Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PENELITIAN

LANDASAN DALAM MENDIDIK JIWA ANAK DIDIK


MENURUT Qs. LUQMAN : 12-19

Oleh :

Silvinatin al-Masithoh M.Th.I

Diajuakan kepada :
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL AKBAR SURABAYA
SURABAYA
2022

1
LANDASAN DALAM MENDIDIK JIWA ANAK DIDIK

MENURUT Qs. LUQMAN : 12-19

A. PENDAHULUAN
Anak adalah amanah yang diberikan Allah Swt kepada kedua orangtua, bukan
hanya menjadi perhiasan bagi keduanya, tetapi anak juga merupakan tanggung jawab
terbesar yang harus dirawat dan dididik. Islam sudah banyak memberikan tuntunan
kepada keluarga muslim bagaimana membina dan mendidik keluarganya, terutama
dalam mendidik anak-anaknya. Qs. At-Tahrim (66): 6 menegaskan kepada setiap orang
yang beriman agar menjaga dirinya dan keluarganya dari bahaya siksa api neraka. Oleh
karena itu, orangtua perlu mendidik anak-anaknya dan menjaga mereka dari segala
perilaku buruk dan tercela yang dapat menjerumuskan mereka kedalam neraka.
Penegasan ini tentu tidak dapat diabaikan oleh orang tua, sebab ini merupakan
tanggung jawab yang wajib ditunaikan dalam mengemban amanah yang telah Allah
berikan. Pendidikan Islam mengatakan bahwa, orang tua bertanggungjawab terhadap
pendidikan anak mulai jauh sebelum anak dilahirkan, yakni dengan memilih pasangan
hidup yang sesuai dengan keyakinan agamanya. Untuk mencapai kebahagiaan bukan
didapatkan dari aspek kecantikan, harta maupun keturunan, akan tetapi kebahagiaan
yang hakiki didapatkan dari baiknya agama seseorang.
Setiap anak dilahirkan dengan membawa fitrah serta dibekali dengan berbagai
potensi dan kemampuan yang berbeda dari manusia lainnya. Dengan bekal itu
kemudian ia belajar; mula-mula melalui hal-hal yang dapat diindra dengan
menggunakan panca indranya sebagai jendela pengetahuan. Selanjutnya bertahap dari
hal-hal yang dapat diindra kepada yang abstrak, dan dari yang dapat dilihat kepada yang
dapat dipahami. Setelah dilahirkan manusia mulai memasuki proses belajar melalui
interaksi dengan lingkungannya, baik sosial maupun fisik.
Kata-kata pendidikan anak tampak menunjuk kepada muatan atau isi
pendidikan yang harus disampaikan kepada anak. Pendidikan merupakan suatu upaya
mewariskan nilai, yang akan menjadi penolong dan penuntun dalam menjalani
kehidupan, dan sekaligus untuk memperbaiki nasib dan peradaban umat manusia serta
untuk mencapai suatu tujuan.perlakuan itu akan manusiawi apabila mempertimbangkan

2
kapasitas dan potensi-potensi yang ada pada manusia. Demikian pula tujuan yang
hendak dicapai akan manusiawi dengan memanifestasikan aspek-aspek kemanusiaan.1
Ibu merupakan madrasah pertama bagi anak-anaknya, seorang ibu haruslah
yang dapat menjaga dan mendidik anak dengan baik, karena ibulah yang menyusui,
merawat dan memberi kasih sayang dan selalu dekat dengan anak-anaknya. Tetapi
bukan berarti hanya ibu yang mempunyai tanggung jawab dalam mendidik anak.
Seorang ayah pun harus seorang yang baik dan bijaksana, karena ayah juga memegang
peranan penting dalam pendidikan anak-anaknya, seperti yang telah dijelaskan dalam
al-Quran surat Luqman ayat 12-19.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari pemaparan latar belakang tersebut dapat dipaparkan dan difokuskan oleh penulis,
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Pokok Kandungan Qs. Luqman : 12-19 ?
2. Bagaimana Landasan Dalam Mendidik Jiwa Anak Didik Berdasarkan Qs.
Luqman : 12-19 ?
3. Bagaimana Landasan Pendidikan di Indonesia ?

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Mengetahui Pokok Kandungan Qs. Luqman : 12-19.
2. Mengethaui Landasan Dalam Mendidik Jiwa Anak Didik Berdasarkan Qs.
Luqman : 12-19.
3. Mengetahui Landasan Pendidikan di Indonesia.

D. TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan hasil penelusuran dan studi hasil pustaka, karya ilmiyah serta hasil
penelitian yang ada, peneliti menemukan beberapa hasil penelitian yang memiliki
kedekatan pembahasan dengan penelitian ini, diantaranya:
1. Skripsi yang berjudul Nilai-nilai Pendidikan dalam surat Luqman (Analisis
surat Luqman ayat 12-19) karya Ari Firmansyah, mahasiswa Fakultas Tarbiyah

