Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Orang Islam belum tentu berkepribadian muslim. Kepribadian Muslim adalah
seperti digambarkan oleh Al-qur’an tentang tujuan dikirimkan Rasulullah Muhammad
SAW kepada ummatnya, yakni menjadi rahmat bagi sekalian alam.

Oleh sebab itu, seseorang yang telah mengaku muslim seharusnya memiliki
kepribadian sebagai sosok yang selalu dapat memberi rahmat dan kebahagiaan kepada
siapapun dan dalam lingkungan bagaimanapun. Taat dalam menjalankan ajaran
agama, tawadhu’, suka menolong, memiliki sifat kasih sayang, tidak suka
menipu/mengambil hak orang lain, tidak suka mengganggu dan tidak menyakiti orang
lain.

Persepsi (gambaran) masyarakat tentang kepribadian muslim memang


berbeda-beda. Bahkan tidak banyak yang memiliki pemahaman sempit sehingga
pribadi muslim seolah tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari
aspek ubudiyyah saja, padahal itu hanyalah salah satu aspek dan masih banyak aspek
lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu, standar pribadi
muslim yang berdasarkan Al-qur’an dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus
dirumuskan, sehingga dapat menjadi
acuan bagi pembentukan pribadi muslim yang sempurna.
B. Rumusan masalah
a. Apa ayat al – qur’an yang menerangkan kepribadian umat muslim?
b. Bagaimana penafsiran ayat al – qur’an tentang kepribadian umat muslim ?
c. Apa asbabun nuzul ayat tentang kepribadian umat muslim ?
d. Apa munasabah ayat tentang kepribadian umat muslim ?
e. Apa kajian teori tentang kepribadian umat muslim ?
C. Tujuan
a. Untuk mengetahui ayat al – qur’an yang menerangkan kepribadian umat muslim
b. Untuk mengetahui penafsiran ayat al – qur’an tentang kepribadian umat muslim
c. Untuk mengetahui asbabun nuzul ayat tentang kepribadian umat muslim
d. Untuk mengetahui munasabah ayat tentang kepribadian umat muslim
e. Untuk mengetahui kajian teori tentang kepribadian umat muslim
BAB II
PEMBAHASAN
A. ayat al – qur’an dan terjemahnya (QS. Luqman :12-19)
‫د‬ٞ1‫َو َلَقۡد َء اَتۡي َنا ُلۡق َٰم َن ٱۡل ِح ۡك َم َة َأِن ٱۡش ُكۡر ِۚهَّلِل َو َم ن َيۡش ُكۡر َفِإَّنَم ا َيۡش ُك ُر ِلَنۡف ِس ۖۦِه َو َم ن َكَف َر َف ِإَّن ٱَهَّلل َغ ِنٌّي َح ِم ي‬
‫ َو َو َّص ۡي َنا ٱِإۡل نَٰس َن‬١٣ ‫م‬ٞ‫ َو ِإۡذ َقاَل ُلۡق َٰم ُن ٱِلۡب ِنِهۦ َو ُهَو َيِع ُظ ۥُه َٰي ُبَنَّي اَل ُتۡش ِر ۡك ِبٱِۖهَّلل ِإَّن ٱلِّشۡر َك َلُظۡل ٌم َع ِظ ي‬١٢
‫ َو ِإن‬١٤ ‫ِبَٰو ِلَد ۡي ِه َح َم َلۡت ُه ُأُّم ۥُه َو ۡه ًنا َع َلٰى َو ۡه ٖن َو ِفَٰص ُل ۥُه ِفي َعاَم ۡي ِن َأِن ٱۡش ُكۡر ِلي َو ِلَٰو ِل َد ۡي َك ِإَلَّي ٱۡل َم ِص يُر‬
‫م َفاَل ُتِط ۡع ُهَم ۖا َو َص اِح ۡب ُهَم ا ِفي ٱلُّد ۡن َيا َم ۡع ُر وٗف ۖا َو ٱَّتِبۡع َس ِبيَل‬ٞ ‫َٰج َهَداَك َع َلٰٓى َأن ُتۡش ِرَك ِبي َم ا َلۡي َس َلَك ِبِهۦ ِع ۡل‬
‫ َٰي ُبَنَّي ِإَّنَهٓا ِإن َتُك ِم ۡث َق اَل َح َّب ٖة ِّم ۡن َخ ۡر َد ٖل‬١٥ ‫َم ۡن َأَناَب ِإَلَّۚي ُثَّم ِإَلَّي َم ۡر ِج ُع ُك ۡم َفُأَنِّبُئُك م ِبَم ا ُك نُتۡم َتۡع َم ُلوَن‬
‫ۡأ‬
‫ َٰي ُبَنَّي َأِقِم‬١٦ ‫ر‬ٞ‫ٌف َخ ِب ي‬1 ‫َفَتُك ن ِفي َص ۡخ َر ٍة َأۡو ِفي ٱلَّس َٰم َٰو ِت َأۡو ِفي ٱَأۡلۡر ِض َي ِت ِبَه ا ٱُۚهَّلل ِإَّن ٱَهَّلل َلِط ي‬
١٧ ‫ٱلَّص َلٰو َة َو ۡأ ُم ۡر ِبٱۡل َم ۡع ُروِف َو ٱۡن َه َع ِن ٱۡل ُم نَك ِر َو ٱۡص ِبۡر َع َلٰى َم ٓا َأَص اَبَۖك ِإَّن َٰذ ِل َك ِم ۡن َع ۡز ِم ٱُأۡلُم وِر‬
‫ َو ٱۡق ِص ۡد‬١٨ ‫َو اَل ُتَص ِّع ۡر َخَّد َك ِللَّناِس َو اَل َتۡم ِش ِفي ٱَأۡلۡر ِض َم َر ًح ۖا ِإَّن ٱَهَّلل اَل ُيِح ُّب ُك َّل ُم ۡخ َتاٖل َفُخ وٖر‬
]19-12:‫ [ لقمان‬١٩ ‫ِفي َم ۡش ِيَك َو ٱۡغ ُض ۡض ِم ن َص ۡو ِتَۚك ِإَّن َأنَك َر ٱَأۡلۡص َٰو ِت َلَص ۡو ُت ٱۡل َحِم يِر‬
Artinya:
12. Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak
bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". 13. Dan
(ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". 14. Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu
bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. 15. Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan
baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-
Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. 16.
(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat
biji sawi, dan berada dalamnbatunataundi langit atau di dalam bumi, niscaya Allah
akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha
Mengetahui. 17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal
yang diwajibkan (oleh Allah). 18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari
manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri. 19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah
suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.(Q.S.
Luqman/31:12-19)
B. Penafsiran Lafadz
Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini di dalam tafsirnya, bahwasannya para ulama’
ahli tafsir berbeda pendapat tentang siapakah Luqman yang termaksud dalam ayat ini?
Apakah ia seorang nabi atau hanya seorang yang saleh tanpa diberi kenabian? Dan
pendapat yang ke dua inilah, kebanyakan dianut oleh para ulama, bahkan para ulama
mengatakan bahwasannya Luqman adalah seseorang yang berkulit hitam dari Afrika,
seorang hamba sahaya dari Sudan. Dikisahkan suatu ketika ia diperintah oleh
majikannya menyembelih seekor kambing, kemudian setelah disembelihnya ia
disuruh mengeluarkan dua potong yang paling enak dimakan dari anggota kambing
itu, maka diberikanlah kepada sang majikan hati dan lidah kambing yang disembelih
itu. Selang beberapa waktu kemudian, Luqman disuruh lagi menyembelih seekor
kambing oleh majikannya dan mengeluarkan dari kambing yang disembelihnya itu
dua potong yang paling busuk, maka dikeluarkanlah oleh Luqman hati dan lidah itu
pula.
Kemudian sang majikan menegur kepada Luqman: “Aku perintahkan
kepadamu tempo hari untuk mengeluarkan yang paling baik, maka engkau berikan
kepadaku hati dan lidah, dan sekarang engkau berikan kepadaku hati dan lidah juga,
padahal aku meminta dua potong yang busuk”. Luqman menjawab: “Memang tidak
ada yang lebih baik dari kedua anggota itu jika sudah menjadi baik dan tidak ada
anggota yang lebih busuk dari keduanya jika sudah menjadi busuk.
Al-Maroghi menjelaskan ayat ini di dalam tafsirnya, bahwa setelah Allah
menjelaskan kerusakan aqidah orang-orang musyrik karena mereka telah
mempersekutukan Allah dengan sesuatu hal yang tidak bisa menciptakan sesuatu yang
ada di dunia ini. Setelah dia menjelaskan orang musyrik itu orang yang dholim lagi
tersesat, kemudian dia mengiringi hal tersebut dengan penjelasan, bahwa semua
nikmat-nikmatnya yang nampak jelas di langit dan di bumi dan semua nikmatnya
yang tidak nampak seperti ilmu dan hikmah semuanya menunjukkan kepada
keesaanya. Dan sesungguhnya Allah telah memberikan hal tersebut kepada sebagian
hamba-hambanya seperti Luqman yang mana hal-hal itu telah tertanam secara fitroh
di dalam dirinya tanpa ada seorang nabi yang membimbingnya dan pula tanpa ada
seorang rosul yang diutus kepadanya. Dan sesungguhnya Allah telah memberikan
hikmah kepada Luqman yaitu ia selalu bersyukur dan memuji kepadanya atas apa
yang telah diberikan kepadanya dari karunianya karena sesungguhnya hanya kepada
Allah lah yang patut untuk mendapatkan puji dan syukur itu. Disamping itu Luqman
selalu mencintai kebaikan untuk manusia serta mengarahkan semua anggota tubuhnya
sesuai dengan bakat yang diciptakkan untuknya. Dan barang siapa bersyukur kepada
Allah, maka sesungguhnya manfaat dari syukur itu kembali kepada dirinya sendiri.
