Disusun oleh
Muhammad Saifuddin Umar LC
Nim 20192550017
Dosen
Prof Dr H Abd Hadi M ag
Program studi
Pendidikan Islam
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2019
Muqoddimah
Al quran adalah kalamulloh , yang tidak diragukan lagi sinya yang itu
patent dari Alloh subhanallohu taala . seluruh konsep kehidupan sudah
ter papar di dalam nya termasuk konsep pendidikan untuk anak
Surat lukman adalah salah stu surah dalam alquran yang mulai ayat 12
memberikan konsep kepada kita tentang endidikan anak
Pendidikan anak
Persoalan anak-anak dan pengasuhnya merupakan salah satu persoalan
yang mendapat prioritas perhatian dari islam. Mengingat anak
merupakan batu pertama untuk membangun keluarga yang merupakan
sel pertama untuk membangun masyarakat dan yang menjadi fondasi
bangunan masa depan. Masa kanak-kanak merupakan salah satu masa
terpenting dalam rentang kehidupan manusia. Sebab ia menjadi pijakan
fase selanjutnya dalam proses pendidikan dan pembinaan pribadi. Pada
fase ini ditanamkan prinsip-prinsip dasar, nilai, dan kecenderungan yang
bakal membentuk perilaku manusia yang matang dalam menatap
kehidupan masa yang akan datang. Masa usia dini atau masa anak-anak
merupakan masa yang sangat baik bagi para pengasuh dalam
memberikan pendidikan. Pada masa ini, anak menyerap banyak hal dari
lingkungan sekitarnya, kebiasaan yang bermanfaat atau yang merugikan,
akhlak yang mulia atau yang tercela, dan jalan yang lurus atau yang
menyimpang. Kesiapan mental dan pikiran anak pada fase ini sudah
terkondisikan sedimikian rupa untuk menerima segala hal yang disukai
dan digemarinya, dan menolak segala hal yang dibenci dan
diengganinya. Para psikolog dan pakar pendidikan menegaskan bahwa
masa kanak-kanak ditandai dengan pertumbuhan fisik, intelektual dan
social. Mempersiapkan dan mendidik anak-anak pada masa ini adalah
persiapan untuk menghadapi berbagai tantangan masa depan. Tentang
urgennya masa ini, sebagian pakar berargumen karena system saraf
anak-anak dalam kondisi fleksibel yang membuatnya sangat reaktif
dengan orang sekitar, meniru banyak hal dari perilaku mereka dan
mengidentifikasikan dirinya dengan karakter mereka. Sebenarnya,
segala sesuatu yang diterima pada masa anak-anak dari orang tua dan
sekitarnya mempunyai pengaruh dalam pembentukan kepribadian anak-
anak. Namun, semua itu membutuhkan pendidikan dan arahan untuk
meluruskan segala yang ia terima. Pendidikan dan arahan yang baik
yang bisa memberikan bekas yang melekat dalam jiwa anak-anak.
Berbicara pendidikan dan arahan tidak lepas dari bahasa, karena fungsi
bahasa merupakan alat untuk menyampaikan maksud atau sesuatu.
Kaitannya dengan pendidikan dan arahan pada masa anak-anak,
Tolak ukur keberhasilan sebuah pendidikan adalah ketika mendapati
seorang anak dari jenjang satu ke jenjang berikutnya mengalami
perubahan kedewasaan.
Ibnul Qayyim al-Jauziyah, seperti dikutip oleh Muhammad Nur Abdul
Hafidzh Suwaid dalam bukunya Manhaj at-Tarbiyah an-Nabawiyah li
ath-Thifl berpesan kepada orang tua dan para pendidik, barang siapa
yang dengan sengaja tidak mengajarkan apa yang bermanfaat bagi anak-
anaknya dan meninggalkannya begitu saja, berarti dia telah melakukan
suatu kejahatan yang sangat besar.
Disebutkan, kerusakan pada diri anak kebanyakan datang dari sisi orang
tua yang meninggalkan mereka dan tidak mengajarkan kewajiban-
kewajiban dalam agama dan sunnah-sunnahnya..
Maka pendidikan anak adalah .sangat perlu diperhatikan oleh orang
tua.
