaitun, korma, anggur, dan segala macam buahbuahan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan
Allah bagi mereka yang mau berpikir. Dan Dia menundukkan malam dan siang,
matahari dan bulan untukmu; dan bintang-bintang itu ditundukkan (bagimu) dengan
perintah-Nya. Sebenarnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan
Allah bagi kaum yang menalar.” Tiga langkah yang dikembangkan oleh al-Qur’an itulah
yang sesungguhnya yang dijalankan oleh sains hingga saat ini, yaitu observasi
(pengamatan), pengukuran-pengukuran, lalu TA’DIB, Vol. XV No. 01. Edisi, Juni 2010
130 menarik kesimpulan (hukum-hukum) berdasarkan observasi dan pengukuran itu.
Meskipun demikian, dalam perspektif al-Qur’an, kesimpulan-kesimpulan ilmiah rasional
bukanlah tujuan akhir dan kebenaran mutlak dari proses penyelidikan terhadap gejala-
gejala alamiah di alam semesta. Sebab, seperti pada penghujung ayat yang
menjelaskan gejala-gejala alamiah, kesadaran adanya Allah dengan sifat-sifat-Nya
Yang Maha Sempurna menjadi tujuan hakiki di balik fakta-fakta alamiah yang
dinampakkan. Memahami tanda-tanda kekuasaan Pencipta hanya mungkin dilakukan
oleh orang-orang yang terdidik dan bijak yang berusaha menggali rahasia-rahasia
alam serta memiliki ilmu (keahlian) dalam bidang tertentu. Ilmu-ilmu kealaman seperti
matematika, fisika, kimia, astronomi, biologi, geologi dan lainnya merupakan perangkat

9
yang dapat digunakan untuk memahami fenomena alam semesta secara tepat.
Dengan bantuan ilmu-ilmu serta didorong oleh semangat dan sikap rasional, maka
sunnatullah dalam wujud keteraturan tatanan (order) di alam ini tersingkap.

Prinsip-Prinsip Dasar Kegiatan Ilmiah dalam Al-Qur’an

Atas dasar pandangan al-Qur’an tentang ilmu pengetahuan (sains dan


teknologi), dapat dirumuskan beberapa prinsip dasar yang menopang dan
memantapkan kegiatan ilmiah manusia sebagai berikut. 1. Prinsip Istikhlaf Prinsip
istikhlaf merupakan salah satu prinsip dasar yang digariskan oleh al-Qur’an dalam
mendukung dan memantapkan kegiatan imiah. Konsep istikhlaf ini berkaitan erat
dengan fungsi kekhalifahan manusia. Dalam Islam, konsep kekhalifahan memiliki sifat
yang multi dimensional. Pertama, konsep kekhalifahan telah menempatkan manusia
sebagai pengatur dunia ini dengan segenap kemampuan yang dimilikinya. Untuk itu,
imanusia dibekali dengan dua kekuatan pokok, wahyu Allah dan kemampuan berpikir
(akal). Apabila dua kekuatan itu dipergunakan sebagaimana mestinya, maka manusia
akan meraih keberhasilan dalam kehidupan kini dan kehidupan nanti. Kedua, sebagai
khalifah Allah, manusia adalah makhluk yang paling bertanggung jawab terhadap Allah
dibandingkan makhluk-makhluk lainnya. Tanggung jawab ini merupakan konsekuensi
logis dari anugerah kemampuan dan kekuatan yang dimilikinya. Ketiga, sebagai
khalifah Allah, manusia adalah makhluk yang memiliki peranan penting untuk
mengolah potensipotensi alam semesta. Manusia paling berperan dalam mengelola
seluruh aspek kehidupan, baik aspek fisik, sosial, dan spiritual yang didasarkan pada
hukum-hukum Allah. Sungguhpun demikian, karena pusat kehidupan alam semesta ini
adalah Allah (Dia yang menciptakan, menggerakkan segala sesuatu, dan
mengawasinya), bukan manusia, maka manusia memiliki kemampuan terbatas. 2.
Prinsip Keseimbangan Prinsip dasar lainnya yang digariskan oleh al-Qur’an adalah
keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, spiritual dan material.
Prinsip ini dibahas secara luas dan mendalam di dalam al-Qur’an dengan mengambi
berbagai bentuk ungkapan. Manusia disusun oleh Allah dengan susunan dan ukuran
tertentu, lalu diperuntukkan bumi ini dengan kehendak-Nya untuk memenuhi
kebutuhan susunan yang membentuk manusia itu. Dengan demikian, al-Qur’an
menghendaki terwujudnya keseimbangan yang adil antara dua sisi kejadian manusia
(spiritual dan material) sehingga manusia mampu berbuat, berubah dan bergerak
secara seimbang. 3. Prinsip Taskhir Taskhir juga merupakan prinsip dasar yang
membentuk pandangan al-Qur’an tentang alam semesta (kosmos). Dan, tidak dapat

10
dipungkiri, manifestasi prinsip ini ke dalam kehidupan riil manusia harus ditopang oleh
ilmu pengetahuan. Alam semesta ini (langit, bumi, dan seisinya) telah dijadikan oleh
Allah untuk tunduk kepada manusia. Allah telah menentukan dimensi, ukuran, dan
sunnah-sunnah-Nya yang sesuai dengan fungsi dan kemampuan manusia dalam
mengelola alam semesta secara positif dan aktif. Tetapi, bersamaan dengan itu, al-
Qur’an juga meletakkan nilai-nilai dan norma-norma yang mengatur hubungan antara
manusia dan alam semesta. Oleh sebab itu, al-Qur’an sangat mengecam ekspoitasi
yang melampaui batas. Prinsip taskhir yang ditopang oleh penguasaan ilmu
pengetahuan dan metodologinya merupakan faktor kondusif bagi manusia dalam
membangun bentuk-bentuk peradaban yang sesuai dengan cita-cita manusia dan
kemanusiaan. 4. Prinsip Keterkaitan antara Makhluk dengan Khalik Prinsip penting
lainnya adalah keterkaitan antara sistem penciptaan yang mengagumkan dengan Sang
Pencipta Yang Maha Agung. Ilmu pengetahuan adalah alat yang mutlak untuk
memberikan penjelasan dan mengungkapkan keterkaitan itu. Ilmuwan-ilmuwan Muslim
klasik telah menghabiskan sebagian besar umurnya untuk mengadakan pengamatan
dan penelitian terhadap fenomena alam dan akhirnya mereka sampai kepada
kesimpulan yang pasti dan tidak dapat dipungkiri bahwa sesungguhnya di balik semua
realitas yang diciptakan (makhluk) pasti ada yang menciptakan. Proses penciptaan
yang berada pada tingkat sistem yang begitu rapih, teliti, serasi, tujuannya telah
ditentukan, dan keterikatannya terarah, pastilah bersumber dari kehendak Yang Maha
Tinggi, Maha Kuasa, dan Maha Mengatur. Berdasarkan empat prinsip di atas, maka
jelaslah bahwa ilmu pengetahuan (sains dan teknologi) merupakan kebutuhan dasar
manusia yang Islami selama manusia melakukannya dalam rangka menemukan
rahasia alam dan kehidupan serta mengarahkannya kepada Pencipta alam dan
kehidupan tersebut dengan cara-cara yang benar dan memuaskan.

Al-quran dan al-hadits telah menjadi petunjuk dalam hidup. Dalam bidang sains
dan teknologi,al-quran dan al-hadits telah memberikan bukti dan petunjuk kepada para
ilmuan atas apa yang mereka teliti dan temukan. Semua yang ditemukan oleh para
ilmuan sudah lebih dahulu dijelaskan di dalam al-quran dan al-hadits. Hal inilah yang
mambuat banyak ilmuan yang masuk islam setelah melakukan penelitiannya. Berikut
ini ada beberapa ilmuan yang langsung masuk islam setelah melakukan penelitiannya
dalam bidang sains dan teknologi. Berikut beberapa ilmuan yang masuk islam akibat
penelitiannya.

