Anda di halaman 1dari 3

Penyesalan Ahli Neraka Karena Masalah Ketaatan

oleh: Ihsan Tandjung


Kitab Suci Al-Quran seringkali menggambarkan berbagai bentuk penyesalan para penghuni
Neraka. Salah satu di antara bentuk penyesalan itu berkaitan dengan urusan ketaatan.
Kelak para penghuni Neraka pada saat tengah mengalami penyiksaan yang begitu
menyengsarakan berkeluh kesah penuh penyesalan mengapa mereka dahulu sewaktu di dunia
tidak mentaati Allah dan RasulNya. Kemudian mereka menyesal karena telah menyerahkan
kepatuhan kepada para pembesar, pemimpin, Presiden, Imam, Amir, Qiyadah dan atasan mereka
yang ternyata telah menyesatkan mereka dari jalan yang lurus. Akhirnya, karena nasi telah
menjadi bubur, mereka hanya bisa mengharapkan agar para mantan pimpinan mereka itu diazab
oleh Allah dua kali lipat daripada azab yang mereka terima. Bahkan penghuni Neraka akhirnya
mengharapkan agar para mantan pimpinan mereka itu dikutuk dengan kutukan yang sebesarbesarnya. Semoga Allah melindungi kita dari penyesalan demikian. Naudzubillahi min
dzaalika..!





Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah
baiknya, andaikata kami ta`at kepada Allah dan ta`at (pula) kepada Rasul". Dan mereka berkata:
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta`ati pemimpin-pemimpin dan pembesarpembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami,
timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang
besar".(QS AlAhzab ayat 66-68)

Gambaran di atas merupakan suatu gambaran yang sungguh mengenaskan. Bagaimana


kumpulan manusia yang sewaktu di dunia begitu menghormati dan mempercayai para pembesar
dan pemimpin mereka, tiba-tiba setelah sama-sama dimasukkan Allah ke dalam derita Neraka
mereka baru sadar ternyata telah ditipu oleh para pemimpin tersebut sehingga berbalik menjadi
pembenci dan pengutuk para mantan pembesar dan pemimpin tersebut. Mereka terlambat
menyadari jika telah dikelabui dan disesatkan dari jalan yang benar. Mereka terlambat menyadari
bahwa sesungguhnya para pemimpin dan pembesar itu tidak pernah benar-benar mengajak dan
mengarahkan mereka ke jalan yang mendatangkan keridhaan dan rahmat Allah.

Itulah sebabnya tatkala Allah menyuruh orang-orang beriman mentaati Allah dan RasulNya serta
ulil amri minkum (para pemimpin di antara orang-orang beriman) saat itu juga Allah

menjelaskan kriteria ulil amri minkum yang sejati. Yaitu mereka yang di dalam
kepemimpinannya bilamana menghadapi perselisihan pendapat maka Allah (Al-Quran) dan
RasulNya (As-Sunnah/Al-Hadits) menjadi rujukan mereka dalam menyelesaikan dan
memutuskan segenap perkara.




Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS An-Nisaa
ayat 59)
Benar, Islam sangat menganjurkan kita semua supaya taat kepada pemimpin, namun pemimpin
yang seperti apa? Apakah patut kita mentaati para pembesar dan pemimpin bilamana mereka
tidak pernah menjadikan AlQuran dan As-Sunnah sebagai rujukan untuk menyelesaikan
berbagai problema yang muncul? Mereka lebih percaya kepada hukum dan aturan bikinan
manusia, bikinan para legislator, daripada meyakini dan mengamalkan ketentuan-ketentuan Allah
dan RasulNya. Pantaslah bilamana masyarakat yang sempat menghormati dan mempercayai para
pembesar dan pemimpin seperti ini sewaktu di dunia kelak akan menyesal ketika sudah masuk
Neraka. Bahkan mereka akan berbalik menyerang dan memohon kepada Allah agar para ulil
amri gadungan tersebut diazab dan dikutuk...!

Tetapi kesadaran dan penyesalan di saat itu sudah tidak bermanfaat sama sekali untuk
memperbaiki keadaan. Sehingga Allah menggambarkan bahwa pada saat mereka semuanya telah
divonis menjadi penghuni Neraka lalu para pengikut dan pemimpin berselisih di hadapan Allah
sewaktu di Padang Mahsyar. Para pengikut menuntut pertanggungjawaban dari para pembesar,
namun para pembesar itupun cuci tangan dan tidak mau disalahkan. Para pemimpin saat itu baru
mengakui bahwa mereka sendiri tidak mendapat petunjuk dalam hidupnya sewaktu di dunia,
sehingga wajar bila merekapun tidak sanggup memberi petunjuk sebenarnya kepada rakyat yang
mereka pimpin. Mereka mengatakan bahwa apakah mau berkeluh kesah ataupun bersabar sama
saja bagi mereka. Hal itu tidak akan mengubah keadaan mereka barang sedikitpun. Baik
pemimpin maupun rakyat sama-sama dimasukkan ke dalam derita Neraka.


Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu
berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: "Sesungguhnya kami
dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab
Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada
kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita
mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri". (QS
Ibrahim ayat 21)
Allah menggambarkan bahwa kumpulan pengikut taqlid dan pemimpin sesat ini adalah
kumpulan orang-orang zalim. Para pemimpin sesat akan berlepas diri dari para pengikut
taqlidnya. Sedangkan para pengikut taqlid bakal menyesal dan berandai-andai mereka dapat
dihidupkan kembal ke dunia sehingga mereka pasti berlepas diri, tidak mau loyal dan taat kepada
para pemimpin sesat tersebut. Tetapi semuanya sudah terlambat.





Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat
siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat
berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu
berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala
hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti:
"Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka,
sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada
mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke
luar dari api neraka. (QS Al-Baqarah ayat 165-167)
Yang detail tulis disini
Diposkan oleh Mush'ab Abdurrahman di 14:41

Anda mungkin juga menyukai