Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

(PENTINGNYA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM)

DOSEN PENGAMPU:

KODIRAN M.Pd.I

KELOMPOK 5:

ELSA MAYMINDA 2011060305

EMILIA SAFITRI 2011060057

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN RADEN INTAN LAMPUNG

TAHUN 2020
PANDANGAN DAN PERSPEKTIF ISLAM TENTANG PENDIDIKAN

Pendidikan menurut Al-Qur’an. Al-Qur’an telah berkali-kali menjelaskan akan pentingnya

pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Tidak

hanya itu, Al-Qur’an bahkan memposisikan manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat

yang tinggi. Al-Qur’an surat Al-Mujadalah ayat 11 menyebutkan: “…Allah akan meninggikan

orang-orang yang beriman di antara mu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan

beberapa derajat…”. Al-Qur’an juga telah memperingatkan manusia agar mencari ilmu

pengetahuan,sebagaimana dalam Al-Qur’an surat at-Taubah ayat 122 disebutkan:“Mengapa

tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam

pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila

mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. Dari sini dapat

dipahami bahwa betapa pentingnya pengetahuan bagi kelangsungan hidup manusia. Karena

dengan pengetahuan manusia akan mengetahui apa yang baik dan yang buruk, yang benar dan

yang salah, yang membawa manfaatdan yang membawa madharat.

Dalam sebuah sabda Nabi saw. Dijelaskan :“Mencari ilmu adalah kewajibansetiap muslim”. (HR.

Ibnu Majah). Hadits tersebut menunjukkan bahwa Islam mewajibkan kepada seluruh

pemeluknya untuk mendapatkan pengetahuan. Yaitu, kewajiban bagi mereka untuk menuntut

ilmu pengetahuan.Islam menekankan akan pentingnya pengetahuan dalam kehidupan manusia.

Karena tanpa pengetahuan niscaya manusia akan berjalan mengarungi kehidupan ini bagaikan
orang tersesat ,yang implikasinya akan membuat manusia semakin terlunta-lunta kelak di hari

akhirat.

Imam Syafi’i pernah menyatakan:“Barangsiapa menginginkan dunia, maka harus dengan ilmu.

Barang siapa menginginkan akhirat, maka harus dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan

keduanya, maka harus dengan ilmu”. Dari sini, sudah seyogyanya manusia selalu berusaha

untuk menambah kualitas ilmu pengetahuandengan terus berusaha mencarinya hingga akhir

hayat. Dalam al-Qur’an surat Thahaa ayat 114 disebutkan:“Katakanlah: ‘Ya Tuhanku,

tambahkanlah kepadaku ilmupengetahuan’.

Paradigma pendidikan dalam Alquran juga tidak lepas dari tujuan Allah SWT menciptakan

manusia itu seindiri, yaitu pendidikan penyerahan diri secara ikhlas kepada sang Kholik yang

mengarah pada tercapainya kebahagiaan hidup duniamaupun akhirat, sebagaimna Firman-Nya

dalam QS. Adz-Dzariyat: 56 : "Tidaksemata-mata kami ciptakan jin dan manusia kecuali hanya

untuk beribadah". Menurut Armai Arief (2007:175) " bahwa tujuan pendidikan dalam Al-quran

adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok, sehingga mampu menjalankan

fungsinya sebagai hamba Allah SWT. dan kholifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai

dengan konsep yang diciptakan Allah".

Pendidikan dalam perspektif Al-quran dapat dilihat bagaimana Luqman Al-Hakim memberikan

pendidikan yang mendasar kepada putranya, sekaligus memberikan contohnya, juga

menunjukkan perbuatannya lewat pengamalan dan sikap mental yang dilakukannya sehari-hari

dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Diantara wasiat pendidikan monumental

yang dicontohkan Luqman lewat materi billisan dan dilakukannya lewat bilamal terlebih dahulu
adalah: Jangan sekali-kali menyekutukan Allah, berbuat baiklah kepada kedua orang tua, jangan

mengikutiseruan syirik, ingatlah bahwa manusia itu pasti mati, hendaklah kita tetap

merasadiawasi oleh Allah, hendaklah selalu mendirikan sholat, kerjakan selalu yang baik

dantinggalkan perbuatan keji, jangan suka menyombongkan diri, sederhanalah dalam

bepergian, dan rendahkanlah suaramu.Walaupun sederhana materi dan metode yang diajarkan

Luqman Al-Hakim kepada putranya termasuk kepada kita semua yang hidup di jaman modern

ini, namun betapa cermat dan mendalam filosofi pendidikan serta hikmah yang dimiliki Luqman

untuk dapat dipelajari oleh generasi berikutnya sampai akhir jaman.

