Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang disampaiakan oleh Jibril
kepada Nabi Muhammmad saw. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang
dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui uapaya
para pemeluknya denagan cara ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an
itu terdiri darai dua prinsip besar, yaitu dengan masalah yang berhubungan dengan
keiamanan yang disebut akidah, dan dengan yang berhubungan dengan amal yaitu
syari’ah.
Ajaran-ajaran yang berkenaan dengan iman, dibicarakan di dalam Al-
Qur’an tidak sebanyak ajaran yang berkenaan dengan amal perbuatan. Hal ini
menunjukkan bahwa amal itulah yang paling banyak dilaksanakan. Sebab semua
amal perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Allah, dengan dirinya
sendiri, dengan manusia sesamanya, dengan alam dan lingkungannya, dengan
makhluk lainnya, termasuk dalam ruang lingkup amal shaleh (Syari’ah). Istilah-
istilah yang biasa digunakan untuk membicarakan ilmuu tentang syari’ah ialah: a)
ibadah, untuk perbuatan yang langsung berhubungan dengan Allah, b)
mu’amalah, untuk perbuatan yang berrhubungan dengan selain Allah, dan c)
akhlaq, untuk tindakan yang menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan
Oleh karena pendidikan merupakan suatu upaya membentuk manusia
seutuhnya/ memanusikan manusia, maka pendidikaan tergolong kegiatan
mu’amalah. Pendidikan sangat penting karena ia ikut menentukan corak dan
bentuk amal dan kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyrrakat.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai tinjauan Al-qur’an terhadap
pedidikan yakni materi pendidikan menurut Al-Qur’an, dan makalah ini diberi
judul “Pendidikan Anak”. Dan dalam pembahasannya mengangkat Al-Qur’an
Surah Luqman ayat 12-19.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEKS AYAT SURAH LUQMAN 12-19

  


    
   
   
   
   
  
    
  
  
 
  
   
   
 
  
  
    
    
 
  
  
    
 
  
   
   
    
   
    
   
  

2
 
 
  
    
   
   
   
     
   
   
    
  
 

B. TERJEMAH SURAH LUQMAN 12-19


“Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada
Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya
lagi Maha Terpuji".(12) Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(13) Dan kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180].
bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya
kepada-Kulah kembalimu.(14) Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali
kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan
kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.(15) (Luqman berkata): "Hai
anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan
berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha
Halus[1181] lagi Maha Mengetahui.(16) Hai anakku, Dirikanlah shalat
dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari
perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan
(oleh Allah).(17) Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia

3
(karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
lagi membanggakan diri.(18) Dan sederhanalah kamu dalam
berjalan[1182] dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk
suara ialah suara keledai.”(19)

C. BIOGRAFI LUQMANUL HAKIM

Luqmanul Hakim menurut pendapat yang lebih kuat, dia bukan

seorang nabi. Ia seorang manusia saleh semata, ia seorang budak belian,

berkulit hitam, berparas pas-pasan, hidung pesek, kulit hitam legam.

Namun demikian, namanya diabadikan oleh Allah SWT menjadi nama

salah satu surat dalam Al-Qur‟an yakni surat Luqman. Penyebutan ini

tentu bukan tanpa maksud. Luqman diabadikan namanya oleh Allah,

karena memang orang saleh yang patut diteladani. Bahwa Allah SWT

tidak menilai seseorang dari gagah tidaknya, juga tidak dari statusnya,

jabatannya, warna kulit dan lainnya, akan tetapi Allah menilai dari

ketakwaan dan kesalehannya.1

Luqman adalah nama dari seorang yang selalu mendekatkan diri

kepada Alah dan merenungkan alam yang ada di kelilingnya. Sehingga

mendapat kesan yang mendalam, demikian juga renungannya terhadap

hidup ini, sehingga terbukalah baginya rahasia hidup itu sehingga

mendapat hikmat.

1 Sulaiman Al Kumayi, Dahsyatnya mendidik anak Gaya Rasulullah, (Yogyakarta: Semesta


Hikmah, 2015), h. 126-127

4
Arti hikmat ialah kesan yang tinggal dalam jiwa manusia dalam

melihat pergantian di antara suka duka hidup, melihat kebahagiaan yang

dicapai sesudah perjuangan melawan hawa nafsu dan celaka yang didapati

oleh orang yang melanggar garis-garis kebenaran yang masih ditempuh.