1
Hery Noer Aly dan Munzier Suparta, Watak Pendidikan Islam, Friska Agung Insani, Jakarta, 2003. h. 111

3
UIN Malang tahun 2007. Dalam penelitian ini lebih menitik beratkan tentang
pengertian dasar nilai-nilai, pengertian dasar pendidikan, tujuan nilai
pendidikan, landasan nilai pendidikan islam, dan nilai-nilai pendidikan islam, 7
sedangkan analisis surat Luqmannya hanya menjelaskan gambaran secara
umum mengenai kandungan nilai yang terdapat dalam surat tersebut.
2. Skripsi karya Sri Imtikhani, mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Yogyakarta
yang berjudul Nilai-nilai Ketauhidan dalam Surat Luqman ayat 12-19 (Studi
Tafsir al-Qur’an ‘Ażim ibn Kaśir dan al-Mishbah karya M. Quraish Shihab),
dalam skripsi ini membahas tentang penafsiran surat Luqman secara
hermeneutik-filosofis dan menggali nilai dengan cara membandingkan
penafsiran makna yang terkandung dalam redaksi kata.
3. Buku Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini, karya Slamet Suyatno ini
mengulas tentang sejarah kelahiran pendidikan usia dini, perkembangan anak,
hakikat belajar pada anak usia dini, esensi bermain,dan bagaimana menciptakan
lingkungan belajar untuk anak usia dini.
4. Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga, sebuah Panduan Lengkap bagi Para
Guru, Orangtua, dan Calon, karya Prof. Mahmud dan kawan-kawan ini
membahas tentang langkah yang ditempuh sebelum memasuki dunia keluarga,
meliputi cara pemilihan pasangan, pendidikan islam tentang perkawinan,
pendidikan islam pada masa kehamilan, kelahiran anak, pola pendidikan anak
dalam keluarga, wanita karier, dan tanggung jawab orangtua dalam mendidik
anak. Dalam buku ini yang mengangkat materi dari surat luqman hanya satu
ayat saja, yang lain diambil dari surat-surat al-Qur’an yang berisi tentang
pendidikan.
5. Buku karya Syaikh Jamal Abdurrahman yang berjudul Islamic Parenting,
Pendidikan Anak Metode Nabi s.a.w, menjabarkan bagaimana cara Nabi
mendidik generasi muda islam pada masa itu mulai dari anak yang baru lahir
sampai memasuki usia pranikah, di dalam buku ini juga terdapat penjelasan
tentang surat Luqman, tetapi hanya gambaran umum saja.

4
E. KERANGKA TEORI
1. Pokok Kandungan Qs. Luqman : 12-19
a. Biografi Luqman al-Hakim
Luqman al-Hakim menurut pendapat yang lebih kuat, dia bukan seorang
Nabi. Ia seorang manusia saleh semata, ia seorang budak belian, berkulit hitam,
dan berparas pas-pasan. Namun demikian, namanya diabadikan oleh Allah
SWT menjadi nama salah satu surat dalam al-Qur’an yakni surat Luqman.
Penyebutan ini tentu bukan tanpa maksud. Luqman diabadikan namanya
oleh Allah, karena memang orang saleh yang patut diteladani. Bahwa Allah
SWT tidak menilai seseorang dari gagah tidaknya, juga tidak dari statusnya,
jabatannya, warna kulit dan lainnya, akan tetapi Allah menilai dari ketakwaan
dan kesalehannya. Luqman adalah nama dari seorang yang selalu mendekatkan
diri kepada Alah dan merenungkan alam yang ada di kelilingnya. Sehingga
mendapat kesan yang mendalam, demikian juga renungannya terhadap hidup,
sehingga terbukalah baginya rahasia hidup itu sehingga mendapat hikmat.
Arti hikmat ialah kesan yang tinggal dalam jiwa manusia dalam melihat
pergantian di antara suka duka hidup, melihat kebahagiaan yang dicapai sesudah
perjuangan melawan hawa nafsu dan celaka yang didapati oleh orang yang
melanggar garis-garis kebenaran yang masih ditempuh. Orang yang ahli hikmat
itu disebut “Al-Hakim”. Sebab itu Luqman dikenal dengan sebutan Luqman al-
Hakim (Luqman ahli Hikmat).2

b. Teks Ayat dan Terjemah Ayat


َِ ‫ِن‬ ِ‫َن ٱ ْش ُكر ِه‬
‫ّلِل ۚ َوَمن يَ ْش ُك ْر فَِإ هَّنَا يَ ْش ُك ُر لِنَ ْف ِس ِهۦ ۖ َوَمن َك َف َر فَِإ هن ه‬ ِ ‫ولَ َق ْد ءاتَي نَا لُ ْق َٰمن ٱ ْْلِ ْكمةَ أ‬
‫َحي ٌد‬ ٌّ ِ َ‫ٱّلِلَ غ‬ ْ َ ََ ْ َ َ
ِ ‫ٱلشر َك لَظُل‬
ِ ِ‫ال لُْق َٰمن لِٱبنِ ِهۦ وهو ي ِعظُهۥ يَٰبِن ََل تُ ْش ِر ْك بِ ه‬
‫ص ْي نَا‬
‫) َوَو ه‬13( ‫يم‬
ٌ ‫ْم َعظ‬
ٌ ْ ‫ٱّلِل ۖ إِ هن‬ ‫) َوإِ ْذ قَ َ َ ُ ْ َ ُ َ َ ُ َُ َه‬12(

)14( ‫ري‬ ِ ‫ك إِ َه‬


ُ ‫ِل ٱل َْمص‬ َ ْ‫َن ٱ ْش ُك ْر ِِل َولِ ََٰولِ َدي‬
ِ ‫ْي أ‬ ِ ِ ِ َٰ ‫ٱْل‬
ََٰ ‫نس َن بِ ََٰول َديْه ََحَلَْتهُ أ ُُّمهُۥ َو ْهنًا َعلَ َٰى َو ْه ٍن َوف‬
ِ ْ ‫صلُهُۥ ِِف َع َام‬
َ ِْ
ِ ‫َك بِ ِهۦ ِعلْم فَ ََل تُ ِطعهما ۖ وص‬
‫اح ْب ُه َما ِِف ٱلدُّنْ يَا َم ْع ُروفًا ۖ َوٱتهبِ ْع‬ َ ‫َوإِن ََٰج َه َد‬
َ َ َ ُْ ٌ َ ‫اك َعلَ َٰٰٓى أَن تُ ْش ِر َك ِِب َما ل َْي‬
َ ‫سل‬

