Anda di halaman 1dari 7

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬...

َ ‫اد‬--‫ َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفاَل َه‬،ُ‫ َمنْ َي ْه ِد ِه هللاُ َفاَل مُضِ ّل لَه‬،‫ت أَعْ َمالِ َنا‬
‫ِي‬ ِ ‫ َو َس ّي َئا‬،‫ُور أَ ْنفُسِ َنا‬ ُ ‫ َو َنع‬،ُ‫ َو َنسْ َت ْغفِ ُره‬،ُ‫ َو َنسْ َتعِي ُنه‬،ُ‫هلل َنحْ َم ُده‬
ُ ْ‫ُوذ ِباهلِل مِن‬
ِ ‫شر‬ ِ َ‫إِنّ ْال َحمْد‬
‫ وأشهد أن محمدا رسول هللا‬،‫ أشهد أن ال إله إال هللا‬،ُ‫ َو أ ْش َه ُد أنّ م َُحم ًّدا َع ْب ُدهُ َو َرسُوله‬،ُ‫ْك لَه‬ َ َ َ َ
َ ‫ َوحْ دَ هُ اَل َش ِري‬،‫ َو أ ْش َه ُد أنْ اَل إِلَ َه إِاَل هللا‬،ُ‫لَه‬

‫ِين آ َم ُنوا ا ّتقُوا هللا َح ّق ُت َقا ِت ِه َو اَل َتمُو ُتنّ إِالّ َو أَ ْن ُت ْم مُسْ لِمُون‬
َ ‫ ( َيا أَ ّي َها الّذ‬:‫( َقا َل َت َعالَى‬

َ ‫ِيدا يّصْ لِحْ لَ ُك ْم أَعْ َمالَ ُك ْم َو َي ْغفِرْ لَ ُك ْم ُذ ُنو َب ُك ْم َو َمنْ يّطِ ِع هللا َو َرس ُْولَ ُه َف َق ْد َف‬
‫از َف ْو ًزا َعظِ يمًا‬ َ ‫ َيا أَ ّي َها الّذ‬:‫( َو َق َل‬
ً ‫ِين آ َم ُنوا ا ّتقُوا هللا َو قُولُوا َق ْوالً َسد‬

‫ َن ْال َك َلم‬- ‫ َفإِنّ أَحْ َس‬:ُ‫ اتق هللا حيثما كنت و اتبع السيئات الحسية تمحوها و خالق الناس بخلق حسن أَمّا َبعْ د‬: ‫وقال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬
ِ ‫ضلَلَ ٍة فِى ال ّن‬
‫ار‬ َ ‫ َو ُك ّل‬،‫ضلَلَ ٌة‬ -ٍ َ ‫ َو ُك ّل مُحْ دَثا‬-،‫شرّ ْاألُم ُْو ِر مُحْ دَ َثا ُت َها‬
َ ‫ َو ُك ّل ِب ْد َع ٍة‬،‫ت ِب ْد َع ٌة‬ َ ‫ َو َخي َْر ْال َه ْديِ َه ْديُ م َُح ّم ٍد‬،‫َكلَ ُم هللا‬
ّ ‫ َو‬،‫صلّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلّ َم‬

Dalam Khutbah ini kami selaku khotib mengajak jamaah sekalian untuk selalu bersyukur dengan
mengucap alhamdulillah. Atas kenikmatan yang diberikan oleh Allah. Dan limpahan hidayah dan
taufiqnya sehingga kita masih mau dan mampu menjalankan ibadah.

Selanjutnya saya mengajak jam’ah untuk selalu bersholawat kepada Nabi Muhammad shallallahu alaih
wa sallam dengan selalu mengucapkan allahumma shalli ala sayyidina muhammad. Dan memperbanyak
membacanya pada hari jum’at ini. Agar kelak kita semua mendapatkan syafa’at dan berkumpul di surga
bersama-sama.

Saya sebagai khatib tidak lupa untuk selalu mengajak saya pribadi secara khusus dan secara umum
untuk jamaah sekalian, untuk bertaqwa kepada Allah. Menjauhi larangan dan menjalankan perintah
Allah. Semoga Allah berikan kekuatan kepada kita untuk mentaati segala syariat yang dianugrahkan
kepada kita.

Jamaah shlolat jumat tamu undangan Allah subhanahu wa ta’ala...