Konsep pendidikan dalam perspektif Al-quran yang direfleksikan Allah SWT .Dalam QS.Luqman

(31):12-19 :

(12). Dan sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada Luqmman, yaitu : "bersyukurlah

kepada Allah. Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah) maka sesungguhnya ia bersyukur

untuk dirinya sendiri, dan barang siapa tidak bersyukur,maka sesungguhnya Allah Maha Kaya

lagi Maha Terpuji”.

(13). Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran

kepada anaknya: "Hai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah,sesungguhnya

mempersekutukan (Allah) itu adalah benar-benar kedzaliman yangbesar".

(14). Dan Kami perintahkan kepada manusia terhadap dua orang ibu-bapak. Ibu nya telah

mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Ku lah

kembalimu.

(15). Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatuyang tidak

ada pengetahuannya tentang itu, maka janganlah engkau mengikut ikeduanya, dan pergaulilah

keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian

hanya kepada-Ku lah kembalimu, maka ku berikan kepadamu apa yang telah engkau kerjakan.

(16). (Luqman berkata): "Hai anakku sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan)seberat biji

sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscayaAllah akan

mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui”.

(17). Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah

(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu.

Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan(oleh Allah).

(18). Dan janganlah engkau memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan

janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai

orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

(19). Dan sederhanalah engkau dalam berjalan dan lunakkan suaramu. Sesungguhnya seburuk-

buruk suara adalah suara keledai.

Ketokohan Luqman Al-Hakim seperti dijelaskan di atas merupakan suatu keniscayaan dalam

dunia pendidikan, hingga dapat melahirkan para ahli pendidikan dibidangnya masing-masing

sejak Alquran dilauncingkan oleh pembawa risalah terakhir Rosululloh Muhammad SAW empat
belas abad yang lalu hingga sekarangbahkan sampai akhir jaman. Islam memandang dan

memposisikan sendi-sendi keilmuan atau ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sesuatu yang

sangat utama dan urgen. Ia merangkul iptek sedemikian rupa sehingga menganggap suci dan

disamakan derajatnya dengan jihad bagi perjuangan orang-orang yang berilmu dan yang

mencari ilmu, juga karya-karya yang mereka temukan tentang fenomena dan rahasia alam

semesta ini. Hal ini dijelaskan dengan firman Allah dalam QS. Al-Mujadiah ayat 11 :"Allah

meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yangDiberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat”. Ilmu pengetahuan yang dituju oleh Alquran menurut Widodo

(2007: 161) adalah ilmu pengetahuan dengan pengertiannya yang menyeluruh, yang mengatur

segala yang berhubungan dengan kehidupan dan tidak terbatas pada ilmu syariah dan akidah

saja.

Pendidikan Menurut Perspektif Islam.

pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting karena manusia sebagai hamba Allah SWT

di muka bumi memikul tugas dan tanggung jawab yang cukup berat. Oleh karena itu, agar

manusia mampu menjalankan tanggung jawabnya dengan baik diperlukan sikap personalitas

yang berkualitas dan ilmu pengetahuan yangsesuai dengan kehendak Allah.Hal itu hanya dapat

dipenuhi melalui proses pendidikan.

Tugas manusia yang pertama adalah menjadi hamba Allah yang taat,sebagaimana firman Allah

dalam Al Quran Surat Adz-Dzariyat 56, yang artinya:”Dan Aku tidak menciptakan jin dan

manusia melainkan supaya mengabdi(ibadah)kepada-Ku.”. Manusia diperintah untuk beribadah


hanya kepada Allah,karena tidak ada tuhan selain Dia. “Sembahlah Allah, sekali-kali tak ada

tuhan bagimu selain-Nya” (Q.S.Al-A’raaf: 59).