Lukman al hakm dalam alqur an memberikan contoh yang sangat
esensial dalam mendidik anak
PENDIDIKAN ANAK DALAM SURAT LUQMAN
Surat Lukman mengajarkan kita untuk mendidik anak ang seuai dengan
ridho ilahi,karena masa anak adalah enentu masa depn mereka, sebesar
kita memeperhatikan pendidikan anak sebesar itu pula harapan masa
depan yang di raih.
Panggilan “ yaa bunayya” adlah ciri khas dari hamba Alloh yang sholeh
kepada putranya. panggilan yang di dahului oleh harfu nidaa engandung
unsur alaram bagi yang mendengar nya , dan kalimat bunayya ismu
tashghiir /yang lebih kecil dar banin menunjukkkan sebuah
penghormatan dan rasa kasih sayang terhdap yang di panggil
.فأفادت معنى التكريم والتلطف
ْ ،ي" فيما بعدها من آيات
َّ "يَا ُب َن:تكررت كلمة
َّ ثم
https://www.alukah.net/social/0/8806/#ixzz63PtipQH8 :رابط الموضوع
v وعلى قلبهv، ثناء واعترافاv: عبدهv لسانv نعمة هللا علىv ظهور أثرvالشكر
v وطاعةv وعلى جوارحه انقيادا،شهودا ومحبة
“Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya.
Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan
kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati,
berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota
badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah” (Madarijus
Salikin, 2/244).
“Sungguh harta dan kenikmatan yang aku miliki itu aku dapatkan
dari ilmu yang aku miliki” (QS. Al-Qashash: 78).
Syukur Adalah Salah Satu Sifat Allah
Ketahuilah bahwa syukur merupakan salah satu sifat dari sifat-
sifat Allah yang husna. Yaitu Allah pasti akan membalas setiap
amalan kebaikan yang dilakukan oleh hamba-Nya, tanpa luput
satu orang pun dan tanpa terlewat satu amalan pun. Allah Ta’ala
berfirman,
شاكرا ألنعمهv* من المشركينv ولم يكv هلل حنيفاv أمة قانتاv كانv إبراهيمvإن
v مستقيمv وهداه إلى صراطvاجتباه
“Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan
teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah
dia termasuk orang-orang yang musyrik, Dan ia senantiasa
mensyukuri nikmat-nikmat Allah, Allah telah memilihnya dan
menunjukinya kepada jalan yang lurus” (QS. An-Nahl: 120-121).
. قام حتى تفطَّر رجاله، إذا صلَّى، مvَ َّ وسلvكان رسو ُل هللاِ صلَّى هللا ُ عليه
v ما تق َّدم من ذنبكv وقد ُغفِر لك، يا رسو َل هللاِ ! أتصن ُع هذا: vُ عائشةvقالت
vُ
v شكو ًراvأكون عب ًدا v ! أفالvُ عائشةv ياv” vوما تأ َّخ َر ؟ فقال
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika beliau shalat,
beliau berdiri sangat lama hingga kakinya mengeras kulitnya. ‘Aisyah
bertanya, ‘Wahai Rasulullah, mengapa engkau sampai demikian?
Bukankan dosa-dosamu telah diampuni, baik yang telah lalu maupun
yang akan datang? Rasulullah besabda: ‘Wahai Aisyah, bukankah
semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?’” (HR. Bukhari no.
1130, Muslim no. 2820).
v كنتم إياهv ما رزقناكم واشكروا هلل إنv كلوا من طيباتv آمنواv الذينv أيهاvيا
تعبدون
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang
baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada
Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah” (QS.
Al Baqarah: 172).
نvْ ِد إِاَّل لِ ْل ُم ْؤ ِم ِن؛ إvٍ ك أِل َ َح vَ َولَي،ٌن أَ ْم َرهُ ُكلَّهُ َخ ْيرvَّ ِ أِل َ ْم ِر ْال ُم ْؤ ِم ِن إvَع َجبًا
vَ ْس َذا
vان َخ ْي ًراvَ صبَ َر فَ َكَ ضرَّا ُء َ vُصابَ ْتهَ َن أvْ ِ َوإ،ُ لَهvان َخ ْي ًرا
vَ صابَ ْتهُ َسرَّا ُء َش َك َر فَ َك َ َأ
vُلَه
“Seorang mukmin itu sungguh menakjubkan, karena setiap
perkaranya itu baik. Namun tidak akan terjadi demikian kecuali pada
seorang mu’min sejati. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur,
dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu
baik baginya” (HR. Muslim no.7692).
v الشاكرينvوسنجزي
“Dan sungguh orang-orang yang bersyukur akan kami beri
ganjaran” (QS. Al Imran: 145).