Al-Imam Hasan al-Bashri pernah mengatakan:

‫موت العالم ثلمة في اإلسالم ال يسدها شيء ما اختلف الليل والنهار‬

“Kematian seorang ulama adalah kebocoran dalam Islam, yang itu tidak bisa ditambal meskipun dengan
berlalu siang dan malam”
Kaum muslimin yang dirahmati Allah, beberapa tahun ini banyak sekali kejadian pilu yang datang
beruntun. Secara cepat seakan langit-langit mencabut bintang-bintangnya. Bumi mengambiil
barakahnya. Ulama meninggalkan kita karena ajal yang memang sudah tiba. Terakhir adalah
meninggalnya Kyai Maimun Zubair.

Meninggalnya ulama berarti hilanglah sebuah ilmu. Ilmu yang kita jadikan pedoman dalam hidup. Ilmu
yang menjadi cerminan perilaku ulama menjadi hilang. Hal ini karena Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, sebagaiman yang telah diriwayatkan dalam kitab shahihain.

‫ ولكن يقبض العلم بقبض العلماء‬،‫إن هللا ال يقبض العلم انتزاعًا ينتزعه من صدور العباد‬

“Sesungguhnya Allah tidak mencabut sebuah ilmu secara langsung dengan menghilangkannya dari dada
hamba-hambanya, akan tetapi mencabutnya dengan mewafatkan para ulama”

Jamaah jum’at yang dirahmati Allah....

Meninggalnya ulama adalah salah satu tanda-tanda dekatnya hari kiyamat. Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam bersabada, sebagaimana dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari.

‫ال تقوم الساعة حتى يقبض العلم وتظهر الفتن‬

“Kiyamat tidak akan pernah terjadi sebelum tercabutnya ilmu dan merajalelanya fitnah-fitnah”

Padahal tidak lah ilmu tercabut kecuali dengan meninggalnya para Ulama.
Sungguh benar apa yang dikatakan oleh al-Imam al-Hasan al-Bashri,

‫موت العالم ثلمة في اإلسالم ال يسدها شيء ما اختلف الليل والنهار‬

“Kematian ulama adalah kebocoran Islam, yang itu tidak bisa ditambal dengan berlalunya siang dan
malam”

Seorang Umar bin Khattab radhiyallahu anhu sahabat yang faqih, sahabat yang sangat mendalam
pemahaman agamanya mengatakan,

‫موت ألف عابد أهون من موت عالم بصير بحالل هللا وحرامه‬

“Kematian seribu ahli ibadah itu lebih ringan dari pada kematian seorang ulama yang mengerti tentang
halal dan haram”

Tahukah kenapa begitu jama’ah yang dirahmati Allah?

Karena seorang ahli ibadah mengabdi hanya untuk dirinya sendiri, sedangkan seorang ulama mengabdi
untu umat dan masyarakat luas dengan ilmu yang dimiliki. Maka dari itu sudah seharusnya masyarakat
kita bersedih dengan kematian ulama. Kita harus berduka dengan wafatnya ulama. Bahkan termasuk
penduduk bumi seharusnya bersedih. Karena Allah berfirman,

‫ص َها مِنْ أَ ْط َرافِ َها‬ َ ْ‫أَ َولَ ْم َي َر ْوا أَ َّنا َنأْتِي األَر‬
ُ ُ‫ض َن ْنق‬

“Dan apakah mereka tidak melihat bahwa kami mendatangi daerah-daerah (orang yang ingkar kepada
Allah), lalu kami kurangi (daerah-daerah) itu (sedikit demi sedikit) dari tepi-tepinya?”

Abdullah Ibnu Abbas radhiyallahu anhu menjelaskan tafsirnya,

“Ayat ini berkaitan dengan hancurnya dunia itu dengan menginggalnya orang-orang alim dan pelaku-
pelaku kebaikan di antara mereka”

Hadirin yang dirahmati Allah, Sungguh benar..