Tugas manusia yang kedua adalah sebagai khalifah di muka bumi,yang menuntut tanggung

jawab yang berat. Tanggung jawab tersebut berkaitan erat dengan pernyataan Allah dalam Al

Quran surat Al Baqarah ayat 30, yang artinya:”Ingatlah ketika Allahberfirman kepada malaikat,

Aku akan menciptakan seorang khalifah di muka bumi”.Bumi yang merupakan tempat tinggal

bagi manusia untuk sementara, pengelolaanya diserahkan kepada manusia. Hal ini ditegaskan

oleh Allah dalam Al Quran surat Al-An’am ayat 165 yang artinya :“Dan Dialah yang menjadikan

kamu pengelola bumi”.Mengelola berarti menjaga,memelihara,melestarikan,memberdayakan

dan memanfaatkannya untuk dijadikan sarana penunjang dalam beribadah kepada Allah. Bukan

sebaliknya, yakni menciptakan kerusakan di muka bumi atau merasa bangga menjadi perusak

alam.Allah sangat membenci orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi dan

malapetakaakan menimpa manusia itu sendiri apabila memperlakukan alam sekehendak

hatinya,sebagaimana firman-Nya dalam surat Ar-Rum ayat 41 yang artinya :“Telah nampak

kerusakan di darat dan di laut disebabkan tangan manusia, supaya Allahmerasakan kepada

merekasebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar merekakembali (ke jalan yangbenar)”.

Diangkatnya manusia sebagai khalifah tidak semata-mata perintah Allah,melainkan

adakesanggupan dari manusia itu sendiri, setelah makhluk lain menolaknya karena

khawatirakan menghianatinya. Dengan kata lain, hanya manusia yang sanggup mengemban

amanah Allah yang maha berat itu. (QS.AlAhzab: 72) .Penghambaan manusia kepada Allah

yang dibuktikan dalam bentuk beribadah kepada-Nya, pada hakekatnya merupakan


perwujudan rasa syukur atas segala karunia dan ni’mat Allah. Orang yang beriman menyadari

bahwa dirinya telah menerima limpahan kasih sayang yang tak terhingga dariAllah, dengan

diangkatnya derajat manusia yang lebih tinggi dari mahkluk lainnya.Diberinya akal dan

kemampuan berpikir merupakan sarana yang ampuh dalam rangka mengemban tugas sebagai

khalifah.Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan peranan akal, sehingga pentingnya

pendidikan dalam pandangan Islam berkaitan erat dengan penggunaan akal, hati, dan

pancaindera untuk berpikir dan mendekatkan diri kepada Allah.Alangkah ruginya manusia yang

telah banyak menerima karunia dariAllah,tetapi tidak mau menggunakannya untuk memikirkan

ciptaan,kekuaaan,keesaan, dan keagungan sang Maha Pencipta (Allah SWT).Derajat manusia

yang tinggi itu dapat jatuh ke tempat yang lebih rendah dari bintang(QS.Al-A’raf:179). Betapa

pentingnya pendidikan, karena hanya dengan proses pendidikanlah manusia dapat

mempertahankan eksistensinya sebagai manusia yang mulia,melalui pemberdayaan potensi

dasar dan karunia yang telah diberikan Allah.Apabila semua itu dilupakan dengan mengabaikan

pendidikan,manusia akan kehilangan jati dirinya.Namun perlu digaris bawahi, bahwa

pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan berdasarkan konsep Islam sesuai dengan

petunjuk Allah. Secara garis besar,konsepsi pendidikan dalam Islam adalah mempertemukan

pengaruh dasar dengan pengaruh ajar. Pengaruh pembawaan dan pengaruh pendidikan

diharapkan akan menjadi satu kekuatan yang terpadu yang berproses ke arah pembentukan

kepribadian yang sempurna.Oleh karena itu, pendidikan dalam Islam tidak hanya menekankan

kepada pengajaran yang berorientasi kepada intelektualitas penalaran, melainkan lebih

menekankan kepada pendidikan yang mengarah kepada pembentukan keribadian yang utuh

dan bulat.Pendidikan Islam menghendaki kesempurnaan kehidupan yang tuntas sesuai dengan
firman Allah pada surat Al Baqarah ayat 208, yangartinya :“Wahai orang-orang yang

beriman,masuklah kamu ke dalam Islam secarakeseluruhannya, dan janganlah kamu turut

langkah-langkah syaitan.Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.

