Bismillahirrahmaanirrahiim.
Setelah jelas kewajaran Nabi Adam as menjadi kholifah, maka lahirlah perintah Allah swt
kepada para malaikat untuk bersujud kepada Nabi Adam as.
Artinya : “ Dan (Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada malaikat, ‘Sujudlah kalian kepada Adam,’
maka mereka segera bersujud, tetapi Iblis tidak. Ia enggan dan takabur. Dan Ia termasuk golongan
yang ingkar.” (Surat Al-Baqarah ayat 34).
Imam Al-Baidhawi dalam karya tafsirnya Kitab Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil mengatakan,
ketika Adam mengabarkan nama-nama benda kepada malaikat dan Allah memberitahu mereka
hal yang tidak mereka ketahui, Allah memerintahkan mereka (Para Malaikat) sujud kepada Adam
sebagai bentuk pengakuan atas kelebihan Adam, pelaksanaan atas kewajiban, dan bentuk
permohonan maaf atas ucapan mereka perihal Adam.
Para malaikat menyadari bahwa perintah itu tidak boleh ditangguhkan, karena hal tersebut
perintah langsung dari Allah swt yang Maha mengetahui dan Maha bijaksana, bukan dari siapa
yang bisa jadi keliru. Imam Al-Baidhawi, menganjurkan kita untuk mematuhi perintah Allah dan
tidak tenggelam dalam pencarian hikmah di balik perintah tersebut.
Perihal sujud itu ada 2 macam :
- Pertama, sujud ibadah dan penuhanan. Ini dilakukan hanya kepada Allah semata dalam
bentuk meletakan dahi diatas tanah ( inilah yang biasa di lakukan dalam sholat ). Sujud ini
tidak boleh dilakukan kepada selain Allah swt.
- Kedua, Sujud salam dan pemuliaan tanpa unsur penuhanan. Hal ini sebagaimana sujudnya
para Malaikat kepada Nabi Adam as dan sujudnya Nabi Ya’kub serta anak-anaknya kepada
Nabi yusuf as.
Penolakan iblis untuk bersujud kepada Adam as menunjukan bahwa keengganan mematuhi dan
melaksanakan perintah Allah swt yang didasari sikap takabbur dapat mengakibatkan kekafiran.
Wallahua‘lam.
PENYAKIT BATIN YANG HARUS DIBERSIHKAN
Ayat Al-quran
اَل ُتَص ِّع َخ َّد َك ِللَّنا ِس اَل َتْم ِش ِف ي اَأْلْر ِض َم ًح ا ۖ ِإ َّن ال َّلَه اَل ُيِح ُّب ُك َّل ُم ْخ َت ا ٍل
َر َو ْر َو
َفُخ و ٍر
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri. ( Qs. Luqman :18 )
Tatkala Allah swt tidak menyukai suatu keadaan atau sifat seseorang, cukuplah hal tersebut
menjadi suatu kehinaan bagi mereka. Allah hanya memberi kemuliaan dan keridhoan kepada orang
yang Ia cintai.
َس َأْص ِر ُف َع ْن آ َيا ِتَي ا َّلِذ ي َن َيَت َك َّبُر و َن ِف ي اَأْلْر ِض ِبَغْي ِر اْل َح ِّق َو ِإ ْن َيَر ْو ا ُك َّل آ َيٍة اَل ُيْؤ ِم ُنوا ِبَه ا
َو ِإ ْن َيَر ْو ا َس ِب ي َل ال ُّر ْش ِد اَل َيَّتِخ ُذ و ُه َس ِب ي اًل َو ِإ ْن َيَر ْو ا َس ِب ي َل اْلَغِّي َيَّتِخ ُذ و ُه َس ِب ي اًل ۚ َٰذ ِلَك
ِفِل ِب ِت ِب
َأَّنُه ْم َك َّذ ُبوا آ َيا َن ا َو َك ا ُنوا َعْنَه ا َغ ا ي َن
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa
alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku), mereka
tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka
tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya.
Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari
padanya.
َك َٰذ ِلَك َيْطَبُع ال َّلُه َع َل ٰى ُك ِّل َقْل ِب ُم َت َك ِّبٍر َج َّبا ٍر
Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang.
( Qs. Al-ghaafir : 35 )
Orang-orang yang sombong, pandangannya akan dibutakan oleh Allah swt, sehingga mereka
terhalang dan tidak terbimbing ke jalan yang benar. Itu semua sebagai balasan dan hukuman dari
Allah swt didunia, sedangkan di akhirat mereka akan masuk kedalam neraka jahannam karena
enggan/menolak tunduk terhadap kebenaran.
Dikarenakan bahayanya yang begitu besar, maka seyogyanya seorang muslim menaruh
perhatian terhadap masalah ini. Hendaknya kita memahami hakikat sifat Kibr (sombong), serta
berhati-hati dan berupaya sekuat mungkin untuk membersihkan/mengobati hati daripada penyakit
hati tersebut.