َ هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرv فَاتَّقُواvٌم أَ ِذلَّةvْ ُص َر ُك ُم هَّللا ُ بِبَ ْد ٍر َوأَ ْنت
ُون َ َد نvْ ََولَق
“Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar,
padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya” (QS. Ali
Imran: 123).
ُ لَهv َما تُ َكافِئُونَهُ فَا ْد ُعواvم تَ ِج ُدواvْ َن لvْ ِ فَإ،ُ فَ َكافِئُوهvم َم ْعرُوفًاvْ صنَ َع إِلَ ْي ُك
َ َم ْن
َُحتَّى تَ َر ْوا أَنَّ ُك ْم قَ ْد َكافَأْتُ ُموه
“Barangsiapa yang telah berbuat suatu kebaikan padamu, maka
balaslah dengan yang serupa. Jika engkau tidak bisa membalasnya
dengan yang serupa maka doakanlah ia hingga engkau mengira
doamu tersebut bisa sudah membalas dengan serupa atas
kebaikan ia” (HR. Abu Daud no. 1672, dishahihkan Al-Albani
dalam Shahih Abu Daud).
3. Qana’ah
Senantiasa merasa cukup atas nikmat yang ada pada diri kita
membuat kita selalu bersyukur kepada Allah. Sebaliknya, orang
yang senantiasa merasa tidak puas, merasa kekurangan, ia merasa
Allah tidak pernah memberi kenikmatan kepadanya sedikitpun.
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
4. Sujud Syukur
هللا صلىv رسولv كانv: رضي هللا عنه قالv الحارثv بنv أبي بكرة نفيعvعن
هللv شاكراv جاءه أمر بشر به خر ساجدا؛v إذاv وسلمvهللا عليه
“Dari Abu Bakrah Nafi’ Ibnu Harits Radhiallahu’anhu ia berkata,
‘Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasanya jika menjumpai
sesuatu yang menggemberikan beliau bersimpuh untuk sujud.
Sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah” (HR. Abu Daud
no.2776, dihasankan oleh Al-Albani dalam Irwaul Ghalil).
5. Berdzikir
Berdzikir dan memuji Allah adalah bentuk rasa syukur kita kepada
Allah. Ada beberapa dzikir tertentu yang diajarkan oleh Rasulullah
khusus mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah. Rasulullah
Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,
l1
1
https://muslim.or.id/30031-jadilah-hamba-allah-yang-bersyukur.htm
)QS. Luqman:13(
َ ِون َذل
ن يَ َشا ُءvْ ك لِ َم َ ن يُ ْش َرvْ َإِ َّن هَّللا َ ال يَ ْغفِ ُر أ
vَ ر َما ُدvُ ِك بِ ِه َويَ ْغف
Dalam ayat ini terdapat penjelasan yang sangat jelas bahwa orang
yang berjumpa Allah dalam keadaan musyrik maka tidak ada
harapan baginya untuk mendapatkan ampunan Allah karena
tempat kembalinya adalah neraka dan dia akan kekal di dalamnya.