1. Jacques Yues Costeau

11
Ilmuan yang lahir di Prancis pada 11 Juni 1910. Dia adalah seorang
oseannografer dan ahli selam yang terkemuka. Dia menemukan beberapa
kumpulan mata air yang tidak bercampur satu dengan yang lain, seperti ada
dinding pemisah di antaranya. Diapun bertemu dengan profesor muslim dan
menceritakan kejadian yang ditemuinya. Profesor muslim itu menjelaskan
bahwa hal itu sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an.

“Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu. Di


antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.”(QS.Ar-
Rahman:19-20).

Mendengar hal tersebut Jaques langsung memeluk agama islam hingga akhir
hayatnya. Ia meninggal pada 22 Junin 1997 di Perancis.

2. Maurice Bucaille
Peneliti yang meneiti jasad fir’aun. Ia lahir pada 19 Juli 1920 dan merupakan
ahli bedah asal Perancis.Dia menjadi ahli bedah dan penanggung jawab dalam
penilelitian mumi fir’aun. Hasil penemuan mengungkapkan bahwa sisa sisa
garam yang melekat pada mumi tersebut disebabkan oleh fir’aun yang
meninggal karena tenggelam. Bucaille pun meriis laporannya yang berjudul
“LES MOMIES DESPHARAONS ET LA MEDECINE”. Bumi fir’aun sebuah
penelitian moderen. Kematian fi’aun sudah dijelaskan didalam Al-qu’an.
Bucaille kemudian menemui ilmuan muslim dan kemudian dia diberitahu
tentang ayat yang menggambarkan kematian fir’aun.

12
‫ون‬uuuuuu
َ ُ‫ا لَ ٰ َغفِل‬uuuuuu‫اس َعنْ َءا ٰ َي ِت َن‬ ً ‫ك َءا َي‬uuuuuu
ِ ‫يرً ا م َِّن ٱل َّن‬uuuuuuِ‫ة ۚ َوإِنَّ َكث‬uuuuuu َ ‫ون لِ َمنْ َخ ْل َف‬uuuuuu
َ ‫ِك لِ َت ُك‬
َ ‫دَ ن‬uuuuuu‫ك ِب َب‬ ْ
َ uuuuuu‫ٱل َي ْو َم ُن َنجِّ ي‬uuuuuu‫َف‬

“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami”.
(QS.Yunus:92)

3. Prof. William Brown


Majalah sains Amerika ‘’ Plane Molecular Bioligy ‘’ mengungkap hasil
penemuan flora Amerika, salah satunya adalah suara hakus yang dihasilkan
tumbuhan tapi suara itu tidak dapat didengar ooleh manusia pada umumnya
atau disebut ultrasonic. Akhirnya suara tersebut bisa direkam dan disimpan
menggunakan alat canggih. Tim penelitipun mengubahnya menjadi golombang
electric optik sehingga menghasilkan garis pada layar monitor. Jadi tumbuhan
terlihat bertasbih kepada Allah. Hal ini sudah digambarkan dalam Alqu’an.
َ ‫ِيهنَّ ۚ َوإِن مِّن َشىْ ٍء إِاَّل ُي َس ِّب ُح ِب َح ْم ِدهِۦ َو ٰلَكِن اَّل َت ْف َقه‬
‫ُون‬ ِ ‫ت ٱل َّس ْب ُع َوٱأْل َرْ ضُ َو َمن ف‬
ُ ‫ُت َس ِّب ُح لَ ُه ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬

‫ان َحلِيمًا غَ فُورً ا‬


َ ‫يح ُه ْم ۗ إِ َّنهُۥ َك‬
َ ‫َتسْ ِب‬
“Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada
Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi
kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha
Penyantun lagi Maha Pengampun”.(QS.Al-Isra’:44).

4. Fidelma O’Leary
Seorang ahli neurologi asal Amerika mendapat hidayah masuk islam setelah
meneliti syaraf otak manusia.Beberapa urat sayarf dalam otak manusia tidak
dapat dialiri darah. Namun Fidema berpendapat bahwa setiap bagian otak
harus dialiri darah agar dapat berfungsi dengan normal. Hasil penelitianya
mengungkapkan bahwa otak dapat dialiri darah pada saat sujud dalam solat.
Dapat disimpulkan dari penelitiannya bahwa orang yang tidak solat tidak akan

13
menerima darah yang cukup keotak sehingga otak tidak berfungsi dengan
normal.
َ ‫الز َكا َة َوارْ َكعُوا َم َع الرَّ ا ِكع‬
‫ِين‬ َّ ‫َوأَقِيمُوا ال‬
َّ ‫صاَل َة َوآ ُتوا‬
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku´lah beserta orang-orang
yang ruku´. (QS. Al-Baqarah : 43)

5. Leopold Werner Ehrenfles


Leopold merupakan seorang psikiater dan ahli neurologi yang berkebangsaan
Austria yang tertarik pada dunia timur. Rasa ketertarikannya tersebut dia
wujudkan dengan mengunjungi Eropa bagian tenggara dan Turki ketika
dewasa. Pada saat itu ia biasa ikut solat berjamaah walapun belum masuk
islam. Ia pada akhirnya masuk islam pada tahun1927 dan mengganti namanya
menjadi Baron Oman Rolf von Ehrenfles. Sebelum masuk islam, dia meneliti
tentang wudu dan menemukan fakta yang terkait dengan pusat pusat syaraf
yang paling peka dari tubuh manusia. Letak letak pusat syaraf yang paling peka
itu terletak di dahi, tangan dan kaki dan sangat sensitif jika terkena air. Jika
membasuh dengan air pada pusat tersebut, maka bisa memlihara kesehatan.
Ia merekomendasikan agar wudu bukan untuk umat islam saja. Perintah untuk
berwudu sudah terdapat dalam al-quran.

‌ِ ‫اغسِ لُ ۡوا وُ ج ُۡو َه ُكمۡ َواَ ۡي ِد َي ُكمۡ ِالَى ۡال َم َراف ِِق َو ۡام َسح ُۡوا ِب ُرء ُۡوسِ ُكمۡ َواَ ۡر ُجلَ ُكمۡ ِالَى ۡالـ َك ۡع َب ۡي‬
‫نؕ َوا ِۡن‬ ۡ ‫ٰۤيـا َ ُّي َها الَّذ ِۡي َن ٰا َم ُن ۤۡوا ِا َذا قُ ۡم ُتمۡ ِالَى الص َّٰلو ِة َف‬
َ ‫ٕٮطِ اَ ۡو ٰل َم ۡس ُت ُم ال ِّن َسٓا َء َفلَمۡ َت ِجد ُۡوا َمٓا ًء َف َت َي َّمم ُۡوا‬uِِٕ ‫ض ٰۤى اَ ۡو َع ٰلى َس َف ٍر اَ ۡو َجٓا َء اَ َح ٌد م ِّۡن ُكمۡ م َِّن ۡالغَٓا‬
‫صع ِۡي ًدا‬ َ ‫اط َّهر ُۡوا‌ؕ َوا ِۡن ُك ۡن ُتمۡ م َّۡر‬َّ ‫ُك ۡن ُتمۡ ُج ُنبًا َف‬
ۡ‫َط ِّيبًا َف ۡام َسح ُۡوا ِبوُ ج ُۡو ِه ُكمۡ َواَ ۡيد ِۡي ُكمۡ م ِّۡن ُه‌ؕ َما ي ُِر ۡي ُد هّٰللا ُ ِل َي ۡج َع َل َعلَ ۡي ُكمۡ م ِّۡن َح َر ٍج َّو ٰلـك ِۡن ي ُِّر ۡي ُد ِل ُي َطه َِّر ُكمۡ َو ِل ُي ِت َّم ن ِۡع َم َت ٗه َعلَ ۡي ُكمۡ لَ َعلَّ ُكم‬
‫َت ۡش ُكر ُۡو َن‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat,
maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka
mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak
memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah
wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu,
tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya
bagimu, agar kamu bersyukur”.(QS.Al-Maidah:6).