Sehingga orang-orang dalam perjalanan, masih di tengan jalan orang itu,

namun ia sudah tahu akibat yang akan ditemuinya kelak. Orang yang ahli

hikmat itu disebut “Al-Hakim”. Sebab itu dikenal juga Luqman ini dengan

sebutan Luqman Al-Hakim (Luqman ahli Hikmat).2

D. PENJELASAN AYAT
a. Ayat 12
Dan sesunnguhnya Allah telah memberikan hikmah kepada Lukman,
yaitu ia selau bersyukur dan memuji kepada_Nya atas apa yang telah
diberikan kepadanya dari karunia_Nya, karena sesungguhnya Dia-lah yang
patut mendapat puji dan dan syukur itu.
Allah telah memberinya hikmah. kepadanya. Hikmah yang tercermin
dari Lukman anatara lain perkataannya kepada anak lelakinya “hai anakku
sesungguhnya dunia itu adalah laut yang dalam, dan sesungguhnya banyak
manusia yang tenggelam kedalamnya. Maka jadikanlah perahumu di dunia ini
bertaqwa kepada Allah. Muatannya iman dan layarnya bertawakkal kepada
Allah. Barangkali saja kamu dapat selamat, akan tetapi aku yakin kamu dapat
selamat”. 3
Dan perkataan Lukman yang lain ialah “barang siapa yang dapat
menasehati dirinya sendiri, niscaya ia akan mendapat pemeliharaan dari

2 Hamka, Tafsir Al-Azhar juz XXI, (Jakarta: Putra Panjimas, 1982), h. 96


3 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Al-Maraghi (terj.), (Semarang: Toha Putra, 1993) hlm.78

5
Allah. Dan barang siapa yang dapat menyadarkan orang-orang lain akan
dirinya sendiri, niscaya Allah akan menambah kemuliaan baginya karena hal
tersebut. Hina dalam rangka taat kepada Allah lebih baik daripada
membanggakan diri dalam kemaksiatan.”4
Syukur adalah memuji kepada Allah menjurus kepada perkara yang
baik, cinta kebaikan untuk manusia, dan mengarahkan seluruh anggaota tubuh
serta semua nikmat kepada ketaataan kepda_Nya

b. Ayat 13
Lukman kepada anaknya, bahwa perbutan syirik itu merupakan
kezaliman yang besar. Syirik dinamakan perbuatan yang zalim, karena
perbuatan syirik itu berarti meleakakkan sesutau bukan pada tempatnya. Dan
ia dikatakan dosa besar, karena perbuatan itu berartimenyamakan kedudukan
tuhan, yang hanya dari Dia-lah nikmat, yaitu Allah swt, dengan sesuatu yang
tidak memiliki nikmat apapun, yaitu berhala-berhala.

Imam Bukhari telah meriwatakan sebuah hadis yang diriwayatkan dari


Ibnu Mas’ud. Ibnu Mas’ud telah menceritakan bahwa ketika ayat ini
diturunkan, yaitu firman_Nya:

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka


dengan kezaliman (syirik), mereka Itulah yang mendapat keamanan dan
mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.Q.S .6:82

Maka hal itu dirasakan sangat berat oleh para sahabat, lalu mereka
berkata :” siapakah diantara kita yang mencampuradukan imannya dengan
perbuatan zalim?” Maka Rasulullah saw berkata: “sesungguhnya perbuatan
zalim tidaklah demikian, tidakkah kalian pernah mendengar perkataan
Lukman? (kemudian Rasulullah membaca surat Lukman ayat 13)

4 Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Surabaya: Yayasan Latimojong, 1979), hlm.114

6
c. Ayat 14
Setelah allah menuturkan apa yang diwasiatkan oleh Lukman terhadap
anaknya, yaitu supaya ia bersyukur kepada Allah yang telah memberikan
semua nikmat, yang tiada seorangpun yang bersekutu dengan_Nya dalam
menciptakan sesuatu. Kemudian Lukman menegaskan bahwasannya perbuatan
syirik itu adalah perbuatan yang buruk. Selanjutnya Allah mengiringi hal
tersebut dengan wasiat-Nya kepada semua anak supaya mereka berbuat baik
kepada kedua orang tuanya, karena sesungguhnya kedua orang tua merupakan
penyebab dari keberadaannya di dunia ini.
Lebih-lebih terhadap ibu. Karena ibu telah mengandungnya, sedangkan
ia dalam kadaan lemah yang kian bertambah disebabkan makin besarnya
kandungan sehingga melahirkannya, kemudian dengan sampai selaesai masa
nifasnya. Selain hal tersebut, yaitu bahwa ibu telah merawatnya dengan penuh
kasih sayang dan merawatnya dengan sebaik-baiknya sewaktu ia belum bisa
berbuat apa-apa bagi dirinya. Dan menyapihnya dari persusuan sesudah ia
dilahirkan dalam jangka waktu dua tahun. Selama masa itu, ibu mengalami
berbagai masa kerepotan dan kesulitan dalam rangka mengurus keperluan
anaknya.
Oleh karena itu, Rasulullah saw ketika ada seseorang bertanya tentang
siapa yang paling berhak ia berbakti kepadanya, maka beliau menjawab,
ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu. Sesudah itu baru rasulullah
mengatakan, kemudian ayahmu.
Selanjutnya Allah memerintahkan kepada anak tersebut untuk
senantiasa bersyukur kepada-Nya atas nikmat yang dilimpahkan kepadanya,
dan juga bersyukur kepada kedua ibu bapaknya, karena sebab merekalah ia
ada di dunia ini. Alasan dari perintah bersyukur ialah karena hanya kepada
Allah lah dirinya kelak akan kembali.