‫ال َحبه ٍة ِم ْن‬


َ ‫ك ِمثْ َق‬ ‫) يََٰبُ َه‬15( ‫ِل َم ْرِج ُع ُك ْم فَأُنَبِئُ ُكم ِِبَا ُكنتُ ْم تَ ْع َملُو َن‬
ُ َ‫ِن إِ هَّنَآٰ إِن ت‬ ‫ِل ۚ ُثُه إِ َه‬
‫ب إِ َه‬
َ ‫يل َم ْن أ َََن‬ِ
َ ‫َسب‬
‫ِن أَقِ ِم‬ ِ ٌ ‫َط‬ ِ ‫ٱّلِل ل‬ ِ ‫ض َي‬
‫ْت ِِبَا ه‬ ِ ‫َخر َد ٍل فَ تَ ُكن ِِف ص ْخرةٍ أَو ِِف ٱل ه‬
‫) يََٰبُ َه‬16( ‫ري‬
ٌ ‫يف َخب‬ َ‫ٱّلِلُ ۚ إِ هن ه‬ َ ِ ‫س ََٰم ََٰوت أ َْو ِِف ْٱْل َْر‬ ْ َ َ ْ

2
Hamka, Tafsir Al-Azhar juz XXI, (Jakarta: Putra Panjimas, 1982), h. 114

5
‫) َوََل‬17( ‫ك ِم ْن َع ْزِم ْٱْل ُُموِر‬
َ ِ‫ك ۖ إِ هن َٰذَل‬
َ َ‫َصاب‬ ِ
ْ ‫صلَ َٰوةَ َوأ ُْم ْر بِٱل َْم ْع ُروف َوٱنْهَ َع ِن ٱل ُْمن َك ِر َو‬
َ ‫ٱصِ ِْب َعلَ َٰى َمآٰ أ‬ ‫ٱل ه‬

‫ك‬ ِ ‫) وٱق‬18( ‫ال فَ ُخوٍر‬


َ ِ‫ْص ْد ِِف َم ْشي‬ َ ُّ ‫ٱّلِلَ ََل ُُِي‬
ٍ َ‫ب ُك هل ُُمْت‬ ‫ض َم َر ًحا ۖ إِ هن ه‬
ِ ‫ش ِِف ْٱْل َْر‬ ِ ‫هك لِلن‬
ِ َْ‫هاس َوََل َت‬ َ ‫ص ِع ْر َخد‬
َ ُ‫ت‬

)19( ‫ت ٱ ْْلَ ِم ِري‬


ُ ‫َص ْو‬ ِ ْ ‫ك ۚ إِ هن أَن َكر ْٱْل‬
َ ِ‫ص ْوت‬ ِ ‫ض‬
َ ‫َص ََٰوت ل‬ َ َ ‫ض من‬
ْ ُ ‫َوٱ ْغ‬
Terjamah Ayat : Dan sesungguhnya telah Kami berikan
hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah.
Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".(12) Dan (ingatlah)
ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia
memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(13) Dan
Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada
dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku
dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu.(14)
Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-
Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka
Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.(15)
(Luqman berkata): "Hai anakku, sesungguhnya jika ada
(sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu
atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan
mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah
Maha Halus lagi Maha Mengetahui.(16) Hai anakku,
dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar
dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).(17) Dan janganlah kamu
memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.(18) Dan sederhanalah
kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu.
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.(19)

6
c. Asbab an-Nuzul
Asbabun Nuzul ayat 13 adalah ketika ayat ke-82 dari surat Al-An’am
diturunkan, para sahabat merasa keberatan. Kemudian mereka datang
menghadap Rasulullah saw seraya berkata, “Wahai Rasulullah, siapakah di
antara kami yang dapat membersihkan keimanannya dari perbuatan zalim?”
Jawab beliau: “Bukan begitu. Bukankah kau telah mendengar wasiat Luqman
Hakim kepada anaknya: Hai anakku, janganlah kau mempersekutukan Allah,
sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang
besar”. Sa’ad bin Malik seorang lelaki yang sangat taat dan menghormati
ibunya. Ketika ia memeluk islam, ibunya berkata: “Wahai Sa’ad mengapa kamu
tega meninggalkan agamamu yang lama, dan memeluk agama yang baru. Wahai
anakku, pilihlah salah satu kau kembali memeluk agama yang lama atau aku
tidak makan dan minum sampai mati.”
Maka Sa’ad kebingungan, bahkan ia dikatakan tega membunuh ibunya.
Maka Sa’ad berkata: “Wahai ibu, jangan kau lakukan yang demikian, aku
memeluk agama baru (Islam) tidak akan mendatangkan keburukan, dan aku
tidak akan meninggalkannya”. Maka Umi Sa’ad pun nekad tidak makan sampai
tiga hari tiga malam. Sa’ad berkata: “Wahai ibu, seandainya kau memiliki seribu
jiwa kemudian satu per satu meninggal, tetap aku tidak akan meninggalkan
Islam. karena itu terserah ibu mau makan atau tidak”. Maka ibu itupun makan.
Sehubungan dengan itu, maka Allah swt menurunkan ayat ke-15 sebagai
ketegasan bahwa kaum muslimin wajib taat dan tunduk kepada perintah orang
tua sepanjang bukan yang bertentangan dengan perintah-perintah Allah SWT.3

d. Munasabah Ayat
Pada ayat-ayat yang lalu, pada surat Luqman ayat 10 dan 11 merupakan
tanda kekuasaan ilahi. Dijelaskan bahwa Allah telah menciptakan langit,
gunung-gunung, dan bintang-bintang, serta menurunkan hujan yang denganya
tumbuh berbagai macam tanaman dan tumbuh-tumbuhan. Semua itu merupakan
nikmat nyata yang dilimpahkan Allah untuk manusia.