14
6. Keith Moore
Merupakan profesor emeritus dalam pembagian anatomi departemen bedah.
Beliau juga adalah ketua anaomi tahun 1976-1984 dan asossiasi dekan untuk
dasar ilmu kedokteran fakultas kedokteran di University of Toronto, Ontario
Canada. Literatur yang ditulisnya bersama Arthur F.Dalley II,”Clinically Oriented
Anatomy” adalah yang paling populer. Suatu hari dia membaca artikel bahwa
al-quran sudah menjelaskan tentang perkembangan janjin sampai lahir. Hal itu
hampir membuatnya tidak percaya karena pengetahuan tentang embrio baru
diketahui oleh manusia karena menggunakan alat – alat canggih. Hal ini
terdapat pada AL-Quran . Oleh karena itu Keith moore memeluk agama islam.
‫ِين‬ ٍ ‫ُث َّم َج َع ْل َناهُ ُن ْط َف ًة فِي َق َر‬
ٍ ‫ار َمك‬

‫ك‬
َ ‫ار‬u َ ‫ا‬uu‫أْ َناهُ َخ ْل ًق‬u‫ا ُث َّم أَ ْن َش‬uu‫ُث َّم َخلَ ْق َنا ال ُّن ْط َف َة َعلَ َق ًة َف َخلَ ْق َنا ْال َعلَ َق َة مُضْ غ ًَة َف َخلَ ْق َنا ْالمُضْ غَ َة عِ َظامًا َف َك َس ْو َنا ْال ِع َظا َم لَحْ ًم‬
َ u‫ َر ۚ َف َت َب‬u‫آخ‬
َ ‫هَّللا ُ أَحْ َسنُ ْال َخالِق‬
‫ِين‬

“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu
segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik”.(QS.Al-Mu’minun:13-14).

7. Masaru Emoto
Masaru merupakan peneliti asal Jepang, dia meneliti tentang air zam zam dan
menjadikannya masuk islam. Masaru juga memberikan bukti bahwa struktur air
zam zam termasuk unik karena memliki kemampuan penyembuhan yang luar
biasa. Pada tahun 2003, Masaru melakukan penelitian tentang sifat air dan
hasilnya dia menemukan keanehan dalam sifat air tersebu. Partikel molekul air
bisa berubah sesuai dengan perasaan manusia. Dalam kajiannya Masaru tekun
meneliti tentang berubahnya molekul air. Dalam penelitian tersebut, ketika mata
air dibacakan sesuatu yang baik maka bentuknya akan berubah menjadi kristal
yang sangat indah Sebalikanya, jiak dibacakan kata kata buruk maka akan
bentuknya akan buruk pula. Ketika diuji dengan dibacakan doa islam,
kristalsegi enam dengan lima cabang daun berkilauan. Mengenai perubahan
molekul air ini Allah swt berfirman.

15
َ ‫ض َكا َن َتا َر ْت ًقا َف َف َت ْق ٰ َن ُه َما ۖ َو َج َع ْل َنا م َِن ْٱل َمٓا ِء ُك َّل َشىْ ٍء َحىٍّ ۖ أَ َفاَل ي ُْؤ ِم ُن‬
‫ون‬ َ ْ‫ت َوٱأْل َر‬
ِ ‫ِين َك َفر ُٓو ۟ا أَنَّ ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬
َ ‫أَ َولَ ْم َي َر ٱلَّذ‬

“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
mengapakah mereka tiada juga beriman?”(QS.Al-Anbiya’:30).

8. Tagatat Tejasen
Merupakan ilmuan asal Thailand dalam bidang anatomi, dan ia masuk islam
setelah melakukan penelitian dermatologi, dalam tinjauan anatomi lapisan
kulitterdiri atas 3 lapisan yaitu epidermis, dermis, dan cut cutis. Pada lapisan
terakhir terdapat ujung ujung pembuluh darah dan syaraf. Penemuan moderen
di bidang anatomi membuktikan bahwa luka bakar yang terlalu dalam bisa
mengakibatkan mati syaraf pengatur sensasi. Saat terjadi luka bakar hingga
lapisan terakhir ini orang tersebut tidak akan merasa nyeri karena tidak
berfungsinya ujung syaraf eferent. Penelitian ini juga membuktikan apa yang
ada di dalam al-quran. Pada tanggal 3 November 1983 Tagatat menucapkan
syadat dan mengumumkan kepada khalayak bahwa dia telah memeluk agama
islam.
َ u‫اب إِنَّ هّللا َ َك‬
‫ان‬u ُ u‫ا لِ َي‬uu‫و ًدا َغي َْر َه‬uuُ‫ د َّْل َنا ُه ْم جُل‬u‫ت جُلُو ُد ُه ْم َب‬
َ ‫ َذ‬u‫ذوقُو ْا ْال َع‬u ْ ‫ِيه ْم َنارً ا ُكلَّ َما َنضِ َج‬
ِ ‫ف ُنصْ ل‬ َ ‫إِنَّ الَّذ‬
َ ‫ِين َك َفرُو ْا ِبآ َيا ِت َنا َس ْو‬
٥٦﴿ ‫يزا َحكِيمًا‬ ً ‫﴾ َع ِز‬
“Sungguh, orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami
masukkan ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti
dengan kulit yang lain, agar mereka merasakan azab. Sungguh, Allah Maha-
perkasa, Mahabijaksana.” (QS. An-Nisa': 56)
9. Carner
Caner merupakan mantan pejabat Nasa yang masuk islam karena menemukan
fakta tentang malam lailatul qodar dan ka’bah. Setelah masuk islam Carner pun
meneliti tentang hajar aswad. Penelitian tentang malam lailatul qadar pad saat
itu tidak dipublikasikan. Ia menemukan tanda atau ciri datangnya malam
tersebut adalah suhu yang sedang. Pada pagi hari matahari bersinar cerah
tetapi panasnya tidak tersa serta pada malam hari tidak terluhat bintang. Hal ini
sesuai dengan penjelasan al-quran dan hadist Nabi Muhammad saw. Nasa
menemukan fenomena aneh pada suatu malam karena tidak ada meteor yang

16
jatuh ke atmosfer bumi serta suhu udara yang sedang, padahal dimalam
biasanya jumlah meteor yang biasanya sekitar 20 meteor. Hal ini sesua dengan
hadis Nabi Muhammad saw.
“Lailatul qadar adalh malam yang terang,tidak panas,tidak dingin,tidak ada
awan,tidak hujan,tidak ada angin kencang dan tidak ada yang dilempar pada
malam itu dengan bintang(lemparan meteor bagi setan).”(HR.At-Thabani).
10. Jon Dean
Beliau merupakan peneliti berkebangsaan Inggris dan memeluk agama islam
setelah mempelajari kehidupan muslim di Arab Saudi dan sebagai ahi
diindustri kesehatan serta nutrisi. Hal pertama yang Dean lakukan adalah
memahami islam secara benar. Saat menginjakkan kaki di Arab, ia melihat laki
laki memakai pakaian tradisional dan perempuan yang memakai pakaian yang
tertutup. Dean juga berfikir orang orang yang ada disana sangat ramah, karena
setelah dia bercerita semakin ramah tingkah mereka, padahal sebelum itu
Dean mengira orang Arab merupakan orang yang kaku serta dia tidak
menemukan kekerasan disana. Dean pun semakin penasaran dan
menanyakan banyak hal pada rekannya, ‘’ bagaimana anda bisa menjalani
hidup seperti tidak boleh melakukan ini dan itu? ‘’ dan temannya itu selalu
menjawab dengan jawaban yang sama. Mereka selalu memulai dengan
menceritakan keteledanaan nabi muhammad saw. Dean pun semakin banyak
mendapatkan informasi yang benar tentang islam. Sebagai peneliti, ia
mempelajari al-quran dan hadist dan sering kali ia terkejut karena mendapat
kan bukti ilmiah yang diungkapkan dalam al-quran. Menurutnya, hal yan gpaling
menyenangkan dalam islam adalah perintah agama tersebut untuk
membuktikan semua ayat al-quran jika mampu. Setelah itu ia pun menjadi
mualaf dengan ditemani rekannya.