Bagi manusia pendidikan penting sebagai upaya menanamkan dan mengaktualisasikan nilai-

nilai Islam pada kehidupan nyata melalui pribadi-pribadi muslim yang beriman dan bertakwa,

sesuai dengan harkat dan derajat kemanusiaansebagai khalifah di atas bumi.Penghargaan Allah

terhadap orang-orang yang berilmu dan berpendidikan dilukiskan pada ayat berikut. “Allah

akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi

pengetahuan derajat (yang banyak) (QS. Al Mujadalah 11“. “Maka bertanyalah kepada orang

yang mempunyai ilmu pengetahuan jika kamu tidak mengetahui” (QS, An-Nahl 43). “Katakanlah

:”Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak

mengetahui”(QS.Az.Zumar:9). Pentingnya pendidikan telah dicontohkan oleh Allah pada wahyu

pertama, yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5 yang banyak mengandung isyarat-isyarat pendidikan dan

pengajaran dengan makna luas dan mendalam. Prilaku Nabi Muhammad saw sendiri, selama

hayatnya sarat dengan nilai-nilai pendidikan yang tinggi.Dari kutipan-kutipan di atas dapat

disimpulkan bahwa dalam ajaran Islam pendidikan menduduki posisi yang sangat penting.

Mengingat bahwa keberadaan manusia di dunia ini mengemban tugas dan tanggung jawab

yang berat,sebagai hambaAllah maupun sebagai khalifah di muka bumi.Kedua tugas tersebut

dalam pelaksanaanya merupakan satu kesatuan yang terintegrasi di dalam perilaku

seseorang.Dengan demikian,pendidikan memegang peranan peting dalam membentuk manusia

yang bersedia mengabdi kepada Allah,dengan menyelaraskan aktivitas peribadatan dalam

konteks hablum minallah,hablum minannas, dan hablum minal’alam.


Pemerolehan Pengetahuan (Pendidikan)

Pendidikan Islam memiliki karakteristik yang berkenaan dengan cara memperoleh dan

mengembangkan pengetahuan serta pengalaman. Anggapan dasarnya ialah setiap manusia

dilahirkan dengan membawa fitrah serta dibekali dengan berbagai potensi dan kemampuan

yang berbeda dari manusia lainnya. Dengan bekal itu kemudian dia belajar: mula-mula melalui

hal yang dapat diindra dengan menggunakan panca indranya sebagai jendela pengetahuan;

selanjutnya bertahap dari hal-hal yang dapat diindra kepada yang abstrak, dan dari yang dapat

dilihat kepada yang dapat difahami. Sebagaimana hal ini disebutkan dalam teori empirisme dan

positivisme dalam filsafat. Dalam firman Allah Q.s. an-Nahl ayat 78: “Dan Allah mengeluarkan

kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu

pendengaran, penglihatan, dan hati agar kamu bersyukur”.Dengan pendengaran, penglihatan

dan hati, manusia dapat memahami danmengerti pengetahuan yang disampaikan kepadanya,

bahkan manusia mampu menaklukkan semua makhluk sesuai dengan kehendak dan

kekuasaannya.

Dalam al-Qur’an surat al-Jatsiyah ayat 13 disebutkan:َ“Dan dia menundukkan untuk mu apa

yang di langit dan apa yang di bumi semuanya,(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya

pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang

berfikir”.

Namun, pada dasarnya proses pemerolehan pengetahuan adalah dimulai dengan membaca,

sebagaimana dalam al-Qur’an surat al-‘Alaq ayat 1-5 َ:“Bacalah dengan (menyebut) nama

Tuhanmu yang Menciptakan (1), Dia telahmenciptakan manusia dari segumpal darah (2).
Bacalah, dan Tuhanmulah yang MahaPemurah (3), Yang mengajar (manusia) dengan

perantaran kalam (4), Dia mengajarkepada manusia apa yang tidak diketahuinya (5)”.

