Anda di halaman 1dari 6

Khutbah Jum’at : Kewajiban Yang Terlupakan

Oleh : Ust. Ammi Nur Baits

Khutbah 1
ْ ‫ق لِي‬
‫ُظ ِه َرهُ َعلَى ال ِّدي ِْن ُكلِّ ِه َو َكفَى بِاهَّلل ِ َش ِه ْيدًا‬ ِّ ‫لح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذيْ َأرْ َس َل َرسُوْ لَهُ بِ ْالهُدَى َو ِدي ِْن ْال َح‬
َ ‫ْا‬
‫ص ِّل َعلَى ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫َأ ْشهَ ُد َأ ْن الَِإلهَ ِإالَّهَّللا ُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَهُ وَأ ْشهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ اللَّهُ َّم‬
‫ال هَّللا ُ تَ َعالَى‬ ِ ْ‫ فَيَا ِعبَا َد هَّللا ِ ُأو‬:ُ‫ َأ َّما بَ ْعد‬، َ‫َو َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َأجْ َم ِع ْين‬
َ َ‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هَّللا ِ َوق‬
‫ َوقَا َل‬a، َ‫ق تُقَاتِ ِه َوالَ تَ ُموْ تُ َّن ِإالَّ َوَأ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن‬
َّ ‫ يَآَأيُّهَا الَّ ِذ ْينَ َءا َمنُوْ ا اتَّقُوْ ا هَّللا َ َح‬:‫فِ ْي ِكتَابِ ِه ْال َك ِري ِْم‬
َ َّ‫ق الن‬
‫اس‬ ِ ِ‫ق هَّللا َ َح ْيثُ َما ُك ْنتَ َوَأ ْتبِ ِع ال َّسيَِّئةَ ْال َح َسنَةَ تَ ْم ُحهَا َو َخال‬ ِ َّ‫ اِت‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬َ ‫النَّبِ ُّي‬
ٍ ُ‫بِ ُخل‬
‫ق َح َس ٍن‬
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah
Pertama, marilah kita panjatkan puji dan syukur kita kepada
Allah Subhanahu wa ta’ala  atas segala nikmat dan karunianya.
Terutama nikmat Iman dan Islam, sehingga karena keduanyalah
langkah kaki kita mudah digerakan ketempat ini untuk menjalankan
ketaatan kepada-Nya.
Untuk itu, mari kita wujudkan bentuk syukur terbaik itu dengan
selalu meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa
ta’ala. Sahabat Abu Hurairah Radhiyaallahu ‘Anhu mengilustarikan
makna takwa dengan permisalan berhati-hati dalam menjalan hidup
sebagai berikut:
”Pernahkah engkau melewati suatu jalan dan engkau melihat jalan
itu penuh dengan duri? Bagaimana tindakanmu untuk
melewatinya?”  Orang itu menjawab, ”Apabila aku melihat duri,
maka aku menghindarinya dan berjalan di tempat yang tidak ada
durinya, atau aku langkahi duri-duri itu, atau aku mundur.”  Abu
Hurairah cepat berkata, ”Itulah dia takwa!”  (HR Ibnu Abi Dunya).
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah
Kedua, marilah kita juga bersalawat dan salam untuk baginda kita
yaitu Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam atas segala
perjuangan dan uswatun hasanahnya. Sehingga kita bisa merasakan
manisnya Islam dan mengetahui role model menjadi pribadi yang
baik.
Bayangkan bila beliau tidak dengan gigih berjuang menyampaikan
Islam dan mencontohkan pribadi yang begitu mulia. Tentu hari ini
kita pasti berada dalam kegelapan dan tidak memiliki patokan dalam
membentuk pribadi yang mulia.
Jamaah jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Ada satu kewajiban yang kewajiban ini sering disepelekan oleh
masyarakat disebabkan karena kesibukan mereka dalam urusan
dunia maupun kesibukan dalam urusan yang lainnya. Padahal
terdapat banyak dalil dalam Al-Qur’an, dimana Allah Subhanahu wa
Ta’ala memberikan ancaman yang cukup keras bagi orang yang
tidak mau melaksanakan kewajiban ini.
