Anda di halaman 1dari 103

IMPLEMENTASI KURIKULUM PESANTREN BERBASIS

IKTISYAF DALAM MENINGKATKAN POTENSI BACA


KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN PUNCAK
DARUSSALAM POTOAN DAYA PALENGAAN PAMEKASAN

SKRIPSI

OLEH:

AMROLLAH
NIM. 20160701040036

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKUTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MADURA
MEI 2021

i
IMPLEMENTASI KURIKULUM PESANTREN BERBASIS IKTISYAF
DALAM MENINGKATKAN POTENSI BACA KITAB KUNING DI
PONDOK PESANTREN PUNCAK DARUSSALAM POTOAN DAYA
PALENGAAN PAMEKASAN

SKRIPSI

Diajukan kepada
Institut Agama Islam Negeri Madura
untuk Memenuhi Salah satu Persyaratan dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Tarbiyah

OLEH:

AMROLLAH
NIM. 20160701040036

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKUTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MADURA
MEI 2021

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul “Implementasi Kurikulun Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam

Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Puncak

Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan”. yang disusun oleh Amrollah

telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Pamekasan, 26 Maret 2021

Pembimbing

Dr. H. Zainuddin Syarif, M.Ag


NIP. 19720709 200501 1 002

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Implementasi Kurikulun Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam


Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Puncak
Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan”. yang disusun oleh Amrollah
NIM. 20160701040036 telah dipertahankan di depan dewan penguji skripsi dan
dinyatakan lulus pada tanggal 07 Mei 2021

Dewan Penguji :

1 Dr. H. Zainuddin Syarif, M.Ag (Ketua) ( )


.

2 Dr. H. Muhammad Muchlis (Anggota) ( )


. Solichin, M.Ag.

3 Dr. R. Agoes Kamaroellah, M.Si. (Anggota) ( )


.

Mengesahkan,
Dekan FakultasTarbiyah IAIN Madura

iv
Dr. H. ATIQULLAH, S.Ag., M.Pd.
NIP: 197305041999031015

ABSTRAK

Amrollah, 2021, Implementasi Kurikulun Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam


Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren
Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan, Skripsi,
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah, IAIN
Madura, Pembimbing: Dr. H. Zainuddin Syarif, M.Ag.

Kata kunci: Kurikulum Pesantren, Iktisyaf, dan Kitab Kuning.


Kurikulum sebagai salah satu bagian yang terpenting dalam pendidikan di
pesantren, harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan baik, sehingga akan
mencapai tujuan yang diinginkan, Terutama dalam meningkatkan potensi baca
kitab kuning. Khususnya kurikulum pesantren berbasis iktisyaf perlu dirumuskan
dengan matang, mulai dari perencanaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum,
hingga faktor-faktor kurikulum pesantren. Tiga hal tesebut sangat terpengruh
terhadap meningkatnya potensi baca kitab kuning.
Berdasarkan hal tersebut peneliti memfokuskan tiga masalah pertama,
Bagaimana Perencanaan Implementasi Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf?
kedua, Bagaiamana Proses Implementasi Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf
Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Puncak
Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan? Ketiga, Apa Saja Faktor
Pendukung dan Penghambat Implementasi Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf
Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Puncak
Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, Perencanaan Implementasi
Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf dilakukan pada saat rapat yang di hadiri
pengasuh/kiai dan semua pengurus pondok pesantren. Dalam proses perencanaan
ini memfokuskan pada perumusan tujuan metode Iktisyaf, perumusan isi
kurikulum, perumusan tenaga pendidik dan peserta didik, dan perumusan training
of training untuk tenaga pendidik. Kedua, pelaksanaannya terdiri dari placement
test, terintegrasi pada proses pembeljaran, interview sekligus penguatan
pemahaman setiap bulan sekali, dan program tahunan yang di adakan lomba-
lomba sekaligus wisuda Iktisyaf. Ketiga, faktor dalam kurikulum pesantren
berbasis iktisyaf ini ada dua faktor yaitu faktor pendukung seperti adanya tenaga
pendidik yang profesional, adanya dukungan dari masyarakat yang kuat. Dan juga
faktor penghambat seprti kemalasan santri, tenaga pendidik yang tidak
profesional.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha

Esa maha dari segala maha serta yang mengatur dan menciptakan alam semesta

ini, sehingga atas segala limpahan karunia dan nikmatnya akhirnya proposal

skripsi ini dapat diselesaikan.

Shawalat beriring salam semoga selalu tercurah-limpahkan kepada

Baginda Nabi Agung, Nabi akhirus zaman, Nabi Muhammad SAW, yang telah

membawa kedamaian dan rahmat untuk semesta alam, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir yaitu proposal skripsi yang berjudul “Implementasi

Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Meningkatkan Potensi Baca

Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Puncak Darussalam Potoan Daya

Palengaan Pamekasan.”.Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada

semua pihak yang telah membantu, terutama kepada Dosen Pembimbing yaitu

Bapak Dr. H. Zainuddin Syarif, M.Ag demi terselesainya skripsi ini.

Dengan segala kekurangan, kelemahan dan keterbatasan ilmu yang

dimiliki, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, sudilah kiranya para pembaca, terutama dosen penguji untuk

memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Pamekasan, 11 April 2021

Penulis.

Amrollah

vi
NIM. 20160701040036

vii
Daftar isi

HALAMAMAN SAMPUL ......................................................................................................i


HALAMAMAN JUDUL .......................................................................................................Ii
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................................Iiii
ABSTRAK..............................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................................vi
Daftar isi...............................................................................................................................viiii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................1
A. Kontek Penelitian.........................................................................................................1
B. Fokus Penelitian...........................................................................................................9
C. Tujuan Pnenelitian.....................................................................................................10
D. Kegunaan penelitian...................................................................................................11
E. Definisi Istilah............................................................................................................12
F. Kajian Penelitian Terdahulu.......................................................................................13
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................................16
A. Kajian Teoritik...........................................................................................................16
1. Kajian tentang Kurikulum Pesantren......................................................................16
2. Kajian tentang Metode Iktisyaf...............................................................................21
3. Kajian Tentang Kitab Kuning.................................................................................26
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................................29
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.................................................................................30
B. Kehadiran Peneliti......................................................................................................31
C. Lokasi Penelitian........................................................................................................32
D. Sumber Data...............................................................................................................33
E. Prosedur Pengumpulan Data......................................................................................35
1. Observasi....................................................................................................................35
2. Interview (wawancara)...............................................................................................35
3. Dokumentasi..............................................................................................................36
F. Analisis Data..............................................................................................................37
G. Pengecekan Keabsahan Data..................................................................................41
H. Tahap-Tahap Penelitian..........................................................................................45

viii
BAB IVPAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................49
A. Paparan Data..............................................................................................................49
1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Puncak Darussalam......................................49
2. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Puncak Darussalam................................52
3. Waktu/ Jadwal Pelaksanaan Program.....................................................................53
4. Perencanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Menigkatkan
Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Puncak Darussalam Poton
Daya Palengan Pamekasan...................................................................................54
5. Pelaksanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Meningkatkan
Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Puncak Darussalam Potoan
Daya Palengaan Pamekasan.................................................................................57
6. Faktor Pendukung Dan Penghambat Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf
Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren
Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan.....................................61
B.Temuan Penelitian......................................................................................................63
1. Perencanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Menigkatkan
Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Puncak Darussalam Poton
Daya Palengan Pamekasan...................................................................................63
2. Pelaksanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Meningkatkan
Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Puncak Darussalam Potoan
Daya Palengaan Pamekasan.................................................................................63
3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Implementasi Kurikulum Pesantren
Berbasis Iktisyaf Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok
Pesantren Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan.....................64
C.Pembahasan................................................................................................................65
1. Perencanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Menigkatkan
Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Puncak Darussalam Poton
Daya Palengan Pamekasan...................................................................................65
2. Pelaksanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Meningkatkan
Potensi Baca Kitab Kuning di Pondok Pesantren Puncak Darussalam Potoan
Daya Palengaan Pamekasan.................................................................................68
3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Implementasi Kurikulum Pesantren
Berbasis Iktisyaf Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok
Pesantren Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan.....................71
BAB V PENUTUP.........................................................................................................74
A.Kesimpulan................................................................................................................74
B.Saran..........................................................................................................................75
Daftar Rujukan...............................................................................................................77

ix
Lampiran-Lampiran.......................................................................................................81
RIWAYAT HIDUP........................................................................................................96

x
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Kontek Penelitian

Upaya perbaikan pendidikan di pesantren merupakan bagian dari

manajemen kurikulum yang di sesuaikan dan tuntutan perkembangan zaman.1

Maka kurikulum sebagai salah satu bagian terpenting dalam pendidikan

dipesantren, harus dipersiapkan dan dilaksanakan dengan baik, sehingga akan

mencapai hasil yang memuaskan sesuai dengan harapan semua pihak.

Kurikulum disini tidak dimaksudkan dalam pengertian sempit, yaitu kumpulan

data pelajaran atau bahan ajar yang harus dipelajari oleh siswa/santri. Akan

tetapi kurikulum dalam artian yang luas, yaitu pengalaman belajar yang

direncanakan untuk mencapai tujuan pendidikan.2

Di setiap instansi-instansi menggunakan kurikulum bukan sesuatu

yang bisa sekali jadi, maka kurikulum harus bersifat fleksibel, dinamis, dan

dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi pesantren, karakteristik santri,

kondisi social budaya masyarakat, dan dengan memperhatikan kearifan lokal.

Karena itu, tidak ada kurikulum baku, yang ada adalah kurikulum yang selalu

dikembangkan secara terus-menerus dan kontekstual, Kurikulum merupakan

sekumpulan acuan dan perencanaan yang tersusun rapih dalam menjalankan

program pembelajaran berdasarkan kebutuhan guna mencapai tujuan.3

1
Abdurrahman, “Implementasi Managemen Kurikulum Pesantren Berbasis Pendidikan
Karakter”, At-Turas, 2 (Desember 2017), hlm .,280.
2
ElfaTsuroyya, “Manajemen Kurikulum Pesantren Berbasis Madrasah Di MAN 3 Sleman
Yogyakarta”, Jurnal Manajemen pendidikan Islam, 2 (November 2017) hlm., 382.
3
Kholis Tohir, “Kurikulum dan Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren Salafi Di Kec. Kresek
Kab. Tangerang Provensi Banten” Analytica Islamica, 1 (Januari-juni 2017) hlm., 14.

1
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang

harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Kurikulum

Pendidikan klasik lebih menekankan isi pendidikan, yang diambil dari

disiplin-disiplin ilmu, disusun oleh para ahli secara logis, sistematis, dan

berstruktur, berpusat pada segi intelektual. Guru mempunyai peranan yang

sangat besar dan lebih dominan dalam pembelajaran, ia menentukan isi,

metode, dan evaluasi.4

Mengingat penyelenggaraan pendidikan memerlukan kurikulum, maka

nilai-nilai multikultural tersebut harus dijadikan besar dalam perencanaan,

implementasi, dan evaluasi kurikulum suatu lembaga pendidikan baik dalam

bentuk sekolah, madrasah, maupun pesantren.5

Sebagai lembaga pendidikan Islam yang tumbuh dan diakui oleh

masyarakat dengan sistem kepesantrenan atau pondokan hingga santri-

santrinya menerima pendidikan agama islam melalui sistem ajaran-ajaran

klasik (pengajian) atau madrasah yang sepenuhnya dibawah kedaulatan dan

kepemimpinan seorang atau beberapa seorang Kiai dengan ciri khas yang

bersifat karismatik serta independen dalam segala hal, pondok pesantren

tumbuh subur ditanah Indonesia jauh hari dari sebelum Indonesia merdeka.

Pesantren dapat dikatakan sebagai lembaga non formal Islam, karena

keberadaan dalam jalur pendidikan kemasyarakatan memiliki program

pendidikan yang disusun sendiri, dan pada umumnya bebas dari ketentuan

formal.6
4
Herry Widyastono, Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2015), hlm. 13-14.
5
Abdullah Aly, Pendidikan Islam Multikultural Di Pesantren. (Yokyakarta: Pustaka Pelajar,
2011), hlm. 5-6.
6
Ahmad Saifudin, “ Eksistensi Kurikulum Pesantren Dan KebijakanPendidikan”,
JurnalPendidikan Agama Islam, 01 (Mei 2013) hlm., 209.

2
Menurut Nurcholis Madjid mengatakan pesantren/pondokan adalah

lembaga yang merupakan wujud proses perkembangan system pendidikan

nasional. Dari segistoris pesantren tidak hanya identik dengan makna

keislaman, tapi juga mengandung makna keaslian Indonesia (indigenous)7

Usaha untuk mengidentifikasi pesantren dilakukan juga oleh Kafrawi.

Ia mencoba membagi pola pesantren menjadi empat pola, yaitu: Pesantren

pola pertama ialah pesantren yang memiliki unit kegiatan dan elemen berupa

masjid dan rumah kiai. Pesantren ini masih sederhana; kiai mengggunakan

masjid atau rumahnya untuk tempat mengaji, biasanya santri dating dari

daerah sekitarnya, namun pengajian telah diselenggarakan secara kontinyu

dan sistematik. Pesantren pola kedua ini sama dengan pola satu ditambah

adanya pondokan bagi santri. Pesantren pola ketiga sama dengan pola kedua

tetapi ditambah adanya madrasah. Jadi dipesantren pola ketiga ini telah ada

pengajian system klassikal. Sedangkan pesantren keempat ialah pesantren

pola ketiga ditambah adanya unit keterampilan seperti peternakan, kerajinan,

koperasi, sawah, lading, dan lain-lain.8

Pesantren muncul sebagai institusi pendidikan Islam dengan system

berasrama adalah lembaga pendidikan yang mempunyai posisi strategi pada

masyarakat tradisional, khususnya kalangan santri. Posisi tersebut

memungkinkan pesantren menjadi wahana pemberdayaan yang efektif bagi

masyarakat dengan tetap perpijak pada nilai-nilai kurtural yang

melandasinya.9
7
Muhammad Fathurrahmandkk, Implementasi manajemen peningkatan mutu pendidikan islam,
(Yogyakarta: Teras, 2012), hlm, 235.
8
Ahmad Tafsir, Ilmu pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT RemajaRosdakarya,
2014), hlm, 193.
9
Husmiaty Hasyim, ”Tranformasi Pendidikan Islam (Kontek Pendidikan Pondok Pesantren)”
Jurnal Pendidikan Agama Islam Ta’lim, 1 (2015) hlm., 58

3
Saat ini pesantren telah mengalami perkembangan luar biasa dengan

variasi yang sangat beragam. Bahkan beberapa pesantren telah muncul sebuah

“kampus mercusuar” yang memiliki berbagai kelengkapan fasilitas untuk

membangun potensi-potensi santri, tidak hanya segi akhlak, nilai, intelek, dan

spirirituslitas, tetapi juga atribut-atribut fisik dan material. Meskipun tetap

mempertahankan ciri khas dan keaslian isi (curriculum content) yang sudah

ada, misalnya sorogan dan bandongan, kebanyakan pesantren mengadopsi

sistem persekolahan yang klasikal-formal.10

Ciri umum yang dapat diketahui adalah pesantren memiliki kultur khas

yang berbeda dengan budaya sekitarnya. Beberapa peneliti menyebut sebagai

sebuah sub kultur yang bersifat indiosyncratic. Cara pengajiannya pun unik.

Sang kiai, yang biasanya adalah pendiri sekaligus pemiliki pesantren,

membacakan manuskrip (kitab kuning) keagamaan klasik berbahasa Arab,

sementara para santri mendengarkan sambil memberi catatan pada kitab yang

sedang dibaca. Metode ini disebut bandongan atau layanan kolektif (collective

learning process). Selain itu, para santri juga ditugaskan membaca kitab

kuning, sementara kiai atau ustad yang sudah menyimak sambil mengoreksi

dan mengevaluasi bacaan dan performance seorang santri. Metode ini dikenal

dengan istilah sorogan atau layanan individual (individual learning process).

Kegiatan belajar mengajar diatas berlangsung tanpa perjenjangan kelas dan

kurikulum yang ketat, dan biasanya dengan memisahkan jenis kelamin

siswa.11

10
Sulthon Masyhud, dkk, Manajemen Pondok Pesantren, (Jakarta: Diva Pustaka, 2003), hlm, iv
11
Ibid., hlm, 3.

4
Pendidikan pesantren termasuk jenis pendidikan keagamaan.

Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang sedemikian rupa

menyiapkan peserta didik atau santri untuk menjalankan perannya sebagai

warga Negara dengan dasar penguasaan pengetahuan khusus ajaran agama

yang bersangkutan (UU No. 20/2003: pasal 11 ayat 6). Perarturan Pemerintah

Republik Indonesia No 55 tahun 2007 tentang pendidikan agama dan

keagamaan pasal 14 menyatakan bahwa pendidikan keagamaan Islam dapat

berbentuk pendidikan diniyah dan pesantren. Ayat 3 peraturan pemerintah

tersebut bahwa pesantren menyelenggarakan satu atau berbagai satuan dan

atau program pendidikan pada jalur formal, non-formal, informal. Artinya

pendidikan pesantren dapat mengintegrasikan program pada jalur formal, non-

formal, dan informal.12

Selain kontribusi pesantren dalam tiap fase sejarah yang luar biasa,

pesantren juga telah membentuk sebuah sub kultur unik dan eksotik yang

sama sekali berbeda dengan lembaga pendidikan pada umumnya karena

keindonesiaannya, sebuah sub kultur yang kaya akan nilai-nilai keadaban,

nilai-nilai cultural dan khazanah intelektual islam yang termanifestasikan

dalam warisan literature klasik (kitab kuning) yang menjadi tradisi

keilmuannya. 13

Pesantren dituntut untuk membuat program percepatan baca kitab

kuning, harapannya semua santri yang mondok setelah lulus bisa membaca

kitab kuning. “Sebenarnya program akselerasi ini diadakan. Karena, kami

melihat daridulu-dulu cara pelajar santri dalam mempelajari kitab kuning


12
Lailial Muhtifah, “Pola Pengembangan Kurikulum Pesantren”, np, 2 (2012) hlm., 204.
13
Dhevin M.QAgus P.W, “Manajemen Pondok pesantren Dalam mengintegrasikan Kurikulum
Pesantren Dengan Pendidikan Formal”, Edu-Islamika, 2 (September 2013) hlm., 191.