Di dalamnya dia tidak akan mati tidak pula ada keringanan siksa
untuknya. Sebagaimana firman Allah,
ك نَجْ ِزي َ ِن َع َذابِهَا َك َذلvْ ف َع ْنهُ ْم ِم ُ َّ َوال يُ َخفv َعلَ ْي ِه ْم فَيَ ُموتُواvضى َ لَهُ ْم نَا ُر َجهَن َّ َم ال يُ ْقvين َكفَرُوا vَ َوال َّ ِذ
ل أَ َولَ ْمvُ ُكنَّا نَ ْع َمvصالِ ًحا َغ ْي َر ال َّ ِذيَ ْون فِيهَا َربَّنَا أَ ْخ ِرجْ نَا نَ ْع َمل vَ ) َوهُ ْم يَصْ طَ ِر ُخ٣٦( ور vٍ ُُك َّل َكف
)٣٧( ير vٍ ص ِ َين ِم ْن ن vَ فَ َما لِلظَّالِ ِمvر فَ ُذوقُواvُ ه َم ْن تَ َذ َّك َر َو َجا َء ُك ُم الن َّ ِذيvِ ر فِيvُ نُ َع ِّمرْ ُك ْم َما يَتَ َذ َّك
2
https://muslim.or.id/1680-bahaya-syirik.html
3. Berbuatlah Baik Pada Orangtua
)QS. Luqman:14(
ش ُك ْر لِ ْي َولِ َوالِ َد ْي ۗ َك َ ِسانَ بِ َوالِ َد ْي ۚ ِه َح َملَ ْتهُ اُ ُّم ٗه َو ْهنًا ع َٰلى َوه ٍْن َّوف
ْ صالُ ٗه فِ ْي عَا َم ْي ِن اَ ِن ا َ ص ْينَا ااْل ِ ْنَّ َو َو
ِ اِلَ َّي ا ْل َم
رwُ ص ْي
Allah Ta’ala berfirman,
ك أَاَّل تَ ْعبُ ُدوا إِاَّل إِيَّاهُ َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن إِحْ َسانًا َ ََوق
َ ُّضى َرب
“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya.” (QS. Al-Isra’: 23)
Dalam beberapa ayat, Allah selalu menggandengkan amalan berbakti pada
orang tua dengan mentauhidkan-Nya dan larangan berbuat syirik. Di
antaranya disebutkan dalam ayat,
َوبِ ْال َوالِ َدي ِْن إِحْ َسانًاvقُلْ تَ َعالَ ْوا أَ ْت ُل َما َح َّر َم َربُّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم أَاَّل تُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيئًا
“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh
Rabbmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia,
berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa.” (QS. Al-An’am: 151)
ُض َع ْتهُ ُكرْ هًا َو َح ْملُه َ ان بِ َوالِ َد ْي ِه إِحْ َسانًا َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ ُكرْ هًا َو َو َ ص ْينَا اإْل ِ ْن َس
َّ َو َو
ِّين َسنَةً قَا َل َرب َ ون َش ْهرًا َحتَّى إِ َذا بَلَ َغ أَ ُش َّدهُ َوبَلَ َغ أَرْ بَ ِع َ ُصالُهُ ثَاَل ث َ َِوف
ي َوأَ ْن أَ ْع َم َل
َّ ي َو َعلَى َوالِ َد َّ َت َعل َ ك الَّتِي أَ ْن َع ْم
َ َأَ ْو ِز ْعنِي أَ ْن أَ ْش ُك َر نِ ْع َمت
َ ك َوإِنِّي ِم َن ْال ُم ْسلِ ِم
ين ُ ضاهُ َوأَصْ لِحْ لِي فِي ُذرِّ يَّتِي إِنِّي تُب
َ ْت إِلَ ْي َ ْصالِحًا تَر َ
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang
ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan
melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai
menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa
dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Rabbku, tunjukilah
aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku
dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh
yang Engkau ridhai. berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan)
kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan
sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”.” (QS. Al-
Ahqaf: 15)
Manfaat Berbakti kepada Kedua Orang Tua
ْ َاب أَ ِو احْ ف
ُ ظه َ َك ْالب ِ َ ت فَأ
َ ِض ْع َذل َ ب ْال َجنَّ ِة فَإِ ْن ِش ْئ
ِ ْال َوالِ ُد أَ ْو َسطُ أَ ْب َوا
“Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu
atau kalian bisa menjaganya.” (HR. Tirmidzi, no. 1900; Ibnu Majah, no.
3663 dan Ahmad 6:445. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits
ini hasan.)
وم َو َد ْع َوةُ ْال ُم َسافِ ِر ْ ك فِي ِه َّن َد ْع َوةُ ْال َم
ِ ُظل َّ ت يُ ْستَ َجابُ لَه َُّن الَ َش ُ َثَال
ٍ ث َد َع َوا
َو َد ْع َوةُ ْال َوالِ ِد لِ َولَ ِد ِه
“Tiga doa yang mustajab yang tidak diragukan lagi yaitu doa orang yang
dizalimi, doa orang yang bepergian (safar) dan doa baik orang tua kepada
anaknya.” (HR. Ibnu Majah, no. 3862. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan
bahwa hadits ini hasan.)