3
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, pesan kesan dan keserasian Al-Qur’an, (Jakarta: Lentera Hati,
2003), Juz 11, h. 109

7
Pada ayat berikut ini, ayat 12-19 diterangkan nikmat-nikmat Allah yang
tidak tampak, berupa hamba-hamba Nya yang memiliki ilmu, hikmah dan
kebijaksanaan seperti Luqman. Dengan pengetahuan itu, ia telah sampai kepada
kepercayaan yang benar dan budi pekerti yang mulia, tanpa ada Nabi yang
menyampaikan dakwah kepadanya. Oleh Luqman kepercayaan dan budi pekerti
yang mulia itu diajarkan kepada putranya agar ia menjadi hamba yang shaleh di
muka bumi ini.
Pada ayat-ayat 12-19 diterangkan bukti-bukti keesaan Allah, dan
hikmah yang diberikan-Nya kepada Luqman sehingga ia mengetahui akidah
yang benar dan akhlak yang mulia. Kemudain akhlak dan akidah itu diajarkan
dan diwariskan kepada anaknya. Pada ayat 20-21 berisi mengenai nikmat Allah
dan sikap orang kafir terhadap-Nya, Allah mencela sikap orang musyrik yang
selalu menyekutukan Allah, padahal amat banyak yang dapat dijadikan bukti
tentang keesaan dan kekuasaan Nya. Di langit dan di bumi. Namun demikian,
mereka lebih suka mengikuti ajakan setan yang membawa kepada kesengsaraan
daripada mengikuti ajakan Rasulullah yang membawa mereka kepada
kebangkitan.4

e. Ma’na Mufrodat Ayat


Ayat 12
Luqman (‫)لقمان‬: dia adalah seorang tukang kayu, kulitnya hitam, dan dia
termasuk diantara penduduk Mesir yang berkulit hitam, serta dia adalah orang
yang hidup serba sederhana. Allah telah meberinya hikmah dan
menganugerahkan kenabian kepadanya.
Hikmah (َ‫ )ٱ ْل ِح ْك َم َة‬: kebijaksanaan dan kecerdikan.
Asy syukru (‫)الشكر‬: memuji kepada Allah.5
Ayat 13
Al-‘Idzah (‫ )العظه‬: mengingatkan dengan cara yang baik, hingga hati orang yang
diingatkan menjadi lunak karenanya.
Ayat 14
Al-Wahn (‫ )الوهن‬lemah. Al-Fishal (‫)الفصال‬: menyapih.

4
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, ( Jakarta: Widya Cahya, 2011), h. 547
5
Ahmad Musthafa Al Maraghi, Tafsir Al-Maraghi juz 21, ( Tanpa penerbit, 1974), h. 78-79

8
Ayat 15
Jaahadakaَ )ََ‫( َٰ َج َهدَاك‬: keduanya menginginkan sekali kau mengikuti keduanya
َ َ‫)أَن‬:kembali (bertaubat).
dalam kekafiran. Anaaba (َ‫اب‬
Ayat 16
Al-Mitsqalu (‫ )المثقال‬:sesuatu yang dijadikan standar timbangan, dan lafadz
Misqalu Habbatil Khardal merupakan suatu peribahasa yang menunjukkan arti
sesuatu yang bentuknya sangat kecil. Latifun (‫ )لطيف‬:ilmu Allah meliputi yang
samar dan tidakkelihatan. Khabirun (‫)خبير‬: Maha mengetahui eksistensi segala
sesuatu hakikat-hakikatnya.
Ayat 17
َِ ‫نَع َْز َِمَ ْٱْل ُ ُم‬
Min ‘azmil Umur (‫ور‬ َْ ‫) ِم‬: termasuk diantara perkara-perkara yang telah
diwajibkan oleh Allah untuk dilaksanakan.
Ayat 18
Tusha’ir Khaddaka (ََ‫ )تُص َِع َْرَ َخدَّك‬:memalingkan muka dan menampakkan bagian
samping muka (pipi), perbuatan seperti ini merupakan sikap yang biasa
dilakukan oleh orang-orang yang sombong. Marahan (‫)مرحا‬: gembira yang
dibarengi dengan rasa sombong. Al-Mukhtal (‫)المختال‬: orang yang bersikap
angkuh dalam berjalan. Al-Fakhur (‫ )الفخور‬: berasal dari mashdar al-Fakhr,
artinya orang yang membangga banggakan harta dan kedudukan yang
dimilikinya, serta membanggakan hal-hal lainnya.
Ayat 19
Aqsid (َ‫)ٱ ْق ِص ْد‬: bersikap pertengahlah atau bersikap sederhanalah. Ughdud
(َْ‫)ٱ ْغضُض‬: rendahkanlah dan kurangilah kekerasan suaramu. Ankarul Aswat (َ‫أَنك َََر‬
ِ ‫)ٱْلَص َٰ َْو‬:
َ‫ت‬ ْ suara yang paling buruk dan tidak enak didengar oleh telinga. Kata itu
berasal dari lafaz Nukr, Nukarah, artinya sulit.6

f. Tafsir Ayat
a. Tafsir Al-Maraghi (Ahmad Musthafa Al-Maraghi)7
Ayat 12 menjelaskan bahwa sesungguhnya Alah telah
memberikan hikmah kepada Luqman yaitu ia selalu bersyukur dan
memuji kepada-Nya atas apa yang telah diberikan kepadanya, karena