5
hanya itu-itu saja, menggunakan metode klasikal masal, sehingga

membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk bisa baca kitab kuning.

Disampingitu, santri sekarang rata-rata mondoknya hanya sekitar tiga tahun,

sehingga kalau tidak ditunjang dengan metode percepatan maka akan banyak

santri yang tidak bisa baca kitab. Maka dari itu kami berinisiatif mengadakan

program yang sekiranya bisa membuat belajar santri dalam bidang baca kitab

kuning menjadi lebih singkat. 14

Hal yang membedakan kitab kuning dari yang lainnya adalah metode

pembelajarannya. Sudah dikenal bahwa ada dua metode yang berkembang

dilingkungan pesantren maupun madrasah untuk mempelajari kitab kuning:

adalah metode sorogan dan metode bandongan. Pada cara pertama,

siswa/santri membacakan kitab kuning dihadapan kiai/ustadz yang langsung

menyaksikan keabsahan bacaan siswa/santri, baik dalam konteks makna

maupun bahasa (nahw dan sharf). Sementara itu, pada cara kedua siswa/santri

secara kolektif mendengarkan bacaan dan penjelasan kiai/ustad sambil

masing-masing memberikan catatan pada kitabnya.

Kitab-kitab klassik (kitab kuning) yang diajarkan dipesantren, Dhofier

menggolongkan kedalam 8 kelompok jenis pengetahuan: 1. Nahwu dan

shorof; 2. Fiqih; 3. Ushulfiqih; 4. Hadis; 5. Tafsir; 6. Tauhid; 7. Tasawuf dan

etika, dan 8. Cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah. Kitab-kitab ini

di golongkan tiga tingkatan: 1. Kitab dasar; 2. Kitab menengah, dan 3. Kitab

tingkat tinggi. 15

14
Walid Habibi dkk, “Program Akselerasi Baca Kitab Kuning Di majelis Musyawarah
Kutubuddiyah (M2KD) PP .MembaulUlum Bata-Bata Ds. PanaanKec. Palengaan Kab.
Pamekasan”, Jurnal Pendidikan Dan Manajemen Islam, 2 (Desember 2017) hlm., 687.
15
Abd Muin M, “Kitab Kuning Dan Madrasah: Studi Pada Pondok Pesantren Lombok Barat”,
Edukasi, 1 (Januari-April 2014) hlm., 101.

6
Selain standardisasi kajian kitab kuning yang menjadi ciri khas pondok

pesantren juga penguasaan kitab kuning sebagai kajian yang khas

memunculkan standardisasi bagi tingkat/level dalam proses pembelajaran

pada pondok pesantren itu sendiri, seperti tingkatan ula, wustho, maupun

‘ulya atau bahkan pada tingkatan ma’had ‘aly. Tigkatan kitab kuning yang

dipelajari adalah untuk menentukan tingkatan kelas atau tingkatan madrasah

tersebut. Meskipun demikian, tetap saja bahwa penampilan kitab kuning

banyak tergantung kepada kiai dan guru yang mengajarkannya, sehingga

penentuan standar pada aspek kajian kitab kuning yang diajarkan masih tetap

berada pada lingkup pondok pesantren itu sendiri yang memiliki perbedaan

antara satu pondok pesantren dengan pondok pesantren lainnya.16.

Metode pendidikan pondok pesantren ada beberapa metode

pembelajaran yang digunakan beberapa pondok pesantren untuk mendalami

kitab-kitab kuning yaitu: 1). Metode Sorogan 2). Metode Bandongan

3).Metode Mudzakarah 4). Metode Muhawarah atau Muhadatsah 5). Metode

MajelisTa’lim.17

Pondok Pesantren Puncak Darussalam merupakan pondok pesantren

yang didirikan oleh Kiai Abd Hanan Tibyan yang mana sekarang sudah mulai

berkembang dan pada tahun ketahun santri terus bertambah menjadi sekitar

400 lebih, dengan banyaknya santri yang terus bertambah setiap tahunnya

maka perlunya santri diberikan suatu ilmu yang memadai hingga bisa

mengembangkan kemampuan santri dalam belajar terutama dalam baca kitab

16
Mulyana Mudis Taruna, “Standardisasi Penguasaan Kitab kuning Dipondok Pesantren Nurul
Hakim Nusa Tenggara Barat”, Analisa, 1 (Januari-Juni 2012) hlm., 108.
17
Moh. Tasi’ulJabbar, dkk, “Upaya Kiyai Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab
Kuning”, Edudeena, 1 (Februari 2017) hlm. 47-48.

7
kuning yang mana yang telah dijadikan patokan atau sumber utama menggali

ilmu dalam pembelajaran agama islam yang mengkaji tentang tafsir alQur’an

dan hadis dan kitab lainnya, dan di pesantren ini belajarnya lebih domain

melalui kitab kuning klasik. Dan sebagai bekal pada masa pengabdian

terhadap masyarakat yang mana pondok pesantren ini ketika lulusan

MA/SMA santri di wajibkan terjun kemasyarakat yang disebut dengan

pengabdian (Tugasan dalam bahasa madura) selama satu tahun dengan tujuan

Berdakwah sekaligus mengaplikasikan apa yang didapat selama ia di pondok

pesantren.

Dalam membaca dan memahami kitap kuning tidak lah mudah, seperti

yang dikatakan santri yang pernah mondok di Pesantren Puncak Darussalam

mengatakan bahwa untuk bisa membaca dan memahami kitab kuning tidak

hanya butuh waktu sedikit melainkan butuh jangka waktu panjang terkadang

ada santri rata-rata mondok tiga tahun masih belum bisa baca kitab kuning

apalagi memahami isi dari kitab kuning itu sendiri. 18 Jadi kemungkinan besar

kemampuan santri dalam membaca dan memahami kitab kuning masih minim

disebabkan kurikulum dalam pembelajarannya menggunakan penerapan

metode yang tanpa ada pembaruan yang hanya itu- itu saja seperti metode

bandongan dan sorogan. Maka dari itu Pondok Pesantren Puncak Darussalam

ingin membenahi semua permasalah yang terjadi diatas dengan menerapkan

program kurikulum berbasis iktisyaf. Pondok Pesantren Puncak Darussalam

salah satu pesantren yg telah melalakuan pembaruan kurikulum sehingga

menciptakan salah satu metode baru yang disebut dengan metode iktisyaf.

18
Khoirul Anam, Santri Pondok Pesantren Puncak Darussalam, Wawancara langsung (03 Maret
2020)

8
metode ini sangat membantu dan lebih mudah serta cepat menyerap terhadap

santri dalam belajar memahami baca kitab kuning. Bahkan sebagian lembaga

lain sudah menerapkan metode iktisyaf ini karena dengan metode ini lebih

efektif dan efisien dalam memahami baca kitab kuning Klasik. Dengan

metode iktisyaf dalam pembelajaran kitab kuning klassik ini telah mampu

mencetak berbagai generasi dari alumni yang mumtaz dan berdedikasi.

Khususnya dalam membaca kitab kuning.

Dengan kenyataan diatas, penulis sangat tertarik dan berinisiatif untuk

menyusun penelitian dengan judul “Implementasi Kurikulum Pesantren

Berbasis Iktisyaf Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di

Pondok Pesantren Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan

Pamekasan”.

B. Fokus Penelitian
Berpijak pada latar belakang yang telah dikemukakan penulis maka

rumusan masalah ini perlu untuk dikemukakan pula. Adapun rumusan yang

telah dirumuskan adalah sebagai berikut

1. Bagaimana Perencanaan Implementasi Kurikulum Pesantren Berbasis

Iktisyaf?

2. Bagaiamana Proses Implementasi Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf

Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan?

3. Apa Saja Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kurikulum

Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab

9
Kuning Di Pondok Pesantren Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan

Pamekasan?

C. Tujuan Pnenelitian
Dalam setiap penelitian tentunya ada tujuan yang ingin dicapai yang

merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu penelitian, sebab tanpa

adanya tujuan tidak mungkin suatu penelitian tersebut akan tercapai terhadap

apa yang akan ditelitinya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk

1. Untuk Mengetahui Perencanaan Implementasi Kurikulum Pesantren

Berbasis Iktisyaf.

2. Untuk Mengetahui Proses Implementasi Kurikulum Pesantren Berbasis

Iktisyaf Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok

Pesantren Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan.

3. Untuk Mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi

Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Meningkatkan Potensi Baca

Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Puncak Darussalam Potoan Daya

Palengaan Pamekasan.

D. Kegunaan penelitian
Kegunaan penelitian ada dua yaitu; kegunaan ilmiah dan kegunaan

sosial. Secara ilmiah penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

yang positif bagi pengembangan kajian Implementasi Kurikulum Pesantren

Berbasis Iktisyaf Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok

Pesantren Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan.

Secara sosial penelitian bisa berguna bagi semua kalangan terutama

bagi semua komponen yang ada di Pondok Pesantren Puncak Darussalam.

10
Dalam penelitan ini mempunyai dua manfaat atau kegunaan yakni manfaat

atau kegunaan secara teoritis dan manfaat atau kegunaan secara praktis antara

lain sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi media untuk

mempertajam daya kritis terhadap teori-teori pendidikan serta berusahan

mengembangkan teori tersebut.

2. Kegunaan Praktis

Dalam setiap pekerjaan apapun pastinya mempunyai sebuah tujuan.

Adapun tujuan secara praktis dilakukannya penelitian ini adala sebagai

berikut:

3. Bagi Institut Agama Islam Negeri Madura

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa

dan mahasiswi dalam proses pengayaan keilmuan dan dapat dijadikan sebagai

rujukan dalam penelitian khususya dalam dunia Manajemen Pendidikan Islam,

serta sebagai sumbangan pemikiran sekaligus kontribusi literatur bagi

perpustakaan.

4. Bagi Pondok Pesantren Puncak Darussalam Potoan Daya Palangaan

Pamekasan.

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan peningkatan terhadap

potensi baca kitab kuning untuk santri/peserta didik di Pondok Pesantren

Puncak Darussalam Potoan Daya Palangaan Pamekasan dan menjadi bahan

pertimbangan serta sumbangan pemikiran bagi pihak Pondok tersebut.

5. Bagi Peneliti

11
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan

pemikiran kepada peneliti selanjutnya di Pondok Pesntren Puncak Darussalam

Potoan Daya Palangaan Pamekasan untuk menghasilkan penelitian yang lebih

sempurna.

E. Definisi Istilah

Agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam penafsiran dan anggapan

yang tidak diinginkan, maka penulis merasa perlu untuk memberikan

penjelasan tentang judul dalam penulisan skripsi ini. Berikut penjelasan

tentang arti kata dalam skripsi ini:

1. Kurikulum pesantren adalah salah satu komponen utama yang digunakan

sebagai acuan untuk menentukan isi pengajaran, pengarahan proses

mekanisme pendidikan/ suatu cara untuk menyusun kerangka

pembelajaran di pondok pesantren untuk mencapai pembelajaran yang

baik.

2. Iktisyaf adalah sebuah metode atau salah satu cara dalam memahami kitab

kuning dengan praktis dan cepat yang diterapkan di Pondok Pesantren

Puncak Darussalam. Yang seringkali disebut Metode Iktisyaf.

3. Kitab kuning adalah salah satu kitab klassik atau kitab gundul. Istilah kitab

kuning itu sendiri adalah istilah dari tranformasi budaya madura yang

mengasumsikan sebuah kitab klasik yang berwarna kuning, sehingga di

asumsikan bahwa kitab klasik tersebut adalah kitab kuning. Seperti kitab

taksrif, amsilatiattasyrif, imriti, tafsir jallain, jurmiyah, dan lain

sebagainya.

12
F. Kajian Penelitian Terdahulu

Tujuan penelitian terdahulu adalah untuk memberikan kerangka

kajian emperis dan kajian teoritis terhadap permasalahn sebagai dasar untuk

mengadakan pendekatan terhadap masalah yang dihadapi, serta dipergunakan

sebagai pedoman pemecahan masalah. Berdasarkan tema di atas, maka

terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan, antara lain:

1. Skripsi Binti Fatatin Azizah, pada tahun 2008 dengan judul “Upaya

Peningkatan Kualitas Membaca Kitab Kuning Melalui Pembelajaran

Bahasa Arab Di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Probolinggo”. 19 Jurusan

Pendidikan Agama Islam Faultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri

(UIN) Malang. Dapat disimpulkan dalam meningkatkan kualitas membaca

kitab kuning di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Besuk yaitu mengikuti

Kurikulum Depag, selain itu ustadz juga menambahkan materi atau

metode lain sebagai penunjang untuk mencapai pemahaman tentang

pembacaan kitab kuning seperti materi amstilati dengan kitab ini para

santri dapat memahami kitab kuning dengan cepat karena sistem atau

metodenya yang begitu mudah dipahami yaitu dengan melagukan atau

melafalkan dengan nadhoman bersama sehingga dapat memberikan dan

menumbuhkan semangat para santri untuk mempelajari kitab kuning.

Dengan mengunakan kitab amstilati yang dikarang oleh H. Taufiqul hakim

beliau mengharapkan agar para santri yang mempelajari dan memahami

kitab kuning dengan mudah tanpa merasa kesulitan dalam memahami

nahwu sharrf serta lebih mendalam dipahami dan cepat oleh para santri.
19
Binti Fatatin Azizah, “Upaya Peningkatan Kualitas Membaca Kitab Kuning Melalui
Pembelajaran Bahasa Arab Di Pondok Pesantren Bahrul Ulum Probolinggo”, (Skripsi Ma,
Universitas Islam Negeri, Probolinggo, 2008)

13
2. Skripsi Wahed, pada tahun 2014 dengan judul “ Efektifitas Cara

Memahami Kitab Kuning Melalui Metode Iktisyaf Di SMP Puncak

Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan”.20 Jurusan Pendidikan

Islam, Sekolah Agama Islam (STAI) Al-Khairat Pamekasan. dapat

disimpulkan bahwasanya pelaksanaan sistem pembelajaran kitab kuning

dilembaga puncak Darussalam Melalui metode Iktisyaf sangat efektif dan

berjalan sesuai dengan diharapkan, dibuktikan dengan berbagai prestasi-

prestasi yang dimiliki siswa terutama dalam membaca dan menguasai

kitab kuning. Sedangkan metode pembelajaran kitab yang dipakai didalam

kelas-kelas melip4uti metode Iktisyaf.

Melihat penelitian sebelumnya oleh Binti Fatatin Azizah dan

Wahed. Hal ini merupakan suatu penelitian yang sama-sama dalam

meneliti tentang kualitas membaca kitab kuning, Hanya saja metode yang

diterapkan dalam meningkatkan kualitas baca kitab kuning ini berbeda.

Berbedaan dari metodenya melalui Bahasa Arab dan Iktisyaf. Metode yang

melalui Bahasa Arab ini mengikuti Kurikulum Depag, sedang metode

melalui Iktisyaf ini mengikuti Kurikulum pesantren itu sendiri atau

kebijakan pengasuh/kiai.

Dan dari kedua penelitian diatas penulis dapat memberi

kesimpulan bahwa dalam meningkatkan potensi baca kitab kuning

tergantung bagaimana Kurikulum Pesantren menerapkannya karena

setiap pondok pesantren memiliki ciri khas metode sebagai penunjang

pembelajaran tentang kitab kuning seperti metode iktisyat yang hanya

20
Wahed, “ Efektifitas Cara Memahami Kitab Kuning....

14
diterapkan di pondok pesantren puncak Darussalam sekaligus pencetus

metode iktisyaf itu sendiri.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Kajian tentang Kurikulum Pesantren

a. Pengertian kurikulum pesantren

Pada lembaga pendidikan formal atau nonformal kurikulum

adalah salah satu bagian utama yang digunakan sebagai barometer

menentukan isi pengajaran, mengarahkan proses mekanisme pendidikan,

15
serta tolok ukur keberhasilan dan kualitas hasil pendidikan. Oleh karena

itu keberadaan kurikulum dalam sebuah lembaga pendidikan maupun

pendidikan pesantren sangat penting.