Bagaimana Cara Membahagiakan Orang Tua?
Usamah bin Zaid, seorang sahabat yang dirinya dan orang tuanya disayangi
oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa ia memiliki seribu
pohon kurma. Ia memang sengaja mempercantik atau merapikannya. Lalu
ada yang berkata pada Usamah, kenapa bisa sampai lakukan seperti itu.
Usamah menjawab bahwa ibunya sangat suka jika melihat keadaan kebun
kurma itu indah, maka ia melakukannya. Apa saja hal dunia yang diminta
oleh ibunya, ia pasti memenuhinya. (Al-Birr li Ibnil Jauzi, hlm. 225. Dinukil
dari Kitab Min Akhbar As-Salaf Ash-Shalih, hlm. 396)
َ أَ ِط ْع أَبَا
ِ ك َما َدا َم َحيًّا َوالَ تَع
ْص ِه
“Taatilah ayahmu selama dia hidup dan selama tidak diperintahkan untuk
bermaksiat.” (HR. Ahmad, 2:164. Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa
sanad hadits ini hasan.)
Kedua: Tidak menyakiti hati orang tua.
Imam Nawawi rahimahullah menerangkan bahwa ‘uququl walidain (durhaka
kepada orang tua) adalah segala bentuk menyakiti keduanya. Taat kepada
orang tua itu wajib dalam segala hal selain pada perkara maksiat.
Menyelisihi perintah keduanya juga termasuk durhaka. Lihat Syarh Shahih
Muslim, 2:77.
كَ ِت َذال ُ ْ فَ َذ َكر، الَ أَ َراهَا إِالَّ ِم َن ْال َكبَائِ ِرvْت َذنُ ْوبًا ُ صب َ َ فَأ، ت ِ ت َم َع النَّ َج َداُ ُك ْن
،ت هَ ِذ ِه ِم َن ْال َكبَائِ ِر ْ لَ ْي َس: قَا َل.ُ َك َذا َو َك َذا:ت ْ ُ َما ِه َى؟ قل: قا َ َل.ِالب ِْن ُع َم َر
ف ُ َوقَ ْذ،ف ِ ْ َو ْالفِ َرا ُر ِم َن ال َّزح، َوقَ ْت ُل نِ ْس َم ٍة،ِك بِاهلل ُ ْا ِإل ْش َرا:ٌهُ َّن تِ ْسع
ْ َوالَّ ِذي،ْج ِد ِ َوإِ ْل َحا ُد فِي ْال َمس،ال ْاليَتِي ِْمِ َوأَ ْك ُل َم، َوأَ ْك ُل الرِّ بَا،صنَ ِة َ ْْال ُمح
، ق النَّا َر ُ أَتَفَ َّر: ِلي اب ُْن ُع َم َر: قا َ َل،ق ِ َوبُ َكا ُء ْال َوالِ َدي ِْن ِم َن ْال ُعقُ ْو، ْخ ُر ِ يَ ْستَس
ْ ِع ْن ِدي:ت ُ ك؟ قُ ْل َ أَ َح ٌّي َوالِ َدا: َوهللاِ! قَا َل، ْ إِي:ت ُ َوتُ ِحبُّ أَ ْن تَ ْد ُخ َل ْال َجنَّةَ؟ قُ ْل
لَتَ ْد ُخلَ َّن ْال َجنَّةَ َما،ط َع ْمتَهَا الطَّ َعا َم ْ َ َوأ،ت لَهَا ْال َكالَ َم َ فَ َوهللاِ! لَ ْو أَلَ ْن: قَا َل.أُ ِّم ْى
.ْت ْال َكبَائِ َرَ اجْ تَنَب
“Ketika tinggal bersama An-Najdaat, saya melakukan perbuatan dosa yang
saya anggap termasuk dosa besar. Kemudian saya ceritakan hal itu kepada
‘Abdullah bin ‘Umar. Beliau lalu bertanya, ”Perbuatan apa yang telah engkau
lakukan?” ”Saya pun menceritakan perbuatan itu.” Beliau menjawab, “Hal
itu tidaklah termasuk dosa besar. Dosa besar itu ada sembilan, yaitu
mempersekutukan Allah, membunuh orang, lari dari pertempuran,
memfitnah seorang wanita mukminah (dengan tuduhan berzina), memakan
riba’, memakan harta anak yatim, berbuat maksiat di dalam masjid,
menghina, dan menyebabkan tangisnya kedua orang tua karena
durhaka kepada keduanya.” Ibnu Umar lalu bertanya, “Apakah engkau
takut masuk neraka dan ingin masuk surga?” ”Ya, saya ingin”, jawabku.