Karena sesungguhnya Allah akan melimpahkan kepadanya pahala yang berlimpah
sebagai balasan darinya atas rasa syukurnya dan kelak akan menyelamatkan dirinya
dari adzab sebagaimana telah diungkapkan di dalam ayat.
M. Quraish Shihab menjelaskan di dalam tafsirnya, bahwa kelompok ayat ini
menguraikan tentang salah seorang yang bernama Luqman yang dianugrahi oleh
Allah SWT hikmah sambil menjelaskan beberapa butir hikmah yang pernah beliau
katakan kepada anaknya. Hikmah diartikan sebagai sesuatu yang bila digunakan atau
diperhatikan akan menghalangi datangnya mudhorot atau kesulitan yang lebih besar
dan atau mendatangkan kemaslahatan dan kemudahan yang lebih besar. Makna ini
ditarik dari kata hakamah yang berarti kendali karena kendali menghalangi hewan
atau kendaraan mengarah pada arah yang tidak diinginkan atau menjadi liar. Memilih
perbuatan terbaik dan sesuai adalah perwujudan dari perbuatan hikmah. Seseorang
yang memiliki hikmah harus yakin sepenuhnya tentang pengetahuan dan tindakan
yang diambilnya, sehingga dia akan tampil dengan penuh percaya diri, tidak berbicara
dengan ragu-ragu atau kira-kira dan tidak pula melakukan sesuatu dengan coba-coba.
Kata syukur diambil dari kata syakara yang maknanya berkisar antara lain pujian atas
kebaikan serta penuhnya sesuatu. Syukur manusia kepada Allah dimulai dengan
menyadari dari lubuk hatinya yang terdalam betapa besar nikmat-Nya disertai dengan
ketundukan dan kekaguman yang melahirkan rasa cinta kepada-Nya serta dorongan
untuk memuji-Nya dengan ucapan sambil melaksanakan apa yang di kehendaki-Nya
dari penganugrahan itu.
Ibnu Katsir menjelaskan di dalam tafsirnya, bahwa Allah SWT berfirman
mengisahkan Luqman tatkala memberi pelajaran dan nasihat kepada putranya yang
bernama Tsaran. Kemudian Luqman berkata kepada putranya yang paling ia sayangi
dan ia cintai, “Hai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah dengan sesuatu
apapun karena sesungguhnya syirik itu adalah perbuatan dhalim yang paling besar.
Ibnu Katsir menjelaskan di dalam tafsirnya, bahwa Allah memerintahkan kepada
hambanya agar berbakti dan bertaubat kepada kedua orang tuanya, karena
sesungguhnya ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah ditambah
kelemahan si janin, kemudian setelah lahir, menyusuinya selama dua tahun, maka
hendaklah engkau bersyukur kepada Allah dan bersyukur kepada kedua orang tuamu.
Luqman memberitahukan kepada anaknya agar ia selalu berbakti kepada kedua orang
tuanya apalagi dengan ibunya yang telah mengandungnya selama sepuluh bulan
dalam keadaan lemah. Dan juga mengingatkan agar selalu bersyukur kepada Allah
SWT dan kepada kedua orang tuanya.
Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini bahwa wajib bagi anak untuk berbakti
kepada kedua orang tuanya. Dan walaupun engkau berbakti kepada kedua orang
tuamu dan berlaku baik kepada keduanya namun jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan sesuatu dengan Allah SWT dan menyembah selain-Nya, maka
janganlah engkau mengikuti dan menyerah kepada paksaan mereka itu. Dan dalam hal
itu hendaklah engkau tetap menggauli dan menghubungi mereka dengan baik, normal
dan sopan dan ikutilah jalan orang-orang yang beriman kepada Allah dan kembali taat
dan bertobat kepada-Nya. Jadi apabila kedua orang tuamu menyuruhmu atau
memaksamu untuk keluar dari agama Islam janganlah engkau mengikutinya sehingga
kamu tetap pada agama Islam. Akan tetapi jangan sampai kamu membenci keduanya.
Menurut tafsir Ibnu Katsir menjelaskan, bahwa beberapa nasihat dan wasiat
Luqman kepada anaknya yang dilukiskan oleh ayat-ayat di atas, sebagaimana yang
diucapkan oleh Luqman kepada anaknya. berkata Luqman: “Hai anakku, perbuatan
dosa dan maksiat walau seberat biji sawi dan berada di dalam batu, di langit atau di
bumi akan di datangkan oleh Allah di hari kiamat nanti untuk memperoleh balasannya
yang setimpal.