17
III.GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS

Inilah beberapa generasi terbaik yang beliau sebutkan dalam hadits tersebut :

1. Sahabat

Sahabat adalah orang-orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam secara langsung serta membantu perjuangan beliau. Menurut Imam
Ahmad, siapa saja diantara orang beriman yang bertemu dan melihat Rasulullah, baik
sebulan, sepekan, sehari atau bahkan cuma sesaat maka ia dikatakan sebagai
sahabat. Derajatnya masing-masing ditentukan dengan seberapa lama ia menyertai
Rasulullah.

Para sahabat merupakan orang-orang yang mewariskan ilmu dari Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam. Diantara sahabat yang terbaik adalah para Khulafaur
Rasyidin, kemudian 10 orang sahabat yang namanya disebutkan oleh Rasulullah yang
mendapatkan jaminan surga.

Dalil-dalil Al Kitab tentang keutamaan para Sahabat

1.Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Muhammad adalah utusan Allah beserta orang-
orang yang bersamanya adalah bersikap keras kepada orang-orang kafir dan saling
menyayangi sesama mereka. Engkau lihat mereka itu ruku’ dan sujud senantiasa
mengharapkan karunia dari Allah dan keridhaan-Nya.” (QS. Al Fath)
2.Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Bagi orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin
yang diusir dari negeri-negeri mereka dan meninggalkan harta-harta mereka karena
mengharapkan keutamaan dari Allah dan keridhaan-Nya demi menolong agama Allah
dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. Sedangkan orang-orang yang
tinggal di negeri tersebut (Anshar) dan beriman sebelum mereka juga mencintai orang-
orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin) dan di dalam hati mereka tidak ada
rasa butuh terhadap apa yang mereka berikan dan mereka lebih mengutamakan
saudaranya daripada diri mereka sendiri walaupun mereka juga sedang berada dalam
kesulitan.” (QS. Al Hasyr : 8-9)
3.Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Allah telah ridha kepada orang-orang
yang beriman (para sahabat Nabi) ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah

18
pohon (Bai’atu Ridwan). Allah mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka.
Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada mereka dan membalas mereka
dengan kemenangan yang dekat.” (QS. Al Fath : 18)
4.Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang terlebih dulu (berjasa
kepada Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, maka Allah telah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha
mepada Allah. dan Allah telah mempersiapkan bagi mereka surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah
kemenangan yang sangat besar.” (QS. At Taubah : 100)
5.Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari dimana Allah tidak akan
menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya. Cahaya mereka
bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka.” (QS. At Tahrim :) (lihat Al Is’aad,
hal. 77-78)

Dalil-dalil dari As Sunnah tentang keutamaan para Sahabat

1.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian mencela


seorang pun di antara para sahabatku. Karena sesungguhnya apabila seandainya ada
salah satu di antara kalian yang bisa berinfak emas sebesar Gunung Uhud maka itu
tidak akan bisa menyaingi infak salah seorang di antara mereka; yang hanya sebesar
genggaman tangan atau bahkan setengahnya saja.” (Muttafaq ‘alaih)
2.Beliau juga bersabda, “Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat),
kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-orang
yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in).” (Muttafaq ‘alaih)
3.Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bintang-bintang itu adalah amanat
bagi langit. Apabila bintang-bintang itu telah musnah maka tibalah kiamat yang
dijanjikan akan menimpa langit. Sedangkan aku adalah amanat bagi para sahabatku.
Apabila aku telah pergi maka tibalah apa yang dijanjikan Allah akan terjadi kepada
para sahabatku. Sedangkan para sahabatku adalah amanat bagi umatku. Sehingga
apabila para sahabatku telah pergi maka akan datanglah sesuatu (perselisihan dan
perpecahan, red) yang sudah dijanjikan Allah akan terjadi kepada umatku ini.” (HR.
Muslim)

19
4.Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang mencela para
sahabatku maka dia berhak mendapatkan laknat dari Allah, laknat para malaikat dan
laknat dari seluruh umat manusia.” (Ash Shahihah : 234)
5.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Apabila disebutkan tentang
para sahabatku maka diamlah.” (Ash Shahihah : 24) (lihat Al Is’aad, hal. 78)

Dalil Ijma’ tentang keutamaan para Sahabat

1.Imam Ibnush Shalah rahimahullah berkata di dalam kitab Mukaddimah-nya,


“Sesungguhnya umat ini telah sepakat untuk menilai adil (terpercaya dan taat) kepada
seluruh para sahabat, begitu pula terhadap orang-orang yang terlibat dalam fitnah
yang ada di antara mereka. hal ini sudah ditetapkan berdasarkan
konsensus/kesepakatan para ulama yang pendapat-pendapat mereka diakui dalam hal
ijma’.”
2.Imam Nawawi rahimahullah berkata di dalam kitab Taqribnya, “Semua sahabat
adalah orang yang adil, baik yang terlibat dalam fitnah maupun tidak, ini berdasarkan
kesepakatan para ulama yang layak untuk diperhitungkan pendapatnya.”
3.Al Hafizh Ibnu Hajar berkata di dalam kitab Al Ishabah, “Ahlus Sunnah sudah
sepakat untuk menyatakan bahwa semua sahabat adalah adil. Tidak ada orang yang
menyelisihi dalam hal itu melainkan orang-orang yang menyimpang dari kalangan ahli
bid’ah.”
4.Imam Al Qurthubi mengatakan di dalam kitab Tafsirnya, “Semua sahabat adalah adil,
mereka adalah para wali Allah ta’ala serta orang-orang suci pilihan-Nya, orang terbaik
yang diistimewakan oleh-Nya di antara seluruh manusia ciptaan-Nya sesudah
tingkatan para Nabi dan Rasul-Nya. Inilah madzhab Ahlus Sunnah dan dipegang teguh
oleh Al Jama’ah dari kalangan para imam pemimpin umat ini. Memang ada segolongan
kecil orang yang tidak layak untuk diperhatikan yang menganggap bahwa posisi para
sahabat sama saja dengan posisi orang-orang selain mereka.” (lihat Al Is’aad, hal. 78)

Berikut ini daftar beberapa Sahabat Nabi yang terkenal, antara lain:

1.Abdullah bin Umar


2.Abdurrahman bin Auf

20
3.Abu Bakar
4.Abu Dzar Al-Ghiffari
5.Abu Hurairah
6.Abu Thufail al-Laitsi
7.Abu Ubaidah bin al-Jarrah
8.Ali bin Abi Talib
9.Amru bin Ash
10.Bilal bin Rabah
11.Hakim bin Hazm
12.Hamzah bin Abdul Muthalib
13.Imran bin Hushain
14.Khalid bin Walid
15.Mua'dz bin Jabal
16.Mua'wiyah bin Abu Sufyan
17.Mus'ab bin Umair
18.Salman al-Farisi
19.Sa'ad bin Abi Waqqas
20.Sa'ad bin 'Ubadah
21.Sa'id bin Zayd bin `Amr
22.Thalhah bin Ubaidillah
23.Zaid bin Khattab
24.Umar bin Khattab
25.Usamah bin Zaid bin Haritsah
26.Usman bin Affan
27.Wahsyi bin Harb
28.Zubair bin Awwam

2. Tabi’in

Tabi’in adalah orang-orang beriman yang hidup pada masa Rasulullah atau setelah
beliau wafat tetapi tidak bertemu dengan Rasulullah dan bertemu serta melihat para
sahabat. Tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari para
sahabat Rasulullah.