‫موت العالم ثلمة في اإلسالم ال يسدها شيء‬

“Kematian ulama adalah kebocoran dalam islam yang tidak bisa ditambal dengan apapun”

Dan kematian ulama tidak bisa disamakan dengan kematian siapapun, kenapa? Karena jarak antara
mereka dengan Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam memiliki nasab yang sangat baik.
Tidak ada nasab yang lebih baik dari pada nasab ulama. Dalam shahih bukhari diriwayatkan. Rasulullah
bersabda,

‫العلماء هم ورثة األنبياء‬

“Para ulama adalah ahli warisnya para nabi”

Ya para ulama adalah ahli waris Nabi. Hal ini dipersaksikan langsung oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam sendiri. Sehingga kalau di antara mereka ada yang meninggal, maka sebenarnya ada yang
meninggal dari salah satu ahli waris Rasulullah. Makanya, hidupnya ulama tidak ada apa-apanya
dibanding dengan harta benda dunia seluruhnya. Dan kematian ulama tidak bisa dibayar dengan apa
yang ada dibumi seluruhnya. Makanya dalam sebuah kisah, ketika Umar bin Khattab meninggal. Seorang
Sa’id bin Zaid menangisinya sambil mengatakan,

‫على اإلسالم أبكي‬

“aku menangisi Islam”

Artinya meniggalnya Umar adalah kebocoran Islam yang tidak akan pernah bisa ditambal sampai hari
kiyamat kelak.

Jamaah yang dirahmati Allah.. sekali lagi..

‫موت العالم ثلمة في اإلسالم ال يسدها شيء‬

“Kematian ulama adalah bocornya Islam, yang itu tidak bisa ditambal dengan apapun”
Kenapa kematian ulama begitu mulia? Karena Allah sendiri yang telah memuji mereka dalam al-Qur’an.
Ulama menjadi saksi ke-esaan Allah. Dan disandingkan dengan para malaikat yang mulia

‫َش ِهدَ هَّللا ُ أَ َّن ُه ال إِلَ َه إِالَّ ه َُو َو ْال َمال ِئ َك ُة َوأ ُ ْولُوا ْالع ِْل ِم َقائِما ً ِب ْالقِسْ طِ ال إِلَ َه إِالَّ ه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َحكِي ُم‬

“Allah menyatakan bahwa tidak ada tuhan selain Dia; (demikian pula) para malaikat dan orang-orang
berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada tuhan selain Dia, yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
(QS. Ali-Imran: 18)

Imam al-Qurthubi rahimahullah mengatakan,

‫لو كان أحد أشرف من العلماء لقرنهم هللا باسمه واسم مالئكته‬

“Kalaulah ada yang lebih mulia dari ulama tentu Allah akan sandingkan dengan nama-Nya dan nama
Malaikat”

Allah telah memuliakan kedudukan para ulama di dunia dan Akhirat. Allah berfirman,

ٍ ‫ِين أُو ُتوا ْالع ِْل َم َد َر َجا‬


‫ت‬ َ ‫يرْ َف ِع هَّللا ُ الَّذ‬
َ ‫ِين آ َم ُنوا ِم ْن ُك ْم َوالَّذ‬

“Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang berilmu di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. al-Mujadalah: 11)

Para pakar tafsir menjelaskan tentang (‫ )درجات‬adalah semua derajat kedudukan di dunia maupun di
akhirat.

Jama’ah sholat jum’at rahimakumullah.

‫موت العالم ثلمة في اإلسالم ال يسدها شيء‬

“Kematian ulama adalah kebocoran dalam islam yang tidak bisa ditambal dengan apapun”

Kenapa harus kematian ulama? Karena Nabi kita shallallahu alaihi wa sallam memuliakan keberadaan
mereka. Hadits Abu Umamah radhiyallahu anhu mengatakan, “Pernah suatu ketika Rasulullah
menceritakan tentang dua orang laki-laki. Satunya adalah ahli ibadah sedang yang satu lagi ahli ilmu
atau Ulama. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

‫الع ِاب ِد َك َفضْ لِي َعلَى ْأد َنا ُك ْم‬


َ ‫َفضْ ُل ال َعال ِِم َعلَى‬

“Keutamaan seorang ulama di atas ahli ibadah itu seperti keutamaanku (rasulullah) dengan orang yang
paling rendahan di mata kalian”

Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengatakan sebuah kalimat yang sangat jujur. Tidak
ada kebohongan sedikitpun di dalam nya. Ini tidak diberikan kepada orang yang punya banyak harta.
Juga tidak untuk orang yang terhormat di kalangan masyarakat. Tetapi hanya diberikan kepada ulama.
Tidak untuk yang lain. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
َ ‫اس‬
‫الخي َْر‬ ِ ‫ون َعلَى ُم َعلِّمِي ال َّن‬
َ ُّ‫ُصل‬ ِ ْ‫ت َواألَر‬
َ ‫ض َح َّتى ال َّنمْ لَ َة في جُحْ ِر َها َو َح َّتى الحُوتَ لَي‬ َ ‫هللا َو َمالَ ِئ َك َت ُه َوأهْ َل الس‬
ِ ‫َّماوا‬ َ َّ‫إن‬

“Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya, bahkan sampai semut-semut yang ada di dalam lubang-
lubang mereka, dan bahkan ikan-ikan paus yang ada di dasar lautan, mereka selalu mendoakan kebaikan
untuk orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.”