d. Ayat 15
Menurut suatu riwayat disebutkan, bahwa ayat ini diturunkan
berkenaan dengan Sa’ad ibnu Abi Waqas. Sehubungan dengan hal ini sahabat

7
Sa’ad ibnu Abi Waqas telah menceritakan,” ketika aku masuk Islam, ibuku
bersumpah, bahwa ia tidak mau makan dan tidak mau minum.5 Lalu pada hari
pertama aku membujukknya supaya mau makan dan minum, akan tetapi ia
menolak dan tetap pada pendiriannya. Dan pada hari kedua, aku
membujuknya supaya mau makan dan minum, tetapi ia tetap menolak.
Sehingga hari ketiga aku membujuknya lagi, dan ia masih juga menolak.
Maka aku berkata, Demi Allah seandainya engkau mempunyai seratus nyawa,
niscaya semua itu akan keluar dan aku tidak akan meninggalkan agamaku ini.”
Dan ketika ibuku telah melihat bahwasanya diriku benar-benar tidak mau
mengikuti keehendaknya, akhirnya ia mau makan.
Selanjutnya, Allah swt memerintah kepada sang anak untuk menggauli
mereka didalam urusan dunia dengan pergaulan yang diridhai oleh agama.
“Dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku”. Yaitu jalan yang
ditempuh oleh orang-orang yang beriman. Karena itulah jalan yang selamat.
“Kemudian kalian akan kembali kepadaku, maka Ku beritakan apa yang
kalian kerjakan.” Setelah manusia menghadap-Nya, maka Allah akan
memberitahukan segala perbuatan semasa di dunia dan memberi balasan
sesuai apa yang diperbuatnya.

e. Ayat 16
Hai anakku, sesungguhnya perbuatan baik dan perbuatan buruk itu
sekalipun beratnya hanya sebiji sawi, lalu ia berada ditempat yang paling
tersembunyi dan paling tidak kelihatan, seperti didalam batu besar atau
ditempat yang paing tinggi seperti dilangit, atau tempat yang paling bawah
seperti didalam bumi, niscaya hal itu akan dikemukakan oleh Allah swt kelak
dihari kiamat. Yaitu pada hari ketika Allah meletakkan timbangan amal
perbuatan yang tepat, lalu pelakunya akan mendapatkan pembalasan amal
perrbuatanya, apabila amal itu baik, maka balasannya pun baik pula, dan
apabila amalnya buruk, maka balasanya pun buruk pula. Sebagimana yang
telah diungkapkan dengan ayat lainya, yaitu Firman_Nya:

5 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Tafsir ibnu Katsir (terj.), (Jakarta:Gema Insani, 2000), hlm.124

8
Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, Maka
tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan jika (amalan itu) Hanya
seberat biji sawipun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah
kami sebagai pembuat perhitungan.( Q.S. 21;47)
Dan penjelasan selanjutnya; sesungguhnya Allah maha lembut,
pengetahuan-Nya meliputi hal-hal yang tidak tampak, lagi maha waspada. Dia
mengetahui segala perkara yang tampak dan yang tidak tampak.6

f. Ayat 17
Hai anakkku dirikanlah shalat, yakni kerjakanlah shalat dengan
sempurna sesuai dengan cara yang diridhai. Karena di dalam shalat itu
terkandung ridha tuhan, sebab orang yang mengerjakannyaberarti menghadap
dan tunduk kepadanya. Dan didalam shalat terkandung hikmah lainnya. Yaitu
dapat mencegah dari orang yang bersangkutan dari perbuatan keji dan
mungkar. Maka apabila seseorang itu melaksanakan dengan sempurna,
niscaya bersihlah jiwanya dan berserah diri kepada tuhannya.
Sesudah itu luqman memerintahkan kepada anaknya untuk
menyempurnakan dirinya demi memenuhi hak Allah yang dibebankan kepada
dirinya, lalu dia memerintahkan kepada anaknya supaya menyempurnakan
pula terhadap orang lain (wa’mur bil ma’ruf) dan cegahlah manusia dari
semua perbuatan durhaka kepada Allah(wanha ‘anil munkar) dan bersabar
terhadap apa yang menimpa kamu dan orang lain ketika kamu ber-amar
ma’ruf nahi munkar (washbir ‘alaa maa ashabaka). Sesungguhnya hal itu
yang telah kupesankan kepadamu, termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh
Allah kepada hamba_Nya, tanpa ada pilihan lain. Karena didalam hal tersebut
terkandung faedah yang besar dan manfaat yang banyak.

g. Ayat 18
Janganlah kamu memalingkan mukamu terhadap orang-orang yang
kamu berbicara dengannya, karena sombong dan meremehkannya. Akan tetapi

6 Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Bandung: Marja, 2010), hlm. 87

9
hadapilah dia deengan muka yang berseri-seri dan gembira, tanpa rasa
sombong dan tinggi hati. Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan
angkuh dan menyombongkan diri, karena sesungguhnya hal itu adalah cara
jalan orang-orang yang angkara murka dan sombong, yaitu mereka yang
gemar melakukan kekejaman di muka bumi dan suka berbuat zalim terhadap
orang lain. Akan tetapi berjalanlah dengan sikap sederhana, karena
sesungguhnya cara jalan yang demikian mencerminkan rasa rendah
hati.Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang angkuh, yang merasa
kagum terhadap dirinya sendiri, yang bersikap sombong terhadap orang lain.