Apakah bentuk kewajiban itu? Kewajiban yang kami maksudkan
adalah kewajiban belajar ilmu agama.
Jamaah yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Allah Ta’ala memberikan agama ini kepada umat manusia dan Allah
berikan panduan dari agama ini. Panduan itu berupa dalil; wahyu
Al-Qur’an dan Hadits yang disampaikan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam. Sehingga Allah wajibkan bagi siapapun penganut agama
ini untuk memahami dan mempelajari dalil (wahyu) yang telah Allah
Subhanahu wa Ta’ala turunkan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan dalam Al-Qur’an, orang
yang tidak mau mempelajarinya sehingga dia bersikap i’rad
(berpaling), kemudian melalaikan diri, melupakan dan seterusnya,
Allah memberikan ancaman yang cukup keras. Di antaranya Allah
berfirman di surat Al-Mulk ayat yang ke-10. Allah bercerita tentang
dialog ahli neraka dan penyesalan mereka ketika sudah dimasukkan
ke dalam neraka. Allah mengatakan:

ِ ‫َوقَالُوا لَوْ ُكنَّا نَ ْس َم ُع َأوْ نَ ْعقِ ُل َما ُكنَّا فِي َأصْ َحا‬
ِ ‫ب ال َّس ِع‬
‫ير‬
“Mereka mengatakan: ‘Andaikan dulu kami mau mendengar dan
kami menggunakan akal kami, maka tentu kami tidak akan menjadi
penduduk neraka.’” (QS. Al-Mulk[67]: 10)
Sehingga orang ini menyesal, kenapa dulu saya tidak belajar
agama, kenapa dulu saya tidak menggunakan akal saya untuk
merenungkan ayat-ayatNya, kenapa dulu ketika di dunia ada
pengajian saya tidak mau mendengarkannya. Maka orang seperti ini
menyesal di akhirat ketika dia sudah berada di dalam neraka.
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyebutkan bahwa orang
yang tidak mau belajar ilmu agama, tidak mau mendekat kepada
agama, maka Allah jadikan dia sebagai temannya setan, dan pasti
setan itu akan menyesatkannya. Sebagaimana yang Allah firmankan
di surat Az-Zukhruf ayat yang ke-36 dan 37, Allah berfirman:
ٌ ‫َو َمن يَعْشُ عَن ِذ ْك ِر الرَّحْ ٰ َم ِن نُقَيِّضْ لَهُ َش ْيطَانًا فَه َُو لَهُ قَ ِر‬
‫ين‬
“Barangsiapa yang ya’syu (berpaling) dari peringatan yang Allah
turunkan, maka akan Aku berikan dia setan lalu menjadi teman
dekat baginya.” (QS. Az-Zukhruf[43]: 36)
Makna “ya’syu” dijelaskan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Yang
dimaksud dengan “ya’syu” adalah dia membutakan diri, melalaikan
diri, dan dia berpaling, sehingga tidak mau memberika perhatian
terhadap ilmu agama.
Sehingga manusia yang tidak punya perhatian terhadap belajar ilmu
agama, (Allah katakan di sini) dia akan menjadi temannya setan.
َ‫يل َويَحْ َسبُونَ َأنَّهُم ُّم ْهتَ ُدون‬ ُ َ‫َوِإنَّهُ ْم لَي‬
ِ ِ‫ص ُّدونَهُ ْم ع َِن ال َّسب‬
“Lalu setan itu menghalanginya dari jalan Allah sementara dia
merasa kalau dirinya berada di atas jalan kebenaran.” (QS. Az-
Zukhruf[43]: 37)
Sehingga aslinya dia menyimpang, tapi sebenarnya dia sendiri
dalam kesesatan. Wal iyadzubillah..