Beliau bertanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” “Saya masih
memiliki seorang ibu”, jawabku. Beliau berkata, “Demi Allah, sekiranya
engkau berlemah lembut dalam bertutur kepadanya dan
memasakkan makanan baginya, sungguh engkau akan masuk surga
selama engkau menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Bukhari dalam Adabul
Mufrod no. 8, shahih. Lihat Ash-Shahihah, 2898.)
« يَ ْستَأْ ِذنُهُ فِى ْال ِجهَا ِد فَقَا َل-صلى هللا عليه وسلم- َجا َء َر ُج ٌل إِلَى النَّبِ ِّى
َ أَ َح ٌّى َوالِ َدا
» قَا َل « فَفِي ِه َما فَ َجا ِه ْد. قَا َل نَ َع ْم.» ك
“Ada seseorang yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia ingin
meminta izin untuk berjihad. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas
bertanya, ‘Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Ia jawab, ‘Iya masih.’
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, ‘Berjihadlah dengan
berbakti kepada keduanya.’” (HR. Muslim, no. 2549)
3
https://rumaysho.com/16882-cara-membahagiakan-orang-tua.htm
4 problematika bersama orang tua
Surat lukman 15
. Al Ankabut: 8).
ِك بِ ه
َ َس ل ي
ْ ل
َ ا م
َ اك لِ تُ ْش ِر َك يِب َ د
َ اهَ ج
َ نْ ِ و إvۖ ان بِ و الِ َد يْ ِه ح س نً ا
َ ْ ُ ِ
َ َ ص ْي نَ ا ا إْل نْ َس َّ َو َو
َ
َ ُ إِ يَلَّ َم ْر ِج عُ ُك ْم فَ أُ َن بِّ ئُ ُك ْم مِب َ ا ُك ْن تُ ْم َت ْع َم لvۚ ِع ْل ٌم فَ اَل تُ ِط ْع ُه َم ا
ون
. Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-
bapaknya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan
sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan
kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
ت بِ َهاِ ْض يَأِ ت اَ ْو فِى ااْل َ ْر ِ سمٰ ٰو َ ٰيبُنَ َّي اِنَّ َهٓا اِنْ تَ ُك ِم ْثقَا َل َحبَّ ٍة ِّمنْ َخ ْرد ٍَل فَتَ ُكنْ فِ ْي
َّ ص ْخ َر ٍة اَ ْو فِى ال
هّٰللا ُ ۗاِنَّ هّٰللا َ لَ ِط ْيفٌ َخبِ ْي ٌر
Dalam ayat tersebut dijelaskan, “(Luqman berkata): Wahai Anakku,
sesungguhnya jika ada (suatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada
dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus
lagi Maha Mengetahui.”.
ال َحبَّ ٍة ِم ْن خَرْ د ٍَل أَتَ ْينَا بِهَا َو َكفَى بِنَا ْ ُازينَ ْالقِ ْسطَ لِيَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة فَاَل ت
َ َظلَ ُم نَ ْفسٌ َش ْيئًا َوإِ ْن َكانَ ِم ْثق ِ ض ُع ْال َم َو
َ ََون
َاسبِين ِ َح
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka
tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu)
hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala)nya. Dan
cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan” (QS. Al Anbiya’: 47).
“Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS. Luqman: 16).
Maksud “lathif” ayat ini adalah ilmu Allah itu bisa menjangkau sesuatu yang
tersembunyi dan tidaklah samar bagi Allah walaupun amat kecil dan lembut.