h. Ayat 19
Dan berjalanlah dengan langkah yang sederhana, yakni tidak terlalu
lambat dan tidak terlalu cepat, akan tetapi akan tetapi berjalanlah dengan
wajar tanpa dibuat-buat dan juga tanpa pamer menonjolkan sikap tawadu’.
Kurangilah tingkat kekerasan suaramu, dan perpendeklah cara
bicaramu, janganlah kamu mengangkat suaramu bilamana tidak diperlukan
sekali. Karena sesungguhnya sikap yang demkian itu, lebih berwibawa bagi
yang melakukannya, dan lebih mudah diterima oleh jiwa pendengarnya serta
lebih gampang untuk dimengerti.
Sesungguhnya suara yang paling buruk dan paling jelek karena
dikeraskan lebih dari apa yang diperlukan tanpa penyebab adalah suara
keledai. Dengan kata lain, bahwa orang yang meninggikan suaranya itu berarti
sama dengan suara keledai. Didalam ungkapan ini, yaitu menjadikan orang
yang mengeraskan suaranya diserupakan dengan suara keledai. Dalam hal ini
nada dan kerasnya suara. Dan suara yang seperti itu sangat tidak disukai_Nya.

E. ASBABUNNUZUL

10
Surat Luqman adalah surat yang turun sebelum Nabi Muhammad saw

berhijrah ke Madinah. Menurut mayoritas ulama‟ semua ayat-ayatnya

Makkiyah. Penamaan surat ini sangat wajar karena nama dan nasehat beliau

yang sangat menyentuh diuraikan disini, dan hanya disebut dalam surat ini.

Tema utamanya adalah ajakan kepada Tauhid dan kepercayaan akan

keniscayaan kiamat serta pelaksanaan prinsip-prinsip dasar agama. Al-Biqa‟i

berpendapat bahwa tujuan utama surat ini adalah membuktikan betapa kitab

Al-Qur‟an mengandung hikmah yang sangat dalam, yang mengantar kepada

kesimpulan bahwa yang menurunkannya adalah Dia (Allah) yang maha

bijaksana dalam firman-Nya. Dia memberi petunjuk untuk orang-orang yang

bertaqwa. Surat ini terdiri dari 33 ayat menurut ulama’ Mekkah dan Madinah,

dan 34 menurut ulama‟ Syam, Kufah dan Bashrah. Perbedaan itu

sebagaimana anda ketahui hanya perbedaan dalam cara menghitung bukan

berarti ada ayat yang tidak diakui oleh yang menilaianya hanya 33 ayat.7

Asbabun Nuzul ayat 13 adalah ketika ayat ke-82 dari surat Al- An’am

diturunkan, para sahabat merasa keberatan. Kemudian mereka datang

menghadap Rasulullah saw seraya berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah di

antara kami yang dapat membersihkan keimanannya dari perbuatan zalim?”

Jawab beliau: “ Bukan begitu. Bukankah kau telah mendengar wasiat Luqman

Hakim kepada anaknya: Hai anakku, janganlah kau mempersekutukan Allah,

sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang

7 Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan kesan dan Keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera
Hati, 2003), Juz 11, h. 107-108

11
besar.8

Sa‟ad bin Malik seorang lelaki yang sangat taat dan menghormati

ibunya. Ketika ia memeluk islam, ibunya berkata: “Wahai Sa‟ad mengapa

kamu tega meninggalkan agamamu yang lama, memeluk agama yang baru.

Wahai anakku, pilihlah salah satu kau kembali memeluk agama yang lama

atau aku tidak makan dan minum sampai mati.” Maka Sa‟ad kebingungan,

bahkan ia dikatakan tega membunuh ibunya. Maka Sa‟ad berkata: “ Wahai

ibu, jangan kau lakukan yang demikian, aku memeluk agama baru tidak akan

mendatangkan madharat, dan aku tidak akan meninggalkannya”. Maka Umi

Sa‟ad pun nekad tidak makan sampai tiga hari tiga malam. Sa‟ad berkata:

“Wahai ibu, seandainya kau memiliki seribu jiwa kemudian satu per satu

meninggal, tetap aku tidak akan meninggalkan agama baruku (islam). karean

itu terserah ibu mau makan atau tidak”. Maka ibu itupun makan. Sehubungan

dengan itu, maka Allah swt menurunkan ayat ke-15 sebagai ketegasan bahwa

kaum muslimin wajib taat dan tunduk kepada perintah orang tua sepanjang

bukan yang bertentangan dengan perintah-perintah Allah SWT.9

F. KANDUNGAN AYAT
1. Kandungan surah Luqman 12
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman, yaitu:
“Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada
Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi

8 A.Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Qur’an Surat Al-Baqarah An-Nas,
(Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), h. 660
9 Ibid, h. 661