Pengertian Kibr / Takabbur (Sombong)
Kibr/Takabur adalah sifat dan sikap mengagungkan diri sendiri disertai merendahkan orang
lain. Dari pengertian ini dapat kita fahami bahwasannya :
- Seseorang tidak disebut sombong jika semata mata memandang dirinya besar, karena ada
orang yang menganggap dirinya besar/baik namun ia tetap berpandangan ada orang yang
lebih baik darinya.
- Seseorang tidak disebut sombong jika hanya memandang remeh orang lain, karena ada orang
yang meremehkan orang lain tapi ia juga melihat dirinya rendah seperti orang tersebut.
- Tatkala sifat mengagungkan diri dan meremehkan orang lain berkumpul didalam diri
seseorang, maka itulah hakikat sifat kibr/takabbur.
Pembagian Kibr
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,
َال َيْد ُخ ُل اْلَج َّنَة َمْن َك اَن ِفى َقْلِبِه ِم ْثَق اُل َذَّر ٍة ِم ْن ِكْبر
" Tidak masuk surga orang yang dalam hatinya ada kesombongan seberat zarrah dalam hatinya.”
Kemudian ada sahabat yang bertanya, “Ada orang yang suka memakai baju bagus, sandal yang bagus.
Apakah termasuk kesombongan?”
ِإَّن الَّلَه َج ِم يٌل ُيِح ُّب اْلَجَم اَل اْلِكْبُر َبَطُر اْلَح ِّق َو َغْم ُط الَّناِس
“Allah itu Maha indah, mencintai keindahan. Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan
orang lain.” (HR. Muslim 275)
Tentang hadist ini, Syeikh Hasan ayyub Rhm memaparkan bahwasannya Jenis Kibr itu ada 2
macam :
1. Kibr yang merupakan kekufuran, yaitu sombong terhadap kebenaran yang datang dari Allah
swt dan Rasul-Nya.
2. Kibr yang merupakan kemaksiatan/bukan kekufuran, yaitu sombong terhadap makhluq.
Namun sikap sombong terhadap makhluq pun bisa menjadi kekufuran, apabila membuat
yang bersangkutan menolak ajaran/perintah dan larangan yang datang dari Allah dan Rasul-
Nya. Jika tidak menjadikan yang bersangkutan menampik ajaran/perintah dan larangan Allah
dan RasulNya, maka tetap menjadi keharaman yang mengakibatkan pelakunya layak
mendapat siksa Allah sebagaimana ditegaskan dalam banyak ayat dan hadist.
Gambaran sifat Kibr dalam Al-quran
Fir’aun
ِم
َو َناَدٰى ِفْر َعْو ُن ِفي َقْو ِمِه َقاَل َيا َقْو َأَلْيَس ِلي ُمْلُك ِم ْص َر َو َٰه ِذِه اَأْلْنَه اُر َتْج ِر ي ِم ْن َتْح ِتيۖ َأَفاَل ُتْبِص ُر وَن
Dan Fir´aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: "Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini
kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak
melihat(nya)? ( Qs.Az zukhruf : 51 )
Raja Namrud
َو َقاَل اَّلِذ يَن اَل َيْر ُج وَن ِلَق اَءَنا َلْو اَل ُأْنِز َل َعَلْيَنا اْلَم اَل ِئَك ُة َأْو َنَر ٰى َر َّبَناۗ َلَق ِد اْسَتْك َبُر وا ِفي َأْنُفِس ِه ْم َو َعَتْو ا
ُعُتًّو ا َك ِبيًر ا
Berkatalah orang-orang yang tidak menanti-nanti pertemuan(nya) dengan Kami : "Mengapakah tidak
diturunkan kepada kita malaikat atau (mengapa) kita (tidak) melihat Tuhan kita?" Sesungguhnya
mereka memandang besar tentang diri mereka dan mereka benar-benar telah melampaui
batas(dalam melakukan) kezaliman". ( Al-furqan : 21 )
َو َلَّم ا َج اَءُه ُم اْلَح ُّق َقاُلوا َٰه َذ ا ِس ْح ٌر َو ِإَّنا ِبِه َك اِفُر وَن
Dan tatkala kebenaran (Al Quran) itu datang kepada mereka, mereka berkata: "Ini adalah sihir dan
sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingkarinya".