Dalam pandangan Quraish Shihab kata Iqra’ terambil dari akar kata yang berarti menghimpun.

Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan, menelaah,mendalami, meneliti,

mengetahui ciri sesuatu, dan membaca teks tertulis maupuntidak.Wahyu pertama itu tidak

menjelaskan apa yang harus dibaca, karena al-Qur’anmenghendaki umatnya membaca apa saja

selama bacaan tersebut bismi Rabbik, dalamarti bermanfaat untuk kemanusiaan. Iqra’ berarti

bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilahciri-ciri sesuatu; bacalah alam, tanda-tanda zaman,

sejarah, maupun diri sendiri, yangtertulis maupun yang tidak. Alhasil, objek perintah iqra’

mencakup segala sesuatu yangdapat dijangkaunya.

Sebagaimana dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 101 :ُ“Katakanlah: ‘Perhatikanlah apa yang ada

di langit dan di bumi”.Al-Qur’an membimbing manusia agar selalu memperhatikan dan

menelaah alam sekitarnya. Karena dari lingkungan ini manusia juga bisa belajar dan

memperolehpengetahuan.

Dalam al-Qur’an surat asy-Syu’ara ayat 7 juga disebutkan:“Dan apakah mereka tidak

memperhatikan bumi, berapakah banyak nya kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam

tumbuh-tumbuhan yang baik?”.Demikianlah, al-Qur’an secara dini menggarisbawahi

pentingnya “membaca” dankeharusan adanya keikhlasan serta kepandaian memilih bahan

bacaan yang tepat.

Namun, pengetahuan tidak hanya terbatas pada apa yang dapat diindra saja.Pengetahuan juga

meliputi berbagai hal yang tidak dapat diindra. Sebagaimana tertuangdalam al-Qur’an surat Al-
Haqqah ayat 38-39:“Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat (38). Dan dengan apa

yang tidak kamu lihat (39)”.Dengan demikian, objek ilmu meliputi materi dan nonmateri,

fenomena dan nonfenomena, bahkan ada wujud yang jangankan dilihat, diketahui oleh

manusia pun tidak. Dalam al-Qur’an surat Al-Nahl ayat 8 disebutkan:“Allah menciptakan apa

yang kamu tidak mengetahuinya”

Sebagaimana telah dipaparkan di atas, dalam pengetahuan manusia tidak hanya sebatas apa

yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup manusia, namun juga semua pengetahuan yang

dapat menyelamatkannya di akhirat kelak.Islam mengehendaki pengetahuan yang benar-benar

dapat membantu mencapai kemakmuran dan kesejahteraan hidup manusia. Yaitu pengetahuan

terkait urusan duniawi dan ukhrowi,yang dapat menjamin kemakmuran dan kesejahteraan

hidup manusia di dunia dan diakhirat.Pengetahuan duniawi adalah berbagai pengetahuan yang

berhubungan denganurusan kehidupan manusia di dunia ini. Baik pengetahuan moderen

maupun pengetahuanklasik. Atau lumrahnya disebut dengan pengetahuan umum. Sedangkan

pengetahuan ukhrowi adalah berbagai pengetahuan yang mendukung terciptanya kemakmuran

dankesejahteraan hidup manusia kelak di akhirat. Pengetahuan ini meliputi berbagai

pengetahuan tentang perbaikan pola perilaku manusia, yang meliputi pola interaksimanusia

dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan. Atau biasa disebut dengan

pengetahuan agama.Pengetahuan umum (duniawi) tidak dapat diabaikan begitu saja, karena

sulit bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hari kelak tanpamelalui kehidupan dunia ini

yang mana dalam menjalani kehidupan dunia ini pun harusmengetahui ilmunya. Demikian

halnya dengan pengetahuan agama (ukhrowi), manusiatanpa pengetahuan agama niscaya

kehidupannya akan menjadi hampa tanpa tujuan.Karena kebahagiaan di dunia akan menjadi
sia-sia ketika kelak di akhirat menjadi nista.Islam selalu mengajarkan agar manusia menjaga

keseimbangan, baikkeseimbangan dhohir maupun batin, keseimbangan dunia dan akhirat.