12
Maha Terpuji.Ayat ini menguraikan Luqman yang dianugerahi oleh Allah
dalam mengambil hikmah, definisi hikmah itu sendiri berarti mengetahui
keutamaan dari suatu makna, baik pengetahuuan ataupun perbuatan.
Hikmah diartikan juga sebagai sesuatu yang dapat digunakan untuk
menghalangi terjadinya sesuatu yang buruk dan mendatangkan kemaslahatan.
Makna ini ditarik dari kata hakamah, yang berarti kendali. Memilih yang
terbaik dari dua hal buruk juga merupakan hikmah, pelakunya disebut Hakim,
tidak heran kata ini dimaknai sebagi pengambil keputusan penting atas dua
perkara.
Kata syukur berasal dari Syakara yang maknanya berkisar antara
pujian dan kebaikan. Syukur manusia dimulai dengan menyadari anugerah
yang diberikan Allah dari lubuk hatinya yang terdalam, disertai ketundukkan,
rasa cinta dan kekaguman pada-Nya. Sayyid quthub menulis bahwa hikmah
dan kandungan konsekuensinya adalah kesyukuran kepada Allah.

2. Kandungan surah Luqman 13


Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar.

Kata ‘Izuhu terambil dari kata Wa’zh yaitu nasihat meyangkut


berbagai kebajikan dengan cara menyentuh hati, penyampaiannya yakni
dengan lemah lembut, tidak membentak, dan panggilan sayang pada
peserta didik.

Kata bunayya menggambarkan kemungilan yang mengisyaratkan


kasih sayang, disini mengisyaratkan bahwa syarat untuk mendidik
hendaknya dilandasi dengan kasih sayang terhadap peserta didik.

3. Kandungan surah Luqman 14

13
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.
Di ayat ini, Allah menggambarkan kesusahan seorang ibu dalam
merawat anaknya, mengapa hanya jasa ibu yang digambarkan dengan
sedemikian lemahnya? Karena peranan ibu lebih berat dari ayah, mulai
dari proses mengandung, hingga melahirkan dan menyapihnya. Kata
Wahnan berarti kelemahan atau kerapuhan. Yang dimaksud disini adalah
ibu sangat lemah saat mengandung hingga diibaratkan kelemahan itu
sendiri.

4. Kandungan Surah Luqman 15


Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-
Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.

Larangan taat kepada orangtua dalam mendurhakai Allah, dan


nasihat Luqman kepada anaknya tentang menolak segala bentuk
kemusyrikan dimanapun berada. Ayat ini sekaligus memberitahu bahwa
mempergauli keduanya dengan baik hanya dalam urusan dunia, bukan
keagamaan. Seperti nabi Ibrahim, dia tetap berlaku santun pada bapaknya
sekalipun pembuat berhala, namun nabi Ibrahim tidak sependapat dengan
hal aqidah.

14
5. Kandungan Surah Luqman 16
(Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di
dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.

Dalam ayat ini terdapat kata Latif, yang artinya lembut, halus, atau
kecil. Dari makna ini lahirlah makna ketersembunyian dan ketelitian.
Imam Ghazali menjelaskan bahwa yang berhak menyandang sifat ini
hanyalah yang mengetahui perincian kemashlahatan dan seluk beluk
rahasianya. Yang kecil dan halus, kemudian menempuh jalan untuk
menyampaikannya dengan lembut dan bukan kekerasan. Yaitu Allah,
karena dia selalu menghendaki kemaslahatan untuk makhluknya. Ayat ini
menggambarkan kekuasaan Allah dalam menghitung amal manusia
betapapun sedikitnya.

6. Kandungan Surah Luqman 17


Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

Ayat ini menjelaskan tentang amal ma’ruf nahi munkar, yang


puncaknya pangkalnya adalah shalat, serta amal kebaikan yang tercermin
adalah buah dari shalat yang dilaksanakan dengan benar. Kata ‘azm dari
segi bahasa berarti kekuatan hati atau tekad.

7. Kandungan Surah Luqman 18-19


Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena
sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi
membanggakan diri.18

15
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.19
Ayat ini menerangkan nasihat Luqman dalam berperilaku terhadap
manusia. Materi aqidah yang disampaikan selalu berbarengan dengan
akhlaq agar tidak menimbulkan kebosanan, ayat ini melarang manusia
untuk sombong dan angkuh kepada orang lain.
Kata tusha’ir terambil dari kata ash-sha’ar, yaitu penyakit yang
menimpa unta sehingga lehernya sulit menengok karena keseleo, orang
yang sulit memalingkan wajah pada orang lain karena sombong,
diumpamakan seperti leher unta yang keseleo, susah digerakkan karena
sombong. Kata al-ardh, artinya tanah, mengiisyaratkan manusia untuk
tidak sombong, karena berasal dari tanah dan tak ada yang patut
disombongkan.

Sesungguhnya sombong adalah pakaian kebesaran Allah, barang siapa


yang memakai pakaiannya, maka dia mengundang murkanya Allah.
Kurikulum Pendidikan Islam adalah kurikulum yang dilandasi
asas-asas kebenaran wahyu, yang sumbernya berasal dari Al-Qur’an dan
As-sunnah.