Dalam konteks pendidikan di pondok pesantren seperti

yang diungkapkan oleh Nurcholis Madjid bahwa istilah kurikulum tidak

terkenal di dunia pesantren (masa pra kemerdekaan), walaupun

sebenarnya materi pendidikan sudah ada didalam pesantren, terutama

pada praktek pengajran bimbingan rohani dan latihan kecakapan hidup

di pesantren. Oleh karena itu, kebanyakan pesantren tidak merumuskan

dasar dan tujuan pesantren secara eksplisit atau

mengimplementasikannya dalam kurikulum. Di samping itu tujuan

pendidikan pesantren sering hanya ditentukan oleh kebijakan kyai,

sesuai dengan perkembangan pesantren tersebut.21

Sebagaimana disinggung diatas bahwa kurikulum merupakan

salah satu komponen atau instrument dari suatu lembaga pendidikan,

termasuk pendidikan pesantren. Kurikulum merupakan pengantar

materi yang dianggap efektif dan efisien dalam menyampaikan misi dan

pengoptimalisasian sumber daya manusia (santri). Dalam upaya

mencapai tujuan pendidikan sebagaimana tujuan didirikannya pesantren

yaitu mempersiapkan para santri untuk menjadi orang alim dalam ilmu

agama yang diajarkan oleh kyai yang bersangkutan serta

mengamalkannya dalam masyarakat.

21
Kholid Junaidi, ”Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Di indonesia”, Jurnal Pendidikan
Islam, 01 (Juli-Desesmber 2016), hlm. 104.

16
Tentang kurikulum itu sendiri banyak ahli yang

mendefinisikan kurikulum ini, ada yang mengandung makna luas dan

ada yang mengandung makna terbatas. Nasution mengemukakan

pandangannya bahwa kurikulum adalah sesuatu yang direncanakan

sebagai pegangan guna mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum

sebagai wahana belajar mengajar yang dinamis sehingga perlu dinilai

dan dikembangkan secara terus menerus dan berkelanjutan sesua

dengan perkembangan yang ada dalam masyarakat. Kurikulum yang

dikembangkan di pesantren dapat dibedakan menjadi dua jenis sesuai

dengan jenis pola pesantren itu sendiri, yaitu:

a). Pesantren Salaf (tradisional); kurikulum pesantren salaf yang

statusnya sebagai lembaga pendidikan non-formal hanya

mempelajari kitab-kitab klasik yang meliputi: Tauhid, tafsir,

hadis, ushul fiqh, tasawuf, bahasa arab (Nahwu, sharaf,

balaghah dan tajwid), mantik, akhlak. Pelaksanaan kurikulum

pesantren ini berdasarkan kemudahan dan kompleksitas ilmu atau

masalah yang dibahas dalam kitab. Jadi ada tingkat awal,

menengah dan tingkat lanjutan

b). Pesantren Modern; Pesantren jenis ini yang mengkombinasikan

antara pesantren salaf dan juga model pendidikan formal dengan

mendirikan satuan pendidikan semacam SD/MI,SMP/MTs,

SMA/SMK/MA bahkan sampai pada perguruan tinggi.

Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum pesantren salaf

yang diadaptasikan dengan kurikulum pendidikan islam yang

17
disponsori oleh Departemen Agama dalam sekolah (Madrasah).

Sedangkan kurikulum khusus pesantren dialokasikan dalam

muatan lokal atau mungkin diterapkan melalui kebijaksanaan

sendiri. Gambaran kurikulum lainnya adalah pada pembagian

waktu belajar, yaitu mereka belajar keilmuan sesuai dengan

kurikulum yang ada di perguruan tinggi (madrasah) pada waktu

kuliah. Sedangkan waktu selebihnya dengan jam pelajaran yang

padat dari pagi sampai malam untuk mengkaji keilmuan islam

khas pesantren (pengajian kitab kuning klasik).22

Jadi Kurikulum pesantren “salaf” yang statusnya sebagai lembaga

pendidikan non-formal hanya mempelajari kitab-kitab klasik

yang meliputi: Tauhid, Tafsir, Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh,

Tasawwuf, Bahasa Arab (Nahwu, Sharaf, Balaghah dan Tajwid),

Mantiq dan Akhlak. Pelaksanaan kurikulum pendidikan pesantren

ini berdasarkan kemudahan dan kompleksitas ilmu atau masalah

yang dibahas dalam kitab; sehingga dikenal tingkat awal (ula),

menengah (wustha) dan tingkat lanjutan („ulya). Gambaran

naskah agama yang harus dibaca dan dipelajari oleh santri,

menurut Zamakhsyari Dhofier mencakup kelompok “Nahwu dan

Sharaf, Ushul Fiqh, Hadits, Tafsir, Tauhid, Tasawwuf, cabang-

cabang yang lain seperti Tarikh dan Balaghah”120. Itulah

gambaran sekilas isi kurikulum pesantren “salafi”, yang

22
Ibid., hlm. 105-106.

18
umumnya keilmuan Islam digali dari kitab-kitab klasik, dan

pemberian keterampilan yang bersifat pragmatis dan sederhana.23

b. Tujuan kurikulum pesantren

kiai mendirikan pesantren dengan segala upaya dan jerih

payahnya sendiri. Sehingga jika dalam penentuan tujuan kurikulum

secara intuitif adalah kekhasan tersendiri dalam dunia pesantren. Secara

rinci tujuan pendidikan pesantren meliputi meninggikan budi pekerti,

melatih dan mempertinggi semangat, menghargai nilai-nilai spiritual dan

kemanusiaan, mengajarkan tingkah-laku yang jujur dan bermoral, dan

mempersiapkan para santri untuk hidup sederhana dan bersih hati. Dan

hal yang perlu ditegaskan bahwa tujuan pesantren bukanlah untuk

mengejar kepentingan kekuasaan, uang dan keagungan duniawi,

melainkan ditanamkan bahwa belajar semata-mata adalah kewajiban dan

pengabdian kepada Tuhan.24

c. Materi kurikulum pesantren

Materi yang diajarkan di pesantren adalah materi yang bersumber

pada kitab klasik. Kitab klasik yang diajarkan pesantren digolongkan ke

dalam delapan kelompok, yaitu :

1) Nahwu dan sharaf

2) Fiqh

3) Ushul Fiqh

4) Hadits

23
St. Mau’izatul Hasanah, “Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren Salafiyah Penyelenggara
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun Di Kabupaten Barito Kuala”, (Tesis Ma, Institut
Agama Islam Negeri, Antasari, 2012), hlm. 61.
24
Abdurrahman , “Implementasi Manajemen Kurikulum… hlm.,283.

19
5) Tafsir

6) Tauhid

7) Tasawuf

8) Akhlak

9) Sejarah

10) Balaghah25

d. Langkah-langkah pengembangan kurikulum pesantren

Dalam garis besarnya kurikulum pesantren dapat dikembangkan

melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1) Melakukan kajian kebutuhan untuk memperoleh faktor-faktor

penentu kurikulum serta latar belakangnya. Kegiatan ini

berupaya untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan:

a) Apakah kurikulum yang akan dikembangkan?

b) Apakah faktor_faktor yang utama yang mempengaruhi

kurikulum itu?

c) Apa, kepada siapa, apa sebab, bagaimana organisasi bahan

yang akan diajarkan?

2) Menetukan mata pelajaran yang akan diajarkan

3) Merumuskan tujuan pembeljaran

4) Menentukan hasil belajar yang diharapkan dari siswa dalam tiap

mata pelajaran

5) Menentukan topik-topik tiap-tiap mata pelajaran

6) Menentukan syarat-syarat yang dituntut dari siswa

7) Menentukan bahan yang harus dibaca siswa


25
Ibid., hlm 284.

20
8) Menentukan strategi mengajar yang serasi serta mediakan

berbagai sumber/alat peraga proses belajar mengajar

9) Menetunkan alat evaluasi hasil belajar siswa serta skala

penilaiannya

10) Membuat rancangan rencana penilaian kurikulum secara

keseluruhan dan strategi perbaikannya.26

2. Kajian tentang Metode Iktisyaf

a. Pengertian Metode Iktisyaf

Metode dipahami sebagai cara-cara yang ditempuh untuk

menyampaikan ajaran yang diberikan. Dalam konteks kitab kuning

dipesantren, ajaran itu adalah apa yang termaktub dalam kitab kitab

kuning. Melalui metode tertentu, suatu pemahaman atas teks-teks

pelajaran dapat dicapai. Seperti halnya metode yang diterpkan di

pondok pesantren Puncak Darussalam ini dengan menggunakan metode

iktisyaf. Dikatakan oleh pendiri pondok tersebut (Tibyan) sekaligus

pencetus metode iktisyaf ialah sebuah metode atau cara-cara dalam

mempercepat memahami materi pembelajaran khususnya kitab kuning

“klasik”.27 Dan juga metode iktisyaf ini adalah metode akselerasi

percepatan membaca kitab kuning yang didalamnya terpadu tiga kitab

yang pertama Fathul Qorib Al Mujib yang kedua Amsilatuttasrif yang

ketiga adalah kitab Imriti.

b. Macama-macam metode pembelajaran tradisional

26
Sulthon dkk, Manajemen Pondok Pesantren...... hlm 79-81.
27
Wahed, “Efektifitas Cara Memahami Kitab Kuning Melalui Metode Iktisyaf Di SMP Puncak
Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan”, (Skripsi Ma, Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI), Al-Khairat, 2014), hlm. 11.

21
Metode tradisional adalah metode pembelajaran yang

diselenggarakan kebiasaan yang telah lama dilaksanakan pada pesantren

atau dapat juga disebut pula sebagai metode pembelajaran asli (original)

pondok pesantren. Berikut ini beberapa metode pembelajaran tradisional

yang menjadi ciri utama dalam pembelajaran sebagai berikut:

1) Metode iktisyaf. Metode iktisyaf berasal dari kata sorog (bahasa

jawa) yang berarti menyodorkan. Sistem iktisyaf ini termasuk belajar

secara individu dimana seorang santri berhadapan dengan seorang

guru dan terjadi interaksi saling mengenl diantara keduanya. Sistem

iktisyaf ini terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang

santri yang bercita-cita menjadi alim.

2) Metode wetonan (bandongan). Metode wetonan istilah weton ini

berasal dari kata waktu (bahasa jawa) yang berarti waktu sebab

pengajian tersebut diberikan waktu tertentu yaitu sebelum dan atau

sesudah melakukan sholat fardu. Metode ini dilakukan oleh seorang

kiai atau ustadz terhadap kelompok santri untuk mendengarkan atau

menyimak apa yang disampaikan oleh kiai atau ustadz serta santri

mencatat bacaan kitab kuning yang diterjemahkan dan diterangkan

oleh kiai atau ustadz yang mengulas teks kitab berbahasa arab tanpa

harkat ( kitab kuning/gundul).

3) Metode Musyawaroh. Metode musyawaroh atau dalam istilah lain

bahsul masail merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip

dengan diskusi atau seminar. Beberapa orang santri dengan jumlah

tertentu membentuk halakoh yang dipimpin langsung oleh kiai atau

22
ustadz atau mungkin juga santri senior untuk membahas atau

mengkaji suatu persoalan yang telah ditentukan sebelumnya.

4) Metode pengajian pasaran, adalah kegiatan belajar para santri

melalui pengajian santri (kitab) tertentu pada seorang kiai atau ustadz

yang dilakukan oleh kelompok santri dalam kegiatan yang terus

menerus (maraton) selama tenggang waktu tertentu. pada umumnya

dilakukan pada bulan ramadhan selama setengah bulan, 20 hari atau

terkadang satu bulan penuh. Tergantung pada kitab yang di kaji.

Metode ini titik beratnya pada pembacaan bukan pada pemahaman

dengan target utamanya adalah “ selesai”

5) Metode Hafalan (Muhafhadhoh). Metode hafalan ini kegiatan belajar

santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu dibawah bimbingan

dan pengawasan kiai atau ustadz. Hafalan ini merupakan menghafal

bacaan-bacaan diberikan pada santri dengan jangka waktu tertentu.

materi pembelajaran degan metode hafalan umumnya berkenaan

dengan Al-Qur’an nazham-nazham untuk nahwu dan sorrof, tajwid

ataupun teks-teks nahwu sorrof dan fiqih.

6) Metode demontrasi atau praktek ibadah,. Metode demontrasi adalah

cara pembelajaran yang dilakukan dengan memperagakan

(mendemontrasikan) suatu keterampilan dalam hal pelaksanaan

ibadah tertentu yang dilakukan perorangan maupun kelompok

dibawah petunjuk dan bimbingan kiai atau ustadz.28

c. Sistem Pembelajaran Metode Iktisyaf

28
Ibid, hlm. 17-19.

23
Sistem yang terapkan didalam metode iktisyaf adalah

sistem tutorial kelompok-kelompok yang dipandu oleh asatid. Satu

kelompok dibimbing oleh satu asatid. Ustadz yang sudah profesional

memegang 20 santri sedangkan ustadz yang baru belajar mengajar

(belajar) memegang antara lima sampai sepuluh santri. Cara

penyampaian metode iktisyaf yang pertama ustad membacakan,

santri memberi syakal yang kedua memberi makna sampai mereka

hafal karena penekanan dalam metode iktisyaf harus hafal, kemudian

dibaca bersama. Yang ketiga menentukan kedudukan setiap kalimat

secara nahwiyah beserta dalil yang diambil dari kitab imriti, yang

keempat menentukan bentuk kalimat secara sorfiah. Setelah para

santri menerima empat pembelajaran tersebut di atas, tutor memberi

soal yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan dan

ditanyakan kepada setiap individu.29

d. Langkah-langkah Penerapan Metode Iktisyaf

Metode iktisyaf ini sebagaimana dikutip di atas adalah

sebuah metode didalam mempercepat memahami kitab kuning atau

klasik dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Maharotul Qiroah, dimana dalam qiroah ini santri diajak untuk

mengulas dan membaca secara bersama-sama sampai fasih.

2) Pemaknaan, dimana dalam langkah ini kiyai atau ustad

memberikan pemaknaan pada setiap kata dalam kalimat.

29
Lukman dan fatihkul Amin, “ perkembangan pondok pesantren puncak darussalam tahun 2005-
2013” , Jurnal Program Studi Sejarah STKIP PGRI Sidoarjo, 02 (september 2014), hlm.260.

24
3) Pemahaman nahwu dan sorrof, dimana kiyai atau ustad dalam hal

ini menerangkan dan menjelaskan tabel sesuai dalam kitab.

4) Penugasan, dimana penugasan ini kiai atau ustad memberikan

tugas untuk ditelaah kembali dan disetorkan kembali

dipertemuan selanjutnya dengan cara menjelaskan dan menghafal

materi yang ditugaskan sebelumnya.30

3. Kajian Tentang Kitab Kuning

a) Pengertian Kitab Kuning

Salah satu ciri utama pesantren yang membedakan dengan

lembaga pendidikan Islam lainnya adalah adanya pengajaran kitab-kitab

klasik (kitab kuning) sebagai kurikulumnya. Kitab kuning dapat

dikatakan menempati posisi yang istimewa dalam tubuh kurikulum di

pesantren. Dari segi materi, secara umum isi kitab kuning yang dijadikan

rujukan sebagai kurikulum pesantren dapat dikelompokkan menjadi dua.

Pertama, kelompok ajaran dasar sebagaimana terdapat pada al-Qur’an

dan al-Hadits, sedang ajaran yang timbul sebagai hasil penafsiran para

ulama-ulama Islam terhadap ajaran-ajaran dasar yang ada dalam al-

Qur’an dan al-Hadis tersebut. Kedua, kelompok kitab kuning yang tidak

termasuk kelompok ajaran agama Islam, tetapi kajian yang masuk ke

dalam Islam sebagai hasil perkembangan Islam dalam sejarah, seperti

kitab yang membahas lembaga-lembaga kemasyarakatan, kebudayaan,

dan metode keilmuan.31

30
Wahed, Efektifitas Memehami Kitab...... hlm. 19.
31
Abdurrahman, “Implementasi Manajemen Kurikulum… hlm,287.

25
Pengertian kitab kuning cukup beragam, di antaranya

menurut Pengasuh Pesantren Hikmatusysyarief TGH. Zahid Syarief,

kitab kuning merupakan kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab yang

tidak berbaris (gundul) dan ditulis oleh ulama/ kyai besar yang

menguasai secara mendalam ilmu-ilmu agama Islam dan menjadi

panutan (tauladan) masyarakat dalam berbagai aspek kehidupannya.32

Menurut Azra, kitab kuning pada umumnya dipahami sebagai

kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab, menggunakan aksara Arab, yang

dihasilkan oleh para ‘ulama dan pemikir Muslim lainnya di masa

lampau-khususnya yang berasal dari Timur Tengah. Dalam pengertian

yang luas, kitab kuning sebagai kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab,

Melayu atau Jawa atau bahasa-bahasa lokal lain di Indonesia dengan

menggunakan aksara Arab, yang selain ditulis oleh ‘ulama di Timur

Tengah, juga ditulis oleh’ulama Indonesia sendiri.33

Jadi Pesantren dan kitab kuning adalah dua sisi yang tak

terpisahkan dalam keping pendidikan Islam di Indonesia. Sejak sejarah

awal berdirinya, pesantren tidak dapat dipisahkan dari literatur kitab

buah pemikiran para ulama salaf yang dimulai sekitar abad ke-9 itu.