Di surat Thaha, Allah juga menyebutkan ancaman orang yang tidak
mau belajar ilmu agama. Dimana kelak di akhirat orang ini akan
dijadikan sebagai orang yang buta. Allah berfirman di surat Thaha
ayat 124 dan 125:
‫ى‬aٰ ‫ضن ًكا َونَحْ ُش ُرهُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة َأ ْع َم‬ َ ‫َو َم ْن َأ ْع َر‬
َ ً‫ض عَن ِذ ْك ِري فَِإ َّن لَهُ َم ِعي َشة‬
“Siapa yang berpaling (dalam artian tidak memberikan perhatian
terhadap peringatan yang telah Aku turunkan), maka dia akan
mendapatkan kehidupan yang sempit, dan Kami kumpulkan dia
pada hari kiamat dalam kondisi buta.”
‫صيرًا‬ ُ ‫ال َربِّ لِ َم َحشَرْ تَنِي َأ ْع َم ٰى َوقَ ْد ُك‬
ِ َ‫نت ب‬ َ َ‫ق‬
“Dan orang ini bertanya: ‘Ya Allah kenapa Engkau kumpulkan aku
dalam kondisi buta, padahal dulu aku bisa melihat?’”
‫ك َأتَ ْتكَ آيَاتُنَا فَن َِسيتَهَا ۖ َو َك ٰ َذلِكَ ْاليَوْ َم تُن َس ٰى‬
َ ِ‫ال َك ٰ َذل‬
َ َ‫ق‬
“Dijawab oleh Allah: ‘Karena dulu telah datang kepadamu ayat-ayat
Kami tapi kamu melupakannya (tidak mempedulikannya), maka
pada hari ini kau dilupakan.’” (QS. Tha-ha[20]: 126)
Karena itulah jamaah yang dimuliakan Allah Subhanahu ta’ala,
Dengan mengingat semua pesan-pesan ini yang Allah sebutkan
dalam Al-Qur’an, seharusnya menyadarkan kita bahwa belajar ayat
yang telah Allah turunkan, belajar ilmu agama, ini adalah bagian
dari kewajiban dan siapa yang tidak melaksanakannya berhak
mendapatkan ancaman sebagaimana yang Allah sebutkan.
Jamaah yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta’ala,
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda dalam hadits
dari Abu Musa Al-Asy’ari yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim.
Beliau Nabi bersabda:
‫أصاب أرْ ضًا‬
َ ‫ير‬ ِ ‫ َك َمثَ ِل ال َغ ْي‬،‫والع ْل ِم‬
ِ ِ‫ث ال َكث‬ ِ ‫َمثَ ُل ما بَ َعثَنِي هَّللا ُ به ِمنَ الهُدَى‬
“Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang aku sampaikan itu
sebagaimana hujan lebat yang turun di muka bumi.”
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengumpamakan ilmu
sebagaimana layaknya air, dan beliau mengumpamakan hati kita
sebagaimana layaknya tanah. Kita melihat bahwa yang namanya
tanah butuh untuk diairi agar menjadi tanah yang subur, maka
seperti itu pula hati manusia butuh untuk diairi dengan ilmu agar
bisa menjadi hati yang subur. Dan kita bisa mendapatkan manfaat
dari tanah yang subur sebagaimana kita bisa mendapatkan manfaat
dari hati yang subur.
Sebaliknya, ketika tanah itu sama sekali tidak tersentuh dengan air,
bapak-bapak bisa saksikan kondisi sawah yang demikian kering. Apa
yang terjadi? Tentu tanah sawah itu menjadi sangat keras.
Sehingga ketika dalam kondisi kering itu disiram dengan air satu
gayung, mungkin tidak berefek sama sekali. Maka demikian pula
hati manusia. Ketika hati itu sangat keras, susah untuk ditembus
hidayah. Makanya Allah katakan dalam Al-Qur’an bahwa orang yang
sama sekali tidak mau belajar dan dia melupakan untuk belajar,
hatinya terkunci.