21
Salah seorang terbaik dari generasi Tabi’in adalah Uwais Al Qarn, yang pernah
mendatangi rumah Rasulullah untuk mendapatkan kemuliaan menjadi sahabat, tetapi
tidak berhasil bertemu dengan beliau. Uwais Al Qarn, pernah disebutkan secara
langsung melalui lisan Rasulullah sebagai orang yang asing di bumi tapi terkenal di
langit. Bahkan Rasulullah memerintahkan sahabatnya, Umar dan Ali, untuk mencari
Uwais dan meminta untuk di doakan, karena ia merupakan orang yang memiliki doa
yang diijabah oleh Allah.

Adapun diantara orang-orang yang tergolong generasi tabi’in lainnya yakni Umar bin
Abdul Aziz, Urwah bin Zubair, Ali Zainal Abidin bin Al Husein, Muhammad bin Al
Hanafiyah, Hasan Al Bashri dan yang lainnya.
Rasulullah bersabda tentang keutamaan generasi tabiin:

َ ‫ ُث َّم الَّذ‬، ‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬


‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬ َ ‫ ُث َّم الَّذ‬، ‫اس َقرْ نِى‬
ِ ‫َخ ْي ُر ال َّن‬

“Sebaik-baik manusia ialah pada generasiku, kemudian generasi berikutnya, kemudian


generasi berikutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Di bawah ini adalah daftar beberapa tokoh tabiin:

1.Abu Hanifah
2.Al-Hasan al-Bashri
3.Ali bin al-Husain Zainal Abidin
4.'Alqamah bin Qais an-Nakha'i
5.Al-Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar 6.ash-Shiddiq
7.Ibnu Abi Mulaikah
8.Muhammad bin al-Hanafiyah
9.Muhammad bin Sirin
10.Muhammad bin Syihab az-Zuhri
11.Salim bin Abdullah bin Umar bin Khattab
12.Said bin al-Musayyib
13.Rabi'ah ar-Ra'yi
14.Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas'ud

22
15.Umar bin Abdul Aziz
16.Urwah bin az-Zubair
17.Uwais al-Qarni
18.Wuhaib bin Al Ward
19.Urwah bin Zubair
20.Abu Bakar bin Abdurrahman bin Al Harits
21.Amru bin Dinar
22.Ubaidullah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud
23.Sulaiman bin Yasar
24.Kharijah bin Zaid bin Tsabit Al Anshari
25.Sufyan bin Uyainah
26.Al Fudhail bin Iyadh

Tabi’iyat (Tabiin Wanita)


1.Abdah binti Abi Syawal
2.Abdah binti Ahmad
3.Aisyah binti Sa’ad
4.Aisyah binti Thalhah
5.Amrah binti Abdurrahman
6.Ar Rabab binti Imril Qais
7.Atikah binti Yazid
8.Asma Ar Ramaliyah
9.Bardah Ash Shamiriyah
10.Fathimah An Nisaburiyah
11.Fathimah binti Abdul Malik
12.Fathimah binti Ali
13.Fathimah binti Al Muzir
14.Fathimah binti Husain
15.Ghufairah Al Abidah
16.Hafshah binti Abdurrahman
17.Hafshah binti Sirin
18.Hamidah binti Tsabit Al Bunaini
19.Hindun binti Al Muhallab
20.Jauharah Al Baratsiyah
21.Khairah Ummul Hasan Al Bashri

23
22.Maimunah
23.Maimunah As Sauda’
24.Maisun binti Bahdal
25.Maryam Al Ghanawiyah

3. Tabi’ut Tabi’in

Tabi’ut tabi’in adalah orang beriman yang hidup pada masa sahabat atau setelah
mereka wafat tetapi tidak bertemu dengan sahabat dan bertemu dengan generasi
tabi’in. tabi’ut tabi’in merupakan orang-orang yang belajar dan mewariskan ilmu dari
para tabi’in.

Diantara orang-orang yang termasuk dalam generasi ini adalah Imam Malik bin Anas,
Sufyan bin Uyainah, Sufyan Ats-Tsauri, Al Auza’i, Al Laits bin Saad dan yang lainnya.

Merekalah generasi terbaik umat ini, maka selayaknya kita sebagai umat muslim yang
datang belakangan untuk mencontoh dan mengambil ilmu dari kitab-kitab yang telah
mereka tuliskan. Semoga kita bisa mengikuti para generasi terbaik umat ini.
Hadist yang berkaitan dengan generasi terbaik(Tabi'ut Tabi'in)

َ َّ‫ُور َعنْ إِب َْراهِي َم َعنْ َع ِبيدَ َة َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن ُه أَنَّ ال َّن ِبي‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬ ٍ ‫ِير أَ ْخ َب َر َنا ُس ْف َيانُ َعنْ َم ْنص‬ ٍ ‫َح َّد َث َنا م َُح َّم ُد بْنُ َكث‬
‫ِين َيلُو َن ُه ْم ُث َّم َي ِجي ُء َق ْو ٌم َتسْ ِب ُق َش َها َدةُ أَ َح ِد ِه ْم َيمِي َن ُه َو َيمِي ُن ُه َش َها َد َت ُه َقا َل إِب َْراهِي ُم‬
َ ‫ِين َيلُو َن ُه ْم ُث َّم الَّذ‬
َ ‫اس َقرْ نِي ُث َّم الَّذ‬
ِ ‫َو َسلَّ َم َقا َل َخ ْي ُر ال َّن‬
‫ة َو ْال َع ْه ِد َو َنحْ نُ صِ غَا ٌر‬uِ ‫َو َكا ُنوا َيضْ ِربُو َن َنا َعلَى ال َّش َها َد‬
Telah bercerita kepada kami Muhammad bin Katsir telah mengabarkan kepada kami
Sufyan dari Manshur dari Ibrahim dari 'Abidah dari Abdullah radliallahu 'anhu bahwa
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: ""Sebaik-baik manusia adalah orang-orang
yang hidup pada zamanku (generasiku) kemudian orang-orang yang datang setelah
mereka kemudian orang-orang yang datang setelah mereka. Kemudian akan datang
suatu kaum yang persaksian salah seorang dari mereka mendahului sumpahnya dan
sumpahnya mendahului persaksiannya". Ibrahim berkata; "Dahulu, mereka (para
shahabat) mengajarkan kami tentang bersaksi dan memegang janji ketika kami masih
kecil". (Mereka memukul kami bila melanggar perjanjian dan persaksian) ".