Menurut Ibnu Katsir menjelaskan tentang ayat ini bahawasannya Luqman
berkata kepada anaknya; Hai anakku dirikanlah sholat dan laksanakanlah shalat tepat
pada waktunya sesuai dengan ketentuan-ketentuannya, syarat-syaratnya, dan rukun-
rukunnya, lakukanlah amar ma’ruf nahi munkar sekuat tenagamu dan bersabarlah atas
gangguan dan rintangan yang engkau hadapi selagi engkau meaksanakan tugas amar
ma’ruf nahi munkar itu.
Menurut Ibnu Katsir Menjelaskan, dan hendaklah engkau berlaku sederhana
kalau berjalan, jangan terlampau cepat dan buru-buru dan jangan pula terlampau
lamban bermalas-malasan. Demikian pula bila engkau berbicara lunakkanlah suaramu
dan janganlah berteriak-teriak tanpa ada perlunya.
C. Asbabun Nuzul
Adapun sebab turunnya ayat 12-19 dari surat Luqman sejauh penulusuran
yang penulis lakukan tidak ditemukan adanya sebab yang melatarbelakangi turunnya
ayat tersebut, hanya saja dalam ayat 13 dalam tafsir Al-Misbakh, diriwayatkan bahwa
Suwayd ibn ash-Shamit suatu ketika datang ke mekah. Ia adalah seorang yang cukup
terhormat di kalangan masyarakatnya. Lalu rasulullah mengajaknya untuk memeluk
agama Islam. Suwayd berkata kepada Rasulullah, “Mungkin apa yang ada padamu itu
sama dengan yang ada padaku.” Rasulullah berkata, “Apa yang ada padamu?” Ia
menjawab, “Kumpulan hikmah Lukman.” Kemudian Rasulullah berkata, “Sungguh
perkataan yang amat baik! Tetapi apa yang ada padaku lebih baik dari itu. Itulah al-
Qur’an yang diturunkan Allah kepadaku untuk menjadi petunjuk dan cahaya.”
Rasulullah lalu membacakan al-Qur’an kepadanya danmengajaknya memeluk Islam.
Kemudian menurut Sayid Qutb bahwa ayat 13 yang menjelaskan tentang
tauhid, inilah hakikat yang ditawarkan oleh nabi Muhammad saw kepada kaumnya.
Namun, mereka menentangnya dalam perkara itu, dan meragukan maksud baiknya di
balik tawarannya. Mereka takut dan khawatir bahwa di balik tawaran itu terdapat
ambisi Muhammad saw untuk merampas kekuasaan dan kepemimpinan atas mereka.
Kemudian ayat 14 dan 15 penulis menemukan riwayat bahwa ayat ini
menggambarkan nuansa pengorbanan yang agung nan dahsyat. Seorang ibu yang
dengan tabiat-nya harus menanggung beban yang lebih berat dan lebih kompleks.
Namun, luar biasa, ia tetap menanggungnya dengan senang hati dan cinta yang lebih
dalam, lembut, dan halus.
Diriwayatkan oleh Hafidz Abu Bakar al-Bazzar dalam musnadnya dengan
sanadnya dari Buraid dari ayahnya bahwa seseorang sedang berada dalam barisan
tawaf menggendong ibunya untuk membawanya bertawaf. Kemudian dia bertanya
kepada Nabi Muhammad saw., “Apakah aku telah menunaikan haknya?”Rasulullah
menjawab, “Tidak, walaupun satu tarikan nafas.”
Diriwayatkan bahwa ayat 15 ini diturunkan berhubungan dengan Sa’ad bin
Abi Waqqas, ia berkata, “Tatakala aku masuk Islam, ibuku bersumpah bahwa beliau
tidak akan makan da minum sebelum aku meninggalkan agama Islam itu. Untuk itu
pada hari pertama aku mohon agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau
menolaknya dan tetap bertahan pada pendiriannya. Pada hari kedua, aku juga mohon
agar beliau mau makan dan minum, tetapi beliau masih tetap pada pendiriannya. Pada
hari ketiga, aku mohon kepada beliau agar mau makan dan minum, tetapi tetap
menolaknya. Oleh karena itu, aku berkata kepadanya, ‘Demi Allah, seandaianya ibu
mempunyai seratus jiwa dan keluar satu persatu di hadapan saya sampai ibu mati, aku
tidak akan meninggalkan agama yang aku peluk ini. ‘Setelah ibuku melihat keyakinan
dan kekuatan pendirianku, maka beliaupun mau makan”

D. Munasabah Ayat
Seperti yang telah dikemukakan di atas, mengenai munasabah, para mufasir
mengingatkan agar dalam memahami atau menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an,
khususnya yang berkaitan dengan penafsiran ilmiah, seseorang dituntut untuk
memperhatikan segi-segi bahasa Al-Qur’an serta korelasi antar ayat.