Boleh dibilang, tanpa keberadaan dan pengajaran kitab kuning, suatu

lembaga pendidikan tak absah disebut pesantren. Abdurrahman Wahid

dalam konteks ini meneguhkan dengan menyatakan, kitab kuning telah

menjadi salah satu sistem nilai dalam kehidupan pesantren.34

b) Jenis-jenis Kitab Kuning di Pesantren


32
Muin, “ kitab kuning dan madrasah….. hlm.101.
33
Ibid.
34
Abdurrhman, “Implementasi Manajemen Kurikulum…hlm.286-287.

26
Kitab-kitab klasik (kitab kuning) yang diajarkan di pesantren,

Dhofier menggolongkan ke dalam 8 kelompok jenis pengetahuan:

1) nahwu dan shorof;

2) fiqh;

3) usul fiqh;

4) hadits;

5) tafsir;

6) tauhid;

7) tasawuf dan etika,dan

8) cabang-cabang lain seperti tarikh dan balaghah. Kitab-kitab ini

digolongkan tiga tingkatan: 1. Kitab dasar; 2. Kitab menengah

dan 3. kitab tingkat tinggi.35

c) Kendala Pembelajaran Kitab Kuning

Menurut Djamaluddin, di sinilah timbul kesulitan-kesulitan

besar untuk menyelenggarakan kurikulum, karena karismatik

kedisiplinan kiai yang mengasuhnya/kedaulatan penuh ada di tangan

kiai. Itulah sebabnya pondok pesantren dari sudut sosiologi dapat

diibaratkan sebagai suatu kerajaantersendiri.36

Dalam proses pembelajaran tentunya ada beberapa faktor-faktor

yang mempengaruhikeberhasilan dalam suatu pembelajaran, sehingga

pembelajaran tersebut menjadi pembelajaran yang berkualitas.

Faktorfaktor tersebut adalah:

a) Faktor Pendidik/Guru

35
Muin, “ kitab kuning dan madrasah….hlm.101.
36
tasi’ul jabbar dkk, “Upaya kiyai Dalam.... hlm. 48

27
b) Faktor anak didik

c) Faktor tujuan

d) Faktor kegiatan pembelajaran.37

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian ini memakai pendekatan kualitatif. Pendekatan ini

merupakan suatu proses pengumpulan data secara sistematis untuk

mendapat sebuah pengetahuan empirik tentang Implementasi Kurikulun

Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab

37
Ibid ,.hlm.48-49.

28
Kuning Di Pondok Pesantren Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan

Pamekasan.

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan

perilaku yang dapat diamati.38 Penelitian kualitatif dapat menunjukkan

kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi,

pergerakan sosial,dan hubungan kekerabatan.39 Penelitian kualitatif

umumnya dipakai apabila:

1. Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau

mungkin malah gelap.

2. Bila penelitili ingin mengetahui makna dibalik data yang tampak. Gejala

sosial sering tidak dapat dipahami berdasarkan apa yang diucapkan dan

dilakukan orang.

3. Bila peneliti ingin memahami interaksi sosial.

4. Bila peneliti ingin memastikan kebenaran data.

5. Bila ingin meneliti tentang sejarah atau perkembangan.40

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

menggunakan penelitian deskriptif. Dengan demikian peneliti akan terbantu

untuk menggambarkan secara deskriptif tentang Implementasi Kurikulun

Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab

38
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantiatif Kualitatif dan Tindakan (Bandung: PT Refika
Aditama, 2012), hlm. 181.
39
Djunaidi Ghony dkk, (Metode Penelitian Kualitatif, (Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2014), hlm.
25.
40
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik (Jakarta: Bumi Aksara, 2014),
hlm. 103-104.

29
Kuning Di Pondok Pesantren Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan

Pamekasan.

Penggunaan jenis penelitian deskriptif dipilih oleh penulis untuk

menggambarkan realita yang ada. peristiwa-peristiwa yang ada yang masih

terjadi sampai saat sekarang atau waktu yang lalu jenis penelitian ini

berbeda dengan eksperimen sebab tidak melakukan perubahan terhadap

variabel variabel bebas mendeskripsikan suatu situasi alakadarnya.41 Oleh

karena itu, penggunaan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif

dengan jenis penelitian deskriptif disini adalah untuk mencocokkan antara

realita yang ada dalam masyarakat tersebut dengan teori yag berlaku dengan

menggunakan metode deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berupa kata-

kata dan bukan angka-angka.42 Selain mencocokkan teori dengan realita

yang terjadi di lapangan, penulis juga menganalisa perkembangan

pelaksanaan teori tersebut sesuai dengan zaman yang berlangsung, serta

kebutuhan dari lembaga yang diteliti.

B. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti merupakan suatu proses pengamatan yang

dilakukan dengan ikut mengambil bagian dalam kehidupan orang-orang

yang dijadikan subjek penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri

atau bersama orang lain merupakan alat untuk mengumpulkan data utama.

Manusia sebagai alat yang dapat berhubungan dengan responden atau

lainnya dan hanya manusialah yang mengerti kaitan-kaitan kenyataan yang

terjadi. Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti bertindak sebagai


41
Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, (Jakarta: Pt. Rimeka Cipta,
2013), hlm. 121.
42
Lexy J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm 11.

30
pengamat dan instrument.43 Kehadiran peneliti bertujuan untuk memperoleh

informasi atau seperangkat data yang dibutuhkan peneliti sesuai dengan

tujuan penelitian.

C. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dijadikan penelitian oleh peneliti adalah di Pondok

Pesantren Puncak Darussalam Desa Potoan Daya Kecamatan Palengaan

Kabupaten Pamekasan, dengan jumlah sekitar 400 lebih. Lokasi tersebut

dianggap layak oleh peneliti untuk diteliti guna mengetahui bagaimana cara

proses Implementasi Kurikulun Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam

Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Puncak

Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan.

Peneliti tertarik melakukan penelitian di Pondok Pesantren ini

Karena memiliki banyak Keunggulan-keunggulan, Diantaranya

1. Pondok pesantren Puncak Darussalam berdiri tahun 2005 yang

diresmikan pada tahun 2007, dalam kurun dari waktu kewaktu santri

setiap tahun terus bertmbah dan mampu bersaing dengan pondok

pesantren baik dari pengembangan sarana dan prsarana, bahkan

kredebilitas dan kuantitass serta kemahiran alumni dalam kompetetif

dengan dunia luar.

2. Menjadikan santri-santri dapat terampil dibidang membaca, memaknai,

dan menjelaskan kitab kuning dengan fasih.

3. Menjadikan santri-santri kreatif dan mampu berkomunikasi bahasa

asing, yakni bahasa arab dan bahasa inggris.


43
Sebagai pengamat, peneliti merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis dan
akhirnya sebagai pelapor dari hasil akhir penelitian. Sebagai instrumen, peneliti merupakan alat
yang melibatkan langsung dari keseluruhan proses penelitian, sehingga diharapkan data yang
diperoleh lebih valid.

31
D. Sumber Data
Sumber data merupakan subyek dari mana data diperoleh dalam

suatu penelitian.44 Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif, hanya

terdapat pada wilayah yang kecil dan terbatas, karena penelitian kualitatif

tidak menggunakan populasi.45 Apabila peneliti menggunakan interview atau

wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut

informan, yaitu orang yang memberi informasi atau menjawab pertanyaan-

pertanyaan peneliti yang ditanyakan secara lisan. Teknik menentukan

informan yaitu menggunakan teknik Purposive Sampling, yang mana

informan disini tidak didasarkan atas starata, kedudukan atau wilayah.

Namun,karena adanya tujuan dan pertimbangan tertentu yang berhubungan

dengan permasalah peneliti.46

Dalam penelitian kualitatif, data yang dikumpulkan berupa data

deskriptif, misalnya dokumen pribadi, catatan lapangan, tindakan responden,

dokumen, dan lain-lain.47Sumber datanya bisa bersumber dari manusia dan

non manusia. Sumber data yang bersumber dari manusia adalah

Pengasuh/kiai dan pengurus pondok pesantren, mereka yang lebih

mengetahui dan memiliki informasi pokok yang diperlukan dalam

penelitian. Adapun data yang diperoleh dirumuskan dalam bentuk

wawancara dan pengamatan lapangan (observasi).

Sedangkan data yang bersumber dari non-manusia adalah

dokumentasi-dokumentasi yang berisi tentang kegiatan-kegiatan yang

44
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2010), hlm. 14.
45
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D, hlm. 216.
46
Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm. 172.
47
Andi Prastowo, Metodelogi Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 43.

32
dilaksanakan pondok pesantren terutama pengurus bidang Metode Iktisyaf .

Serta dokumentasi lain yang berhubungan dengan data yang dibutuhkan.

Pengasuh/kiai dipilih menjadi subjek penelitian dengan alasan

bahwa seorang pengasuh/kiai yang memegang otoritas dan pencetus metode

iktisyaf. Ketua Pengurus pondok pesantren dipilih sebagai subjek penelitian

karena memiliki peranan penting untuk saling bekerjasama dengan

masyarakat internal ataupun eksternal.

Pengurus bidang metode iktisyaf dipilih menjadi subjek penelitian

ini dengan alasan karena memiliki peran untuk menjalankan program ini

dari pengasuh/kiai dan ketua pengurus pondok npesantren.

Santri dipilih menjadi subjek penelitian ini dengan alasan bahwa

santri menjadi subjek penelitian adalah orang yang merasakan dan

melaksanakan atau mengikuti program metode Iktisyaf di Pondok Pesantren

Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan.

E. Prosedur Pengumpulan Data


1. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi dalam bukunya Sugiyono yang berjudul

“Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”, mengemukakan bahwa

observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua diantara yang

terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. 48 Jadi observasi

dapat dilakukan hanya pada perilaku/ sesuatu yang tampak, sehingga

48
Sugiyono, Metode Penelitian Kuanitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.
145.

33
potensi perilaku seperti sikap, pendapat jelas tidak dapat diobservasi. 49Ada

dua jenis observasi, yaitu sebagai berikut:

a. Observasi terstruktur, adalah observasi yang telah dirancang secara

sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana

tempatnya.

b. Observasi tidak terstruktur, adalah observasi yang tidak dipersiapkan

secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini karena

peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati.50

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis observasi

terstruktur untuk mengamati dan memperoleh data secara langsung

kurikulum pesantren berbasis iktisyaf dalam meningkatkan potensi baca

kitab kuning.

2. Interview (wawancara)

Sedangkan menurut Lexy J. Moleong, wawancara adalah percakapan

dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu

pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan pertanyaan atas pertanyaan

itu.51Ditinjau dari segi pelaksanaannya, maka inteviu dapat dibedakan atas:

a. Interviu bebas, inguide interview, di manapewawancara bebas

menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan

dikumpulkan.

49
Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantiatif, hlm. 209.
50
Sugiyono, Metode Penelitian, hlm. 146.
51
Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007),
hlm. 186.

34
b. Interviwe terpimpin, guide interview, yaitu interviu yang dilakukan

oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap

dan terperinci seperti yang dimaksud dalam interviu terstruktur.

c. Interviwe bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interviu bebas dan

interviwe terpimpin.”52

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan interview bebas

terpimpin, yakni peneliti hanya menyiapkan pedoman wawancara yang

memuat garis besarnya saja. Selanjutnya, untuk mengetahui lebih jelas

tentang informasi, peneliti mengembangkan sendiri pertanyaan ketika

melaksanakan wawancara. Dalam hal ini yang perlu diwawancarai adalah

Pengasuh/kiai, ketua pengurus pondok, pengurus bidang iktisyaf, dan santri.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya barang-barang

tertulis. Dokumentasi dalam penelitian ini digunakan sebagai metode

penunjang. Metode ini penulis pakai dalam rangka untuk memperoleh data

tertulis yang dimiliki oleh pondok pesantren yang berkenaan dengan

kepentingan penelitian.

Namun, metode dokumentasi juga memiliki kelemahan-kelemahan

yaitu, bila ada kekurangan data sukar untuk melengkapi karena suatu

peristiwa tidak akan terulang lagi dalam keadaan dan peristiwa yang sama.53

Dokumentasi yang dimuat dalam hal ini adalah mengenai sejarah

berdirinya Pondok Pesantren Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan

Pamekasan, letak geografis, visi dan misi, sarana dan prasarana, struktur

52
Ibid. 199.
53
Ibid., hlm. 160.

35
organisasi, jadwal kegiatan sehari-hari santri, dan hal-hal lain yang terkait

dengan penelitian ini.

F. Analisis Data
Analisis data merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh

peneliti untuk mengklasifkasi data yang dalam hal ini peneliti dapat

memperoleh kesimpulan. Dalam penelitian ini yang diperoleh dari hasil

wawancara, observasi, dokumentasi, diagram venn, dan catatan lapangan

dengan dianalisis yang dilakukan saat proses pencarian data dan sesudahnya.

Analisis data kualitatif, sebagaimana dijelaskan oleh Bogdan dan

Biklen yang dikutip oleh Lexy J. Moleong adalah upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-

milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari

dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. 54

Teknis analisis data dalam penelitian kualitatif bisa menggunakan metode

deduksi, induksi atau kombinasi keduanya yang biasa disebut reflektif dan

metode analitik dan teknik lain yang cocok.55

Akan tetapi, dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari

beragam sumber, dengan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam

dan dilakukan terus menerus sampai jenuh, mengakibatkan variasi data

sangat tinggi, sehingga teknik analisis data yang digunakan belum ada

polanya yang jelas.56 Namun demikian, teknik analisis data dalam penelitian

kualitatif harus tetap memenuhi ketentuan umum yang berupa cara-cara


54
Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, hlm. 248.
55
Moh Kasiram, Metodelogi Penelitian Kualitatif- Kuantitatif (Malang: UIN Maliki Press, 2010),
hlm. 272.
56
Sugiyono, Metodelogi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, hlm.247.

36
yang digunakan untuk menyusun dan mengolah data yang terkumpul

sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang benar dan dapat

dipertanggungjawabkan.Adapun langkah-langkah analisis data kualitatif

yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data berarti merangkum, mimilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya.57

Adapun tahap-tahap reduksi data adalah sebagai berikut:

a. Pengecekan Data (Checking)

Pada langkah ini, peneliti harus mengecek lagi lengkap

tidaknya data penelitian, memilih dan menyeleksi data, sehingga

hanya yang relevan saja yang digunakan dalam analisis.58

Pengecekan data ini dilakukan dengan memeriksa kembali lembar

transkip wawancara, observasi dan dokumen yang ada. Tujuannya

untuk mengetahui tingkat kelengkapan data informasi yang

diperlukan dalam penyajian data.

b. Pengelompokan Data (Organizing)

Pengelompokan data dilakukan dengan memilah-milah atau

mengklasifikasikan data sesuai dengan arah fokus penelitian dalam

lembar klasifikasi data sendiri. Hal ini untuk memudahkan peneliti

untuk memudahkan peneliti dalam mengurutkan analisis data sesuai

dengan fokus dalam penelitian ini.59

57
Afifuddin &Ahmad Saebani, Metodelogi Penelitian, hlm. 184.
58
Kasiram, Metodelogi Penelitian, hlm. 124.
59
Buna’i,et.al, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (Pamekasan: Stain Pamekasan Press, 2010), hlm. 59.

37
Setelah tahapan-tahapan tersebut dilakukan maka untuk

selanjutnya yang harus dilakukan oleh peneliti adalah analisis data.

Karena analisis data pada penelitian kualitatif dilakukan secara

bersamaan dengan pengumpulan data ataupun sesudah pengumpulan

data. Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif ini harus diikuti

dengan penulisan, mengedit, mengklasifikasi, mereduksi, dan

menyajikan data. Analisis tersebut ditandai dengan proses analisis

induktif dari khusus ke umum sehingga diperoleh temuan penelitian.

2. Display Data / Penyajian Data

Display data atau penyajian data merupakan langkah selanjutnya

dalam analisis data kualitatif. Display data atau penyajian data yaitu

penyajian data yang disederhanakan dalam bentuk tabel, sketsa, skema

untuk memudahkan dalam penarikan kesimpulan. Penyajian data dilakukan

dalam bentuk uraian naratif, bagan, tabel, dan lain sejenisnya. Penyajian

data dalam bentuk tersebut akan memudahkan peneliti memahami apa yang

terjadi.60

3. Kesimpulan / Verifikasi

Kegiatan analisis yang penting adalah kesimpulan dan verifikasi.

Penarikan kesimpulan manakala peneliti sudah yakin bahwa data yang

diperoleh dalam penelitian adalah benar. Ketika peneliti ragu terhadap data

yang diperoleh dari hasil penelitian, maka dilakukan verifikasi data

(pengecekan ulang). Penarikan kesimpulan data dan verifikasi data ini

bertujuan untuk validitas data yang telah terkumpul di lapangan dan untuk

menarik kesimpulan hasil penelitian.