Dalam Qs. Al-Mulk ayat 3 disebutkan:“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu

sekali-kali tidak melihat padaciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.

Maka lihatlahberulang-ulang! Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?”

Dalam al-Qur’an surat ar-Ra’d ayat 8 juga disebutkan:“Segala sesuatu di sisi-Nya memiliki

ukuran”.Dari sini dapat dipahami bahwa Allah selalu menciptakan segala sesuatu dalam

keadaan seimbang, tidak berat sebelah. Demikian halnya dalam penciptaan manusia.Manusia

juga tercipta dalam keadaan seimbang. Dari keseimbangan penciptaannya,manusia diharapkan

mampu menciptakan keseimbangan diri, lingkungan dan alamsemesta. Karena hanya manusia

yang mampu melakukannya sebagai bentuk darikekhalifahan manusia di muka bumi.Dalam al-

Qur’an surat al-Qashash ayat 77 disebutkan:“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan

Allah kepadamu (kebahagiaan) negeriakhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari

(kenikmatan) duniawi danberbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat

baik kepadamu,dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah

tidakmenyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.

Manusia tidak dianjurkan oleh Islam hanya mencari pengetahuan yang hanya berorientasi pada

urusan akhirat saja. Akan tetapi, manusia diharapkan tidak melupakanpengetahuan tentang

urusan dunia. Meskipun kehidupan dunia ini hanyalah sebuah permainan dan senda gurau

belaka, atau hanyalah sebuah sandiwara raksasa yang diciptakan oleh Tuhan semesta alam.

Namun, pada dasarnya manusia diharapkan mampu menjaga keseimbangan dirinya dalam
menjalani realita kehidupan ini, termasuk dalam mencari pengetahuan.Al-Qur’an surat al-

An’aam ayat 32 menyebutkan:“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan

senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang

bertaqwa.”.Islam menghendaki agar pemeluknya mempelajari pengetahuan yang dipandang

perlu bagi kelangsungan hidupnya di dunia dan di akhirat kelak. Dalam al-Qur’an surat al-

Baqoroh ayat 201 disebutkan:“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami,

berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa

neraka”.Kebaikan(hasanah) dalam bentuk apapun tanpa didasari ilmu, niscaya tidak akan

terwujud. Baik berupa kebaikan duniawi yang berupa kesejahteraan, ketenteraman,

kemakmuran dan lain sebagainya. Apalagi kebaikan di akhirat tidak akan tercapai tanpa adanya

pengetahuanyang memadai. Karena segala bentuk keinginan dan cita-cita tidak akan terwujud

tanpaadanya usaha dan pengetahuan untuk mencapai keinginan dan cita-cita itu sendiri.

Pemanfaatan Pengetahuan (Orientasi Pendidikan).

Manusia memiliki potensi untuk mengetahui, memahami apa yang ada di alam semesta ini.

Serta mampu mengkorelasikan antara fenomena yang satu dan fenomena yang lainnya. Karena

hanya manusia yang disamping diberi kelebihan indera, manusiajuga diberi kelebihan akal. Yang

dengan inderanya dia mampu memahami apa yangtampak dan dengan hatinya dia mampu

memahami apa yang tidak nampak. Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 31 disebutkan:“Allah

mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya”.Yang dimaksud nama-

nama pada ayat tersebut adalah sifat, ciri, dan hukum sesuatu. Iniberarti manusia berpotensi

mengetahui rahasia alam raya.Adanya potensi itu, dan tersedianya lahan yang diciptakan Allah,
serta ketidakmampuan alam raya membangkang terhadap perintah dan hukum-hukum

Tuhan,menjadikan ilmuwan dapat memperoleh kepastian mengenai hukum-hukum

alam.Karenanya, semua itu mengantarkan manusia berpotensi untuk memanfaatkan alam

yangtelah ditundukkan Tuhan.