Suatu hari seorang Amirul Mukminin Harun ar-Rasyid rahimahullah pernah bertanya kepada Yahya bin
Aktsam. “Siapakah orang yang paling memiliki kedudukan paling mulia”?

Yahya bin Aktsam menjawab, “Tidak ada selain engkau wahai amirul mukminin yang lebih tinggi
kedudukannya.”

Kemudian Harun ar-Rasyid Amirul Mukminin rahimahullah yang setiap tahun selalu haji dan berangkat
ke medan perang secara bergiliran menjawab.

“Tapi, ada orang yang kedudukannya lebih tinggi dari saya yaitu seorang yang mengajar di sebuah
halaqah dan mengatakan, ‘qalallah wa qala rasulullah’ (al-Qur’an dan Sunnah) karena namanya selalu
berdekatan dengan Rasulullah”

Inilah yang dikatakan oleh Harun al- Rasyid rahimahullah tentang kemuliaan ulama dan kedudukannya
yang tinggi. Beliau mengingnkan agar supa orang-orang tahu, sadar dan faham; tentang kematian ulama
hakikatnya adalah kebocoran Islam yang tidak bisa ditambal dengan apapun.

Dan betapa seharusnya semua orang bersedih. Segala penduduk langit dan bumi berduka dengan
meninggalnya ulama. Karena ulama adalah pengembang risalah dakwah Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam. Pembawa amanah Rasulullah. Bukankah Rasulullah bersabda,

‫ وإنما ورثوا العلم‬،‫ إنّ األنبياء لم يورثوا دينارً ا وال درهمًا‬،‫العلماء هم ورثة األنبياء‬

“Ulama ada pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, akan tetapi
mereka mewarisi ilmu”

Para ulama menghabiskan umur mereka untuk ilmu. Mereka wakafkan dirinya untuk Allah dan rasul-
Nya. Mewakafkan diri mereka untuk keberlangsungan tegaknya dakwah Allah ta’ala tetap tegak.
Sehingga pantas untuk diberikan oleh Allah kemuliaan. Mereka meninggal dalam keadaan menegakkan
syariat Allah. Maka pantas untuk mereka mendapat surga-Nya.

Seorang Yahya bin Ja’far ketika Imam Bukhari meninggal dunia mengatakan, “Kalau seandainya aku bisa
menambah umur Muhammad bin Ismail (imam Bukhori) dengan mengurangi umurku, tentu aku
lakukan. Karena kalau aku mati, itu hanya kematian seorang biasa. Tapi kalau meniggalnya beliau itu
berarti hilanglah sebuah ilmu”

Hamba-hamba Allah yang mulia...

Allah berfirman, dengan redaksi ayatnya seolah ingin bertanya.


َ ‫ُون َوالَّذ‬
َ ‫ِين ال َيعْ لَم‬
‫ُون‬ َ ‫قُ ْل َه ْل َيسْ َت ِوي الَّذ‬
َ ‫ِين َيعْ لَم‬

“Apakah sama orang yang mengetahui dan tidak mengetahui?” (QS. az-Zumar: 9)

Tidak, tidak sama. Baik kehidupan mereka atau meninggalnya mereka. Tidak juga tempat
kebangkitannya kelak dan pahala mereka. Di sisi Allah mereka jauh lebih mulia.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah...

Menjadi kewajiban kita untuk menghormati ulama yang diberikan petunjuk. Ulama-ulama yang lurus
dan ikhlas. Karena menghormati ulama adalah bagian dari Aqidah seorang muslim. Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda,

‫ ويعرف لعالمنا حقه‬،‫ ويرحم صغيرنا‬،‫ليس من أمتي من لم يجل كبيرنا‬

“Tidak termasuk golongan ummatku, orang yang tidak menghormati orang yang lebih besar atau tidak
menyayangi orang yang lebih kecil. Atau tidak memberikan hak kepada ulama kami.”

Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa Zaid bin Tsabit radhiyallahu anhu mengendarai keledai.
Kemudian tiba-tiba Abdullah bin Abbas datang dan menggandeng talinya. Tentu Zaid bin Tsabit merasa
sungkan dan mengatakan mengatakan, “Tidak perlu begitu wahai paman Rasulullah”
Ibnu Abbas menjawab, “Beginilah kami diperintahkan untuk menghormati ulama kami”

Maka Jama’ah yang dirahmati Allah...

Termasuk dari bagian sunnah Rasulullah adalah memuliakan ulama. Jangan seperti orang-orang munafik
yang mereka tidak menghormati ulama. Ibnu Abbas radhiyallahu anhu mengatakan,

“Barang siapa yang menyakiti Ulama maka sebenarnya dia telah menyakiti Rasulullah. Dan barang siapa
yang menyakiti Rasulullah, berarti dia telah menyakiti Allah.”

Maka cintai dan cintai ulama yang telah menolong, meperjuangkan dan membela apa yang pernah
diperjuangkan oleh Rasulullah. Diantara cara mencintainya adalah menyebarkan ilmu yang telah mereka
tulis. Mengkaji karya-karya mereka. Dan bersungguh-sungguh untuk menyempurnakan jasa yang telah
mereka perbuat. Menghadiri majlis-majlis ilmu yang mereka buka. Dan bersungguh-sungguh menjadi
penerus mereka.

Ibnu Abbas ketika ditunjukkan kuburan Zaid bin Tsabit radhiyallahu anhu bertutur, “Siapa yang ingin
melihat bagaiaman ilmu itu hilang, maka seperti inilah ilmu itu hilang”

‫ يا رب العالمين‬،‫ وال تجعل ألحد فيها شي ًئا‬،‫ واجعلها لوجهك خالصة‬،‫اللهم اجعل أعمالنا صالحة‬

“Ya Allah jadikan amalan-malan kami layak untuk diterima. Dan jadikanlah hanya untuk mengharap
ridho-Mu. Dan jangan jadikan amalan itu untuk selain-Mu. Ya rabbal alamiin.
‫‪KHUTBAH KEDUA:‬‬

‫‪،‬الحمد هلل وحده والصالة والسالم على من ال نيي بعده‪ ،‬أشهد أن ال إله إال هللا وأشهد أن سيدنا محمد رسول هللا‬
‫‪.‬اللهم صل علي سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين‬
‫أما بعد‬

‫ِين آ َم ُنوا ا ّت ُقوا هللا َح ّق ُت َقا ِت ِه َو اَل َتمُو ُتنّ إِالّ َو أَ ْن ُت ْم مُسْ لِمُون‬
‫( َقا َل َت َعا َلى‪َ ( :‬يا أَ ّي َها الّذ َ‬
‫وقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‪ :‬اتق هللا حيث ما كنت وأتبع السيئة الحسنة تمحوها وخالق النسا بخلق حسن‬

‫‪Jamaah jumat yang dirahmati Allah...‬‬

‫‪Pada khutbah kedua ini mari kita berdoa kepada Allah..‬‬

‫‪...‬اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات‪ -‬والمؤمنين والمؤمنات األحياء منهم واألموات إنك سميع قريب مجيب الدعوات‬
‫‪....‬اللهم ال تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك سميع الدعاء‬
‫‪...‬ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفرلنا وترحمنا لنكوننا من الخاسرين‬
‫‪...‬ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي اآلخرة حسنة وقنا عذاب النار‬
‫‪...‬سبحان ربك رب العزة عنما يصفون وسالم على المرسلين والحمد هلل رب العالمين‬
‫عباد هللا‪ ،‬إن هللا ي‪-‬أمر بالع‪-‬دل واإلحس‪-‬ان وإيت‪-‬اء ذي الق‪-‬ربى وينهى عن الفخش‪-‬اء والمنكر والبغي يعض‪-‬كم لعلكم ت‪-‬ذكرون‪ ،‬ف‪-‬اذكر هللا ي‪-‬ذكركم‬
‫‪...‬واشكرواه على نعمكم ولذكر هللا أكبر وهللا يعلم ما تصنعون‬

‫‪...‬والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Anda mungkin juga menyukai