60
Prastowo, Metodelogi Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, hlm.244.

38
Jadi analisis data dalam penelitian ini menggunakan tiga tahap

diatas, Yang Pertama Reduksi Data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang

pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Demikin data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Yang Kedua Display

Data/Penyajian Data artinya menindak lanjuti dari reduksi data atau

mendisplaykan data yang bisa dilakukan bentuk bagan, uraian singkat, tabel

dan sejenisnya, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam

penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Yang Ketiga

Verikasi Data yaitu penarikan dan verifikasi kesimpulan. Dari permulaan

pengumpulan data, peneliti kualitatif mulai memutuskan apakah “Makna”

Sesuatu, mencatat keterampilan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang

mungkin, alur kausal dan proposisi-proposisi. Dengan tiga tahap analisis

data di atas peneliti bisa memperoleh data yang valid.

G. Pengecekan Keabsahan Data


Pengecekan keabsahan data adalah suatu proses yang penting dalam

sebuah penelitian yang harus dilakukan oleh setiap peneliti. Selain itu,

proses pengecekan ini memiliki manfaat yang sangat besar dalam setiap

penelitian. Manfaat tersebut antara lain adalah dapat mengetahui

ketidaksempurnaan (kelemahan dan kekurangan) dari hasil penelitian,

dengan demikian maka dapat dilakukan penyempurnaan terhadap

kekurangan yang ada.

Untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dalam penelitian ini

valid, maka peneliti perlu mengadakan teknik pemeriksaan atau pengecekan

39
keabsahan data. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah

kriteria tertentu. Keabsahan data dapat dilihat dari kredibilitas dan juga dari

kepastiannya, dimana kredibilitas dapat dilkukan dengan cara berikut:

1. Teknik Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal dilapangan

penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. 61 Keikutsertaan

peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Dan hal itu tidak

dapat dilakukan dalam waktu singkat namun membuuhkan perpanjangan

keikutsertaan. Karena dengan demikian dapat menguji kebenaran data

yang diperoleh.

Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan

penelitian sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Perpanjangan

keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat

kepercayaan data yang dikumpulkan. Sedankan Manfaat yang dapat

diambil adalah selain dapat mengetahui sejauh mana validitas seluruh

informasi yang diperoleh dan sekaligus akan membangun rasa

kepercayaan terhadap subyek pada peneliti.

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan bermaksud untuk mengadakan

pengamatan dengan lebih teliti dan rinci secara berkesinambungan

dalam memahami suatu gejala, peneliti juga dapat menetapkan mana

aspek yang penting dan yang tidak dalam pengumpulan data serta dapat

memusatkan perhatian kepada aspek yang relevan dengan topik.62

61
Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, hlm. 327.
62
Ibid, hlm. 329-330.

40
Didalam langkah ini berarti peneliti hendaknya mengadakan

pengamatan dengan lebih teliti dan lebih rinci terhadap subjek peneliti,

supaya tidak terjadi kesalahan dan peneliti bisa menetapkan aspek mana

yang penting atau tidak dalam mengumpulkan data.

3. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain. Dapat pula dikatakan sebagai pemeriksaan validitas

temuan yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data ini dengan

tujuan untuk keperluan pengecekan atau membandingkan data yang ada

dilapangan. Triangulasi ini dapat ditempuh melalui sumber, metode, dan

teori.63

Sedangkan triangulasi sumber data yaitu pengumpulan data dari

beragam sumber yang saling berbeda dengan menggunakan metode yang

sama. triangulasi dengan metode dan sumber data dapat dicapai melalui

beberapa jalan, yaitu:

a) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

b) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

apa yang dikatakanya secara pribadi.

c) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.64

63
Ibid, hlm. 330.
64
Ibid.,331.

41
Teknik triangulasi data terdiri empat macam, yaitu triangulasi

sumber, triangulasi teknik, triangulasi penyidik, dan triangulasi teori.

(1) Triangulasi sumber data

Berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan

suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda

melalui penelitian kualitatif. Hal ini dapat dicapai dengan jalan 1)

membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara, 2) membandingkan apa yang dikatakan di depan umum

dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.

(2) Triangulasi teknik

Pada triangulasi dengan teknik, menurut Patton terdapat dua

strategi, yaitu: 1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil

penelitian beberapa teknik pengumpulan data, 2) pengecekan

derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang

sama.

(3) Triangulasi penyidik

Teknik triangulasi jenis ketiga ini ialah dengan jalanb

memanfaatkan peniliti atau pengamat lainnya untuk keperluan

pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan

pengamat lainnnya membantu mengurangi kemelencengan dalam

pengumpulan data.

(4) Triangulasi teori

Triangulasi dengan teori, menurut Linclon dan Guba, berdasarkan

anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya

42
dengan satu atau lebih teori. Dipihak lainnya, Patton berbemdapat

lain, yaitu bahwa hal itu dapat dilaksanakan dan hal itu

dinamakannya penjelasan banding (rival explanation).65

Adapun triangulasi yang digunakan ialah pemeriksaan melalui

sumber lainnya (triangulasi sumber).Untuk itu maka peneliti dapat

melakukannya dengan jalan:

(a)Mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan.

(b)Membandingkan hasil informasi yang diberikan oleh informan

yang satu dengan informan yang lain.

(c)Membandingkan kedudukan dan status seorang informan dengan

informasi yang diberikan.

Dalam proses triangulasi, peneliti menggunakan triangulasi sumber

dan metode. Dalam triangulasi sumber, peneliti membuktikan data yang

valid dengan menyesuaikan antara informasi yang diperoleh dari berbagai

sumber. Sedangkan dalam proses triangulasi metode, peneliti menggunakan

metode wawancara, kemudian dibuktikan dengan metode observasi dan

dokumentasi.

4. Kecukupan Referensial

Referensi digunakan agar penelitian yang dilaksanakan terarah,

sehingga memudahkan peneliti dalam menggali informasi atau data

dilapangan. Seluruh referensi yang digunakan oleh peneliti dicantumkan

pada daftar pustaka.66

65
Ibid., hlm. 330-331.
66
Ibid., hlm. 332.

43
Dalam penelitian ini dari segi kecukupan referensi bisa dikatakan

85% lengkap dengan ini peneliti berharap dengan kecukupan referensial

peneliti dapat terarah dan lancar ketika ada dilapangan.

H. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini

meliputi tiga tahap, yaitu:67

1. Tahap Pra Lapangan

Tahap pralapangan adalah ditetapkannya apa saja yang harus

dilakukan sebelum peneliti masuk kelapangan obyek studi. Ada enam

tahap yang harus dilakukan oleh peneliti, diantaranya:

a. Menyusun rancangan penelitian, meliputi:

(1) Latar belakang penelitian

(2) Tinjauan pustaka

(3) Pemilihan lapangan penelitian

(4) Penentuan jadwal penelitian

(5) Penentuan alat penelitian

(6) Rancangan pengumpulan data

(7) Rancangan prosedur analisis data

(8) Rancangan perlengkapan penelitian

(9) Rancangan pengecekan keabsahan data

b. Memilih lapangan penelitian

c. Mengurus perizinan

d. Menjajajaki dan menilai keadaan lapangan

e. Memilih dan memanfaatkan informan

67
Kasiram, Metode Penelitian Kualitatif- Kuantitatif, hlm. 281-287.

44
f. Menyiapkan perlengkapan penelitian

g. Persoalan etika dalam penelitian.

h. Durasi waktu pada tahap pra lapangan ini berkisar dua bulan

(Januari-Februari).

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap pekerjaan lapangan, meliputi:

a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri.

b. Memasuki lapangan.

c. Berperan serta sambil mencari data.

d. Durasi waktu pada tahap pekerjaan lapangan ini berkisar dua

bulan lebih.( 9 oktober- 9 Desember )

3. Tahap Analisis Data

Tahap ini peneliti melakukan pengecekan,

pengorganisasian, serta memaparkan dengan mendeskripsikan

hasil temuannya. Analisis data secara sederhana adalah proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya dalam suatu pola,

kategori, dan satuan uraian dasar.68

Dalam hal ini, tahap analisis data dilakukan dengan

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mensintensiskannya, mencari dan menemukan

pola apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan

apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Dengan demikian

tahap analisis data ini terdiri dari pengorganisasian data dan

68
Ibid, hlm. 288.

45
kategori data serta menceritakan atau mendeskripsikan data yang

diperoleh dalam bentuk tertulis.

Sedangkan durasi waktu pada tahap analisis data dari awal

sampai akhir berkisar dari bulan (Oktober sampai Akhir Desember

2020). Dengan ini peneliti berharap pada tahap awal sampai akhir tidak

ada kendala sehingga waktu yang sudah ditentukan berjalan secara

sistematis.

Pelaksanaan penelitian dimaksudkan untuk mengumpulkan data

dari informan. Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti

sebagaiberikut:

a. Melakukan sowan ke pengasuh/kiai untuk meminta ijin mengadakan

penelitian.

b. Menghubungi ketua pengurus pondok, pengurus bidang iktisyaf dan

Santri. untuk membuat janji melakukan wawancara.

c. Melakukan wawan cara dengan informan, kemudian hasil wawan

cara tersebut ditulis dan disusun dalam bentuk catatan lengkap.

d. Melakukan studi dokumentasi dan membuat catatan yang

diperlukan dan relevan dengan masalah yang diteliti.

46
BAB IV

PAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Puncak Darussalam
a. Identitas Pesantren

Nama Pesantren : Puncak Darussalam

Tahun didirikan : 18 Juli 2007

Nama yayasan : Puncak Darussalam

Alamat pesantren : Poto’an Daya Palengaan Pamekasan Jawa

Timur

Kode pos : 69362

Nama Pengasuh : Kiai Abd. Hannan Tibyan

Nama Ketua Pengurus : Ustadz Muzammil

Alamat : Pamekasan

No. Telp : 08233272154

b. Sejarah singkat Pondok Pesantren Puncak Darussalam

Pondok Pesantren Puncak Darussalan yang didirikan oleh

kiai abd. Hannan Tibyan sekaligus Menantu dari Kiai Muhammad

47
Syamsul Arifin selaku Pengasuh Pondok Pesantren Banyuanyar.

Beliau menikahi putri ketiganya pada hari jumat tanggal 4 juni

1997.

Awal mula berdirinya Pondok Pesantren Puncak

Darussalam pada tahun 2004 beliau pulang dari Mekkah Al

Mukarromah beliau diberi sebidang tanah oleh Kiai Muhammad

Syamsul Arifin yang terletak di desa potoan daya sebelah utara

Pondok Pesantren Banyuanyar untuk ditempati sebagai kediaman

beliau. Pada tanggal 22 juni 2005 atau 15 jumadil akhir 1426

beliau resmi menempati kediamannya yaitu Desa Poto’an Daya

Kecamatan Palengaan Kabupaten Pamekasan. Kemudian beliau

mendirikan pondok pesantren yang di beri nama Pondok Pesantren

Puncak Darussalam dan alasan beliau memberi nama Puncak

Darussalam karena pondok pesantren tersebut terletak di atas bukit

dan Darussalam itu sendiri di ambil dari kata “Dar” dan assalam”

yaitu rumah Keselamatan.

Keadaan pondok pesatren puncak Darussalam sudah

dikatakan pondok pesantren karena sudah memiliki lima elemen

dasar diantaranya:

1) Kiai/Ustadz

Merupakan tokoh yang memiliki peran penting didalam

pesantren karena dengan memiliki keunggulan dalam bidang

keilmuan agama dan kepripadian yang patut diteladani dan

sekaligus sebagai pendiri pondok pesantren itu sendiri. Bahkan

48
tidak jarang pula seorang kiai rela mengorbankan seluruh ilmu,

tenaga, dan waktu demi mendidik santrinya dan kemajuan

pesantren.

2) Santri

Semua santri yang menempuh pendidikan/belajar di

pondok pesantren puncak Darussalam wajib mengikuti seluruh

kegiatan yang sudah diprogramkan oleh pesantren. Dan juga

mengikuti peraturan atau tata tertip pondok pesan pesantren

yang telah ditetapkan oleh pengasuh.

3) Masjid

Sebagai tempat pelaksanaan ibadah sholat lima waktu

oleh para santri, pengasuh, para guru/ustadz, dan masyarakat

sekitarnya, selain itu juga dimanfatkan sebagai sarana

pendidikan dalam wujud diantaranya sebagai tempat

pembelajaran kitab kuning, sebagai latihan pidato, dibaan,

tahlilan, dan lain-lain.

4) Asrma/pondok

Merupakan salah satu elemen pesantrenyang juga

memiliki peranan yang sagat esensial. Dipondok

pesantrenpuncak Darussalam, lokal asrama untuk santri

diberikan beberapa fasilitas yang cukup memadai, yaitu kotak

lemari,rak buku,rak sepatu,alat-alat kebersihan.

5) Kitab Kuning

49
Merupakan salah satu cirri khas yang melekat pada

pondok pesantren dan menjadi ajaran-ajaran suatu pedoman

hidup dan kehidupan sah dan relevan.

2. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Puncak Darussalam

a. Visi:

Membentuk generasi cerdas yang berjiwa Qurani dan Assunnah

b. Misi: Pondok Pesantren sebagai berikut:

1). Membentuk generasi beriman dan bertakwa kepada Allah

Subhanahu Wata’ala

2).Membentuk generasi yang berakhlakul karimah, jujur, mandiri,

memiliki skills jaman.

3). Membentuk saintis muslim yang berorientasi pada Al Qur’an

dan assunnah.

4). Membentuk generasi yang dapat memperjuangkan islam ke

seluruh dunia. , menguasai teknologi, berjiwa sosial, dan siap

menghadapi tantangan

c. Tujuan Pondok Pesantren

Berdasarkan Visi Misi lembaga pesantren Islam Puncak

Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan, maka tujuan yang

hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1) Menanamkan ruh-ruh islami sebagaimana termaktub dalam Al-

Quran Al-Karim seperti yang dicontohkan oleh rosulullah shollahi

wasallam

50
2) Menyelenggarakan pendidikan terpadu antara ilmu agama dan

sains

3) Peningkatan pemahaman pada bidang matematika, sain, bahasa

indonesia dan bahasa inggris, tafsir, fikih, tasawuf, dan baca kitab.

4) Mempersiapkan peserta didik sehingga siap menghadapi setiap

ujian

5) Pemerataan pendidikan berkualitas di pedesaan

3. Waktu/ Jadwal Pelaksanaan Program


METODE
No WAKTU NAMA KEGIATAN
PELAKSANAAN
1 03.00 – 04.00 WIB Sholat Tahajjud dan Witir Berjamaah

2 04.00 – 04.30 WIB Sholat Subuh Berjemaah

3 04.30 – 06.00 WIB Kajian Tafsir AlQuran Sorogan/tutorial

4 06.00 – 07.30 WIB Masak, mandi, Duha. - / berjamaah

5 07.30 – 09.30 WIB Sekolah formal Klasikal/tutorial

6 09.30 – 10.00 WIB Istirahat/makan -

7 10.00 – 11.30 WIB Sekolah formal Klasikal/tutorial

8 11.30 – 12.30 WIB Sholat Duhur Berjamaah-

12.30 – 13.30 Kajian kitab Kuning Sorogan/tutorial


WIB & Al iktktisyaf

10 13.30 – 14.15 Istirahat Siang -


WIB

11 14.15 – 15.15 Sholat Asar Berjamaah


WIB

12 15.15 – 16.00 Kajian Kitab Fathun Sorogan/tutorial


WIB
Mu’in

14 16.00 – 17.15 Istirahat, makan, -

51
WIB mandi

15 17.15 – 18.30 Sholat magrib, Al- Tadarus/sorogan


WIB Quran, dan metode
baca kitab

16 18.30 – 19.15 Sholat isyak Berjemaah


WIB

17 19.15 – 20.15 Jam belajar b. Tutorial/tutoria


WIB Inggris l

& b. Arab

18 20.15 – 21.15 Kajian kitab kuning Sorogan / tutorial


WIB &

Al iktisyaf

19 21.15– Bimbingan Tutorial


22.00WIB tambahan dan

Extra santri

20 22.00 – Istirahat -
03.00WIB

4. Perencanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam


Menigkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Puncak
Darussalam Poton Daya Palengan Pamekasan.
Adanya perencanaan kurikulum suatu instansi ataupun pesantren akan

lebih terarah menentukan pembelajaran secara sistematis, baik itu dari

penempatan kelas, pembagian waktu atau penjadwalan pembelajaran dan

lain sebagainya. Namun perencanaan kurikulum harus dilakukan secara

matang, teliti, dan cermat. Supaya tujuan dari instansi ataupun pesantren

bisa tercapai dengan baik, terutama bagi santri bisa meningkatkan potensi-

potensinya termasuk potensi baca kitab kuning, karena kitab kuning

52
merupakan ajaran utama di pondok pesantren Puncak Darussalam potoan

daya palengaan pamekasan.