24
َ ‫َخي َْر أ ُ َّمتِـي َقرْ نِي ُث َّم الَّ ِذي َْن َيلُو َن ُه ْم ُث َّم الَّذ‬
‫ِين َيلُو َن ُه ْم‬

“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah


mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (Shahih Al-
Bukhari, no. 3650).
Tingkatan Generasi Tabi’u At-Tabi’i Dan Setelahnya.Masa generasi tabi’u at-tabi’in ini
dibagi menjadi 3 thabaqah, yaitu:

1.                   Thabaqah senior, diantaranya Imam Ahmad ibn Hanbal

2.                   Thabaqah pertengahan, seperti Imam Al-Bukhari, dan

3.                   Thabaqah junior, diantaranya At-Tirmidzi.

Tokoh-tokoh Tabi’ut tabi’in


1.Malik bin Anas
2.Al-Auza’iy
3.Sufyan Ats-Tsauriy
4.Sufyan bin Uyainah Al-Hilaliy
5.Al-Laits bin Saad
6.Abdullah bin Al-Mubaarok
Waki’
7.Asy Syafi’i
8.Abdurrahman bin Mahdiy
9.Yahya bin Said Al-Qathan
10.Yahya bin Ma’in
11.Ali bin Al-Madiniy.
12.Abu Hanifah
13.Malik bin Anas
14.Muhammad bin Idris
15.Ahmad bib Hanbal
16.Ja'far al-sadiq

25
17.Al-Auza'i
18.Sufyan al-Tsauni
19.Yahya bin Ma'in
20.Ali bin Al-Madini
21.Al-laits bin Saad
22.Al-Qasim
23.Abdurrahman bin Mahdi
24.Yahya bib Said Al-Qathan
25.Sufyan bin 'Uyainah

26
IV.PENGERTIAN SALAF MENURUT AL-HADITS

Salaf secara bahasa artinya orang yang terdahulu, baik dari sisi ilmu,
keimanan, keutamaan atau jasa kebaikan. Seorang pakar bahasa Arab Ibnu Manzhur
mengatakan, “Kata salaf juga berarti orang yang mendahului kamu, yaitu nenek
moyangmu, sanak kerabatmu yang berada di atasmu dari sisi umur dan keutamaan.
Oleh karenanya maka generasi awal yang mengikuti para sahabat disebut dengan
salafush shalih (pendahulu yang baik).” (Lisanul ‘Arab, 9/159, dinukil dari Limadza, hal.
30). Makna semacam ini serupa dengan kata salaf yang terdapat di dalam ayat Allah
َ ‫اسفُو َنا ٱن َت َق ْم َنا ِم ْن ُه ْم َفأ َ ْغ َر ْق ٰ َن ُه ْم أَجْ َمع‬
:‫ِين‬ َ ‫َفلَمَّٓا َء‬

َ ‫َف َج َع ْل ٰ َن ُه ْم َسلَ ًفا َو َمثَاًل لِّ ْل َءاخ ِِر‬


                 ‫ين‬

Artinya, “Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami menghukum mereka lalu
Kami tenggelamkan mereka semuanya di laut dan Kami jadikan mereka sebagai salaf
(pelajaran) dan contoh bagi orang-orang kemudian.” (QS. Az Zukhruf: 55-56). 
ُّ ‫ا َو َع‬7‫ ُكوا ِب َه‬7‫س‬
‫وا‬7‫ض‬ َّ ‫ َت َم‬، َ‫دِين‬7‫اش‬ َّ َ‫ ِديِّين‬7‫اءِ ا ْل َم ْه‬7‫ َّن ِة ا ْل ُخلَ َف‬7‫س‬
ِ ‫الر‬ ُ ‫ َف َعلَ ْي ُك ْم ِب‬،‫يرا‬7ِ
ُ ‫ َّنتِي َو‬7‫س‬ ً ‫اختِاَل ًفا َكث‬ َ ‫ِش ِم ْن ُك ْم َب ْعدِي َف‬
ْ ‫س َي َرى‬ ْ ‫َفإِ َّن ُه مَنْ َيع‬
‫َعلَ ْي َها ِبال َّن َوا ِج ِذ‬
“Sesungguhnya, barang siapa di antara kalian yang hidup sepeninggalku nanti akan
melihat perselisihan yang banyak. Oleh karena itu, kalian wajib berpegang teguh
dengan Sunnahku, dan Sunnah al-Khulafa ar-Rasyidin yang terbimbing. Peganglah ia
erat-erat dan gigitlah ia dengan gigi-gigi geraham….” (Sahih, HR. Abu Dawud, at-
Tirmidzi, ad-Darimi, Ibnu Majah dan lainnya dari sahabat al-‘Irbadh bin
Sariyah radhiallahu anhu. Lihat Irwa`ul Ghalil, hadits no. 2455)
Dalam hadits ini dengan tegas dinyatakan bahwa kita akan menyaksikan perselisihan
yang begitu banyak dalam memahami dinul Islam. Jalan satu-satunya yang
mengantarkan pada keselamatan ialah dengan mengikuti Sunnah
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan sunnah al-Khulafa ar-Rasyidin (Salafus
Shalih). Bahkan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam memerintahkan agar kita
senantiasa berpegang teguh dengannya.
Para ulama yang tergolong salaf dan pengikut salaf:
1.Imam Bukhari
2.Imam Muslim
3.Imam Abu Daud
4.Imam At-Tirmidzi

27
5.Imam An-Nasa'i
6.Imam Hanbali
7.Imam Syafi'i
8.Imam Malik
9.Imam adz-Dzahabi
10.imam abu Hanifah
11.Imam ibnu Katsir
12.Imam ibnu hajar al asqalani
13.Ibnu Taimiyah
14.Ibnu QayyimSyaikh
15.Albani Syaikh Utsaimin

28
V.ISLAM: AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN PENEGAKAN HUKUM
Berbagi dalam Islam sangat dianjurkan karena dengan berbagi kita bisa belajar
untuk berempati,sabar dan bersyukur kepada Allah swt. Harta yang kita miliki saat ini
hanyalah titipan semata dari Allah swt,yang dimana nantinya semua akan kembali
kepada-Nya. Islam mengajarkan agar kita tidak menjadi orang yang pelit,dengan cara
membagikan sedikit harta apapun bentuknya kepada orang lain yang membutuhkan.
Harta kita adalah sebagian dari harta yang lain. Allah Ta’ala berfirman,

‫ِين آَ َم ُنوا ِم ْن ُك ْم َوأَ ْن َفقُوا لَ ُه ْم أَجْ ٌر َك ِبي ٌر‬ َ ‫آَ ِم ُنوا ِباهَّلل ِ َو َرسُو ِل ِه َوأَ ْن ِفقُوا ِممَّا َج َعلَ ُك ْم مُسْ َت ْخلَف‬
َ ‫ِين فِي ِه َفالَّذ‬

“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian


dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang
yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh
pahala yang besar.” (QS. Al Hadiid: 7).

Al Qurthubi rahimahullah menjelaskan, “Ayat ini merupakan dalil bahwa pada


hakekatnya harta itu milik Allah. Hamba tidaklah memiliki apa-apa melainkan apa yang
Allah ridhoi. Siapa saja yang menginfakkan harta pada jalan Allah, maka itu sama
halnya dengan seseorang yang mengeluarkan harta orang lain dengan seizinnya. Dari
situ, ia akan mendapatkan pahala yang melimpah dan amat banyak.”