Namun, di sisi lain manusia juga memiliki nafsu yang cenderung mendorong manusiauntuk

menuruti keinginannya. Nafsu jika tidak terkontrol maka yang terjadi adalahkeinginan yang

tiada akhirnya. Nafsu juga tidak jarang menjerumuskan manusia dalamlembah kenistaan.

Dalam al-Qur’an surat Yusuf ayat 53 disebutkan:“Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh

kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberirahmat oleh Tuhanku”.Al-Qur’an menandaskan

bahwa umat Islam adalah umat terbaik, yang mampumenciptakan lingkungan yang baik,

kondusif, yang bermanfaat bagi seluruh alam. Karena sebaik-baik manusia adalah yang paling

bermanfaat bagi manusia lainnya.Dalam al-Qur’an surat Ali Imron ayat 110 disebutkan:“Kamu

adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan

mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah”.Sabda Nabi saw.:“Sebaik-baik manusia

adalah yang paling bermanfaat”.Pisau akan sangat berguna ketika digunakan oleh orang yang

berpikiran positifdan ahli dalam menggunakan pisau. Sebaliknya, ketika pisau digunakan oleh

orang yangberpikiran negatif, niscaya bukan kemanfaatan dan kemaslahatan yang akan

dihasilkandari pisau itu, melainkan kemadharatan.Demikian halnya dengan pengetahuan, ketika

penggunaannya bertujuan untukmencapai kemanfaatan niscaya pengetahuan itu pun akan

bermanfaat. Namun sebaliknya,ketika pengunaan pengetahuan digunakan untuk

kemadharatan, maka kemadharatanitulah yang akan didapat.Ilmu pengetahuan adalah sebuah

hubungan antara pancaindera,akal dan wahyu. Dengan pancaindera dan akal (hati), manusia
bisa menilai sebuah kebenaran (etika) dan keindahan (estetika). Karena dua hal ini adalah

piranti utama bagimanusia untuk mendapatkan pengetahuan. Namun, disamping memiliki

kelebihan, kedua piranti ini memiliki kekurangan. Sehingga keduanya masih membutuhkan

penolong untuk menunjukkan tentang hakikat suatu kebenaran, yaitu wahyu. Dan dengan

wahyu manusia dapat memahami posisinya sebagai khalifah fil ardh.Wahyu yang diturunkan

kepada manusia tidak hanya berisikan perintah dan larangan saja, akan tetapi lebih dari itu al-

Qur’an juga membahas tentang bagaimanaseharusnya hidup dan menghargai kehidupan. Dan

tidak terlepas juga di dalam al-Qur’andikaji tentang sains dan teknologi sehingga tidaklah

berlebihan jika kita menyebutnyasebagai kitab sains dan medis .Namun, berbagai bentuk

kemajuan sains dan teknologi serta ilmu pengetahuan tanpa didasari tujuan yang benar, niscaya

hanya akan menjadisebuah bumerang yang menghancurkan kehidupan manusia. Karena tidak

jarang saat ini manusia malah mengalami kejenuhan, kehampaan jiwa, hedonisme,

materialisme bahkan dekadensi moral yang tidak jarang pula implikasinya merugikan diri

mereka sendiribahkan lingkungan sekitar. Padahal dengan adanya kemajuan sains dan

teknologi kehidupan manusia diharapkan menjadi lebih mudah, efisien, instan, yang bukan

malahmenimbulkan tekanan jiwa dan kerusakan lingkungan.Dalam Islam telah digariskan

aturan-aturan moral penggunaan pengetahuan.Apapun pengetahuan itu, baik kesyaritan

maupun lainnya, teoritis maupun praktis, ibarat pisau bermata dua yang dapat digunakan

pemiliknya untuk berlaku munafik dan berkuasaatau berbuat kebaikan dan mengabdi kepada

kepentingan umat manusia. Pengetahuan tentang atom umpama nya, dapat digunakan untuk

tujuan-tujuan perdamaian dan kemanusiaan, tapi dapat pula digunakan untuk menghancurkan

kebudayaan manusiamelalui senjata-senjata nuklir.Al-Qur’an juga telah menegaskan bahwa