G. HUBUNGAN SURAH LUQMAN DENGAN MATERI PENDIDIKAN

Pada ayat 12 Allah menjelaskan profil Lukman sebagai hamba Allah yang
diberi anugerah Al-Hikmah dari-Nya.10 Dengan Al-Hikmah itu ia mendidik
anaknya menjadi hamba Allah yang senantiasa bersyukur. Langkah-langkah
Lukman mendidik anaknya dalam upaya mencapai ‘abdan syakura dijelaskan
dalam ayat 13 sampai ayat 19 dengan rincian sebagai berikut:
1. Larangan berbuat syirik, yaitu menyekutukan Allah dengan segala sesuatu

10 Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, Op.cit, hlm

16
2. Perintah berbuat baik kepada kedua orang tua/ keharusan berbuat baik
kepada orang tua yang juga dibatasi oleh aturan-aturan Allah
3. Keimanan.
4. Shalat dan amar ma’ruf nahi munkar
5. Etika
Dari sisi redaksi, secara keseluruhan nasihat Lukman berisi sembilan
perintah, tiga larangan dan tujuh argumentasi[6].Sembilan perintan tersebut adalah:
1. Berbuat baik kepada orang tua
2. Syukur kepada Allah dan orang tua
3. Berkomunikasi dengan baik kepada orang tua
4. Mengikuti pola hidup anbiya’ dan shalihin
5. Menegakkan shalat
6. Amar ma’ruf
7. Nahi munkar
8. Sederhana dalam kehidupan
9. Bersikap sopan dalam berkomunikasi
Adapun yang berbentuk larangan adalah:
1. Larangan syirik
2. Larangan bersikap sombong
3. Larangan berlebihan dalam kehidupan
Sedangkan ketujuh argumen tersebut adalah:
1. Barang siapa bersyukur, sungguh syukurnya itu untuk dirinya sendiri, dan
barang siapa kufur, sesungguhnya Allah Maha Kaya dan Maha terpuji
2. Sesungguhnya syirik itu ialah kezaliman yang besar
3. Kepada_Nya manusia dikembalikan, untuk mempertanggung jawabkan apa
yang telah diperbuatnya selama hidup di dunia
4. Sesungguhnya Allah maha mengetahui segala sesuatu
5. Sesungguhnya semua itu merupakan ‘azmil umuur/ merupakan sesuatu yang
telah diwajibkan
6. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
7. Sesungguhnya sejelek-jelenya suara adalah suara keledai.

17
Berangkat dari beberapa rincian diatas, materi pendidikan yang terdapat
dalam Al-Qur’an Surat Lukman yang telah disampaikan oleh Lukman al-Hakim
kepada anaknya, dapat dikategorisasikan sebagai berikut:11
Pertama, ‘aqaaid (Akidah), yang menyangkut masalah keimanan kepada
Allah, hal ini sudah tercakup iman kepada malaikat, kitab-kitab_Nya, para nabi,
hari kiamat, dan qadha dan qadar. Materi ini terdapat pada ayat 12,13, dan 16
Kedua, syari’at, yakni satu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan
manusia denagn tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan
manusia dengan alam. Kaidah syari’ah ini terbagi menjadi dua: pertama, ibadah,
seperti shalat, thaharah, zakat, puasa dan haji. Kedua, mu’amalah yakni tata
aturan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan
manusia dengan harta benda. Aspek syari’ah ini termaktub pada ayat 14,15, dan
17
Ketiga, Akhlaq. Secara etimologis, akhlaq adalah perbuatan yang
mempunyai sangkut paut dengan khaliq (pencipta). Akhlaq ini mencakup akhlaq
manusia terhadap khaliqnya, dan akhlaq manusia terhadap makhluk. Aspek ini
terdapat pada ayat 14,15, 18, dan 19. Baik ibadah, muamalah, dan akhlak pada
hakikatnya bertitik tolak dari akidah.

H. Analisis
1) Anak Sebagai Anugerah Sekaligus Fitnah
Amanah Allah atas hamba-hamba-Nya sangatlah banyak. Dari sekian
banyak amanah Allah itu anak termasuk di dalamnya. Setiap amanah yang
Allah titipkan merupakan tugas yang harus ditunaikan dengan baik, dan pasti
akan dimintakan pertanggungjawabannya. Kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh orang tua terhadap amanah yang berupa anak itu adalah membentuk anak
tersebut menjadi manusia yang saleh, yang berjalan di atas fitrah—yang Allah
menciptakan manusia di atas fitrah itu. Apabila orang tua mampu
mengantarkan anaknya menuju fitrah tersebut, maka anak akan menjadi

11 Zakiyah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan ISLAM, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 98

18
anugerah yang sangat menakjubkan, sekaligus merupakan perhiasan yang
menarik setiap orang untuk mendapatkannya. Allah berfirman,
 
 
 

  
  
 
“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-
amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu
serta lebih baik untuk menjadi harapan.” (al-Kahfi: 46)