Al Qurtubhi rahimahullah sekali lagi mengatakan, “Hal ini menunjukkan bahwa harta


kalian pada hakikatnya bukanlah milik kalian. Kalian hanyalah bertindak sebagai wakil
atau pengganti dari pemilik harta yang sebenarnya. Oleh karena itu, manfaatkanlah
kesempatan yang ada dengan sebaik-baiknya untuk memanfaatkan harta tersebut di
jalan yang benar sebelum harta tersebut hilang dan berpindah pada orang-orang
setelah kalian. ”

‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu menceritakan bahwa tatkala turun firman


Allah Ta’ala,

‫َمنْ َذا الَّذِي ُي ْق ِرضُ هَّللا َ َقرْ ضًا َح َس ًنا َف ُيضَاعِ َف ُه َل ُه َولَ ُه أَجْ ٌر َك ِري ٌم‬

“Barangsiapa memberi pinjaman kepada Allah dengan pinjaman yang baik, maka Allah
akan melipatgandakan balasan pinjaman itu untuknya dan dia akan memperoleh
pahala yang banyak” (QS. Al Hadid: 11); Abud Dahdaa Al Anshori mengatakan,

29
“Wahai Rasulullah, apakah Allah menginginkan pinjaman dari kami?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Betul, wahai Abud Dahdaa.”
Kemudian Abud Dahdaa pun berkata, “Wahai Rasulullah, tunjukkanlah tanganmu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menyodorkan tangannya. Abud Dahdaa
pun mengatakan, “Aku telah memberi pinjaman pada Rabbku kebunku ini. Kebun
tersebut memiliki 600 pohon kurma.”
Berbagi dalam islam sering kita sebut dengan sedekah.Sedekah berasal dari
bahasa Arab, yakni shadaqoh. Sedekah memiliki arti memberikan sesuatu kepada
orang lain secara spontan dan sukarela tanpa ada batasan jumlah dan batas waktu
tertentu. Dapat dikatakan sedekah adalah amalan baik yang sangat dicintai oleh Allah
SWT. Sejalan dengan itu tak dipungkiri bila ada sebuah ungkapan tangan di atas lebih
baik daripada tangan dibawah dan berlomba-lombalah dalam bersedekah. Kalimat
tersebut merupakan motivasi untuk manusia, khususnya umat Islam selalu berbagi
dalam keadaan suka maupun duka.
Karena, Islam selalu mengajarkan umatnya untuk menyisihkan sebagian hartanya
dengan cara bersedekah kepada orang lain yang membutuhkan. Selain untuk berbagi
dan sebagai bekal amal di akhirat, sedekah bertujuan untuk menyucikan harta.
Sedekah tak harus dilakukan pada saat membayar zakat ataupun infak. Dimana pun
dan kapan pun kamu bisa bersedekah, yang terpenting niatkan hati baikmu. Besar
kecilnya adalah urusan Allah SWT. Ganjarannya adalah amalan baik. Dalam Islam
sedekah atau berbagi kepada sesama adalah salah satu bukti bahwa hambanya
bertakwa kepada Allah SWT. Karena Rasulullah dalam Hadis HR. Tirmidzi dan Hadis
Hasan Shahih bersabda, “bertakwalah kepada Allah SWT di mana pun engkau berada.
Iringilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapuskan
keburukan. Dan pergauilah manusia dengan akhlak yang mulia.” Hadis tersebut
mengandung tiga wasiat Nabi yang sangat penting, yakni wasiat tentang hubungan
secara vertikal manusia kepada Allah (habluminallah) dan hubungan secara horizontal
sesama manusia (habluminannas).
Tidak menunda melakukan amal soleh adalah wasiat Nabi yang kedua. Dosa kecil
dapat terhapuskan dengan perbuatan baik, yakni bersedekah. Ketika kamu terjerumus
dalam dosa dan maksiat wajib bagimu untuk segera bertaubat. Dengan cara tidak
melakukannya lagi dan salah satunya dengan  bersedekah kepada orang lain yang
membutuhkan.
Wasiat Nabi yang ketiga adalah memiliki akhlak mulia. Akhlak mulia dalam arti
hubungan antar sesama manusia (habluminannas). Cara yang paling mudah adalah

30
dengan tersenyum diiringi wajah yang berseri ketika bertemu dengan orang lain dan
bertegur sapa. Karena itu, Rasulullah mengaitkan antara akhlak mulia dengan iman
yang sempurna.
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling bagus akhlaknya,”
HR. Tirmidzi dan hadis Shahih. Dengan memiliki akhlak yang mulia, otomatis akan
dicintai oleh manusia lainnya, terlebih lagi Allah dan Rasulullah.
Bukhari juga menyebutkan Rasulullah bersabda, “menyingkirkan batu, duri dan tulang
dari tengah jalan adalah sedekah bagimu.” Lalu, Rasulullah bersabda dalam HR Ibnu
Majah, “tidaklah ada satu pekerjaan yang paling mulia dilakukan oleh seseorang
daripada pekerjaan yang dilakukan dari tangannya sendiri. Dan tidaklah seseorang
menafkahkan hartanya terhadap diri, keluarga, anak dan pembantunya melainkan
akan menjadi sedekah.”
Sungguh indah Islam mengajarkan berbagi kepada umatnya. Berbagi atau bersedekah
akan membawa dan memberikan banyak manfaat,antara lain,yaitu:
1) Menghapus dosa-dosa
2) Mendapat perlindungan Allah swt di hari akhir
3) Keberkahan hidup dan harta tidak berkurang
4) Dilipatgandakan pahalanya
5) Dimasukkan ke dlaam syurganya Allah
6) Membebaskan diri dari siksa kubur dan api neraka
7) Hati yang bahagia
8) Amalah yang tidak terputus hingga akhir hayat
9) Dapat memanjangkan umur
10) Menghindarkan kita dari marabahaya.

Penegakan Hukum dalam Islam

Penegakan Hukum Terdapat beberapa faktor yang dapat mendukung tegaknya


hukum di suatu Negara antara lain: Kaidah hukum, Penegak hukum, Fasilitas dan
Kesadaran hukum warga Negara. Dalam pelaksanaannya masih tergantung pada
sistem politik Negara yang bersangkutan. Jika sistem politik Negara itu otoriter maka
sangat tergantung penguasa bagaimana kaidah hukum, penegak hukum dan fasilitas
yang ada. Adapun warga Negara ikut saja kehendak penguasa (lihat synopsis). Pada
sistem politik demokratis juga tidak semulus yang kita bayangkan. Meski warga Negara
berdaulat, jika sistem pemerintahannya masih berat pada eksekutif (Executive heavy)

31
dan birokrasi pemerintahan belum direformasi, birokratnya masih “kegemukan” dan
bermental mumpung, maka penegakan hukum masih mengalami kepincangan dan
kelambanan (kasus “hotel bintang” di Lapas). Belum lagi kaidah hukum dalam hal
perundang-undangan yang simpang siur penerapannya (kasus Prita). Agar suatu
kaidah hukum berfungsi maka bila kaidah itu berlaku secara yuridis, maka
kemungkinan besar kaidah tersebut merupakan kaidah mati (dode regel), kalau secara
sosiologis (teori kekuasaan), maka kaidah tersebut menjadi aturan pemaksa (dwang
maat regel). Jika berlaku secara filosofi, maka kemungkinannya hanya hukum yang
dicita-citakan yaitu ius constituendum. 4 Kaidah hukum atau 3 M. Natsir, 2002: 9 4
Soerjono Soekanto, 1983. Penegakan Hukum Atas Keadilan Dalam Pandangan Islam
Mizan: Jurnal Ilmu Syariah. Volume 1 No 2 Desember 2013. ISSN: 2089-032X - 146
peraturan itu sendiri, apakah cukup sistematis, cukup sinkron, secara kualitatif dan
kuantitatif apakah sudah cukup mengatur bidang kehidupan tertentu. Dalam hal
penegakan hukum mungkin sekali para petugas itu menghadapi masalah seperti
sejauh mana dia terikat oleh peraturan yang ada, sebatas mana petugas
diperkenankan memberi kebijaksanaan. Kemudian teladan macam apa yang diberikan
petugas kepada masyarakat. Selain selalu timbul masalah jika peraturannya baik tetapi
petugasnya malah kurang baik. Demikian pula jika peraturannya buruk, maka kualitas
petugas baik. Fasilitas merupakan sarana dalam proses penegakan hukum. Jika
sarana tidak cukup memadai, maka penegakan hukum pun jauh dari optimal.
Mengenai warga negara atau warga masyarakat dalam hal ini tentang derajat
kepatuhan kepada peraturan. Indikator berfungsinya hukum adalah kepatuhan warga.
Jika derajat kepatuhan rendah, hal itu lebih disebabkan oleh keteladanan dari petugas
hukum. Keadilan Pengertian keadilan dapat ditinjau dari dua segi yakni keadilan
hukum dan keadilan sosial. Adapun keadilan mengandung asas kesamaan hukum
artinya setiap orang harus diperlakukan sama di hadapan hukum. Dengan kata lain
hukum harus diterapkan secara adil. Keadilan hukum ternyata sangat erat kaitannya
dengan implementasi hukum di tengah masyarakat. Untuk mencapai penerapan dan
pelaksanaan hukum secara adil diperlukan kesadaran hukum bagi para penegak
hukum. Dengan demikian guna mencapai keadilan hukum itu, maka faktor manusia
sangat penting. Keadilan hukum sangat didambakan oleh siapa saja termasuk
penjahat (pembunuh, pemerkosa, dan koruptor). Jika dalam suatu negara ada yang
cenderung bertindak tidak adil secara hukum, termasuk hakim, maka pemerintah harus
bertindak mencegahnya. Pemerintah harus menegakkan keadilan hukum, bukan
malah berlaku zalim terhadap rakyatnya. Keadilan sosial terdapat dalam kehidupan