َو َقاُلوا َلْو اَل ُنِّز َل َٰه َذ ا اْلُقْر آُن َعَلٰى َرُج ٍل ِم َن اْلَق ْر َيَتْيِن َعِظ يٍم
Dan mereka berkata: "Mengapa Al Quran ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu
dua negeri (Mekah dan Thaif) ini?" ( Az-zukhruf : 30-31 )
Ucapan Iblis
َقاَل َم ا َم َنَعَك َأاَّل َتْسُج َد ِإْذ َأَمْر ُتَك ۖ َقاَل َأَنا َخ ْيٌر ِم ْنُه َخ َلْق َتِني ِم ْن َناٍر َو َخ َلْق َتُه ِم ْن ِط يٍن
Allah berfirman: "Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku
menyuruhmu?" Menjawab iblis "Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang
dia Engkau ciptakan dari tanah". (Al-araf : 12)
Ketika sifat Kibr menguasai jiwa dan bercokol dihati, masuk pada perasaan dan pikiran, maka
ia akan menjadi penyakit hati yang terburuk. Tiada satupun akhlak tercela melainkan dimiliki oleh
pemilik sifat Kibr ini.
Yahya bin Muadz Ar-Razi mengungkapkan kata-kata yang kemudian sangat masyhur di
kalangan praktisi tasawuf Islam sejak dahulu hingga sekarang yakni َُمْن َعَر َف َنْف َس ُه َفَق ْد َعَر َف َر َّبه
Artinya, “Barang siapa yang mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Tuhannya.”
Maksud pernyataan di atas yakni, barang siapa mengenal dirinya lemah, maka ia akan
mengenal Allah yang maha kuat. Selanjutnya ia akan menyadari bahwa nasibnya ada dalam kuasa
Allah semata, ia butuh kepada-Nya, kepada Rahmat-Nya, Ridho-Nya, serta Ampunan-Nya
Imam Abu Sa’id Al-Khadimi menjelaskan tiga contoh kesombongan yang dipuji agama:
Pertama, sombong kepada orang yang sombong. Dalam sebuah qaul ulama diterangkan bahwa
bersikap angkuh kepada mereka yang angkuh adalah bagian dari sedekah. Alasannya, kalau saja
terus merendah di hadapan orang-orang congkak, maka mereka akan semakin berlarut-larut dalam
gelap kecongkakannya. Namun, bila dibenturkan dengan kecongkakan yang lebih besar, mereka
diharapkan akan sadar bahwa dirinya tak sesempurna yang dipikirkan. Lagi pula, membiarkan
mereka larut lebih jauh dalam kecongkakan, adalah satu kezaliman besar. Imam Abu Hanifah
berpandangan:
َأْظ َلُم الَّظ اِلِميَن َم ْن َت َو اَض َع ِلَم ْن اَل َي ْلَت ِفُت إَلْيِه َو ِقيَل َقْد َي ُك وُن الَّتَك ُّبُر ِلَت ْن ِبيِه اْلُم َتَك ِّب ِر اَل ِلِر ْف َعِة الَّنْف ِس َف َي ُك وُن َم ْح ُموًد ا َك الَّتَك ُّب ِر َع َلى اْلُج َه اَل ِء
َو اَأْلْغ ِنَي اِء
Artinya: Orang yang paling zalim adalah mereka yang tetap merendah bahkan kepada orang yang
berpaling congkak darinya. Mengingat, seperti yang pernah dikatakan bahwa sikap sombong itu tak
mesti karena tinggi hati, tapi kadang dalam maksud untuk mengingatkan yang lain. Kalau demikian,
sombong kepada orang yang congkak jelas terpuji. Seperti bersikap sombong di hadapan orang-
orang bodoh yang keras kepala dan para hartawan kaya raya yang membusung dada (Bariqah
Mahmudiyyah [juz II, halaman 186]).
Kedua, sombong di tengah kecamuk perang. Tujuannya, yaitu menggentarkan hati dan memporak-
porandakan kekuatan pasukan lawan.
Ketiga, bersikap sombong saat bersedekah. Maksud sombong di sini adalah mengungkapkan bahwa
dirinya tidak membutuhkan materi yang akan disedekahkan, dan sang penerimalah yang paling
membutuhkan hal itu. Ini bertujuan agar si penerima tanpa berat hati mengambil materi yang
diberikan kepadanya. Dengan begitu, si penerima tentu sangat bahagia luar biasa, kebutuhannya
terpenuhi tanpa goresan rasa ketidaknyamanan di hatinya.
َفَأَّما اْلُخ َياَل ُء اَّلِتي ُيِح ُّب الَّلُه َتَعاَلى َفاْخ ِتَياُل الَّر ُج ِل َنْف َس ُه ِع ْنَد اْلِق َتاِل َو اْخ ِتَياُلُه ِع ْنَد الَّص َد َقة
Artinya: Kesombongan yang dicintai Allah swt adalah sikap sombong seorang muslim di tengah
medan perang dan ekspresi besar hatinya saat memberi sedekah.
Semoga kita dapat memahami makna sombong yang terpuji dan tidak dilarang agama. Serta
terjauhkan dari sifat sombong dan congkak yang tercela, yang merasa diri lebih hebat dan paling
benar. Wallohu’alam