Sebaliknya, Allah mengancam menurunkan azab-Nya yang sangat


mengerikan kepada orang-orang yang tidak peduli terhadap amanah-Nya
apabila amanah itu ditelantarkan, kewajiban atasnya tidak ditunaikan. Di sini,
anak akan menjadi fitnah bagi orang tuanya, dan secara luas anak itu akan
menjadi virus kehancuran masyarakat. Allah berfirman :
 
 
   
  
“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai
cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (al-Anfaal:
28)

2) Pendidikan Anak
a. Keutamaan mendidik anak
“Jika ada seseorang yang mendidik anaknya, maka itu lebih baik
daripada bersedekah dengan satu sha’ setiap hari untuk fakir
miskin.” (HR. al-Tirmidzi)

19
Imam Ali bin Abi Thalib berkata, ”Sebaik-baik yang
diwariskan oleh bapak kepada anaknya adalah pendidikan.”
Ibnu Mas’ud berkata, ”Setiap pendidik sangat senang untuk
diadili bersama didikannya, dan sesungguhnya pendidikan Allah
adalah Al-Qur’an.”
Dari riwayat-riwayat di atas, sangatlah jelas betapa mendidik
adalah tugas yang mulia, terutama mendidik anak. Dan, mendidik anak
sejak kecil dengan nilai-nilai merupakan dasar pendidikan Islam. Dari
Ibnu Abbas ra., Rasulullah saw. bersabda, “Muliakanlah anak-
anakmu, dan perbaikilah pendidikan mereka.”

b. Cara mendidik anak


a) Mengenal Allah dan mengesakan-Nya.
Proses pendidikan tidak hanya merupakan aktivitas transfer
pengetahuan dan keahlian, tetapi juga merupakan aktivitas transver
nilai-nilai dan kebudayaan. Dalam islam, proses pendidikan dalam
rangka mengembangkan potensi sumber daya manusia secara utuh dan
seimbang, ditekankan mulai dalam kehidupan keluarga.
Pada hakikatnya, tujuan makro pendidikan Islam adalah untuk:12
1. Menyelamatkan fitrah manusia
2. Mengembangkan potensi-potensi fitrah manusia (aqliyah,
qalbiyah, dan jismiyah)
3. Menyelaraskan langkah perjalanan fithrah mukhallaqah manusia
dengan fithrah munazzalah-nya.
Tugas yang sangat penting yang harus dilakukan oleh orang tua
terhadap anaknnya adalah mengenalkan Allah SWT. Kepadanya. Hal
ini dilakukan sesuai dengan kemampuan berfikir mereka sehingga
anak betul–betul bisa menjalani hidupnya sesuai dengan fitrah yang
lurus, dimana Allah menciptakan seluruh manusia di atas fitrah

12 Choirul fuad yusuf dan ahmad syahid, Pemikir Pendidikan Islam (Biografi sosial
Intelektual), (Jakarta: PT. Pena Citasatria,2007), hlm.149

20
tersebut, dan diharapkan anak akan menjadi insan muwahhid (insan
yang mengesakan Allah). Inilah hikmah yang paling penting yang
diterima Luqman dari Allah agar segerah disampaikan kepada
anaknya.
Cara mengenal Allah dapat dilakukan dengan menggunakan
fitrah insting beragama yang ada dalam setiap diri manusia. Di sana
tertampung berbagai emosi manusia seperti rasa takut, harap, cemas,
cinta, kesetiaan, pengangungan, penyucian, dan berbagai macam
lainnya yang menghiasi jiwa manusia.13
“Setiap anak yang dilahirkan adalah dalam keadaan suci
(fitrah), sampai lidahnya bisa berbicara. Kedua orangtuanya lah yang
menjadikan anak tersebut Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. al-
Baihaqi dan ath- Thabrani)

b) Mengajarkan anak tentang ibadah yang baik dan benar


Setelah anak dikenalkan dengan khaliknya, maka selanjutnya tugas
dan kewajibannya sebagai hamba Allah dikenalkan kepadanya,
yaitu misi utamanya di atas muka bumi ini untuk beribadah. Hal ini
dilakukan dengan beberapa hal :
 Mengajarkan anak mengerjakan shalat.
 Kedua, Melatih anak berpuasa.
 Ketiga, Mengajari anak Al-Qur’an dan al-Hadits.
 Keempat, Mengajari anak berdzikir

c) Mengajarkan anak tentang nilai-nilai akhirat.


Dunia adalah ladang untuk bekerja dan beramal, dan hasilnya bisa
didapatkan di dunia langsung, namun hasil yang hakiki ada di
akhirat. Maka anak harus dididik agar mereka tahu, sekecil apapun
pekerjan yang telah dilakukan, baik atau buruk, semuanya

13 Abudin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi kelemahan pendidikan Islam di Indonesia,


(Jakarta: Kencana Prenada Media Group: 2012), hlm.287

21
terpantau oleh Allah, semua akan terbalas, meskipun perbuatan itu
seberat biji sawi, dan berada dalam batu di sahara atau di langit
atau di dalam bumi, niscaya Allah akan membalasinya. Dengan
konsep ini kehidupan anak terkotrol dan tidak terjerumus dalam
pergaulan bebas dan perbuatan-perbuatan yang membahayakan,
baik bagi dirinya atau orang lain.

d) Mengajarkan anak tentang etika Islam yang luhur dan indah.