Sedangkan maksud “khobir” adalah Alalh mengetahui jejak semuk sekali
pun meskipun di malam yang gelap gulita (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 11:
55).4
Yang Dimaksud Shokhroh
4
https://rumaysho.com/2373-nasehat-lukman-pada-anaknya-5-setiap-perbuatan-
akan-dibalas.html
Menurut As Sudi yang dimaksud dengan “shokhroh” ()ص ْخ َر ٍة
َ dalam ayat di
atas adalah batu yang berada di bawah lapisan bumi yang ketujuh dan
bukan berada di bawah langit atau berada di muka bumi. Namun Ibnu Katsir
menyanggah hal ini, beliau nyatakan bahwa tafsiran tersebut berasal dari
berita Isroiliyat, di mana berita ini tidak bisa dibenarkan dan tidak bisa
didustakan.5
كنت غالما في حجر رسول: عمر بن أبي سلمة رضي هللا عنه يقول
فقال لي،هللا صلى هللا عليه وسلم وكانت يدي تطيش في الصحفة
يا غالم سم هللا وكل بيمينك وكل مما:رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
متفق عليه.يليك فما زالت تلك طعمتي بعد
5
https://rumaysho.com/2373-nasehat-lukman-pada-anaknya-5-setiap-perbuatan-
akan-dibalas.html
Artinya:
مروا أوالدكم بالصالة و هم أبناء سبع سنين و اضربوهم عليها و هم أبناء عشر
Artinya:
Artinya:
7. Janganlah Sombong
6
https://dalamislam.com/hukum-islam/anak/cara-mengajari-anak-sholat
Sikap sombong adalah memandang dirinya berada di atas
kebenaran dan merasa lebih di atas orang lain. Orang yang
sombong merasa dirinya sempurna dan memandang dirinya
berada di atas orang lain. (Bahjatun Nadzirin, I/664, Syaikh Salim
al Hilali, cet. Daar Ibnu Jauzi)
Allah Ta’ala berfirman,
Allah Ta’ala berfirman,
Hakekat Kesombongan
لvَ ل إِ َّن ال َّر ُجvٌ ل َذ َّر ٍة ِم ْن ِكب ٍْر قَا َل َر ُجvُ ه ِم ْثقَاvِ ِان فِي قَ ْلب َ ن َكvْ َمvَاَل يَ ْد ُخ ُل ْال َجنَّة
لvَ ن هَّللا َ َج ِمي ٌل يُ ِحبُّ ْال َج َماvَّ ِل إvَ قَاvً َونَ ْعلُهُ َح َسنَةvون ثَ ْوبُهُ َح َسنًا vَ ن يَ ُكvْ َب أ vُّ ي ُِح
vِ ق َو َغ ْمطُ النَّا
سv vِّ ر بَطَ ُر ْال َحvُ ْال ِك ْب
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat
kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya,
“Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal
yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan
menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan
meremehkan orang lain.“ (HR. Muslim no. 91)
vَّور ِه ْم إِال ُ فِيvن أَتَاهُ ْم إِنvٍ vت هللاِ بِ َغي ِْر س ًْلطَا
ِ ص ُد vِ ون فِي َءايَا vَ ن الَّ ِذvَّ ِإ
vَ ُين يُ َجا ِدل
ِ َع ْالبvُ إِنَّهُ هُ َو ال َّس ِميvِذ بِاهللvْ ه فَا ْستَ ِعvِ ِك ْب ٌر َّماهُم بِبَالِ ِغي
}56{ رvُ صي
“Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan tentang ayat-
ayat Allah tanpa lasan yang sampai pada mereka tidak ada dalam
dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kesombongan
yang mereka sekali-klai tiada akan mencapainya, maka mintalah
perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia Maha Mnedengar lagi
Maha Melihat” (QS. Ghafir:56)
Maka wajib bagi para penuntut ilmu untuk memiliki tekad yang
kuat mendahulukan perkataan Rasul shalallahu ‘alaihi wa sallam di
atas perkataan siapa pun. Karena pokok kebenaran adalah
kembali kepadanya dan pondasi kebenaran dibangun di atasnya,
yakni dengan petunjuk Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Kita
berusaha untuk mengetahui maksudnya, dan mengikutinya secara
lahir dan batin. (Lihat Bahjatu Qulubil Abrar, hal 194-195, Syaikh
Nashir as Sa’di, cet Daarul Kutub ‘Ilmiyah)
مvَ ِسلvْ ْال ُمvُن يَحْ قِ َر أَ َخاهvْ َر أvِّ ئ ِم َن ال َّش vِ بِ َح ْس
ٍ ب ا ْم ِر
“Cukuplah seseorang dikatakan berbuat jahat jika ia menghina
saudaranya sesama muslim” (H.R. Muslim 2564). (Bahjatu Qulubill
Abrar, hal 195)
ْل « ُكلvَ ه فَقَاvِ ِ بِ ِش َمال- وسلمvصلى هللا عليه- ِ ل هَّللاvِ د َرسُوvَ ل ِع ْنvَ أَ َكvًن َر ُجالvَّ َأ
لvَ قَا.ُ ْال ِك ْبرvَّ َمنَ َعهُ إِالv َما.» ْت
vَ ا ْستَطَعvَع قَا َل « الvُ أَ ْستَ ِطيvَل الvَ قَا.» ك
vَ ِبِيَ ِمين
.فَ َما َرفَ َعهَا إِلَى فِي ِه
“Ada seorang laki-laki makan di samping Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam dengan tangan kirinya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Makanlah dengan tangan kananmu!” Orang
tersebut malah menjawab, “Aku tidak bisa.” Beliau
bersabda, “Apakah kamu tidak bisa?” -dia menolaknya karena
sombong-. Setelah itu tangannya tidak bisa sampai ke mulutnya”
(H.R. Muslim no. 3766).