6
Ibid. 80-81
7
Ahmad Musthafa Al Maraghiy, Tafsir Al-Maraghi Juz 21. (Tanpa penerbit, 1974), h. 79-86

9
sesungguhnya hanya Dialah yang patut untuk mendapat puji dan syukur
itu. Dan barang siapa bersyukur kepada Allah, maka sesungguhnya
manfaat dari syukurnya itu kembali kepada dirinya sendiri.
Dan barang siapa yang kafir kepada nikmat-nikmat Allah yang
telah diberikan kepadanya, maka dia sendirilah yang menanggung
akibat buruk kekafirannya, karena sesungguhnya Allah akan menyiksa
dia karena kekafirannya terhadap nikmat-nikmat-Nya.
Pada ayat 13, Luqman menjelaskan kepada anaknya, bahwa
perbuatan syirik merupakan kezhaliman yang besar. Dikatakan dosa
besar karena perbuatan itu berarti menyamakan kedudukan Tuhan yang
hanya dari Dialah segala nikmat. Pada ayat 14, merupakan perintah
supaya berbakti kepada kedua orangtua. Ibu telah mengandungnya
sedang ia dalam keadaan lemah yang kian bertambah disebabkan
semakin membesarnya kandungan. Dan menyapihnya dari persusuan
sesudah ia dilahirkan dalam jangka waktu dua tahun.
Pada ayat ke-15, Allah menyebutkan pesan dan perintah-Nya,
yaitu berkaitan dengan berbakti kepada orangtua, dan setelah
mengukuhkan hak hak keduanya yang harus ditaati. Terkecuali
memenuhi hak-hak orangtua yang akan membuat murka Allah.
Kemudian pada ayat ke-16, Allah kembali menyebutkan kelanjutan
wasiat Luqman kepada anaknya, yang pada pemukaanya Luqman
melarang anaknya berbuat syirik. Hai anakku, sesungguhnya perbuatan
baik dan perbuatan buruk itu sekalipun beratnya hanya sebiji sawi, para
pelaku amal perbuatan akan mendapat balasan kelak di akhirat.
Pada ayat ke-17, Hai anakku dirikanlah shalat, yakni
kerjakanlah shalat dengan sempurna sesuai cara yang diridhai Rabb,
sebab orang yag mengerjakannya berarti menghadap dan tunduk
kepada-Nya. Dan di dalam shalat terkandung pula hikmat lainnya, yaitu
dapat mencegah orang yang bersangkutan dari perbuatan keji dan
mungkar. Maka apabila seseorang menunaikan hal itu dengan sempurna,
niscaya bersihlah jiwanya dan berserah diri kepada Rabnya, baik dalam
keadaan suka maupun duka.
Pada ayat ke-18, Luqman menasihati anaknya agar tidak
memalingkan muka karena sombong, lebih baik untuk menampakkah
10
muka yang berseri, lalu pada ayat ke-19 larangan agar tidak berjalan
dimuka bumi dengan sombong dan bersuara keras layaknya suara
keledai.
Jadi, kesimpulan dari tafsir Maraghi surat Luqman ayat 12-19
sebagai berikut: pertama, perintah syukur, akidah yang menyangkut
masalah keimanan kepada Allah, hal ini sudah tercakup iman kepada
malaikat, kitab-kitab Nya, para nabi, hari kiamat dan qadha qadar.
Materi ini terdapat pada ayat 12, 13, dan 16. Kedua, syariat. Kaidah
syariat ini terbagi menjadi dua, yang pertama ibadah dan yang kedua
muamalah. Aspek syariat ini terdapat pada ayat 14, 15, dan 17. Ketiga,
akhlak, ini mencakup akhlak manusia terhadap kholiqnya dan akhlak
manusia terhadap makhluk. Aspek ini terdapat pada ayat 14, 15, 18, dan
19. Baik ibadah, muamalah, dan akhlak pada hakikatnya bertitik pada
akidah.
b. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Sayyid Quthb)8
Ayat 12 merupakan pengarahan Al-Qur’an yang mengandung
seruan kesyukuran kepada Allah sebagai sikap meneladani Luqman
yang bijaksana, dimana Al-Qur’an memaparkan kisah-kisahnya dan
nasihatnya. Kesyukuran merupakan karakter yang sangat ditekankan
pada ayat ini.
Tafsir ayat 13 yaitu nasihat mengandung pengikraran terhadap
persoalan tauhid dan penyinggungan tentang persoalan akhirat. Luqman
melarang anaknya dari berbuat syirik. Pernyataan Luqman tentang
hakikat ini diperkuat dengan dua tekanan. Yang pertama mengawalinya
dengan larangan berbuat syirik dan alasanya. Dan yang kedua dengan
huruf inna “sesungguhnya” dan huruf la “benar-benar”.
Tafsir ayat 14-15 yaitu dalam nuansa nasihat seorang bapak
kepada anaknya, Al-Qur’an memaparkan hubungan antara kedua
orangtua dengan anak-anak mereka dalam tata bahasa yang detail dan
teliti. Ia menggambarkan hubungan dalam gambaran yang
mengisyaratkan kasih sayang dan kelembutan. Wasiat bagi anak

8
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, (Kairo: Darus Syauq, 1968), Jilid 5, h. 2781-2782