1. Munasabah surat Luqman dengan surat sebelum dan sesudahnya
a. Surat sebelumnya (ar-Ruum)
1) Dalam surat Luqman, Allah menerangkan bahwa barang
siapa yang bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya ia
bersyukur untuk kemaslahatan dirinya sendiri. Dia sedikitpun
tidak merugikan Allah, sebagaimana yang bersyukur tidak
menguntungkan-Nya, karena sesungguhnya Allah maha kaya
tidak butuh kepada apapun, lagi maha terpuji oleh makhluk di
langit dan di bumi.
2) Dalam ayat-ayat yang lalu (Ar-Rum), dijelaskan bahwa angin
yang memberikan manfa’at yang besar bagi kehidupan
manusia menunjukan adanya Maha Pencipta, manusia harus
mengimaniNya dan bersyukur kepada-Nya.
b. Surat sesudahnya (as-Sajdah)
Munasabah surat Luqman dengan surat sesudahnya (as-Sajdah)
adalah :
1) Dalam surat Luqman dijelaskan bahwa Ash-Sha’ru adalah
sebuah penyakit yang menimpa onta sehingga membengkokan
lehernya. Gaya bahasa Al-Qur’an dalam memilih peribahasa
ini bertujuan agar manusia lari dari gerakan yang mirip Ash-
Sha’ru ini. Yaitu gerakan sombong dan palsu, dan
memalingkan muka dari manusia karena sombong dan merasa
tinggi hati.
2) Dalam surat as-Sajdah, Allah menerangkan tanda-tanda orang
beriman yaitu jika disebut nama Allah, mereka bersujud
memuji Tuhannya dan mereka bukanlah orang yang sombong.
Mereka bangun di malam hari untuk salat dan berdoa kepada
Allah agar diberi rezeki yang halal untuk mereka infakkan,
mereka selalu mengharapkan karunia yang besar.
2. Munasabah dengan Ayat
Surat Luqman ayat 12-19 juga memiliki munasabah (korelasi) dengan
ayat sebelum dan sesudahnya. Dalam surat Luqman ayat 1-11 dijelaskan
bahwa Al-Qur’an juga disebut “al-kitab al-hakim” yang berarti sebuah kitab
yang seluruh kandungannya adalah hikmah belaka, Al-Qur’an merupakan
petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebajikan, perintah
untuk mendirikan salat karena salat hubungan utama dengan Allah dan
sebagai bukti keimanan kepada Allah, petunjuk yang telah disebutkan dalam
al-kitab al-Hakim dituntunkan oleh Rasul utusan Allah, apabila petunjuk
Tuhan dituruti pastilah bahagia yang akan diterima, dan setengah dari
manusia adalah orang yang membeli permainan kata-kata untuk menyesatkan
dari jalan Allah, tidak dengan ilmu, menurut Al-Hasan al-Bashri bahwa yang
dimaksud dengan permainan kata-kata itu ialah nyanyi-nyanyian dan
peralatan pancaragam yang akan membawa orang lalai dari agama. Dan
apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat kami, merekapun berpaling
dalam keadaan menyombong, maka beri khabar gembiralah mereka dengan
adzab yang pedih sebagai sambutan yang sepadan atas kesombongan,
berpaling muka, berolok-olok dan bersikap menyumbat telinga mendengar
seruan Tuhan. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal yang
shalih-shalih, untuk mereka syurga-syurga yang bernikmat dan kekal di
dalamnya. Allah telah menciptakan semua langit dengan tidak bertiang dan
Allah menurunkan air dari langit maka tumbuhlah tumbuhan yang indah,
namun mereka menganiaya diri sendiri karena tidak menggunakan fikiran
untuk berfikir, hanya beramal turut-turutan, tidak berpendirian yang teguh
sehingga kesengsaraan jualah yang akan mereka tangguhkan kelak.
Kemudian dilanjutkan ayat 12 sampai 19 dijelaskan bahwa Allah telah
memberikan hikmah dan kearifan kepada Luqman, ia bersyukur dan
memanjatkan puji kepada-Nya, bersyukur kepada Allah bukan untuk
kepentingan-Nya tetapi faedahnya akan diperoleh orang yang bersyukur itu
sendiri, krena Allah akan menambah nikmat kepada setiap orang yang
bersyukur kepada-Nya. Luqman mewasiatkan kepada anaknya untuk
mengesakan Allah dan tidak memepersekutukan-Nya, berbakti kepada orang
tua sepanjang keduanya tidak menyuruh berbuat maksiat kepada Allah,
beramal saleh, selalu mendirikan salat, mengajak manusia berbuat makruf
dan mencegah dari perbuatan mungkar, tidak sombong dan angkuh.
E. Kajian Teoritis
Istilah kepribadian secara etimologis, berasal dari kata “pribadi” yang berarti
manusia sebagai perseorangan, yang meliputi keseluruhan sifat-sifat dan watak yang
dimilikinya. Jika kata dimulai dengan afiks "ke" akhiran “an” yaitu "ke-pribadi-an",
maka artinya adalah karakteristik sifat hakiki yang mencerminkan tindakan seseorang.