‫ب َأ ْقفَالُهَا‬
ٍ ‫َأفَال يَتَ َدبَّرُونَ ْالقُرْ آنَ َأ ْم َعلَى قُلُو‬
“Kenapa mereka tidak mau merenungkan Qur’an, ataukah ada kunci
dalam hatinya?” (QS. Muhammad[42]: 24)
Para ulama mengatakan bahwa ilmu ada dua; yang pertama ilmu
wajib yang harus dipelajari oleh setiap muslim, disebut dengan ilmu
fardhu ‘ain. Contohnya adalah bagaimana cara shalat, bagaimana
‫‪cara puasa, yang jika orang itu tidak tahu pasti dia akan salah‬‬
‫‪dalam beribadah. Sehingga kalau orang tidak mempelajarinya maka‬‬
‫‪dia berdosa.‬‬
‫‪Yang kedua ada ilmu yang statusnya fardhu kifayah, mempelajari‬‬
‫‪rincian dari syariat yang mungkin bagi sebagian orang itu bukan‬‬
‫‪kebutuhan pokoknya, tapi harus ada ulama yang mempelajarinya‬‬
‫‪agar ilmu itu tetap lestari ada di tengah masyarakat.‬‬
‫‪Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memudahkan kita untuk‬‬
‫‪melangkahkan kaki atau menggunakan pendengaran ini untuk mau‬‬
‫‪mendengarkan ilmu agama sebagai konsekuensi pengakuan kita‬‬
‫‪sebagai seorang muslim.‬‬
‫َأقُوْ ُل قَوْ لِ ْي ٰه َذا َوَأ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم‪ ،‬فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ‪ِ ،‬إنَّهُ ه َُو ْال َغفُوْ ُر ال َّر ِح ْي ُم‬

‫‪Khutbah II‬‬
‫صلِّ ْي َوُأ َسلِّ ُم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ْال ُمصْ طَفَى‪َ ،‬و َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َأ ْه ِل ْال َوفَا‪،‬‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد هللِ َو َكفَى‪َ ،‬وُأ َ‬
‫ـ َأ َّما بَ ْعدُ‪ ،‬فَيَا َأيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُموْ نَ ‪ُ a،‬أوْ ِ‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم َوا ْعلَ ُموْ ا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم‬
‫ُصلُّونَ َعلَى‬ ‫صاَل ِة َوال َّساَل ِم َعلَى نَبِيِّ ِه ْال َك ِري ِْم فَقَ َ‬
‫ال‪ِ :‬إ َّن هَّللا َ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي َ‬ ‫بَِأ ْم ٍر َع ِظي ٍْم‪َ ،‬أ َم َر ُك ْم بِال َّ‬
‫ٰ‬
‫صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل‬ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‪ ،‬اَللّهُ َّم َ‬
‫النَّبِ ِّي‪ ،‬يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َ‬
‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد‬ ‫صلَّيْتَ َعلَى َسيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى ِ‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ِإ ْب َرا ِه ْي َم َوبَ ِ‬ ‫َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬
‫ار ْكتَ َعلَى َسيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِه ْي َم‪ ،‬فِ ْي ْال َعالَ ِم ْينَ‬ ‫َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬
‫ت اَأْلحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم‬ ‫ٰ‬
‫وال ُمْؤ ِمنِ ْينَ َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫ت ْ‬ ‫ِإنَّكَ َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪ .‬اَللّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما ِ‬
‫ت‪ ،‬اللهم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَاَل َء َو ْالغَاَل َء َو ْال َوبَا َء َو ْالفَحْ َشا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْالبَ ْغ َي َوال ُّسيُوْ فَ‬ ‫َواَأْل ْم َوا ِ‬
‫صةً َو ِم ْن ب ُْلدَا ِن ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ‬
‫ظهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ ‪ِ ،‬م ْن بَلَ ِدنَا هَ َذا خَا َّ‬ ‫ْال ُم ْختَلِفَةَ َوال َّشدَاِئ َد َو ْال ِم َحنَ ‪َ ،‬ما َ‬
‫إن هللاَ َيْأ ُم ُر بِ ْال َع ْد ِل َواإْل حْ َسا ِن َوِإ ْيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى‬
‫عَا َّمةً‪ِ ،‬إنَّكَ َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر ِعبَا َد هللاِ‪َّ ،‬‬
‫ويَ ْنهَى ع َِن الفَحْ َشا ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َوالبَ ْغ ِي‪ ،‬يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ ‪ .‬فَاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم‬
‫َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَ ُر‬

Anda mungkin juga menyukai