Pada dasarnya, seluruh ibadah yang diwajibkan oleh Allah atas
hamba-Nya adalah untuk membentuk pribadi-pribadi mukmin yang
soleh, menjadi insan-insan yang menjunjung tinggi nilai. Maka
dengan hikmah yang didapat dari Allah., Luqman mengajarkan
kepada anaknya moral tersebut, dengan tidak sombong, sederhana
dan tidak berlebihan dalam bersikap, baik dalam tindakan atau
omongan. Oleh sebab itu, seyogyanya anak sejak dini diajari adab-
adab islami, sehingga adab-adab itu betul-betul melekat pada
dirinya dan sekaligus menjadi karakter yang mengkristal. Akhlak
yang diajarkan itu sangat luas cakupannya, baik akhlak dengan
Allah, Rasul, kedua orangtua, Kaum Muslimin, maupun akhlak
terhadap segala sisi kehidupan, yaitu bagaimana berakhlak dengan
musuh, setan, dan sebagainya. Akhlak inilah yang menjadi tugas
utama Rasulullah untuk mengubahnya, dan merupakan kewajiban
seluruh manusia untuk mengikuti langkah Rasulullah saw., dan
termasuk kewajiban orang tua untuk mengajarkannya kepada sang
anak.
Selain cara di atas ada beberapa metode yang lebih efektif dengan kaidah-
kaidah influentif dalam membentuk dan dan mempersiapkan anak, diantaranya
:14
1. Pendidikan dengan keteladanan

14Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Semarang: CV. Asy
Syifa, 1981), hlm. 2

22
2. Pedidikan dengan adat kebiasaan
3. Pendidikan dengan nasihat
4. Pendidikan dengan memberikan perhatian
5. Pendidikan dengan memberikan hukuman
Masalah keteladanan menjadi faktor penting dalam hal baik-buruknya
anak. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani dan
menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka
si anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia. Dan jika
pendidik bohonh, khianat, durhaka, kikir, penakut dan hina, maka si anak akan
tumbuh dalam kebohongan, khianat, durhaka, kikir dan penakut dan hina.

23
BAB III
KESIMPULAN

Berangkat dari beberapa rincian diatas, materi pendidikan yang terdapat


dalam Al-Qur’an Surat Lukman yang telah dissampaikan oleh Lukman al-Hakim
kepada anaknya, dapat dikategorisasikan sebagai berikut:
Pertama, ‘aqaaid (Akidah), yang menyangkut masalah keimanan kepada
Allah, hal ini sudah tercakup iman kepada malaikat, kitab-kitab_Nya, para nabi,
hari kiamat, dan qadha dan qadar. Materi ini terdapat pada ayat 12,13, dan 16
Kedua, syari’at, yakni satu sistem norma Ilahi yang mengatur hubungan
manusia dengan tuhan, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan
manusia dengan alam. Kaidah syari’ah ini terbagi menjadi dua: pertama, ibadah,
seperti shalat, thaharah, zakat, puasa dan haji. Kedua, mu’amalah yakni tata
aturan Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan
manusia dengan harta benda. Aspek syari’ah ini termaktub pada ayat 14,15, dan
17
Ketiga, Akhlaq. Secara etimologis, akhlaq adalah perbuatan yang
mempunyai sangkut paut dengan khaliq (pencipta). Akhlaq ini mencakup akhlaq
manusia terhadap khaliqnya, dan akhlaq manusia terhadap makhluk. Aspek ini
terdapat pada ayat 14,15, 18, dan 19. Baik ibadah, muamalah, dan akhlak pada
hakikatnya bertitik tolak dari akidah.

24
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Al-Maraghi (terj.), (Semarang: Toha Putra, 1993)

A.Mudjab Mahali, Asbabun Nuzul Studi Pendalaman Al-Qur’an Surat Al-


Baqarah An-Nas, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002)

Abudin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi kelemahan pendidikan Islam di


Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group: 2012)

Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, (Semarang:


CV. Asy Syifa, 1981)

Choirul fuad yusuf dan ahmad syahid, Pemikir Pendidikan Islam (Biografi sosial
Intelektual), (Jakarta: PT. Pena Citasatria,2007)

Hamka, Tafsir Al-Azhar, (Surabaya: Yayasan Latimojong, 1979)

Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Tafsir ibnu Katsir (terj.), (Jakarta:Gema Insani,


2000)

Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan, (Bandung: Marja, 2010)

Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan kesan dan Keserasian Al-Qur’an,


(Jakarta: Lentera Hati, 2003)

Sulaiman Al Kumayi, Dahsyatnya mendidik anak Gaya Rasulullah, (Yogyakarta:


Semesta Hikmah, 2015)

Zakiyah Daradjat dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006)

25

Anda mungkin juga menyukai