Adapun pengertian kepribadian dalam istilah terminologis, ada berbagai definisi yang
dikutip oleh Dr. Sarlito Wirawan, yakni;
1. Kepribadian adalah kumpulan sifat biologis dalam bentuk dorongan,
kecenderungan, rasa dan naluri yang terganggu di alam dan kecenderungan
diperoleh melalui pengalaman yang ditemukan pada seseorang.
2. Kepribadian adalah keseluruhan organisasi yang ditemukan pada manusia, di
semua tingkat perkembangan.
3. Kepribadian adalah tingkat sifat yang biasanya merupakan sifat tingkat tinggi
yang memiliki pengaruh yang menentukan.
4. Kepribadian adalah integrasi dari sistem kebiasaan yang menunjukkan
kepada individu cara unik untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka.
Dari batasan-batasan definisi di atas, ditemukan dua kata kunci
mengenai kepribadian, yakni “sifat” dan “sikap”. Namun jika kita lebih
menafsirkannya, tentu saja ada kata-kata kunci lain yang sangat terkait
dengan kepribadian, misalnya; ciri-ciri, karakter, karakter, jiwa, moral, roh,
kebiasaan dan perilaku. Dari kata-kata kunci ini, kita dapat merumuskan
bahwa kepribadian adalah psiko dan organisasi fisik yang dinamis dari setiap
manusia yang menentukan adaptasinya yang unik terhadap lingkungannya.
Bedasarkan teori kepribadian, setiap orang memiliki karakteristik
khusus dan unik. Kehidupan manusia meliputi aspek keanekaragaman,
termasuk aspek emosional, sosial, psikologis, dan sosial budaya, provinsi, di
mana kapasitas mental terintegrasi secara terpusat dengan faktor lingkungan.
Keunikan kehidupan pribadi berarti bahwa semua kebutuhannya harus
dipenuhi dan dihubungkan dengan masalah yang tidak dapat diasimilasi
dengan orang lain. Dengan demikian, setiap individu mengungkapkan
karakteristik yang secara alami berbeda dari kepribadian lain. Selain itu,
dunia ini membutuhkan keharmonisan antara kebutuhan fisik dan non-fisik.
Kebutuhan fisik setiap orang harus terpenuhi, misalnya seseorang
perlu bernapas dengan bebas, perlu makan dengan baik dan cukup,
membutuhkan kesenangan dan membutuhkan keamanan. Dalam kaitannya
dengan aspek sosial-psikologis, setiap orang membutuhkan kemampuan
untuk menguasai sikap dan emosi mereka sendiri, serta struktur komunikasi
untuk bersosialisasi. Itu semua akan tampak lengkap dan lengkap dalam
bentuk hubungan dan perilaku konstan. Oleh karena itu, masalah teori
kepribadian membentuk bentuk antara faktor fisik, sosial-budaya dan
psikologis. Selain itu, setiap orang juga membutuhkan persetujuan pihak lain
atas kebanggaan mereka, baik dari rumah mereka maupun dari luar rumah.
Ketika teori kepribadian dikaitkan dengan teori pendidikan, maka
ditemukan adanya integrasi. Dalam GBHN (Keputusan MPR No. IV / MPR /
1978) berikut ini dinyatakan tentang pendidikan: "Pendidikan berlangsung
seumur hidup dan berlangsung di keluarga, sekolah dan masyarakat. Oleh
karena itu, pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat. dan pemerintah.
Tanggung jawab untuk pendidikan dipenuhi dengan kewajiban untuk
mendidik. Secara umum, itu adalah untuk melatih siswa untuk
mengembangkan kemampuan mereka dan untuk menentukan nilai-nilai yang
pada akhirnya dapat mempengaruhi kepribadian siswa ke arah yang lebih
baik. Bantuan atau bimbingan diberikan dalam hubungan antara pendidik dan
siswa dalam situasi pendidikan yang ada di rumah tangga, sekolah dan
masyarakat. Kepemimpinan aktif dan pasif. Dikatakan "pasif", yang berarti
bahwa pendidik tidak melanjutkan dengan "periode sensitif" tetapi menunggu
dengan sabar dan sabar. Bimbingan aktif terletak secara internal :
a. Pengembangan daya-daya yang sedang mengalami masa pekanya.
b. Pemberian pengetahuan dan kecakapan yang penting untuk masa
depan si anak, dan
c. Membangkitkan motif-motif yang dapat menggerakkan si anak untuk
berbuat sesuai dengan tujuan hidupnya.