11
berbakti kepada orang tuanya muncul berulang-ulang dalam Al-Qur’an
dan dalam wasiat Rasulullah.
Walaupun kedua orang tua telah mengeluarkan segala upaya,
usaha, tenaga, dan pandangan yang memuaskan untuk menggoda
anaknya agar menyekutukan Allah dimana ia tidak mengetahui tentang
ketuhanannya, maka pada saat itu anak diperintahkan agar jangan taat.
Perbedaan akidah dan perintah dari Allah agar tidak taat kepada orang
tua dalam perkara yang melanggar akidah, tidaklah menjatuhkan hak
kedua orangtua dalam bermuamalah dengan baik dan dapat menjalin
hubungan yang memuliakan mereka.
Sayyid Quthb dalam menafsirkan ayat 16 adalah tidak ada
satupun ungkapan lain yang dapat menggambarkan tentang ketelitian
dan keluasan ilmu Allah yang meliputi segalanya, tentang kekuasaan
Allah, dan tentang hisab teliti dan timbangan yang adil melebihi
gambaran yang dilukiskan oleh ungkapan ayat ini. Inilah salah satu
keistimewaan Al-Qur’an sebagai mu’jizat, dimana susunanya sangat
indah dan sentuhannya sangat dalam.
Tafsir ayat 17 yaitu, mengesakan Allah, merasakan
pengawasanNya, mengharapkan apa yang ada di sisi-Nya, yakin kepada
keadilanNya, dan takut terhadap pembalasan dari-Nya. Kemudian ia
beralih kepada dakwah untuk menyeru manusia agar memperbaiki
keadaan mereka, serta menyuruh mereka kepada yang ma’ruf dan
mencegah mereka dari yang mungkar. ‘Azmil umur adalah melewati
rintangan dan meyakinkan diri untuk menempuh jalan setelah
membulatkan tekad dan keinginan.
Tafsir ayat 18-19 yaitu Luqman meneruskan secara panjang
lebar tentang wasiatnya tentang adab seorang Dai kepada Allah.
Mendakwahi manusia kepada kebaikan tidaklah membolehkan dan
mengizinkan seseorang berbusung dada atas manusia dan bersombong
diri atas nama pemimpin bagi mereka kepada kebaikan. Apalagi bila
ketinggian hati dan kesombongan itu dilakukan oleh orang yang tidak
mengajak kepada kebaikan, maka hal itu adalah lebih buruk dan lebih
hina.

12
Ash-Sha’ru adalah sebuah penyakit yang menimpa unta
sehingga membengkokkan lehernya, yaitu gerakan sombong dan palsu.
Ia adalah perilaku yang dibenci dan dilaknat oleh Allah dan juga oleh
para makhluk. Kata al-qashdu dalam ayat ini bisa berasal dari
kesederhanaan yang dimaksud dengan berjalan biasa dan tidak berlebih-
lebihan.
Jadi, kesimpulan dari tafsir Fi Zhilalil Qur’an surat Luqman ayat
12-19 sebagai berikut: Ayat 12 merupakan ayat kesyukuran, ayat 13
mengandung pengikraran tauhid, ayat 14-15 mengisyaratkan kasih
sayang dan kelembutan, namun tetap mengedepankan akidah, pada ayat
16 Allah maha teliti atas segala sesuatu dansegala perbuatan kita akan
dihisab, ayat 17 menerangkan tentang perintah menegakkan shalat dan
bersabar atas segala cobaan, ayat 18 menerangkan tentang larangan
berbuat sombong dan ayat yang terakhir ayat 19 menerangkan tentang
kesederhanaan etika ketika berbicara dan berkomunikasi dengan orang
lain.

2. Landasan Dalam Mendidik Jiwa Anak Didik Berdasarkan Qs. Luqman : 12-19
1. Pendidikan Tauhid
Pendidikan yang pertama diberikan Luqman kepada anaknya adalah
peletakan pondasi dasar ke-Tauhidan. Seperti dalam firman-Nya surat Luqman
ayat 13. Tauhid merupakan pusat segala usaha dan tujuan dalam setiap amal dan
perbuatan. Orangtua perlu memberikan pendididkan kepada anak-anaknya
tentang apa yang dapat memberikan manfaat di dunia dan di akhirat. Pendidikan
itu harus dimulai dari pendidikan aqidah dan menjauhkannya dari perbuatan
menyekutukan Allah (syirik).9
Pendidikan Tauhid atau pendidikan Aqidah yang dimaksud oleh ayat 13
dari surat Luqman itu dijelaskan oleh ayat ke 16 dari surat Luqman.
Mengandung 2 penjelasan yaitu: pertama, Pengawasan Allah. Pendidikan
Aqidah yang ditanamkan Luqman kepada anaknya, secara tidak langsung
merupakan pendidikan terhadap pengawasan Allah yang merupakan bentuk dari
keimanan seorang hamba. Seorang yang apabila tertanam dalam dirinya iman

9
Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya). 128-130

13
yang kuat, akan membuatnya berhati-hati pada setiap perbuatannya dan
menjauhi segala perbuatan yang buruk. Berdasarkan konsep pengawasan dari
Allah itulah maka Aqidah berfungsi : Mengubah perilaku, Teguh dalam
pendirian, Membentengi diri dari hawa nafsu.
Kedua, rasa syukur. Pendidikan Tauhid merupakan Pendidikan
menumbuhkan rasa syukur yang harus ditanamkan pada diri anak, karena
merupakan cermin keimanan seseorang dalam bertauhid. Pendidikan syukur
dijelaskan dalam surah Luqman ayat 12 dan 14 agar manusia senantiasa
bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada
kita. Seorang yang bersyukur terhadap nikmat Allah tidak hanya dilakukan
dengan ucapan lisan, akan tetapi harus diikuti hati dan anggota badan.10
2. Pendidikan Syari’at
Pendidikan kedua dalam konsep pendidikan Luqman adalah Pendidikan
Syari’at (aturan-aturan beribadah dan bermuamalah). Pendidikan syari’at yang
terdapat dalam surat Lukman ayat 17 mengandung 3 penjelasan dalam
melakukan ibadah dan muamalah bagi seorang anak, yaitu:
Pertama, perintah shalat. Shalat dalam Islam memiliki kedudukan
yang tidak ditandingi oleh ibadah manapun, ia merupakan tiang agama dan
harus ditegakkan. Shalat merupakan komunikasi seorang hamba dengan
penciptanya sekaligus sebagai pilar utama dalam berakidah tauhid, seperti
dijelaskan dalam firman Allah Luqman memerintahkan kepada anaknya agar
menunaikan shalat, amar ma’ruf nahi munkar dan sabar.
Kedua, amar ma’ruf nahi munkar. Anak adalah generasi bagi masa
depan umat. Selain anak sebagai harapan kebaikan bagi kedua orangtuanya, ia
juga merupakan harapan bagi suatu umat dimana ia dituntut untuk membawa
kebaikan bagi sesamanya dengan jalan mengajak kepada kebaikan dan
mencegah dari kemungkaran.
Ketiga, perintah sabar. Sifat sabar merupakan salah satu sifat terpuji
yang sangat penting ditumbuhkan dalam diri anak. Karena dalam mengarungi
hidup ada saja cobaan dan rintangan yang menuntutnya untuk bersikap sabar.
Sabar itu ada tiga macam. Ada sabar terhadap ketaatan hingga ditunaikan
ketaatan itu, ada sabar terhadap kemaksiatan sampai kemaksiatan itu dihindari