32
masyarakat, terdapat saling tolong-menolong sesamanya dalam berbuat kebaikan.
Terdapat naluri saling ketergantungan satu dengan yang lain dalam kehidupan sosial
(interdependensi). Keadilan sosial itu diwujudkan dalam bentuk upah yang seimbang,
untuk mencegah diskriminasi ekonomi. Keadilan sosial adalah persamaan
kemanusiaan, suatu penyesuaian semua nilai, nilai-nilai yang termasuk dalam
pengertian keadilan. Kepemilikan atas harta seharusnya M. Rais Ahmad 147 –
Fakultas Agama Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor tidak bersifat mutlak. Perlu
dilakukan pemerataan, distribusi kekayaan anggota masyarakat. Bagaimana pemilik
harta seharusnya menggunakan hartanya. Penimbunan atau konsentrasi kekayaan,
sehingga tidak dimanfaatkan dalam sirkulasi dan distribusi akan merugikan
kepentingan umum. Sebaiknya harta kekayaan itu digunakan sebaik mungkin dan
memberikan manfaat bagi pemiliknya maupun bagi masyarakat. Hukum dan Keadilan
Dalam Islam Menurut M. Natsir (demokrasi dibawah hukum cet.III, 2002) adalah suatu
penegasan, ada undang-undang yang disebut Sunnatullah yang nyatanyata berlaku
dalam kehidupan manusia pada umumnya. Perikehidupan manusia hanya dapat
berkembang maju dalam berjama’ah (Society). Man is born as a social being. Hidup
perorangan dan hidup bermasyarakat berjalin, yang satu bergantung pada yang lain.
Kita mahluk sosial harus berhadapan dengan berbagai macam persoalan hidup, dari
persoalan rumah tangga, hidup bermasyarakat, berbangsa, bernegara, berantara
negara, berantar agama dan sebagainya, semuanya problematika hidup duniawi yang
bidangnya amat luas. Maka risalah Muhammad Saw, meletakkan beberapa kaidah
yang memberi ketentuan-ketentuan pokok guna memecahkan persoalan-persoalan.
Kestabilan Hidup bermasyarakat memerlukan tegaknya keadilan lanjut M. Natsir. Tiap-
tiap sesuatu yang melukai rasa keadilan terhadap sebagian masyarakat, maka bisa
merusak kestabilan secara keseluruhan. Menegakkan keadilan di tengah-tengah
masyarakat dan bangsa diawali dengan kedaulatan hukum yang ditegakkan. Semua
anggota masyarakat berkedudukan sama di hadapan hukum. Jadi di hadapan hukum
semuanya sama, mulai dari masyarakat yang paling lemah sampai pimpinan tertinggi
dalam Negara. “Dan janganlah rasa benci kamu kepada suatu golongan menyebabkan
kamu tidak berlaku adil. Berlaku adilah, karena itu lebih dekat kepada taqwa. Dan
bertaqwalah kepada Allah karena sesungguhnya Allah amat mengetahui apa yang
kamu kerjakan”(QS.5:8). “Dengarlah dan taatilah sekalipun andaikata yang
menjalankan hukum atasmu seseorang budak Habsyi yang kepalanya seperti kismis
selama dijalankannya hukum Allah Swt”. (H.R.Buchori dari Anas) Penegakan Hukum
Atas Keadilan Dalam Pandangan Islam Mizan: Jurnal Ilmu Syariah. Tidak mungkin

33
hukum dan keadilan dapat tegak berdiri keadilan dapat tegak berdiri kokoh apabila
konsep persamaan itu diabaikan. Implementasi keadilan hukum di masyarakat dewasa
ini banyak ditemui sandungan yang menyolok atas pandangan lebih terhadap orang
yang punya kedudukan tinggi, yang punya kekayaan melimpah, sehingga rakyat
banyak telah menyimpan imej bertahun-tahun bahwa di negeri ini keadilan itu dapat
dibeli. Lebih jauh kesamaan itu dijabarkan Rachman di bukunya Political Science and
Government dalam Ramly Hutabarat di bukunya Hukum dan Demokrasi (1999) yaitu,
yakni: a. Manusia secara alamiah dilahirkan sama (Natural Equality) b. Setiap
masyarakat memiliki kesamaan hak sipil c. Semua warga negara memiliki hak yang
sama mendapatkan lapangan pekerjaan d. Semua warga Negara sama kedudukannya
dalam politik. QS.4:135.”Wahai orang-orang yang beriman jadilah kamu orang yang
tegak menegakkan keadilan, menjadi saksi kebenara n karena Allah, biarpun terhadap
dirimu sendiri atau ibu bapakmu atau kerabatmu”.

34
DAFTAR PUSTAKA

https://tafsirweb.com/3366-quran-surat-yunus-ayat-92.html

brainly.co.id/tugas/3170336

hajrihasbiyal18.blogspot.com

core.ac.uk

repository.uin-malang.ac.id

www.journal.walisongo.ac.id

agungsukses.wordpress.com

https://qurandansunnah.wordpress.com

umma.id/article/share/id/1002/272772

https://bersamadakwah.net/nama-tabiin/

https://muslim.or.id/2406-inilah-generasi-terbaik-dalam-sejarah.html

https://rumaysho.com/1020-jangan-lupa-untuk-saling-berbagi.html

blog.kitabisa.com/cara-bersedekah-sederhana-membawa-berkah/

LAMPIRAN

35
Lampiran 1. Contoh cover ( halaman judul)

Spasi 1,5.Menggunakan kertas ukuran A4,margin 3x3x3x3,semua huruf


berukuran 11 Arial,ukuran logo 5x5 cm.

ARTIKEL KEISLAMAN:

1. KEISTIMEWAAN DAN KEBENARAN KONSEP KETUHANAN DALAM ISLAM


2. SAINS&TEKNOLOGI DALAM AL-QUR’AN DAN AL-HADITS
3. GENERASI TERBAIK MENURUT AL-HADITS
4. PENGERTIAN SALAF (REFERENSI HADITS)
5. ISLAM, AJARAN TENTANG BERBAGI SERTA KEADILAN PENEGAKAN
HUKUM

Disusun sebagai tugas terstruktur Mata Kuliah: Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampuh:

Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. Disusun Oleh:

Nama : Jihan Melani


NIM : G1D020028
Fakultas&Prodi : MIPA/Matematika
Semester :1

PROGRAM STUDI MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
T.A. 2020/2021

36

Anda mungkin juga menyukai