Faktor yang mempengaruhi kepribadian anak adalah pengaruh
pendidikan keluarga. Orang tua adalah pendidik pertama dan pertama
untuk anak-anak mereka, karena berasal dari mereka bahwa anak-
anak menerima pendidikan terlebih dahulu. Karena itu, bentuk
pendidikan pertama kali terjadi dalam kehidupan keluarga. Secara
umum, pendidikan domestik tidak berasal dari kesadaran dan
pemahaman yang lahir dari pengetahuan pendidikan, tetapi dari sifat
atmosfer dan struktur, itu adalah kemungkinan alami untuk
membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan tercapai berkat
asosiasi dan pengaruh saling pengaruh antara orang tua dan anak-
anak.
Orang tua atau ibu dan ayah memainkan peran penting dan
sangat berpengaruh dalam kepribadian anak-anak. Sejak anak itu
lahir, ibunya selalu ada di sampingnya. Karena itu, anak-anak
menyetujui perang, setuju bahwa ibu melakukan pekerjaannya
dengan baik. Pengaruh citra ayah pada tulang besar juga. Di mata
keturunannya, ayah dari seseorang yang memiliki gengsi tertinggi
dan paling cerdas di antara orang-orang yang dikenalnya. Cara ayah
melakukan pekerjaan sehari-hari hanya pada hari kerja.
Tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban orang
tua sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka :
a. Memelihara dan membesarkan anak.
b. Melindungi dan menjamin kesamaan.
c. Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak
memperoleh peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan
serta berkepribadian.
d. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat sesuai dengan
pandangan dan tujuan hidup muslim.
Mengenai kewajiban dan tanggung jawab orang tua untuk
mendidik dan membimbing perkembangan anak-anaknya dijelaskan
oleh Imam Gazali bahwa : Anak itu pada hari ke tujuh dari
kelahirannya disembelihkan akikahnya, serta diberi namanya dan
disingkirkan dari segala kotoran-kotoran. Jika ia telah berumur 6
tahun ia didik beradab susila, jika ia telah berumur 9 tahun
dipisahkan tempat tidurnya dan jika telah berumur 13 tahun dipukul
agar mau sembahyang (diharuskan). Bila ia telah berumur 16 tahun
boleh dikawinkan, setelah itu ayah berjabatan tangan dengannya dan
mengatakan : “Saya telah mendidik, mengajar dan mengawinkan
kamu, saya mohin perlindungan kepada Allah dari fitnahan-fitnahan
di dunia dan siksaan di akhirat….”
Sesuai dengan tugasnya, keluarga dalam melaksanakan misinya
sebagai penyelenggara pendidikan, bertanggung jawab
mengutamakan pembentukan pribadi anak.
Dari sudut pandang pendidikan Islam, sesuatu tidak dapat
dijalani dan dipraktikkan jika hanya diajarkan tetapi harus diajarkan
melalui proses pendidikan. Nabi meminta orang untuk percaya dan
melakukan perbuatan baik dan moral yang sesuai dengan ajaran
Islam dengan berbagai metode dan pendekatan. Dari sudut pandang
tertentu, kami percaya bahwa pendidikan Islam lebih fokus pada
peningkatan sikap mental / kepribadian yang dinyatakan dalam amal
untuk kebutuhan diri sendiri dan orang lain.
Di samping itu. Pendidikan Islam mengajarkan tidak hanya
teori tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan keyakinan
pada perbuatan baik. Oleh karena itu, pendidikan Islam adalah
pendidikan agama dan amal. Dan karena ajaran Islam termasuk
ajaran tentang sikap masyarakat dan perilaku pribadi terhadap
kesejahteraan individu dan kehidupan masyarakat, pendidikan Islam
dengan demikian merupakan pendidikan individu dan masyarakat.
Awalnya, orang-orang yang bertanggung jawab atas pendidikan
adalah para nabi dan rasul, kemudian belajar dan memberi energi
dalam tugas dan tanggung jawab pengikut mereka.
Di samping kepribadian muslim secara khusus, Alquran juga
mem-bicarakan tentang kepribadian manusia secara umum dengan
berbagai karakteristik-nya, yang membedakan manusia dari
makhluk-makhluk Allah lain. Selain itu Alquran juga menerangkan
model-model atau pola-pola umum kepribadian manusia yang
diwarnai dengan sifat-sifat utama, yaitu pola-pola umum yang dapat
ditemui di masyarakat. Di sisi lain, dalam Alquran juga terdapat
uraian tentang kepribadian yang lurus dan tidak lurus, juga terdapat
uraian tentang berbagai faktor yang membentuk kepribadian, baik
yang lurus maupun yang tidak .
Membicarakan kepribadian, oleh kebanyakan pakar
menganggapnya sebagai pengaruh yang ditimbulkan seseorang atas
diri orang lain, atau sebagai kesan utama yang ditinggalkan
seseorang pada orang lain. Misalnya sebagai pribadi agresif atau
berpribadi pendamai. Sebagiannya menganggap bahwa kepribadian
sebagai struktur dan proses kejiwaan tetap yang mengatur
pengalaman-pengalaman seseorang membentuk tindakan-tindakan
dan respons-nya terhadap lingkungannya, dalam cara yang
membedakannya dari orang lain .
Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam
keberhasilan pendidikan Islam, karena perkembangan seseorang
sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan dapat memiliki
pengaruh positif dan negatif pada pertumbuhan dan perkembangan
sikap, adat istiadat dan perasaan agama. Orang dapat memahami
bahwa penerapan pendidikan Islam yang benar di setiap bidang
pendidikan memiliki peran penting dalam pembentukan kepribadian.
Dengan demikian suksesnya lembaga pendidikan melaksanakan
peranannya sangat tergantung pula pada keadaan lingkungan
pendidikan. Sebagaimana halnya pendidikan pada umumnya, maka
pendidikan Islam juga berlangsung dalam rumah tangga, sekolah dan
masyarakat. Dalam hal ini, manusia sejak lahir, telah berinteraksi
dengan lingkunganya. Ia dipengaruhi oleh lingkungan dan sebaliknya
ia mempengaruhi lingkungan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan teori kepribadian, setiap orang memiliki
karakteristikkhusus dan unik.Kehidupan manusia meliputi aspek
keanekaragaman,termasuk aspek emosional,sosial,psikologis, sosial
budaya,dan provinsi dimana kapasitas mental terintegrasi secara terpusat
dengan faktor lingkungan.Keunikan kehidupan pribadi berarti bahwa semua
kebutuhannya harus dipenuhi dan dihubungkan dengan masalah yang tidak
dapatdiasimilasi dengan orang lain.Selian itu,dunia ini membutuhkan
keharmonisan antara kebutuhan fisik dan non-fisik.
Kebutuhan fisik setiap orang harus tepenuhi, misalnya seseorang perlu
Bernapas dengan bebas, perlu makan dengan baik dan cukup, membutuhkan
kesenangan dan keamanan.Dalam kaitannya dengan aspek sosial-
psikologis,setiap orang membutuhkan kemampuan untuk menguasai sikap dan
emosi mereka sendiri, serta struktur komunikasi untuk bersosialisasi .Itu
semua akan tampak lengkap dan lengkap dalam bentuk hubungan dan prilaku
konstan.Oleh karena itu, masalah teori kepribadian membentuk bentuk antara
faktor fisik,sosial-budaya dan psikologis.selain itu,setiap orang juga
membutuhkan persetujuan pihak lain atas kebanggaan mereka,baik dari rumah
mereka maupun dari luar rumah.
Lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan
pendidikan islam,karena perkembangan seseorang sangat dipengaruhi oleh
lngkungan.Lingkungan dapat memiliki pengaruh positif dan negative pada
pertumbuhan dan perkrmbanngan sikap,adat istiadat dan perasaan
agama.Orang dapat memahami bahwa penerapan pendidikan islam yang benar
di setiap bidang pendidikan memiliki peran penting dalam pembentukan
kepribadian.Dengan demikian, suksesnya Lembaga pendidikan melaksanakan
peranannya sangat tergantung pula pada keadadn lingkungan
pendidikan.Sebagaimana halnya pendidikan pada umumnya,maka pendidikan
islam juga berlangsung pada rumah tangga, sekolah,dan Masyarakat.Dalam
hal ini,manusia sejak lahir, telah berinteraksi dengan lingkungannya.ia
dipengaruhi oleh linkungan dan sebaliknya ia mempengaruhi lingkungan.

B. Saran
Melihat kondisi dunia pendidikan di indonesia sekarang, pendidikan
yang dihasilkan belum mampu melahirkan pribadi-pribadi muslim yang
mandiri dan berkepribadian islam. Akibatnya banyak pribadi-pribadi yang
berjiwa lemah seperti jiwa koruptor, kriminal, dan tidak amanah. Untuk itu
membentuk kepribadian dalam pendidikan islam harus direalisasikan sesuai
Al-Qur’an dan al-Sunnah nabi sebagai identitas kemuslimannya, dan mampu
mengejar ketinggalan dalam bidang pembangunan sekaligus mampu
mengentas kebodohan dan kemiskinan. Konsep kepribadian dalam pendidikan
islam identik dengan ajaran islam itu sendiri, keduanya tidak dapat dipisahkan
karena saling berkaitan.
Dan dengan adanya makalah ini berharap dapat memberi gambaran seperti apa
kepribadian muslim yang seharusnya diterapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib. (1999). Fitrah dan Kepribadian Islam.
Guarango, P. M. (2022). No Title,8.5.2017 ,‫ הארץ‬.‫הכי קשה לראות את מה שבאמת לנגד העינים‬
2005–2003.
Hamid, E. A. (n.d.). Kata Kunci : Pesan Moral; Pendidikan Islam; Q.S Luqman ayat 12 – 19;
2(2), 22–47.
Ii, B. A. B., Dan, D., & Surat, A. A. (n.d.). Bab ii deskripsi dan asbab al-nuzul surat luqman
ayat 12-19. 16–24.

Anda mungkin juga menyukai