10
Ibid. 128-130

14
dan ada kesabaran atas kesulitan hidup sehingga kesulitan itu diterima dengan
hati yang ridha dan tenang.11
3. Pendidikan Akhlak
Aspek pendidikan yang ketiga, yaitu Penddikan Akhlak yang terdapat
dalam ayat 18-19 surat Luqman menjelaskan betapa pentingnya memiliki
perilaku atau perbuatan yang baik bagi seorang anak dalam hidupnya.
Keutamaan akhlak dan tingkah laku merupakan implementasi keimanan yang
meresap ke dalam diri anak. Jika anak dididik sejak dini dengan sifat-sifat
terpuji maka ia akan terbiasa dengan akhlak yang mulia. Luqman menasehati
anaknya agar memiliki akhlak yang baik terhadap diri sendiri maupun terhadap
orang lain. Adapun akhlak terhadap orang lain yang terdapat dalam ayat 18-19
itu adalah, pertama, tidak memalingkan muka terhadap orang lain, kedua, tidak
bersikap takabbur, sedangkan akhlak pada diri sendiri yaitu, pertama, tidak
tergesa-gesa (sederhana) dalam berjalan dan kedua, tidak bersuara keras
(lunak).12
Islam mengajarkan bahwa akhlak tidak dapat dipisahkan dengan iman
sebab iman merupakan pengakuan hati dan akhlak sebagai pantulan iman pada
setiap perilaku dan ucapan. Orangtua memegang peranan penting terhadap
pendidikan akhlak anak agar memiliki kepribadian yang baik sebagaimana yang
telah ditunjukkan dalam al-Qur’an dan al-Hadis. Begitu pentingnya pendidikan
akhlak ini, maka Rasulullah Saw., sendiri di utus untuk menyempurnakan
akhlak. Tujuan dari pendidikan akhlak ialah untuk menciptakan kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat.
4. Kewajiban Anak
Allah Swt., memerintahkan manusia untuk bersyukur kepada-Nya dan
kepada kedua orangtua. Bersyukur kepada Allah yakni bersyukur atas segala
nikmat yang telah diberikan, sedangkan bersyukur kepada ibu bapak yakni
berterima kasih atas jasa-jasa dan kebaikan mereka dalam mengasuh dan
mendidik.
Berbakti dan berbuat baik kepada kedua orang tua dapat berupa perkataan
dan perbuatan yang baik diantaranya:

11
Ahmad Tafsir. Ilmu Pendidikan… . (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya). 131
12
Ibid. 131-132

15
a Mempergauli keduanya dengan baik
b Rendah hati di hadapan kedua orang tua, tidak berkata kasar dan
mengangkat suara di hadapan mereka
c Mematuhi perintah dan memenuhi kebutuhan mereka saat mereka
membutuhkan
d Meminta izin kepada mereka atas apa yang hendak kita lakukan
e Senantiasa mendo’akan kebaikan bagi mereka.13
Berbuat baik kepada kedua orang tua tidak hanya dilakukan saat mereka
hidup didunia saja melainkan sampai mereka meninggal, yakni dengan
melakukan amal shaleh, mendo’akan mereka, menyambung tali silaturahim
dengan kerabat-kerabatnya, bersedekah dan membayar hutang-hutang mereka
dan menunaikan wasiatnya.

3. Landasan Pendidikan di Indonesia


Kita ketahui bahwa Pendidikan zaman kini lebih mengedepankan nilai intelektual
daripada nila moral. Banyak para pendidik belum menyadari betapa pentingnya
Pendidikan moral bagi peserta didik, karena kurangnya Pendidikan moral dapat
mengakibatkan penyalahgunaan ilmu yang telah didapat. Berikut landasan Pendidikan
di Indonesia :
1. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan makna dan
hakekat Pendidikan
2. Landasan Sosiologis
Secara sosiologis pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua
individu, bahkan dua generasi, yang memungkinkan generasi muda
mengembangkan diri.
3. Landasan Kultural
Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal balik, sebab
kebudayaan diwariskan dan dikembangkan dengan jalan Pendidikan.
Sebaliknya bentuk, ciri-ciri dan pelaksanaan pendidikan ditentukan oleh
kebudayaan masyarakat di mana proses pendidikan itu berlangsung.