Untuk mewujudkan santri memiliki potensi yang bagus terutama potensi

baca kitab kuning maka pensatren melakukan strategi, khususnya dalam

perencanaan kurikulum. Ada beberapa hal yang di kemukakan oleh

pengasuh pondokpesantren puncak Darussalam potoan daya palengan

pamekasan mengenai perencanaan kurikulum pesantrenberbasis iktisyaf

pengasuh pondok pesantren Puncak Darussalam menuturkan bahwa:

“Dalam perencanaan kurikulum pesantren berbasis iktisyaf


sebelumnya mengadakan rapat bersama semua pengurus baik itu
dari ketua pengurus, wakil pengurus dan semua kepengurusan
pesantren disini, adanya rapat itu dilakukan sebelum kegiatan
program iktisyaf dilaksanakan. Dalam rapat ini membahas
beberapa hal dalam perencanaan kurikulum berbasis iktisyaf
yaitu Pertama perumusan tujuan kegiatan iktisyaf, Kedua
perumusan isi kurikulum berbasis iktisyaf , Ketiga perumusan
pendidik, Keempat perumusan training of training untuk
pendidik, Kelima perumusan peserta didik.”69

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ustad Ach Muzammil Karim,

selaku ketua pengurus Pondok Pesantren Puncak Darussalam beliau

meneturkan bahwa:

“Setiap pesantren memeiliki cara tersendiri dalam melakukan


perencanaan kurikulum pesantren khususnya kurikukulum
pesantren berbasis iktisyaf dalam meningkatkan potensi baca
kitab kuning, seperti yang dilakukan oleh pondok pesantren
Puncak Darussalam, ada beberapa langkah yang dilakukan ,
pertama melakukan rapat yang dihadiri oleh semua pengurus
pesantren. Dalam rapat ini membahas beberapa hal, seperti ,
perumusan isi kurikulum, kurikulum di pondok Pesantren
Puncak Darussalam merancang sendiri, di pondok ini memiliki
kitab khusus yang digunakan dalam pelaksanaan metode
iktisyaf. Kitab tersebut bermaktub dari tiga kitab, yaitu kitab
Fathul Qorib, NahuShorrof dan Imriti. Selain membahas isi
kurikulum, dalam rapat itu juga melakukan perumusan tenaga
69
Abd Hannan Tibyan, Pengasuh Pondok Pesantren Puncah Darussalam Potoan Daya Palengaan
Pamekasan, Wawancara Langsung, (17 Oktober 2020)

53
pendidik serta diberikan pelatihan (training of training ) dan
perumusan peserta didik yang layak untuk mengikuti program
iktisyaf.”70

Senada dengan yang disampaikan oleh ketua pengurus iktisyaf

juz II, ustad Habibullah beliau menuturkan bahwa:

“Perencanaan kurikulum pesantren berbasis iktisyaf dalam


meningkatkan potensi baca kitab kuning di Pondok Pesantren
Puncak Darussalam ini melakukan beberapa hal pertama
melakukan rapat yang mana dalam rapat itu berbincang soal
persiapan-persiapan yang akan di laksanakan pada program
metode iktisyaf kedepan, pertama mengenai perumusan
kurikulum, penekanan terhadap tenaga pendidik yang bisa ahli
menjadi pengajar di program metode iktisyaf, dan kemudian
peserta didik atau santri yang layak ikut program metode
iktisyaf.”71

Bahkan ustad Moh. Dakholi selaku menjadi ketua sarana prasarana

yang mana dulunya pernah menjadi ketua pengurus Iktisyaf menegaskan

bahwa:

“Perencenaan kurikulum pesantren berbasis iktisyaf dalam


meningkatkan potensi baca kitab kuning ini tentunya terlebih
dahulu tetap melakukan rapat sebelum program metode
iktisyaf di realisasikan, sehingga melibatkan semua pengurus
untuk melakukan rapat supaya program metode iktisyaf ini
bisa berjalan sesuai harapan yg diinginkan bersama, namun
dalam rapat ini membahas tentang persiapan-persiapan untuk
program metode iktisyaf pertama perusrumasan kurikulum,
kedua tenaga pendidik sebagaimana di ambil yang telah ikut
iktisyaf atau yang sudah ahli atau layak mengajar iktisyaf
kemuian juga pendidk diberikan pelatihan atau pembinaan
terdahulu oleh para pengurus lama yang profesional, dan
ketiga rekrutmen peserta didik/santri.”72

Diperkuat lagi sama ust. Wahed selaku ketua pengurus keamanan

dan juga mantan pengurus iktisyaf, beliau menuturkan bahwa:

70
Ahc Muzammil Karim, Ketua Pengurus Pondok Pesantren Puncah Darussalam Potoan Daya
Palengaan Pamekasan, Wawancara langsung (19 Oktober 2020)
71
Habibullah, Ketua Pengurus Iktisyaf juz II Pondok Pesantren Puncah Darussalam Potoan Daya
Palengaan Pamekasan, Wawancara langsung (19 Oktober 2020)
72
Moh Dakholi, Ketua Sarana Prasarana Pondok Pesantren Puncah Darussalam Potoan Daya
Palengaan Pamekasan, Wawancara langsung(21 Oktober 2020)

54
“Untuk mencapai tujuan dari isi dan misi pondok pesantren,
tentu salah satunya tengantung kurikulum yang diterapkan
terutama di pondok pesantren puncak Darussalam ini kurikulum yg
ada yang dirancang sendiri oleh pondok pesantren puncak
Darussalam khusunya kurikulum pesantren berbasis iktisayaf,
sebagaiamana sudah dilakukan suatu perencanaan kurikulum ini
dengan melalui rapat bersama dengan semua pengurus pondok
pesantren tanpa terkecuali yang mana membahas beberapa hal
yaitu mengenai perumusan kurikulum, perumusan tenanga
pendidik, dan rekrutmen peserta didik, Alhamdulillah dengan
perencanan kurikulum berbasis iktisyaf ini sudah berjalan sesuai
dengan yang diperencanakan hingga bisa mencapai tujuan kami yg
diharapkan bersama. Contohnya sudah banyak santri yang sudah
lebih cepet bisa paham dan baca kitab kuning ya karena mengikuti
program metode iktisyaf ini”73

5. Pelaksanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam


Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren
Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan
Pelaksanaan kurikulum pesantren berbasis iktisyaf pada dasarnya

terintegrasi pada beberapa hal, diantaranya terintegrasi dalam pembelajaran

dan terintegrasi dalam program-program. Sebagaimana dikemukakan oleh

Ustad Habibullah selaku ketua pengurus metode iktisyaf Juz II, beliau

menuturkan bahwa”

“Pelaksanaan metode iktisyaf terintegrasi dalam proses


pembelajaran, yang mana dalam proses pembelajaran baca
kitab kuning di Pondok Pesantren Puncak Darussalam
berbeda dengan pesantren-pesantren yang lain, di pesantren
ini memiliki kitab khusus yang memang dirancang oleh
pengasuh pondok pesantren. Kitab ini merupakan ringkasan
dari tiga kitab, yaitu kitab Fathul Qorib, Nahwu Shorrof
dan Imriti. Dengan kitab ini membuat santri lebih cepat
membaca dan memahami kitab kuning. Sebelum teritegrasi
pada pembelajaran ini maka terdahulu melakukan test
untuk santri supaya bisa diketahui mana yang layak
mengikuti kegiatan iktisyaf sebagaimana harus lulus baca
AlQur’an. Selain terintegrasi dalam proses pembelajaran,
pelaksanaan metode iktisyaf juga terintegrasi pada beberapa
program, seperti program interview kepada santri pada tiap
bulan dan juga mengadakan program tahunan seperti
73
Wahed, Ketua Pengurus Keamanan Pondok Pesantren Puncah Darussalam Potoan Daya
Palengaan Pamekasan, Wawancara Langsung (23 Oktober 2020)

55
lomba-lomba kepada santri yang sudah memenuhi target
yang sudah di tentukan pihak pesantren sekaligus wisuda
yang telah lulus Juz II yang diadakan tiap tahun.”74

Hal yang sama dengan disampaikan oleh ustad Nor Mahmudi

sebagai tutor iktisyaf, beliau mengemukakan bahwa:

“Pelaksanaan program metode iktisyaf lebih ditekankan


pada santri yang mana santri fokus dalam belajar iktisyaf
yang telah diarahkan oleh ustad atau tutor supaya bisa
membaca kitab kuning (gundul) dengan benar, dengan
adanya pelaksanaan metode iktisyaf ini santri akan lebih
mudah dan paham belajar kitab kuning atau kitab gundul
tanpa makna dan harkat dengan secara cepat, dan metode
iktisyaf yang dirancang oleh pengasuh pondok pesantren
puncak darusssalam ini sudah sangat efektif dan praktis.
Adapun pelaksanaan kurikulum berbasis iktisyaf ini juga
ada beberapa hal Pertama melakukan placement test atau
memulai dari test bagi santri ( penyaring santri yang layak
mengikuti program iktisyaf), Kedua pelaksanaannya
dilakukan setiap hari kecuali hari selasa dan jumat dengan
waktu siang habis duhur dan malam habis isyak dalam
metode ini menggunakan metode wethonan, interaktif, an
hafalan, Ketiga dilakukan evaluasi setiap bulan bagi santri
dengan Interview dan program tahunan untuk iktisyaf
seperti lomba iktisyaf sekaligus wisuda bagi santri yang
telah lulus juz II. ”75

Di tambahkan lagi oleh ketua pengurus iktisyaf Juz I ustad Rusydi

beliau menuturkan bahwa:

“Pada pelaksanaan kurikulum pesantren berbasis iktisyaf


dalam meningkatkan potensi baca kitab kuning ini para
ustad atau tutor iktisyaf ditekankan lebih ketat mengawasi
dan membimbing santri supaya bisa mencapai target dalam
membaca kitab kuning dengan benar dan lebih mudah
mengetahui kemampuan-kemampuan setiap santri dalam
belajar iktisyaf. Kemudian santri harus mengikuti interview
ke penguji yang lebih professional setiap bulan agar para
tutor bisa mengetahui sampai dimana kemampuan santri
selama ia belajar iktisyaf lalu para penguji memberi
penilaian mengenai lulus atau tidak, jika santri dikatakan

74
Habibullah, Ketua Pengurus Iktisyaf juz II Pondok Pesantren Puncah Darussalam Potoan Daya
Palengaan Pamekasan, Wawancara langsung (19 Oktober 2020)
75
Nor Mahmudi, Ustadz/Tutor Iktisyaf, Pondok Pesantren Puncah Darussalam Potoan Daya
Palengaan Pamekasan, Wawancara langsung (09 November 2020)

56
lulus dalam interview itu maka santri tersebut dirolling atau
dinaikkan ketingkat kelas selanjutnya karena setiap kelas
maksimal 10 santri dan disini ada 7 kelas. Dan tidak cukup
disitu saja santri juga bisa ikut lomba-lomba baca kitab
kuning melalui metode iktisyaf sekaligus wisuda bagi yang
telah lulus Juz II pada setiap tahun sekali.”76

Dari berbagai hasil wawancara diatas diperkuat dari hasil

penjelajahan pangamatan peneliti bahwa memang benar diterapkannya

pelaksanaan kurikulum pesantren berbasis iktisyaf tersebut dapat

mempercepat baca kitap kuning dengan mudah dan juga memang benar

metode iktisyaf juga terintegrasi pada beberapa program, seperti program

interview kepada santri tiap bulan serta juga mengadakan program tahunan

(lomba-lomba sekaligus wisuda iktisyaf).77Dan ustad Ach. Wafir selaku

pengurus ketua Yayasan dan Kepala sekolah SMP Puncak Darussalam,

beliau menuturtkan juga bahwa:

“Pelaksanaan metode iktisyaf dipondok pesantren puncak


Darussalam ini merupakan kurikulum yang dirancang
sendiri oleh pengasuh yakni kiai abd Hannan Tibyan yang
mana iktisyaf ini bermaktub dari tiga kitab yaitu Fathul
qorib, NahwuSorrof, dan Imriti. Metode iktisyaf sangatlah
membantu bagi santri yang belajar kitab kuning hingga
cepat mudah memahami dan bisa menbaca kitab kining
dengan benar, intinya metode iktisyaf ini sangat efektif dan
praktis. Bahkan metode iktisyaf sudah banyak di terapkan
di lembaga lain.”78

Hal yang sama disampaikan oleh santri Jaizal Amir yang masih

kelas 2 SMP dan juga ikut program metode iktisyaf ini

mengatakan:

76
Rusydi, Ketua Pengurus Iktisyaf Juz I Pondok Pesantren Puncah Darussalam Potoan Daya
Palengaan Pamekasan, Wawancara langsung ( 09 November 2020)
77
Observasi, (18 Oktober 2020)
78
Ahc Wafir. Ketua Yayasan dan Kepala Sekolah SMP Pondok Pesantren Puncah Darussalam
Potoan Daya Palengaan Pamekasan, Wawancara langsung (10 November 2020)

57
“Dengan adanya pelaksanaan metode iktisyaf dipondok
pesantren puncak Darussalam ini bagi saya lebih mudah
dan cepat mengerti belajar kitab kuning yang mulanya saya
sangat kesulitan belajar kitab kuning meskipun sebelumnya
saya sudah belajar di langgar yang metodenya berbeda
hanya belajar ke kitab kuning langsung seperti jurmiyah
akan tetapi belajar nya mestinya butuh waktu lama untuk
bisa paham dan mengerti baca kitab kuning namun waktu
saat itu saya hanya belajar kurang lebih kurang lebih satu
tahun lebih bulan. Tapi Alhamdulillah ketika ikut program
metode iktisyaf pada saat ini lebih mudah mulai memahami
dan mengerti bisa membaca kitab kuning meskipun tidak
bisa baca secara mendalam. Dalam metode iktisyaf ini
sangat praktis.”79

Hal juga di buktikan dari hasil pengamatan peneliti kepada santri

bahwa memang benar kepasihan santri dalam membaca kitap kuning sangat

cepat bila dibandingkan dengan santri yang lainnya, maka dari itu

pelaksanaan kurikulum berbasis iktisyaf ini sangat bagus diterapkan di

pondok pesantren puncak Darussalam.80

6. Faktor Pendukung Dan Penghambat Kurikulum Pesantren Berbasis


Iktisyaf Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok
Pesantren Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan.
Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis iktisyaf tentu memiliki faktor

pendukung dan penghambat, sebagaimana dikemukakan oleh Ustad

Habibullah selaku ketua pengurus metode iktisyaf Juz II, beliau menuturkan

bahwa:

“Faktor pendukung penerapan kurikulum berbasis iktisyaf


ini adalah adanya kekompakan antar pengurus, saling bahu
membahu ketika terjadi kesulitan. Sedangkan faktor
penghambatnya adalah hujan dan mati lampu, dengan
adanya kendala yang tak terduga ini kurang maksimalnya
pelaksanaan kurikulum berbasis pesantren, selain itu

79
Jaizal Amir, Santri Pondok Pesantren Puncah Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan,
Wawancara langsung ( 05 Noverber 2020)
80
Observasi, (18 Oktober 2020)

58
kemalasan santri juga menjadi faktor penghambat dalam
pelaksanaan kurikulum berbasis iktisyaf”81

Senada dengan yang disampaikan oleh ustad muzammil selaku ketua

pengurus pondok pesantren puncak Darussalam, beliau menuturkan bahwa:

“Yang menjadi faktor pendukung dan penghambat


implementasi kuriulum pesantren berbasis iktisyaf dalam
meningkatkan potensi baca kitab kuning di pondok pesantren
puncak Darussalam ini factor pendukung adalah memiliki
tenaga pengajar atau tutor yang professional yang mana akan
disebut tenaga pengajar yang berkualitas, dan materi
pembelajarannya lebih mudah dan praktis serta kesemangatan
santri yang tinggi hingga aktif ikut program ini. Sedangkan
faktor penghambatnya adalah adanya yang tidak terduga
seperti hujan dan mati lampu, tenanga pengajar yang kurang
professional akan dsebut tenaga pengajar yang kurang
berkualitas dan juga munculnya kemalasan santri yang ada
pada diri santri itu sendiri atau santri jarang aktif akan disebut
santri yang malas.”82

Hal ini sama dengan yang disampaikan oleh Ustad Syarifuddin

selaku tutor iktisyaf bahwasanya sebagai berikut:

“Jadi seperti ini mengenai faktor pendukung setau saya


dalam pelaksanaan kurikulum pesantren berbasisi iktisyaf ini
yang pertama kekompakan tenaga pengajar ataupun ustad
yang ada disini, terus yang kedua adanya tenaga pendidik
yang profesional dan memiliki tujuan bersama yaitu untuk
melancarkan kurikulum ini dek, sedankan faktor
penghambat yang saya ketahui kemalasan para santri yang
ada disni.”83

Dari berbagai hasil wawancara diatas diperkuat dengan adanya

pengamatan peneliti bahwa kemalasan santri itu sangat menjadi tolak ukur

di pesantren, hal ini dimungkinkan karna kurang dewasanya pemikiran atau

kesadaran santri, karena dengan kenakalan tersebut akan menghambat dari

81
Habibullah, Ketua Pengurus Iktisyaf juz II Pondok Pesantren Puncah Darussalam Potoan Daya
Palengaan Pamekasan, Wawancara langsung (19 Oktober 2020)
82
Ahc Muzammil Karim, Ketua Pengurus Pondok Pesantren Puncah Darussalam Potoan Daya
Palengaan Pamekasan, Wawancara langsung (19 Oktober 2020)
83
Syarifuddin, Ustad/Tutor Iktisyaf Pondok Pesantren Puncah Darussalam Potoan Daya
Palengaan Pamekasan, Wawancara langsung (09 November 2020)