kerusakan di muka bumi adalah akibat dari ulahmanusia sendiri. Dalam al-Qur’an surat ar-Rum

ayat 41 disebutkan:“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan

tanganmanusia”.Manusia adalah makhluk yang memiliki tanggung jawab, yaitu tanggung jawab

menjadikhalifah fil ardh. Kekhalifahan manusia adalah salah satu bentuk dari ta’abbud-

nyakepada sang Khalik. Sedangkan ta’abbud adalah tugas pokok dari penciptaan

manusia,sekaligus menggali, mengatur, menjaga dan memelihara alam semesta ini.

Sebagaimanatelah dijelaskan dalam al-Qur’an surat adz-Dzariyat ayat 56: “Dan Aku tidak

menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.Dalam al-Qur’an

surat al-A’raf ayat 85 disebutkan:“Sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu

kurangkan bagimanusia barang-barang takaran dan

timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan

memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang

beriman“.Pemanfaatan pengetahuan harus ditujukan untuk mendapatkan kemanfaatan dari

pengetahuan itu sendiri, menjaga keseimbangan alam semesta ini dengan melestari-kan

kehidupan manusia dan alam sekitarnya, yang sekaligus sebuah aplikasi dari tugas kekhalifahan

manusia di muka bumi. Dan pemanfaatan pengetahuan adalah bertujuan untuk ta’abbud

kepada Allah swt., Tuhan semesta alam. Wallahu a’lam.

KESIMPULAN

Dari deskripsi singkat di atas, dapat dipahami bahwa al-Qur’an telah memberikan rambu-rambu

yang jelas kepada kita tentang konsep pendidikan yang komperehensif. Yaitu pendidikan yang
tidak hanya berorientasi untuk kepentingan hidup di dunia saja, akan tetapi juga berorientasi

untuk keberhasilan hidup di akhiratkelak. Karena kehidupan dunia ini adalah jembatan untuk

menuju kehidupan sebenarnya, yaitu kehidupan di akhirat.Manusia sebagai insan kamil

dilengkapi dua piranti penting untuk memperoleh pengetahuan, yaitu akal dan hati. Yang

dengan dua piranti ini manusiamampu memahami “bacaan” yang ada di sekitarnya. Fenomena

maupun nomena yang mampu untuk ditelaahnya. Karena hanya manusia makhluk yang

diberikelebihan ini.Pengetahuan yang telah didapat manusia sudah seyogyanya

diorientasikanuntuk kepentingan seluruh umat manusia. Karena sebaik-baik manusia adalah

yang paling bermanfaat bagi manusia seluruhnya. Namun, tidak boleh dilupakan bahwa

manusia juga hidup berdampingan dengan lingkungan, sehingga tidak bisa serta merta

kemajuan pengetahuan pengetahuan dan teknologi malah menghancurkan dan merusak

keseimbangan alam. Karena sudah menjadi tugas manusia untuk melestarikan alam ini sebagai

pengejawantahan kekhalifahan manusia sekaligusbentuk ta’abbudnya kepada Allah swt.

DAFTAR PUSTAKA

file:///http:/pentingnys%20pendidikan%20dalam%20pandangan%20islam/Tafsir%20Tarbawi,

%20Pendidikan%20Dalam%20Perspektif%20alQur%E2%80%99an%20%C2%AB%20HSR

%20%E2%80%93%20just%20want%20to%20share.htmfile:///http:/pentingnys%20pendidikan

%20dalam%20pandangan%20islam/Pendidikan%20dalam%20Perspektif%20Alquran.htm

file:///http/pentingnys%20pendidikan%20dalam%20pandangan%20islam/Pentingnya

%20Pendidikan%20dalam%20Islam%20%C2%AB%20RIWAYAT%E2%80%99S%20BLOG.
file:///http/pentingnys%20pendidikan%20dalam%20pandangan%20islam/Pentingnya

%20Pengetahuan%20dan%20Pendidikan%20Menurut%20al-Qur%E2%80%99an

%20%20%20Kajian%20Al-Qur%E2%80%99an.

Anda mungkin juga menyukai