13
Popi Sopiatin dan Sohari Sahrani. Psikologi Belajar Dalam Perspektif Islam. (Bogor: Ghalia Indonesia). 200

16
4. Landasan Psikologis
Pemahaman peserta didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan,
merupakan salah satu kunci keberhasilan pendidikan.
5. Landasan Ilmiah dan Teknologis
Pendidikan serta IPTEK mempunyai kaitan yang sangat erat, sebab pendidikan
sangat berperan dalam pewarisan dan pengembangan IPTEK.
6. Landasan Yuridis
Pancasila dam UUD 45
7. Landasan Religius
AL Qur’an dan Hadits14

F. METODE PENELITIAN
Melihat pokok permasalahan dan tujuan, agar penulisan dalam suatu
pembahasan dapat terarah pada permasalahan, dengan memperhatikan pokok
permasalahan dan tujuan, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
penulisan sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah library research (kepustakaan), yaitu
penelitian dengan menelaah buku atau data-data tertulis yang berkaitan dengan
penulisan skripsi ini. Dalam penelitian ini peneliti akan meneliti data-data yang
terungkap dalam al-Qur'an, kitab Tafsir, artikel, dan buku-buku hasil pemikiran
kedua tokoh yang penulis jadikan referensi utama.
2. Sifat dan Pendekatan Penelitian
Penelitian bersifat deskriptif yang berarti peneliti akan memaparkan biografi,
pemikiran, dan juga penafsiran al-Qur’an kedua mufassir. Studi deskriptif
adalah alat untuk menemukan makna baru, menjelaskan kondisi keberadaan,
menentukan frekuensi kemunculan sesuatu, dan mengkategorikan informasi.15

14
Landasan Pendidikan di Indonesia - https://www.kompasiana.com › Humaniora › Edukasi
15
Sudarman Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif , Pustaka Setia, Bandung, 2002. h. 41

17
3. Metode Pengumpulan Data
a. Sumber Primer
Sumber primer atau sumber pokok dalam penelitian ini adalah al-
Qur’an, Tafsir Al-Maraghi karya Ahmad Musthafa Al Maraghi, dan
Tafsir Fi Zhilalil Qur’an karya Sayyid Quthb.
b. Sumber Sekunder
Data sekunder meliputi Hadits, Sirah, Buku Akhlak menurut al-Qur’an
dan Hadis Nabi s.a.w dan buku Sejarah Pendidikan Islam; dari Zaman
Nabi s.a.w, Khalifah Rasyidin, Bani Umaiyah, dan Abbasiyah sampai
Zaman Mamluks dan Usmaniyah Turki karya Mahmud Yunus, artikel,
jurnal, dan majalah tentang pendidikan anak yang terkait dengan judul.
4. Metode Analisis Data
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah conten
analysis (analisis isi). Data yang berkenaan dengan landasan pendidikan
dikumpulkan dengan menggunakan studi kepustakaan dan pendekatan teori-
teori ilmu kependidikan. Penelaahan ini dilakukan terhadap berbagai redaksi al
Quran yang penulis anggap relevan dengan masalah landasan pendidikan
terhadap anak.
Kegiatan analisis lebih difokuskan pada penganalisaan terhadap ayat al
Quran surat Luqman ayat 12-19, baik dengan pendekatan tekstul ataupun
dengan pendekatan kontekstual. Sebagaimana disebutkan pada poin satu di atas
bahwa penelitian ini menggunakan teknik deskriptif analisis. Hasil penelitian
ini disajikan secara deskriptif analitik, yakni dalam penyajiannya dilakukan
analisis secara krtitis terhadap data-data yang diperoleh tersebut. Hal itu
dilakukan untuk memperjelas landasan pendidikan anak dalam perspektif Al
Quran surat Luqman ayat 12-19.

G. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB I berisi Pendahuluan yaitu mengenai Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,
Tujuan dan Kegunaan penelitian, Tinjauan Pustaka, Kerangka teori, Metode penelitian
dan Sistematika penulisan.
BAB II menerangkan kajian tafsir al Quran surat Luqman ayat 12-19, Biografi
Luqman al-Hakim, teks, mufradat dan terjemah, Asbabun Nuzul, Munasabah,

18
Penafsiran Ayat Menurut Para Mufassir, Bentuk Pendidikan Terhadap Anak dalam al-
Qur’an Surat Luqman ayat 12-19.
BAB III menjelaskan tentang landasan pendidikan dalam perspektif al Quran surat
Luqman ayat 12-19, landasan pendidikan di Indonesia, pengertian pendidikan, dan
urgensi pendidikan.
BAB IV berisi analisis pendidikan dalam perspektif al quran Luqman ayat 12-19,
landasan pendidikan di Indonesia, landasan pendidikan terhadap anak.
BAB V berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi.

H. DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghi, Ahmad Musthafa. Tafsir Al-Maraghi Juz 21. Tanpa penerbit. 1974

Danim, Sudarman. Menjadi Peneliti Kualitatif. Pustaka Setia. Bandung. 2002

Hamka. Tafsir Al-Azhar juz XXI. Jakarta: Putra Panjimas. 1982

https://www.kompasiana.com › Humaniora › Edukasi- Landasan Pendidikan di


Indonesia

Kementerian Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Widya Cahya, 2011

Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 5. Kairo: Darus Syauq. 1968

Shihab, Quraish. Tafsir al-Misbah Juz 11. pesan kesan dan keserasian Al-Qur’an.
Jakarta: Lentera Hati. 2003

Sopiatin, Popi dan Sohari Sahrani. Psikologi Belajar Dalam Perspektif Islam. Bogor:
Ghalia Indonesia, Cet., I, 2011.

Suparta, Munzier dan Noer Aly, Hery. Watak Pendidikan Islam. Friska Agung Insani.
Jakarta. 2003.

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet., VII, 2007.

19

Anda mungkin juga menyukai