59
terlaksananya kurikulum pesantren berbasis iktisyaf. Dan juga yang memjadi

faktor pemhambat yang peneliti amati dari segi sarana dan prasarana yang

minim seperti contoh tidak konsistennya penempatan kelas yang hal ini

hanya menyesuaikan keadaan dan keinginan ustad atu tutornya.84

Hal ini diperkuat oleh pengasuh pondok pesantren puncak

darussalam yakni K.H Abd Hannan Tibyan beliau menuturkan bahwa:

“Setiap pesantren pastinya memiliki tujuan yang ingin dicapai


terutama pondok pesantren puncak Darussalam khususnya
implementasi kurikulum pesantren berbasis iktisyaf dalam
meningkatkan potensi baca kitab kuning ini tentunya tidak lepas
dari factor pendukung dan penghambat, namun yang menjadi
pendukung pelaksanaan kurikulum pesantren berbasis iktisyaf
ini yakni dengan dukungan dari masyarakat sekitar sehingga
sebagaian anaknya berbondong-bondong belajar metode iktisyaf
disini, dan juga adanya tenaga penndidik yang professional. Dan
untuk penghambatnya yakni kurangnya semangat santri
(kemalasan) dan faktor tak terduga sepeti mati lampu dan hujan
yang bisa tidak terlaksananya kegiatan belajar mengajar dan
juga adanya tenanga pendidik yang tidak profesional .” 85

B. Temuan Penelitian
1. Perencanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam
Menigkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren
Puncak Darussalam Poton Daya Palengan Pamekasan
Dalam perencanaan kerikulum pesantren Kurikulum Pesantren

Berbasis Iktisyaf Dalam Menigkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di

Pondok Pesantren Puncak Darussalam Poton Daya Palengan Pamekasan

peneliti dapat menemukan beberapa poin diantarnya sebagai berikut:

a. Tujuan metode pembelajaran iktisyaf

84
Observasi, (19 Oktober 2020)
85
Abd Hannan Tibyan, Pengasuh Pondok Pesantren Puncah Darussalam Potoan Daya Palengaan
Pamekasan, Wawancara Langsung, (17 Oktober 2020)

60
b. Mengadakan rapat bersama dengan seluruh pengurus pondok

pesantren.

c. Perumusan isi kurikulum

d. Perumusan tenaga pendidik dan peserta didik yang layak

masuk dalam kegiatan iktisyaf.

e. Perumusan training of training untuk pendidik

2. Pelaksanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam


Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren
Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan
Mengenai pelaksanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf

Dalam Menigkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Puncak Darussalam Poton Daya Palengan Pamekasan peneliti menemukan

tiga langkah diantara sebagai berikut:

a. Placement test

b. Terintegrasi pada proses pembelajaran

c. Interview sekaligus penguatan pemahaman

d. Program tahunan yang diadakan lomba-lomba sekaligus

wisuda Iktisyaf

3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Implementasi Kurikulum


Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Meningkatkan Potensi Baca
Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Puncak Darussalam Potoan
Daya Palengaan Pamekasan.
Sedangkan mengenai Faktor Pendukung Dan Penghambat

Implementasi Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Meningkatkan

Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Puncak Darussalam

Potoan Daya Palengaan Pamekasan peneliti dapat meringkas sebagai

berikut:

61
a. Faktor pendukungnya Implementasi Kurikulum Pesantren Berbasis

Iktisyaf Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok

Pesantren Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan

yang Pertama adanya tenaga pendidik yang profesionl. Yang kedua

adanya dukungan masyarakat sekitar yang sangat kuat,

b. Faktor Penghambat Implementasi Kurikulum Pesantren Berbasis

Iktisyaf Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok

Pesantren Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan

yang pertama kemalasan santri. Keduan mati lampu dan hujan.

Ketiga adanya tutor yang tidak profesional.

C. Pembahasan
1. Perencanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam
Menigkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren
Puncak Darussalam Poton Daya Palengan Pamekasan
Kurikulum Pondok Pesantren Puncak Darussallam Potoan Daya

Palengaan Pamekasan benar-benar direncankan dengan matang, hal ini

dikarenakan kurikulum memiliki kedudukan sentral dalam seluruh proses

pendidikan. Selain memiliki kedudukan yang sentral, kurikulum juga bisa

dikatakan sebagai otak dari berjalannya sebuah lembaga pendidikan atau

pesanten. Baik tidaknya sebuah lembaga pendidikan atau pesantren salah

satunya ditentukan oleh kurikulumnya.

Sebagaimana dikemukakan oleh Nana Syaodih Sukmadinata,

kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan

pegangan tentang jenis, lingkup dan urutan isi, serta proses pendidikan.

Disamping dua fungsi itu kurikulum juga merupakan suatu bidang studi,

yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber

62
konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis bagi

pengembangan berbgai institusi pendidikan.86

Perencanaan kurikulum pesantren berbasis iktisyaf dalam

meningkatakan potensi baca kitab kuning di Pondok Pesantren Puncak

Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan, dilakukan dengan

mengadakan rapat bersama yang dihadiri oleh seluruh pengurus pondok

pesantren puncak Darussalam. Ada beberapah hal yang dibahas dalam

proses perencanaan kurikulum pesantren berbasis iktisyaf, antara lain

sebagai berikut:

a. Perumusan tujuan metode pembelajaran iktisyaf

Tujuan ini tidak lain untuk lebih memudahkan para santri yang

ingin belajar kitab kuning dengan cepat sebagaimana untuk belajar

kitab kuning tidaklah mudah hingga butuh waktu yang lama untuk

bisa memhami dan baca kitab kuning, namun dengan adanya metode

pembelajaran IKtiyaf maka santri akan lebih cepat dan mudah untuk

bisa memahami membaca kitab kuning. Tujuan merupakn aspek

penting yang harus ada dan dirumuskan secara jells dlam sebuah

pondok pesantren. Sebagaiaman tujuan pembelajaran metode iktisyaf

dalam meningkatkan potensi baca kitab kuning yaitu:

1).Untuk meneruskan perjuangan kiai, santri harus meneruskan

perjuangannya dalam rangka mempertahankan dan

memperjuangkan nilai-nilai islam disetiap ranah kehidupan.

86
Nana Syaodih Sukadinata, Pengembangan Kurikulum, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2016), hlm. 174.

63
2). Mewariskan ilmu para ulama yang terdapat didalam kitab

kuning.

3).Untuk mempertahankan dan memperjuangkan faham

berlandaskan alQuran an Hadish. Hal di atas tersebut sesuai

dengan visi misi pondok pesantren puncak Darussalam potoan

daya palengaan pamekasan.

b. Perumusan isi kurikulum

Dalam perumusan isi kurikulum membahas tentang materi dan

metode iktisyaf, dalam hal ini pihak pesantren merancang kitab

khusus yang diberi namakitab iktisyaf. Kitab ini merupakan

ringkasan dari tiga kitab yaitu Fathul Qorib, NahwuSorrof, Dan

Imriti. Dengan kitab iktisyaf ini santri lebih mudah dan lebih cepat

dalam membaca dan memahami kitab klasik atau kitab kuning.

Karena kitab ini didesain dengan penuh kesederhanaan (ringkas).

c. Perumusan tenaga pendidik dan peserta didik yang layak masuk

dalam kegiatan iktisyaf.

Dalam rapat yang diselenggerakan juga membahas

tentang pemilihan tenaga pendidik yang memiliki kompetensi yang

memadai untuk mengajar iktisyaf, hal ini dilakukan agar penerapan

kurikulum berbasis iktisyaf berjalan dengan lancar dan optimal

sehingga para santri bisa mudah dan cepat dalam membaca dan

memahami kitab kuning.

d. Perumusan training of training bagi pendidik

64
Dipesantren ini juga dilakukan training of training

(Pelatihan), hal ini juga dirumuskan dalam perencanaan kurikulum

berbasis iktisyaf dengan adanya training ini untuk meningkatkan

kompetensi pendidik.

Sebagaimana yg di kemukakan oleh Hadipoerwono bahwa

pelatihan adalah proses belajar mengajar, dengan menggunakan

tehnik dan metode tertentu. Secara konsepsional dapat dikatakan

bahwa pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan keterampilan

atau kemampuan kerja seorang atau kelompok orang.

Selain pemilihan tenaga pendidik dalam rapat ini juga

dibahas tentang peserta didik atau santri yang layak masuk kegiatan

iktisyaf. Karena hanya santri yang sudah memenuhi kriteria yang

bisa mengikuti kegiatan iktisyaf. Kriteria yang harus dimiliki santri

untuk masuk kegiatan iktisyaf adalah harus lulus tes membaca

Alqur’an.

Berdasarkan pasal 28 ayat 3 peraturan pemerintah nomor

19 tahun 2005 tentang standar nasionl pendidikan kompetensi

sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah meliputi: kompetensi pedagogic, kompetensi

kepribadian, kompetensi keprofesional dan kompetensi sosial.87

2. Pelaksanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam


Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning di Pondok Pesantren
Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan
a. Placement test
87
Siswantari, “kompetensi pendidik dan tenaga kependididikan pada pendidikan nasional.” Jurnal
pendidikan dan kebudayaan, 17 (September 2011) hlm.542.

65
Placemen test ini merupakan programt penyeleksian bagi

santri untuk mengikuti program iktisyaf. Karena tidak semua santri

berhak mengikuti program tersebut, hanya santri yang memenuhi

kriteria yang bisa mengikuti program tersebut, adapun kriteria itu

santri yang bisa membaca AlQuran dengan Fasih.

b. Pelaksanaan kurikulum berbasis iktisyaf Terintegrasi pada

proses pembelajaran

Pelaksanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam

Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan pada

dasarnya terintegrasi pada proses pembelajaran.

Sebagaimana di kemukakan oleh Din Wahyudin, pelaksanaan

kurikulum dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu pelaksanaan

kurikulum tingkat sekolah dan pelaksanaan kurikulum tingkat kelas.

Adalah tingkat sekolah yang berperan adalah kepala sekolah dan

pada tingkat kelas adalah guru. Pelaksanaan kurikulum adalah proses

menerapkan kurikulum (program) dalam bentuk pembelajaran

melibatkan siswa.88

Adapun langkah-langkah dalam membaca kitab kuning

menggunakan metode iktisyaf dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

1). Maharotul Qiroah dimana pada saat Qiroah ini santri diajak

untuk mengulas dan membaca secara bersama-sama materi

yang akan di ajarkan sampai fasih.


88
Din Wahyudin, Manajemen Kurikulum, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 105.

66
2). Pemaknaan. Dimana dalam langkah ini guru atau tutor

memberi pemaknaan pada setiap kata dan kalimat satu persatu

dan santri menulisnya pada setiap kata yang tidak dapat

dimengerti secara pemaknaan.

3). Langkah ketiga ialah pemahaman Nahwu dan Sorrof.

Dalam pemahaman Nahwu dan Sorrof ini guru atau ustad

dalam hal ini menerangkan dan mejelaskan table sesuai dalam

kitab.

4). Penugasan. Dimana dalam penugasan ini dari sekian materi

yang disampaikan pada pertemuan itu guru atau ustad

memberikan tugas pada santri untuk di telaah kembali dalam

pondok atau dirumah dan setorkan kembali dipertemuan

selanjutnya dengan cara menjelaskan dan menghafalkan

materi yang ditugaskan sebelumnya.89

Menurut peneliti disini bahwa sangat bagus di

integrasikan dalam pembelajaran sebagaimana yang terjadi

dalam langkah-langkah penerapan kurikulum pesantren

berbasis iktisyaf di pondok pesantren puncak Darussalam

sebagaimana langkah Maharotul Qiroah.Pemaknaan,

pemahaman Nahwu dan Sorrof, dan Penugasan.90

c. Interview sekaligus penguatan pemahaman pada santri

Interview ini merupakan proses pengamatan secara

langsung tentang hasil penerepan kurikulum pesantren berbasis


89
Wahed ,“Efektifitas Cara Memahami Kitab Kuning Melalui Metode Iktisyaf Di SMP Puncak
Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan”, hlm. 39.
90
Observasi, (20 Oktober 2020)

67
iktisyaf. Dengan interview ini pihak pesantren juga bisa

memberikan penguatan pemahaman kepada santri sehingga para

santri bisa cepat memahami kitab kuning serta fasih dalam

membacannya. Selain itu interview juga digunakan sebagai ajang

seleksi santri untuk naik ketingkkat selanjutnya.

Interview pada dasarnya sama persis dengan evaluasi.

Sebagaimana di kemukakan oleh Din Wahyudin bahwa Evaluasi

adalah suatu proses interaksi deskripsi dan pertimbangan

(judgment)untuk menemukan hakikat dan nilai dari suatu hal yang

di evaluasi, dalam hal ini kurikulum. Evaluasi kurikulum

sebenarnya dimaksudkan untuk memperbaiki substansi

kurikulum, prosedur implementasi, metode intruksional, serta

pengaruhnya pada belajar dan prilaku siswa.91

Menurut peneliti disini bahwa interview sangat mungkin

diterapkan karena dapat melihat santri yang mengalami

peningkatan dalam kelas maka dari itu tehnik yang dilakukan

dalam interview menumbuhkan sebuah target dalam lembaga

pendidikan.92

3. Faktor Pendukung Dan Penghambat Implementasi Kurikulum


Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Meningkatkan Potensi Baca
Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Puncak Darussalam Potoan
Daya Palengaan Pamekasan.

Dalam Implementasi Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf

Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren


91
Din Wahyudin, Manajemen Kurikulum, hlm. 148.
92
Observasi, (20 Oktober 2020)

68
Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan, tentunya tidak

lepas dari factor pendukung dan faktor penghambat. Sebab dari dua

faktor ini sangat mempengaruhi terhadap implementasi/pelaksanaan

kurikulum pesantren berbasis iktisyaf ini.

Adapun faktor pendukung proses implementasi kurikulum

pesantren berbasis iktisyaf dalam meningkatkan potensi baca kitab

kuning di pondok pesantren puncak Darussalam potoan daya palengaan

pamekasan sebagai berikut:

a. Adanya tenaga pendidik/ustadz yang professional.

Karena tenaga pendidik yang professional akan memberi yang

lebih mudah dan cepat dalam memahami materi bagi santri

dan akan mengoptimalkan suatu proses pembelajaran dengan

baik sehingga sesuai dengan tujuan yang di harapkannya.

b. Dukungan dari masyarakat

Karena adanyaImplementasi Kurikulum Pesantren Berbasis

Iktisyaf Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning ini

telah menajdi seluruh keinginan masyarakat yang ada

disekitarnya serta menjadi perhatian masyarakat sekitar

maupun yang jauh sehingga putra-putranya banyak di ikutkan

dalam kegiatan metode iktisyaf.

Sedangkan faktor penghambat proses implementasi

kurikulum pesantren berbasis iktisyaf dalam meningkatkan

potensi baca kitab kuning di pondok pesantren puncak

69
Darussalam potoan daya palengaan pamekasan sebagai

berikut:

a. Kemalasan santri

Kemalasan santri merupakan faktor yang sering terjadi

dalam lembaga pendidikan ataupun pondok pesantren hal

ini dikarenakan kurang dewasanya pemikiran dan

kesadaran santri. Hal ini menjadi kurang lancarnya proses

pelaksanaan kurikulum pesantren berbasisi iktisyaf di

puncak Darussalam.

b. Faktor tak terduga (Mati lampu & hujan)

Faktor ini juga menjadi penghambat dalam melaksanakan

kurikulum pesantren berbasisiktisyaf dikarenakan faktor

ini yang tidak bisa di duga sehingga pelaksanan dari

kegiatan ini kurang maksimal

Menurut Dakir terdapat tiga faktor yang

mempengaruhi implementasi kurikulum, yaitu:

1) Karekteristik kurikulum, yang mencakup ruang

lingkup bahan ajar, tujuan, fungsi, sifat dan

sebagainya.

2) Strategi implementasi atau pelaksanaan, yaitu

strategi yang digunakan dalam implementasi

kurikulum, seperti diskusi profesi, seminar,

penataran, lokakarya penyediaan buku kurikulum,

70
dan berbagai kegiatan lain yang dapat mendorong

penggunaan kurikulum dilapangan.

3) Karakteristik pengguna kurikulum, yang meliputi

pengetahuan, keterampilan, serta nilai dan sikap guru

tehadap kurikulum dalam pembelajaran.93

93
Muhammad Sholeh Ridho, “Faktor-Faktor Yang Menghambat Keterlaksanaan Kurikulum 2013
Pada Kompetisi Keahlian Teknik Fabrikasi Logam (TFL) di SMK N 1 Seyegan Yogyakarta)’,
Skripsi Ma, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2016).

71
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa penjelasan yang telah diuraikan pada bab-bab

sebelumnya, maka pada bab ini peneliti dapat mengambil beberapa point

penting sebagai rangkuman dari hasil temuan penelitian yang secara lebih

luas telah diuraikan sebelumnya. Dari temuan penelitian yang peneliti

peroleh ada beberapa hal sebagai berikut:

1. Perencanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Menigkatkan

Potensi Baca Kitab Kuning di Pondok Pesantren Puncak Darussalam

Poton Daya Palengan Pamekasan peneliti dapat menemukan tiga poin

diantarnya sebagai berikut: Pertama Mengadakan rapat bersama dengan

seluruh pengurus pondok pesantren. Kedua Perumusan isi kurikulum dan,

Ketiga Pemilihan tenaga pendidik sekaligus di adakan pelatihan untuk

pembinaan pada tenaga pendidik Iktisyaf dan peserta didik yang layak

masuk dalam kegiatan iktisyaf.

2. Pelaksanaan Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam Meningkatkan

Potensi Baca Kitab Kuning di Pondok Pesantren Puncak Darussalam

Potoan Daya Palengaan Pamekasan peneliti menemukan tiga langkah

diantara sebagai berikut:

Pertam melakukan placemen test Kedua Terintegrasi pada proses

pembelajaran, Ketiga Interview sekaligus penguatan pemahaman,

72
Keempat Program tahunan yang diadakan lomba-lomba sekaligus wisuda

Iktisyaf.

3. Faktor Pendukung Implementasi Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf

Dalam Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren

Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan Pertama adanya

tenaga pendidik yang profesionl. Yang kedua adanya dukungan

masyarakat sekitar yang sangat kuat. Sedangkan Faktor Penghambat

Implementasi Kurikulum Pesantren Berbasis Iktisyaf Dalam

Meningkatkan Potensi Baca Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Puncak

Darussalam Potoan Daya Palengaan Pamekasan yang pertama adanya

faktor tak terduga dan, yang Kedua adalah kemalasan santri.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang ditulis dalam bentuk skripsi ini.

Maka di akhir penulisan karya ilmiah ini, penulis akan memberikan beberapa

saran yang memungkinkan dapat dijadikan acuan untuk dijadikan bahan

pertimbangan khususnya Pengasuh, Ketua Pengurus Iktisyaf, masyarakat dan

santri yaitu sebagai berikut:

1. Untuk Pengasuh sebagai pemangku kebijakan di Pondok pesantren saya

berharap bahwa untuk kedepannya kebijakan dan pembaruan selalu

laksanakan demi tercapainya kurikulum yang sangat baik di madrasah

kerena semua perencanaan tergantung pada keputusan pengasuh seperti

kebijakan kurikulum.

2. Untuk Ketua Pengurus Iktisyaf, sebagai pengelola dibagiaan Kurikulum

berbasis Iktisyaf, saya berharap untuk kedepannya selalu meningkatkan

73
performace pada kedisiplinan terkait pelaksaan semua terkait kurikulum

kepada santri, selalu junjung perubahan yang ada di Pesantren tingkatkan

kerjasama dengan masyarakat dan kelola Santri agar mecapai tingkat

kedisiplinan yang tinggi serta mencapai Pesantren yang ungul dan maju.

3. Untuk masyarakat saya berharap selalu berikan arahan jika santri

melanggar aturan dan selalu tingakkan hubungan dengan Pondok

Pesantren berikan saran yang lebih baik untuk Pondok Pesantren

sehingga mencapai kedisiplinan yang unggul pada Santri. Dan

4. Untuk Santri selalu lakukan dengan ketentuan Pesantren respont segala

program dan ketentuan sekolah tingkatkan kedisplinan karena disiplin itu

kunci sukses untuk Santri agar kurikulum bisa terlaksana dengan baik.

74
Daftar Rujukan

Abdurrahman, “Implementasi managemen kurikulum pesantren berbasis

pendidikan karakter”, At-Turas, 2, Desember 2017.

Aly, Abdullah. Pendidikan Islam Multikultural Di Pesantren. Yokyakarta:

Pustaka Pelajar, 2011.

Anam, Khoirul. Alumni Santri Pondok Pesantren Puncak Darussalam,

Wawancara langsung. 03 Maret 2020.

Arikunto, Suharsimi.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010.

Basrowi, dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka

Cipta, 2008.

Buna’i, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Rintisan Sekolah

Bertaraf Internasional. Pamekasan: Stain Pamekasan Press, 2010

Emzir. Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data. Jakarta: Rajawali

Pers, 2014.

Fathurrahman, Muhammad. Dan Sulistyorini. Implementasi manajemen

peningkatan mutu pendidikan islam. Yogyakarta: Teras, 2012.

Habibi, Walid dan Mat Behri. “Program Akselerasi Baca Kitab Kuning Di

majelis Musyawarah Kutubuddiyah (M2KD) PP .MembaulUlum

Bata-Bata Ds. PanaanKec. Palengaan Kab. Pamekasan”, Jurnal

Pendidikan Dan Manajemen Islam, 2, Desember 2017.

75
Hasanah, St. Mau’izatul. “Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren

Salafiyah Penyelenggara Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9

Tahun Di Kabupaten Barito Kuala”. Tesis Ma, Institut Agama

Islam Negeri, Antasari, 2012.

Hasyim, Husmiaty. ”Tranformasin Pendidikan Islam (Kontek Pendidikan

Pondok Pesantren)” Jurnal Pendidikan Agama Islam Ta’lim, 1,

2015.

Junaidi, Kholid. ”Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Di indonesia”,

Jurnal Pendidikan Islam, 01, Juli-Desesmber 2016.

Ghony, Djunaidi, M, dan Fauzan Almanshur. Metode Penelitian

Kualitatif. Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2014.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta:

Bumi Aksara, 2014.

Kasiram, Moh. Metodelogi Penelitian Kualitatif- Kuantitatif. Malang: UIN

Maliki Press, 2010.

Lukman dan fatihkul Amin, “ perkembangan pondok pesantren puncak

darussalam tahun 2005-2013” , Jurnal Program Studi Sejarah

STKIP PGRI Sidoarjo, 02, september 2014.

Masyhud, Sulthon. Dan Moh Khusnurdilo. Manajemen Pondok Pesantren.

Jakarta: Diva Pustaka. 2003.

Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2007.

Muhtifah, Lailial. “Pola Pengembangan Kurikulum Pesantren”, np, 2,

2012.

76
Muin M, Abd. “Kitab Kuning Dan Madrasah: Studi Pada Pondok

Pesantren Lombok Barat”, Edukasi, 1, Januari-April 2014.

M.QAgus P.W, Dhevin “Manajemen Pondok pesantren Dalam

mengintegrasikan Kurikulum Pesantren Dengan Pendidikan

Formal”, Edu-Islamika, 2, September 2013.

Prastowo,Andi.Metodelogi Penelitian Kualitatif dalam Perspektif

Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.

Saifudin, Ahmad. “Eksistensi Kurikulum Pesantren Dan Kebijakan

Pendidikan”, Jurnal Pendidikan Agama Islam, 01, Mei 2013.

Suharsaputra, Uhar. Metode Penelitian Kuantiatif Kualitatif dan Tindakan.

Bandung: PT Refika Aditama, 2012.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuanitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta, 2011.

Tafsir, Ahmad. Ilmu pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT

RemajaRosdakarya, 2014.

Taruna, Mulyana Mudis. “Standardisasi Penguasaan Kitab kuning

Dipondok Pesantren Nurul Hakim Nusa Tenggara Barat”,

Analisa, 1, Januari-Juni 2012.

Tasi’ulJabbar, Moh. Dan Wahidul Anam, Anis Humaidi. “Upaya Kiyai

Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Kitab Kuning”,

Edudeena, 1, Februari 2017.

77
Tohir, Kholis “Kurikulum dan Sistem Pembelajaran Pondok Pesantren

Salafi Di Kec. Kresek Kab. Tangerang Provensi Banten”

Analytica Islamica, 1, Januari-juni 2017.

Tsuroyya, Elfa. “ manajemen Kurikulum Pesantren Berbasis Madrasah Di

MAN 3 Sleman Yogyakarta”, Jurnal Manajemen pendidikan

Islam, 2 , November 2017.

Wahed, “Efektifitas Cara Memahami Kitab Kuning Melalui Metode

Iktisyaf Di SMP Puncak Darussalam Potoan Daya Palengaan

Pamekasan”. Skripsi Ma, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI),

Al-Khairat, 2014.

Widyastono, Herry. Pengembangan Kurikulum Di Era Otonomi Daerah.

Jakarta: PT Bumi Aksara, 2015.

78
Lampiran-Lampiran

A. PENDOMAN WAWANCARA

1) Wawancara dengan Pengasuh/Kiai

a. Bagaimana sejarah awalnya kiai mencetuskan metode baru yakni yg

sebut metode iktisyaf di pesantren Puncak Darusssalam di Potoan Daya

palengaan Pamekasan?

b. Mengapa kiai mencetuskan metode iktisyaf ?

c. Bagaimana perencanaan kiai dalam metode iktisyaf ini sebelum di

terapkan?

d. Apa tujuan dari penerapan metode iktisyaf ?

e. Menurut kiai apakah perencanaan sesuai dengan pelaksanaan kurikulum

pesantren berbasis iktisyaf dalam meningkatkan potensi baca kitab

kuning ?

f. Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan

kurikulum pesantren berbasis iktisyaf dalam meningkatkan potensi baca

kitab kuning?

g. Bagaimana cara mengantisipasi dari faktor penghambat dari

pelaksanaan metode iktisyaf di pondok pesantren ini?

2) Wawancara dengan Ketua Pengurus Pondok Pesantren

a. Bagaimana perencanaan kurikulum pesantren berbasis iktisyaf ?

b. Siapa saja yang terlibat dalam melaksanakan metode iktisyaf untuk

meningkatkan potensi baca kitab kuning?

79
c. Menurut ustad apakah penerapan kurikulum berbasis iktisyaf sejalan

dengan apa yg direncakan terutama dalam meningkatkan potensi baca

kitab kuning?

d. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan

kurikulum pesantren berbasis iktisyaf dalam meningkatkan potensi baca

kitab kuning?

e. Bagaimana cara mencegah dari faktor penghambat dalam pelaksanaan

kurikulum pesantren berbasis iktisyaf dalam mingkatkan potensi baca

kitab kuning?

f. Kapan waktu pelaksanaan kegiatan metode iktisyaf ?

g. Berapa jumlah santri yang mengikuti dalam kegiatan metode iktisyaf?

h. Bagaiamana cara ustad mengelompokkan santri dalam mengikuti

kegiatan metode iktisyaf?

i. Apa saja prestasi-prestasi yang di raih santri dalam mengikuti kegiatan

metode iktisyaf?

b. Wawancara kepada Bagian Bidang Pengurus Iktisyaf

a. Menurut Ustad Bagaimana rencana dalam melaksanakan metode

iktisyaf?

b. Siapa saja yang terlibat di dalam melaksanakan metode iktisyaf dalam

meningkatkan potensi baca kitab kuning?

c. Menurut ustad apakah penerapan kurikulum pesantren berbasis iktisyaf

sejalan dengan apa yg direncanakan terutama dalam meningkatkan

potensi baca kitab kuning?

80
d. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan

kurikulum pesantren berbasis iktisyaf dalam meningkatkan potensi baca

kitab kuning?

e. Bagaimana cara mencegah dari faktor penghambat dalam pelaksanaan

kurikulum pesantren berbasis iktisyaf dalam mingkatkan potensi baca

kitab kuning?

f. Kapan waktu pelaksanaan metode iktisyaf ?

g. Berapa jumlah santri yang mengikuti dalam kegiatan metode iktisyaf?

h. Bagaiamana cara ustad mengelompokkan santri dalam mengikuti

kegiatan metode iktisyaf?

i. Apa saja prestasi-prestasi yang di raih santri dalam mengikuti kegiatan

metode iktisyaf?

5. Wawancara dengan santri

b. Bagaimana menurut anda tentang metode iktisyaf?

c. Apakah pelaksanaan metode iktisyaf sudah berjalan dengan lancar?

d. Apa saja kendala yang biasanya dihadapi santri dalam mengikuti

kegiatan metode iktisyaf?

e. Apakah menurut anda sarana yg ditempati untuk kegiatan metode

iktisyaf cukup memadai?

f. Apakah adanya metode iktisyaf ini bisa santri lebih mudah untuk

belajar dan memahami baca kitab kuning?

g. Apakah anda senang atau puas dengan metode iktisyaf?

h. Apa kesan dan pesan terhadap adanya kegiatan metode iktisyaf yg di

adaka di pondok pesantren ini?

81
B. KISI-KISI INSTRUMEN

No Fokius Metode Sumber


1. Bagaimana Perencanaan Wawancara Pengasuh/kiai, Ketua

Implementasi Kurikulum Observasi pengurus, Dan

Pesantren Berbasis Iktisyaf? Dokumentasi Pengurus bidang

iktisyaf, dan Foto


2. Bagaiamana Proses Wawancara Pengasuh/kiai, Ketua

Implementasi Kurikulum Observasi pengurus, Dan

Pesantren Berbasis Iktisyaf Dokumentasi Pengurus bidang

Dalam Meningkatkan Potensi iktisyaf. Santri dan

Baca Kitab Kuning Di Pondok foto

Pesantren Puncak Darussalam

Potoan Daya Palengaan

Pamekasan?
3. Apa Saja Faktor Pendukung dan Wawancara Pengasuh/kiai, Ketua

Penghambat Implementasi Observasi pengurus, Dan

Kurikulum Pesantren Berbasis Dokumentasi Pengurus bidang

Iktisyaf Dalam Meningkatkan iktisyaf.Santri dan foto

Potensi Baca Kitab Kuning Di

Pondok Pesantren Puncak

Darussalam Potoan Daya

Palengaan Pamekasan?

PEDOMAN OBSERVASI

No Yang Diobservasi Uraian


1. Letak dan keadaan Sarana prasarana Sebagai yang tertuang dalan

82
dalam kegiatan iktisyaf Pondok penelitian bahwasanya sudah bisa

Pesantren Puncak Darussalam Potoan diakatakan jauh dari kesempurnaan

Daya Palengaan Pamekasan Pamekasan

2. Rencana pelaksanaan kurikulum a.proses perencanaan kurikulum

pesantren berbasis iktisyaf Pondok pesantren berbasis iktisyaf

Pesantren Puncak Darussalam Potoan

Daya Palengaan Pamekasan Pamekasan


3. Pelaksanaan pelaksanaan/ implementasi a. Pelaksanaan kurikulum

kurikulum pesantren berbasis iktisyaf pesantren berbasis iktisyaf di

dalam meningkatkan potensi baca kitab luar kelas

kuning di Pondok Pesantren Puncak b. Pelaksanaan program yang

Darussalam Potoan Daya Palengaan yang mengarah pada potensi

Pamekasan Pamekasan baca kitap kuning


4. Faktor pendukung dan Faktor a. Pendidik yang profesional

penghambat dalam kegiatan b. Dukungan masyarakat

iktisyafPondok Pesantren Puncak c. Kometmen pengurus iktisyaf

Darussalam Potoan Daya Palengaan d. Kemalasan santri

Pamekasan Pamekasan e. Faktor alam

C. PEDOMAN DOKUMENTASI

No Dokumen Ada Tidak

Ada
1. Profil Pondok Pesantren Puncak Ada

Darussalam Potoan Daya

83
Palengaan Pamekasan
2. Struktur Organisasi Pondok Ada

Pesantren Puncak Darussalam


3. Data nama-nama Pengurus Ada

Bidang Iktisyaf Pondok Pesantren

Puncak Darussalam Potoan Daya

Palengaan Pamekasan.
4. Daftar nama santri Ada
5. Data-data tentang Waktu kegiatan Ada

Iktisyaf Pondok Pesantren Puncak

Darussalam Potoan Daya

Palengaan Pamekasa
6. Ruang Kegiatan Iktisyaf Ada
7. Hasil dokumentasi berupa foto Ada

D. Dokumentasi Foto

1. Foto saat wawancara dengan Pengasuh Pondok Pesantren

84
2. Foto saat wawancara dengan Ketua Pengurus Pondok Pesantren

3. Foto saat wawancara dengan Ustad Wahed

4. Foto saat wawancara dengan Ustad Wafir selaku Kepala Sekolah

SMP

85
5. Foto saat wawancara dengan mahmudi

6. Foto saat wawancara dengan Ketua Pengurus Iktisyaf jus 11

Ustad Habibullah

86
7. Foto wawancara dengan santri

8. Foto saat terlaksananya Metode Iktisyaf

9. Wawancara Ust Rusdi Ketua Iktisyaf Juz1

87
10. Dokumentasi setoran hafalan

11. Foto tugas penyusunan skripsi

88
12. Foto hasil evaluasi metode Iktisyaf (program Bulanan)

89
13. Foto apsensi santri iktisyaf jus 1 & 2

90
14. Foto struktur pengurus pondok pesantren

91
15. Foto program tahunan ( Wisuda Iktisyaf)

RIWAYAT HIDUP

92
Amrollah dilahirkan di Desa Bulangan Haji , Kecamatan Pegantenan, Kabupaten
Pamekasan, jawa Timur pada tanggal 05 Oktober 1996, anak kedua dari pasangan
bapak Alm. Muallim dan Ibu Mariyah. Pendidikan Sekolah Dasar sampai
perguruan tinggi ditempuh diberbagai tempat yang
berbeda. Pendidikan Sekolah Dasar lulus tahun 2009 di
di SDN Bulangan Haji, MTs lulus tahun 2012 di
Sulthan Muhammad , MA lulus tahun 2015 di MA
Darul Ulum Banyu Anyar, dan pendidikan tertingginya
ditempuh di IAIN Madura sejak tahun 2016, pada
Jurusan Tarbiyah, program studi Manajemen Pendidikan Islam, semasa menjadi
mahasiswa pernah aktif di beberapa organisasi diantaranya, Himpunan Mahasiswa
Jurusan (HMJ) MPI, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

93

Anda mungkin juga menyukai