دvٌ د َواَل يَب ِْغ أَ َحvٍ ضعُوا َحتَّى اَل يَ ْف َخ َر أَ َح ٌد َعلَى أَ َح
َ ن تَ َواvْ َي أ
َّ ََوإِ َّن هَّللا َ أَ ْو َحى إِل
َعلَى أَ َح ٍد
‘Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap
rendah hati hingga tidak seorang pun yang bangga atas yang lain
dan tidak ada yang berbuat aniaya terhadap yang lain” (HR Muslim
no. 2865).
Termasuk buah dari lmu yang paling agung adalah sikap tawadhu’.
Tawadhu’ adalah ketundukan secara total terhadap kebenaran,
dan tunduk terhadap perintah Allah dan rasul-Nya dengan
melaksanakan perintah dan menjauhi larangan disertai sikap
tawdahu’ terhadap manusia dengan bersikap merenadahkan hati,
memperhatikan mereka baik yang tua maupun muda, dan
memuliakan mereka. Kebalikannya adalah sikap sombong yaitu
menolak kebenaran dan rendahkan manusia. (Bahjatu Qulubil
Abrar, hal 110)
7
https://muslim.or.id/3536-jauhi-sikap-sombong.html
8 Adab berjalan dan berkomunikasi
Surat lukman 19
1. Tidak sombong
5. Menghentakkan kakinya
وvَ ُ َوهv،ب ْال ُح ُدو ُر vُ َصب ِ ْ َوفِي َشر.َو ْال َم ْعنَى يَ ْم ِشي َم ْشيًا قَ ِويًّا َس ِريعًا
َّ ال:ح ال ُّسنَّ ِة
ان يَ ْم ِشي َم ْشيًا قَ ِويًّا يَرْ فَ ُع ِرجْ لَ ْي ِه ِم َن َ َكvُد لَهُ أَنَّهvُ ض ي ُِري
ِ َْما يَ ْن َح ِد ُر ِم َن اأْل َر
تَنَ ُّع ًماvُاربُ ُخطَاه ْ ض َر ْفعًا بَائِنًا اَل َك َم ْن يَ ْم ِشي
ِ َاختِيَااًل َويُق ِ ْاأْل َر
“Maknanya, beliau berjalan dengan jalan yang kuat dan cepat.
Dalam Syarhus Sunnah, ash-shabab artinya al-hudur, yaitu jalan
yang digunakan untuk turun dari suatu tempat. Maksudnya,
beliau berjalan dengan jalan yang kuat, dengan benar-benar
mengangkat kakinya dari tanah, bukan seperti jalannya orang
yang sombong atau seperti orang yang santai-santai” (Mirqatul
Mafatih Syarah Misykatul Mashabih, 9/3704).8
8
htts://muslim.or.id/34522-cara-berjalan-ala-rasulullah.html p
i
Adapun etika ber bicara aa isla mempunyai konsep yang integral dan
humanis yang tidk di miliki oleh agama lain.
Di antara adab berbicara dalam islam adalah: